32 ANALISIS MANAJEMEN PENYIMPANAN DAN PENDISTRIBUSIAN OBAT DI

Download Penyimpanan dan Pendistribusian. Obat di Gudang Farmasi RSUP. Prof. DR. R.D Kandou Manado. Jurnal Ilmiah Farmasi 5(2), 1-8. Imron,M. 2009. ...

0 downloads 490 Views 350KB Size
ANALISIS MANAJEMEN PENYIMPANAN DAN PENDISTRIBUSIAN OBAT DI INSTALASI FARMASI CHASAN BOESOIRIE TERNATE Fera The*, Jimmy Posangi*, Fatimawali* *Program Pascasarjana Universitas Sam Ratulangi ABSTRAK Pelayanan farmasi rumah sakit adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan Rumah Sakit yang berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan obat yang bermutu. Penyimpanan adalah suatu kegiatan menyimpan dan memelihara dengan cara menempatkan perbekalan farmasi yang diterima pada tempat yang dinilai aman dari pencurian serta gangguan fisik yang dapat merusak mutu obat. Pendistribusian merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam rangka menyalurkan/menyerahkan obat dari tempat penyimpanan sampai kepada unit pelayanan/pasien dengan tetap menjamin mutu, stabilitas, jenis, jumlah dan ketepatan waktu. Penyimpanan dan pendistribusian berhubungan erat dengan pengendalian. Tujuan penelitian untuk menganalisis tentang penyimpanan, pendistribusian dan pengendalian obat di instalasi farmasi RSUD Chasan Boesoirie Ternate. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif yang bertujuan untuk mendapatkan informasi secara mendalam mengenai manajemen penyimpanan, pendistribusian dan pengendalian instalasi farmasi RSUD Chasan Boesoirie Ternate. Informan yang dipilih berdasarkan prinsip kesesuaian dan kecukupan. Informan Penelitian ini adalah kepala penunjang medik, kepala instalasi farmasi, staf umum farmasi, kepala gudang farmasi, staf distribusi ruangan farmasi, staf distribusi apotik. Data yang diperoleh diolah secara manual dengan membuat transkrip kemudian disusun dalam bentuk matriks dan selanjutnya dianalisis dengan memakai metode analisis isi. Kesimpulan yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah: Penyimpanan di Instalasi Farmasi belum memenuhi standar Permenkes 58 tahun 2014 dan Kemenkes 2010. Pendistribusian obat melalui apotik sentral sehingga sering terjadinya antrian pasien. Stock out obat terjadi pada obat fast moving dan penggunaan obat di luar formularium. Stock opname rutin dilakukan. Saran yang diajukan perlunya dilakukan pembenahan terhadap gudang, prasarana di dalam gudang dan pembuatan depo ruangan di RSUD Chasan Boesoirie Ternate. Kata Kunci: Manajemen Penyimpanan, Pendistribusian Obat, Instalasi Farmasi ABSTRACT The hospital pharmacy service is an inseparable part of the hospital's service-oriented health care system, providing quality medicine. Storage is an activity of storing and maintaining by placing a pharmaceutical supply received at a place deemed safe from theft as well as physical disturbance that may damage the quality of the drug. Distribution is a series of activities in order to channel / deliver drugs from storage to service units / patients while ensuring quality, stability, type, amount and timeliness. Storage and distribution are closely related to control. The purpose of the study was to analyze the storage, distribution and control of drugs in the pharmaceutical installation of Chasan Boesoirie Ternate General Hospital. This research uses qualitative research method that aims to obtain information in depth about storage management, distribution and control of phala phases installation of General Hospital of Chasan Boesoirie Ternate. Informants selected based on the principle of conformity and adequacy. Informants The study was the chief medical supporter, the head of pharmaceutical installation, the general staff of pharmacy, the head of the pharmaceutical warehouse, the pharmaceutical distribution staff, the dispensary staff of pharmacies. The data obtained is processed manually by making transcripts then arranged in matrix form and then analyzed by using content analysis method. The conclusions that can be taken in this research are: Storage in Pharmacy Installation has not met the standard Regulation of the Minister of Health 58 years 2014 and Kemenkes 2010. Distribution of drugs through central pharmacies so that frequent the queue of patients. Stock out drugs occur in fast moving drugs and the use of drugs outside the formulary. Stock opname routine done. Suggested suggestions on the need to reform the warehouse, infrastructure in the warehouse and the manufacture of room depot at the General Hospital of Chasan Boesoirie Ternate. Keywords : Storage Management, Drug Distribution, Pharmaceutical Installation

32

Pelayanan kefarmasian di rumah

PENDAHULUAN Undang-undang kesehatan No 36 tahun

sakit merupakan bagian yang tidak

2009

terpisahkan

mengatakan

kesehatan

pembangunan

bertujuan

dari

sistem

pelayanan

untuk

kesehatan rumah sakit yang berorientasi

meningkatkan kesadaran, kemauan, dan

kepada pelayanan pasien, penyediaan

kemampuan hidup sehat bagi setiap

sediaan farmasi, alat kesehatan, dan

orang agar terwujud derajat kesehatan

bahan medis habis pakai yang bermutu

masyarakat

setinggi-tingginya,

dan terjangkau bagi semua lapisan

sebagai investasi bagi pembangunan

masyarakat termasuk pelayanan farmasi

sumber daya manusia yang produktif

klinik. Instalasi Farmasi Rumah Sakit

secara sosial dan ekonomis. Upaya

adalah salah satu unit di rumah sakit

pembangunan harus dilandasi dengan

yang bertugas dan bertanggung jawab

wawasan

arti

sepenuhnya pada pengelolaan semua

harus

aspek yang berkaitan dengan obat yang

memperhatikan kesehatan masyarakat

beredar dan digunakan di rumah sakit

dan merupakan tanggung jawab semua

(Anonim, 2014a).

yang

kesehatan

pembangunan

pihak

dalam

nasional

baik

pemerintah

maupun

Sistem

masyarakat.

pengelolaan

obat

merupakan rangkaian kegiatan rumah

Rumah Sakit adalah institusi

sakit yang meliputi tahap perencanaan,

pelayanan kesehatan bagi masyarakat

pengadaan,

penyimpanan

dengan karakteristik tersendiri yang

pendistribusian

obat.

dipengaruhi oleh perkembangan ilmu

tahap pengelolaan obat merupakan suatu

pengetahuan

rangkaian yang terkait, dengan demikian

teknologi,

kesehatan, dan

kemajuan

kehidupan

sosial

dari

mampu meningkatkan pelayanan yang

(Oscar, 2016).

lebih bermutu dan terjangkau oleh

kesehatan Peningkatan

agar yang mutu

terwujud

Masing-masing

dimensi pengelolaan obat akan dimulai

ekonomi masyarakat yang harus tetap

masyarakat

dan

perencanaan

pengadaan

dasar

Keberhasilan pengelolaan obat

derajat

rumah sakit tergantung pada kompetensi

setinggi-tingginya.

dari manajemen rumah sakit. Fungsi

dan

jangkauan

manajemen yaitu mengelola obat dengan

pelayanan rumah sakit serta pengaturan

mengidentifikasi,

hak dan kewajiban masyarakat dalam

pengadaan, pendistribusian agar dapat

memperoleh pelayanan kesehatan, perlu

berjalan dengan efektif dan efisien

mengatur rumah sakit dengan Undang-

(Febriawati, 2013).

Undang (Anonim, 2009b).

33

merencanakan

Penyimpanan

adalah

suatu

seluruh

kegiatan pengaturan perbekalan farmasi menurut

persyaratan

ditetapkan

disertai

informasi

yang

yang

selalu

logistik

obat

(Febriawati,2013).

telah

dengan

fungsi

Penelitian

sistem

sebelumnya

yang

oleh

dilakukan

Sinuraya

(2014)

menjamin

tentang manajemen obat di RSUD Dr.

ketersediaan perbekalan farmasi sesuai

Hadrianus Sinaga kabupaten Samosir di

kebutuhan

Barang

mana pengelolaan obat belum berjalan

yang sudah ada di dalam persediaan

dengan baik. Perencanaan obat tidak

harus dijaga agar tetap baik mutunya

berjalan dengan baik karena hanya

maupun kecukupan jumlahnya serta

menggunakan

keamanan penyimpanannya. Untuk itu

Penganggaran hanya berdasarkan pada

diperlukan

anggaran pemerintah daerah sehingga

(Febriawati,2013)

suatu

perencanaan

dan

metode

pengaturan yang baik untuk memberikan

kebutuhan

tempat yang sesuai bagi setiap barang

Pengadaan

atau bahan yang disimpan, baik dari segi

Memorandum of Understanding (MoU)

pengamanan penyimpanan maupun dari

antara

segi pemeliharaannya (Aditama,2015)

Penyimpanan dan pendistribusian sudah

Pendistribusian

rumah

kurang

tersedia.

terkendala

pada

sakit

dan

pemasok.

tahap

dilakukan dengan baik. Berbeda dengan

penyimpanan.

penelitian yang dilakukan oleh Sheina

Distribusi obat adalah tatanan jaringan

(2010) tentang penyimpanan obat di

sarana, personel, prosedur dan jaminan

gudang Instalasi Farmasi Rumah Sakit

mutu

Pembina Kesejahteraan Umat (RS PKU)

selanjutnya

yang

setelah

serasi,

adalah

obat

konsumsi.

terpadu

dan

berorientasi penderita dalam kegiatan

Muhammadiyah

penyampaian

didapatkan sistem penyimpanan tidak

sediaan

obat

beserta

distribusi obat mencakup penghantaran

penggolongan obat tidak berdasarkan

obat yang telah di-dispensing instalasi

kelas terapi/khasiat obat, tetapi faktor

farmasi ke penderita dengan keamanan

gedung dan sumber daya manusia sudah

dan ketepatan obat (Febriawati,2013)

sesuai.

pendistribusian dengan

berhubungan

pengendalian.

Seto

1

sesuai

dan

standar

unit

informasinya kepada penderita. Sistem

Penyimpanan

dengan

Yogyakarta

yaitu

Penelitian juga dilakukan oleh

erat

Malinggas

(2015)

tentang

analisis

Pengendalian

manajemen obat di Instalasi Farmasi

adalah inti dari manajemen logistik obat.

RSUD Dr. Sam Ratulangi Manado

Pengendalian

didapatkan

di

dalamnya

terdapat

kegiatan memonitor dan mengamankan

perencanaan

obat

menggunakan data sebelumnya. Sistem

34

pengadaan dilakukan dengan pembelian

mengakibatkan permintaan obat menjadi

langsung ke Pedagang Besar Farmasi

meningkat.

(PBF)

meningkat

dalam

Penyimpanan

waktu

belum

pasti.

mendorong

obat

yang

rumah

sakit

berjalan

untuk menjaga mutu dan stabilitas obat.

dengan baik karena sarana dan prasarana

Penyimpanan dan pendistribusian adalah

penyimpanan

memadai.

dua fungsi yang berperan penting dalam

Pendistribusian obat dilakukan dengan

menjaga kualitas obat hingga ke pasien.

pengambilan farmasi

obat

tidak

Permintaan

belum

langsung

ke

instalasi

Pengendalian

oleh pasien atau

keluarga

monitoring juga berperan penting dalam

pasien.

yang

meliputi

proses

mengevaluasi stok obat. Rumah

Sakit

DR.Chasan

Sistem penyimpanan obat di

Boesoirie adalah salah satu rumah sakit

instalasi farmasi rumah sakit belum

rujukan provinsi Maluku Utara yang

memadai. Permintaan ruangan untuk

terletak di Ternate. Rumah sakit ini

penyimpanan

merupakan rumah sakit tipe B non

pemerintah daerah sekitar 20 tahun yang

pendidikan yang melayani rujukan dari

lalu, tetapi sampai sekarang belum

berbagai

lain

diberikan tempat penyimpanan obat

Halmahera Barat, Halmahera Utara,

yang memadai dan sesuai standar.

Tidore, Halmahera Selatan, Halmahera

Ruangan

penyimpanan

Timur, Halmahera Tengah, Kepulauan

terbatas

dan

Sula, Pulau Morotai, Pulau Taliabu.

mengakibatkan pemesanan obat menjadi

kabupaten

Rumah

Sakit

antara

DR.Chasan

telah

diajukan

belum

obat

ke

yang

memadai

terbatas.

Boesoirie memiliki instalasi farmasi

Instalasi

farmasi

dengan jumlah apoteker sebanyak 8

mendistribusikan obat kepada pasien

orang, S2 farmasi 1 orang, asisten

dengan menggunakan metode resep

apoteker 2 orang. Berdasarkan data

individu yaitu pasien menebus resep

Rumah Sakit 2015 persentase pasien

obat dengan cara membawa resep dokter

umum lebih banyak bila dibandingkan

ke depo sentral. Pembangunan depo di

pasien BPJS yaitu 65 % dan 32,2 %.

setiap ruangan belum terealisasi sampai

Data profil didapatkan peningkatan Bed

saat ini dikarenakan anggaran yang

Occupancy Rate (BOR) dari 65 % tahun

belum ada. Obat pada pasien rawat inap

2014 menjadi 70 % di tahun 2015

diberikan 1 hari. Sistem distribusi yang

dengan rata-rata pasien rawat jalan

menggunakan 1 depo mengakibatkan

tahun 2014 berjumlah 592 ribu menjadi

sering terjadi antrian pasien. Hal ini

685 ribu di tahun 2015. Hal ini

sangat

35

berkaitan

dengan

pelayanan

pasien yang memerlukan obat dengan

tersebut, maka yang dipilih menjadi

segera. Obat yang tidak tersedia di

informan yang terlibat langsung maupun

instalasi farmasi diambil pasien di

tidak

apotik Kimia Farma yang bekerja sama

penyimpanan,

dengan rumah sakit.

pengendalian

Kegiatan pengendalian stok obat

langsung

dalam

pelaksanaan

pendistribusian obat

dengan

dan jumlah

informan 6 orang masing-masing kepala

yang berkaitan dengan penyimpanan dan

penunjang

distribusi obat dilakukan secara berkala

farmasi, staf umum farmasi,

dan

tersebut

gudang farmasi , staf distribusi ruangan

diwujudkan dalam bentuk stock opname

farmasi, staf distribusi apotik RSUD

yang dilakukan setiap akhir bulan. Stock

Chasan Boesoirie Ternate. Penelitian ini

opname dilakukan di gudang untuk

menggunakan

mencari dan mengevaluasi stok yang

(content analysis).

teratur.

Kegiatan

medik,

kepala

metode

instalasi kepala

analisis

isi

akan atau kadaluarsa, kerusakan obat, obat dengan kategori fast moving dan

HASIL DAN PEMBAHASAN

slow moving.

Penyimpanan Obat

Berdasarkan

belakang

Berdasarkan hasil wawancara mendalam

diperlukan

dan observasi dokumen menunjukkan

analisis dan kajian untuk menemukan

bahwa standar Pelayanan Kefarmasian

upaya perbaikan mengenai manajemen

adalah tolok ukur yang dipergunakan

penyimpanan,

sebagai

masalah

di

atas,

latar maka

pendistribusian

dan

pedoman

bagi

tenaga

pengendalian obat di Rumah Sakit

kefarmasian dalam menyelenggarakan

Umum Daerah DR.Chasan Boesoirie

pelayanan

Ternate.

Kefarmasian adalah suatu pelayanan

kefarmasian.

Pelayanan

langsung dan bertanggung jawab kepada METODE

pasien yang berkaitan dengan sediaan

Penelitian ini menggunakan metode

farmasi dengan maksud mencapai hasil

kualitatif. Penelitian dilaksanakan di

yang pasti untuk meningkatkan mutu

instalasi farmasi RSUD Dr. Chasan

kehidupan pasien.

Boesoirie Ternate. Waktu pelaksanaan

Instalasi farmasi Rumah Sakit

mulai Desember 2016 sampai April

(IFRS) merupakan suatu bagian di

2017. Pemilihan sampel pada penelitian

rumah sakit yang menyelenggarakan

ini

berdasarkan

(appropriatness) (adequacy).

prinsip

kesesuaian

semua

dan

kecukupan

keperluan rumah sakit itu sendiri.

Berdasarkan

prinsip

Instalasi

36

kegiatan

kefarmasian

farmasi

rumah

untuk

sakit

bertanggung jawab dalam penggunaan

pendistribusian,

obat yang aman dan efektif di rumah

penghapusan dan pengawasan. Menurut

sakit secara keseluruhan. Tanggung

Permenkes 2010 mengenai perbekalan

jawab ini termasuk seleksi, pengadaan,

farmasi, penyimpanan obat meliputi

penyimpanan dan penyiapan obat untuk

pengaturan tata ruang dan penyusunan

konsumsi serta distribusi obat ke unit

stok perbekalan farmasi.

perawatan penderita (Siregar, 2004).

pemeliharaan,

Hasil wawancara mendalam dan

Penyimpanan obat merupakan

observasi mengenai pengaturan tata

proses sejak dari penerimaan obat,

ruang, rumah sakit belum memiliki

penyimpanan obat dan mengirimkan

gudang

obat ke unit pelayanan di rumah sakit.

menampung semua kebutuhan farmasi.

Tujuan utama penyimpanan obat adalah

Rumah sakit Chasan Boesoirie memiliki

mempertahankan

3 gudang yang terpisah yaitu gudang

mutu

obat

dari

yang

layak

obat,

baik serta untuk memudahkan pencarian

laboratorium. Gudang obat yang ada

dan pengawasan obat-obatan.

Untuk

berada di dekat apotik. Ukuran gudang

memantau dan mengevaluasi hasil yang

yang ada sangat sempit dan tidak sesuai

telah dicapai dari sistem pengelolaan

dengan standar. Ukuran gudang yang

obat diperlukan suatu indikator. Hasil

sempit

pengujian

bergerak

digunakan

untuk

BHP

dan

dapat

kerusakan akibat peyimpanan yang tidak

dapat

gudang

yang

mengakibatkan menjadi

gudang

kebebasan

terbatas

dan

meninjau kembali strategi atau sasaran

mengakibatkan obat-obat lainnya seperti

yang lebih tepat. Demi tercapainya

cairan

efektifitas terapi dan tujuan kesehatan,

gudang.

diperlukan

yang

beberapa pallet dan rak dengan jumlah

menunjang pada kondisi penyimpanan

yang sedikit untuk meletakkan obat-obat

dan pendistribusian

tertentu sedangkan obat lainnya seperti

stabilitas

Pengelolaan

obat

obat

merupakan

cairan

infuse

diletakkan

Gudang

diletakkan

di

farmasi

di

depan

memiliki

atas

lantai.

pelaksanaan manajemen obat. Prinsip

Penyusuanan obat dipallet diletakkan

manajemen

merupakan

melekat pada dinding. Sirkulasi udara

pegangan untuk terselenggaranya fungsi

yang berada dalam gudang obat tidak

pengelolaan obat dengan baik. Di dalam

berjalan

pengelolaan obat, fungsi manajemen

dalamnya tidak memiliki jendela karena

merupakan siklus kegiatan yang terdiri

menggunakan AC. Gudang farmasi telah

dari

penganggaran,

memiliki suhu penyimpanan akan tetapi

pengadaan, penerimaan, penyimpanan,

belum memiliki alat untuk mengatur

tersebut

perencanaan,

37

dengan

baik,

karena

di

kelembaban ruangan. Kelembaban udara

dilaksanakan. SOP penyimpanan Rumah

yang tidak stabil menyebabkan sering

Sakit Chasan Boesoirie sudah ada, tetapi

terjadi

masih belum berjalan optimal karena

obat

seperti

obat

suntik

mengalami perubahan warna dan terjadi

ada

endapan

dilaksanakan

Untuk

obat-obat

bagian-bagian

yang

Qiyaam

tertentu

(2016)

belum

meneliti

memerlukan suhu tertentu seperti vaksin

evaluasi manajemen penyimpanan obat

dan obat supositoria diletakan di dalam

di gudang obat instalasi farmasi Rumah

lemari pendingin. Karena kondisi lemari

Sakit Umum Daerah Dr. R. Soedjono

pendingin

mencukupi,

Selong Lombok Timur. Penelitian ini

banyak vaksin yang dititipkan di tiap

merupakan penelitian deskripsi. Teknik

ruangan.

Untuk

pengumpulan

berbahaya

tidak

yang

tidak

obat-obat diberi

yang

keterangan.

data

menggunakan

metode observasi disertai wawancara

Gudang farmasi tidak memiliki alat

yang

pemadam kebakaran

parameter penyimpanan obat yang baik

Hasil mendalam

wawancara

yang

benar.

dengan

Hasil

standar

penelitian

metode

menunjukkan bahwa penyimpanan obat-

penyimpanan obat yang dilakukan oleh

obatan di gudang obat Instalasi Farmasi

bagian farmasi berdasarkan metode First

Rumah

Expired First Out ( FEFO ) dan First In

dr.R.Soedjono Selong sudah baik dan

First Out (FIFO). Penyimpanan obat

benar

belum

dengan

pengelolaan obat pada tahap distribusi

alfabet, dikarenakan tempat atau rak

yaitu : ketepatan data jumlah obat pada

yang

obat

kartu stok, sistem penataan gudang,

berdasarkan dengan jenis sediaan, akan

persentase nilai obat yang kadaluarsa,

tetapi karena keterbatasan penyimpanan

persentase

obat-obat

dicampur

ketersediaan obat. Pelayanan

dengan

didapatkan

dan

disesuaikan

ditata

berdasarkan

sedikit.

Peletakkan

tersebut obat

sering

Sakit

Umum

berdasarkan

stok

5

mati

Daerah

indikator

dan

tingkat

oral

dan

injeksi.

obat

juga

belum

Rumah Sakit merupakan bagian yang

berdasarkan kelas terapi dan khasiat.

tidak terpisahkan dari sistem pelayanan

Obat yang rusak dan obat yang baik

kesehatan

diletakkan terpisah. Obat-obat narkotika

berorientasi kepada pelayanan pasien,

diletakkan di dalam lemari tersendiri

penyediaan

dan dikunci. Penyimpanan obat LASA

Kesehatan, dan Bahan Medis Habis

(Look

Pakai yang bermutu dan terjangkau bagi

Penyimpanan

Alike

Sound

Alike)

belum

38

Rumah

Sediaan

Kefarmasian

Sakit

Farmasi,

di

yang

Alat

semua lapisan masyarakat termasuk pelayanan

farmasi

klinik.

Ibrahim (2016) dalam penelitian

Strategi

tentang

Evaluasi

Penyimpanan

dan

optimalisasi harus ditegakkan dengan

Pendistribusian Obat di Gudang Farmasi

cara memanfaatkan Sistem Informasi

RSUP Prof. DR. R.D Kandou Manado

Rumah Sakit secara maksimal pada

menjelaskan jika standar penyimpanan

fungsi

dirumah sakit telah memenuhi Standar

manajemen

kefarmasian.

(Peraturan Menteri Kesehatan Republik

Pelayanan

Indonesia Nomor 72 Tahun 2016)

berdasarkan Permenkes Nomor 58 tahun

Farmasi

Rumah

Sakit

2014, hanya terdapat prasarana yang

Pengaturan Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit bertujuan

harus

untuk: a. meningkatkan mutu Pelayanan

penyimpanan, keterangan untuk obat

Kefarmasian; b. menjamin kepastian

yang

hukum bagi tenaga kefarmasian; dan c.

diperlukan

melindungi pasien dan masyarakat dari

penyimpanan obat.

rangka

keselamatan

mudah

seperti

terbakar

pallet

dan

lemari

dan

masih

rak

untuk

Penelitian yang sama dilakukan

penggunaan obat yang tidak rasional dalam

dilengkapi

oleh Jahanbani (2016) di Iran mengenai

pasien

Hubungan Manajemen Pemasukan Obat

(patient safety). Hasratna

(2016)

dan

meneliti

Implementasi

Perencanaan

Gambaran Pengelolaan Persediaan Obat

Kesehatan di Farmasi Rumah Sakit.

Di Instalasi Farmasi Rumah Sakit

Penelitian ini menunjukkan sekitar 75%

Umum Daerah Kabupaten Muna Tahun

instalasi farmasi rumah sakit yang

2016.

diteliti

Penelitian ini bertujuan untuk

tidak

mendapatkan informasi lebih mendalam

penyimpanan

tentang

dengan

Gambaran

Pengelolaan

memiliki

obat

jumlah

yang

tempat

ruang seimbang

tidur

yang

Persediaan Obat di Instalasi Farmasi

disediakan. Ruang penyimpanan obat

Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten

yang tidak layak dan tidak memadai

Muna 2016. Jenis penelitian yang

dapat menimbulkan berbagai masalah

digunakan dalam penelitian ini adalah

terhadap staf farmasi, gudang, dan

kualitatif dengan pendekatan deskriptif.

inspeksi,

Informan dalam penelitian ini berjumlah

penumpukan obat yang berlebihan pada

5 orang, yang terdiri dari 2 orang

rak obat sehingga dapat menimbulkan

informan kunci dan 3 orang informan

kerusakan pada obat tersebut.

juga

dapat

menimbulkan

menunjukan

Penelitian yang dilakukan oleh

bahwa tempat penyimpanan obat masih

Iqbal (2017) mengenai Manajemen Obat

kurang memadai.

di

biasa.

Hasil

penelitian

39

Rumah

Sakit

India

didapatkan

pengendalian lingkungan yang tepat seperti suhu, cahaya, dan kelembaban

Distribusi Obat

yang tepat, kondisi sanitasi, ventilasi,

Distribusi merupakan suatu rangkaian

dan

kegiatan

pembuangan

manapun

obat

penyimpanan

perlu

dijaga

disimpan.

obat

harus

di

Tempat

dalam

rangka

menyalurkan/menyerahkan

memiliki

Sediaan

Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan

ruangan yang memadai dan aman

Medis

Habis

Pakai

dengan akses terbatas untuk petugas

penyimpanan

yang berwenang.

pelayanan/pasien

sampai

dari

tempat

kepada

dengan

unit tetap

Pada penyimpanan obat obat

menjamin mutu, stabilitas, jenis, jumlah,

psikotropika yang diteliti oleh Lumenta

dan ketepatan waktu. Rumah Sakit harus

(2015) di RS Ratumbuysang Manado.

menentukan sistem distribusi yang dapat

Penyimpanan obat psikotropika belum

menjamin terlaksananya

memenuhi standar dikarenakan belum

dan pengendalian Sediaan Farmasi, Alat

terdapat lemari khusus yang digunakan

Kesehatan, dan Bahan Medis Habis

untuk menyimpan. Obat-obat tersebut

Pakai di unit pelayanan. (Peraturan

diletakkan

Menteri Kesehatan Republik Indonesia

di

rak-rak

terbuka

dan

perlindungan sistem penyimpanan masih

Nomor 72 Tahun 2016)

menunjukkan kekurangan. Penelitian pengaturan

stok

Distribusi merupakan kegiatan

mengenai

metode

diteliti

mendistribusikan perbekalan farmasi di

oleh

rumah sakit untuk pelayanan individu

Herman (2009) tentang manajemen obat

dalam proses terapi bagi pasien rawat

di daerah dan di rumah sakit umum

inap

Indonesia. Dari hasil penelitian yang

merupakan proses yang dimulai dari

dilakukan pada 10 gudang farmasi

pemahaman permintaan, pengendalian

kabupaten/kota dan 9 rumah sakit

stok, pengelolaan penyimpanan serta

pemerintah

penyaluran

di

obat

pengawasan

Indonesia

belum

dan

rawat

ke

jalan.

depo

Distribusi

obat.

Proses

menerapkan sistem FIFO dan kartu stok,

penyimpanan

tidak

obat

penerimaan obat dan barang farmasi di

kadaluwarsa, serta penempatan obat

gudang obat. Obat yang sudah diterima

yang tidak teratur sehingga menyulitkan

dicatat dalam buku penerimaan dan

pengawasan. Tempat penyimpanan obat

kartu

yang masih belum memadai tersebut

Kesehatan Republik Indonesia Nomor

dikarenakan dana untuk renovasi belum

72 Tahun 2016)

ada

catatan

mengenai

cair.

40

stok.

didahului

(Peraturan

dengan

Menteri

Sistem distribusi obat di ruma

IFRS bertanggung jawab pada

h sakit untuk pasien rawat inap adala

penggunaan obat yang aman di rumah

h tatanan jaringan sarana, personel, p

sakit. Tanggung jawab ini meliputi

rosedur dan jaminan mutu yang serasi,

seleksi,

terpadu,

penderita

penyiapan obat untuk dikonsumsi dan

dalam kegiatan penyampaian sediaan

distribusi obat ke daerah perawatan

obat

kepada

penderita. Berkaitan dengan tanggung

pasien. Sistem distribusi obat untuk

jawab penyampaian dan distribusi obat

pasien rawat inap yang diterapkan di

dari IFRS ke daerah perawatan pasien

rumah sakit sangat bervariasi, hal ini

maka dibuat sistem distribusi obat

tergantung pada kebijakan rumah sakit,

(Anonim, 2014a).

dan

berorientasi

beserta

informasinya

kondisi dan keberadaan fasilitas fisik, personel

dan

tata

ruang

pengadaan,

penyimpanan,

Distribusi sediaan farmasi dan

rumah

alat kesehatan merupakan salah satu

sakit. Sistem distribusi dirancang atas

tugas

dasar kemudahan untuk dijangkau oleh

dirumah sakit. Distribusi memegang

pasien

mempertimbangkan

peranan penting dalam penyerahan

efisiensi dan efektifitas sumber daya

sediaan farmasi dan alat kesehatan

yang ada serta metode sentralisasi atau

yang diperlukan ke unit-unit disetiap

desentralisasi.

bagian farmasi rumah sakit termasuk

dengan

Pengelolaan sakit sangat

obat

di

penting

ketidakefisienan

pelayanan

farmasi

rumah

kepada pasien. Hal terpenting yang

karena

harus

diperhatikan

adalah

memberikan

berkembangnya suatu proses yang

dampak negatif terhadap rumah sakit,

menjamin pemberian sediaan farmasi

baik secara medis maupun ekonomis

dan alat kesehatan yang benar dan

(Anonim, 2014b). Pengelolaan obat

tepat kepada pasien, sesuai dengan

tidak hanya mencakup aspek logistik

yang tertulis pada resep atau kartu obat

saja,

atau Kartu Instruksi Obat (KIO) serta

tetapi

informasi

akan

utama

juga

mencakup

aspek

obat,

supervisi

dan

dilengkapi

pengendalian menuju penggunaan obat yang

rasional.

Oleh

karena

dengan

informasi

yang

rawat

inap

cukup (Quick,2012).

itu,

Farmasi

pengelolaan perbekalan farmasi harus

menjalankan kegiatan pendistribusian

dilakukan dengan efektif dan efisien

perbekalan farmasi untuk memenuhi

sehingga memberikan manfaat yang

kebutuhan pasien rawat inap di RS,

sebesar-besarnya bagi pasien dan rumah

yang

sakit.

sentralisasi dan atau desentralisasi

41

diselenggarakan

secara

dengan sistem persediaan lengkap

disiapkan oleh IFRS sampai diantarkan

diruangan, sistem resep perorangan,

kepada perawat, dokter atau professional

sistem unit dosis dan sistem kombinasi

pelayanan

oleh satelit farmasi (Anonim,2014a).

diberikan

Sistem distribusi obat adalah

kesehatan kepada

distribusi

lain

untuk

penderita.

Sistem

di

rumah

obat

suatu proses penyerahan obat sejak

sakit untuk pasien rawat inap adalah

setelah sediaan disiapkan oleh IFRS,

tatanan jaringan sarana, personel, pros

dihantarkan kepada perawat, dokter atau

edur dan jaminan mutu yang serasi,

profesional pelayanan kesehatan lain

terpadu,

untuk

dalam kegiatan penyampaian sediaan

diberikan

kepada

penderita.

dan

penderita

Sistem pendistribusian obat yang dibuat

obat

harus

efisiensi

pasien. Sistem distribusi obat untuk

penggunaan sarana, personel, waktu dan

pasien rawat inap yang diterapkan di

mencegah kesalahan atau kekeliruan.

rumah sakit sangat bervariasi, hal ini

Sistem

sejumlah

tergantung pada kebijakan rumah sakit,

fasilitas

kondisi dan keberadaan fasilitas fisik,

mempertimbangkan

ini

prosedur,

melibatkan personel

dan

(Anonim, 2014a).

beserta

berorientasi

informasinya

kepada

personel dan tata ruang rumah sakit

Sistem distribusi obat di rumah

(Anonim,2014a)

sakit adalah tatanan jaringan sarana,

Liwu (2017) dalam penelitian

personel, prosedur, dan jaminan mutu

mereka dengan judul “Analisis distribusi

yang serasi, terpadu dan berorientasi

obat pada pasien Badan Penyelenggara

penderita dalam kegiatan penyampaian

Jaminan Sosial (BPJS) di RSUP Prof.

sediaan obat dan informasinya kepada

Dr.

penderita. Sistem distribusi obat di

menggunakan metode kualitatif yang

rumah sakit mencakup penghantaran

diambil dari sumber informasi: pasien

sediaan obat yang telah di-dispensing

BPJS, dokter, perawat, asisten farmasi,

IFRS ke daerah tempat perawatan

tenaga

penderita

dan

Departemen Farmasi. Hasil penelitian

ketepatan obat, ketepatan penderita,

menunjukkan bahwa adanya prosedur

ketepatan

standar pemberian obat dari regulasi

dengan

jadwal,

keamanan

tanggal,

waktu,

R.

D.

bantu

farmasi,

dan

kepala

yang

dan ketepatan personel pemberi obat.

dikarenakan faktor waktu dan persepsi

(Anonim, 2014a)

tingkat kebutuhan informasi pasien dari distribusi

yaitu

tenaga farmasi.

penyerahan obat sejak setelah sediaan

42

tercakup

Manado”

metode pemberian, keutuhan mutu obat

Proses

tidak

Kandou

menyeluruh

sakit

Sistem distribusi obat di rumah

sistem, yaitu:

digolongkan

ada

resep individu, sistem distribusi obat

dan

persediaan lengkap di ruangan (floor

tidaknya

berdasarkan

satelit/depo

farmasi

sistem distribusi obat

pemberian obat ke pasien rawat inap.

stock),

Berdasarkan ada atau tidaknya satelit

antara resep individu dan floor stock dan

farmasi, sistem distribusi obat dibagi

sistem distribusi obat dosis unit/unit

menjadi dua sistem, yaitu: (1). Sistem

dose dispensing (UDD).

pelayanan terpusat (sentralisasi) farmasi

distribusi

kombinasi

Suatu sistem distribusi obat

dan (2) sistem desentralisasi Sentralisasi

sistem

yang efisien dan efektif harus dapat

adalah

sistem

memenuhi

hal-hal

berikut:

1).

pendistribusian perbekalan farmasi yang

Ketersediaan obat yang tetap terpelihara;

dipusatkan pada satu tempat yaitu

2). Mutu dan kondisi obat/ sediaan obat

instalasi

tetap stabil selama proses distribusi; 3).

farmasi.

Pada

sentralisasi,

seluruh kebutuhan perbekalan farmasi

Meminimalkan

setiap

memaksimalkan

unit

pemakai

baik

untuk

kesalahan

obat

dan

keamanan

pada

kebutuhan individu maupun kebutuhan

penderita; 4). Meminimalkan obat yang

barang dasar ruangan disuplai langsung

rusak atau kadaluwarsa; 5). Efisiensi

dari

farmasi

penggunaan SDM; 6). Meminimalkan

tersebut. 2). Sistem pelayanan terbagi

pencurian dan atau kehilangan obat; 7).

(desentralisasi). Desentralisasi adalah

IFRS mempunyai semua akses dalam

sistem

semua tahap proses distribusi untuk

pusat

pelayanan

pendistribusian

perbekalan

farmasi yang mempunyai cabang di

pengendalian

dekat unit perawatan/pelayanan. Cabang

penerapan pelayanan farmasi klinik; 8).

ini

depo

Terjadinya interaksi profesional antara

dikenal

dengan

istilah

pengawasan

dan

farmasi/satelit

farmasi.

Pada

apoteker, dokter, perawat, dan penderita;

desentralisasi,

penyimpanan

dan

9). Meminimalkan pemborosan dan

pendistribusian

perbekalan

farmasi

penyalahgunaan

obat;10).

Harga

ruangan tidak lagi dilayani oleh pusat

terkendali; 11). Peningkatan penggunaan

pelayanan farmasi. Instalasi farmasi

obat yang rasional (Anonim, 2014a)

dalam

hal

terhadap

ini

bertanggung

efektivitas

dan

jawab

Menurut Permenkes Nomor 58

keamanan

tahun 2014 merupakan suatu rangkaian

perbekalan farmasi yang ada di depo.

kegiatan

dalam

rangka

(Anonim, 2014a)

menyalurkan/menyerahkan obat dari

Berdasarkan distribusi obat bagi

tempat penyimpanan sampai kepada

pasien rawat inap, digunakan empat

unit pelayanan / pasien dengan tetap

43

menjamin mutu, stabilitas, jenis, jumlah

resep.

dan ketepatan waktu

bahwa belum semua pengelolaan obat

Hasil

wawancara

Hasil

evaluasi

menunjukkan

mendalam

pada tahap distribusi dan penggunaan

didapatkan bahwa bentuk distribusi obat

dikelola secara efisien. Indikator yang

yang dilakukan di instalasi farmasi

belum efisien ialah kecocokan jumlah

RSUD Chasan Boesoirie Ternate adalah

obat dengan kartu stok sebesar 99,33%,

sistem resep perorangan dengan dosis

masih terdapatnya stok mati sebesar

unit bagi pasien rawat inap, sedangkan

3,33%, peresepan generik masih sebesar

untuk pasien rawat jalan diberikan obat

70,18%, dan obat yang diresepkan

selama 5 hari. Pasien atau keluarga

sesuai formularium rumah sakit sebesar

pasien mengambil langsung obat ke

95,76%.

apotik sentral dengan membawa resep

memengaruhi kinerja pengelolaan obat

yang diberikan dokter. Akibatnya terjadi

antara lain kurangnya ketelitian petugas

penumpukan pasien yang mengantri dari

instalasi

jam 10.00-12.00 disaat jam visite dokter

kasus penyakit yang jarang, beberapa

telah selesai. Proses desentralisasi yang

obat tidak ada generiknya dan tidak

dinilai akurat pada efisiensi distribusi

semua dokter hafal isi formularium

belum berjalan dengan baik dikarenakan

rumah sakit. (Sasongko, 2014)

pembangunan depo di ruangan belum

Pendistribusian

Faktor-faktor

logistik

dalam

yang

pencatatan,

merupakan

berjalan karena proses pengajuan belum

kegiatan mendistribusikan perbekalan

disetujui. Pengajuan pembangunan depo

farmasi di rumah sakit untuk pelayanan

belum terwujud karena anggaran rumah

individu dalam proses terapi bagi pasien

sakit

lama

rawat inap dan rawat jalan serta untuk

belum

menunjang pelayanan medis. Rumah

mengakibatkan pasien harus mengambil

sakit menerapkan sistem distribusi obat

sendiri obat di apotek sentral dan harus

tergantung pada kebijakan yang diambil

menunggu dalam jangka waktu yang

oleh pihak manajerial, kondisi rumah

lama

sakit dan jumlah personil yang dimiliki.

yang

dikeluarkan.

dipotong Depo

dan yang

Sasongko (2014) mengevaluasi tahapan

pengelolaan

obat

Penyampaian obat dari apoteker ke

terutama

pasien adalah bagian terakhir distribusi

distribusi dan penggunaan obat pada

obat. Di apotek, proses penyampaian ini

pasien rawat jalan di Instalasi Farmasi

dapat dilakukan langsung dari apoteker

Rumah Sakit Ortopedi Prof. Dr. R.

ke pasien. Namun, hal ini tidak dapat

Soeharso Surakarta. Sampel penelitian

terjadi di rumah sakit terhadap pasien

sebesar 100 pasien dan 660 lembar

rawat inap karena jarak yang jauh antara

44

penderita yang berada di ruangan dan apoteker yang ada di instalasi farmasi. Selain itu, masih ada perawat yang

Pengendalian atau evaluasi

bertanggungjawab

Pada wawancara mendalam didapatkan

menerima

dan

melaksanakan konsumsi obat untuk

untuk

mengontrol

stok

obat

yang

pasien. (Anonim, 2014a)

berhubungan dengan penyimpanan dan

Penelitian yang dilakukan oleh

distribusi dilakukan stok opname secara

Taxis (1999) tentang sistem distribusi

berkala yaitu setiap akhir bulan. Proses

obat di Rumah Sakit UK dan Jerman.

stok opname dilakukan pengecekan

Berdasarkan

penelitian sistem

mengenai kuantitasdan kualitas obat.

distribusi obat dari ketiga rumah sakit di

Obat dicek berdasarkan kartu kontrol

Jerman

yang

hasil

dan

ditemukan

Inggris

tingkat

yang

diteliti

ada.

Penilaian

obat

yang

kesalahan dalam

kadaluarsa, rusak dan slow moving

pengobatan (medication error) yang

melalui stok opname. Obat yang akan

berbeda secara signifikan. Sistem unit

kadaluarsa

dosis adalah sistem distribusi obat yang

berdasarkan tanggal kadaluarsa dan akan

memiliki tingkat kesalahan pengobatan

dikembalikan

paling

penyalur dan akan diganti dengan yang

rendah

sedangkan

sistem

akan

kepada

baru.

System) merupakan sistem distribusi

penyimpanan akan dipisahkan dan obat

yang

yang telah kadaluarsa untuk dilakukan

banyak

menghasilkan

kesalahan pengobatan. Peneltian yang

Proses

akibat

Obat slow moving sering terjadi

dan

dikarenakan kurang koordinasi dari

Dispensing obat di empat rumah sakit

pihak farmasi dan dokter. Dokter yang

Brasil didapatkan dari keempat rumah

telah melakukan pelatihan dan balik ke

sakit yang diteliti di Brazil, sedikitnya

rumah sakit sering menggunakan obat di

90% sistem distribusi di rumah sakit

luar persediaan, oleh sebab itu dari

tersebut menggunakan sistem resep

pihak

perorangan dan sekitar 34,8% rumah

konfirmasi mengenai obat yang telah

sakit di Brazil masih menggunakan

dipesan

sistem ini. Sedangkan, di dalam literatur

Farmasi sering mengalami stock out

menunjukkan bahwa sistem dosis unit

obat terutama obat fast moving akibat

memiliki

anggaran dan ruang penyimpanan yang

banyak

Distribusi

rusak

tindakan selanjutnya.

sama juga dilakukan oleh Silva (2008) tentang

yang

perusahaan

persediaan lengkap di ruangan (Ward

paling

Obat

dikelompokkan

keuntungan

berhubungan dengan keamanan pasien.

farmasi

tapi

sering

tidak

jalan.

melakukan

Instalasi

belum memadai. Pasien sering diminta

45

mengambil

sendiri obat di

apotek

pengelolaaan obat yang kurang baik

pendamping yang ada di kawasan rumah

khususnya pada tahap penyimpanan

sakit.

Apotek

bekerja

pendamping

tersebut

hingga menyebabkan obat kadaluwarsa.

dengan

provinsi.

Hal ini disebabkan karena peresepan

sama

Kekosongan

obat

sering

dikarenakan

formularium

dirumah

sakit

bervariasi,

sehingga

menyebabkan obat-obat yang digunakan

menggunakan

berubah, akibatnya banyak obat yang

Formularium

tidak keluar atau tidak digunakan dan

belum ada

menumpuk, yang akhirnya bisa menjadi

rumah sakit

yang

dokter

ada

formularium nasional. resmi

terjadi

dikarenakan belum berjalannya Tim

kadaluwarsa.

Farmasi Terapi, akibatnya beberapa

menerapkan sistem FIFO dan FEFO,

dokter menggunakan obat di luar dari

tetapi kadang petugas merasa barang

formularium nasional.

selalu cepat

Somantri

sudah

berputar, padahal

hal

dalam

tersebut mungkin tidak berlaku pada

“Evaluasi

beberapa obat karena obat tersebut tidak

Pengelolaan Obat Di Instalasi Farmasi

bersifat fast moving juga kesibukan

Rumah Sakit “X” menunjukkan bahwa

pada saat pelayanan dan kurangnya

indikator

petugas..

penelitiannya

dengan

(2013)

Walaupun

berjudul

kecocokan kartu

antara

stok

barang

menghasilkan

Somantri (2011) mengevaluasi

persentase sebesar 80,2%. Indikator

pengelolaan obat di instalasi farmasi

sistem penataan di gudang menghasilkan

“X”. Tujuan penelitian ini adalah untuk

persentase sebesar 88,9%. Indikator stok

mengetahui

kadaluwarsa menghasilkan persentase

pengelolaan di Instalasi Farmasi Rumah

sebesar 0,2%. Indikator stok mati

Sakit Umum Dr. Moewardi berdasarkan

menghasilkan persentase sebesar 10,9%.

indikator

keefisiensian

kecocokan

antara

tahap

barang

Stok obat kadaluwarsa, dari

dengan kartu stok, sistem penataan

hasil penelitian Somantri (2013) didapat

gudang, persentase obat kadaluarsa,

persentase sebanyak 0,2 %,. Menurut

persentase stok mati. Indikator dari

peneliti, walaupun penyimpangannya

penyimpanan

cuma 0,2 % tapi hal ini dikatakan belum

kecocokan antara barang dengan kartu

efisien.

ini

stok, sistem penataan gudang, persentase

ketidaktepatan

obat kadaluarsa, persentase stok mati.

pengamatan

Hasil evaluasi penyimpanan obat di

dalam penyimpanan. Adanya persentase

Rumah Sakit Umum Dr. Moewardi

nilai

adalah

Ketidakefisienan

mencerminkan perencanaan,

obat

kurangnya

kadaluwarsa

7

karena

46

obat

indikator

adalah

kecocokan

indikator

antara

barang dengan kartu stok adalah 80,2%,

reward and punishment sebagai langkah

indikator sistem penataan gudang adalah

meningkatkan kesadaran dan komitmen

88,9%,

dalam melakukan tugas dan pekerjaan 3)

indikator

persentase

obat

kadaluwarsa adalah 0,2% dan indikator

membuat

persentase stok mati adalah 10,9%.

berkesinambungan, misalnya evaluasi

Hasil

penelitian

ini

sesuai

evaluasi

pelaksanaan

yang

prosedur

tetap

dengan penelitian Ibrahim dkk (2016)

penyimpanan dengan pelaksanaan di

dalam

lapangan

penelitian

“Evaluasi

mereka

berjudul

penyimpanan

dan

pendidikan

pendistribusian obat di gudang farmasi

kesehatan

farmasi

Yunita

perbekalan

dilakukan

meningkatkan

(2016)

tentang

Manajemen

Pengelolaan Obat-obatan di Instalasi

sesuai

Farmasi Rumah Sakit Banda Aceh

ketentuan perundangan yang berlaku

dalam menghadapi Bencana Gempa

meliputi:

pengadaan,

Bumi. Penelitian membandingkan 3

penyimpanan dan pelayanan obat yang

rumah sakit di mana pengendalian stok

memakai sistim FIFO (first in first out)

obat

dan FEFO (first expired first out).

opname, kartu stok. Untuk pengendalian

Pelayanan resep meliputi skrining resep

dua rumah sakit sudah menggunakan

yang berisi nama, surat ijin praktek dan

sistem online sedangkan satu rumah

alamat dokter, tanggal penulisan resep,

sakit

tanda tangan atau paraf dokter penulis

manual.

resep,

lainnya

dan

untuk

pelatihan,

Penelitian yang dilakukan oleh

melaporkan bahwa pengelolaan

persediaan

pembinaan,

kemampuan dan keterampilan SDM

RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado” yang

4)

perencanaan,

nama

masih

dengan

cara

menggunakan

stok

sistem

umur

pasien;

Penelitian yang dilakukan oleh

sediaan,

dosis,

Kjos (2015) di Amerika tentang sistem

potensi, stabilitas, inkompatibilitas, eara

pengadaan, penyimpanan dan distribusi

dan

di

kesesuaian

lama

dan

dilakukan

bentuk

pemberian; pertimbangan

rumah

sakit

umum.

sistem

Penelitian

klinis adanya alergi, efek samping,

didapatkan

perencanaan,

interaksi, kesesuaian dosis dan jumlah

penyimpanan, dan distribusi obat sangat

obat. (Ibrahim dkk, 2016)

diperlukan agar dapat menyediakan obat

Untuk mengatasi agar stok tidak

yang tepat untuk pasien yang tepat pada

terjadi kadaluwarsa maka dilakukan

waktu yang tepat. Kekosongan obat

beberapa cara, yaitu: 1) mengganti

merupakan

sistem komputerisasi yang ada dengan

dihadapi oleh rumah sakit dan seringkali

yang lebih baik 2) kebijakan tentang

berhubungan

47

masalah

dengan

yang

ketiga

sering

sistem

tersebut. Oleh karena itu, diperlukan

2. Pendistribusian

obat

Instalasi

kemampuan untuk dapat meganalisis

Farmasi RSUD Chasan Boesoirie

dan mengawasi ketiga sistem tersebut

menggunakan bentuk sentralisasi dan

untuk mencegah masalah kekosongan

sistem resep perorangan dan sistem

obat.

Unit Dispensing Dose akibatnya

Mongi (2015) meneliti Implementasi

sering terjadi antrian pasien pada jam

Pelayanan Kefarmasian Di Instalasi

visite dokter dikarenakan pasien atau

Farmasi Rumah Sakit Angkatan Darat

keluarga pasien mengambil obat

Robert

setiap hari di apotik sentral.

Wolter

Penelitian

Mongisidi

ini

dapat

implementasi

Manado

disimpulkan

3. Pengendalian stok obat sering terjadi

pelayanan

stock out dikarenakan tidak terdapat

penerapan

kefarmasian yang dilakukan diIFRSAD

formularium

resmi

R.W. Mongisidi Manado belum sesuai

Proses stock opname rutin dilakukan

dengan standar pelayanan kefarmasian

sehingga obat kadaluarsa dan obat

di rumah sakit yang ditetapkan dalam

rusak dapat diminimalisir di Instalasi

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 58

Farmasi RSUD Chasan Boesoirie

Tahun 2014.

Ternate.

KESIMPULAN

SARAN

1. Penyimpanan di Instalasi Farmasi

1. Bagi Rumah Sakit

belum memenuhi standar Permenkes

rumah

sakit.

a. Perlu dibenahi mengenai sarana

58 tahun 2014 dan Kemenkes 2010.

dan

Sarana dan prasarana khususnya

khususnya pembangunan gudang

gudang berukuran kecil, penyediaan

yang

pallet

kemudahan

dan

rak

masih

minimal,

prasarana

lebih

penyimpanan

besar

dengan

bergerak

disertai

penyusunan obat belum berdasarkan

dengan prasarana lainnnya seperti

standar terapi, penyusunan secara

rak, pallet dan keamanan obat

alphabet

belum

dilaksanakan

b. Perlu dibuat depo-depo ruangan

semuanya.

Pengaturan obat belum

agar distribusi obat bisa berjalan

berdasarkan prosedur LASA. Metode

dengan efekif tanpa menimbulkan

FEFO dan FIFO sudah berjalan

antrian pasien

dengan baik di Instalasi Farmasi

c. Perlu dilakukan

RSUD Chasan Boesoirie Ternate.

pengecekan

kembali terhadap penyebab stock

48

out obat dari fungsi perencanaan

Ibrahim,

A.

2016.

Evaluasi

dan pengadaan

Penyimpanan dan Pendistribusian

2. Bagi peneliti Lain

Obat di Gudang Farmasi RSUP

Disarankan

untuk

meneliti

fungsi

Prof. DR. R.D Kandou Manado.

manajamen

obat

lainnya

seperti

Jurnal Ilmiah Farmasi 5(2), 1-8

perencanaan, pengadaan, penghapusan

Imron,M. 2009. Manajemen Logistik

dan administrasi khususnya dibahas

Rumah Sakit. Sagung Seto. Jakarta

mengenai formularium Rumah Sakit Dr.

Iqbal, J. 2017. Medicines Management

Chasan Boesoirie Ternate

on Hopitals.A multifaceted Review journal

Y.T.

2015.

Administrasi

the

field

of

Pharmacy8(1):80-85.

DAFTAR PUSTAKA Aditama,

in

Manajemen

Rumah

Jahanbani, E. 2016. Drug Supply Chain

Sakit.

Management and Implementation

Universitas Indonesia. Jakarta.

of Helath Reform Plan in Teaching

Anonimous, 2016. Peraturan Menteri

Hospital Pharmacies of Ahvaz Iran.

Kesehatan

Nomor

72.

Standar

Hospital Practices and Research

Pelayanan Kefarmasian di Rumah

1(4), 141-14

Sakit. Jakarta Anonimous.

Justicia,

A.K.,

2009,

2009a,

Undang-Undang

Pengelolaan

Tahun

2009

tentang

Farmasi Rawat Inap Rumah Sakit

kesehatan, Departemen Kesehatan

Umum Daerah Dokter Soedarso

Republik Indonesia. Jakarta.

Pontianak tahun 2005-2007, Tesis,

No.36

Anonimous. 2014a, Peraturan Menteri Kesehatan

Nomor

58.

Pelayanan

Kefarmasian

2013,

di

Instalasi

Fakultas Farmasi Pasca Sarjana

Standar

Universitas

di

Yogyakarta

di

Rumah Sakit. Jakarta. Febriawati,H.

Obat

Analisis

Gadjah

Mada,

Kjos, A. 2015. A drug Procuurement, Manajemen

storage and distribution modelin

Logistik Farmasi Rumah Sakit.

public hospitals in a developing

Penerbit

country.

Gosyen

Publishing.

Jakarta

social

and

administrative pharmacy.

Herman, M.J. 2009. Drug Management Review

Research

in

District

Liwu, I. 2017. Analisis Distribusi Obat

Drug

pada Pasien Badan Penyelenggara

Management Unit and General

Jaminan Sosial (BPJS) di RSUP

Hospital 13(2) 59-62

Prof. Dr. R.D Kandou Manado. Jurnal Biomedik 9 (1), 40-45.

49

Lumenta,

J.

2015.

Evaluasi

Soeharso

Surakarta.

Penyimpanan dan Distribusi Obat

Universitas

Psikotropika di Rumah Sakit Jiwa

Yogyakarta.

Prof.

DR. V.L. Ratumbuysang

Gajah

Farmasi.

4(4) 147-155

Press. Surabaya.

N.E.R.

Manajemen Instalasi

2015.

Logistik

Farmasi

Samratulangi

Analisis Obat

RSUD

Tondano.

Mada.

Seto, S dan Nita, Y. 2008. Manajemen

Manado. Jurnal Ilmiah Farmasi

Malinggas,

Tesis.

Airlangga

University

Sheina,B. 2010. Penyimpanan Obat di

di

Gudang Instalasi Framasi RS PKU

dr.

Muhammadiyah Yogyakarta. Jurnal

Artikel

Kesmas 5: 29-42

penelitian. JIKMU 5 (2b) : 448-

Silva, A. 2008. The Process of Drug

459.

Dispensing andDistribtion at Four

Mongi, J. 2015. Implementasi Pelayanan

Brazilian

Kefarmasian di Instalasi Farmasi

Hospital.

Lat.

Am.J.Pharm 27 (3)

RSAD Robert Wolter Mongisidi

Sinuraya,

Manado. Jikmu, 1(1).

E.C.

2014.

Analisis

Manajemen Obat dan Kaitannya

Oscar,L. dan Jauhar,M. 2016. Dasar-

dengan

Ketersediaan

Dasar Manajemen Farmasi. Prestasi

RSUD

Dr.

Pustaka. Jakarta

Kabupaten Samosir Tahun 2013.

Qiyaam,N. 2016. Evaluasi Manajemen

Thesis.

Penyimpanan Obat di Gudang Obat

Obat

Hadrianus

Universitas

Di

Sinaga

Sumatera

Utara. Medan.

Instalasi Farmasi Rumah Sakit

Siregar,C.J.P. 2004. Farmasi Rumah

Umum Daerah dr. R. Soedjono

Sakit Teori dan Penerapan. Penerbit

Selong

buku kedokteran EGC. Jakarta.

Lombok

Timur.

Jurnal

Ilmiah Ibnu Sina, 1(1), 61-70 Quick,

J.D.

2012.

Somantri,P. 2013. Evaluasi Pengelolaan

Inventory

Obat di Instalasi Farmasi Rumah

Management in Managing Drug

Sakit

Supply. Third Edition, Managing

Universitas

Access to Medicines and Health

Surakarta

Technologies..

Management

Taxis,

Science of Health. Arlington

X.

K.

Fakultas

Farmasi

Muhammadiyah

1999.

HospitalDrug

Distribution System in the UK and

Sasongko, H. 2014. Evaluasi Distribusi

Germany. Pharm World sci 1999

dan Penggunaan Obat pada Pasien

21(1) 25-31

Rawat Jalan di Instalasi Farmasi

Yunita,

Rumah Sakit Ortopedi Prof. Dr. R.

F.

Pengelolaan

50

2016.

Manajemen

Obat-Obatan

di

Instalasi Farmasi Rumah Sakit Banda Aceh dalam Menghadapi Bencana Gempa Bumi. 2: 80-86

51