5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. ANALISIS

Download Analisis Kualitatif merupakan metode analisis kimia yang digunakan ... atas dua golongan yaitu golongan metal atau logam dan golongan non m...

0 downloads 471 Views 1MB Size
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Analisis Kualitatif Analisis Kualitatif merupakan metode analisis kimia yang digunakan untuk mengenali atau mengidentifikasi suatu unsur atau senyawa kimia (anion atau kation) yang terdapat dalam sebuah sampel berdasarkan sifat kimia dan fisikanya.(Firmansyah, 2011). Analisis kualitatif berdasarkan sifat kimia melibatkan beberapa reaksi dimana hukum kesetimbangan massa sangat berguna untuk menentukan ke arah mana reaksi berjalan. Contoh : Reaksi redoks, reaksi asam-basa, kompleks, dan reaksi pengendapan. Sedangkan analisis berdasarkan sifat fisikanya dapat diamati langsung secara organoleptis, seperti bau, warna, terbentuknya gelembung gas atau pun endapan yang merupakan informasi awal yang berguna untuk analisis selanjutnya.( Latifah, 2012)

2.2. Unsur dan Penggolongannya Unsur adalah wujud zat terkecil yang tidak dapat diuraikan lagi secara kimiawi menjadi wujud yang lebih sederhana. Senyawa adalah zat yang terbentuk dari gabungan kimiawi dari dua unsur atau lebih. Demikianlah air dapat diuraikan menjadi gas hidrogen dan oksigen, garam dapur menjadi logam natrium dan gas klor, gula menjadi karbon, hidrogen dan oksigen dan sebagainya. Tetapi kita tidak dapat selanjutnya menguraikan hidrogen, oksigen, karbon, natrium dan klor itu menjadi wujud lebih sederhana

5

Universitas Sumatera Utara

6

lagi. Kalau diusahakan juga maka rusaklah kesatuan zat tersebut.(Sulaiman, 1987). Berdasarkan sifat kimia dan sifat fisisnya unsur-unsur dapat digolongkan atas dua golongan yaitu golongan metal atau logam dan golongan non metal atau non logam. Dari 92 unsur yang terdapat di alam, 70 buah termasuk logam dan 22 buah nonlogam. Semua gas adalah nonlogam, 1 dari zat cair adalah logam, yaitu air raksa (Hg), dan 1 lagi adalah nonlogam yaitu brom (Br). Dari 79 unsur yang berupa zat padat hanya 10 buah yang termasuk non logam. Pembagian lengkapnya adalah seperti Tabel 2.1 berikut :

Tabel 2.1 : Pembagian jumlah unsur

Keadaan Unsur

Logam

Nonlogam

Padat

69

10

Cair

1

1

Gas

-

11

Jumlah

70

22

Untuk mempermudah dalam mengenali unsur-unsur yang dimaksud, maka berikut ini adalah Tabel 2.2, yaitu tabel yang menyajikan nama unsur secara periodik :

Universitas Sumatera Utara

Tabel 2.2 : Periodik unsur

7

Universitas Sumatera Utara

8

2.2.1. Unsur Logam dan Nonlogam Logam dan nonlogamadalah unsur kimia yang mempunyai sifat-sifat seperti Tabel 2.3 dan Tabel 2.4, yaitu tabel yang menjelaskan perbedaan sifat unsur logam dan nonlogam dalam sudut pandang fisika dan kimia:

Tabel 2.3 : Sifat fisika unsur logam dan nonlogam

Nonlogam Tidak mengilap Pada suhu kamar dapat berwujud padat, cair, dan gas Sulit dibentuk dan rapuh Bukan penghantar panas dan listrik yang baik

Logam Mengilap Pada suhu kamar umumnya berwujud padat Mudah ditempa dan dibentuk Penghantar panas dan listrik yang baik

Tabel 2.4 : Sifat kimia unsur logam dan nonlogam

Nonlogam

Logam

Kecenderungan suatu atom untuk menerima elektron atau menjadi bermuatan negatif (membentuk anion). Keelektronegatifan yang besar Energi ionisasinya kecil Tidak reaktif

Kecenderungan suatu atom untuk melepas elektron atau menjadi bermuatan positif (membentuk kation) Keelektronegatifan yang kecil Energi ionisasinya besar Reaktif (mudah bereaksi)

2.3. Jenis-jenis Senyawa 2.3.1. Oksida Senyawa antara suatu unsur dengan oksigen disebut oksida. Senyawa antara unsur nonlogam dengan oksigen disebut oksida nonlogam atau oksida asam, sedang senyawa antara unsur logam dengan oksigen disebut oksida logam atau oksida basa.

Universitas Sumatera Utara

9

Disebut oksida asam karena dengan air oksida itu akan membentuk asam, dan disebut oksida basa karena dengan air oksida itu akan membentuk basa. Beberapa contoh oksida asam yang penting : N2O5

P2O3

B2O3

Cl 2 O 5

N2O3

P2O5

As 2 O 3

Cl 2 O 7

SO 2

CO 2

Cl 2 O 3

I2O5

Oksida basa yang penting ialah oksida-oksida logam alkali dan lokam alkali tanah. Contohnya : K2O

CaO

FeO

ZnO

N2O

BaO

Fe 2 O 3

SnO

LI 2 O

MgO

Al 2 O 3

SnO 2

2.3.2. Asam dan Basa Oksida asam dengan air akan membentuk asam, sedang oksida basa dengan air akan membentuk basa. Disebut asam karena zat-zat ini berasa asam di lidah dan disebut basa karena rasanya yang seperti sabun (basis). Contoh beberapa asam : SO 2

+

H2O

H 2 SO 3

= asam sulfit

SO 3

+

H2O

H 2 SO 4

= asam sulfat

P2O3

+

3H 2 O

2H 3 PO 3 = asam fosfit

P2O5

+

3H 2 O

2H 3 PO 4 = asam fosfat

N2O3

+

H2O

2HNO 2

= asam nitrit

Disamping terbentuk dari oksida asam + air, adapula beberapa asam yang terbentuk dari hidrogen dengan unsur bukan logam tertentu yaitu unsur-unsur

Universitas Sumatera Utara

10

golongan halogen ditambah dengan sulfur. Jadi kita kenal asam-asam HCl, HBr, HI, HF (disebut asam-asam halogenida) dan H 2 S. Selain itu masih ada golongan asam organik yang cara penulisan rumus molekulnya maupun cara pemberian namanya agak berbeda dari senyawa anorganik. Contohnya : Asam asetat (asam cuka)

CH 3 COOH

Asam oksalat

COOH.COOH atau H 2 C 2 O 4

Asam sitrat

C 6 H 8 O 7 atau CH 2 (COOH).COH(COOH).CH 2 (COOH)

Jika dari suatu asam dihilangkan H-nya maka gugus yang tinggal disebut gugus sisa asam. Gugus atau radikal tidak dapat berdiri sendiri sebagai zat, tapi harus terikat atau berada di dalam zat lain. Karena H bermuatan positif maka gugusan sisa asam bermuatan negatif. Jumlah muatan negatifnya sama dengan jumlah H yang dihilangkan. Valensi atau kebasaan suatu asam adalah sama dengan jumlah H yang ada pada asam tersebut (kecuali asam organik yang valensinya bergantung pada jumlah gugus karboksilat – COOH pada asam bersangkutan). Demikianlah kita dapatkan HCl, HNO 3 , CH 3 COOH adalah asam-asam valensi 1 : H 2 S, H 2 CO 3 , H 2 SO 4 adalah asam-asam valensi 2 : H 3 PO 4 , H 3 BO 3 adalah asam-asam valensi 3. Dari sekian banyak asam-asam hanya beberapa daripadanya yang benarbenar terdapat sebagai zat sebenarnya (berupa zat padat, atau zat zair atau gas) misalnya HCl, H 2 S, HNO 3 , H 2 SO 4 , H 3 PO 4 dan lain-lain. Sisanya adalah asam-

Universitas Sumatera Utara

11

asam yang hanya terdapat dalam larutan dan umumnya tidak stabil, dan hanya stabil di alam jika berikatan dengan logam dalam bentuk garam-garam. Sebagaimana asam, maka basa yang bervalensi lebih dari 1 bisa mengalami beberapa tingkatan ketika melepaskan gugus hidroksilnya (OH) contoh : Ca (OH) 2

bila melepaskan hanya 1 OH akan menjadi Ca (OH)+ yang disebut gugus kalsium hidroksi yang bermuatan positif dan berlaku sebagai logam valensi 1.

Al (OH) 3

bila melepaskan hanya 1 OH akan menjadi Al (OH) 2 + yang disebut gugus Aluminium dihidroksi atau aluminium basa primer dan kalau melepaskan 2 gugus OH akan menjadi Al (OH)++ yang disebut gugus aluminium hidroksi atau aluminium basa sekunder, berlaku sebagai logam valensi 2.

Beberapa basa yang penting adalah : KOH

= kalium hidroksida

NaOH

= natrium hidroksida

Ca (OH) 2 = kalsium hidroksida Ba (OH) 2 = barium hidroksida NH 4 OH

= amonium hidroksida

Al (OH) 3 = aluminium hidroksida Fe (OH) 2 = ferro hidroksida Fe (OH) 3 = ferri hidroksida

Universitas Sumatera Utara

12

Untuk lebih mempermudah dalam memahami apa itu asam dan basa maka berikut ini adalah Tabel 2.5, yang menerangkan definisi asam dan basa menurut beberapa ahli :

Tabel 2.5 : Teori asam dan basa menurut para peneliti

Teori Arrhenius

Asam

Netralisasi

Zat yang menghasilkan Zat yang menghasilkan ion H+ dalam larutan ion OH- dalam larutan

Bronsted Donor proton Lewis

Basa

Akseptor pasangan elektron

H++ OH-→ H 2 O Transfer proton dari donor ke akseptor Pembentukan ikatan kovalen koordinat

Akseptor proton Donor pasangan elektron

Berikut adalah daftar nama-nama asam – basa kuat dan lemah : Asam Kuat :

Asam lemah :

1. Asam klorida (HCl)

1. Asam format (HCOOH)

2. Asam nitrat (HNO 3 )

2. Asam asetat (CH 3 COOH)

3. Asam sulfat (H 2 SO 4 )

3. Asam karbonat (H 2 CO 3 )

4. Asam bromida (HBr)

4. Asam sitrat (C 6 H 8 O 7 )

5. Asam iodida (HI)

5. Asam plumbat (H 2 PbO 3 )

6. Asam klorat (HClO 3 )

6. Asam plumbit (H 2 PbO 4 )

7. Asam perklorat (HClO 4 )

7. Asam benzoat (C 6 H 5 COOH)

Basa kuat :

4. Kalsium hidroksida (Ca(OH) 2 )

1. Litium hidroksida (LiOH)

5. Rubidium hidroksida (RbOH)

2. Natrium hidroksida (NaOH)

6. Stronsium hidroksida (Sr(OH) 2 )

3. Kalium hidroksida (KOH)

7. Sesium hidroksida (CsOH)

Universitas Sumatera Utara

13

Basa lemah :

5. Seng hidroksida (Zn(OH) 2 )

1. Amonium hidroksida (NH 4 OH)

6. Emas (I) hidroksida (Au(OH))

2. Aluminium hidroksida (Al(OH) 3 )

7. Emas (III) hidroksida (Au(OH) 3 )

3. Besi (III) hidroksida (Fe(OH) 3 )

8. Timbal (II) hidroksida (Pb(OH) 2 )

4. Besi (II) hidroksida (Fe(OH) 2 )

9. Mangan hidroksida (Mn(OH) 2 )

2.4. Garam Sebenarnya

pada

waktu

menguraikan

tentang

tingkatan-tingkatan

penguraian asam dan basa fasal yang lalu itu kita telah menyerempet masalah ionisasi. Ionisasi adalah peristiwa terurainya molekul atas ion-ion , yaitu partikelpartikel yang bermuatan listrik. Peruraian itu biasanya terjadi di dalam suatu alat pelarut, umumnya air. Jika suatu senyawa dilarutkan dalam air, ada dua kemungkinan yang dapat terjadi : 1)

Senyawa itu terurai menjadi molekul-molekul yang tidak bermuatan listrik atau netral.

2)

Senyawa itu terurai menjadi molekul-molekul yang bermuatan listrik atau ion. Hanya sedikit senyawa kimia yang termasuk dalam golongan pertama, dan

senyawa kimia yang termasuk dalam golongan pertama, dan senyawa-senyawa seperti ini dinamakan senyawa atau zat nonelektrolit, misalnya gula, urea, glukosa, fruktosa dan beberapa senyawa organik sejenis. Disebut zat nonelektrik karena larutannya dalam air tidak dapat menhantarkan arus listrik. Sebaliknya, hampir semua zat anorganik yang dapat larut dalam air termasuk dalam golongan

Universitas Sumatera Utara

14

kedua yang dinamakan zat atau senyawa elektrolit karena larutannya dalam air dapat menghantarkan arus listrik disebabkan terurainya zat tersebut atas ion-ion yang bermuatan listrik. Karena ada 2 muatan listrik yaitu muatan positif dan muatan negatif maka pastilah hanya ada 2 macam ion yaitu : ion yang bermuatan listrik positif yang disebut kation dan ion yang bermuatan listrik negatif yang disebut anion. Jadi dalam peristiwa ionisasi, dari suatu senyawa yang mulanya netral akan diperoleh kation yng bermuatan positif dan ion yang bermuatan negatif dalam larutan. Asam-asam terurai atas kation H+dan anion sisa asam : H+

HCl

+

Cl-

H 2 SO 4

2H+ +

SO 4 2-

H 3 PO 4

3H+ +

PO 4 3-

Basa akan terurai atas kation logam dan anion hidroksil (OH-) : KOH

K+

+

OH-

Ba (OH) 2

Ba2+ +

2OH-

Cr (OH) 3

Cr3+ +

3OH-

Jika hal di atas sudah dapat dimengerti maka mudah pula difahami arti dari definisi berikut : Garam adalah gabungan antara kation logam dan anion sisa asam. K+ + Cl-

KCl

Na+ + Cl-

NaCl

Al3+ + 3CH 3 COO2Na+ + SO 4 2Pb4+ + 3CH 3 COOH-

= kalium klorida = natrium klorida Al(CH 3 OOO) 3 = aluminium asetat Na 2 SO 4 = natrium sulfat Pb (CH 3 OOO) 3 = timbal asetat

Universitas Sumatera Utara

15

Garam-garam seperti di atas yang tidak mengandung H atau OH lagi disebut garam normal atau garam biasa. Garam yang masih mengandung H disebut garam asam, sedangkan garam yang masih mengandung OH disebut garam basa. Terbentuknya garam asam atau garam basa dari ion-ionnya itupun seperti halnya pada garam normal juga. Perhatikanlah contoh-contoh berikut ini : Na+ + HCO 3 -

NaHCO 3

Mg2+ + 2H 2 PO4-

Mg(H 2 PO 4 ) 2

= natrium hidrokarbonat = magnesium dihidrofosfat

2 Ca(OH)+ + SO 4 2- [Ca(OH)] 2 SO 4 = kalsium hidroksi sulfat 3 Al (OH) 2 + + PO 4 3-

[Al (OH) 2 ] 3 PO 4 = aluminium dihidroksi fosfat

Seperti dapat dilihat pada contoh-contoh di atas, memberi nama garam tidak sulit jika cara memberi nama asam dan basa serta gugus sisanya sudah dimengerti. Tetapi kadangkala kita mengalami kesulitan menentukan valensi atau bilangan oksidasi dari unsur utama, lebih-lebih bila senyawa yang kita hadapi baru kali itu kita kenal. Dalam hal ini maka valensi atau bilangan oksidasi unsur dimaksud dapat kita cari dengan mengingat bahwa jumlah semua muataan negatif harus sama dengan jumlah muatan positif. Contoh :

KNO3

: K = 1+, O 3 = 3 x 2- = 6- , berarti valensi N = 5 Atau bilangan oksidasi N = 5+

KMnO 4

: K = 1+ , O 4 = 8- , berarti Mn = 7+

NH 4 CNS : NH4 = 1+ , C = 4+ , N = 3- , berarti S = 2-

Universitas Sumatera Utara

16

Untuk mempermudah dalam penentuan bilangan oksidasi dari unsur-unsur yang penting maka, berikut adalah Tabel 2.6 yang menjelaskan masing-masing harga bilangan oksidasinya :

Tabel 2.6 : Harga bilangan oksidasi

Unsur

Simbol

Hidrogen Oksigen Nitrogen Karbon Sulfur Fosfor Klor Fluor Brom Yod Silikon Boron Arsen Timbal Krom Timah

H O N C S P Cl F Br I Si B As Pb Cr Sn

Bilangan Oksidasi +1 -2 +3, +5 +4 +4, +6 +3, +5 -1 -1 -1 -1 +4 +3 +3, +5 +2, +4 +3, +6 +2, +4

Strontium Uranium Aluminium Kalsium Magnesium Barium Kalium Natrium Litium Tembaga Perak Raksa Besi Seng Kobalt Nikel Mangan

Sr U Al Ca Mg Ba K Na Li Cu Ag Hg Fe Zn Co Ni Mn

+2 +2 +3 +2 +2 +2 +1 +1 +1 +1, +2 +1 +1, +2 +2, +3 +2 +3 +2 +4, +7

Universitas Sumatera Utara

17

2.5. Garam Kompleks dan Garam Rangkap Disamping garam normal, garam asam dan garam basa, masih ada kemungkinan terbentuknya garam yang susunannya lebih rumit dan disebut garam kompleks atau garam rangkap. Garam kompleks adalah garam yang terdiri dari 1 logam dan 2 sisa asam, atau 2 logam dan 1 sisa asam, atau garam biasa yang mengandung gugus tambahan bukan ion. Gugus tambahan bukan ion misalnya gugus NH 3 yang disebut gugus amin dan gugus H 2 O yang disebut gugus hidro. Contoh garam kompleks : K 4 Fe (CN) 6

= kalium ferrosianida

Ag (NH 3 ) 2 Cl

= perak diamin klorida

KAlSO 4

= kalium aluminium sulfat

MgNH 4 PO 4

= magnesium amonium fosfat

Disamping garam kompleks, beberapa ahli membedakan pula garam yang terbentuk oleh 2 garam normal atau garam yang mengandung air kristal. Garam seperti ini dinamakan garam rangkap. Beberapa contoh garam rangkap adalah : K 2 SO 4 .Al 2 SO 4 , dengan atau tanpa air kristal CaCO 3 .MgCO 3 .2H 2 O Garam rangkap adalah bentuk yang paling banyak terdapat pada mineral atau batuan yang dijumpai di alam. Sebagian ahli menganggap bahwa garam garam rangkap bukanlah bentuk garam yang khusus sebab garam rangkap itu pada dasarnya adalah garam normal juga tapi dalam bentuk terikat sebagai kristal. Jika suatu larutan dari garam dalam air atau dalam alat pelarut lain diuapkan maka akhirnya tinggallah garam yang pada umumnya mengikat 1 atau beberapa molekul air kristal. Demikian juga kebanyakan garam yang dijumpai di alam sebagai

Universitas Sumatera Utara

18

mineral adalah garam yang berair kristal. Jika dipanaskan terus maka air kristal dari suatu garam akan terlepas pula. Garam-garam yang berair kristal pada umumnya mempunyai bentuk geometris yang beraturan, sedangkan garam tanpa air kristal mempunyai bentuk tak beraturan (amorf). Sifat-sifat garam alami atau mineral ini dipelajari di dalam ilmu-ilmu mineralogi, kristalogi dan petrografi (ilmu batuan).

2.6. Reaksi-reaksi Penggaraman Penggaraman adalah reaksi-reaksi yang dapat membentuk garam. Ada reaksi penggaraman yang dikenal, yang akan kita bahas secara singkat berikut ini adalah yang umum dijumpai : I

II

III

Asam

+

Basa

Garam

+

Air

2HCl

+

NaOH

NaCl

+

H2O

H 2 SO 4

+

2NaOH

Na 2 SO 4 +

H2O

Basa

Garam

+

Air

Oksida Asam

+

SO 3

+

Ca (OH) 2

CaSO 4

+

H2O

N2O5

+

2NaOH

2NaNO 3 +

H2O

Garam

+

Air

Oksida Basa

+

Asam

Ag 2 O

+

2HNO 3

2AgNO 2

+

H2O

Fe 2 O 3

+

2H 2 CO 3

Fe 2 (CO 3 ) 3

+

H2O

Universitas Sumatera Utara

19

IV

V

Oksida Asam

+

Oksida Basa

Garam

SO 3

+

BaO

BaSO 4

N2O5

+

Cu 2 O

2CuNO 3

Asam

Garam

Logam

+

+

H2

Reaksi ini hanya berlaku untuk logam-logam disebelah kiri H dalam deret tegangan logam atau deret volta selain itu asamnya haruslah yang tidak mengoksidasi dan berada dalam larutan yang encer. Logamnya : K, Na, Ba, Ca, Mg, Al, Mn, Zn, Cr, Fe, Co, Ni, Sn, dan Pb. Logam yang tidak dapat bereaksi dengan asam adalah : Cu, Hg, Ag, Pt, dan Au. Asam yang dapat memenuhi syarat adalah semua asam, kecuali HNO 3 , HNO 2 , HClO 3 , HClO 4 , H 2 Cr 2 O 7 , dan HMnO 4 . Contoh : Mg Pb

+

2HCl (encer)

+

H 2 SO 4 (encer)

MgCl 2

+

H2

PbSO 4 + H 2

Jika logam itu mempunyai banyak valensi (polivalen) maka garam yang terbentuk adalah garam dengan valensi terendah yang stabil. Mn

VI

Garam

+

+

H 2 SO 4

MnSO 4 (valensi 2, bukan valensi 4 atau 7)

Asam Bersangkutan

Garam Asam

(NH 4 )2SO 4

+

H 2 SO 4

2NH 4 HSO 4

Ca 3 (PO 4 ) 2

+

H 3 PO 4

3CaHPO 4

Garam asam dapat juga terbentuk dari reaksi asam dengan basa jika jumlah asam berlebihan sedangkan basanya terbatas :

Universitas Sumatera Utara

20

Ba(OH) 2

+

2H 2 CO 3

Ba(HCO 3 ) 2

+

2H 2 O

Al (OH) 3

+

3H 3 PO 4

Al(H 2 PO 4 ) 3 +

3H 2 O

VII Garam

+

Basa Bersangkutan

Garam Basa

MgSO 4

+

Mg(OH) 2

[Mg (OH)] 2 SO 4

AlCl3

+

2Al(OH)3

3Al(OH) 2 Cl

Seperti halnya pada garam asam, maka garam basapun dapat pula terbentuk jika dalam reaksi asam dengan basa terjadi kelebihan basa sedangkan jumlah asam terbatas. 2Ca(OH) 2

+

H 2 SO 4

[Ca(OH)] 2 SO 4

VIII Garam asam + Basa Bersangkutan Na 2 HPO 4

+

NaOH

Mg(HCO 3 ) 2

IX

X

+

+

Garam

Na 3 PO 4

Mg(OH) 2

+

+ Air

H2O

2MgCO 3

Garam Basa + Asam Bersangkutan

H2O

+

2H 2 O

Garam

+

Pb(OH)Cl

+

HCl

PbCl 2

+

H2O

Al(OH)Cl 2

+

HCl

AlCl 3

+

H2O

Air

Garam AB + Asam HC

Garam AC +

Asam HB

2NaCH 3 COO +

Na 2 SO 4

2HCH 3 COO

Na 2 CO 3

+

H 2 SO 4

2HCl

2NaCl + H 2 CO 3

+

H2O CO 2

Universitas Sumatera Utara

21

Reaksi penggaraman X ini hanya berlaku jika memenuhi salah satu syarat yang disebutkan berikut ini : Syarat garam

: harus larut dalam air. Jika tidak larut dalam air maka garam itu harus berasal dari asam lemah, dan garam seperti ini hanya dapat bereaksi dengan asam kuat.

Syarat asam

: 1) Jika garam AB berasal dari asam lemah, maka reaksi hanya terjadi dengan asam kuat. Reaksi dengan asam lemah hanya terjadi jika salah satu hasil reaksi mengendap atau terurai. 2) Jika garam AB berasal dari asam kuat maka reaksi dengan asam kuat hanya dapat terjadi jika salah satu hasil reaksi mengendap atau terurai. Reaksi dengan asam lemah hanya terjadi antara H2S dengan garam-garam dari Ag, Hg, Cu, Pb, Sn, As, dan Sb.

XI.

Garam AB + Basa COH CuSO 4

+

2NaOH

Hg(NO 3 ) 2 +

2KOH

Garam CB Cu(OH) 2 2KNO 3

XII Garam AB + Basa CD Na 2 SO 4 + AgNO 3

BaCl 2 +

KI

+ +

+

Basa AOH

Na 2 SO 4 Hg(OH) 2

Garam AD +

Garam CB

2NaCl +

BaSO 4

AgI

KNO 3

+

Universitas Sumatera Utara

22

2.6.1. Natrium Klorida (NaCl) Dalam ilmu kimia, garam adalah senyawa ionik yang terdiri dari ion positif (kation) dan ion negatif (anion), sehingga membentuk senyawa netral (tanpa bermuatan). Garam terbentuk dari hasil reaksi asam dan basa. Kation garam dapat dianggap berasal dari suatu basa, sedangkan anionnya berasal dari suatu asam. Jadi, setiap garam mempunyai komponen basa (kation) dan asam (anion). Perhatikanlah contoh berikut. Contoh: Natrium klorida (NaCI) terdiri dari kation Na+ yang dapat dianggap berasal dari NaOH, dan anion Cl- yang berasal dari HCl di dalam air, NaCl terdapat sebagai ionion yang terpisah. Berikut persamaan reaksinya : NaCl (aq)  Na+ (aq) + C1- (aq) Ada banyak macam-macam garam. Garam yang terhidrolisa dan membentuk ion hidroksida ketika dilarutkan dalam air maka dinamakan garam basa. Garam yang terhidrolisa dan membentuk ion hidronium di air disebut sebagai garam asam. Garam netral adalah garam yang bukan garam asam maupun garam basa. Ada empat jenis garam, yaitu : 1. Garam yang terbentuk dari reaksi asam kuat dengan basa kuat (misalnya NaCl, K 2 SO 4 dan lain-lain) tidak mengalami hidrolisis. Untuk jenis garam yang demikian nilai pH = 7 (bersifat netral) 2. Garam yang terbentuk dari reaksi asam kuat dengan basa lemah (misalnya NH 4 Cl, AgNO 3 dan lain-lain) hanya kationnya yang terhidrolisis (mengalami hidrolisis parsial). Untuk jenis garam yang demikian nilai pH < 7 (bersifat asam)

Universitas Sumatera Utara

23

3. Garam yang terbentuk dari reaksi asam lemah dengan basa kuat (misalnya CH 3 COOK, NaCN dan lain-lain) hanya anionnya yang terhidrolisis (mengalami hidrolisis parsial). Untuk jenis garam yang demikian nilai pH > 7 (bersifat basa) 4. Garam yang terbentuk dari reaksi asam lemah dengan basa lemah (misalnya CH 3 COONH 4 , Al 2 S 3 dan lain-lain) mengalami hidrolisis total (sempurna). Untuk jenis garam yang demikian nilai pH-nya tergantung harga K a den K b . Larutan garam dalam air (misalnya natrium klorida dalam air) merupakan larutan elektrolit, yaitu larutan yang dapat menghantarkan arus listrik. Cairan dalam tubuh makhluk hidup mengandung larutan garam, misalnya sitoplasma dan darah. Tapi, karena cairan dalam tubuh ini juga mengandung banyak ion-ion lainnya, maka tidak akan membentuk garam setelah airnya diuapkan. Berikut Gambar 2.1, bentuk fisik garam (NaCl) :

Gambar 2.1: Garam dapur (NaCl)

Universitas Sumatera Utara

24

Berikut ini adalah Tabel 2.7, yang menerangkan sifat NaCl :

Tabel 2.7: Sifat NaCl Sifat Rumus molekul

NaCl

Massa molar

58.44 g/mol

Densitas

2.16 g/cm3

Titik lebur

801 °C (1074 K)

Kelarutan dalam air

35.9 g/100 mL (25 °C)

Titik didih

1465 °C (1738 K)

Zat elektrolit kuat adalah zat yang terurai sempurna dan mengalirkan listrik secara sempurna. Suatu molekul atau senyawa ionik dapat menghantarkan listrik disebabkan karena kemampuan untuk mengalirkan elektron. Karena elektron yang bergerak itulah yang disebut listrik. Salah satu faktor penyebab NaCl memiliki kemampuan mengalirkan elektron adalah karena dapatnya terionisasi di dalam air. Tapi yang perlu diingat adalah NaCl tidak bersifat elektrolit kuat didalam semua pelarut. NaCl hanya dapat menjadi elektrolit jika dilarutkan ke dalam senyawa polar, seperti air. Jika NaCl dimasukkan ke dalam senyawa nonpolar seperti bensin, maka NaCl tidak akan dapat larut sehingga tidak dapat mengalirkan elektron lagi (bukan elektrolit). Jadi dapat disimpulkan bahwa NaCl hanya dapat menjadi elektrolit pada senyawa polar.

2.7. Reaksi Ionisasi Jenis dan konsentrasi (kepekatan) suatu larutan dapat mempengaruhi daya hantar listrik. Untuk menunjukkan kekuatan elektrolit digunakan derajat ionisasi yaitu

Universitas Sumatera Utara

25

jumlah ion bebas yang dihasilkan oleh suatu larutan. Makin besar harga derajat ionisasi, makin kuat elektrolit tersebut.Derajat ionisasi (α) didapat dari perbandingan antara jumlah zat yang mengion dengan jumlah zat yang dilarutkan. Makin besar harga α maka makin kuat sifat elektrolit larutan tersebut. Kekuatan ionisasi suatu larutan diukur dengan derajat ionisasi dan dapat disederhanakan dalam persamaan dibawah ini: Untuk larutan elektrolit besarnya harga 0 < α< 1, untuk larutan non-elektrolit maka nilai α = 0. Dengan ukuran derajat ionisasi untuk larutan elektrolit memiliki jarak yang cukup besar, sehingga diperlukan pembatasan larutan elektrolit dan dibuat istilah larutan elektrolit kuat dan larutan elektrolit lemah. Untuk elektrolit kuat harga α = 1, sedangkan elektrolit lemah harga derajat ionisasinya, 0 < α < 1. Untuk mempermudah kekuatan elektrolit skala derajat ionisasi pada Gambar 2.2 dibawah ini :

Gambar 2.2: Skala derajat ionisasi untuk larutan elektrolit

Universitas Sumatera Utara

26

Banyak atau sedikitnya molekul zat yang terionisasi dinyatakan dalam derajat ionisasi. Derajat ionisasi (α) merupakan perbandingan banyaknya molekul zat yang terurai dengan banyaknya molekul zat mula-mula:

Derajat Ionisasi (α ) =

𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽 ℎ 𝑀𝑀𝑀𝑀𝑀𝑀 𝑧𝑧𝑧𝑧𝑧𝑧 𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦𝑦 𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡𝑡 𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽𝐽 ℎ 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 𝑧𝑧𝑧𝑧𝑧𝑧 𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚 −𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚𝑚

...............................................(2-1)

Asam kuat seperti HCl sebagian besar atau seluruh molekul HCl terurai menjadi ion H+ dan ion Cl- : HCl

H+ + Cl-

Maka derajat ionisasi (α) HCl = 1

2.7.1. Reaksi Ionisasi Elektrolit Kuat Larutan yang dapat menyalakan lampu terang dan menghasilkan gelembung gas banyak disebut larutan elektrolit kuat. Contoh: larutan garam. Dalam proses ionisasinya, elektrolit kuat menghasilkan banyak ion maka derajat ionisasi = 1 (terurai sempurna), pada persamaan reaksi ionisasi larutan elektrolit kuat ditandai dengan anak panah satu arah ke kanan. Perlu diketahui pula elektrolit kuat ada beberapa dari asam dan basa. Contoh : NaCl (aq) KI (aq)

Na+ (aq) + Cl- (aq) K+ (aq)

+ I- (aq)

Universitas Sumatera Utara

27

2.7.2. Reaksi Ionisasi Elektrolit Lemah Larutan yang dapat menyalakan lampu redup ataupun tidak menyala, tetapi menghasilkan gelembung gas pada elektrodanya disebut larutan elekrtolit lemah. Untuk larutan elektrolit lemah memiliki daya hantar lemah dan derajat ionisasi kecil, karena sedikit larutan yang terurai (terionisasi). Makin sedikit yang terionisasi, makin lemah elektrolit tersebut. Dalam persamaan reaksi ionisasi elektrolit lemah ditandai dengan panah dua arah (bolak-balik) artinya tidak semua molekul terurai (ionisasi tidak sempurna) Contoh:

CH 3 COOH (aq)

CHCOO- (aq) + H+ (aq)

NH 4 OH (aq)

NH 4 + (aq) + OH- (aq)

2.8. Elektronegativitas dan Energi Ionisasi Menurut Linus Pauling definisi elektronegatifitas adalah sebagai kekuatan atau kemampuan atom menarik elektron-elektronnya dalam dirinya sendiri dalam suatu molekul. Definisi ini menunjukkan bahwa elektronegativitas bukanlah merupakan suatu sifat yang berhubungan dengan atom secara terisolasi melainkan atom dalam senyawanya. Namun demikian, ukuran elektronegativitas dapat diturunkan untuk tiaptiap atom.Keelektronegatifan secara umum, dalam satu periode, dari kiri ke kanan semakin bertambah dan dalam satu golongan, dari atas ke bawah keelektronegatifan semakin berkurang.

Universitas Sumatera Utara

28

Hal ini dapat dimengerti karena dalam satu periode, dari kiri ke kanan, muatan inti atom semakin bertambah yang mengakibatkan gaya tarik antara inti atom dengan elektron terluar juga semakin bertambah. Fenomena ini menyebabkan jari-jari atom semakin kecil, energi ionisasi semakin besar, afinitas elektron makin besar dan makin negatif dan akibatnya kecenderungan untuk menarik elektron semakin besar. Berikut Gambar 2.3, yang menunjukkan nilai keelektronegatifan unsur :

Gambar 2.3 : Nilai keelektronegatifan unsur

Energi minimum (terendah) yang dibutuhkan untuk dapat melepaskan elektron atom netral dalam wujud gas pada kulit terluar dan terikat paling lemah disebut energi ionisasi. Nomor atom dan jari-jari atom mempengaruhi besarnya energi ionisasi. Semakin besar jari-jari atom maka gaya tarik antara inti dengan elektron pada kulit terluar semakin lemah. Hal ini berarti elektron pada kulit terluar semakin mudah lepas dan energi yang dibutuhkan untuk melepaskan elektron tersebut semakin kecil. Akibatnya, dalam satu golongan, energi ionisasi semakin kecil dari atas ke bawah. Sedagkan dalam satu periode, energi ionisasi semakin besar dari kiri ke kanan. Hal ini disebabkan dari kiri ke kanan muatan inti

Universitas Sumatera Utara

29

semakin besar yang mengakibatkan gaya tarik antara inti dengan elektron terluar semakin besar sehingga dibutuhkan energi yang besar pula untuk melepaskan elektron pada kulit terluar.

2.9. Senyawa Kompleks Senyawa kompleks atau sering disebut dengan kompleks koordinasi adalah senyawa yang mengandung atom atau ion (biasanya logam) yang dikelilingi oleh molekul atau anion biasanya disebut dengan ligan atau agen pengompleks yang berwujud endapan putih. Ligan adalah molekul netral atau anion yang berikatan dengan atom pusat dengan ikatan kovalen koordinasi. Syarat ligan adalah harus memiliki pasangan elektron bebas yang dapat digunakan untuk berikatan kovalen koordinasi.

2.10. Teori Dasar pH pH atau derajat keasaman digunakan untuk menyatakan tingkat keasaman atau basa yang dimiliki oleh suatu zat, larutan atau benda. pH normal memiliki nilai 7 sementara bila nilai pH > 7 menunjukkan zat tersebut memiliki sifat basa sedangkan nilai pH < 7 menunjukkan keasaman. pH = 0 menunjukkan derajat keasaman yang tinggi, dan pH = 14 menunjukkan derajat kebasaan tertinggi. Umumnya indikator sederhana yang digunakan adalah kertas lakmus yang berubah menjadi merah bila keasamannya tinggi dan biru bila keasamannya rendah. Selain menggunakan kertas lakmus, indikator asam basa dapat diukur dengan pH meter yang bekerja berdasarkan prinsip elektrolit/konduktivitas suatu

Universitas Sumatera Utara

30

larutan. Sistem pengukuran pH mempunyai tiga bagian yaitu elektroda pengukuran pH, elektroda referensi dan alat pengukur impedansi tinggi. Istilah pH berasal dari “p”, lambang matematika dari negatif logaritma, dan “H”, lambang kimia untuk unsur Hidrogen. Defenisi yang formal tentang pH adalah negatif logaritma dari aktivitas ion Hidrogen (pH = -log [H+]). pH adalah singkatan dari power of Hidrogen.

2.10.1. Dasar Pengukuran Derajat Keasaman Asam dan basa adalah besaran yang sering digunakan untuk pengolahan sesuatu zat, baik di industri maupun kehidupan sehari-hari. Pada industri kimia, keasaman merupakan variabel yang menentukan, mulai dari pengolahan bahan baku, menentukan kualitas produksi yang diharapkan sampai pengendalian limbah industri agar dapat mencegah pencemaran pada lingkungan. Pada bidang pertanian, keasaman pada waktu mengelola tanah pertanian perlu diketahui. Untuk mengetahui dasar pengukuran derajat keasaman akan diuraikan dahulu pengertian derajat keasaman itu sendiri. Pada prinsipnya pengukuran suatu pH adalah didasarkan pada potensial elektrokimia yang terjadi antara larutan yang terdapat di dalam elektroda gelas (membrane gelas) yang telah diketahui dengan larutan yang terdapat di luar elektroda gelas yang tidak diketahui. Hal ini dikarenakan lapisan tipis dari gelembung kaca akan berinteraksi dengan ion hidrogen yang ukurannya relatif kecil dan aktif, elektroda gelas tersebut akan mengukur potensial elektrokimia dari ion hidrogen. Untuk melengkapi sirkuit elektrik dibutuhkan elektroda

Universitas Sumatera Utara

31

pembanding. Sebagai catatan alat tersebut tidak mengukur arus tetapi hanya mengukur tegangan. Molekul-molekul suatu zat yang dalam larutannya dapat menghantarkan arus listrik disebut elektrolit. Ion-ion negatif bergerak menuju ke anode, oleh karena itu ion negatif disebut anion. Ion positif bergerak menuju katode, oleh karena itu ion positif disebut kation. Suatu larutan elektrolit, molekulnya terurai menjadi ion-ion. Air murni tergolong elektrolit lemah. Sebagaian molekulnya terurai menjadi ion H- dan OH+. 1 ion H+ dan 1 ion OH- berasal dari penguraian 1 molekul H 2 O. Dengan demikian, konsentrasi ion H+ sama dengan konsentrasi ion OH-. Larutan air seperti itu dinamakan dengan larutan netral. Larutan yang mengandung ion H+ berkonsentrasi lebih besar dari konsentrasi OH- dan disebut larutan asam, sedangkan larutan yang mengandung konsentrasi ion H+ lebih kecil dari konsentrasi ion OH- disebut larutan basa. Larutan asam dapat menerima elektron bebas, sedangkan basa dapat memberikan elektron bebas. Banyaknya larutan yang terurai menjadi ion dinamakan derajat ionisasi. Besarnya berkisar antara 0 sampai 1. Suatu elektrolit yang derajat ionisasinya besar, mendekati 0 dinamakan elektrolit lemah. Ionisasi mempunyai tetapan kesetimbangan (K). Misal untuk air, kesetimbangannya dapat dihitung dengan rumus:

Universitas Sumatera Utara

32

𝐾𝐾 =

(𝐻𝐻 + )+(𝑂𝑂𝑂𝑂 − ) (𝐻𝐻2 𝑂𝑂)

..............................................................................................(2-2)

Karena konsentrasi H 2 O relatif besar, maka persamaan ini dapat ditulis

menjadi :

K (H 2 O) = (H+).(OH-)........................................................................................(2-3)

Dalam air murni dengan suhu 25oC, konsentrasi H+ = 10-7 mol/liter, sedangkan hasil kali konsentrasi H+ dengan OH- = 10-14. Konsentrasi H+ = konsentrasi OH- = 10-7. Hubungan antara potensial dengan aktifitas ion hidrogen dinyatakan dengan rumus Nerst :

𝐸𝐸 = 𝐸𝐸0 +

2.3 𝑅𝑅𝑅𝑅 𝑛𝑛𝑛𝑛

𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙

𝐻𝐻 + 𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙𝑙

𝐻𝐻 − 𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑𝑑

...................................................................................(2-4)

Dimana : E

= Perbedaan potensial yang terukur

E 0 = Konstanta elektrode pada suhu 25oC R

= Konstanta gas

T

= Suhu mutlak oK

n

= Muatan ion

F

= Angka Faraday sebagai konstanta

H+ = Aktifitas Hidrogen

Universitas Sumatera Utara

33

2.11. Hubungan Tingkat Keasaman dengan pH

HCl (aq) + H 2 O (l) O,1 M

H 3 O+ (aq) + Cl- (aq) .......................................................(2-5) O,1 M

pH = - log [H 3 O+] = -log 0,1 = 1.......................................................................(2-6)

Nilai pH merupakan eksponen negatif dari konsentrasi ion hidronium. Sebagai contoh, larutan basa kuat dengan konsentrasi ion hidronium 10-11 M mempunyai pH 11. Larutan asam kuat dengan pH 1 mempunyai konsentrasi ion hidronium 10-1 M. Hal ini dikarenakan asam atau basa terionisasi sempurna, maka konsentrasi ion H+ setara dengan konsentrasi asamnya. Berdasarkan uraian di atas, karena pH dan konsentrasi ion H+ dihubungkan dengan tanda negatif, maka kedua besaran itu berbanding terbalik, artinya makin besar konsentrasi ion H+ (makin asam larutan) maka makin kecil nilai pH, dan sebaliknya. Selanjutnya, karena dasar logaritma adalah 10 maka larutan yang nilai pH-nya berbeda sebesar n dan mempunyai perbedaan konsentrasi ion H+ sebesar 10 n. Bila pH berkurang, konsentrasi ion hidronium akan meningkat, dan konsentrasi ion hidroksida berkurang. Pada setiap unit penurunan pH sama dengan peningkatan faktor 10 untuk konsentrasi ion hidronium. Sebagai contoh, larutan dengan pH 4 dan larutan dengan pH 3 keduanya bersifat asam, karena mempunyai pH kurang dari 7. Larutan dengan pH 3 mempunyai konsentrasi H 3 O+ 10 kali lebih besar dari pada larutan dengan pH 4, sehingga perubahan kecil dalam pH dapat membuat perubahan besar dalam konsentrasi ion hidronium. Bila pH meningkat di atas 7, konsentrasi ion

Universitas Sumatera Utara

34

hidroksida akan meningkat, dan konsentrasi ion hidronium akan berkurang. Dalam larutan netral, konsentrasi ion hidroksida dan ion hidronium adalah sama.

2.12. Filtrasi Jeruk Nipis Filtrasi adalah pembersihan partikel padat dari suatu fluida dengan melewatkannya pada medium penyaringan, yang diatasnya padatan akan terendapkan. Sedangkan ekstraksi adalah suatu proses pemisahan dari bahan padat maupun cair dengan bantuan pelarut. Pelarut yang digunakan harus dapat mengekstrak substansi yang diinginkan tanpa melarutkan material lainnya. Ekstraksi padat cair atau leaching adalah transfer difusi komponen terlarut dari padatan inert ke dalam pelarutnya. Proses ini merupakan proses yang bersifat fisik karena komponen terlarut kemudian dikembalikan lagi ke keadaan semula tanpa mengalami perubahan kimiawi. Ekstraksi dari bahan padat dapat dilakukan jika bahan yang diinginkan dapat larut dalam solven pengekstraksi. Ekstraksi berkelanjutan diperlukan apabila padatan hanya sedikit larut dalam pelarut. Namun sering juga digunakan pada padatan yang larut karena efektivitasnya. (Lucas, Howard J, David Pressman. Principles and Practice in Organic Chemistry)

2.13.Baterai Baterai merupakan sel elektrokimia atau sel Volta yang dapat mengubah energi kimia menjadi energi listrik. Baterai berdasarkan jenis larutan elektrolitnya digolongkan sebagai baterai basah contohnya accumulator (aki) dan baterai kering contohnya batu baterai.(Latipah,2012)

Universitas Sumatera Utara

35

Aki basah banyak digunakan oleh mobil dan motor. Salah satu ciri dari aki jenis ini adalah adanya lubang-lubang tempat pengisian air aki. Keunggulan dari aki basah yakni harganya terjangkau, sedangkan kelemahannya adalah tingkat penguapannya tinggi. Oleh karena itu kendaraan yang menggunakan jenis aki basah harus rutin memeriksa ketinggian permukaan air aki. Air suling dapat digunakan untuk menambah cairan pada aki. Kondisi permukaan air yang berada di bawah garis lower serta salah menuangkan cairan ketika menambah cairan aki (seperti air sumur, air ledeng) membuat aki cepat rusak. Baterai yang digunakan pada sepeda motor bebek biasanya mempunyai tegangan 12 volt dan arus 5 Ah. Pada kondisi normal (sistem pengisian kendaraan normal) tidak ada penguapan karena gas yang timbul diserap oleh platnegatif, apabila kondisi sistem pengisian tidak normal dan sering terjadi over charging akan ada penguapan dan akan mengakibatkan baterai jadi rusak. Pada kondisi normal umur baterai bisa mencapai 2 – 3 tahun dengan catatan pemakaian beban listrik tidak berlebih dan setiap hari minimal ada pengisian, karena baterai bisa droptegangan apabila tidak ada pengisian berharihari.(Supena, 2009)

Gambar 2.4: Aki basah merk Vios

Universitas Sumatera Utara

36

Dikenal dua jenis elemen yang merupakan sumber arus searah (DC) dari proses kimiawi, yaitu elemen primer dan elemen sekunder. Elemen primer yakni elemen kering dan elemen sekunder yakni elemen basah. Reaksi kimia pada elemen primer yang menyebabkan elektron

mengalir dari

elektroda negatif

(katoda) ke elektroda positif (anoda) tidak dapat dibalik arahnya. Maka jika muatannya habis, maka elemen primer tidak dapat dimuati kembali dan memerlukan penggantian bahan pereaksinya (elemen kering). Sehingga dilihat dari sisi ekonomis elemen primer dapat dikatakan cukup boros. Contoh elemen primer adalah batu baterai (dry cells).(Golberg, 2010) Allesandro Volta, seorang ilmuwan fisika mengetahui, gaya gerak listrik (ggl) dapat dibangkitkan dua logam yang berbeda dan dipisahkan larutan elektrolit. Volta mendapatkan pasangan logam tembaga (Cu) dan seng (Zn) dapat membangkitkan ggl yang lebih besar dibandingkan pasangan logam lainnya (kelak disebut elemen Volta). Hal ini menjadi prinsip dasar bagi pembuatan dan penggunaan elemen sekunder.

Elemen sekunder harus diberi muatan

terlebih dahulu sebelum digunakan, yaitu dengan cara mengalirkan arus listrik melaluinya (secara umum dikenal dengan istilah 'disetrum'). Akan tetapi, tidak seperti elemen primer, elemen sekunder dapat dimuati kembali berulang kali. Elemen sekunder ini lebih dikenal dengan aki. Dalam sebuah aki berlangsung proses elektrokimia yang reversibel (bolak-balik) dengan efisiensi yang tinggi. Yang dimaksud dengan proses elektrokimia reversibel yaitu di dalam aki, saat dipakai berlangsung proses pengubahan kimia menjadi tenaga listrik (discharging). Sedangkan saat diisi atau dimuati, terjadi proses tenaga listrik menjadi tenaga kimia (charging).(Supena, 2009)

Universitas Sumatera Utara

37

Jenis aki yang umum digunakan adalah accumulator timbal (Pb). Secara fisik aki ini terdiri dari dua kumpulan pelat yang dimasukkan pada larutan asam sulfat encer (H 2 SO 4 ). Larutan elektrolit itu ditempatkan pada wadah atau bejana aki yang terbuat dari bahan ebonit atau gelas. Kedua belah pelat terbuat dari timbal (Pb), dan ketika pertama kali dimuati maka akan terbentuk lapisan timbal dioksida (PbO 2 ) pada pelat positif. Letak pelat positif dan negatif sangat berdekatan tetapi dibuat untuk tidak saling menyentuh dengan adanya lapisan pemisah yang berfungsi sebagai isolator (bahan penyekat). Proses kimia yang terjadi pada aki dapat dibagi menjadi dua bagian penting, yaitu selama digunakan dan dimuati kembali atau 'disetrum'.(Golberg, 2010)

2.13.1. Reaksi Kimia pada Baterai Pada saat aki digunakan, tiap molekul asam sulfat (H 2 SO 4 ) pecah menjadi dua ion hidrogen yang bermuatan positif (2H+) dan ion sulfat yang bermuatan negatif (SO 4 -). Tiap ion SO 4 yang berada dekat lempeng Pb akan bersatu dengan satu atom timbal murni (Pb) menjadi timbal sulfat (PbSO 4 ) sambil melepaskan dua elektron. Sedang sepasang ion hidrogen tadi akan ditarik lempeng timbal dioksida (PbO 2 ),

mengambil dua

elektron

dan

bersatu dengan satu atom

oksigen membentuk molekul air (H 2 O). Dari proses ini terjadi proses reaksi Redoks (reduksi dan oksidasi) yaitu pengambilan elektron dari timbal dioksida (sehingga menjadi positif) dan memberikan elektron itu pada timbal murni (sehingga menjadi negatif), yang mengakibatkan adanya beda potensial listrik di antara dua kutub tersebut. Proses tersebut terjadi secara simultan, reaksi secara kimianya dinyatakan sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

38

PbO 2 + Pb + 2H 2 SO 4 -----> 2PbSO 4 + 2H 2 O Di atas ditunjukkan terbentuknya timbal sulfat adalah selama penggunaan (discharging). Keadaan ini akan mengurangi reaktivitas dari cairan elektrolit karena asamnya menjadi lemah (encer), sehingga tegangan antara kutub sangat lemah untuk pemakaian praktis. Sementara proses kimia selama pengisian aki (charging) terjadi setelah aki melemah (tidak dapat memasok arus listrik pada saat kendaraan hendak dihidupkan).(Supena,2009) Kondisi aki dapat dikembalikan pada keadaan semula dengan memberikan arus listrik yang arahnya berlawanan dengan arus yang terjadi saat discharging. Pada proses ini, tiap molekul air terurai dan tiap pasang ion hidrogen yang dekat dengan lempeng negatif bersatu dengan ion SO 4 pada lempeng negatif membentuk molekul asam sulfat. Sedangkan ion oksigen yang bebas bersatu dengan tiap atomPb pada lempeng positif membentuk PbO 2 . Berikut adalah reaksi kimia yang terjadi pada saat pencharging-an:(Adityawan, 2010)

2PbSO 4 + 2H 2 O ----> PbO 2 + Pb + 2H 2 SO 4

2.14. Aki Kendaraan Besar ggl yang dihasilkan satu sel aki adalah 2 Volt. Sebuah aki mobil terdiri dari enam buah aki yang disusun secara seri, sehingga ggl totalnya adalah 12 Volt. Accumulator mencatu arus untuk menyalakan mesin (motor dan mobil dengan menghidupkan dinamo stater) dan komponen listrik lain dalam mobil. Pada saat mobil berjalan aki dimuati (diisi) kembali sebuah dinamo (disebut

Universitas Sumatera Utara

39

dinamo jalan) yang dijalankan dari putaran mesin mobil atau motor.( Jayashantha,2012) Pada aki

kendaraan bermotor

arus

yang

terdapat

didalamnya

dinamakan dengan kapasitas aki yang disebut Ampere-Hour/AH (Ampere-jam). Contohnya untuk aki dengan kapasitas arus 45 AH, maka aki tersebut dapat mencatu arus 45 Ampere selama 1 jam atau 1 Ampere selama 45 jam.(Marti, 1997)

2.15. Buah Jeruk Nipis Jeruk nipis merupakan salah satu jenis citrus geruk. Jeruk nipis termasuk jenis tumbuhan ferdu yang banyak memiliki dahan dan ranting.(Sarwono B, 2005) Klasifikasi jeruk nipis yaitu sebagai berikut : -

Kingdom

: Plantae

-

Divisio

: Magnuliophyta

-

Kelas

: Magnolippsida

-

Ordo

: Sapindales

-

Famili

: Rutaceae

-

Genus

: Citrus

-

Spesies

: C. Aurantifolia

Jeruk nipis mempunyai rasa pahit, asam, dan sedikit dingin. Tanaman ini umumnya menyukai tempat-tempat yang dapat memperoleh sinar matahari langung. Berikut Gambar 2.5, yaitu bentuk fisik buah jeruk nipis :

Universitas Sumatera Utara

40

Gambar 2.5: Buah jeruk nipis

2.15.1. Kandungan dan Manfaat Jeruk Nipis Dalam jeruk nipis terdapat banyak sekali kandungan kimia. Unsur-unsur kimia tersebut adalah: -

Asam sitrat

:8%

-

Asam amino (triptozan, lisin)

-

Minyak Atsiri

-

Damar

-

Glikosida

-

Asam sitrun

-

Lemak

: 0.1 g

-

Kalsium

: 40 mg

-

Fosfor

: 22 mg

-

Besi

: 0.6 mg

-

Belerang

-

Vit B1

: 0.04 mg

-

Vit C

: 27 mg

-

Protein

: 0.8 gr

-

Air

: 86 gr

Universitas Sumatera Utara

41

Jeruk nipis adalah salah satu contoh asam, kata asam berasal dari bahasa latin “acidum” atau “acid” dalam bahasa inggris. Asam merupakan larutan elektrolit yang dalam air terurai menghasilkan ion positif dan ion negatif. Menurut Arrhenius, asam adalah zat yang melepaskan ion hidrogen (H+) di dalam air (Syukri, 1999: 387). Zat yang bersifat asam contohnya asam klorida (HCl) dan asam asetat (HBr), asam sitrat (C 6 H 8 O 7 ). Asam klorida yang dilarutkan ke dalam air akan terurai menjadi ion hidrogen dan ion klorida sesuai persamaan reaksi berikut. HCl (l) -----> H+ (aq) + Cl- (aq)

Sifat-sifat asam: •

Mempunyai rasa asam dan bersifat korosif.



Dapat mengubah warna kertas lakmus biru menjadi kertas lakmus merah.



Menghantarkan arus listrik



Bereaksi dengan logam Dibawah ini adalah Tabel 2.8, yaitu tabel yang memperlihatkan jenisjenis asam yang terdapat dari berbagai sumber :

Tabel 2.8 : Jenis asam

Jenis asam

Kuat / lemah

Terdapat pada

Asam askorbat

Lemah

Buah-buahan

Asam karbonat

Lemah

Minuman berkarbonat

Asam sitrat

Lemah

Jeruk

Asam etanoat

Lemah

Cuka

Asam laktat

Lemah

Susu basi

Universitas Sumatera Utara

42

Asam klorida

Kuat

Lambung

Asam nitrat

Kuat

Pupuk

Asam fosfat

Kuat

Cat anti karat

Asam sulfat

Kuat

Aki

Asam formiat

Lemah

Semut

Selain kandungan kimia tersebut, jeruk nipis juga memiliki manfaat yang berguna bagi manusia. Manfaatnya adalah sebagai berikut : -

Menghilangkan sumbatan vital energi

-

Mengobati batuk dan peluru dahak

-

Mengobati peluru kancing (diuretik)

-

Mengobati peluru keringat

-

Membantu proses pencernaan

-

Mengurangi kerutan pada wajah

-

Disentri

-

Dan sesak napas (Sarwono B, 2005)

2.15.2. Asam Sitrat pada Jeruk Nipis Asam sitrat merupakan asam organik lemah yang ditemukan pada daun dan buah tumbuhan jenis Citrus (jeruk-jerukan). (Sarwono B, 2005) Senyawa ini merupakan bahan pengawet yang baik dan alami, selain digunakan

sebagai

penambah

rasa

masam

padamakanan dan minuman

ringan.Asam sitrat terdapat pada berbagai jenis buah dan sayuran, namun

Universitas Sumatera Utara

43

ditemukan pada konsentrasi tinggi, yang dapat mencapai 8% bobot kering, pada jeruk lemon dan limau (misalnya jeruk nipis dan jeruk purut). Rumus kimia asam sitrat adalah C 6 H 8 O 7 (strukturnya ditunjukkan pada Tabel 2.9 di bawah). Struktur asam ini tercermin pada nama IUPAC-nya, asam 2hidroksi-1,2,3-propanatrikarboksilat.

Tabel 2.9: Sifat asam sitrat Nama

Asam sitrat

C 6 H 8 O 7 , atau: Rumus kimia

CH 2 (COOH)•COH(COOH)•CH 2 (COOH)

Bobot rumus 192,13 u Nama lain

Asam 2-hidroksi-1,2,3-propanatrikarboksilat

Sifat perubahan fase Titik lebur

426 K (153 °C)

Temperatur penguraian termal

448 K (175 °C)

Sifat asam-basa pKa 1

3,15

pKa 2

4,77

pKa 3

6,40

Sifat padatan Δ f H0

-1543,8 kJ/mol

0

S

252,1 J/(mol·K)

Cp

226,5 J/(mol·K)

Densitas

1,665 ×103 kg/m3

Universitas Sumatera Utara

44

2.15.3. Sifat Fisis dan Kimia Asam Sitrat Sifat–sifat

fisis

asam

sitrat

dirangkum

pada

Tabel

2.9di

atas.Keasaman asam sitrat didapatkan dari tiga gugus karboksil COOH yang dapat melepas proton dalam larutan. Jika hal ini terjadi, ion yang dihasilkan adalah ion sitrat.(Sarwono B, 2005). Sitrat

sangat

baik

digunakan

dalam larutan

penyangga untukmengendalikan pH larutan. Ion sitrat dapat bereaksi dengan banyak ion logam membentuk garam sitrat. Selain itu, sitrat dapat mengikat ionion logam dengan pengkelatan, sehingga digunakan sebagai pengawet dan penghilang kesadahan air. Pada temperatur kamar, asam sitrat berbentuk serbuk kristal berwarna putih. Serbuk kristal tersebut dapat berupa bentukanhydrous (bebas air), atau bentuk monohidrat yang mengandung satu molekul air untuk setiap molekul asam sitrat. Bentukanhydrous asam sitrat mengkristal dalam air panas, sedangkan bentuk monohidrat didapatkan dari kristalisasi asam sitrat dalam air dingin. Bentuk monohidrat tersebut dapat diubah menjadi bentuk anhydrous dengan pemanasan di atas 74 °C. Secara kimia, asam sitrat bersifat seperti asam karboksilat lainnya. Jika dipanaskan di atas 175 °C, asam sitrat terurai dengan melepaskan karbon dioksida dan air. (Sulaiman, 1987).

2.16. Baterai Jeruk Nipis sebagai Sel Volta Sel Volta merupakan jenis sel elektrokimia yang dapat menghasilkan energi listrik dari reaksi redoks yang berlangsung spontan. Baterai jeruk nipis

Universitas Sumatera Utara

45

merupakan sel Volta, karena kandungan kimia yang terdapat dalam jeruk nipis dapat berubah menjadi energi listrik. Hal itu ditentukan oleh anoda dan katoda dalam jeruk tersebut. Anoda yang berupa uang logam ditancapkan pada pangkal jeruk nipis. Sedangkan katoda yang berupa lempengan seng ditancapkan pada bagian bawah jeruk tersebut. Selain itu untuk menghubungkan anoda dan katoda dari jeruk nipis yang satu dengan yang lain digunakan kabel yang telah dililitkan pada penjepit kertas. Lakukan hal tersebut dengan ke enam jeruk lainnya.Sehingga setelah semuanya tersambung akan didapat anoda dan katoda di ujung jeruk pertama dan terakhir. Kemudian anoda dan katoda tersebut disambungkan pada kaki-kaki LED, sehingga LED menyala.Hal ini terjadi karena adanya larutan elektrolit yang terkandung dalam air asam jeruk nipis tersebut. (Latipah, 2012) Persamaan reaksinya yaitu sebagai berikut :

Zn + Cu2+  Zn2+ + Cu

Persamaan setengah sel dan diagram sel :

Zn

 Zn2+ + 2e-

Cu2+ + 2e-Cu

Universitas Sumatera Utara

46

2.17. Na-EDTA EDTA adalah kependekan dari Ethylene Diamin Tetra Acetic. EDTA berupa senyawa kompleks kelat dengan rumus molekul : “ (HO 2 CCH 2 )2NCH 2 CH 2 N(CH 2 CO 2 H) 2 “ Merupakan suatu senyawa asam amino yang secara luas dipergunakan untuk mengikat ion logam - logam bervalensi dua dan tiga. EDTA merupakan senyawa yang mudah larut dalamair, serta dapat diperoleh dalam keadaan murni. Tetapi dalam penggunaannya, karena adanya sejumlah tidak tertentu dalam air, sebaiknya distandardisasi terlebih dahulu. Berikut Gambar 2.6. yaitu struktur EDTA :

Gambar 2.6: Struktur EDTA

Ikatan pada EDTA, yaitu ikatan N yang bersifat basa mengikat ion H+ dari ikatan karboksil yang bersifat asam. Jadi dalam bentuk Ianitan pada EDTA ini terjadi reaksi intra molekuler (maksudnya dalam molekul itu sendiri), maka rumus senyawa tersebut disebut "zwitter ion". EDTA dijual dalam bentuk garam natriumnya, yang jauh lebih mudah larut daripada bentuk asamnya. Berikut Gambar 2.7, yaitu bentuk fisik Na-EDTA :

Universitas Sumatera Utara

47

Gambar 2.7: Bentuk fisik Na-EDTA

2.18. Sel Surya Photovoltaic adalah proses/metode sederhana dalam memanfaatkan energi matahari. Divais photovoltaic(solar cell) dapat mengubah energi sinar matahari menjadi energi listrik, dengan tanpa bising, polusi, kuat, handal dan tahan lama. Energi listrik yang dihasilkan tersebut dapat langsung digunakan, atau disimpan terlebih dahulu dalam sistem penyimpanan energi seperti baterai, untuk kemudian dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan sehari hari. Hubungan antara modul dan baterai perlu diperhatikan, karena output dari modul berubah ubah, sehingga arus dan tegangan yang dihasilkan tidak konstan, dan perlu diketahui bahwa karakteristik dari tegangan dan arus kerja modul tergantung pada tingkat intensitas radiasi dan suhu.(Rauschenbach, 1980) Solar cell adalah divais yang dapat mengubah energi matahari menjadi energi listrik. Jadi secara langsung arus dan tegangan yang dihasilkan oleh solar cell bergantung pada penyinaran matahari. Pada solar cell ini dibutuhkan material yang dapat menangkap matahari, dan energi tersebut digunakan untuk memberikan energi keelektron agar dapat berpindah melewati band gapnya kepita konduksi, dan kemudian dapat berpindah kerangkaian luar. Melalui proses

Universitas Sumatera Utara

48

tersebutlah arus listrik dapat mengalir dari solar cell. Umumnya divais dari solar cell ini menggunakan prinsip PN junction.(Green,1982) Sel surya terbuat dari bahan yang mudah pecah dan berkarat jika terkena air. Karena itu sel ini dibuat dalam bentuk panel-panel ukuran tertentu yang dilapisi plastik atau kaca bening yang kedap air. Panel ini dikenal sebagai panel surya. Ada beberapa jenis panel surya yang dijual dipasaran : Jenis pertama, yaitu jenis yang terbaik dan yang terbanyak digunakan masyarakat saat ini, adalah jenis monokristalin. Panel ini memiliki

tingkat

efisiensi antara 12 sampai 14%.

Gambar 2.8: Panel solar cell monokristalin

Jenis kedua adalah jenis polikristalin atau multi kristalin, yang terbuat dari kristal silikon dengan tingkat efisiensi antara 10 sampai12%.

Gambar 2.9 :Solar cellmulti kristalin

Universitas Sumatera Utara

49

Jenis ketiga adalah silikon jenisamorphous, yang berbentuk film tipis. Efisiensinya

sekitar4-6%. Panel surya jenis ini banyakdipakai di mainan anak-

anak, jam dan kalkulator.

Gambar 2.10: Solar cell amorphous

Jenis keempat adalah panel surya yang

terbuat

dari GaAs (Gallium

Arsenide) yang lebih efisien pada temperatur tinggi.

Gambar 2.11: Solar cell gallium arsenide

Listrik yang dihasilkan oleh panel surya dapat langsung digunakan atau disimpan lebih dahulu ke dalam baterai kering. Arus listrik yang dihasilkan adalah listrik dengan arus searah (DC) sebesar 3,5 A. Besar tegangan yang dihasilkan adalah 0,4 - 0,5V. Kita dapat mendesain rangkaian panel-panel surya, secara seri atau paralel, untuk memperoleh output tegangan dan arus yang diinginkan. Untuk

Universitas Sumatera Utara

50

memperoleh arus bolak balik (AC) diperlukan alat tambahan yang disebut inverter. (Adityawan, Eki. 2010). Perhitungan Teknis : Daya yang dihasilkan oleh panel surya maksimum diukur dengan besaran Wattpeak(Wp), yang konversinya terhadap Watthour (Wh) tergantung intensitas cahaya matahariyang mengenai permukaan panel. Selanjutnya daya yang dikeluarkan

oleh

panel

surya

adalah

daya

panel

dikalikan

lama

penyinaran.Misalnya sebuah panel surya berkapasitas 50 Wpdisinari matahari dengan intensitas maksimum selama 8 jam maka daya yang dihasilkan adalah 50 kali 8 Wh atau400 Wh. Daya sebanyak ini dapat digunakan untuk menyalakan 4 buah lampu 25 Watt selama 4 jam atau sebuah televisi hitam putih 40 Watt selama 10 jam.Di Indonesia, daya (Wh) yang dihasilkan perhari biasanya sekitar 3-5 kali daya panel maksimum (Wp), 3 kali untuk cuaca mendung, dan 5 kali untuk kondisi panas terik. Misalnya untuk sebuah panel surya berdaya maksimum 50 Wp, daya yang dihasilkan pada cuaca mendung perhari adalah 3 kali 50 Wp atau 150 Wp, dan pada cuaca cerah adalah 5 kali 50 Wp atau 250 Wp.(Zeng, L, 2009) Panel-panel surya dapat disusun secara seri atau paralel. Rangkaian paralel digunakan pada panel-panel dengan tegangan output yang sama untuk memperoleh penjumlahan arus keluaran. Tegangan yang lebih tinggi diperoleh dengan merangkai panel-panel

dengan arus keluaran yang sama secara seri.

Misalnya untuk memperoleh keluaran sebesar 12 Volt dan arus 12 A, kita dapat merangkai 4 buah panel masing-masing dengan keluaran 12 Volt dan 3 A

Universitas Sumatera Utara

51

secaraparalel.Sementara kalau keempat panel tersebut dirangkai secara seri akan diperoleh keluaran tegangan sebesar 48 Volt dan arus 3A.( O’regan, 1991)

2.18.1. Proses Pembangkitan Arus pada Solar Cell Pembangkitan arus pada solar cell melibatkan beberapa proses diantaranyayaitu : 1. Cahaya dalam bentuk foton jatuh pada permukaan solar cell, kemudian diserap dan menghasilkan pasangan elektron dan hole (apabila energi foton lebih besar dari energi band gapnya).Tetapi, electron (pada material tipe-p) dan hole (pada tipe-n) yang terbentuk bersifat tidak stabil dan hanya akan terjadi untuk jangka waktu yang sama dengan waktu hidup pembawa minoritas (minority carrier lifetime), sebelum akhirnya terjadi rekombinasi 2. Untuk mencegah rekombinasi ini adalah dengan menggunakan p-njunction yang memisahkan electron dan hole. Carrier ini dipisahkan oleh aksi medan listrik yang terjadi di p-n junction. Jika minority carrier (dalam hal ini hole) yang dihasilkan cahaya melewati p-njunction, maka akan didorong melewati junction oleh medan listrik pada junction, dan menjadi majority carrier. Sedangkan elektron mengalir

kerangkaian luar setelah emitter dan base

dihubungkan. 3. Setelah melewati rangkaian luar elektron tersebut akan bertemu dengan hole.(Kenneth. 2007)

Universitas Sumatera Utara