7 BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 DEFINISI DATABASE DATABASE ATAU

Download Menurut Gottschalk dan Saether dalam jurnal (2010, 41), database adalah ..... semua dokumen tentang konsep tertentu, meskipun istilah yang ...

0 downloads 579 Views 728KB Size
BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Definisi Database Database atau sering kita kenal basis data merupakan sekumpulan data yang tersusun dan tersimpan rapi dalam computer, dan dapat diolah maupun dimanipulasi dengan menggunakan software atau perangkat lunak untuk dijadikan sebagai informasi. Database adalah kumpulan informasi atau data yang tersimpan secara sistematis sehingga temu kembali informasinya menjadi mudah dan cepat (Kusmayadi 2011). (Fathansyah 2004, 2) menyatakan beberapa pengertian database yaitu sebagai berikut : 1. Himpunan kelompok data (arsip) yang saling berhubungan yang diorganiasi sedemikian rupa agar kelak dapat dimanfaatkan kembali dengan cepat dan mudah. 2. Kumpulan data yang saling berhubungan yang disimpan secara bersama sedemikian rupa dan tanpa pengulangan (redundansasi) yang tidak perlu, untuk memenuhi berbagai kebutuhan. 3. Kumpulan file/table/arsip yang saling berhubungan yang disimpan dalam media penyimpanan elektronis. Menurut Connolly dan Begg (2010, 65), database adalah sekumpulan data tersebar yang berhubungan secara logis, dan penjelasan dari data ini dirancang untuk memenuhi kebutuhan informasi dari suatu organisasi. Menurut Inmon (2005, 493), database adalah sekumpulan data yang saling berhubungan yang disimpan (biasanya dengan redudansi yang terkontrol dan terbatas) berdasarkan skema. Sebuah database dapat melayani single atau multiple applications.

7 Universitas Sumatera Utara

Menurut Gottschalk dan Saether dalam jurnal (2010, 41), database adalah sekumpulan data yang terorganisir untuk mendukung banyak aplikasi secara efisien dengan memusatkan data dan mengontrol data redundant. Menurut (Al-Bahra Bin Ladjamudin 2005, 129 ) terdapat beberapa definisi basis data dari beberapa orang ahli basis data sebagai berikut :

1. Database adalah sekumpulan data store (bisa dalam jumlah yang sangat besar) yang tersimpan dalam magnetic disk, optical disk, magnetic drum atau media penyimpanan sekunder lainnya. 2. Database adalah sekumpulan program – program aplikasi umum yang bersifat “batch” yang mengeksekusi dan memproses data secara umum (seperti pencarian, peremajaan, penambahan, dan penghapusan terhadap data ). 3. Database terdiri dari data yang akan digunakan atau diperuntukan terhadap banyak user, dimana masing – masing user ( baik menggunakan teknik pemrosesan yang bersifat batch atau on-line) akan menggunakan data tersebut sesuai dengan tugas dan fungsinya, dan user lain dapat juga menggunakan data tersebut dalam waktu yang bersamaan. 4. Database adalah koneksi terpadu dari data – data yang saling berkaitan dari suatu enterprise ( perusahaan, instansi pemerintah atau swasta ).

Database adalah koleksi atau kumpulan data yang mekanis, terbagi/shared, terdefinisi secara formal dan dikontrol terpusat pada organisasi (Everest). Selanjutnya menurut C.J. Date database adalah koleksi “data operasional” yang tersimpan dan dipakai oleh sistem aplikasi dari suatu organisasi. 1. Data input adalah data yang masuk dari luar sistem 2. Data output adalah data yang dihasilkan sistem 3. Data operasional adalah data yang tersimpan pada sistem Dari pengertian di atas dapat dinyatakan bahwa database yaitu kumpulankumpulan data yang berisi informasi yang terhubung satu sama lain yang diorganisasikan dengan struktur tertentu serta dapat ditemukan dengan mudah dan cepat menggunakan bantuan komputer.

8 Universitas Sumatera Utara

2.1.1 Aplikasi Database Berikut program aplikasi dalam mengolah database (Apradiz 2014) : 1. MySQL, merupakan aplikasi pengolah database yang bersifat open source, dikembangkan oleh Oracle (sebelumnya Sun dan MySQL AB). Merupakan pengolah database yang paling banyak digunakan di dunia dan lazim diterapkan untuk aplikasi web. Database mysql memang banyak di gunakan sekarang bahkan facebook juga menggunakannya. 2. SQLite, merupakan aplikasi pengolah database yang bersifat open source, dikembangkan oleh D. Richard Hipp. Dikenal sebagai pengolah database yang sangat kecil ukuran programnya, sehingga lazim ditanamkan di berbagai aplikasi komputer, misalnya di web browser. Database jenis ini juga biasanya digunakan oleh orang untuk aplikasi android. 3. Microsoft SQL Server, merupakan aplikasi pengolah database yang dikembangkan oleh Microsoft dan bersifat proprietary (komersial),namun tersedia juga versi freeware-nya. Lazim digunakan di berbagai versi Microsoft Windows. Database ini hampir sama dengan mysql tapi masih mudah mysql dalam pembuatannya. 4. Oracle, merupakan aplikasi pengolah database yang bersifat proprietary (komersial), dikembangkan oleh Oracle Corporation. Pengolah database ini terbagi dalam beberapa varian dengan segmen dan tujuan penggunaan yang berbeda-beda. Database jenis ini biasanya digunakan oleh perusahaan yang besar karena database ini sangat mahal. 5. IBM DB2, merupakan aplikasi pengolah database yang dikembangkan IBM secara proprietary (komersial). DB2 terbagi menjadi 3 varian, yaitu DB2 untuk Linux – Unix – Windows, DB2 untuk z/OS (mainframe), dan DB2 untuk iSeries (OS/400). 6. PostgreSQL atau Postgres, merupakan aplikasi pengolah database yang bersifat open source, dikembangkan oleh PosgreSQL Global Development Group. Tersedia dalam berbagai platform sistem operasi seperti Linux, FreeBSD, Solaris, Windows, dan Mac OS. 7. MongoDB, merupakan aplikasi pengolah database yang bersifat open source, dikembangkan oleh 10gen. Tersedia untuk berbagai platform sistem operasi dan dikenal telah digunakan oleh situs Foursquare, MTV Networks, dan Craigslist. 8. WebDNA, merupakan aplikasi pengolah database yang bersifat freeware, dikembangkan oleh WebDNA Software Corporation. Didesain untuk digunakan di web. 9. Apache Derby (sebelumnya dikenal sebagai IBM Cloudscape), merupakan aplikasi pengolah database yang bersifat open source, dikembangkan oleh Apache Software Foundation. Lazim digunakan di program Java dan untuk pemrosesan transaksi online.

9 Universitas Sumatera Utara

10. Sybase, merupakan aplikasi pengolah database yang bersifat proprietary (komersial), dikembangkan oleh SAP. Ditargetkan untuk pengembangan aplikasi mobile. 11. CouchDB, merupakan aplikasi pengolah database yang bersifat open source, dikembangkan oleh Apache Software Foundation. Difokuskan untuk digunakan di server web. 12. Redis, merupakan aplikasi pengolah database yang bersifat open source, dikembangkan oleh Salvatore Sanfilippo (disponsori oleh VMware. Difungsikan untuk jaringan komputer. 13. Firebird, merupakan aplikasi pengolah database yang bersifat open source, dikembangkan oleh Firebird Project. Lazim dijalankan di Linux, Windows dan berbagai varian Unix. 2.1.2 Tipe Database Untuk menyimpan ataupun mengambil data dari basis data kita memerlukan perangkat lunak yang sering disebut dengan DBMS (system managemen basis data). Adapun tipe database ada sekurang-kurangnya 12 tipe yaitu antara lain: 1. Analytical database, yang merupakan database untuk menyimpan informasi dan data yang diambil dari operasional dan eksternal database. Database ini terdiri dari data dan informasi yang diringkas dan paling banyak dibutuhkan oleh suatu organisasi manajemen maupun End-user lainnya. 2. Operational database ialah database yang menyimpan data secara rinci yang dibutuhkan untuk mendukung operasi dari seluruh organisasi. Biasa juga disebut dengan SADB (subject-area databases), transaksi, dan produksi database. Contohnya seperti : database inventaris, database pribadi, database pelanggan, akuntansi database. 3. Distributed database merupakan kelompok kerja lokal database dan departemen di kantor-kantor dan lokasi kerja yang lainnya. Dalam database ini terdapat dua segmen yaitu user database dan operasional yang datanya digunakan dan duhasilkan hanya pada pengguna situs itu sendiri. 4. Data warehouse yaitu sebuah data warehouse yang menyimpan data dari tahun-tahun sebelumnya hingga saat ini. Data warehouse merupakan sumber utama data yang telah terintegrasi sehingga bisa digunakan dan dimanfaatkan oleh para pengguna seluruh organisasi yang profesional. Perkembangan yang terjadi akhir ini dari data warehouse ialah dipergunakan sebagai Shared nothing architecture untuk mendukung dan memfasilitasi ekstrem scalling.

10 Universitas Sumatera Utara

5. End-user database yang terdiri dari file-file data yang dikembangkan dari end-user dalam workstation mereka. Contohnya berbagai koleksi dokumen dalam word processing, spreadsheet maupun download file. 6. Real time database merupakan sebuah sistem pengolahan yang dirancang dalam menangani beban kerja suatu negara yang bisa berubah-ubah, mengandung data terus menerus dan sebagian tidak berpengaruh terhadap waktu. database ini bermanfaat bagi orang-orang hukum, akuntansi, perbankan, multi media dan analisis dta yang ilmiah. 7. Document oriented database yang merupakan salah satu program komputer yang dirangkai untuk sebuah aplikasi yang berorientasi pada dokumen. Sistem ini dapat diterapkan sebagai lapisan diatas database relasional maupun objek database. 8. In memory database. Database ini bergantung pada memori untuk penyimpanan data dalam sebuah komputer. 9. Navigational database. Dalam navigasi database ini, queries menjumpai benda bagi yang mengikuti referensi dari objek tertentu. 10. Hypermedia database on the web merupakan sekumpulan halaman multimedia yang saling berkaitan dalam sebuah situs web, yang terdiri dari home page, dan hyperlink dari multimedia seperti gambar, teks, grafik audio dls. 11. External database. Adapun database tipe ini menyediakan akses ke eksternal, data milik pribadi online - tersedia untuk biaya pada pengguna akhir ataupun organisasi dari layanan komersial. 12. Relational database. Dari tahun 2009 rational database merupakan standar komputasi bisnis, dan database yang paling umum digunakan pada saat ini. 2.2 Repository Repository adalah suatu wadah atau tempat penyimpanan dari berbagai arsip

software yang

hendak

diinstall

dalam

perangkat yang tersedia.

Pengoperasiannya saat user hendak menginstall suatu aplikasi, dengan otomatis Ubuntu akan mencari software tersebut dalam repository, jika telah ditemukan maka Ubuntu akan menginstallnya dan untuk menginstall software tersebut diperlukan koneksi internet.Repositori umumnya mengacu ke lokasi untuk penyimpanan, sering untuk keselamatan atau pelestarian. Repository database adalah sekumpulan logical, bisa juga physical data yang berhubungan namun terpisah secara fisik database. Repository biasanya digunakan saat terdapat tuntutan yang lebih khusus terhadap data, namun item-item data diperlukan untuk 11 Universitas Sumatera Utara

melakukan proses tersebut terpisah pada database yang berbeda. Database repository biasanya dibahas dan digunakan dalam data warehousing dan business intelligence. Repository biasanya membutuhkan proses agregasi data dimana pada tingkat database yang lebih rendah tidak dapat melakukannya, sehingga memerlukan tingkat pembuatan struktur data yang lebih tinggi (Hartono, 20132014). Repository adalah suatu wadah atau tempat penyimpanan dari berbagai arsip

software yang

hendak

diinstall

dalam

perangkat yang tersedia.

Pengoperasiannya saat user hendak menginstall suatu aplikasi, dengan otomatis Ubuntu akan mencari software tersebut dalam repository, jika telah ditemukan maka Ubuntu akan menginstallnya dan untuk menginstall software tersebut diperlukan koneksi internet. Repositori umumnya mengacu ke lokasi untuk penyimpanan, sering untuk keselamatan atau pelestarian (Ardiansyah, 2015). Repository adalah suatu wadah atau tempat penyimpanan dari berbagai arsip

software yang

hendak

diinstall

dalam

perangkat yang tersedia.

Pengoperasiannya saat user hendak menginstall suatu aplikasi, dengan otomatis Ubuntu akan mencari software tersebut dalam repository, jika telah ditemukan maka Ubuntu akan menginstallnya dan untuk menginstall software tersebut diperlukan koneksi internet.Repositori umumnya mengacu ke lokasi untuk penyimpanan, sering untuk keselamatan atau pelestarian. Repository database adalah sekumpulan logical, bisa juga physical data yang berhubungan namun terpisah secara fisik database. Repository biasanya digunakan saat terdapat tuntutan yang lebih khusus terhadap data, namun item-item data diperlukan untuk

12 Universitas Sumatera Utara

melakukan proses tersebut terpisah pada database yang berbeda. Database repository biasanya dibahas dan digunakan dalam data warehousing dan business intelligence. Repository biasanya membutuhkan proses agregasi data dimana pada tingkat database yang lebih rendah tidak dapat melakukannya, sehingga memerlukan tingkat pembuatan struktur data yang lebih tinggi (Hartono, 20132014). 2.3 Database CDS/ISIS CDS/ISIS (Computerized Documentation Services / Integrated Set of Information System) merupakan perangkat lunak sistem penyimpanan dan temu kembali informasi (Information Storage and Retrieval System) yang dirancang untuk komputerisasi pengelolaan database non numerik yang terstruktur terutama yang berupa teks. CDS/ISIS ini sangat cocok digunakan untuk komputerisasi perpustakaan atau lembaga informasi lainnya yang banyak menggunakan data teks pada database yang dikelolanya. CDS/ISIS adalah software database katalog untuk perpustakaan yang sangat sederhana tetapi mempunyai kinerja baik. Dikembangkan oleh Unesco untuk negara berkembang. Di Indonesia, sebagian besar perpustakaan baik besar maupun kecil telah lama menggunakan CDS/ISIS untuk mengelola database bibliografinya secara elektronik. CDS\ISIS menyediakan fasilitas perancangan data base, untuk buku sudah ada standar pengeloaan data base dengan sistem penetuan ruas (TAG) mengacu pada formulir Indomarc (Indonesisan Machinery Readable Catalogue). Format ini sebagai implementasi dari International Standard Organization (ISO) Format ISO 2719 untuk Indonesia, sebuah format 13 Universitas Sumatera Utara

untuk tukar-menukar informasi bibliografi melalui format digital yang terbacakan mesin (machine-readable) lainnya. 2.4 Database Ms.Access Menurut Staven (2007, 72) Microsoft Access adalah suatu piranti lunak dari Microsoft Corporation yang membantu proses pembuatan database. Sedangkan menurut Supardi (2006, 07) microsoft Accsess salah satu pengolah database termudah dan handal, produk microsoft walaupun dalam penerapan program berorientasi objek mengalami kesulitan tetapi microsoft accses tercepat dan termudah dalam membuat program aplikasi bisnis. Selain tabel, sebuah file database Access juga berisi bermacam-macam obyek database yang lain diantaranya: 1. 2. 3. 4.

Queri untuk mengorganisasi data, Forms untuk berinteraksi dengan data pada layar, Reports untuk mencetak hasil, Macros dan program Visual Basic untuk memperluas fungsionalitas dari aplikasi database.

2.4.1 Pengembangan dengan Access Access mengizinkan pengembangan yang relatif cepat karena semua tabel basis data, kueri, form, dan report disimpan di dalam berkas basis data miliknya. Untuk membuat Query, Access menggunakan Query Design Grid, sebuah program berbasis grafis yang mengizinkan para penggunanya untuk membuat query tanpa harus mengetahui bahasa pemrograman SQL. DI dalam Query Design Grid, para pengguna dapat memperlihatkan tabel basis data sumber dari query, dan memilih field-field mana yang hendak dikembalikan oleh proses dengan 14 Universitas Sumatera Utara

mengklik dan menyeretnya ke dalam grid. Join juga dapat dibuat dengan cara mengklik dan menyeret field-field dalam tabel ke dalam field dalam tabel lainnya. Access juga mengizinkan pengguna untuk melihat dan memanipulasi kode SQL jika memang diperlukan. Bahasa pemrograman yang tersedia di dalam Access adalah Microsoft Visual Basic for Applications (VBA), seperti halnya dalam beberapa aplikasi Microsoft Office. Dua buah pustaka komponen Component Object Model (COM) untuk mengakses basis data pun disediakan, yakni Data Access Object (DAO), yang hanya terdapat di dalam Access 97, dan ActiveX Data Objects (ADO) yang tersedia dalam versi-versi Access terbaru. 2.5 Pengindeksan (Indexing)

Indeks merupakan alat bantu penelusuran yang paling banyak dikenal di masyarakat. Indeks berfungsi mempermudah mencari atau menelusuri kepingankepingan informasi spesifik dalam jajaran informasi yang besar jumlahnya. Indeks juga mudah digunakan karena tersusun menurut urutan abjad.

Indeks berarti daftar yang disusun alfabetis, yang biasanya ditempatkan pada bagian akhir suatu buku; berupa nama orang, subyek dan lain sebagainya. Penyajian indeks sangat beragam, ada yang disusun alfabetis pada akhir buku, indeks pada buku yang berjilid, (ensiklopedi misalnya), pada majalah, dan ada indeks artikel. Petunjuk berupa angka atau huruf maupun tanda lain untuk memberikan pengarahan pada pencari informasi, bahwa informasi yang lebih

15 Universitas Sumatera Utara

lengkap dapat ditemukan pada sumber yang ditunjuk tanda itu ( Lasa 1990, 4243).

Yusup (Yusup dan Subekti 2010, 226) menyatakan bahwa bahan-bahan yang diindeks kebanyakan merupakan informasi yang terdapat dalam majalahmajalah, baik yang umum maupun yang khusus, informasi pada surat kabar, informasi yang terdapat pada buku-buku tertentu, dan informasi yang terdapat pada media lain, yang jelas termasuk indeks yang menunjuk ke halaman-halaman buku (concordance).

Menurut Silvana (2002, 17) ada dua macam indeks, yaitu: 1) indeks buku, yang mencakup isi buku tersebut dan kumpulan buku atau katalog buku; 2) indeks majalah, yang mencakup per-artikel dan kumpulan majalah atau katalog majalah. Selain itu indeks terdiri dari: 1) subjek, berisi susunan entri-entri materi yang dibahas, memungkinkan penelusuran informasi melalui pendekatan subjek; (2) pengarang atau

nama,

berisi

susunan

entri-entri

materi

yang

indeks,

pendekatannya melalui pengarang.

Silvana (2002, 18) menjelaskan bahasa yang digunakan dalam pembuatan indeks yang meliputi: 1) controlled indexing language (bahasa indeks terkendali), merupakan kata atau istilah yang terdapat pada daftar tajuk subjek, seperti searslist of subject heading, library congress of subject heading, theasaurus; 2) free indexing language (bahasa indeks bebas), merupakan kata atau istilah yang sesuai dengan subjek dipergunakan dalam istilah indeks. Free indexing language merupakan bahasa yang dikenal dalam indeks komputer; 3) natural indexing

16 Universitas Sumatera Utara

language (bahasa indeks alami), merupakan pemakaian kata atau istilah sesuai dengan bahasa yang digunakan oleh pengarang atau dokumen tersebut.

Menurut Irma (2011) perkembangan pengindeksaan subyek yaitu sebagai berikut: 1.

2.

a.

Pengindeksan konsep Assignment indexing

Pengindeksan kata Derivative indexing

Bahasa indeks Indexing language (Controlled vocabulary atau kosakata terkendali

Bahasa alami Natural language (Kosakata bebas, kata kunci atau keywords)

Pengindeksan pralaras Pre-coordinated indexing

Pengindeksan pascalaras Postcoordinated indexing

PENGINDEKSAN KONSEP

Assignment indexing atau concept indexing Pada tahap ke-1 dari proses pengindeksan, yaitu pada tahap analisis, pengindeks (indexer) mempelajari isi dokumen untuk mengidentifikasi KONSEP-KONSEP penting yang dibahas dalam dokumen. Kemudian pada tahap penerjemahan, ia menggunakan bahasa indeks (seperti bagan klasifikasi atau daftar tajuk subyek) untuk menetapkan notasi, tajuk subyek, atau deskriptor, yang dapat mewakili konsep-konsep tsb. (to assign = memberikan, menetapkan).

17 Universitas Sumatera Utara

Dalam assignment indexing atau concept indexing pengindeks tidak sekedar mengambil kata-kata yang ditemukannya dalam dokumen, tetapi harus mengenali konsep-konsep yang berada di belakang kata-kata tsb. Dengan demikian pemakai atau penelusur sistem temu balik informasi dapat menemukan kembali (retrieve) semua dokumen tentang konsep tertentu, meskipun istilah yang ia gunakan untuk konsep tsb. berbeda dari istilah yang digunakan penyusun dokumen atau istilah yang digunakan dalam sistem temu kembali tsb. untuk konsep tsb. Ciri-ciri: 1. Menggunakan bahasa indeks atau kosa kata terkendali (controlled vocabulary) 2. Gangguan atau noise akibat adanya sinonim dan homonim teratasi 3. Hubungan antar konsep terlihat lewat acuan “ lihat juga” atau “see also”, sistem penunjukan lain, atau karena

subyek

yang berhubungan

ditempatkan berdekatan dalam urutan sistematis b. PENGINDEKSAN KATA Derivative indexing Pengindeks mengambil kata/istilah sebagaimana adanya dari judul dokumen, abstrak dokumen atau teks seluruh dokumen. (to derive = mengambil atau memperoleh dari). Juga disebut term indexing atau keyword indexing. Ciri-ciri: 1. Menggunakan bahasa dokumen, jadi bahasa alami (natural language) atau kosa kata tak terkendali 2. Ada gangguan atau noise akibat sinonim dan homonim

18 Universitas Sumatera Utara

3. Hubungan antar subyek tidak terlihat/diperlihatkan 4. Mudah dikerjakan, tidak memerlukan kemampuan intelektual 5. Dapat dikerjakan secara mekanis oleh komputer c.

PENGINDEKSAN PRALARAS (PRA-KOORDINASI)

Pre-coordinate indexing Perbedaan utama antara pengindeksan pralaras dengan pascalaras terletak pada cara subyek majemuk diindeks. Ciri utama: Penggabungan konsep-konsep untuk menyatakan suatu subyek majemuk dilakukan pada tahap pengindeksan (tahap input). Disebut pre-coordinate, pra-koordinasi atau pralaras sebab koordinasi atau penggabungan istilah indeks untuk deskripsi indeks dilakukan pada tahap masukan atau input, jadi sebelum (= pra- ) penelusuran dilakukan. Terutama digunakan untuk indeks tercetak seperti dalam majalah indeks dan abstrak, bibliografi nasional, indeks majalah, dan juga katalog subyek perpustakaan yang belum berbentuk OPAC. Bahasa indeks yang cocok untuk pengindeksan prakoordinasi adalah daftar tajuk subyek. Ciri: 1. Subyek majemuk diperlakukan sebagai satu kesatuan 2. Pembentukan subyek majemuk dikerjakan pada tahap pengindeksan (input) 3. Perlu urutan sitiran (citation order) agar pengindeksan taat azas 4. Pendekatan terhadap subyek bersifat linear Contoh: Topik: Klasifikasi peta di perpustakaan khusus di Australia

19 Universitas Sumatera Utara

PERPUSTAKAAN KHUSUS – PETA – KLASIFIKASI – AUSTRALIA Topik: Konstruksi jembatan dengan beton bertulang JEMBATAN – KONSTRUKSI – BETON BERTULANG Topik: Kiat pemasaran jamu di lingkungan masyarakat kota JAMU – PEMASARAN – MASYARAKAT KOTA Konsep-konsep yang sudah diterjemahkan menjadi tajuk subyek disusun menurut urutan sitasi (urutan faset). d.

PENGINDEKSAN PASCALARAS (PASCA-KOORDINASI)

Post-coordinate indexing Ciri utama: Penggabungan konsep-konsep untuk menyatakan subyek majemuk dilakukan pada tahap penelusuran (output). Disebut post-coordinate, pasca - koordinasi, sebab koordinasi atau penggabungan istilah indeks dilakukan pada tahap penelusuran. Pada tahap pengindeksan (= tahap masukan atau input) dokumen di-indeks dengan menggunakan istilah-istilah indeks yang mewakili konsep-konsep tunggal. Pada tahap output (= penelusuran) penelusur menggabungkan istilah-istilah indeks sesuai dengan subyek yang dicarinya. Penggabungan ini tidak memerlukan urutan sitasi, karena pendekatan terhadap subyek majemuk dalam sistem pascakoordinasi bersifat multi-dimensional. Bahasa indeks yang sesuai untuk sistem pasca-koordinasi adalah tesaurus. Ciri: 1. Pada tahap masukan konsep-konsep tunggal di-indeks 2. Tidak diperlukan urutan sitasi

20 Universitas Sumatera Utara

3. Penggabungan atau kombinasi konsep dilakukan oleh penelusur pada tahap penelusuran 4. Pendekatan bersifat multidimensional 5. Sistem pasca-koordinasi baru bisa efektif apabila diterapkan dalam sistem berbantuan komputer Contoh: Topik: Klasifikasi peta di perpustakaan khusus di Australia. KLASIFIKASI PETA PERPUSTAKAAN KHUSUS AUSTRALIA

Dengan kemajuan teknologi maka muncul indeks web, kegiatan ini disebut pula pengindeksan internet, termasuk gaya indeks belakang buku pada setiap situs atau internet, dan pembuatan metadata kata kunci guna memberikan kosakata yang lebih bermanfaat untuk internet atau mesin pencari. Dengan peningkatan jumlah majalah yang memiliki artikel on-line pengindeksan web menjadi penting. Menurut Browne (Browne dan Jeremy 2004) mengkategorikan pengindeksan web sebagai berikut :

1. Granularity of indexes Kategori ini merupakan indeks tingkat rinci dilihat dari penyajian atau penggambaran informasi. Semakin rinci informasinya, kelompoknya semakin kecil. Indeks yang teraut pada paragraf khusus tampaknya lebih rinci daripada daftar isi atau peta situs yang tertaut pada halaman khusus. Indeks semacam ini mengambil pola indeks belakang buku yang digunakan oleh situs web individu

21 Universitas Sumatera Utara

dan untuk dokumen dalam situs web, juga untuk bahan non naskah seperti gambar dan presentasi multimedia dengan teks atau digabung dengan media lain. 2. Indeks bahan yang telah diketahui Indeks itu mencocokan pencarian, dan indeks akan sesuai pencarian apabila pemustaka tahu persis yang mereke cari. Indeks yang bagus menyediakan berbagai sinonim sebagai titik akses dan membimbing pengguna antara istilah dengan menggunakan rujukan silang. Tentu saja pengguna cukup dengan beberapa titik entri kedalam indeks. Sementara dengan melihat-lihat memerlukan pengetahuan yang sama atau bahkan lebih. Lagi pula pandangan mereka tentang kategori yang tepat mungkin berbeda dengan pandangan yang dihadiran oleh taksonomi yang digunakan. Misalnya dalam direktori Yahoo (dir.yahoo.com) kita melihat bird (burung) dibawah binatang, akan tetapi jika kita tertarik pada kegiatan birding (mengamati dan mengidentifikasi burung dalam habitatnya ), kita harus mengikuti jejak rekreasi. 3. Indeks berdasarkan jenis dokumen Kebanyakan indeks situs web adalah indeks untuk keseluruhan web. Prinsip yang sama utama dalam kasus ini adalah konten yang diindeks, pengguna, frekuensi pemutakhiran, dan khalayak yang diharapkan. Indeks pada buku memerlukan pertimbangan penyediaan teks (apakah kita akan mengakses bab secara keseluruhan sekaligus) dan tingkat kerincian pengindeksan (misalnya, apakah anda akan menautkan pada paraggraf secara individual). Para pengindeks jurnal perlu menentukan beberapa informasi sitran yang disediakan (misalnya, apakah taut menyatakan volume, issue, dan tahun pengindeksan). 2.6 Pengabstrakan

Menurut Yusup (Yusup dan Subekti 2010, 229) abstrak merupakan pengembangan atau lanjutan dari indeks dan memiliki fungsi yang sama yaitu merekam dan menunjukkan isi sebuah majalah, surat kabar, atau sumber informasi lainnya. Perbedaannya hanyalah dalam batasan. Kalau indeks berupa daftar susunan kata-kata yang disusun berdasarkan urutan abjad, maka abstrak berisi pemadatan atau ringkasan isi sebuah tulisan atau artikel yang sudah diindeks.

22 Universitas Sumatera Utara

Bernier (2003), menyatakan setidaknya ada 7 manfaat terpenting kegiatan pembuatan abstrak, yaitu:

1. Memudahkan pembaca (terutama peneliti dan akademisi) menentukan dokumen yang akan dibacanya, sebab perkembangan ilmu pengetahuan demikian pesat dan luas, melibatkan lebih dari 50 bahasa dunia. Pembuatan abstrak dalam bahasa yang dikenali pengguna akan sangat membantu proses penentuan apakah sebuah dokumen perlu diambil untuk dibaca atau tidak. 2. Jumlah jurnal ilmiah dan akademik terlalu banyak untuk diperiksa satu persatu oleh para ilmuwan, sehingga sebuah kumpulan abstrak akan sangat membantu proses pemutakhiran pengetahuan. Ilmuwan tidak perlu membaca dulu satu per satu artikel di bidangnya, sebelum memutuskan untuk memilih artikel yang paling dia perlukan. 3. Seringkali abstrak dapat menggantikan fungsi artikel aslinya, terutama kalau jenis abstrak itu adalah abstrak informatif (lihat penjelasan tentang jenis abstrak di bawah). 4. Dengan membaca abstrak terlebih dahulu, para peneliti dan akademisi dapat menghemat banyak waktu sebelum membaca artikel aslinya. Tanpa abstrak yang berkualitas, seringkali artikel yang dipilih untuk dibaca belum tentu benar-benar relevan. 5. Kumpulan abstrak seringkali lebih mudah dihimpun ke dalam satu bidang atau sub-bidang yang sejenis dan saling berkait, daripada kumpulan artikel di jurnal yang seringkali tidak selalu benar-benar berkaitan satu sama lainnya. Kumpulan abstrak, dengan demikian, sangat membantu peneliti dan akademisi memahami bidang pengetahuan dan batas-batasnya. 6. Abstrak semakin “ampuh” jika disertai indeks dan klasifikasi yang semakin memudahkan pencari menelusuri belantara artikel ilmiah. Tanpa abstrak yang demikian, sangatlah tidak praktis jika seorang peneliti harus menelusuri setiap bidang pengetahuan secara satu per satu. 7. Tanpa abstrak yang berkualitas, pemilihan artikel atau dokumen untuk diambil dan dibaca menjadi kurang akurat. Abstrak yang baik akan sangat meningkatkan akurasi pemilihan dokumen.

Berikut adalah langkah-langkah dalam membuat abstrak menurut (Setiawati): 1. Baca dokumen secara sekilas untuk mendapatkan pemahaman tentang isi dan cakupan dari dokumen tersebut. Seorang pengabstrak yang terlatih tidak membaca setiap kata tetapi memilih kata dari bagian dokumen atau dengan kata lain mengambil keyword/kata kunci. 2. Buat suatu catatan yang memuat poin-poin utama dalam dokumen.

23 Universitas Sumatera Utara

3. Buat suatu konsep kasar dari catatan yang dibuat pada langkah ke-2 dengan tidak terlalu banyak menggunakan ungkapan dari dokumen aslinya. 4. Periksa konsep kasar tersebut. Setelah perbaikan/koreksi perlu dilakukan edit konsep abstrak dan buat dalam gaya penyajiannya. (kesalahan dalam abstrak biasanya memberikan nama, rumus, penggunaan kata yang berulang-ulang/pengulangan kata atau kalimat). Pengabstrakan secara otomatis dilakukan oleh suatu program komputer yang pada dasarnya untuk menjalankan fungsi-fungsi sebagai berikut (Davis dan Rush, 1979): 1. Membaca dokumen yang akan dibuatkan abstrak 2. Menganalisis dokumen 3. Mengaplikasikan aturan-aturan seleksi dan menghasilkan abstrak 4. Memformat abstrak yang dihasilkan 5. Mencetak abstrak

transformasi

untuk

Prinsip dasar pengabstrakan otomatis adalah pemilihan kalimat –kalimat penting yang akan digunakan untuk menyusun abstrak. Kalimat-kalimat penting tersebut dapat ditentukan dengan teknik penskoran kalimat yang didasarkan pada frekuensi kemunculan kata. Teknik tersebut secara sederhana dapat digambarkan dengan prosedur sebagai berikut (Lancaster, 1990): 1. Membuang kata-kata buangan dan istilah-istilah yang tidak mempunyai arti substantif. 2. Menghitung frekuensi kemunculan kata dan setiap kata diperingkatkan berdasarkan frekuensi kemunculannya. 3. Kata-kata dengan frekuensi kemunculan lebih besar dari rata-rata dianggap sebagai kata-kata dengan frekuensi tinggi atau kata-kata penting. 4. Mengidentifikasi kalimat-kalimat yang mengandung kata-kata penting. 5. Menghitung faktor signifikansi masing-masing kalimat dengan cara sebagai berikut: e. Menentukan jumlah kelompok (cluster) dalam kalimat. Dalam hal ini kelompok (cluster) adalah kelompok kata yang paling panjang yang terdiri dari kata-kata penting dimana kata-kata penting tersebut tidak dipisahkan oleh lebih dari empat kata pemisah.

24 Universitas Sumatera Utara

f. Menghitung jumlah kata penting dalam kelompok (cluster) dan kuadratnya dibagi dengan jumlah total kata dalam kelompok merupakan nilai kelompok. g. Faktor signifikansi kalimat adalah nilai kelompok yang tertinggi atau jumlah dari nilai-nilai kelompok dalam kalimat. Sebagai sumber informasi, abstrak mempunyai banyak keuntungan khususnya bagi pencari informasi yang mempunyai banyak kegiatan. Dengan membaca indeks dapat menghemat waktu karena dapat merasa cukup apabila hanya membaca indeks saja.

2.7 Penelusuran (Search Engine) Setelah data disimpan dalam database, maka sistem informasi harus mampu menemukan kembali secara cepat dan tepat. Penelusuran informasi merupakan bagian dari sistem temu kembali informasi yang mempunyai peranan penting dalam melakukan akses terhadap informasi. Sehingga apabila ingin menghasilkan tingkat presisi informasi yang tinggi maka perlu dilakukan penelusuran dengan tepat. Menurut Prasetiawan (2011) penelusuran informasi merupakan kegiatan menelusur kembali seluruh atau sebagian informasi yang pernah ditulis atau diterbitkan melalui sarana temu kembali informasi yang tersedia. Sedangkan strategi penelusuran adalah penelusuran yangdilakukan secara sistematis (systematic searching), yang meliputi cara-cara bagaimana menggunakan kata kunci (keyword), frase, subjek dokumen, menggunakan logika boolean (boolean logic) serta fasilitas-fasilitas penelusuran lain yang tersedia padamasing-masing search engines. Dengan strategi penelusuran ini diharapkan penelusur (user), bisa

25 Universitas Sumatera Utara

menemukan dokumen atau informasi yang diperlukan secara cepat dan tepat/relevan.” Chowdhury (2001) menyatakan bahwa dalam mengatasi permasalahan dalam penelusuran harus memiliki 6 kemampuan untuk melakukan penelusuran informasi, antara lain sebagai berikut: 1. Penentuan perintah Mengatasi permasalahan informasi dimulai dengan memahami dengan jelas masalah yang ada dari sudut pandang informasi yang dibutuhkan. (Eisenberg and Berkowitz yang dikutip oleh Chowdhury, 2004). Jadi, ketika akan mencari informasi kita harus terlebih dahulu menentukan topik yang tepat. 2. Strategi pencarian informasi Strategi pencarian adalah suatu proses untuk bisa mendapatkan dokumen yang benar-benar relevan sesuai dengan kebutuhan pengguna. 3. Lokasi dan aksesnya Tahapan ini penerapan strategi penelusuran informasi digunakan. Setelah sumber informasi yang akan dicari telah diketahui, pengguna harus menggunakan strategi pencarían untuk menemukan kembali informasi yang dibutuhkan. Pada saat kemampuan penelusuran mencari informasi yang dibutuhkan pengguna harus mengerti bagian dari strategi penelusuran yaitu penggunaan sarana pencarían seperti mesin pencari pada website, CD-ROMs, basis data online atau jurnal online, indeks, abstrak, dan berbagai macam sumber informasi online. 4. Penggunaan informasi Setelah lokasi informasi telah ditentukan, pengguna membutuhkan informasi tersebut untuk digunakan. Informasi memiliki berbagai macam bentuk dan formatnya. Akan tetapi, setiap bentuk atau format membutuhkan kemampuan dalam penggunaanya. 5. Perpaduan informasi Konteks yang dimaksud perpaduannya adalah semua aplikasi sistem temu kembali informasi disesuaikan dengan perintah yang dicari. Misalkan informasi yang dicari melalui mesin pencari, maka disesuaikan juga kebutuhan informasinya contoh menurut formatnya. Pada mesin pencari ada sarana dan teknik yang digunakan untuk memadukan informasi yang diinginkan agar keluaran yang didapat sesuai. 6. Evaluasi Pada tahap evaluasi melibatkan pemeriksaan terhadap hasil dari informasi yang telah dicari. Pada proses penelusuran diperbaiki jika tidak menemukan informasi yang diinginkan. Dapat membuat pertanyaan seperti dibawah ini: 26 Universitas Sumatera Utara

a) Apakah cara yang digunakan sesuai ? b) Apakah informasi yang diinginkan berhasil ditemukan ? c) Apakah ada pemecahan masalah ketika informasi tidak ditemukan ? Dari uraian di atas, ada beberapa tahapan yang dilakukan dalam melakukan proses penelusuran informasi antara lain : 1. Memahami query 2. Menganalisis dan menggambarkan query yang dapat digunakan untuk menerangkan tipe sumbernya 3. Menyeleksi sumber informasi yang tepat 4. Menyeleksi dan menggunakan sarana (indeks/kamus, thesaurus, daftar tajuk subyek, dan lain lain 5. Temu kembali informasi 6. Memeriksa temu kembali informasi 7. Memodifikasi query, mengganti basis data, dll. Formulasi query diperlukan dalam penelusuran, menurut W. B. Croft (2010, 114) dalam query representation and understanding workshop report, mengemukakan bahwa : The process of query formulation (also referred to as query rewriting or query transformation modifies the original keyword query submitted by the user to the search engine in order to better represent the underlying intent of the query. The formulated query is then used as an input to the search engine’s ranking algorithm. Thus, the primary goal of query formulation is to improve the overall quality of the ranking presented to the user in response to her query. Pendapat di atas apabila diartikan bahwa proses perumusan query (juga disebut sebagai permintaan menulis ulang atau transformasi permintaan) memodifikasi asli permintaan kata kunci yang diajukan oleh pengguna ke mesin pencari rangka untuk lebih mewakili maksud yang mendasari query. Permintaan dirumuskan kemudian digunakan sebagai masukan untuk pencarian peringkat algoritma mesin. Dengan demikian, tujuan utama dari permintaan formulasi adalah untuk meningkatkan kualitas keseluruhan dari peringkat disajikan kepada pengguna dalam menanggapi pertanyaannya. 27 Universitas Sumatera Utara

Ada dua tahapan dalam memformulasikan query seperti menurut. Guo (2008: 379) : Query formulation is usually divided into two main processing stages. The first processing stage, which is usually referred to as query refinement, alters the query on the morphological level (e.g., tokenization, spelling corrections, stemming, etc.). After the query refinement stage is completed, the sec ond processing stage alters the query on the structural level. Such structural alterations may include, among other actions, segmenting the query into atomic concepts (i.e., combinations of terms), assigning weights to these concepts, or expanding the query with related weighted concepts. Pernyataan di atas dapat diartikan bahwa formulasi query biasanya dibagi menjadi dua tahapan proses utama. Tahapan pertama, yang biasanya disebut sebagai perbaikan query, mengubah query pada tingkat morfologi (misalnya, tokenization, koreksi ejaan, stemming, dan lain lain). Setelah tahap perbaikan permintaan selesai, tahap kedua, mengubah query pada tingkat struktural. Perubahan struktural tersebut dapat mencakup, antara lain tindakan, segmentasi query ke dalam konsep atom (yaitu, pengkombinasian istilah), pemberian bobot konsep-konsep, atau memperluas query dengan konsep tertimbang terkait. 2.8 Kemampuan Pustakawan

Sebelum membahas lebih dalam mengenai kemampuan pustakawan, sebaiknya memahami terlebih dahulu makna kemampuan. Menurut Zain (Zain dan Yusdi 2010, 10) mengartikan bahwa kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan, kekuatan kita berusaha dengan diri sendiri. Sedangkan menurut Sinaga (Sinaga dan Hadiati 2001, 34) mendefenisikan kemampuan sebagai suatu

28 Universitas Sumatera Utara

dasar seseorang yang dengan sendirinya berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan secara efektif atau sangat berhasil.

Kemampuan berarti kapasitas seseorang individu untuk melakukan beragam tugas dalam suatu pekerjaan. Lebih lanjut Robbin menyatakan bahwa kemampuan (ability) adalah sebuah penilaian terkini atas apa yang dapat dilakukan seseorang (Robbin 2007, 57). Selanjutnya definisi pustakawan dalam Undang-undang R.I No.43 tahun 2007 tentang Perpustakaan Pasal 1 ayat 8 dinyatakan bahwa pustakawan adalah seseorang yang memiliki kompetensi yang diperoleh

melalui

pendidikan

dan/atau

pelatihan

kepustakawanan

serta

mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk melaksanakan pengelolaan dan pelayanan perpustakaan. Menurut Ikatan Pustakawan Indonesia (IPI) mengatakan pustakawan adalah orang yang memberikan dan melaksanakan kegiatan perpustakaan dalam usaha pemberian pelayanan/jasa kepada masyarakat sesuai dengan misi yang diemban oleh badan induknya berdasarkan ilmu perpustakaan, dokumentasi dan informasi yang diperolehnya melalui pendidikan.

Pustakawan merupakan tenaga profesi dalam bidang informasi, khususnya informasi publik, informasi yang disediakan merupakan informasi publik

melalui lembaga

kepustakawanan

yang

meliputi berbagai

jenis

perpustakaan (Aziz 2006, 44). Perkembangan zaman saat ini ditandai dengan perubahan yang sangat cepat pada kehidupan manusia. Perpustakaan sebagai lembaga yang melayani masyarakat harus tanggap pada perubahan tersebut.

29 Universitas Sumatera Utara

Pengelola

informasi

sebaiknya

terus

berusaha

untuk

memupuk

kemampuannya agar memiliki daya dan kekuatan dalam menjalankan seluruh aktivitasnya misalnya dengan memanfaatkan secara cepat dan tepat guna teknologi, terutama teknologi informasi dan teknologi telekomunikasi, membuka jaringan yang luas, meningkatkan sumber daya manusia melalui pendidikan, mengikuti temu karya ilmiah, mengadakan studi banding ke berbagai perpustakaan yang sudah maju (Suwarno 2010, 7).

Menurut Mary Lynn Rice-Lively dalam (Naibaho, 2014) seorang pustakawan akademik harus memiliki kemampuan sebagai berikut : 1. Continuous improvement Maksudnya adalah pustakawan harus terus melakukan perbaikan yang berkesinambungan agar dapat mengembangkan dan memperbaiki profesionalitas diri yang bertujuan mendapatkan hasil terbaik dari usaha tersebut, yang memberikan solusi terbaik bagi masalah yang ada, yang hasilnya dapat bertahan dan bahan berkembang menjadi lebih baik lagi. 2. Asertif Adalah kemampuan seseorang untuk berperilaku secara jujur, terbuka, tegas dan langsung pada tujuan. Maksudnya pustakawan harus dapat berperilaku jujur, terbuka dan tegas ketika berkenaan dengan pemberian layanan pada pemustaka. 3. Information literate Pustakawan harus dapat meakukan penelususran informasi yang tepat guna bagi pemustakanya serta pustakawan juga dapat memberikan materi literasi informasi kepada pemustaka agar ia dapat menelusur informasi secara mandiri. 4. Paham sistem akademik Pustakawan harus mampu memberikan informasi akademik bagi pemustaka yang membutuhkan karena pustakawan akan menjadi pusat informasi bagi seluruh civitas akademika. 5. Mengerti proses penelitian Pustakawan di era informasi dituntut harus paham akan proses penelitian karena selain dituntut untuk melakukan penelitian dalam lingkungannya pustakawan juga dapat memberikan bimbingan penelitian bagi pemustaka yang mendukung fungsi perpustakaan sebagai research centre. 6. Percaya diri Pustakawan harus percaya diri akan profesinya dan tugasnya, sehingga dengan kepercayaan diri tesebut pustakawan memiliki kemampuan yang baik dalam memberikan layanan informasi bagi pemustaka.

30 Universitas Sumatera Utara

Sedangkan menurut Ned Potter dalam Naibaho (2014) menyatakan ada 10 hal yang diketahui oleh seseorang yang ingin bekerja di perpustakaan, yaitu : 1. Tidak semua tentang buku Bekerja di perpustakaan tidak hanya tentang buku tetapi tentang semua hal. 2. Bekerja di perpustakaan adalah tentang orang Dibutuhkan keterampilan berkomunikasi yang baik dan tidak boleh menjadi pemalu karena kita bertugas memberikan pelayanan informasi kepada pemustaka. 3. Bekerja dengan teknologi Pustakawan harus berkawan dengan teknologi dan mampu menerapkannya. 4. Diperlukan kualifikasi Bekerja di perpustakaan memerlukan keahlian dan kemampuan yang terus ditingkatkan secara berkelanjutan. 5. Persaingan yang sulit Setiap tahunnya lulusan pustakawan lebih banyak dibanding dengan pensiun dan banyak orang yang memiliki kualifikasi yang sangat bagus dalam profesi ini. Singkatnya, profesi pustakawan adalah profesi yang sulit sehingga kita harus bekerja keras untuk mendapatkannya. 6. Sosial media adalah teman pustakawan Pekerja informasi menyukai sosil media. Tempt sosial media seperti twitter dan jejaring profesi dapat memberikan dukungan, bimbingan, dorongan dan tempat untuk bertukar pikiran. 7. Harus siap untuk melawan Harus siap melawan stereottip “pustakawan tua” yang dapat menghambat kemampuan pekerjaan kita. Jika orang tidak menghargai kita, maka mereka tidak akan mendapatkan layanan yang maksimal. 8. Harus dapat menerima perubahan Dalam dua dekade terakhir, perpustakaan telah mengalami banyak perubahan. Perubahan adalah hal yang pasti terjadi termasuk dalam lingkungan informasi dan perpustakaan, sehingga kita harus nyaman dan siap dengan hal-hal baru sepanjang waktu. 9. You can pursue existing passion Salah satu hal terpenting mengenai kepustakawanan aalah seberapa sering kita merasa bersemangat (passion) dalam kapasitas profesionalisme. 10. Ada begitu banyak peran yang berbeda Anda dapat bekerja sebagai customer services, marketing, digitisation, archives, preservation, press and publicity, training, information literacy, reference, subject teams, music librarianship, special librarianship, public librarianship, academic librarianship, mobile librarianship, school librarianship, children’s librarianship, e-Resources, acquisitions, cataloguing, administration, management, IT and systems, the virtual learning environment, special collections, repositories.

31 Universitas Sumatera Utara

Dari pendapat di atas dapat dinyatakan bahwa kemampuan pustakawan adalah penilaian atas kesanggupan, kecakapan, dan kekuatan seorang pustakawan dari pelaksanaan berbagai pekerjaannya.

Sintesis :

Kemampuan pustakawan dalam mengelola database yaitu kesanggupan, kecakapan, dan kekuatan seorang pustakawan dalam menjalankan kegiatan untuk memenuhi kebutuhan yang beragam, cepat, dan tepat dengan memanfaatkan teknologi informasi yang terdiri dari aspek: (1) database CDS/ISIS, (2) database Ms.Access, (3) pengindeksan (Indexing), (4) pengabstrakan, dan (5) penelusuran (Search Engine).

32 Universitas Sumatera Utara