3

Download ... gerak, peralatan. (fisik, elektroterapeutik dan mekanis), pelatihan fungsi dan komunikasi. ... otot pada pasien post fraktur 1/3 distal...

0 downloads 644 Views 4MB Size
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA POST FRAKTUR 1/3 DISTAL FIBULA SINISTRA DENGAN PEMASANGAN WIRE DI RSUD SUKOHARJO

Naskah Publikasi Diajukan Guna Melengkapi Tugas dan Memenuhi Sebagian Persyaratan Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Fisioterapi Oleh: Nisa Fadliyah J100110044

PROGRAM STUDI DIPLOMA III FISIOTERAPI FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2014

1

1. PENDAHULUAN a. Latar Belakang Masalah Kecelakaan lalu lintas merupakan kejadian yang sering menjadi berita utama di berbagai media. Sebagaimana diketahui, masyarakat modern menjadikan alat transportasi sebagai kebutuhan primer. Badan kesehatan dunia (WHO) mencatat pada tahun 2011-2012 terdapat 5,6 juta orang meninggal dunia dan 1,3 juta orang menderita fraktur akibat kecelakaan lalu lintas. Menurut Depkes RI 2011, dari banyak kasus fraktur di indonesia, fraktur ekstremitas bawah akibat kecelakaan memiliki prevalensi yang paling tinggi diantara fraktur lain yaitu sekitar 46,2%. Pada beberapa kasus post fraktur, pasien sering mengalami keterlambatan pergerakan karena adanya kelemahan otot dan keterbatasan rentang gerak (Purwanti, 2013). Dalam hal ini, peran fisioterapis dibutuhkan untuk membantu pemulihan pasien pasca fraktur, sesuai dengan keputusan menteri kesehatan Republik Indonesia nomor 376/MENKES/SK/III/2007 bahwa fisioterapi adalah bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada individu dan atau kelompok untuk mengembangkan, memelihara dan memulihkan gerak dan fungsi tubuh sepanjang daur kehidupan dengan menggunakan penanganan secara manual, peningkatan gerak, peralatan (fisik, elektroterapeutik dan mekanis), pelatihan fungsi dan komunikasi.

1

2

b. Tujuan Penulisan 1) Tujuan Umum Untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan pendidikan program studi diploma III fisioterapi di Universitas Muhammadiyah Surakarta. 2) Tujuan Khusus a) Untuk mengetahui apakah pemberian infra merah dan terapi latihan berupa static contraction dapat mengurangi nyeri pada pasien post fraktur 1/3 distal fibula sinistra dengan pemasangan wire. b) Untuk mengetahui apakah pemberian terapi latihan dapat mengurangi oedem, meningkatkan lingkup gerak sendi dan meningkatkan kekuatan otot pada pasien post

fraktur 1/3 distal fibula sinistra dengan

pemasangan wire. 2. A. KERANGKA TEORI 1. Definisi Fraktur 1/3 distal Fibula Menurut Helmi (2013) Fraktur adalah hilangnya kontinuitas tulang atau patah tulang akibat trauma atau tenaga fisik. Fraktur 1/3 distal fibula adalah terputusnya hubungan tulang fibula bagian distal. Fraktur dibagi ke dalam 3 klasifikasi sebagai berikut : a. Klasifikasi Jenis Jenis fraktur pada ini adalah fraktur transversal yaitu fraktur yang arahnya melintang pada tulang (Helmi, 2013). b. Klasifikasi Penyebab

3

Penyebab fraktur pada kasus ini karena fraktur traumatik, yaitu fraktur yang disebabkan trauma yang mengenai tulang secara tiba-tiba dan tulang tidak bisa menahan sehingga terjadi fraktur (Helmi, 2013). c. Klasifikasi klinis Fraktur pada karya ilmiah ini menurut klasifikasi klinis adalah Fraktur terbuka, yaitu fraktur yang memiliki luka pada kulit dan jaringan lunak di sekitar area fraktur. 2. Definisi Internal Fiksai dengan Wire Pemasangan Internal fiksasi bertujuan untuk imobilisasi tulang yang fraktur selama proses penyembuhan tulang. Wire atau Kirschner wire adalah fiksasi berupa kawat fleksibel tipis dengan ujung runcing yang tersedia dalam beberapa diameter dan memberikan alternatif untuk fiksasi fragmen tulang kecil di tangan dan kaki (Ebnezar, 2005). 3. Etiologi Secara umum penyebab fraktur karena kegagalan tulang menahan tekanan berupa memutar, membengkok atau tarikan. Fraktur fibula dapat terjadi akibat adanya daya putar atau puntir pada tulang kaki (Helmi, 2013). 4. Patofisiologi a. Inflamasi yaitu suatu proses pendarahan. Inflamasi biasanya ditandai dengan nyeri dan pembengkakan. Inflamasi berlangsung beberapa hari. b. Proliferasi yaitu proses dimana jaringan seluler yang berisi cartilago keluar dari ujung-ujung fragmen.

4

c. Kalsifikasi yaitu Pembentukan callus dimana cartilago tumbuh dan mencapai sisi lain sampai celah-celah fraktur terhubungkan, Fase pembentukan ini berlangsung 2 sampai 6 minggu. d. Remodeling Remodeling

merupakan

tahap

akhir

dari

perbaikan

tulang,

pengambilan jaringan mati dan reorganisasi tulang baru ke bentuk dan susunan semula. Tahap ini berlangsung berbulan-bulan sampai bertahuntahun

tergantung

pada

berat-ringannya

modifikasi

tulang

yang

dibutuhkan. 5. Tanda dan Gejala Klinis Post Fraktur Tanda dan gejala klinis fraktur diantaranya nyeri akut, oedema, hilangnya fungsi, deformitas, pemendekan ekstremitas dan krepitasi. Tetapi tidak semua tanda tersebut ada dalam setiap kasus fraktur (Johnson, 2010).

6. Komplikasi a. Komplikasi awal : Infeksi, Avaskuler Nekrosis, Kerusakan Arteri, Sindroma Kompartement b. Komplikasi lama : Deayed union, Non union, Mal union 7. Teknologi Intervensi a. Infra Merah Penggunaan infra merah pada kasus post fraktur adalah untuk menaikan temperatur pada jaringan sehingga menimbulkan vasodilatasi

5

pembuluh darah selain itu pemanasan yang ringan pada otot akan menimbulkan pengaruh sedatif terhadap ujung-ujung syaraf sensoris. b. Terapi latihan Menurut Arovah (2010) ada banyak jenis terapi latihan, yang digunakan dalam kasus fraktur distal fibula sinistra ini antara lain : 1) PassiveMovement exercise Adalah latihan gerakan yang dilakukan oleh bantuan dari luar misalnya dari fisioterapis atau dari alat tanpa mengandalkan gerakan otot pasien. Menurut Kisner and Colby (2007) gerak passive movement menyebabkan efek penurunan nyeri akibat incisi serta mencegah keterbatasan gerak dan menjaga elastisitas otot. 2) Assisted Active movement exercise Adalah latihan gerakan yang dilakukan secara aktif tetapi dibantu tenaga dari luar. Gerakan terjadi karena adanya kerja oot melawan gravitasi dan dibantu gerakan dari luar sehingga merangsang rileksasi propioseptif. Latihan jenis ini bertujuan untuk mengurangi nyeri, mengembangkan

koordinasi

dan

keterampilan

untuk

aktifitas

fungsional. Tiap gerakan dilakukan sampai batas nyeri pasien. 3) Free active movement exercise Adalah latihan gerak yang dilakukan secara mandiri. Free active movement merangsang rileksasi propioseptif karena adanya peranan muscle spindle yang bekerja secara sadar dan optimal maka terjadi

6

mekanisme adaptasi dan rileksasi akan melenturkan otot dan menurunkan nyeri (Brotzman and Wilk, 2006). 4) Resisted active movement exercise Resisted active movement exercise dapat meningkatkan kekuatan otot oleh karena jika suatu tahanan diberikan pada otot yang berkontraksi,

maka

otot

tersebut

akan

beradaptasi

dengan

meningkatkan kekuatan otot akibat hasil adaptasi syaraf dan peningkatan serat otot (Kisner and Colby, 2007). 5) Static contraction exercise Static contraction dapat meningkatkan pumping action yaitu suatu rangsangan yang menyebabkandinding kapiler yang terletak pada otot melebar sehingga sirkulasi darah lancar dan mendorong cairan oedemmengikuti aliran ke proksimal (Ring et al., 2008) 3. PROSES FISIOTERAPI 1. Anamnesis a. Identitas pasien yaitu

Nama Ny. YM (31 tahun), jenis kelamin

perempuan, pekerjaan ibu rumah tangga, dan alamat bendosari b. Keluhan utama : Nyeri dan bengkak pada tungkai, kaki dan jari-jari kaki kiri serta kaku pada ankle setelah operasi pemasangan internal fiksasi berupa wire pada tulang fibula kiri yang mengalami fraktur. c. Riwayat penyakit sekarang : Pasien kecelakaan jatuh dari sepeda motor (3 februari 2014), 4 februari 2014 pasien menjalani operasi pemasangan

7

internal fiksasi berupa wire pada distal fibula sinistra. 5 februari pasien mendapat latihan dari fisioterapi pertama kali di ruang rawat inap. Kemudian pasien dirujuk ke poli fisioterapi RSUD Sukoharjo. 2. Pemeriksaan Fisik a. Inspeksi statis : tampak oedem pada distal tungkai bawah, ankle dan kaki kiri dan dibalut bandage, dinamis: pasien menggunakan kursi roda. b. Palpasi : nyeri tekan pada area bekas incisi, kaki dan jari-jari kaki kiri, adanya spasme dan oedem pada bagian distal tungkai bawah, kaki dan jari-jari kaki kiri. c. Pemeriksaan gerak dasar Tabel 1 Pemeriksaan Gerak Aktif Sendi Ankle Sendi

Gerakan

Full ROM

Nyeri

Koordinasi

Plantar Fleksi

Tidak

Ada

Baik

Dorsal fleksi

Tidak

Ada

Baik

Inversi

Tidak

Ada

Baik

Eversi

Tidak

Ada

Baik

ankle joint

Tabel 2 Pemeriksaan Gerak Pasif Sendi Ankle Sendi

Gerakan

Full ROM

Nyeri

Endfeel

8

Plantar Fleksi

Tidak

Ada

Empty

Dorsal Fleksi

Tidak

Ada

Empty

Inversi

Tidak

Ada

Empty

Eversi

Tidak

Ada

Empty

Ankle joint

. d. Pemeriksaan Spesifik Tabel 3 Pemeriksaan Nyeri dengan VAS

Skala VAS Jenis Nyeri Nyeri diam

2,4

Nyeri tekan pada area distal tungkai bawah kiri

5,4

Nyeri gerak pada semua gerakan ankle

7,1

Nyeri gerak pada semua gerakan jari-jari

5,2

Tabel 4 Pemeriksaan Kekuatan Otot dengan MMT Gerakan

Nilai MMT

Fleksi jari

4-

Ekstensi jari

4-

Dorsal fleksi ankle

3-

Plantar fleksi ankle

3-

Inversi

2+

Eversi

2+

9

Tabel 5 Pemeriksaan Lingkup Gerak Sendi Ankle dengan Goniometer Aktif

Pasif

Normal

S : 10º.0º.30º

S: 15º.0º.40º

S: 20º.0º.50º

R: 10º.0º.15º

R: 10º.0º.15º

R: 20º.0º.40º

Tabel 6 Pemeriksaan Oedem dengan Antropometri Patokan

Maleolus lateralis ke proksimal

Maleolus lateralis ke distal

Jarak

Kanan

Kiri

5 cm

20 cm

23 cm

10 cm

25 cm

26 cm

15 cm

29 cm

29 cm

5 cm

22 cm

26 cm

10 cm

19 cm

23 cm

2. Penegakan Diagnosa fisioterapi a. Impairment : nyeri tekan nyeri diam dan nyeri gerak pada area bekas incisi, oedem pada distal tungkai bawah dan kaki kiri, keterbatasan LGS sendi ankle karena nyeri tersebut dan adanya kelemahan otot-otot tungkai dan kaki b. Fungsional Limitation : Mengalami hambatan melakukan aktifitas yang melibatkan gerak tungkai bawah, engkel dan kaki seperti berdiri, berjalan dll.

10

c. Disability :Belum mampu secara maksimal menjalankan aktifitas sebagai ibu rumah tangga dan aktifitas sosial masyarakat seperti arisan dan pengajian. 3. Pemilihan modalitas dan bentuk intervensi a. Infra merah : Pasang lampu tegak lurus pada area yang sakit dengan jarak ± 30-50 cm, Waktu terapi 15 menit , sisi lateral tungkai dan kaki ±7,5 menit dan sisi medial ± 7,5 menit, Monitor pasien setiap 5 menit. b. Terapi Latihan : Static contraction, passive movement, Free Active, Assisted active dan Resisted active movement exercise 5. Evaluasi Tabel 7 Hasil Evaluasi Nyeri dengan VAS

Jenis Nyeri

T0

T1

T2

T3

T4

T5

T6

Nyeri Diam

2,4

2,3

2,1

1,8

0

0

0

Nyeri Tekan

5,4

5,3

5,1

5,1

4,8

4,2

4,1

Nyeri Gerak

7,1

7,1

6,6

6,5

6,3

6,4

6,3

Tabel 8 Hasil Evaluasi LGS aktif Ankle dengan Goneometer Bidang

T0=T1

T2

T3

T4

T5

T6

S:

10º.0º.30º 10º.0º.30º 10º.0º.30º 15º.0º.35º 15º.0º.35º 15º.0º.35º

R:

10º.0º.15º 10º.0º.15º 10º.0º.15º 10º.0º.15º 10º.0º.15º 10º.0º.15º

11

Tabel 9 Hasil Evaluasi LGS Pasif Ankle dengan Goniometer

Bidang

T0

T1

T2

T3

T4

T5

T6

S:

15.0.40

15.0.40

15.0.40

15.0.40

15.0.40

15.0.45

15.0.45

R:

10.0.15

10.0.15

10.0.15

10.0.15

15.0.15

15.0.20

15.0.20

Tabel 10 Hasil Evaluasi Oedem dengan Antropometri Patokan

T0

T2

T4

T6

Sehat

5 cm dari maleolus lateral ke proksimal

23 cm

23 cm

21 cm

20 cm

20 cm

10 cm dari maleolus lateral ke proksimal

26 cm

26 cm

25 cm

25 cm

25 cm

15 cm dari maleolus lateral ke proksimal

29 cm

29 cm

29 cm

29 cm

29 cm

5 cm dari maleolus lateral ke distal

26 cm

26 cm

23 cm

23 cm

22 cm

10 cm dari maleolus lateral ke distal

23 cm

23 cm

22 cm

22 cm

19 cm

Tabel 11 Evaluasi Kekuatan Otot dengan MMT Gerak

T0

T1

T2

T3

T4

T5

T6

Fleksi jari

4-

4-

4-

4-

4

4

4

Ekstensi jari

4-

4-

4-

4-

4-

4

4

Dorsal fleksi

3-

3-

3-

3-

3-

3-

3

Plantar fleksi

3-

3-

3-

3-

3-

3-

3-

Inversi

2+

2+

2+

2+

2+

2+

2+

12

Eversi

2+

2+

2+

2+

2+

2+

2+

4. D. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. HASIL Setelah 6 kali terapi dengan infra merah dan terapi latihan kepada Ny.Y.M (31 tahun) dengan kondisi post fraktur 1/3 distal fibula sinistra dengan pemasangan wire didapatkan hasil : Grafik 1 Hasil evaluasi nyeri dengan VAS 10 8 6

Nyeri diam Nyeri tekan

4

Nyeri gerak

2 0 T0

T1

T2

T3

T4

T5

T6

Grafik 2 Hasil evaluasi LGS aktif sendi ankle bidang sagital dengan goniometer 45 40 35 30 25 20 15 10 5 0

plantar dorsal

T0

T1

T2

T3

T4

T5

T6

13

Grafik 3 Hasil evaluasi LGS aktif sendi ankle bidang rotasi dengan goniometer 40 35 30 25 20 15 10 5 0

eksorotasi endorotasi

T0

T1

T2

T3

T4

T5

T6

Grafik 4 Hasil evaluasi LGS pasif sendi ankle bidang sagital dengan goniometer 50 45 40 35 30 25 20 15 10 5 0

Plantar Dorsal

T0

T1

T2

T3

T4

T5

T6

Grafik 5 Hasil evaluasi LGS pasif sendi ankle bidang rotasi dengan goniometer 40 35 30 25 20 15 10 5 0

Endorotasi Eksorotasi

T0

T1

T2

T3

T4

T5

T6

14

Grafik 6 Hasil evaluasi oedem area dari maleolus lateralis ke arah proksimal dengan antropometri 30 29 28 27 26 25 24 23 22 21 20

5 cm dari maleolus lateral ke proksimal 10 cm dari maleolus lateral ke proksimal 15 cm dari maleolus lateral ke proksimal

T0 =T1

T2

T3

T4

T5

T6

Grafik 7 Hasil evaluasi oedem area dari maleolus lateralis ke arah distal dengan antropometri 26 25 24

5 cm dari maleolus lateral ke distal

23

10 cm dari maleolus lateral ke distal

22 21 20 T0 =T1 T2

T3

T4

T5

T6

Tabel 12 Tabel Nilai kekuatan Otot dengan MMT Gerak

T0

T1

T2

T3

T4

T5

T6

Fleksi jari kaki

4-

4-

4-

4-

4

4

4

Ekstensi jari kaki

4-

4-

4-

4-

4-

4

4

Dorsal fleksi ankle

3-

3-

3-

3-

3-

3

3

15

Plantar fleksi ankle

3-

3-

3-

3-

3-

3-

3-

Inversi ankle

2+

2+

2+

2+

2+

2+

2+

Eversi ankle

2+

2+

2+

2+

2+

2+

2+

4. PEMBAHASAN Penyinaran dengan infra merah akan menaikan temperatur pada jaringan sehingga menimbulkan vasodilatasi pembuluh darah, selain itu pemanasan yang ringan pada otot akan menimbulkan pengaruh sedatif terhadap ujung-ujung syaraf sensoris (Singh, 2005). Kemudian terapi latihan juga mampu mengurangi nyeri oleh karena adanya rileksasi pada otot sehingga mengurangi tekanan intramusculer yang menekan nociceptor nyeri (Brotzman and Wilk, 2006). Terapi latihan yang terdiri dari pasive movement exercise, free active movement, assisted active movement dilakukan untuk meningkatkan lingkup gerak sendi pasien. Adanya mekanisme kontraksi dan rileksasi mampu menurunkan ketegangan otot sehingga otot menjadi kendor dan lentur. Hal tersebut memudahkan adanya pergerakan sendi (Brotzman and Wilk, 2006). Static contraction selain untuk mengurangi nyeri, bertujuan pula untuk mengurangi oedem. Static contraction dapat meningkatkan pumping action yaitu suatu rangsangan yang menyebabkan dinding kapiler yang

16

berada pada otot melebar sehingga sirkulasi darah lancar dan mendorong cairan oedem mengikuti aliran ke proksimal (Ring et al., 2008). Terapi latihan yang dipilih untuk meningkatkan kekuatan otot pada kasus ini adalah dengan Resisted active movement exercise. Jika suatu tahanan diberikan pada otot yang berkontraksi, maka otot tersebut akan beradaptasi dengan meningkatnya kekuatan otot akibat adanya adaptasi syaraf danpeningkatan serat otot (Kisner and Colby, 2007).

5. SIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan Ny. Y.M (31 th) dengan diagnosa medis post fraktur 1/3 distal fibula sinistra dengan pemasangan wire, setelah dilakuakn terapi diperoleh hasil : a. Penurunan nyeri yang diukur dengan VAS yaitu nyeri diam T1: 2,4 menjadi T6; 0, Nyeri tekan dari T1:5,4 menjadi T6:4,1 dan nyeri gerak dari pada terapi pertama T1:7,1 menjadi 6,3 di terapi keenam. b. Peningkatan LGS gerak aktif ankle di bidang sagital S : 10º - 0º - 30º menjadi S: 15º- 0º- 35º pada terapi ke 6. c. Peningkatan LGS gerak pasif ankle di bidang sagital dari S: 15º- 0º - 40º menjadi 15º - 0º- 45º pada T6 dan R : 10º - 0º - 15º menjadi R : 15º - 0º 20º. d. Penurunan oedem pada area 5 cm dari maleolus lateral ke proksimal dari 23 cm menjadi 20 cm, area 10 cm dari maleolus lateral ke proksimal dari

17

26 cm menjadi 25 cm, area 5 cm dari maleolus lateral ke distal dari 26 cm menjadi 23 cm dan area 10 cm dari maleolus lateral ke distal dari 23 cm menjadi 22 cm. 2. Saran Hasil yang dicapai dari 6 kali terapi tentu belum maksimal. Untuk itu perlu adanya saran yang diberikan kepada pasien untuk bisa mencapai hasil yang maksimal pasien disarankan untuk rajin berlatih menggerakan tungkai dan ankle seperti yang diajarkan terapis saat dirumah. Selain itu jika kondisi kesehatannya membaik diharapkan untuk latihan berjalan dengan kruk.

18

DAFTAR PUSTAKA Arovah, Novita Intan. 2007. Dasar-Dasar Fisioterapi Pada Cedera Olahraga. Yogyakarta: Media Komunikasi Olahraga. Brotzman, B and Wilk E. Kevin. 2006. Clinical Orthopaedic Rehabilitation. 3rd ed. Philadelphia: Mosby Affiliate Of Elsevier Science. Depkes RI. 2005. Rencana Strategi Departemen Kesehatan. Jakarta: Depkes RI Ebnezar, John. 2005. Essentials Of Orthopaedics for Physioterapists. New Delhi: Jaype brothers Medical Publisher. Helmi, Zairin Noor. 2013. Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta: Salemba Medika. Johnson, Joyce Young. 2010. Textbook Of Medical Surgical Nursing. 12th ed. Philadelphia: Lippincot Williams and Wilkin. Kisner, Carolyn and Lynn Allen Colby. 2007. Therapeutic Exercise Foundatin and Techniques. 5th ed. Philadelphia: F.A Davis Company. Neuman, Donald A. 2010. Kinesiology Of The Muskuloskeletal System. London: Affiliate of Elsevier. Parahita, Putu sukma. 2012. Penatalaksanaan Kegawatdaruratan Pada Cedera Fraktur Ekstremitas. Karya Tulis Ilmiah. Denpasar: Universitas Udayana. Purwanti, Ririn. 2013. Pengaruh Latihan Range Of Motion Aktif Terhadap Kekuatan Otot Pada Pasien Post Operasi. Karya Tulis Ilmiah. Surakarta: STIKES Aisyiyah Surakarta. Putz, R and Pabts R. 2005. Atlas Anatomi Manusia Sobbota. Edisi 21. Jakarta: EGC. Singh, Jagmohan. 2005. Textbook of Electrotherapy. New Delhi: Jaype Brothers Medical Publisher Syaifuddin. 2009. Anatomi Tubuh Manusia. Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika.