KEMAMPUAN MENJADI NEGOSIATOR DALAM MENGHADAPI MASSA YANG BERUNJUK RASA Putri Agustina Fakultas Psikologi Universitas Semarang ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara empiris kemampuan menjadi negosiator dalam menghadapi massa yang berunjuk rasa. Peneliti menggunakan 44 Polwan negosiator Polda Jateng. Penelitian ini merupakan penelitian populasi. Data penelitian dikumpulkan dengan menggunakan Skala Kemampuan Menjadi Negosiator. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan negosiasi pada kategori sedang. Polwan negosiator Polda Jateng cukup dapat menunjukkan kemampuan dalam mencari solusi atas permasalahan atau sengketa hingga terselesaikan secara memuaskan. Kata kunci: kemampuan menjadi negosiator dalam menghadapi massa yang berunjuk rasa
NEGOTIATE ABILITY TO THE MASS PROTEST ABSTRACT
This research had purpose to know the empirical negotiate ablitiy to the mass protest. Researchers used 44 women negotiator of Polda Jateng. This research is research population. The Research Data was collected using the Scale of Negotiate Ability to The Mass Protest. The result of the research showed that the negotiate ability of women negotiator Polda Jateng in the medium category. Woman negotiator of Polda Jateng have enough ability to solve problems and find solutions, until good ending.
Keywords: negotiate ability to the mass protest PENDAHULUAN
perannya sebagai alat negara. Pemelihara
Polri dalam menjalankan tugas berusaha
keamanan
dan
ketertiban
masyarakat,
mengimplementasikan niat dan komitmen
menegakkan hukum, memberikan pengayoman
bangsa
dan pelayanan kepada masyarakat. Polri
Indonesia
untuk
menegakkan
supremasi hukum, kewajiban tersebut akibat
memprogamkan
adanya berbagai ancaman kekerasan dan
mengantisipasi dan menanggulangi kekerasan
kerusuhan massa yang merugikan bangsa dan
dan kerusuhan massa tersebut, meskipun
negara.
hasilnya dirasakan belum optimal. Berbagai
Polri
sesuai
tugas,
fungsi
dan
berbagai
upaya
182
untuk
bentuk aksi massa masih memunculkan rusuh
Dalmas yang digunakan diberbagai Polda
dan menyebabkan kerusakan.
masih menggunakan Polki yang masih muda-
Salah
satu
fungsi
Kepolisian
yang
muda, yang baru lulus dari pendidikan Bintara
berwenang dalam penanganan aksi massa
Kepolisian.
adalah
Kapolda Jateng Nomor : SPRIN/893/III/2012
Direktorat
Sabhara
(selanjutnya
Berdasarkan
Surat
disingkat Dit Sabhara). Dit Sabhara Polda
berdasarkan
Surat
Jateng merupakan sebagian fungsi Kepolisian
B/350/I/2012
tanggal
31
yang bersifat preventif, fungsi ini memerlukan
menerangkan
bahwa
untuk
keahlian dan ketrampilan khusus dalam
organisasi Polri dalam rangka pembentukan
mencegah
sesuatu
Detasemen Dalmas Kerangka Polda Jateng
kerumunan massa, agar tidak berkembang
maka dibentuk suatu tim negosiator Polda
menjadi gangguan Kamtibmas dan juga tidak
Jateng yang beranggotakan Polwan dari setiap
diganggu oleh pihak lain.
fungsi yang ada di Polda Jateng untuk
Polri
atau
dalam
mengendalikan
pelaksanaan
Kapolri
Perintah
Nomor
Januari
:
2012
kepentingan
penanganan
menangani aksi unjuk rasa agar tidak berakhir
unjuk rasa selalu dihadapkan pada berbagai
dengan ricuh. Hal tersebut sejalan dengan
permasalahan yang belum dapat memberikan
Petunjuk
kontribusi yang positif, seperti halnya dengan
dikeluarkan oleh Mabes Polri (2010) tentang
penyelesaian masalah tanpa adanya kekerasan.
Pengendalian dan Cara Bertindak terhadap
Penanganan terhadap unjuk rasa lebih terkesan
Aksi Unjuk Rasa, dijelaskan bahwa negosiator
represif, padahal para pimpinan Polri sudah
dibentuk untuk memfasilitasi pengunjuk rasa
berupaya
dengan
untuk menunjuk perwakilan apabila ada
mengeluarkan berbagai petunjuk pelaksanaan
keinginan untuk menemui atau tatap muka
maupun petunjuk teknis untuk keberhasilan
dengan sasaran atau tokoh yang akan dituju.
semaksimal
mungkin
penanganan unjuk rasa di lapangan.
Pelaksanaan
Penugasan
Polwan
SDEOPS
dalam
yang
penanganan
Selama ini setiap ada unjuk rasa, Polisi
unjuk rasa diharapkan dapat mencegah konflik
laki-laki (Polki) selalu dikedepankan dan
yang destruktif dan mendorong penghentian
masih kurang efektif. Bentrokan antara polisi
konflik
dengan massa masih terjadi yang disebabkan
dalam menyelesaikan konflik yang disebabkan
karena anggota polisi mudah terpancing emosi
karena penundaan waktu berpengaruh terhadap
dan langsung melakukan tindakan represif
penundaan solusi, yang berarti memberikan
para pengunjuk rasa. Ada beberapa faktor
peluang bagi makin terbukanya konflik antara
yang menjadikan seringnya terjadi bentrokan
dua pihak (Liliweri, 2006: 355).
secara
konstruktif.
Keterlambatan
dengan massa, salah satunya adalah Pasukan
183
Banyak cara untuk menyelesaikan konflik
negosiator
yang
mendadak
inipun
dalam suatu aksi massa, diantaranya dengan
memiliki
kemampuan
melakukan negosiasi. Negosiasi sudah ada
maupun
kemampuan
sejak zaman dahulu dan merupakan bagian
negosiator lebih terkesan sebagai orang yang
dari aktivitas manusia yang sudah lazim
ingin dihargai, arogan dan berbicarapun tidak
dilakukan dalam berbagai hal. Negosiasi
mencerminkan kesantunan, sehingga hal ini
merupakan sebuah proses yang terjadi antara
jelas
dua pihak atau lebih yang pada mulanya
kerawanan, dan bahkan sama sekali tidak
memiliki pemikiran berbeda hingga akhirnya
memberikan kontribusi yang positif untuk
mencapai kesepakatan. Proses negosiasi akan
mencari solusinya. Pemberdayaan Polwan
memberi
jelas
sebagai pelaksanaan negosiasi akan terasa
mengenai apa yang diinginkan dan bagaimana
pengaruhnya, keberadaan negosiator tersebut
cara mencapainya (Jackman, 2005: 8-9).
akan dapat diterima oleh massa pengunjuk rasa
Berawal dari kerjasama yang dilakukan segala
dan pelaksanaan dialog dimungkinkan tidak
tuntutan/keinginan, aspirasi dan opini masing-
membosankan, sehingga akan dicapai “win-
masing
demi
win solution” yang merupakan keberhasilan
secara
dari negosiator. Namun berbagai bentuk
manfaat
kegagalan dalam negosiasi masih saja terjadi
semaksimal mungkin dengan faktor risiko
dan menyebabkan terjadinya bentrokan antara
seminimal mungkin (Jackman, 2005: 68).
polisi dan demonstran.
pandangan
pihak
tercapainya optimal,
Anggota negosiator
yang
dapat
situasi
diarahkan
konformitas
selanjutnya
Polri
lebih
yang
diharapkan
diperoleh
berperan dapat
sebagai
tidak
Fakta
dapat
yang
dalam
tidak
bernegosiasi
dalam
berbicara,
menurunkan
menunjukkan
eskalasi
kurangnya
memiliki
kemampuan dalam negosiasi terjadi pada
kemampuan negosiasi yang baik, sehingga
bentrokan polisi dengan mahasiswa yang tak
suatu aksi massa tidak berakhir dengan
dapat
anarkis.
kenaikan
dihindarkan harga
saat BBM.
demo
menolak
Upaya
Polri
Negosiator Polri memiliki peran penting
menerjunkan Polisi Wanita (Polwan) sebagai
untuk mencari solusi terhadap pelaksanaan
negosiator ternyata tidak berhasil. Hal tersebut
unjuk rasa, sehingga unjuk rasa tidak meluas
sebagai bukti ketidakmampuan anggota Polri
dan
dalam
berubah
menjadi
tindakan
anarkis.
melakukan
negosiasi,
sehingga
Kadangkala negosiator hadir di lapangan
demonstrasi berakhir dengan ricuh. Aksi saling
dalam pelaksanaan unjuk rasa, dan inipun
lempar batu antara Polisi dan demonstran tidak
sifatnya mendadak karena kerawanan unjuk
terhindar, seperti yang terjadi pada saat demo
rasa sudah mulai meningkat. Kehadiran
kenaikan BBM (Lia, 2012).
184
Berdasarkan
analisis
terhadap
hasil
Tranformasi untuk mengelola emosi ini disebut
wawancara yang dilakukan peneliti terhadap
dengan regulasi emosi atau pengelolaan emosi.
tiga orang Polwan yang menjadi negosiator,
Analisis terhadap hasil wawancara yang
diketahui bahwa Polwan masih mengalami
dilakukan peneliti terhadap tiga orang Polwan
kesulitan saat melakukan negosiasi dengan
yang menjadi negosiator juga menunjukkan
para demonstran. Polwan yang bertugas
bahwa Polwan negosiator mampu mengelola
sebagai negosiator merasa sulit sekali untuk
dorongan
mencapai
keinginan untuk melakukan tindakan anarkis
kesepakatan
dengan
para
yang
demonstran. Demonstrasi yang berlangsung
saat
dengan keras dan diwarnai dengan berbagai
amarahnya.
tuntutan
menahan diri
dari
demonstran,
memengaruhi
muncul
demonstran
ketika
mencoba
Polwan
memiliki
memancing
negosiator
mampu
untuk tidak mengikutinya.
proses negosiasi yang berlangsung, sehingga
Polwan negosiator juga mengaku mendapatkan
negosiasi terpaksa tidak dapat mencapai
pelatihan penanganan massa yang membantu
mufakat dan berakhir dengan aksi dorong
dalam mengelola emosi, sehingga tetap tenang
hingga aksi anarkis yang melibatkan Polri dan
meskipun situasi demonstrasi berubah menjadi
demonstran.
tidak terkendali.
Kemampuan negosiasi dipengaruhi oleh
Hasil penelitian yang dilakukan Gross dan
faktor emosi individu (Yasin, 2003: 170).
Barrett (2011: 13) menunjukkan bahwa emosi
Ketenangan yang dimiliki negosiator akan
yang dipahami sebagai tindakan (atau disposisi
dapat memberikan kesempatan kepada dua
terhadap tindakan) dengan fungsi tersendiri.
pihak untuk berpikir tentang apa yang sedang
Generasi emosi dan regulasi mendukung
dipikirkan oleh seorang negosiator (Liliweri,
perilaku, karena emosi dianggap sebagai
2006: 349). Kemampuan dalam regulasi emosi
konstruksi
diharapkan
negosiator
mengatur atau membentuk perasaan dan
mampu memilih strategi yang konkret dan
perilaku individu dalam konteks sosial tertentu.
berpikir bagaimana mengatasi permasalahan
Lebih lanjut dijelaskan oleh Safari dan
yang sedang terjadi. Transformasi untuk
Saputra (2009: 18) bahwa individu semakin
mengurangi ekspresi perasaan negatif primer
memiliki
menuju pemahaman terhadap diri sendiri dan
membedakan dan menamakan emosi, maka
orang lain secara lebih baik akan dapat
semakin terhindar individu dari sifat cemas dan
mengurangi
kalut.
dapat
menjadikan
permusuhan,
meningkatkan
sosial
yang
kemampuan
Kemampuan
berfungsi
dalam
regulasi
memahami,
emosi
juga
pembentukan
sifat
asertifitas dan kepercayaan diri, meningkatkan
berpengaruh
kesehatan
keterbukaan (openess) dan sifat mengikuti kata
fisik
dan
fungsi
fisiologis.
terhadap
untuk
185
hati
(conscientiousness)
berkaitan
rasa, sehingga pemilihan seseorang untuk
dengan coping yang lebih aktif, terencana dan
menjadi negosiator akan sangat berperan
konstruktif. Regulasi emosi atau kemampuan
dalam
dalam mengelola emosi pada negosiator Polri
negosiator sangat menentukan baik buruknya
khususnya Polwan akan dapat menghindarkan
pelaksanaan unjuk rasa, sehingga negosiator
anggota dari adanya tindakan-tindakan yang
diharapkan akan mampu untuk meredam
berada di luar ketentuan, sehingga tetap dapat
massa unjuk rasa maupun pasukan Dalmas
berupaya agar demonstrasi berjalan dengan
untuk tidak terpancing emosi yang disebabkan
lancar
massa
dan
dapat
serta
teratasi
tanpa
harus
pelaksanaan
pengunjuk emosi
di
lapangan.
rasa
yang
pasukan.
Peran
sengaja
menggunakan tindakan-tindakan kekerasan.
memancing
Negosiator
Kemampuan menjadi negosiator dalam
memiliki peran yang cukup penting dalam
menghadapi massa yang berunjuk rasa
mengantisipasi jalannya unjuk rasa, sehingga
Luecke dan James (2009: 1) menyatakan
pemilihan seseorang untuk menjadi negosiator
bahwa negosiasi adalah sarana mengatasi
akan sangat berperan dalam pelaksanaan
perbedaan antara beberapa individu ketika
dilapangan. Pengamanan unjuk rasa dilakukan
penyelesaian yang telah ditetapkan tidak bisa
oleh berbagai fungsi dalam Kepolisian, salah
dijalankan. Webb, Maughan dan Maudhan
satunya adalah anggota negosiator Dit Sabhara.
(2011: 149) menyatakan bahwa negosiasi
Negosiator dalam aksi unjuk rasa bertugas
adalah suatu proses di mana terdapat dua
melakukan aksi negosiasi dengan pengunjuk
pihak atau lebih berusaha mencari solusi atas
rasa, serta memfasilitasi pengunjuk rasa untuk
permasalahan
hingga
menunjuk perwakilan apabila ada keinginan
terselesaikan secara memuaskan. Lebih lanjut
untuk menemui atau tatap muka dengan
Lewicki, Barry, dan Saunders (2012: 3)
sasaran atau tokoh yang akan dituju (Mabes
menyatakan bahwa negosiasi terjadi untuk
Polri, 2010).
atau
sengketa
beberapa alasan, antara lain menyetujui
Undang-Undang
Republik
Indonesia
bagaimana cara membagi sebuah sumber
Nomor 9 Tahun 1998 Tentang Kemerdekaan
terbatas, menciptakan sesuatu yang baru
Menyampaikan Pendapat di Muka Umum, Bab
dimana kedua belah pihak akan melakukannya
I Pasal 1 menyatakan bahwa unjuk rasa atau
dengan cara mereka sendiri, atau dilakukan
demonstrasi adalah kegiatan yang dilakukan
untuk
oleh seorang atau lebih untuk mengeluarkan
menyelesaikan
masalah
atau
perselisihan antara kedua belah pihak. Negosiator memiliki peran yang cukup penting dalam mengantisipasi jalannya unjuk
pikiran dengan lisan, tulisan, dan sebagainya secara
demonstratif
Penyampaian
pendapat
di
muka di
muka
umum. umum
186
dilaksanakan
di
tempat-tempat
terbuka,
Lewicki, dkk (2012: 88) menyatakan
kecuali di lingkungan istana kepresidenan,
bahwa seorang negosiator yang baik harus
tempat ibadah, instalasi militer, rumah sakit,
berhasil meneladani beberapa karakteristik
pelabuhan udara atau laut, stasiun kereta api,
atau sifat-sifat, sebagai berikut:
terminal angkutan darat, dan objek-objek vital
a. Kejujuran dan integritas
nasional. Penyampaian pendapat di muka
Negosiasi
umum juga tidak boleh dilakukan pada hari
memerlukan tingkat kepercayaan di antara
besar nasional.
kedua pihak.
Berdasarkan
uraian
tersebut
dapat
berbasis
kepentingan
b. Mentalitas berkecukupan
dirumuskan bahwa kemampuan negosiasi
Seorang negosiator
dalam menghadapi massa yang berunjuk rasa
berkecukupan mengetahui bahwa membuat
adalah sarana mengatasi perbedaan antara
konsesi membantu membangun hubungan
beberapa individu ketika penyelesaian yang
jangka panjang.
telah ditetapkan tidak bisa dijalankan dengan
dengan
mentalitas
c. Kedewasaan
berbagai cara/alternatif, sehingga aksi massa
Kedewasaan adalah memiliki keberanian
tidak semakin meluas dan berubah manjadi
utnuk memperjuangkan kepentingan dan
tindakan anarkis.
nilai-nilai
Webb, dkk (2011: 150) menyatakan bahwa
terdapat
beberapa
karakteristik
negosiator yang efektif, yaitu: a. Menganalisis masalah, fakta-fakta dan tujuan dari masing-masing pihak. b. Mendengarkan, mencari informasi, dan memberikan informasi c. Memengaruhi pihak lain agar tujuan dalam negosiasi diterima d. Mengenali kapan harus mengakui dan ketika Anda diam e. Mengenali kapan harus melanjutkan negosiasi
individu
sekaligus
mampu
mengakui bahwa kepentingan dan nilainilai orang lain juga sama pentingnya. d. Orientasi sistem Para pemikir sistem akan melihat dengan cara-cara
yang
memandang
bahwa
keseluruhan sistem dapat dioptimalkan dan bukan berfokus pada mengurangi optimasi komponen-komponen di dalam sistem. e. Kemampuan mendengar yang unggul Sembilan puluh persen dari komunikasi bukanlah kata-kata seseorang, tetapi pada keseluruhan konteks komunikasi, termasuk ekspresi, bahasa tubuh, dan tanda-tanda
f. Berpikir kreatif
lain.
Pendengar
g. Meninjau pengalaman bernegosiasi
mengharuskan
yang
efektif
seseorang
juga hanya
187
mendengarkan
berdasarkan
bingkai
mencari
solusi
pemikiran pribadi.
sengketa
Berdasarkan uraian tersebut dapat diambil
memuaskan.
simpulan bahwa karakteristik negosiator yang baik
adalah
mentalitas
kejujuran
dan
berkecukupan,
atas
hingga
permasalahan terselesaikan
atau secara
Penugasan Polwan dalam penanganan
integritas,
unjuk rasa diharapkan dapat mencegah konflik
kedewasaan,
yang destruktif dan mendorong penghentian
orientasi sistem, kemampuan mendengar yang
konflik
unggul, merasa nyaman tentang diri sendiri,
dalam menyelesaikan konflik yang disebabkan
mampu memenuhi berbagai tuntutan hidup,
karena penundaan waktu berpengaruh terhadap
keinginan untuk menggali lebih banyak
penundaan solusi, yang berarti memberikan
informasi, kesabaran untuk bertahan lebih
peluang bagi makin terbukanya konflik antara
lama dari negosiator lawan, serta kemampuan
dua pihak (Liliweri, 2006: 355).
menganalisa masalah.
secara
konstruktif.
Keterlambatan
Banyak cara untuk menyelesaikan konflik dalam suatu aksi massa, diantaranya dengan
Metode Penelitian Karakteristik populasi dalam penelitian ini
melakukan negosiasi. Negosiasi sudah ada
adalah Polwan negosiator Polda Jateng yang
sejak zaman dahulu dan merupakan bagian dari
berjumlah 45 orang, 15,15,15. Penelitian ini
aktivitas manusia yang sudah lazim dilakukan
menggunakan semua subjek yang sesuai
dalam berbagai hal. Negosiasi merupakan
dengan karakteristik pada populasi. Penelitian
sebuah proses yang terjadi antara dua pihak
ini
atau lebih yang pada mulanya memiliki
menggunakan
Skala
Kemampuan
Negosiasi.
pemikiran berbeda hingga akhirnya mencapai
Hasil dan Pembahasan
kesepakatan. Proses negosiasi akan memberi
Berdasarkan hasil data penelitian yang
pandangan yang lebih jelas mengenai apa yang
diperoleh, variabel kemampuan negosiasi
diinginkan dan bagaimana cara mencapainya
diperoleh Mean Empirik sebesar 170,59,
(Jackman, 2005: 8-9). Berawal dari kerjasama
Mean Hipotetiknya sebesar 142,5 dan Standar
yang dilakukan segala tuntutan/keinginan,
Deviasi Hipotetiknya sebesar 28,5. Mean
aspirasi dan opini masing-masing pihak dapat
Empiriknya variabel Kemampuan negosiasi
diarahkan demi tercapainya situasi konformitas
pada area (+)1SD dari Mean Hipotetiknya.
secara optimal, selanjutnya diperoleh manfaat
Hal ini mengindikasikan bahwa kemampuan
semaksimal mungkin dengan faktor risiko
negosiasi pada kategori sedang. Hal ini berarti
seminimal mungkin (Jackman, 2005: 68).
bahwa Polwan negosiator Polda Jateng cukup
Anggota
dapat
negosiator
menunjukkan
kemampuan
dalam
Polri
yang
diharapkan
berperan dapat
sebagai memiliki
188
kemampuan negosiasi yang baik, sehingga suatu aksi massa tidak berakhir dengan
Daftar Pustaka
anarkis.
Gross, J. J., dan Barrett, L. F. 2011. Emotion Generation and Emotion Regulation: One or Two Depends on Your Point of View. International Society for Research on Emotion. Vol. 3. No. 1. Hal. 8-16. http://spl.stanford.edu/pdfs/2011%20Gross %20Barrett%20Emotion%20Review. Diakses pada tanggal 19 November 2012.
Negosiator Polri memiliki peran penting untuk mencari solusi terhadap pelaksanaan unjuk rasa, sehingga unjuk rasa tidak meluas dan
berubah
menjadi
tindakan
anarkis.
Kadangkala negosiator hadir di lapangan dalam pelaksanaan unjuk rasa, dan inipun sifatnya mendadak karena kerawanan unjuk rasa sudah mulai meningkat. Kehadiran negosiator
yang mendadak inipun tidak
memiliki kemampuan dalam bernegosiasi maupun
kemampuan
dalam
berbicara,
negosiator lebih terkesan sebagai orang yang ingin dihargai, arogan dan berbicarapun tidak mencerminkan kesantunan, sehingga hal ini jelas
tidak
dapat
menurunkan
eskalasi
kerawanan, dan bahkan sama sekali tidak memberikan kontribusi yang positif untuk mencari solusinya. Pemberdayaan Polwan sebagai pelaksanaan negosiasi akan terasa pengaruhnya, keberadaan negosiator tersebut akan dapat diterima oleh massa pengunjuk rasa dan pelaksanaan dialog dimungkinkan tidak membosankan, sehingga akan dicapai “win-win
solution”
yang
merupakan
keberhasilan dari negosiator. Simpulan Berdasarkan dilakukan
hasil
diketahui
penelitian bahwa
yang
kemampuan
Jackman, A. 2005. How to Negotiate. Alih Bahasa: Chefira Inda. Jakarta: Erlangga. Lia. 2012. Kemana Polwan Cantik Saat Demo Rusuh. http://www.merdeka.com. (Minggu, 15 April 2012). Liliweri, A. 2006. Prasangka dan Konflik. Yogyakarta: LkiS Yogyakarta. Luecke, R. A., dan James, G. P. 2009. Better Negosiator: Cara Lihai Menjadi Negosiator Ulung. Yogyakarta: Locus. Markas Besar Kepolisian Negara Republik Indonesia. 2010. Pengendalian dan Cara Bertindak terhadap Aksi Unjuk Rasa.Jakarta: Mabes Polri. Safari, N., dan Saputra, T. 2009. Manajemen Emosi : Sebuah Panduan Cerdas Bagaimana Mengelola Emosi Positif dalam Hidup Anda. Jakarta : PT. Bumi Aksara. Yasin, N. 2003. Mengenal Klaim Konstruksi dan Penyelesaian Sengketa Konstruksi. Jakarta: PT. Gramedia. Webb, J., Maughan, C., dan Maughan, M. 2011. Lawyers’ Skill. United State: Oxford University Press. http://books.google.co.id/books?id=UlKx2LD_c8C&printsec=frontcover&dq=Lawyer s%E2%80%99+Skill&hl=id&sa=X&ei=TI KrUKDoFNDJrAeU2YCYDA&ved=0CE MQ6AEwCQ#v=onepage&q=Lawyers%E 2%80%99%20Skill&f=false. Diakses pada tanggal 19 November 2012.
negosiasi pada kategori sedang.
189