“STUDI PEMANFAATAN LIMBAH MARMER SEBAGAI AGREGAT KASAR

Download JURNAL TUGAS AKHIR. “STUDI PEMANFAATAN LIMBAH MARMER SEBAGAI AGREGAT. KASAR CAMPURAN ASPAL BERPORI”. Oleh : MUHAMMAD REZA HAMDANI. D111 1...

0 downloads 391 Views 745KB Size
JURNAL TUGAS AKHIR

“STUDI PEMANFAATAN LIMBAH MARMER SEBAGAI AGREGAT KASAR CAMPURAN ASPAL BERPORI”

Oleh :

MUHAMMAD REZA HAMDANI D111 10 002

JURUSAN SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2015

“STUDI PEMANFAATAN LIMBAH MARMER SEBAGAI AGREGAT

KASAR CAMPURAN ASPAL BERPORI” N. Ali 1 , M. Gani 2, M.R.Hamdani3

ABSTRAK : Dengan melihat peningkatan limbah yang dihasilkan oleh industri yang semakin hari semakin bertambah, maka dibutuhkan adanya inovasi untuk pemanfaatan limbah tersebut. Salah satu limbah yang selama ini masih belum dioptimalkan penggunaannya adalah limbah industri batu marmer yang berada di kab. Pangkep provinsi Sulawesi Selatan. Salah satu solusi untuk pemanfaatan limbah marmer tersebut ialah dapat digunakan sebagai agregat kasar dalam campuran aspal. Campuran aspal porus merupakan generasi baru dalam perkerasan lentur di Indonesia, yang membolehkan air meresap ke dalam lapisan atas (wearing course) baik secara vertikal maupun horizontal. Kondisi ini dimungkinkan, karena gradasi yang digunakan memiliki fraksi agregat kasar tidak kurang dari 85% dari volume campuran. Lapisan ini menggunakan gradasi terbuka (open graded) yang dihamparkan di atas lapisan aspal yang kedap air agar tidak terjadi rembesan ke pondasi jalan. Lapisan aspal porus ini secara efektif dapat memberikan tingkat keselamatan yang lebih, terutama di waktu hujan agar tidak terjadi aqua-planing sehingga menghasilkan kekesatan permukaan yang lebih kasar dan dapat mengurangi kebisingan (noise reduction). Beberapa negara telah menentukan standar untuk desain composisi agregat untuk gradasi terbuka dan salah satunya adalah Jepang. Permasalahannya adalah sejauh mana penggunaan gradasi terbuka versi Jepang ini dapat menunjang kinerja Aspal Poros dengan menggunakan bahan agregat kasar dari limbah marmer. Untuk menguji kinerja aspal poros tersebut, telah dilakukan penelitian di laboratorium dengan membuat benda uji menggunakan gradasi terbuka versi Jepang sebanyak 60 buah dengan 5 variasi kadar aspal. Dari hasil pengujian diperoleh karakteristik aspal poros dengan nilai cantabro loss berkisar 2,87% - 23,53%, porositas antara 15,11% - 17,18%, koefisien permeabilitas 0,14 cm/detik – 0,24cm/detik. Binder drain-down diperoleh antara 0,01% - 0,25% dan stabilitas marshall berkisar 504,35 kg – 798,00 kg. Dari hasil penelitian diperoleh KAO (kadar aspal optimum) 4,95 % (5%). Keywords: Aspal Poros, Jepang, Gradasi Terbuka, KAO, Aspal Minyak, limbah marmer

PENDAHULUAN Dengan melihat peningkatan limbah yang dihasilkan oleh industri yang semakin hari semakin bertambah, maka dibutuhkan adanya inovasi untuk pemanfaatan limbah tersebut. Salah satu limbah yang selama ini masih belum dioptimalkan penggunaannya adalah limbah industri batu marmer yang berada di kab. Pangkep provinsi Sulawesi Selatan. Selama ini, pemanfaatan limbah marmer hanya dijadikan sebatas timbunan pembangunan perumahan oleh masyarakat sekitar. Salah satu solusi untuk pemanfaatan limbah marmer tersebut ialah dapat digunakan sebagai agregat kasar dalam campuran aspal. Campuran aspal porus merupakan generasi baru dalam perkerasan lentur di Indonesia, yang membolehkan air meresap ke dalam lapisan atas (wearing course) baik secara vertikal maupun horizontal. Kondisi ini dimungkinkan, karena gradasi yang digunakan memiliki fraksi agregat kasar tidak kurang dari 85% dari volume campuran. Lapisan ini

menggunakan gradasi terbuka (open graded) yang dihamparkan di atas lapisan aspal yang kedap air agar tidak terjadi rembesan ke pondasi jalan. Lapisan aspal porus ini secara efektif dapat memberikan tingkat keselamatan yang lebih, terutama di waktu hujan agar tidak terjadi aqua-planing sehingga menghasilkan kekesatan permukaan yang lebih kasar dan dapat mengurangi kebisingan (noise reduction). (Media Teknik Sipil, Ary Setyawan & Sanusi). Aspal porus umumnya memiliki nilai stabilitas Marshall yang lebih rendah dari beton aspal yang menggunakan gradasi rapat, stabilitas Marshall akan meningkat bila gradasi terbuka yang digunakan lebih banyak fraksi halus (Cabrera & Hamzah, 1996). Aspal porus adalah campuran aspal dengan agregat tertentu yang didesain setelah dipadatkan mempunyai poripori udara berkisar 20 %. (Khalid & Jimenes, 1994). Pada penelitian sebelumnya dilakukan pengamatan oleh Setyawan (2005) terhadap nilai-nilai stabilitas (pada Marshall Test), kuat

1

Dosen, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Hasanuddin, Makassar 90245, INDONESIA Dosen, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Hasanuddin, Makassar 90245, INDONESIA 3 Mahasiswa, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Hasanuddin, Makassar 90245, INDONESIA 2

1

desak (pada Unconfined Compresive Test) dan nilai aus (pada Cantabrian Test) untuk beberapa gradasi. Dari hasil pengamatan tersebut diperoleh bahwa gradasi Jepang adalah gradasi terbaik dibandingkan dengan penggunaan gradasi-gradasi lainnya. Karakteristik aspal poros dengan menggunakan gradasi Jepang telah diuji sebelumnya dengan menggunakan liquid asbuton sebagai bahan pengikat. Dari hasil penelitian tersebut diperoleh porositas antara 12,59% - 18,51%, nilai binder drain down antara 0,03% - 0,10% dengan kehilangan berat 8,70% - 65,00%. (Waru T. & J Kresien., 2011) Berdasarkan hal tersebut, maka diusulkan penelitian untuk mengkaji aspal poros yang menggunakan aspal minyak sebagai bahan pengikat untuk lapisan permukaan jalan dengan menggunakan limbah pecahan batu marmer sebagai agregat kasar..

yang dicoba dan memerlukan jumlah briket keseluruhan 3 x 4 x 5 = 60 benda uji.

METODOLOGI

Tabel 2. Karakteristik bahan agregat halus

Metode eksperimen sungguhan (trueexperimental research) digunakan dalam penelitian ini dengan mengadakan kegiatan percobaan di laboratorium. Agregat kasar (batu pecah) diperoleh dari Limbah batuan Marmer yang berasal dari Kabupaten Pangkep Provinsi Sulawesi Selatan sedangkan Filler berupa abu batu, diperoleh dari stone crusher di Bili-Bili, milik PT. Cisco Sinar Jaya, sedangkan aspal diambil dari

Laboratorium Bidang Pengujian dan Pengembangan Teknologi Dinas Bina Marga Propinsi Sulawesi Selatan yang selanjutnya dilakukan observasi terhadap nilai-nilai karaktristik bahan di Laboratorium. Berikutnya dibuat benda uji dengan 5 variasi kadar aspal pengujian permeabilitas, marshall, cantabro loss dan binder drain-down. Setelah itu dilakukan pengujian untuk Kadar aspal optimum yang didapatkan. Bahan-bahan yang digunakan dalam campuran aspal porus terlebih dahulu diuji karakteristik dari masing-masing bahan baik agregat kasar (tabel 1), agregat halus (tabel 2) maupun pengujian terhadap aspal minyak (pen 60/70) dimana metode pengujian mengacu pada SNI (tabel 3) dan pengujian ini dilakukan di laboratorium. Tiap variasi kadar aspal dengan penambahan kadar sebesar 0.5% dimulai 4,0% - 6% sehingga ada 5 kadar aspal

Tabel 1. Karakteristik bahan agregat kasar Jenis Pengujian Berat Jenis Curah (Bulk) Berat Jenis SSD Berat Jenis Semu Penyerapan Air

Metode Pengujian SNI-031969-1990 SNI-031969-1990 SNI-031969-1990 SNI-031969-1990

Satuan

Syarat

-

≥ 2,5

-

≥ 2,5

-

≥ 2,5

%

≤ 3,0

Keausan SNI-03Agregat % 2417-1991 (Abration) Indeks RSNI T-01% Kepipihan 2005 Indeks RSNI T-01% Kelonjongan 2005 (sumber: Standar Nasional Indonesia)

≤ 40 ≤ 25 ≤ 25

Jenis Pengujian

Metode Pengujian

Satuan

Syarat

Berat Jenis Curah (Bulk)

SNI-031970-1990

-

≥ 2,5

Berat Jenis SSD

SNI-031970-1990

-

≥ 2,5

Berat Jenis Semu

SNI-031970-1990

-

≥ 2,5

Penyerapan Air

SNI-031970-1990

%

≤ 3,0

Sand Equivalent

SNI-034428-1997

%

≥ 50

(sumber: Standar Nasional Indonesia)

Tabel 3. Standar pengujian benda uji Jenis pengujian

Standar Pengujian

Binder drain-down Permeabilitas

AASHTO T305 Falling Head Permeability

Marshall

SNI-06-2489-1991

Cantabro loss ASTM C-131 (sumber: Hasil Perhitungan)

Penentuan Gradasi Campuran Penelitian ini mengacu pada standar gradasi Jepang dengan menggunakan bahan pengikat Aspal minyak dengan komposisi yang diperlihatkan tabel 8. 2

Tabel 8 Gradasi campuran

(sumber: Standar Nasional Indonesia)

Gradasi Campuran Ukuran Saringan Lolos (%) 19 mm 100,00 13,2 mm 65,20 9,5 mm 48,73 4,75 mm 17.03 2,36 mm 13,10 0,6 mm 7,02 0,3 mm 4,89 0,15 mm 3,49 0,075 mm 2,66 (sumber: Hasil Pengujian)

Tabel 6. Hasil pengujian sifat fisik agregat kasar (Batu pecah marmer 0,5:1) Jenis Pengujian

Sat.

Hasil

Spek.

%

0,52

≥ 2,5

Berat Jenis Curah (Bulk)

gr/cc

2,81

≥ 2,5

Berat Jenis SSD

gr/cc

2,83

≥ 2,5

Berat Jenis Semu Keausan Agregat (Abration)

gr/cc

2,85

≥ 2,5

%

25,70

≤ 40

Indeks Kepipihan

%

2,7

≤ 25

%

0

≤ 25

Penyerapan Air

Indeks Kelonjongan (sumber: Hasil Pengujian)

Tabel 7. Hasil pengujian sifat fisik Debu Batu Jenis Pengujian

Sat.

Hasil

Spek.

%

2,83

≤ 3,0

Berat Jenis Curah (Bulk)

gr/cc

2,52

≥ 2,5

Berat Jenis SSD

gr/cc

2,59

≥ 2,5

Berat Jenis Semu

gr/cc

2,71

≥ 2,5

%

51,77

≥ 50

Penyerapan Air

Gambar 1. Grafik Gradasi Gabungan HASIL DAN PEMBAHASAN

Sand Equivalent (S.E) (sumber: Hasil Pengujian)

Hasil Pengujian Sifat Fisik Agregat Hasil Pengujian Sifat Fisik Agregat kasar yang diambil dari kabupaten pangkep dan agregat halus dari Sungai Bili-Bili Kecamatan Parangloe hasil stone crusher PT. Cisco Sinar Jaya Propinsi Sulawasi Selatan diperlihatkan pada Tabel 5, 6 dan 7, Karakteristik agregat kasar dan karakteristik agregat halus telah memenuhi syarat spesifikasi untuk digunakan sebagai agregat campuran beraspal. Tabel 5. Hasil pengujian sifat fisik agregat kasar (Batu pecah marmer 1:2) Jenis Pengujian

Sat.

Hasil

Spek.

%

0,42

≤ 3,0

Berat Jenis Curah (Bulk)

gr/cc

2,80

≥ 2,5

Berat Jenis SSD

gr/cc

2,81

≥ 2,5

Berat Jenis Semu

gr/cc

2,83

≥ 2,5

Keausan Agregat (Abration)

%

25,70

≤ 40

Indeks Kepipihan

%

2,70

≤ 25

Indeks Kelonjongan

%

0

≤ 25

Penyerapan Air

Sifat Bahan Aspal Aspal Hasil pengujian sifat-sifat fisik Aspal diperlihatkan pada Tabel 9. Tabel 9. Karakteristik Aspal Minyak Pen. 60/70 Jenis Pengujian Penetrasi Sebelum Kehilangan Berat Penetrasi Setelah Kehilangan Berat

Sat. 0,1 mm 0,1 mm

Hasil 66,70

Spek 60-79

Titik Nyala

o

Titik Lembek

o

57,25

Min. 54 Min. 200 48-58

gr/cc

1,03

Min. 1

% berat

0,26

cm

150

Berat Jenis (25 C) Penurunan Berat Daktilitas (25 C, 5 cm/menit) (sumber: Hasil Pengujian)

C C

82,90 289,50

Max. 0,8 Min. 100

3

Pengujian Cantabro loss Gambar 2 menunjukkan bahwa dengan variasi kadar Aspal 4.0%, 4.5%, 5.0%, 5.5%, 6.0% menghasilkan nilai cantabro loss masing-masing 23,53%, 9,21%, 4,66%, 2,88%,2,87%.. Berdasarkan hasil analisis, Gambar 2 menunjukkan bahwa nilai cantabro loss semakin kecil seiring dengan penambahan kadar Aspal. Dengan melihat fenomena perilaku cantabro loss, menunjukkan daya ikat antar agregat dalam campuran semakin baik sehingga pemisahan antara agregat saat dilakukan pengujian cantabro loss dengan mesin Los Angeles semakin kecil. Pada Gambar 2 terlihat benda uji yang memenuhi spesifikasi nilai cantabro loss yang diisyaratkan terjadi mulai dari kadar aspal 4,5%.

Max. 15%

10%-25%

Gambar 3. Hubungan antara kadar Aspal dengan porositas Pengujian Permeabilitas Gambar 4 menunjukkan bahwa kadar variasi kadar Aspal 4.0%, 4.5%, 5.0%, 5.5%, dan 6.0%, menghasilkan nilai permeabilitas masing-masing 0.24 cm/dtk, 0.23 cm/dtk, 0.21 cm/dtk, 0.20 cm/dtk, dan 0.14 cm/dtk.

Berdasarkan hasil analisis Gambar 4 menunjukkan bahwa koefisien permeabilitas semakin menurun dengan semakin bertambahnya kadar aspal. Hal semakin banyaknya aspal yang menutupi rongga dalam campuran aspal poros, yang berakibat pada berkurangnya nilai koefisien permeabilitas atau kemampuan campuran untuk mengalirkan air dari permukaan aspal porus.

Gambar 2 Hubungan antara kadar aspal dengan cantabro loss Pengujian Porositas Gambar 3 menunjukkan bahwa variasi kadar Aspal 4.0%, 4.5%, 5.0%, 5.5%, dan 6.0% menghasilkan nilai porositas masing-masing 17.18%, 16.30%, 15.75%, 15.19%, dan 15.11% Pengujian ini dapat membuktikan seberapa porusnya campuran sehingga dapat mengalirkan air yang berada permukaan melewati rongga-rongga yang berada dalam lapisan aspal porus menuju ke saluran drainase baik secara horisontal maupun pengaliran secara vertikal. Gambar 3 nilai porositas menurun dengan meningkatnya kadar Aspal . Hal ini terjadi karena rongga-rongga dalam campuran akan diisi oleh aspal.

Min. 0.1 cm/det

Gambar 4. Hubungan antara kadar Aspal dengan permeabilitas Pengujian Binder Drain-Down Gambar 5 menunjukkan bahwa variasi kadar Aspal 4.0%, 4.5%, 5.0%, 5.5%, dan 6.0% menghasilkan nilai binder drain down masingmasing 0.01%, 0.07%, 0.13%, 0.20%, dan 0.25%

Berdasarkan hasil analisis Gambar 5 menunjukkan bahwa dengan bertambahnya 4

kadar aspal, nilai binder drain down yang terjadi juga semakin besar.

Max. 0.3%

Hubungan kadar aspal dengan Stabilitas Gambar 7 menunjukkan bahwa dengan variasi kadar aspal 4.0%, 4.5%, 5.0%, 5.5%, dan 6.0% menghasilkan nilai stabilitas masingmasing 504,35 kg, 509,76 kg, 798,00 kg, 589,75 kg, dan 517,40 kg. Berdasarkan hasil analisis, Gambar 7 menunjukkan bahwa nilai stabilitas meningkat dengan bertambahnya kadar Aspal dan kemudian kembali menurun setelah melewati kadar Aspal tertentu yang dapat diindikasikan sebagai kadar Aspal optimum campuran.

Gambar 5. Hubungan antara kadar Aspal dengan Binder Drain Down Pada Gambar 5 terlihat bahwa binder drain down terbesar terjadi pada kadar aspal 6% dengan persentase agregat yaitu 0.25%. Hasil ini menunjukkan bahwa hasil yang diperoleh sudah memenuhi spesifikasi binder drain down yang diisyaratkan yaitu maksimum 0.3% dari berat total campuran sebelum dipadatkan. Hubungan kadar Aspal Mineral Agregate (VMA)

dengan Void In

Gambar 6 menunjukkan menunjukkan bahwa dengan variasi kadar aspal 4.0%, 4.5%, 5.0%, 5.5%, dan 6.0% menghasilkan nilai VMA masing-masing 20.04%, 19.53%, 19.53%, 19,38%, 19.32%. Berdasarkan hasil analisis Gambar 6 menunjukkan bahwa nilai VMA meningkat dengan bertambahnya kadar aspal

Min. 15%

Min. 500 Kg

Gambar 7. Hubungan antara kadar Aspal dengan stabilitas Hubungan kadar aspal dengan flow Gambar 8 menunjukkan bahwa dengan variasi kadar Aspal 4.0%, 4.5%, 5.0%, 5.5%, dan 6.0% menghasilkan nilai flow masingmasing 2.57 mm, 2.61 mm, 2.63 mm, 2.72 mm, dan 4.00 mm Berdasarkan hasil analisis, Gambar 9 memperlihatkan bahwa nilai flow semakin meningkat dengan semakin bertambahnya kadar aspal, hal ini disebabkan oleh pengaruh dari aspal yang bersifat plastis. Flow yang diperoleh merupakan indikator terhadap lentur sehingga semakin besar nilai flow mengindikasikan bahwa campuran beraspal semakin lentur. Spesifikasi nilai flow (kelelehan plastis) suatu campuran yaitu 2 mm – 6 mm. Nilai flow yang diperoleh dari hasil penelitian di laboratorium sudah memenuhi spesifikasi untuk campuran aspal poros yaitu .

Gambar 6. Hubungan antara kadar Aspal dengan VMA 5

Kadar Aspal Optimum Penentuan Kadar aspal optimum ditentukan dari hubungan beberapa parameter pengujian mix desain aspal porus seperti yang terlihat pada Gambar 10. 2 mm – 6 mm

Gambar 8. Hubungan antara kadar Aspal dengan flow Hubungan kadar Aspal dengan marshall quotient Gambar 9 menunjukkan bahwa dengan variasi kadar Aspal 4.0%, 4.5%, 5.0%, 5.5%, dan 6.0% menghasilkan nilai marshall quotient masing-masing 197.22 kg/mm, 197.65 kg/mm, 308.04 kg/mm, 218.26 kg/mm, dan 132.12 kg/mm.

Dari hasil analisis Gambar 10 diperoleh kadar Aspal optimum yaitu pada persentase kadar Aspal 4,95%. Titik temu dari hubungan beberapa grafik parameter pengujian mix design diperoleh titik temu minimum dan maksimum yaitu 4,3% dan 5,6% dari titik temu ini kemudian diambil rata-rata dari nilai yang diperoleh yaitu 4,95%. Porositas (%) `

Marshal stability (kg) Cantabro (%) Flow (mm) Marshall quatient (kg/mm) Permeabilitas (cm/det) Drain Down (%)

4,95

4,3

Berdasarkan hasil analisis pada Gambar 10 diperoleh nilai marshall quotient yang semakin kecil dengan bertambahnya kadar aspal. Parameter marshall quotient (MQ) merupakan perbandingan antara stabilitas dengan flow. Nilai marshall quotient (MQ) merupakan indikator kelenturan campuran yang potensial terhadap keretakan.

Min. 200 kg/mm

Gambar 9. Hubungan antara kadar Aspal dengan Marshall Quotient

KADAR ASPAL (%)

4

4,5

KADAR ASPAL OPTIMUM =

5,6 5

4,3 + 5,60 2

5,5

=

6

4,95

%

Gambar 10 Kadar Aspal Optimum KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dari hasil analisa data yang diperoleh dalam penelitian ini, maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Setelah melakukan hasil pengujian karakteristik agregat, batu pecah limbah marmer memenuhi spesifikasi sebagai agregat kasar pengganti kerikil sesuai dengan standar Bina Marga 2. Aspal poros yang menggunakan gradasi terbuka versi Jepang dengan Aspal minyak sebagai bahan pengikat dapat memenuhi parameter spesifikasi untuk struktur perkerasan lentur dengan komposisi campuran aspal porus menggunakan gradasi design versi Jepang dengan komposisi batu pecah limbah marmer 1:2 70%, batu pecah limbah marmer 0,5:1 15%, debu batu 15% dan bahan pengikat aspal minyak penetrasi 60/70. 6

3. Dari hasil penelitian penggunaan aspal minyak sebagai bahan pengikat tersebut dapat dijadikan sebagai bahan pengikat aspal poros dengan nilai kadar Aspal optimum yaitu 4.95%. Adapun hasil pengujian dapat dilihat sebagai berikut :  Penambahan kadar aspal dalam campuran aspal poros diperoleh nilai cantabro loss yang semakin baik.  Penambahan kadar aspal dalam campuran aspal poros diperoleh nilai permeabilitas yang semakin menurun.  Penambahan kadar aspal dalam campuran aspal poros diperoleh nilai Binder Drain Down yang semakin meningkat.  Penambahan kadar aspal dalam campuran aspal poros diperoleh nilai porositas yang semakin menurun.  Penambahan kadar aspal dalam campuran aspal poros diperoleh nilai stabilitas maksimum pada kadar aspal 5% sebesar 798 kg.  Penambahan kadar aspal dalam campuran aspal poros diperoleh nilai flow yang semakin meningkat.

Saran –saran Berdasarkan hasil penelitian, diusulkan beberapa saran sebagai berikut : 1. Perlu dilakukan penelitian lebih spesifik terhadap karakteristik material batu pecah limbah marmer. 2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai aspal porus menggunakan Aspal Minyak dengan penggunaan batu pecah limbah marmer sebagai agregat kasar dalam campuran aspal porus. 3. Perlu dilakukan uji coba penggunaan aspal poros untuk ruas – ruas jalan di Indonesia khususnya pada daerah dengan curah hujan serta tingkat kecelakaan yang tinggi.

DAFTAR PUSTAKA 1. Ali, N. 2010. Kajian Pemanfaatan Liquid Asbuton Sebagai Bahan Pengikat Asphalt Porous pada Lapis Permukaan Jalan. 2. Ali, N. 2012. Kajian Eksperimental Aspal Berpori mmenggunakan Liquid Asbuton sebagai Bahan Pengikat Subtitusi pada Lapis Permukaan Jalan 3. Destisari, Yanti, 2013. Analisis Resapan Aspal Poros Yang Menggunakan Bahan Pengikat Aspal Minyak. Makassar : Skripsi Teknik Sipil - Universitas Hasanuddin. 4. Cabrera, J.G. & Hamzah., M.O, 1991, Aggregate Grading Design for Porous Asphalt, In Cabrera, JG. & Dixon, JR. (eds). Performance and Durability of Bitumenious Materials, Proceeding of Symposium, University of Leads., March 1994, London. 5. Cabrera. J.G. and Dixon. J.R. 1994. Performance and Durability of Bituminous Material. Proceeding of Symposium University of Leeds, London 6. Diana. I, W., Siswosoebrotho. B. I, Karsaman. R. B. Sifat-Sifat Teknik dan Permeabilitas pada Aspal Porus. Simposium III FSTPT, ISBN no. 97996241-0-X. 7. Diana, I. W. 2007. Engineering Properties and Permeability Performance of Porous Asphalt. Master Theses from JBPT ITB PP. 8. Jauhari, Sri Nurul, 2013. Karakteristik Marshall Test pada Campuran Aspal Berongga Menggunakan Batu Karang dan Buton Natural Asphalt (BNA). Makassar : Skripsi Teknik Sipil Universitas Hasanuddin. 9. Khalid, H. Perez Jimenez, F.K. 1994, Performance Assessment of Spanish and British Porous Asphalt, In Cabrera, JG. & Dixon, JR. (eds), Performance and Durability of Bitumenious

7

Materials, Proceding of Symposium, University of Leeds, London. 10. Kandhal. S, Pratiwi & Mallick. B, Rajib. 1998. Open Graded Asphalt Friction Course State Practice, Aubum University, Alabama, USA. 11. Nurazwar. Z, Setiawan. E, Setiawati, Y. 2001. Studi Perilaku Campuran Aspal Berpori Terhadap Proporsi Agregat Kasar. Jurnal Penelitian Media Teknik No. 4 Tahun XXIII edisi Nopember 2001. 12. Penuntun Praktikum edisi ketujuh. 2011. Laboratorium Rekayasa Transportasi Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin. 13. Sarwono. D, Wardhani. A. K. 2007. Pengukuran Sifat Permeabilitas Campuran Porous Asphalt. Jurnal penelitian Media Teknik Sipil, Edisi Juli:131-138. 14. Setyawan, A. 2005. Design and Properties of Hot Mixture Porous Asphalt for Semi Flexible Pavement Application. Jurnal Penelitian Media Teknik Sipil, Edisi Juli 2005, Surakarta. 15. Setyawan, A. 2005. Observasi Properties Aspal Porus Berbagai Gradasi dengan Material Lokal. Jurnal penelitian Media Teknik Sipil, 15-20. 16. Sukirman, S. 1999. Perkerasan Lentur Jalan raya. Bandung:Nova. 17. Sukirman, S. 2003. Beton Aspal Campuran Panas. Bandung:Granit. 18. Waru. T, Kresein. J. 2011. Kajian Eksperimental Pada Aspal Porus Yang Menggunakan Liquid Asbuton Sebagai Bahan Pengikat Dan Agregat Kasar Bergradasi Terbuka-Metode Jepang.

8