7
BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Pengertian Transformasi Budaya Transformasi budaya secara teoritis diartikan sebagai suatu proses dialog yang terus-menerus antara kebudayaan lokal dengan kebudayaan „donor‟ sampai tahap tertentu membentuk proses sintesa dengan berbagai wujud yang akan melahirkan format akhir budaya yang mantap. Dalam proses dialog, sintesa, dan pembentukan format akhir tersebut didahului oleh proses inkulturisasi dan akulturasi. Transformasi diperlukan dalam rangka menuju modernisasi, yang merupakan serangkaian perubahan nilai-nilai dasar yang meliputi nilai teori, nilai sosial, nilai ekonomi, nilai politik (kuasa), nilai estetika, dan nilai agama.1 Nilai teori yang tercermin dalam cara berpikir non-analitik, intuitif, bergeser ke analitik, kebiasaan bergeser ke nilai yang sangat meninggikan, rasionalitas dan efisiensi. Nilai sosial dari orientasi status bergeser ke prestasi kerja. Nilai ekonomi, dari pola konsuntif bergeser ke pola produktif. Nilai politik bergeser dalam karakteristik pengambilan keputusan, dari pertimbangan orang lain bergeser ke pertimbangan diri sendiri. Nilai agama, bergeser dari prespektif lama yang fatalistik ke arah motifasi hidup yang lebih baik. Dan nilai estetika bergeser dari paradigma lama ke arah paradigma baru yang mengacu pada pandangan hidup dan kepribadian bangsa. 1
Jujun S Suriasumantri dalam, Esti Ismawati, 2012. Ilmu Sosial Budaya Dasar. Yogyakarta: Ombak. Hlm 100
7
8
Persoalan utama bagi kita bukanlah menggalakkan pertumbuhan ekonomi melainkan transformasi sosial seluruh masyarakat, yang akan membawa serta transformasi dalam semua sektor kehidupan anggota masyarakat.2 Artinya bahwa transformasi dalam hal ini tidak hanya mengarah pada perubahan budaya itu sendiri namun lebih kepada perubahan sosial seluruh masyarakat yang dapat membawah kehidupan manusia lebih baik. Namun perubahan juga tidak selalu mengarah kepada hal-hal yang baik tapi dapat mengarah kepada hal-hal yang buruk, dan itu tentunya di pengaruhi oleh manusia itu sendiri. Dengan demikian bahwa transformasi merupakan suatu hal yang mengarah pada berbagai perubahan dalam semua sektor kehidupan seperti kebudayaan, politik, dan ekonomi. Di bidang kebudayaan, transformasi akan membuat anggota masyarakat sanggup melakukan penyesuain diri secara kretif terhadap perubahan-perubahan sosial yang di akibatkan oleh modernisasi, kemajuan teknologi, ancaman nuklir, dan penyesuain terhadap hasil modernisasi. Di bidang politik, transformasi akan menghasilkan sistem politik yang di satu pihak dapat menjadi sistem rekonsiliasi, yang sanggup mengakomodasi konflikkonflik kepentingan dari berbagai kelompok politik dengan menggunakan paksaan minimum, dan di lain pihak sanggup menghadapi masalah-masalah praktis yang dibawa oleh modernisasi. Sedangkan di bidang ekonomi, transformasi akan mengakibatkan perubahan stuktural, yang harus membebaskan masyarakat dari ketimpangan dan keluar dari kemiskinan, karena struktur yang ada secara ekonomis selalu merugikan mereka. 2
Soedjatmoko dalam, Esti Ismawati...Hlm 102
9
Sementara itu, transformasi budaya kita
menyangkut dua jalur
transformasi besar yang saling berkaitan, yaitu :3 1. Transformasi budaya Indonesia yang menarik budaya etnik ke tataran budaya negara kebangsaan. 2. Transformasi status indonesia yang menggeser ekonomi terbelakang ke tataran negara industri modern. Pada transformasi budaya etnik menjadi budaya kebangsaan tantangan yang dihadapi adalah bagaimana menciptakan kondisi yang sehat dan menguntungkan bagi terciptanya dialog budaya antar nilai-nilai etnik dengan nilai-nilai negara kebangsaan. Nilai etnik adalah nilai-nilai tradisional yang diwarisi oleh lingkungan etnik dari pemantapan struktur masyarakat yang mendahului mereka. Sementara itu nilai-nilai negara kebangsaan adalah nilai-nilai kontemporer yang diletakkan oleh per syaratan minimal untuk membangun sosok struktur negara kebangsaan tersebut. Di sisi lain, transformasi budaya pertanian tradisional ke budaya masyarakat industri modern juga mengalami tantangan, yakni bagaimana menyiapkan masa transisi yang cukup membuka banyak kesempatan bagi unsurunsur budaya baru tersebut. Ciri utama dari budaya tradisional pertanian adalah pada penekanan orientasi pandangan dunia yang melihat massyarakat sebagai suatu rumpun bagian dari satu jagat yang bulat yang mesti dijaga keseimbangannya. Di sini akan muncul perbedaan-perbedaan pendapat yang tajam, konfrontasi persaingan terbuka dan sengit, penonjolan prestasi yang 3
Umar Khayam dalam, Esti Ismawati...Hlm 103
10
berlebihan, kesemua ini dipandang sebagai nilai-nilai yang kurang baik karena akan memicu disharmoni. 2.2
Pengertian Kebudayaan Kata kebudayaan berasal dari kata budh dalam bahsa Sansekerta yang
berarti akal, kemudian menjadi kata budhi (tunggal) atau budhaya (majemuk), sehingga kebudayaan diartikan sebagai hasil pemikiran atau akal manusia. Ada pendapat yang mengatakan bahwa kebudayaan berasal dari kata budi dan daya. Budi adalah akal yang merupakan unsur rohani dalam kebudayaan, sedangkan daya berarti perbuatan atau ikhtiar sebagai unsur jasmani, sehingga kebudayaan diartikan sebagai hasil dari akal dan ikhtiar manusia. Kebudayaan berarti buah budi manusia adalah hasil perjuangan manusia terhadap dua pengaruh kuat, yakni alam dan zaman (kodrat dan masyarakat) yang merupakan bukti kejayaan hidup manusia untuk mengatasi berbagia rintangan dan kesukaran di dalam hidup dan penghidupannya guna mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang pada lahirnya bersifat tertib dan damai.4 Tercipta atau terwujudnya suatu kebudayaan adalah sebagai interaksi antara manusia dengan segala isi alam raya ini karena manusia mempunyai kemampuan daya antara lain akal, intelegensia, dan intuisi, perasaan dan emosi, kemauan, fantasi dan perilaku. Dengan sumber-sumber kemampuan daya manusia tersebut, nyatalah bahwa manusia menciptakan kebudayaan. Kebudayaan adalah sebuah sistem yang utuh yang merupakan penanda dari suatu bangsa yang membentuk masyarakat dalam berbagai skala. Di dalam 4
Hlm 24
Ki Hajar Dewantara dalam Supartono, 2004. Ilmu Budaya Dasar. Bojongkerta: Ghalia Indonesia.
11
tubuh bangsa Indonesia hidup berbagai kebudayaan suku bangsa yang mempunyai sejarah perkembangannya masing-masing. Ada yang didukung oleh masyarakat skala kecil seperti pada beberapa suku bangsa kelana, ada pula yang telah mengenal proses membentuk negara dengan cakupan penduduk dan wilayah skala madya, dan ada pula yang pengalaman bernegaranya sampai pada bentuk imperium. Sudah tentu apa yang telah menjadi bagian dari sejarah yang telah silam itu tidak sepatutnya dijadikan isu gugatan dalam menyimak perbedaanperbedaan budaya yang ada di masa kini di dalam masyarakat Indonesia secarah keseluruhan. Kesadaran sejarah dan pemahaman budaya amat penting untuk ditumbuhkan di dalam diri seluruh warga negara Indonesia, agar warisan masa silam dapat disikapi dengan arif dan masa depan dirancang dengan jiwa besar. Baik kesombongan maupun kekerdilan jiwa tidak akan memberikan sumbangan positif apa pun bagi pembangunan kekuatan bangsa. Mengemukakan bahwa kebudayaan adaalah cara berfikir dan merasa yang menyatakan diri dalam seluruh segi kehidupan dari segolongan manusia, yang membentuk kesatuan sosial dalam suatu ruang dan sesuatu waktu.5 Artinya, kebudayaan adalah hasil buah budi manusia yang merupakan makhluk berbudaya, karena melalui akalnya manusia dapat mengembangkan kebudayaan. Begitu pula manusia hidup dan bergantung pada kebudayaan sebagai hasil ciptaannya. Kebudayaan adalah semua hasil karya, rasa, dan cipta manusia.6 Dengan demikian, kebudayaan atau budaya menyangkut keseluruhan aspek kehidupan 5
Sidi Gazalba dalam Abu Ahmadi 1986. Antropologi Budaya. Surabaya: C.V Pelangi. Hlm 84 Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi dalam Elly M. Settiadi dkk, 2006. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Hlm 28 6
12
manusia baik material maupun non-material. Kebudayaan material antara lain hasil cipta, karsa,yang berwujud benda, barang alat pengolahan alam, seperti gedung, pabrik, jalan, rumah, dan sebagainya. Sedangkan kebudayaan nonmaterial merupakan hasil cipta, karsa yang berwujud kebiasaan, adat istiadat, ilmu pengetahuan dan sebagainya. Tujuh unsur dalam kebudayaan universal, yaitu sistem religi dan upacara keagamaan, sistem organisasi kemasyarakatan, sistem pengetahuan, sistem mata pencaharian hidup, sistem teknologi dan peralatan, bahasa, serta kesenian.7 Untuk lebih jelas, masing-masing diberi uraian sebagai berikut.8 1. Sistem religi dan upacara keagamaan merupakan produk manusia sebagai homo religius. Manusia yang memiliki kecerdasan pikiran dan perasaan luhur, tanggap bahwa diatas kekuatan dirinya terdapat kekuatan lain yang mahabesar (supranatural) yang dapat menghitam-putihkan kehidupannya. Oleh karena itu, manusia takut sehingga menyembah-Nya dan lahirlah kepercayaan dan sekarang menjadi agama. Untuk membujuk kekuatan besar tersebut agar mau menuruti kemauan manusia, dilakukan usaha yang diwujudkan dalam sistem religi dan upacara keagamaan. 2. Sistem organisasi kemasyarakatan merupakan produk dari maanusia homo socius. Manusia sadar bahwa tubuhnya lemah. Namun, dengan akalnya manusia membentuk kekuatan dengan cara menyusun organisasi kemasyarakatan yang merupakan tempat bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama, yaitu meningkatkan kesejahteraan hidupnya. 7 8
Kluckhohn dalam Supartono...Hlm 33-34 Kluckhohn dalam Supartono....Hlm 34
13
3. Sistem Pengetahuan merupakan produk dari manusia sebagai homo sapiens. Pengetahuan dapat diperoleh dari pemikiran sendiri, di samping itu dapat juga dari pemikiran orang lain. Kemampuan manusia untuk mengingat apa yang telah diketahui, kemudian menyampaikannya kepada orang lain melalui bahasa menyebabakan pengetahuan menyebar luas. Terlebih apalagi pengetahuan itu dapat dibukukan, maka penyebarannya dapat dilakukan dari satu generasi ke generasi berikutnya. 4. Sistem mata pencaharian hidup yang merupakan produk dari manusia sebagai homo economicus menjadikan tingkat kehidupan manusia secara umum terus meningkat. 5. Sistem teknologi dan peralatan merupakan produk dari manusia sebagai homo faber. Bersumber dari pemikirannya yang cerdas serta dibantu dengan tangannya yang dapat memegang sesuatu dengan erat, manusia dapat menciptakan sekaligus mempergunakan suatu alat. Dengan alat ciptaannya itu, manusia dapat lebih mampu mencukupi kebutuhannya daripada binatang. 6. Bahasa merupakan produk dari manusia sebagai homo longuens. Bahasa manusia pada mulanya diwujudkan dalam bentuk tanda (kode), yang kemudian disempurnakan dalam bentuk bahasa lisan, dan akahirnya menjadi bahasa tulisan. 7. Kesenian merupakan hasil dari manusia sebagai homo esteticus. Setelah manusia dapat memenuhi kebutuhan fisiknya, maka manusia perlu dan selalu mencari pemuas untuk memenuhi kebutuhan psikisnya. Artinya
14
manusia semata-mata tidak hanya memenuhi kebutuhan isi perut saja, tetapi mereka perlu juga pandangan mata yang indah serta suara yang merdu. Semuanya itu dapat dipenuhi melalui kesenian. Kesenian ditempatkan sebagai unsur terakhir karena enam kebutuhan sebelumnya, pada umumnya harus dipenuhi lebih dahulu. Unsur budaya yang paling lembut dan paling menentukan jati diri suatu suku bangsa adalah tata nilai, pandangan dunia, serta bahasa sebagai media konseptualisasi dan ekspresi. Ketiga hal itu saling bertaut dengan amat eratnya. Pandangan dunia meliputi pandangan mengenai kosmos,
yang bentuk
menengahnya adalah alam sekitar. Maka, apabila terjadi perubahan dalam alam lingkungan tempat hidupnya, yang terpengaruh bukan hanya tubuhnya yang harus mengadakan penyesuaian, melainkan juga alam batinnya. Dengan berubahnya alam lingkungan, apalagi jika lingkungan lama sama sekali hilang, maka suku bangsa itu pun akan mudah sekali kehilangan acuan-acuan perlambangannya. Apalagi jika bahasanya pun surut dalam penggunaan, atau bahkan hapus sama sekali, maka khasana konseptual yang dikandungnya pun menjadi sama. Maka suku bangsa itu pun akan kehilangan akar budayanya. Selain unsur kebudayaan, masalah lain yang juga penting dalam kebudayaan adalah wujudnya. Pendapat umum mengatakan ada dua wujud kebudayaan. Pertama, kebudayaan bendaniah (material) yang memiliki ciri dapat dilihat, diraba dan dirasa sehingga lebih konkret atau mudah dipahami. Kedua, kebudayaan rohaniah (spiritual) yang memiliki ciri dapat dirasa saja. Oleh karena itu, kebudayaan rohaniah bersifat lebih abstark dan lebih sulit dipahami.
15
Tiga wujud dari kebudayaan antara lain :9 1. Wujud ide, gagasan, nilai-nilai, norma, peraturan. 2. Wujud kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat 3. Wujud benda-benda hasil karya manusia Wujud pertama, adalah wujud ide, sifatnya abstarak, tak dapat dirabah, lokasinya ada di dalam kepala kita masing-masing. Wujud ide ini baru nampak bila dibuat karangan atau buku-buku hasil karya. Sekarang kebudayaan ide banyak tersimpan dalam tape, arsip, koleksi micro film, kartu komputer, dan lainlain. Wujud kedua adalah kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat, misalnya manusia melakukan kegiatan berinteraksi, berhubungan, bergaul satu sama lain. Kegiatan-kegiatan tersebut senantiasa berpola menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat sitiadat. Wujud ketiga adalah hasil karya manusia, wujud ini sifatnya paling konkrit, nyata, dapat dirabah, dilihat dan difoto. Wujud ketiga ini tidak perlu banyak keterangan lagi, sebab setiap orang bisa melihat, meraba dan merasakannya. Ketiga wujud kebudayaan diatas mempunyai kegunaan yang sangat besar bagi manusia dan masyarakat. Bermacam-macam kekuatan yang harus dihadapi masyarakat dan anggota-anggota masyarakat, misalnya kekuatan alam, kekuatan di dalam masyarakat sendiri, yang tidak selalu baik bagi masyarakat. Kebudayaan yang merupakan hasil karya, rasa dan cipta masyarakat dapat digunakan untuk 9
Koentjaraningrat, dalam Abu Ahmadi, 2003. Ilmu Sosial dasar. Jakarta:Rineke Cipta Hlm 54-55
16
melindungi manusia dari ancaman atau bencana alam. Di samping itu kebudayaan dapat dipergunakan untuk mengatur hubungan dan sebagai wadah segenap manusia sebagai anggota masyarakat. Kemudian, tanpa kebudayaan manusia tidak bisa membentuk peradaban seperti apa yang kita punyai sekarang ini. 2.3 Perubahan Budaya Perkembangan zaman mendorong terjadinya perubahan-perubahan di segala bidang, termasuk dalam hal kebudayaan. Mau tidak mau kebudayaan yang dianut suatu kelompok sosial akan bergeser. Cepat atau lambat pergeseran ini akan menimbulkan konflik antara kelompok-kelompok yang menghendaki perubahan dengan kelompok-kelompok yang tidak menghendaki perubahan. Suatu komunitas dalam kelompok sosial bisa saja menginginkan adanya perubahan dalam kebudayaan yang mereka anut, dengan alasan sudah tidak sesuai lagi dengan zaman yang mereka hadapi saat ini. Namun, perubahan kebudayaan ini kadang kala disalahartikan menjadi suatu penyimpangan kebudayaan. Interpretasi ini mengambil dasar pada adanya budaya-budaya baru yang tumbuh dalam komunitas mereka yang bertentangan dengan keyakinan mereka sebagai penganut kebudayaan tradisional selama turun-temurun. Sebagaimana diketahui bahwa kebudayaan mengalami perkembangan (dinamis) seiring dengan perkembangan manusia itu sendiri, oleh karenanya tidak ada kebudayaan yang bersifat statis. Dengan demikian, kebudayaan akan mengalami perubahan. Lima faktor yang menjadi penyebab perubahan kebudayaan, yaitu: 10 10
Elly M. Settiadi dkk,....Hlm 44
17
1. Perubahan lingkungan alam 2. Peruabahan yang disebabkan adanya kontak dengan suatu kelompok lain. 3. Perubahan karena adanya penemuan (discovery). 4. Perubahan yang terrjadi karena suatu masyarakat atau bangsa mengadopsi beberapa elemen kebudayaan material yang telah dikembangkan oleh bangsa lain di tempat lain. 5. Perubahan yang terjadi karena suatu bangsa memodifikasi cara hidupnya dengan mengadopsi suatu pengetahuan atau kepercayaan baru, atau karena perubahan dalam pandangan hidup dan konsepsinya tentang realitas. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kebudayaan suatu masyarakat dapat mengalami perubahan sesuai dengan apa yang disebutkan diatas. Namun, perubahan kebudayaan sebagai hasil cipta, dan rasa manusia adalah tentu saja perubahan yang memberi niali manfaat bagi manusia dan kemanusiaaan, bukan sebaliknya, yaitu yang akan memusnahkan manusia sebagai pencipta kebudayaan tersebut. Dalam mempelajari masalah perubahan kebudayaan itu perlu disadari, bahwa perubahan itu berjalan terus menerus. Hanya ada perubahan kebudayaan yang lambat dan ada perubahan yang cepat. Faktor yang menyebabkan perubahan kebudayaan itu dapat berasal dari dalam masyarakat sendiri, yang ditimbulkan oleh discovery dan invention. Yang dimaksud dengan discovery adalah setiap penambahan pada pengetahuan, atau setiap penemuan baru. Invention adalah penerapan pengetahuan dan penemuan baru itu. Fakot perubahan juga dapat
18
datang dari luar masyarakat dengan jalan difusi, atau penyebaran kebudayaan atau peminjaman kebudayaan. Perubahan-perubahan sosial sebagai suatu variasi dari cara-cara hidup yang telah di terima, baik karena perubahan-perubahan kondisi geografis, kebudayaan material, komposisi penduduk, ideologi maupun karena adanya difusi, ataupun penemuan-penemuan baru dalam masyarakat.11 Maka pada dasarnya, perubahan sosial sangat berpengaruh terhadap perubahan budaya, karena perubahan sosial tidak dapat dilepaskan dari perubahan kebudayaan. Hal ini disebabkan kebudayaan merupakan hasil dari adanya masyarakat, sehingga tidak akan ada kebudayaan apabila tidak ada masyarakat yang mendukungnya dan tidak ada satu pun masyarakat yang tidak memiliki kebudayaan. Hal yang terpenting dalam proses pengembangan kebudayaan adalah dengan adanya kontrol atau kendali terhadap perilaku reguler (yang tampak) yang ditampilkan oleh para penganut kebudayaan. Karena tidak jarang perilaku yaang ditampilkan sangat bertolak belakang dengan budaya yang dianut di dalam kelompok sossialnya. Yang diperlukan di sini adalah kntrol sosial yang adda di masyarakat, yang menjadi suatu cambuk bagi komunitas yang menganut kebudayaan tersebut. Sehingga mereka dapat memilah-milah, mana kebudayaan yang sesuia dan mana yang tidak sesuai.
11
Gillin dan Gillin dalam Soerjono Soekanto, 2005. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Hlm 304
19
2.4 Pengertian Masyarakat Hidup bermasyarakat adalah sangat penting bagi manusia karena ia tidak sempurna dan tidak dapat hidup sendirian secara berkelanjutan tanpa mengadakan hubungan dengan sesamanya dalam masyarakat. Hidup bermasyarakat adalah mutlak bagi manusia supaya ia dapat menjadi manusia dalam arti yang sesungguhnya, yakni sebagai human being orang atau oknum.12 Dalam hal ini bukan sekedar dalam pengertian biologis, tetapi benar-benar ia dapat berfungsi sebagi manusia yang mampu bermasyarakat dan berkebudayaan. Pada dasarnya, masyarakat bukan sekedar sekumpulan manusia semata tanpa ikatan, akan tetapi terdapat hubungan fungsional antara satu dengan yang lainnya. Sistem individu mempunyai kesadaran akan keberadaannya ditengahtengah individu yang lainnya. Sistem pergaulan akan didasarkan atas kebiasaan dalam kehidupan sehari-hari dapat terjalin dengan baik. Untuk lebih diarahkan pada pemahaman yang jelas tentang arti dari masyarakat Masyarakat adalah setiap kelompok manusia yang telah cukup lama hidup dan bekerjasama, sehingga itu dapat mengorganisasikan dirinya dan berfikir tentang dirinya sebagai satu kesatuan sosial dengan batas-batas tertentu13. Dalam
kehidupan
masyarakat,
manusia
dituntut
untuk
lebih
mengedepankan kepentingan kelompok dari pada kepentingan dirinya sendiri. Dalam tatanan implementasi, setiap individu harus menyadari bahwa dia merupakan bagian yang tak terpisahkan dari unsur kemasyarakatan sehingga 12
Adhan Nasution dalam Abdul Syani 1995. Sosiologi Perubahan Masyarakat. Bandar Lampung: PT. Dumisa Pustaka Jaya. Hlm 48 13
R Linton dalam Abu Ahmadi....Hlm 106
20
setiap tingkah laku perbuatannya harus melalui berbagai pertimbangan sehingga tidak mengabaikan statusnya sebagai salah satu unsur dalam masyarakat. Masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat-istiadat tertentu yang bersifat kontinu, dan yang terikat oleh suatu rasa identitas bersama.14 Artinya, masyarakat adalah suatu sistem dari cara kerja dan prosedur, otoritas, saling bantu membantu yang meliputi kelompokkelompok dan pembagian sosial lain, sistem dari pengawasan tingkah laku manusia dan kebebasan. Sistem yang kompleks selalu berubah, atau jaringan relasi sosial itulah yang dinamai masyarakat. Maka masyarakat timbul dari setiap kumpulan, individu-individu kelompok manusia yang telah lama. Masyarakat adalah golongan besar atau kecil dari beberapa manusia, dengan atau karena sendirinya, bertalian secara golongan dan mempunyai pengaruh kebatinan satu sama lain.15 Hidup bermasyarakat sangat penting bagi manusia, ia tidak sempurna dan tidak dapat hidup sendiri secara berkelanjutan tanpa mengadakan hubungan dengan sesamanya dalam masyarakat. Sebagaimana hubungan individu dalam masyarakat yang pada hakekatnya merupakan fungsional, sekaligus sebagi kolektif yang terbuka dan saling ketergantungan antara satu dengan yang lain. Ciri-ciri masyarakat dalam suatu bentuk kehidupan bersama adalah sebagai berikut:16 14
Koentjaraningrat, 2000. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineke Cipta. Hlm 146 Hasan Shadily dalam Abu Ahmadi... Hlm 106 16 Abdul Syani... Hlm 47 15
21
a)
Manusia yang hidup bersama. Di dalam ilmu sosial tak ada ukuran yang mutlak ataupun angka yang pasti untuk menentukan berapa jumlah manusia yang harus ada. Akan tetapi secara teoritia, angka minimumnya adalah dua orang yang hidup bersama.
b) Bercampur untuk waktu yang cukup lama. Kumpulan dari manusia tidaklah sama dengan kumpulan benda-benda mati seperti kursi, meja, dan sebagainya. Oleh karena dengan berkumpulnya manusia, maka akan timbul manusia-manusia
baru
yang
mempunyai
keinginan-keinginan
untuk
menyampaikan kesan-kesan atau perasaan-perasaannya. Sebagai akibat hidup bersama itu, timbullah sistem komunikasi dan timbullah peraturan-peraturan yang mengatur hubungan antar manusia dalam kelompok tersebut. c)
Mereka sadar bahwa mereka merupakan suatu kesatuan.
d) Mereka merupakan suatu sistem hidup bersama. Sistem kehidupan bersama menimbulkan kebudayaan, oleh karena setiap anggota kelompok merasa dirinya terikat satu dengan yang lainnya. Secara ringkas, kumpulan individu baru dapat disebut sebagai masyarakat jika telah memenuhi empat syarat utama, yaitu: (a) dalam kumpulan manusia harus ada ikatan perasaan dan kepentingan; (b) mempunyai tempat tinggal atas daerah yang sama dan atau mempunyai kesatuan ciri kelompok tertentu; (c) hidup bersama dalam waktu yang cukup lama; (d) dalam kehidupan bersama itu terdapat aturan-atauran atau hukum yang mengatur perilaku mereka dalam mencapai tujuan dan kepentingan bersama.
22
2.5 Pengertian Transmigrasi Pengertian transmigrasi menurut bahasa berasal dari dua kata, trans dan migrasi. Kata trans berarti pindah atau perpindahan dan migrasi adalah perpindahan penduduk. Dengan kata lain transmigrasi adalah perpindahan atau perpindahan penduduk dari suatu daerah ke daerah lain dalam hal ini perpindahan yang dimaksudkan adalah perpindahan dari pulau yang padat penduduknya ke pulau yang jarang penduduknya. Menurut UU Nomor 3 tahun 1972 (dalam Mirwanto Manuwiyoto, 2004:16) “Transmigrasi adalah pemindahan dan/atau perpindahan penduduk dari suatu daerah untuk menetap ke daerah lain yang ditetapkan di dalam wilayah Republik Indonesia guna kepentingan pembangunan negara atau atas alasanalasan lain yang dipandang perlu oleh pemerintah berdasarkan ketentuan UndangUndang”. Artinya, transmigrasi adalah alat atau cara membangun daerah melalui proses perpindahan dari satu tempat ke tempat lain. Proses perpindahan itu pada hakekatnya adalah proses pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan melalui pengembangan dan pemanfaatan potensi sumber daya alam secara optimal. Transmigrasi secara umum dibagi atas dua jenis yaitu tarnsmigrasi umum dan tarnsmigrasi swakarsa. Transmigrasi umum secara dikembangkan oleh pemerintah secara besar-besaran, mendapat bantuan fasilitas permukiman dan pelayanan. Sedangkan transmigrasi swakarsa melakukan pemindahan pada wilayah pengembangan tarnsmigrasi atas kemauan sendiri, pemerintah hanya menyediakan kemudahan-kemudahan dan fasilitas yang sekiranya masih tersedia
23
di lokasi yang ditujui. Masyarakat yang terbentuk lebih didominasi dari penyelenggaraan transmigrasi umum. Walupun tidak menutup kemungkinan terbentuknya suatu kelompok masyarakat dari kehadiran jenis swakarsa. Transmigrasi adalah pemindahan penduduk dari suatu daerah ke daerah lain dalam rangka pembentukan masyarakat baru untuk membantu pembangunan daerah, baik daerah yang ditinggalkan, maupun yang didatangi dalam rangka pembangunan nasional.17 Pemindahan penduduk disini bukanlah tanpa beban dan resiko. Penduduk adalah manusia. Orang-orang yang telah lama hidup dan bekerja bersama serta membentuk kebudayaan, dipindahkan dan ditempatkan dalam satu daerah pemukiman yang baru. Mereka bercampur dan bergaul dengan kelompok manusia yang lain, baik kelompok yang sama-sama dipindahkan (dari berbagai daerah asala) maupun kelompok manusia yang ditemui (penduduk setempat). Pemindahan yang dilakukan dalam rangka program transmigrasi berarti membentuk pola hidup bersama yang baru, yang akan melahirkan manusiamanusia baru dan yang akan menumbuhkan masyarakat baru untuk membantu pembangunan daerah dalam rangka pembangunan nasional. Transmigrasi adalah metamorpose dari kolonisasi yang dirancang dan dikembangkan pemerintah Hindia Belanda ketika menjajah Indonesia namun tentunya falsafa yang melatarbelakangi, landasan, dan tujuannya berbeda.18 Artinya bahwa jika kolonisasi merupakan upaya pemerintah Hindia Belanda 17
Sri Edi Swasono, 1986. Transmigrasi di Indonesia 1905-1985. Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press) Hlm 188. 18 Mirwanto Manuwiyoto, 2004. Mengenal dan Memahami Transmigrasi. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. Hlm 9
24
mencari buruh murah untuk kepentingan perusahaan perkebunan miliknya, transmigrasi didasarkan atas suatu kesadaran untuk memanfaatkan potensi bangsa karunia Tuhan kepada bangsa Indonesia bagi sebesar-besarnya kesejehteraan rakyatnya. Oleh karena itu, sejak awal kemerdekaan, pemerintah bersama-sama seluruh rakyat merasa berkewajiban memanfaatkan, mengolah, dan membina seluruh potensi sumberdaya sebagai pengamalan pancasila, untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat, pemerataan pembangunan keseluruh pelosok negeri, dan memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa. Itu semua adalah cita-cita jauh kedepan yang melatarbelakangi gagasan transmigrasi, yang tenttunya menjadi kewajiban seluruh anak bangsa untuk merealisasikannya. Namun disadari, citacita indah itu tidak dapat diwujudkan secara instan, dan karenanya perlu dirancang secara bertahap dan berjangka panjang. Transmigrasi membantu menunjang usaha penyebaran dan pembinaan yang serasi dengan sumber alam dan lingkungan hidup menuju kehidupan yang lebih baik di seluruh wilayah Indonesia, serta akan memperluas kesempatan kerja melalui perluasan kegiatan ekonomi dan sosial, sebagai hasil kegiatan transmigrasi.19 Program taransmigrasi lebih menitik beratkan pada pembangunan sektor ekonomi dengan titik berat pada pembangunan bidang pertanian guna meningkatkan taraf hidup masyarakat transmigrasi dan masyarakat sekitarnya. Oleh karena itu, perahtian pemerintah sekarang ditujukan pada tiga masalah poko, yaitu kependudukan, pangan dan lapangan pekerjaan. 19
Mutalib dalam Rukmadi Warsito dkk, 1984. Transmigrasi (dari daerah asal sampai benturan budaya di tempat pemukiman). Jakarta: CV Rajawali Hlm95
25
Berhasilnya program transmigrasi akan membuka peluang yang lebih berkepastian untuk memecahkan masalah pangan dan lapangan kerja yang makin lama makin menyita perhatian nasional. Selain itu mutlak perlu memecahkan masalah kependudukan dan mendukung pengisian Wawasan Nusantara yaitu membina persatuan/kesatuan bangsa serta mewujudkan atau mengembangkan kebudayaan nasional.20 Dalam hal ini kebijakan transmigrasi diarahkan untuk meningkatkan kesejahteraan
transmigran
dan
masyarakat
sekitarnya,
peningkatan
dan
pemerataan pembangunan daerah serta memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa. Menyelenggaraan transmigrasi mempunyai sasaran sebagai peningkatan kemampuan dan produktifitas masyarakat transmigrasi, membangun kemandirian dan mewujudkan integrasi di pemukiman transmigrasi sehingga diharapkan membawa implikasi positif secara ekonomi, sosial dan budaya pada daerah penerima transmigran. Pembangunan transmigrasi pada hakekatnya merupakan pembangunan daerah melalui pembangunan pedesaan baru. Dalam hal ini ada empat sasaran utama pembangunan permukiman transmigrasi yaitu sebagi berikut:21 1) Membangun desa-desa baru melalui pembangunan unit-unit permukiman transmigrasi yang terintegrasi dalam satuan kawasan pengembangan (SKP) dan wilayah pengembangan parsial (WPP). 20
Rukmadi Warsito dkk,....Hlm 187 Siswono Yudohusodo, 1998. Transmigrasi (kebutuhan negara kepulauan berpenduduk heterogen dengan persebaran yang timpang) Jakarta: PT Jurnalindo Aksara Grafika. Hlm 104 21
26
2) Membangun hinterland dari pusat-pusat pertumbuhan yang ada melalui pembangunan unit-unut permukiman transmigrasi yang terintegrasi dengan pusat-pusat pertumbuhan tersebut. 3) Mendorong pertumbuhan desa-desa yang kurang berkembang, melalui penambahan
penduduk
dan
pembangunan
prasarana,
yang
disebut
Transmigrasi Swakarsa Pengembangan Desa potensial (Transbangdep). 4) Membangun
masyarakat
taransmigran
dan
penduduk
disekitarnya
pengembangan keswadayaan masyarakat, agar pada saat pembinaan UPT diserakan kepada pemerintah daerah, masyarakat telah mandiri. Dengan demikian bahwa pembangunan desa-desa tarnsmigrasi tidak hanya berperan dalam pengembangan sumber daya manusia dan pengelolaan sumber daya alam yang sangat besar jumlahnya, tetapi juga memberikan sumbangan yang cukup besar dalam mempeersiapkan pelaksanaan otonomi daerah tingkat II.