4
II.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Klasifikasi Tanaman Timun (Cucumis sativus L.) Mentimun merupakan tanaman semusim yang bersifat menjalar. Menurut Sharma (2002), mentimun dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom
: Plantae
Divisio
: Spermatophyta
Sub divisio
: Angiospermae
Class
: Dicotyledonae
Ordo
: Cucurbitales
Family
: Cucurbitaceae
Genus
: Cucumis
Spesies
: Cucumis sativus L. Menurut klasifikasi tanaman, mentimun dimasukkan ke dalam bangsa
Cucurbitales, keluarga Cucurbitaceae, dan marga Cucumis. Marga Cucumis terdiri atas beberapa spesies yang mempunyai arti ekonomi penting, di antaranya Cucumis sativus L. mempunyai 7 genom, Cucumis angurial L. (pare) mempunyai 12 genom. Cucumis mello L. (melon) mempunyai 12 genom (Sumpena, 2001). B. Morfologi Tanaman Timun (Cucumis sativus L.) Mentimun memiliki sistem perakaran tunggang dan bulu-bulu akar, tetapi daya tembus akar relatif dangkal, pada kedalaman sekitar 30-60 cm. Oleh sebab itu, tanaman mentimun termasuk peka terhadap kekurangan dan kelebihan air. Tanaman mentimun memiliki batang yang berwarna hijau, berbulu dengan panjang yang bisa mencapai 1,5 m dan umumnya batang mentimun mengandung air dan lunak (Rukmana, 1994). Mentimun mempunyai sulur dahan berbentuk spiral yang keluar di sisi tangkai daun. Sulur mentimun adalah batang yang termodifikasi dan ujungnya peka sentuhan. Bila menyentuh galah sulur akan mulai melingkarinya. Dalam 14 jam sulur itu telah melekat kuat pada galah/ajir (Sunarjono, 2007). 4
5
Daun mentimun lebar berlekuk menjari dan dangkal, berwarna hijau muda sampai hijau tua. Daunnya beraroma kurang sedap dan langu, serta berbulu tetapi tidak tajam dan berbentuk bulat lebar dengan bagaian ujung yang meruncing berbentuk jantung. Kedudukan daun pada batang tanaman berselang seling antara satu daun dengan daun diatasnya (Sumpena, 2001). Bunga mentimun berwarna kuning dan berbentuk terompet, tanaman ini berumah satu artinya, bunga jantan dan bunga betinah terpisah, tetapi masih dalam satu pohon. Bunga betina mempunyai bakal buah berbentuk lonjong yang membengkak, sedangkan bunga jantan tidak. Letak bakal buah tersebut di bawah mahkota bunga (Sunarjono, 2007). Buah mentimun muda berwarna antara hijau, hijau gelap, hijau muda, hijau keputihan sampai putih, tergantung kultivar yang diusahakan. Sementara buah mentimun yang sudah tua (untuk produksi benih) berwarna cokelat, cokelat tua bersisik, kuning tua, dan putih bersisik. Panjang dan diameter buah mentimun antara 12-25 cm dengan diameter antara 2-5 cm atau tergantung kultivar yang diusahakan (Sumpena, 2001). Biji timun berwarna putih, berbentuk bulat lonjong (oval) dan pipih. Biji mentimun diselaputi oleh lendir dan saling melekat pada ruang-ruang tempat biji tersusun dan jumlahnya sangat banyak. Biji-biji ini dapat digunakan untuk perbanyakan dan pembiakan (Cahyono, 2003). C. Syarat Tumbuh Tanaman Timun (Cucumis sativus L.) Mentimun cocok ditanam di lahan yang jenis tanahnya lempung sampai lempung berpasir yang gembur dan mengandung bahan organik. Mentimun membutuhkan pH tanah di kisaran 5,5-6,8 dengan ketinggian tempat 100-900 m di atas permukaan laut. Mentimun juga membutuhkan sinar matahari terbuka, drainase air lancar dan bukan bekas penanaman mentimun dan familinya seperti melon, semangka, dan waluh. Aspek agronomi penanaman mentimun tidak berbeda dengan komoditas sayuran komersil
6
lainnya, seperti kecocokan tanah dan tinggi tempat, serta iklim yang sesuai meliputi suhu, cahaya, kelembapan dan curah hujan (Wahyudi, 2011). Pertumbuhan yang optimum diperlukan iklim kering, sinar matahari yang cukup dengan temperatur optimal antara 21 0 C – 30 0 C. sementara untuk suhu perkecambahan biji optimal yang dibutuhkan antara 25 0 C – 35 0 C. Kelembapan udara (RH) yang dikehendaki oleh tanaman mentimun agar hidup dengan baik adalah antara 80-85%. Curah hujan optimal untuk budidaya mentimun adalah 200-400 mm/bulan, curah hujan yang terlalu tinggi tidak baik untuk pertumbuhan apalagi pada saat berbunga karena akan mengakibatkan menggugurkan bunga (Sumpena, 2001). Tanaman mentimun mempunyai daya adaptasi cukup luas terhadap lingkungan tumbuhnya. Mentimun di Indonesia dapat di tanam di dataran rendah dan dataran tinggi yaitu sampai ketinggian ± 100 m di atas permukaan laut (Sumpena, 2001). Hasil penelitian Rachmat dan Gerard (1995), mengatakan syarat tumbuh tanaman mentimun pada ketinggian ≥ 1000 m di atas permukaan laut, harus menggunakan mulsa plastik perak hitam karena di ketinggian tersebut suhu tanah ≤ 18 0 C dan suhu udara ≤ 25 0 C, sehingga penggunaan mulsa akan meningkatkan suhu tanah dan di sekitar tanaman. D. Budidaya Tanaman Timun (Cucumis sativus L.) 1. Persiapan Lahan dan Pengolahan Lahan Tanah yang akan ditanami digemburkan dengan cara dicangkul sebaik-baiknya. Tanah yang telah dicangkul akan menjadi remah sehingga aerasinya berjalan baik dan zat-zat beracun pun akan hilang. Rumputrumputan (gulma) dihilangkan, terutama akar alang-alang supaya akarakar tanaman sayur dapat tumbuh dengan bebas tanpa persaingan dan perebutan unsur hara dengan gulma (Sunarjono, 2003). Pembuatan bedeng dilakukan dengan cara pencangkulan akan mempengaruhi sifat fisik tanah yang berfungsi memperbaiki ruang poripori tanah yang terbentuk diantara partikel-partikel tanah (tekstur dan
7
stuktur). Kerapatan dan rongga-rongga akibat pencangkulan akan memudahkan air dan udara bersirkulasi di dalamnya (drainase dan aerasi). Selain
tempat
untuk
bersirkulasi,
pori-pori
tanah
olahan
akan
memudahkan pergerakan akar tanaman dalam penyerapan unsur hara lebih mudah dan memungkinkan tanaman tumbuh subur (Hanafiah, 2005). Mulsa adalah suatu bahan penutup tanah yang digunakan pada budidaya suatu tanaman. Jenis mulsa yang sering digunakan petani yaitu jerami, serasa tumbuhan, dan mulsa plastik hitam perak (MPHP). Penggunaan mulsa bertujuan untuk menekan pertumbuhan gulma, mengurangi penguapan, mencegah erosi tanah, mempertahankan struktur, suhu dan kelembaban tanah, menghemat tenaga kerja penyiangan, merangsang pertumbuhan akar, dan mengurangi kerusakan akar akibat penyiangan dengan kored (Sumpena, 2001). Mulsa plastik merupakan lembaran berwarna hitam perak yang berguna
untuk
melindungi
permukaan
tanah
serta
menghambat
pertumbuhan gulma atau rumput liar yang berada di sekitar tanaman yang dibudidayakan dengan sistem tanpa mulsa. Pada sistem budidaya tanaman mentimun yang dilakukan secara intensif seringkali menggunakan mulsa hitam perak untuk mengurangi penguapan air dari tanah dan menekan hama serta penyakit dan gulma. Penggunaan mulsa pada tanaman mentimun menurut petani bisa meningkatkan produktivitas serta efektif mengurangi pertumbuhan gulma karena mulsa dapat menjaga tanah tetap gembur, suhu dan kelembaban tanah relatif stabil. Selain itu dengan adanya mulsa pemberian pupuk, pengendalian gulma maupun hama penyakit dapat berkurang baik dalam segi biaya dan waktu yang dibutuhkan (Sumpena, 2001). Penggunaan mulsa plastik ini bertujuan untuk : a) mengurangi evaporasi dan run off . b) menjaga lengas tanah. c) menekan perturnbuhan gulma. d) menurunkan kehilangan unsur hara, karena adanya pelindihan.
8
e) memodifikasi suhu tanah yang dapat meoingkatkan pertumbuhan tanaman. f) mengurangi serangan harna penyakit. g) mencegah hasil tercampur dengan tanah, sehingga produknya bersih dan dapat mengurangi tenaga kerja dalam pensortiran, pengepakan dan prosesing (Sumiati, 1989). Mentimun
merupakan
tanaman
yang
bersifat
memanjat (Indeterminate), sehingga dalam pertumbuhannya mentimun membutuhkan tiang penyangga atau ajir sebagai tempat tegak dan pembentukan buah tanaman tidak terhalang atau terhambat. Dengan kondisi pertumbuhan seperti ini maka persentase terbentuknya buah yang normal (lurus) akan lebih banyak dibandingkan dengan buah-buah yang terbentuk abnormal. Ajir berfungsi untuk 1) tempat tegak tanaman, 2) mengurangi pembentukan buah abnormal, 3) mengurangi terserang hama, dan 4) memudahkan cara pemanenan (Sumpena, 2001). 2. Persemaian Benih umumnya akan berkecambah segera pada keadaan lingkungan yang mendukung. Syarat umum yang dibutuhkan untuk pertumbuhan benih adalah; 1) adanya air yang cukup untuk melembabkan biji, 2) suhu yang sesuai, 3) cukup oksigen, dan 4) adanya cahaya. Selain itu juga, dalam proses perkecambahan benih tidak lepas dari faktor-faktor yang mempengaruhi seperti faktor dalam (internal) dan faktor luar (external). 1) Faktor dalam (internal) meliputi tingkat kematangan benih, ukuran benih, dormansi benih, dan penghambat perkecambahan. Sementara itu, 2) Faktor luar (external) meliputi cahaya, air, temperatur, oksigen, dan medium tumbuh (Sutopo, 2002). Benih mentimun yang akan ditanam sebaiknya dipersiapkan media tanam/semai terlebih dahulu. Media semai itu berupa campuran tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 7:3. Sebagai tempat media dapat menggunakan polybag atau plastik transparan dengan dilubangi untuk
9
drainase air. Untuk menghindari tanaman terserang hama media harus diberi Curater (Sugito, 1992). 3. Penanaman Penanaman benih dapat dilakukan jika benih telah memiliki daun 2-3 daun utama dan benih mentimun yang sudah dikecambahkan ditanam langsung dilubang tanam yang dibuat dengan cara penugalan sedalam 5 cm. Benih ditanam sebanyak 1 tanaman perlubang tugal dan selanjutnya lubang tanam ditutup tanah setinggi 1 cm jarak lubang tanam 30 cm x 60 cm (Sumpena, 2002). Penanaman mentimun untuk musim kemarau dilakukan sekitar bulan Maret atau bulan Agustus. Pengolahan tanah dengan menggunakan cangkul dengan membuat bedengan ukuran lebar 80 – 90 dan tinggi 30 cm. yang sekaligus membuat saluarn lebar + 70 cm. Pupuk kandang (organik) yang sudah matang +200 gram (8.000 kg/ha) disimpan pada lubang (cowakan) untuk tempat penanaman biji dengan jarak 60 x 40 cm. Penanaman dilakukan dengan cara tugal dengan jumlah benih 2-3 biji per lubang (Lasantha, 2010). 4. Pemeliharaan a. Penyiraman Penyiraman adalah komponen terpenting untuk makhkluk hidup. Tanpa air, semua makhluk hidup di bumi tidak akan bertahan hidup. Demikian pula untuk tanaman. Air akan diserap bersama unsur pupuk, untuk keperluan hidupnya. Air juga tidak boleh diberikan dalam jumlah berlebih. Karena air dalam jumlah banyak dan terlalu lama berada di daerah perakaran akan menyebabkan akar tidak bisa bernafas, sehingga akar akan mati. Air yang berlebihan juga akan menyebabkan kelembaban tinggi, sehingga mempermudah tumbuhnya penyakit yang menyerang tanaman. Oleh karena itu, air harus disediakan dalam jumlah yang seimbang. (Prayugo, 2007).
10
b. Penyulaman Media tanam yang digunakan sama dengan media yang digunakan dalam persemaian dilakukan penyiraman secara intensif pada pagi dan sore hari. Penyiraman dilakukan dengan menggunakan gembor berlubang halus agar tanaman yang baru dipindahkan tidak rusak, penyulaman dilakukan jika ada tanaman yang mati atau pertumbuhannya terganggu. Penyulaman dilakukan dengan segera minimal seminggu setelah tanaman dipindahkan ke pot permanen agar diperoleh pertumbuhan yang serempak (Suhendar, 2007). c. Pemupukan Pemupukan adalah salah satu pemeliharaan yang utama untuk mendapatkan hasil yang optimal. Peranan suplai unsur hara untuk tanaman menunjukkan manfaat yang besar dalam meningkatkan pertumbuhan dan produksi mentimun (Sumpena, 2001). Penambahan bahan organik seperti pupuk kandang ke dalam tanah merupakan salah satu teknik budidaya yang lebih baik dari segi teknis, ekonomis, sosial maupun dari lingkungan karena tidak menimbulkan pencemaran dan dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Pupuk kandang mengandung unsur hara lengkap yang dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhannya. Pupuk kandang mengandung unsur makro seperti nitrogen (N), fosfor (P), kalium (K) kalsium (Ca), magnesium (Mg), dan sulfur (S). Unsur fosfor dalam pupuk kandang sebagian besar berasal dari kotoran padat (Koswara, 1992). Peranan suplai unsur hara untuk tanaman menunjukan manfaat yang sangat besar dalam meningkatkan pertumbuhan, hasil, dan kualitas mentimun. Jenis pupuk yang dapat digunakan pupuk organik berupa pupuk kandang ayam 10 ton/ha, dan pupuk anorganik berupa Urea 225 kg/ha TSP 120 kg/ha, KCL 100 kg/ha dan curater. Pemupukan dilakukan 2 kali yakni pemberian awal dan pemberian
11
susulan. Pemberian pupuk susulan terhadap budidaya mentimun dengan mulsa dilakukan setelah tanaman berumur 1 bulan dengan menggunakan pupuk NPK yang dicairkan. Cara pemberiannya dengan penyiraman dengan dosis 50 g/10 liter air lalu disiramkan disekitar tanaman. Larutan sebanyak itu digunakan untuk 50 tanaman (Sumpena, 2001). d. Penyiangan Tempat hidup serangga selain tanaman yang dibudidayakan juga pada semak-semak dan rerumputan lainnya. Membersihkan tanaman dari rumput dan tanaman liar yang mungkin menjadi tempat hidup dan bertelur ataupun makanan serangga sangat diperlukan, dalam usaha mengurangi populasi serangga. Memusnahkan sisa tanaman yang berada di lahan pertanian juga termasuk dalam usaha sanitasi untuk memberantas hama, karena sisa tanaman itu akan memungkinkan hama dapat bertahan hidup sampai masa tanam berikutnya. Hal ini berlaku pada tanaman semusim (Jumin, 2005). e. Pemangkasan Pemangkasan merupakan upaya menciptakan keadaan tanaman menjadi lebih baik, sehingga sinar matahari dapat masuk keseluruh bagian tanaman meningkatnya intersepsi cahaya yang masuk ke tajuk tanaman serta meningkatnya sirkulasi udara dan ketersediaan CO2 dalam tajuk. Ketersediaan cahaya dan CO2 yang cukup serta faktorfaktor lainnya yang mendukung akan meningkatkan laju fotosintesis yang pada akhirnya meningkatkan ketersediaan fotosintat yang sangat dibutuhkan dalam pertambahan panjang batang tanaman (Soeb, 2000). Pemangkasan merupakan tindakan budidaya yang umum dilakukan untuk mengatasi adanya pertumbuhan vegetatif yang berlebihan pada tanaman. Menurut Saptarini (1999) menyatakan bahwa perlakuan pemangkasan pada tanaman mengakibatkan sinar
12
matahari masuk ke dalam seluruh bagian tanaman dan terjadi proses fotosintesis. Hasil fotosintesis kemudian banyak digunakan untuk pertumbuhan batang tanaman. f. Pengendalian Hama dan Penyakit Hama dan penyakit pada mentimun sebenarnya tidak terlalu banyak.
Pemberantasan
dilakukan
setelah
terlihat
tanda-tanda
serangan. Cara pemberatasannya antara lain dengan cara mekanis (pemotongan daun) maupun dengan cara kimia (penyemprotan pestisida).
Hama
yang
sering
mengganggu
yakni Thrips dan Imagothripis yang merusak tanaman dengan cara menghisap cairan sel. Tanda awal dari kerusakan ini bila daun dihadapkan ke sinar matahari akan kelihatan bintik berwarna putih. Pengendalian
serangan
hama
ini
dapat
dilakukan
dengan
penyemprotan insektisida (Khotimah, 2007). Menurut Sugito (1992), penyakit yang sering menyerang yakni Downy mildew (Pseudomonas cubensis, Berk dan Curt) diawali dengan adanya bintik hitam pada permukaan daun yang kemudian berubah
menjadi
kuning,
kemudian
meluas
menjadi
bercak.
Pemberantasan penyakit ini dilakukan dengan cara penyemprotan fungisida seperti Benlate dan Dithane. Penyakit layu sering menyerang pada musim hujan ketika tanah tergenang dan terlalu basah. Penyebab penyakit layu diakibatkan oleh Fusarium wilt F, dengan cara pengendalian membuat drainase atau saluran air yang baik dan pembuatan bedeng tanaman yang tinggi ± 50 cm (Sumpena, 2001). 5. Panen dan Pasca Panen Buah mentimun dapat dipanen pada umur 30-50 hst, ciri-ciri buah yang dapat dipanen, yaitu buah masih berduri, panjang buah antara 10-30 cm atau tergantung jenis yang diusahakan jarak panen dilakukan antara 12 hari sekali. Panen dilakukan dengan cara memotong tangkainya dengan
13
pisau atau gunting. Tangkai buah yang bekas dipotong sebaiknya dicelupkan kedalam larutan lilin untuk mempertahankan laju penguapan dan kelayuan sehingga kesegaran buah mentimun dapat terjaga relatif lama (Sumpena, 2001). Buah dipanen pada pagi hari sebelum pukul 09.00 dengan cara memotong tangkai buah dengan pisau tajam. Mentimun sayur dipanen 510 hari sekali tergantung dari varietas dan ukuran/umur buah yang dikehendaki. Pemanenan harus memperhatikan ukuran mentimun yang sesuai dengan permintaan pasar. Pasar swalayan memerlukan mentimun sayur dengan dua kemasan yaitu (a) mentimum acar yang panjang buahnya sekitar 10-15 cm, berbentuk lurus, kulit mulus dan segar. (b) mentimum besar yang panjang buahnya 15-20 cm, berbentuk lurus, kulis mulus
dan
segar.
Perkembangan buah mentimum termasuk cepat. Pada umumnya, kegiatan panen dilakukan setiap hari sampai akhir masa panen. Setiap pemanenan, kumpulkan hasil panen di tempat teduh atau gudang berventilasi, sebaiknya ditampung dalam keranjang plastik (Rukmana, 1994). E. Analisis Usaha Tani Ilmu Usaha Tani biasanya diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien untuk tujuan memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Dikatakan efektif apabila petani atau produsen dapat mengalokasikan sumber daya yang mereka miliki (yang dikuasai) sebaik-baiknya, dan dikatakan efisien bila pemanfaatan sumber daya tersebut menghasilkan keluaran (output) yang melebihi masukan (input). Efisiensi usaha tani dapat diukur dengan cara menghitung efisiensi teknis, efisiensi harga, dan efisiensi ekonomis (Soekartawi, 1995). Produksi usaha tani mempergunakan masukan untuk menghasilkan keluaran. Masukan selalu mencakup tanah dan tenaga, untuk pertanian maju,
14
masukan ini mencakup sarana produksi dan peralatan yang dibeli. Produksi merupakan hasil dari proses atau aktivitas ekonomi dengan memanfaatkan beberapa masukan atau input. Kegiatan produksi adalah mengkombinasi berbagai input atau masukan untuk menghasilkan output. Menurut Mosher (1987) biaya usaha tani diklasifikasikan menjadi dua yaitu: a. Biaya tetap (fixed cost) adalah biaya yang relatif tetap jumlahnya dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh banyak atau sedikit. Jadi besar biaya ini tidak tergantung pada besar kecilnya produksi yang diperoleh. b. Biaya tidak tetap (variable cost) adalah biaya yang besar kecilnya dpengaruhi produksi. Menurut Soekartawi (2002) Total
biaya
produksi adalah
penjumlahan dari biaya tetap dengan biaya tidak tetap dan dapat ditulis dengan rumus sebagai berikut: TC = FC + VC Keterangan: TC = Total Biaya (Rp) FC = Biaya Tetap (Rp) VC = Biaya Variabel (Rp) Menurut Soekartawi (1995), penerimaan adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual dan biasanya produksi berhubungan negatif dengan harga, artinya harga akan turun ketika produksi berlebihan. Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut: TR = Q x Pq Keterangan : TR = Total penerimaan (Rp) Q = Jumlah produk Pq = Harga produk (Rp)
15
Keuntungan adalah selisih lebih pendapatan atas beban sehubungan dengan kegiatan usaha. Apabila beban lebih besar dari pendapatan, selisihnya disebut rugi. Keuntungan atau kerugian merupakan hasil dari perhitungan berkala. Hal ini akan diketahui secara pasti saat perusahaan menghentikan kegiatannya dan dilakukan likuidasi (Soemarso, 2005). Menurut Soekartawi (2002) tujuan dari pelaku ekonomi adalah memaksimumkan utility. Produsen memaksimumkan
utility
dengan
cara
memaksimumkan
keuntungan.
Keuntungan (U) merupakan hasil pengurangan dari penerimaan (revenue) dengan biaya (cost). Penerimaan merupakan hasil perkalian antara jumlah produk (Q) dengan harga produk (Pq). Jika dirumaskan yaitu : U = TR – TC Keterangan: U = Keuntungan usaha tani (Rp) TR = Total Penerimaan (Rp) TC = Total Biaya (Rp) Sebelum melakukan pengembangan usaha hendaknya dilakukan suatu kajian yang cukup mendalam untuk mengetahui apakah usaha yang dilakukan itu layak atau tidak layak. Aspek yang perlu dikaji adalah aspek keuangan dan pasar. Jika aspek ini jelas maka prospek ke depan untuk usaha usaha tersebut jelas, begitu juga sebaliknya apabila aspek ini tidak jelas maka prospek ke depan juga tidak jelas (Umar, 2005). Menurut Sunarjono (2000) usaha tani layak diusahakan bila analisis ekonomi menunjukkan hasil layak. Adapun hasil analisis kelayakan yang digunakan untuk menilai kelayakan usaha adalah: a. R/C Ratio R/C Ratio (Return Cost Ratio) merupakan ukuran perbandingan antara penerimaan dengan biaya operasional. R/C Ratio dihitung untuk menentukan kelayakan suatu usaha. Rumus R/C Ratio adalah total penerimaan dibagi total biaya produksi. Rumus R/C Ratio yaitu :
16
R/C Ratio = Total penerimaan Total biaya produksi Kriteria uji : Jika R/C > 1, layak untuk diusahakan Jika R/C = 1, cukup layak untuk diusahakan Jika R/C < 1, tidak layak untuk diusahakan b. B/C Ratio B/C Ratio (Benefit Cost Ratio) biasanya digunakan untuk mengukur kelayakan suatu usaha tani dilihat dari keuntungan yang diperoleh, yaitu dengan cara membandingkan antara keuntungan dengan total biaya yang dikeluarkan. Rumus B/C Ratio adalah keuntungan dibagi total biaya. Rumus B/C Ratio adalah : B/C Ratio = Keuntungan Total biaya Kriteria uji : Jika B/C > 1, untung dan layak untuk diusahakan Jika B/C = 1, impas dan cukup layak untuk diusahakan Jika B/C < 1, rugi dan tidak layak untuk diusahakan