HUBUNGAN USIA IBU SAAT BERSALIN DENGAN KEJADIAN PREEKLAMSI DI RUMAH SAKIT PERMATA BUNDA PURWODADI Sri Untari 1), Sofiana Alfitri2) Akademi Kebidanan An-Nur Purwodadi
1) 2)
Akademi Kebidanan An-Nur Purwodadi Korespondensi:
[email protected] Akademi Kebidanan An-Nur Purwodadi
ABSTRAK Latar Belakang : Berdasarkan Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) (2015), rata-rata angka kematian ibu (AKI) yaitu 161 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup dan daerah dengan AKI tinggi terdapat di Sumatra Utara, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Sulawesi Selatan. AKI di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2016 sebanyak 602 per 100.000 kelahiran hidup, dan AKI di Kabupaten Grobogan (2016) sebanyak 28 per 100.000 kelahiran hidup. Kematian ibu di Indonesia salah satunya disebabkan oleh preeklamsi/eklamsi. Preeklamsia adalah sekumpulan gejala yang timbul pada wanita hamil, bersalin dan nifas yang terdiri dari hipertensi, edema dan proteinuria yang muncul pada kehamilan 20 minggu sampai akhir minggu pertama setelah persalinan. Faktor resiko terjadinya preeklamsi adalah primigravida, kehamilan kembar, mola hidatidosa, mempunyai riwayat preeklamsia/eklamsia dalam keluarga, dan usia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan usia ibu saat bersalin dengan kejadian preeklamsi di Rumah Sakit Permata Bunda Purwodadi. Metode : Metode penelitian yang digunakan adalah desain penelitian deskriptif korelatif dengan pendekatan cross-sectional. Populasinya adalah seluruh ibu bersalin yang menderita preeklamsi yaitu 313 orang. Teknik pengambilan sampel adalah total sampling. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis univariat dan bivariat. Hasil : Hasil univariat menunjukkan bahwa ibu bersalin yang menderita preeklamsi usia <20 tahun sebanyak 72 kasus (0,23%) dengan preeklamsi ringan 4 (5,6%) dan berat 68(94,4%), usia 20-35 tahun sebanyak 70 kasus (0,22%) dengan preeklamsi ringan 11(15,7%) dan berat 59(84,3%), usia >35 tahun sebanyak 171 kasus (0,55%) dengan preeklamsi ringan 6(3,5%) dan berat 165(96,5%). Hasil uji statistik uji Chi Square yaitu terdapat hubungan antara usia ibu saat bersalin dengan kejadian preeklamsi dan nilai X2 hitung >X2 tabel (12,020 > 5,99) maka Ho ditolak. Kesimpulan : Dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara usia ibu saat bersalin dengan kejadian preeklamsi dengan data yang didapatkan sebanyak 313 responden ibu bersalin yang menderita preeklamsi digolongkan menjadi 3 kategori usia yaitu usia < 20 tahun, 20-35 tahun, dan >35 tahun. Usia < 20 tahun ibu saat bersalin menderita preeklamsi sebanyak 72 kasus (0,23%) dengan preeklamsi ringan 4(5,6%) dan preeklamsi berat 68(94,4%), usia 20-35 tahun sebanyak 70 kasus (0,22%) dengan preeklamsi ringan 11(15,7%) dan preeklamsi berat 59(84,3%), dan usia > 35 tahun sebanyak 171 kasus (0,55%) dengan preeklamsi ringan 6(3,5%) dan preeklamsi berat 165(96,5%). Kata Kunci : Usia Ibu, Preeklamsi.
7
RELATIONSHIP AGE OF MOTHER WHILE COMMERCIAL WITH PREECLAMPSIA EVENT AT HOSPITAL PERMATA BUNDA PURWODADI Sri Untari 1), Sofiana Alfitri2) Midwifery Academy An-Nur Purwodadi
1) Midwifery Academy An-Nur Purwodadi Korespondensi:
[email protected] 2) Midwifery Academy An-Nur Purwodadi
ABSTRACT Background: Based on the Indonesian Demographic Health Survey (SDKI) (2015), the average maternal mortality rate (AKI) is 161 maternal deaths per 100,000 live births and areas with high MMR are found in North Sumatra, Banten, West Java, Central Java, East Java and South Sulawesi. AKI in Central Java Province in 2016 was 602 per 100,000 live births, and AKI in Grobogan Regency (2016) was 28 per 100,000 live births. Maternal death in Indonesia is caused by preeclampsia / eclampsia. Preeclampsia is a set of symptoms that occur in pregnant women, maternal and childbirth consisting of hypertension, edema and proteinuria that appear in pregnancy 20 weeks until the end of the first week after delivery. Risk factors for preeclampsia are primigravida, twin pregnancies, hydatidiform mole, has a history of preeclampsia / eclampsia in the family, and age. The purpose of this study was to determine the relationship of maternal age at delivery with the incidence of preeclampsia at Permata Bunda Purwodadi Hospital. Method: The research method used is descriptive korelatif research design with cross-sectional approach. The population is all mother of mother who suffer from preeklamsi that is 313. The sample is total population that is 313. Analytical technique used is univariate and bivariate analysis.Results: The univariate results showed that women who suffered from preeclampsia <20 years old were 72 cases (0.23%) with mild preeclampsia 4 (5.6%) and weight 68 (94.4%), age 20-35 years 70 cases (0.22%) with mild preeclampsia (15.7%) and weight 59 (84.3%), age> 35 years 171 cases (0.55%) with mild preeclampsia 6 (3.5% ) And weighs 165 (96.5%). Result of statistical test of Chi Square test that is there is correlation between maternal age at delivery with preeklamsi incident and X2 count> X2 table (12,020> 5,99) hence Ho refused. Conclusion: It can be concluded that there is a correlation between maternal age at delivery and preeclampsia occurrence with data obtained as many as 313 respondents of maternal women suffering from preeclampsia are classified into 3 categories of age ie <20 years old, 20-35 years old, and> 35 years old. Age <20 years of delivery during pregnancy with preeclampsia of 72 cases (0.23%) with mild preeclampsia 4 (5.6%) and severe preeclampsia 68 (94.4%), age 20-35 years 70 cases (0, 22%) with mild preeclampsia (15.7%) and preeclampsis weight 59 (84.3%), and age> 35 years as many as 171 cases (0.55%) with mild preeclamps 6 (3.5%) and preeclampsia Weight 165 (96.5%). Keywords: Mother Age, Preeclampsia.
8
gejala preeeklamsi (Manuaba, 2010:266). Upaya lain yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan deteksi sedini mungkin agar preeklamsi dapat terdeteksi cepat untuk meminimalisir kemungkinan komplikasi yang lebih fatal bahkan bisa menyebabkan kematian ibu. (Rukiyah dan Yulianti, 2010:182) Berdasarkan Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) (2015), ratarata angka kematian ibu (AKI) yaitu 161 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup dan daerah dengan AKI tinggi terdapat di Sumatra Utara, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Sulawesi Selatan. AKI di Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2015 sebanyak 619 per 100.000 kelahiran hidup, dan AKI di Kabupaten Grobogan (2016) sebanyak 28 per 100.000 kelahiran hidup. Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2015, penyebab kematian ibu yang paling umum adalah perdarahan (28%), preeklamsi/eklamsia (24%), infeksi (11%), sedangkan penyebab tidak langsung adalah trauma obstetri (5%) dan lain-lain (11%). Di Rumah Sakit Permata Bunda Purwodadi pada tahun 2016 tercatat sebanyak 3.842 persalinan dengan bersalin normal sebanyak 210, Ketuban Pecah Dini (KPD) sebanyak 1.436 kasus, perdarahan sebanyak 455 kasus, persalinan prematur 422 kasus, persalinan dengan resiko tinggi sebanyak 206 kasus, persalinan serotinus sebanyak 104 kasus, gemeli sebanyak 12 kasus, lama kala II sebanyak 157 kasus, anemia berat sebanyak 130 kasus, persalinan sungsang sebanyak 148 kasus, riwayat SC sebanyak 102 kasus, perdarahan pervaginam sebanyak 84 kasus, hipertensi sebanyak 48 kasus, eklamsia sebanyak 15 kasus, dan preeklamsi sebanyak 313 kasus dimana terbagi menjadi kelompok usia < 20 tahun, usia 20-35 tahun dan usia > 35 tahun. (Medical Record RSPB, 2016)
PENDAHULUAN Preeklamsia adalah sekumpulan gejala yang timbul pada wanita hamil, bersalin dan nifas yang terdiri dari hipertensi, edema dan proteinuria yang muncul pada kehamilan 20 minggu sampai akhir minggu pertama setelah persalinan (Sukarni dan Sudarti, 2014:35). Menurut Mose dan Irianti (2015) penyebab preeklamsia sampai saat ini belum diketahui secara pasti. Tetapi, penyakit ini lebih sering ditemukan pada primigravida, kehamilan kembar, mola hidatidosa, mempunyai riwayat preeklamsia/eklamsia dalam keluarga, dan usia. Pada umumnya kematian ibu saling berhubungan dengan usia ibu pada masa kehamilan, persalinan, dan nifas. Usia yang dimaksudkan adalah usia dibawah 20 tahun dan diatas 35 tahun, namun banyak ibu yang tidak mengetahui bahwa usia menjadi faktor resiko tinggi untuk masa hamil, bersalin, dan nifas. Karena, pada usia kurang dari 20 tahun, ukuran uterus belum mencapai ukuran yang normal untuk kehamilan, sehingga kemungkinan terjadinya gangguan dalam kehamilan seperti preeklamsi menjadi lebih besar dan pada usia 35 tahun terjadi proses degeneratif yang mengakibatkan perubahan struktural dan fungsional yang terjadi pada pembuluh darah perifer yang bertanggung jawab terhadap perubahan tekanan darah, sehingga lebih rentan mengalami preeklamsia. Sedangkan, usia ideal untuk masa kehamilan, persalinan, dan nifas adalah pada usia reprodukif (20-35 tahun) merupakan periode yang paling aman untuk hamil dan melahirkan karena pada usia tersebut resiko terjadinya komplikasi kehamilan lebih rendah. (Jurnal Novianti, 2016) Upaya yang dapat dilakukan untuk menangani kasus preeklamsi adalah mengkasifikasikan jenis preeklamsi (preeklamsi ringan dan berat) kemudian diberi konseling tentang diet rendah garam dan tinggi protein, menganjurkan ibu untuk lebih banyak istirahat baring ke arah punggung janin, dan segera datang memeriksakan diri bila terdapat tanda
METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif korelatif dengan pendekatan Cross-sectional. Deskriptif korelatif yaitu survei atau penelitian yang 9
mendeskripsikan dan mencari adanya hubungan antar variabel. Sedangkan pendekatan cross-sectional adalah suatu penelitian untuk mempelajari dinamika kolerasi antara faktor-faktor risiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat. Artinya setiap subyek penelitian hanya diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap status
karakter atau variabel subyek pada saat pemeriksaan. (Notoatmodjo, 2010:35-37) Populasi dalam penelitian ini adalah 313 ibu bersalin yang menderita preeklamsi di Rumah Sakit Permata Bunda Purwodadi selama tahun 2016. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah total sampling yaitu semua anggota populasi digunakan sebagai sampel.
HASIL PENELITIAN Analisis Univariat 1. Usia ibu pada saat bersalin. Tabel 4.1 Distribusi frekuensi berdasarkan usia ibu pada saat bersalin dengan preeklamsi di Rumah Sakit Permata Bunda Purwodadi Tahun 2016. Usia Ibu
Jumlah
Prosentase
<20 tahun 20-35 tahun
72 70
0,23% 0,22%
>35 tahun
171
0,55%
Total
313
100%
Dari tabel 4.1 dapat dilihat bahwa usia ibu bersalin <20 tahun menderita preeklamsi
sebanyak 72 (0,23%), usia 20-35 tahun sebanyak 70 (0,22%), dan usia >35 tahun sebanyak 171 (0,55%).
2. Jenis Preeklamsia yang diderita pada saat bersalin. Tabel 4.2 Distribusi frekuensi berdasarkan jenis preeklamsi yang di derita ibu pada saat bersalin di Rumah Sakit Permata Bunda Purwodadi Tahun 2016. Jenis Preeklamsi
Jumlah
Prosentase
Preeklamsi ringan
21
0,7%
Preeklamsi berat
292
0,93%
Total
313
100%
Dari tabel 4.2 dapat dilihat bahwa ibu bersalin yang menderita preeklamsi ringan
sebanyak 21 (0,7%)dan menderita preeklamsi berat sebanyak 292 (0,93%).
10
Analisis Bivariat. Tabel 4.3 Distribusi frekuensi berdasarkan usia ibu saat bersalin dengan preeklamsi dan jenis preeklamsi yang diderita di Rumah Sakit Permata Bunda Purwodadi Tahun 2016. Jenis Preeklamsi Usia Ibu
Preeklamsi Ringan
Preeklamsi Berat
Jumlah
Jumlah
Prosentase
Jumlah
Prosentase
<20 Tahun
4
5,6%
68
94,4%
72
20-35 Tahun
11
15,7%
59
84,3%
70
>35 Tahun
6
3,5%
165
96,5%
171
Total
21
6,7%
292
93,3%
313
Dari tabel 4.2 dapat dilihat bahwa ibu bersalin usia < 20 tahun menderita preeklamsi ringan sebanyak 4 dan preeklamsi berat sebanyak 68, usia 20-35 tahun menderita preeklamsi ringan sebanyak 11 dan preeklamsi berat sebanyak 59, dan usia > 35 tahun menderita preeklamsi ringan sebanyak 6 dan preeklamsi berat sebanyak 165. Setelah dilakukan pengolahan data menggunakan uji Kai Kuadrat (Chi Square Test) dengan tingkat keyakinan = 95%, , df = 2 sehingga didapatkan hasil 2 X tabel = 5,99 dan X2 hitung 12,020. Nilai X2 hitung > X2 tabel (12,020 > 5,991) maka Ho ditolak, jadi dapat disimpulkan bahwa
ada hubungan antara usia ibu saat bersalin dengan kejadian preeklamsi. Hal ini bisa dikatakan bahwapada usia >35 tahun menjadi faktor yang mempengaruhi terjadinya preeklamsi. Dilihat dari output crosstabulation dapat diketahui bahwa ibu bersalin dengan >35 tahun yang menderita preeklamsi dan hasil analisis koefisien kotingensi dari output symmetric measures dapat diketahui bahwa nilai koefisien kotingensi adalah 0,192. Karena nilai mendekati 0 maka berarti hubungan yang terjadi lemah. Hal ini dapat diartikan bahwa antara variabel usia ibu saat bersalin dengan kejadian preeklamsi memiliki hubungan yang lemah.
PEMBAHASAN Preeklamsia adalah sekumpulan gejala yang timbul pada wanita hamil, bersalin dan nifas yang terdiri dari hipertensi, edema dan proteinuria yang muncul pada kehamilan 20 minggu sampai akhir minggu pertama setelah persalinan (Sukarni dan Sudarti, 2014:35).
Penyebab preeklamsia sampai saat ini belum diketahui. Tetapi, lebih sering ditemukan pada primigravida, kehamilan kembar, mola hidatidosa, mempunyai riwayat preeklamsi/eklamsi dalam keluarga dan usia ibu. (Mose dan Irianti, 2015) Resiko melahirkan pada ibu dengan usia muda (kurang dari 20 tahun) biasanya 11
timbul karena mereka belum siap secara fisik maupun psikis. Secara fisik, organ reproduksi belum cukup matang untuk menanggung beban-beban kehamilan dimana alat-alat kandungan masih lemah. Dikarenakan alat-alat kandungan masih lemah, bisa dipastikan rahim belum mampu memberikan perlindungan atau kondisi yang maksimal untuk kehamilan. Sehingga bisa terjadi keracunan kehamilan/persalinan berupa preeklamsi yang memyebabkan spasme pembuluh darah sehingga tekanan darah meningkat. Wanita dengan usia diatas 35 tahun lebih mudah mengalami gangguan kehamilan, salah satunya adalah preeklamsi. Terjadi karena perubahan pada jaringan alat-alat kandungan dan jalan lahir tidak lentur lagi begitu juga dengan pembuluh darah, juga diakibatkan karena tekanan darah yang meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Setelah dilakukan penelitian pada tanggal 01-03 Agustus 2017 di Rumah Sakit Permata Bunda Purwodadi didapatkan hasil bahwa 313 responden ibu bersalin yang menderita preeklamsi pada usia < 20 tahun sebanyak 72 kasus (0,23%), usia 20 – 35 tahun 70 kasus (0,22%), dan usia > 35 tahun 171 kasus (0,55%) serta terdapat 2 jenis preeklamsi, yaitu preeklamsi ringan sebanyak 21 kasus (0,7%) dan preeklamsi berat 292 kasus (0,93%). Dapat dilihat bahwa usia < 20 tahun dan > 35 tahun menjadi usia ibu yang lebih banyak menderita preeklamsi dibandingkan dengan usia 20-35 tahun (usia fisiologis). Setelah dilakukan pengolahan data menggunakan uji Kai Kuadrat (Chi Square Test) dengan tingkat keyakinan = 95%, , df = 2 sehingga didapatkan hasil X2 tabel = 5,99 dan X2 hitung 12,020. Nilai X2 hitung > X2 tabel (12,020 > 5,991) maka Ho ditolak, jadi dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara usia ibu saat bersalin dengan kejadian preeklamsi. Hal ini bisa dikatakan bahwapada usia >35 tahun menjadi faktor yang mempengaruhi terjadinya preeklamsi. Dilihat dari output crosstabulation dapat diketahui bahwa ibu bersalin dengan >35 tahun yang menderita preeklamsi dan hasil analisis koefisien
kotingensi dari output symmetric measures dapat diketahui bahwa nilai koefisien kotingensi adalah 0,192. Karena nilai mendekati 0 maka berarti hubungan yang terjadi lemah. Hal ini dapat diartikan bahwa antara variabel usia ibu saat bersalin dengan kejadian preeklamsi memiliki hubungan yang lemah. Hubungan yang lemah dikarenakan menggunakanChi Square Test dengan yaitu (0,002<0,05) dan tidak menggunakan analisis peluang Odd Ratio dengan Confidence Interval sebesar 95% didapatkan hasil yaitu (0,192>0,05), ( Notoatmodjo, S., 2012) Hasil penelitian yang sama juga telah dilakukan oleh Hinda Novianti (2016), menggunakan uji Chi-square didapatkan nilai pearson chi-square 24,093 dan nilai p= 0,000> 0,05 dari hasil tersebut Ho ditolak dan Ha diterima maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara faktor usia dengan resiko terjadinya preekamsi. Sebanyak 34 ibu (73,9%) yang berusia kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun beresiko mengalami preeklamsi dibandingkan dengan 12 ibu (26,1%) dengan usia yang tidak beresiko mengalami preeklamsi. (Hinda Novianti 2016). Hasil penelitian yang dilakukan Tri Indah Idi Retnani (2014) dengan jumlah sampel 112 ibu bersalin yang terbanyak adalah umur <20 tahun dan >35 tahun (46,43%) berdasarkan hasil uji Chi Square dengan X2 hitung > X2 tabel (3,99 > 3,84) sehingga Ho ditolak (Retnani, T.I., 2014) Melihat masih tingginya kejadian preeklamsi pada persalinan, maka sangat diperlukan upaya untuk mecegah terjadinya preeklamsi yaitu melakukan perbaikan nutrisi (diet rendah garam, tinggi protein, tinggi karbohidrat, cukup vitamin dan rendah lemak), cukup istirahat, dan pengawasan antenatal. (Manuaba, 2010) Deteksi dini kejadian preeklamsi dapat dilakukan sejak kehamilan supaya ibu mengetahui tanda dan gejala serta komplikasi dari preeklamsi, dan mengerti betapa pentingnya pemeriksaan kehamilan sehingga dapat terdeteksi apabila terjadi preeklamsi pada kehamilan agar tidak berlanjut pada saat persalinan. 12
KESIMPULAN 1. Dari data yang didapatkan ibu bersalin dengan preeklamsi di Rumah Sakit Permata Bunda selama tahun 2016 adalah 313 dengan digolongkan menjadi 3 kategori usia yaitu usia <20 tahun sebanyak 72 (0,23%) kasus, usia 20-35 tahun sebanyak 70 (0,22%) kasus, dan usia >35 tahun sebanyak 171 (0,55%) kasus. 2. Dari 313 responden pada usia <20 tahun ibu saat bersalin menderita preeklamsi sebanyak 72 kasus (0,23%) dengan preeklamsi ringan 4(5,6%) dan preeklamsi berat 68(94,4%), usia 20-35 tahun sebanyak 70 kasus (0,22%) dengan preeklamsi ringan 11(15,7%) dan preeklamsi berat 59(84,3%), dan usia >35 tahun sebanyak 171 kasus (0,55%) dengan preeklamsi ringan 6
(3,5%) dan preeklamsi berat 165 (96,5%). 3. Hasil penelitian yang didapatkan dari uji Kai Kuadrat (Chi Square Test) adalah Ho ditolak karena nilai X2 hitung > X2 tabel (12,020 > 5,991), dan dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara usia ibu saat bersalin dengan kejadian preeklamsi. Penelitian lebih lanjut menggunakan uji Kai Kuadrat (Chi Square Test) yaitu analisis koefisien kotingensi untuk mengetahui seberapa erat hubungan yang terjadi didapatkan nilai koefisien kotingensi 0,192. Hal ini dapat diartikan bahwa antara variabel usia ibu saat bersalin dengan kejadian preeklamsi memiliki hubungan yang lemah.
DAFTAR PUSTAKA Ariani, A.P., 2014. Aplikasi Metodologi Penelitian Kebidanan dan Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta: Nuha Medika
Jenjang DIV STIKES ‘AISYIYAH. Yogyakarta Notoatmodjo, S., 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Asri, D. dan C.P. Clervo. 2012. Asuhan Persalinan Normal. Cetakan Kedua. Nuha Medika. Yogyakarta Baety, A.N., 2011. Biologi Reproduksi Kehamilan dan Persalinan. Edisi Pertama. Graha Ilmu. Yogyakarta
Novianti, H., 2016. Pengaruh Usia dan Paritas Terhadap Kejadian Pre Eklamsia. Fakultas Keperawatan dan Kebidanan Universitas Nahdlatul Ulama. Surabaya
Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, 2015. Obstetri Patologi: Ilmu Kesehatan Reproduksi. Edisi Ketiga. EGC. Jakarta
Prawiroharjo, S., 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Prawiroharjo, S., 2011. Ilmu Kandungan. Edisi Ketiga. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka
Hidayat, A.A., 2010. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika
Retnani, T.I., 2014. Hubungan antara Umur dan Paritas Ibu Bersalin dengan Kejadian Pre Eklamsia. Akademi Kebidanan Griya Husada. Surabaya
Meisita, E.R., 2014. Hubungan Usia dengan Kejadian Pre eklamsia Pada Ibu Bersalin. Program Studi Bidan Pendidik 13
Rohani, dkk 2011. Asuhan Kebidanan Pada Masa Persalinan. Edisi Pertama. Salemba Medika. Jakarta Rukiyah dan Yulianti, 2010. Asuhan Kebidanan 4 (Patologi). Jakarta. CV. Trans Info Media Sukarni I., dan Sudarti. 2014. Patologi: Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Neonatus Risiko Tinggi. Cetakan Pertama. Nuha Medika. Yogyakarta Sumarah, dkk 2009. Perawatan Ibu Bersalin (Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin). Cetakan Ketiga. Fitramaya. Yogyakarta
14