182 KEMAMPUAN MENJADI NEGOSIATOR DALAM MENGHADAPI

Download menjadi negosiator dalam menghadapi massa yang berunjuk rasa. Peneliti ... Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan negosiasi pada kate...

0 downloads 266 Views 81KB Size
KEMAMPUAN MENJADI NEGOSIATOR DALAM MENGHADAPI MASSA YANG BERUNJUK RASA Putri Agustina Fakultas Psikologi Universitas Semarang ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara empiris kemampuan menjadi negosiator dalam menghadapi massa yang berunjuk rasa. Peneliti menggunakan 44 Polwan negosiator Polda Jateng. Penelitian ini merupakan penelitian populasi. Data penelitian dikumpulkan dengan menggunakan Skala Kemampuan Menjadi Negosiator. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan negosiasi pada kategori sedang. Polwan negosiator Polda Jateng cukup dapat menunjukkan kemampuan dalam mencari solusi atas permasalahan atau sengketa hingga terselesaikan secara memuaskan. Kata kunci: kemampuan menjadi negosiator dalam menghadapi massa yang berunjuk rasa

NEGOTIATE ABILITY TO THE MASS PROTEST ABSTRACT

This research had purpose to know the empirical negotiate ablitiy to the mass protest. Researchers used 44 women negotiator of Polda Jateng. This research is research population. The Research Data was collected using the Scale of Negotiate Ability to The Mass Protest. The result of the research showed that the negotiate ability of women negotiator Polda Jateng in the medium category. Woman negotiator of Polda Jateng have enough ability to solve problems and find solutions, until good ending.

Keywords: negotiate ability to the mass protest PENDAHULUAN

perannya sebagai alat negara. Pemelihara

Polri dalam menjalankan tugas berusaha

keamanan

dan

ketertiban

masyarakat,

mengimplementasikan niat dan komitmen

menegakkan hukum, memberikan pengayoman

bangsa

dan pelayanan kepada masyarakat. Polri

Indonesia

untuk

menegakkan

supremasi hukum, kewajiban tersebut akibat

memprogamkan

adanya berbagai ancaman kekerasan dan

mengantisipasi dan menanggulangi kekerasan

kerusuhan massa yang merugikan bangsa dan

dan kerusuhan massa tersebut, meskipun

negara.

hasilnya dirasakan belum optimal. Berbagai

Polri

sesuai

tugas,

fungsi

dan

berbagai

upaya

182

untuk

bentuk aksi massa masih memunculkan rusuh

Dalmas yang digunakan diberbagai Polda

dan menyebabkan kerusakan.

masih menggunakan Polki yang masih muda-

Salah

satu

fungsi

Kepolisian

yang

muda, yang baru lulus dari pendidikan Bintara

berwenang dalam penanganan aksi massa

Kepolisian.

adalah

Kapolda Jateng Nomor : SPRIN/893/III/2012

Direktorat

Sabhara

(selanjutnya

Berdasarkan

Surat

disingkat Dit Sabhara). Dit Sabhara Polda

berdasarkan

Surat

Jateng merupakan sebagian fungsi Kepolisian

B/350/I/2012

tanggal

31

yang bersifat preventif, fungsi ini memerlukan

menerangkan

bahwa

untuk

keahlian dan ketrampilan khusus dalam

organisasi Polri dalam rangka pembentukan

mencegah

sesuatu

Detasemen Dalmas Kerangka Polda Jateng

kerumunan massa, agar tidak berkembang

maka dibentuk suatu tim negosiator Polda

menjadi gangguan Kamtibmas dan juga tidak

Jateng yang beranggotakan Polwan dari setiap

diganggu oleh pihak lain.

fungsi yang ada di Polda Jateng untuk

Polri

atau

dalam

mengendalikan

pelaksanaan

Kapolri

Perintah

Nomor

Januari

:

2012

kepentingan

penanganan

menangani aksi unjuk rasa agar tidak berakhir

unjuk rasa selalu dihadapkan pada berbagai

dengan ricuh. Hal tersebut sejalan dengan

permasalahan yang belum dapat memberikan

Petunjuk

kontribusi yang positif, seperti halnya dengan

dikeluarkan oleh Mabes Polri (2010) tentang

penyelesaian masalah tanpa adanya kekerasan.

Pengendalian dan Cara Bertindak terhadap

Penanganan terhadap unjuk rasa lebih terkesan

Aksi Unjuk Rasa, dijelaskan bahwa negosiator

represif, padahal para pimpinan Polri sudah

dibentuk untuk memfasilitasi pengunjuk rasa

berupaya

dengan

untuk menunjuk perwakilan apabila ada

mengeluarkan berbagai petunjuk pelaksanaan

keinginan untuk menemui atau tatap muka

maupun petunjuk teknis untuk keberhasilan

dengan sasaran atau tokoh yang akan dituju.

semaksimal

mungkin

penanganan unjuk rasa di lapangan.

Pelaksanaan

Penugasan

Polwan

SDEOPS

dalam

yang

penanganan

Selama ini setiap ada unjuk rasa, Polisi

unjuk rasa diharapkan dapat mencegah konflik

laki-laki (Polki) selalu dikedepankan dan

yang destruktif dan mendorong penghentian

masih kurang efektif. Bentrokan antara polisi

konflik

dengan massa masih terjadi yang disebabkan

dalam menyelesaikan konflik yang disebabkan

karena anggota polisi mudah terpancing emosi

karena penundaan waktu berpengaruh terhadap

dan langsung melakukan tindakan represif

penundaan solusi, yang berarti memberikan

para pengunjuk rasa. Ada beberapa faktor

peluang bagi makin terbukanya konflik antara

yang menjadikan seringnya terjadi bentrokan

dua pihak (Liliweri, 2006: 355).

secara

konstruktif.

Keterlambatan

dengan massa, salah satunya adalah Pasukan

183

Banyak cara untuk menyelesaikan konflik

negosiator

yang

mendadak

inipun

dalam suatu aksi massa, diantaranya dengan

memiliki

kemampuan

melakukan negosiasi. Negosiasi sudah ada

maupun

kemampuan

sejak zaman dahulu dan merupakan bagian

negosiator lebih terkesan sebagai orang yang

dari aktivitas manusia yang sudah lazim

ingin dihargai, arogan dan berbicarapun tidak

dilakukan dalam berbagai hal. Negosiasi

mencerminkan kesantunan, sehingga hal ini

merupakan sebuah proses yang terjadi antara

jelas

dua pihak atau lebih yang pada mulanya

kerawanan, dan bahkan sama sekali tidak

memiliki pemikiran berbeda hingga akhirnya

memberikan kontribusi yang positif untuk

mencapai kesepakatan. Proses negosiasi akan

mencari solusinya. Pemberdayaan Polwan

memberi

jelas

sebagai pelaksanaan negosiasi akan terasa

mengenai apa yang diinginkan dan bagaimana

pengaruhnya, keberadaan negosiator tersebut

cara mencapainya (Jackman, 2005: 8-9).

akan dapat diterima oleh massa pengunjuk rasa

Berawal dari kerjasama yang dilakukan segala

dan pelaksanaan dialog dimungkinkan tidak

tuntutan/keinginan, aspirasi dan opini masing-

membosankan, sehingga akan dicapai “win-

masing

demi

win solution” yang merupakan keberhasilan

secara

dari negosiator. Namun berbagai bentuk

manfaat

kegagalan dalam negosiasi masih saja terjadi

semaksimal mungkin dengan faktor risiko

dan menyebabkan terjadinya bentrokan antara

seminimal mungkin (Jackman, 2005: 68).

polisi dan demonstran.

pandangan

pihak

tercapainya optimal,

Anggota negosiator

yang

dapat

situasi

diarahkan

konformitas

selanjutnya

Polri

lebih

yang

diharapkan

diperoleh

berperan dapat

sebagai

tidak

Fakta

dapat

yang

dalam

tidak

bernegosiasi

dalam

berbicara,

menurunkan

menunjukkan

eskalasi

kurangnya

memiliki

kemampuan dalam negosiasi terjadi pada

kemampuan negosiasi yang baik, sehingga

bentrokan polisi dengan mahasiswa yang tak

suatu aksi massa tidak berakhir dengan

dapat

anarkis.

kenaikan

dihindarkan harga

saat BBM.

demo

menolak

Upaya

Polri

Negosiator Polri memiliki peran penting

menerjunkan Polisi Wanita (Polwan) sebagai

untuk mencari solusi terhadap pelaksanaan

negosiator ternyata tidak berhasil. Hal tersebut

unjuk rasa, sehingga unjuk rasa tidak meluas

sebagai bukti ketidakmampuan anggota Polri

dan

dalam

berubah

menjadi

tindakan

anarkis.

melakukan

negosiasi,

sehingga

Kadangkala negosiator hadir di lapangan

demonstrasi berakhir dengan ricuh. Aksi saling

dalam pelaksanaan unjuk rasa, dan inipun

lempar batu antara Polisi dan demonstran tidak

sifatnya mendadak karena kerawanan unjuk

terhindar, seperti yang terjadi pada saat demo

rasa sudah mulai meningkat. Kehadiran

kenaikan BBM (Lia, 2012).

184

Berdasarkan

analisis

terhadap

hasil

Tranformasi untuk mengelola emosi ini disebut

wawancara yang dilakukan peneliti terhadap

dengan regulasi emosi atau pengelolaan emosi.

tiga orang Polwan yang menjadi negosiator,

Analisis terhadap hasil wawancara yang

diketahui bahwa Polwan masih mengalami

dilakukan peneliti terhadap tiga orang Polwan

kesulitan saat melakukan negosiasi dengan

yang menjadi negosiator juga menunjukkan

para demonstran. Polwan yang bertugas

bahwa Polwan negosiator mampu mengelola

sebagai negosiator merasa sulit sekali untuk

dorongan

mencapai

keinginan untuk melakukan tindakan anarkis

kesepakatan

dengan

para

yang

demonstran. Demonstrasi yang berlangsung

saat

dengan keras dan diwarnai dengan berbagai

amarahnya.

tuntutan

menahan diri

dari

demonstran,

memengaruhi

muncul

demonstran

ketika

mencoba

Polwan

memiliki

memancing

negosiator

mampu

untuk tidak mengikutinya.

proses negosiasi yang berlangsung, sehingga

Polwan negosiator juga mengaku mendapatkan

negosiasi terpaksa tidak dapat mencapai

pelatihan penanganan massa yang membantu

mufakat dan berakhir dengan aksi dorong

dalam mengelola emosi, sehingga tetap tenang

hingga aksi anarkis yang melibatkan Polri dan

meskipun situasi demonstrasi berubah menjadi

demonstran.

tidak terkendali.

Kemampuan negosiasi dipengaruhi oleh

Hasil penelitian yang dilakukan Gross dan

faktor emosi individu (Yasin, 2003: 170).

Barrett (2011: 13) menunjukkan bahwa emosi

Ketenangan yang dimiliki negosiator akan

yang dipahami sebagai tindakan (atau disposisi

dapat memberikan kesempatan kepada dua

terhadap tindakan) dengan fungsi tersendiri.

pihak untuk berpikir tentang apa yang sedang

Generasi emosi dan regulasi mendukung

dipikirkan oleh seorang negosiator (Liliweri,

perilaku, karena emosi dianggap sebagai

2006: 349). Kemampuan dalam regulasi emosi

konstruksi

diharapkan

negosiator

mengatur atau membentuk perasaan dan

mampu memilih strategi yang konkret dan

perilaku individu dalam konteks sosial tertentu.

berpikir bagaimana mengatasi permasalahan

Lebih lanjut dijelaskan oleh Safari dan

yang sedang terjadi. Transformasi untuk

Saputra (2009: 18) bahwa individu semakin

mengurangi ekspresi perasaan negatif primer

memiliki

menuju pemahaman terhadap diri sendiri dan

membedakan dan menamakan emosi, maka

orang lain secara lebih baik akan dapat

semakin terhindar individu dari sifat cemas dan

mengurangi

kalut.

dapat

menjadikan

permusuhan,

meningkatkan

sosial

yang

kemampuan

Kemampuan

berfungsi

dalam

regulasi

memahami,

emosi

juga

pembentukan

sifat

asertifitas dan kepercayaan diri, meningkatkan

berpengaruh

kesehatan

keterbukaan (openess) dan sifat mengikuti kata

fisik

dan

fungsi

fisiologis.

terhadap

untuk

185

hati

(conscientiousness)

berkaitan

rasa, sehingga pemilihan seseorang untuk

dengan coping yang lebih aktif, terencana dan

menjadi negosiator akan sangat berperan

konstruktif. Regulasi emosi atau kemampuan

dalam

dalam mengelola emosi pada negosiator Polri

negosiator sangat menentukan baik buruknya

khususnya Polwan akan dapat menghindarkan

pelaksanaan unjuk rasa, sehingga negosiator

anggota dari adanya tindakan-tindakan yang

diharapkan akan mampu untuk meredam

berada di luar ketentuan, sehingga tetap dapat

massa unjuk rasa maupun pasukan Dalmas

berupaya agar demonstrasi berjalan dengan

untuk tidak terpancing emosi yang disebabkan

lancar

massa

dan

dapat

serta

teratasi

tanpa

harus

pelaksanaan

pengunjuk emosi

di

lapangan.

rasa

yang

pasukan.

Peran

sengaja

menggunakan tindakan-tindakan kekerasan.

memancing

Negosiator

Kemampuan menjadi negosiator dalam

memiliki peran yang cukup penting dalam

menghadapi massa yang berunjuk rasa

mengantisipasi jalannya unjuk rasa, sehingga

Luecke dan James (2009: 1) menyatakan

pemilihan seseorang untuk menjadi negosiator

bahwa negosiasi adalah sarana mengatasi

akan sangat berperan dalam pelaksanaan

perbedaan antara beberapa individu ketika

dilapangan. Pengamanan unjuk rasa dilakukan

penyelesaian yang telah ditetapkan tidak bisa

oleh berbagai fungsi dalam Kepolisian, salah

dijalankan. Webb, Maughan dan Maudhan

satunya adalah anggota negosiator Dit Sabhara.

(2011: 149) menyatakan bahwa negosiasi

Negosiator dalam aksi unjuk rasa bertugas

adalah suatu proses di mana terdapat dua

melakukan aksi negosiasi dengan pengunjuk

pihak atau lebih berusaha mencari solusi atas

rasa, serta memfasilitasi pengunjuk rasa untuk

permasalahan

hingga

menunjuk perwakilan apabila ada keinginan

terselesaikan secara memuaskan. Lebih lanjut

untuk menemui atau tatap muka dengan

Lewicki, Barry, dan Saunders (2012: 3)

sasaran atau tokoh yang akan dituju (Mabes

menyatakan bahwa negosiasi terjadi untuk

Polri, 2010).

atau

sengketa

beberapa alasan, antara lain menyetujui

Undang-Undang

Republik

Indonesia

bagaimana cara membagi sebuah sumber

Nomor 9 Tahun 1998 Tentang Kemerdekaan

terbatas, menciptakan sesuatu yang baru

Menyampaikan Pendapat di Muka Umum, Bab

dimana kedua belah pihak akan melakukannya

I Pasal 1 menyatakan bahwa unjuk rasa atau

dengan cara mereka sendiri, atau dilakukan

demonstrasi adalah kegiatan yang dilakukan

untuk

oleh seorang atau lebih untuk mengeluarkan

menyelesaikan

masalah

atau

perselisihan antara kedua belah pihak. Negosiator memiliki peran yang cukup penting dalam mengantisipasi jalannya unjuk

pikiran dengan lisan, tulisan, dan sebagainya secara

demonstratif

Penyampaian

pendapat

di

muka di

muka

umum. umum

186

dilaksanakan

di

tempat-tempat

terbuka,

Lewicki, dkk (2012: 88) menyatakan

kecuali di lingkungan istana kepresidenan,

bahwa seorang negosiator yang baik harus

tempat ibadah, instalasi militer, rumah sakit,

berhasil meneladani beberapa karakteristik

pelabuhan udara atau laut, stasiun kereta api,

atau sifat-sifat, sebagai berikut:

terminal angkutan darat, dan objek-objek vital

a. Kejujuran dan integritas

nasional. Penyampaian pendapat di muka

Negosiasi

umum juga tidak boleh dilakukan pada hari

memerlukan tingkat kepercayaan di antara

besar nasional.

kedua pihak.

Berdasarkan

uraian

tersebut

dapat

berbasis

kepentingan

b. Mentalitas berkecukupan

dirumuskan bahwa kemampuan negosiasi

Seorang negosiator

dalam menghadapi massa yang berunjuk rasa

berkecukupan mengetahui bahwa membuat

adalah sarana mengatasi perbedaan antara

konsesi membantu membangun hubungan

beberapa individu ketika penyelesaian yang

jangka panjang.

telah ditetapkan tidak bisa dijalankan dengan

dengan

mentalitas

c. Kedewasaan

berbagai cara/alternatif, sehingga aksi massa

Kedewasaan adalah memiliki keberanian

tidak semakin meluas dan berubah manjadi

utnuk memperjuangkan kepentingan dan

tindakan anarkis.

nilai-nilai

Webb, dkk (2011: 150) menyatakan bahwa

terdapat

beberapa

karakteristik

negosiator yang efektif, yaitu: a. Menganalisis masalah, fakta-fakta dan tujuan dari masing-masing pihak. b. Mendengarkan, mencari informasi, dan memberikan informasi c. Memengaruhi pihak lain agar tujuan dalam negosiasi diterima d. Mengenali kapan harus mengakui dan ketika Anda diam e. Mengenali kapan harus melanjutkan negosiasi

individu

sekaligus

mampu

mengakui bahwa kepentingan dan nilainilai orang lain juga sama pentingnya. d. Orientasi sistem Para pemikir sistem akan melihat dengan cara-cara

yang

memandang

bahwa

keseluruhan sistem dapat dioptimalkan dan bukan berfokus pada mengurangi optimasi komponen-komponen di dalam sistem. e. Kemampuan mendengar yang unggul Sembilan puluh persen dari komunikasi bukanlah kata-kata seseorang, tetapi pada keseluruhan konteks komunikasi, termasuk ekspresi, bahasa tubuh, dan tanda-tanda

f. Berpikir kreatif

lain.

Pendengar

g. Meninjau pengalaman bernegosiasi

mengharuskan

yang

efektif

seseorang

juga hanya

187

mendengarkan

berdasarkan

bingkai

mencari

solusi

pemikiran pribadi.

sengketa

Berdasarkan uraian tersebut dapat diambil

memuaskan.

simpulan bahwa karakteristik negosiator yang baik

adalah

mentalitas

kejujuran

dan

berkecukupan,

atas

hingga

permasalahan terselesaikan

atau secara

Penugasan Polwan dalam penanganan

integritas,

unjuk rasa diharapkan dapat mencegah konflik

kedewasaan,

yang destruktif dan mendorong penghentian

orientasi sistem, kemampuan mendengar yang

konflik

unggul, merasa nyaman tentang diri sendiri,

dalam menyelesaikan konflik yang disebabkan

mampu memenuhi berbagai tuntutan hidup,

karena penundaan waktu berpengaruh terhadap

keinginan untuk menggali lebih banyak

penundaan solusi, yang berarti memberikan

informasi, kesabaran untuk bertahan lebih

peluang bagi makin terbukanya konflik antara

lama dari negosiator lawan, serta kemampuan

dua pihak (Liliweri, 2006: 355).

menganalisa masalah.

secara

konstruktif.

Keterlambatan

Banyak cara untuk menyelesaikan konflik dalam suatu aksi massa, diantaranya dengan

Metode Penelitian Karakteristik populasi dalam penelitian ini

melakukan negosiasi. Negosiasi sudah ada

adalah Polwan negosiator Polda Jateng yang

sejak zaman dahulu dan merupakan bagian dari

berjumlah 45 orang, 15,15,15. Penelitian ini

aktivitas manusia yang sudah lazim dilakukan

menggunakan semua subjek yang sesuai

dalam berbagai hal. Negosiasi merupakan

dengan karakteristik pada populasi. Penelitian

sebuah proses yang terjadi antara dua pihak

ini

atau lebih yang pada mulanya memiliki

menggunakan

Skala

Kemampuan

Negosiasi.

pemikiran berbeda hingga akhirnya mencapai

Hasil dan Pembahasan

kesepakatan. Proses negosiasi akan memberi

Berdasarkan hasil data penelitian yang

pandangan yang lebih jelas mengenai apa yang

diperoleh, variabel kemampuan negosiasi

diinginkan dan bagaimana cara mencapainya

diperoleh Mean Empirik sebesar 170,59,

(Jackman, 2005: 8-9). Berawal dari kerjasama

Mean Hipotetiknya sebesar 142,5 dan Standar

yang dilakukan segala tuntutan/keinginan,

Deviasi Hipotetiknya sebesar 28,5. Mean

aspirasi dan opini masing-masing pihak dapat

Empiriknya variabel Kemampuan negosiasi

diarahkan demi tercapainya situasi konformitas

pada area (+)1SD dari Mean Hipotetiknya.

secara optimal, selanjutnya diperoleh manfaat

Hal ini mengindikasikan bahwa kemampuan

semaksimal mungkin dengan faktor risiko

negosiasi pada kategori sedang. Hal ini berarti

seminimal mungkin (Jackman, 2005: 68).

bahwa Polwan negosiator Polda Jateng cukup

Anggota

dapat

negosiator

menunjukkan

kemampuan

dalam

Polri

yang

diharapkan

berperan dapat

sebagai memiliki

188

kemampuan negosiasi yang baik, sehingga suatu aksi massa tidak berakhir dengan

Daftar Pustaka

anarkis.

Gross, J. J., dan Barrett, L. F. 2011. Emotion Generation and Emotion Regulation: One or Two Depends on Your Point of View. International Society for Research on Emotion. Vol. 3. No. 1. Hal. 8-16. http://spl.stanford.edu/pdfs/2011%20Gross %20Barrett%20Emotion%20Review. Diakses pada tanggal 19 November 2012.

Negosiator Polri memiliki peran penting untuk mencari solusi terhadap pelaksanaan unjuk rasa, sehingga unjuk rasa tidak meluas dan

berubah

menjadi

tindakan

anarkis.

Kadangkala negosiator hadir di lapangan dalam pelaksanaan unjuk rasa, dan inipun sifatnya mendadak karena kerawanan unjuk rasa sudah mulai meningkat. Kehadiran negosiator

yang mendadak inipun tidak

memiliki kemampuan dalam bernegosiasi maupun

kemampuan

dalam

berbicara,

negosiator lebih terkesan sebagai orang yang ingin dihargai, arogan dan berbicarapun tidak mencerminkan kesantunan, sehingga hal ini jelas

tidak

dapat

menurunkan

eskalasi

kerawanan, dan bahkan sama sekali tidak memberikan kontribusi yang positif untuk mencari solusinya. Pemberdayaan Polwan sebagai pelaksanaan negosiasi akan terasa pengaruhnya, keberadaan negosiator tersebut akan dapat diterima oleh massa pengunjuk rasa dan pelaksanaan dialog dimungkinkan tidak membosankan, sehingga akan dicapai “win-win

solution”

yang

merupakan

keberhasilan dari negosiator. Simpulan Berdasarkan dilakukan

hasil

diketahui

penelitian bahwa

yang

kemampuan

Jackman, A. 2005. How to Negotiate. Alih Bahasa: Chefira Inda. Jakarta: Erlangga. Lia. 2012. Kemana Polwan Cantik Saat Demo Rusuh. http://www.merdeka.com. (Minggu, 15 April 2012). Liliweri, A. 2006. Prasangka dan Konflik. Yogyakarta: LkiS Yogyakarta. Luecke, R. A., dan James, G. P. 2009. Better Negosiator: Cara Lihai Menjadi Negosiator Ulung. Yogyakarta: Locus. Markas Besar Kepolisian Negara Republik Indonesia. 2010. Pengendalian dan Cara Bertindak terhadap Aksi Unjuk Rasa.Jakarta: Mabes Polri. Safari, N., dan Saputra, T. 2009. Manajemen Emosi : Sebuah Panduan Cerdas Bagaimana Mengelola Emosi Positif dalam Hidup Anda. Jakarta : PT. Bumi Aksara. Yasin, N. 2003. Mengenal Klaim Konstruksi dan Penyelesaian Sengketa Konstruksi. Jakarta: PT. Gramedia. Webb, J., Maughan, C., dan Maughan, M. 2011. Lawyers’ Skill. United State: Oxford University Press. http://books.google.co.id/books?id=UlKx2LD_c8C&printsec=frontcover&dq=Lawyer s%E2%80%99+Skill&hl=id&sa=X&ei=TI KrUKDoFNDJrAeU2YCYDA&ved=0CE MQ6AEwCQ#v=onepage&q=Lawyers%E 2%80%99%20Skill&f=false. Diakses pada tanggal 19 November 2012.

negosiasi pada kategori sedang.

189