831 PENGHAMBATAN PERTUMBUHAN JAMUR

Download ekstrak daun kratom yang didapat yaitu sebanyak 47,30 gram. Aktivitas Anti Jamur atau Anti. Fungal Aktivity (AFA). Ekstrak Daun Kratom (Mit...

4 downloads 694 Views 466KB Size
JURNAL HUTAN LESTARI (2017) Vol. 5 (3) : 831 - 839

PENGHAMBATAN PERTUMBUHAN JAMUR Schizophyllum commune Fries OLEH EKSTRAK ETANOL DAUN KRATOM (Mitragyna speciosa Korth) (Inhibition of Fungal Growth Schizophillum commune Fries by Ethanol extract of leaves of Kratom (Mitragyna speciosa Korth)

Rabani, Farah Diba, Muflihati Fakultas Kehutanan Universitas Tanjungpura. Jln Imam Bonjol Pontianak, 78124 E-mail: [email protected]

Abstract The aim of this research is to evaluate the anti-fungal activity and the effective concentration of Kratom leaf extract in inhibiting the growth of fungus Schizophyllum commune Fries. Kratom leaf was extract with ethanol solution. The concentration of kratom leaf extract used for treatment is 0%, 2%, 4%, 6%, 8% and 10%. Toxicity test was done by food poisoning method on PDA media with Kratom leaf extract. Result of the research showed that Kratom leaf activity extract is categorized low for 2% concentration, medium for concentration 4% and 6%, strong for concentration 8%, and very strong for concentration 10%. Concentration 10% of Kratom leaf is a very strong anti-fungal activity that inhibits 85.50% growth of Schizophyllum commune fungus. However, the optimum concentration of Kratom leaf extract was achieved on concentration 8% which inhibiting the growth of Schizophyllum commune fungi by 76.03%. Keywords: anti-fungal, extract ethanol, Kratom leaf, Mytragina Speciosa Korth, Schizophyllum commune Fries. PENDAHULUAN Kayu kurang awet cenderung mudah rusak oleh faktor biologis kayu seperti cendawan, bakteri, serangga penggerek, rayap, semut dan kumbang (Nicholas, 1988), tetapi penyebab utama adalah cendawan (Campbell, 1985). Pengaruh serangan jamur tersebut secara mekanik akan menyebabkan penurunan kekuatan kayu karena komponen-komponen dinding sel yang menguatkan kayu telah dihancurkan. Salah satu jamur pelapuk kayu adalah Schizophyllum commune Fries. Jamur ini dikenal sebagai jamur pelapuk kayu yang ganas karena dapat menyerang kayu dan pada beberapa kasus dapat menyebabkan kehilangan berat kayu sampai 70% (Martawijaya 1965 dalam

Herliyana 1994).Pertumbuhannya relatif mudah dan cepat jamur pelapuk kayu merupakan golongan jamur yang dapat merombak selulosa dan lignin sehingga kayu menjadi lapuk dan menyebabkan kekuatan serat elastisitasnya turun dengan cepat (Nandika 1986). Upaya untuk memperpanjang umur pakai kayu terhadap serangan jamur pelapuk kayu,serta untuk memperlambat pertumbuhannya dapat dilakukan dengan pengawetan dengan memberikan biopestisida. Menurut Arif et al (2012) beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak bagian tanaman seperti dari kayu, kulit batang, daun, bunga, buah dan biji berpotensi mencegah pertumbuhan jamur dan serangga perusak kayu.Daun merupakan

831

JURNAL HUTAN LESTARI (2017) Vol. 5 (3) : 831 - 839

salah satu bagian tumbuhan yang berpotensi sebagai bahan yang dapat menghasilkan senyawa yang dapat berperan anti jamur Contohnya daun kemangi yang berperan sebagai antifungi dengan kandungan senyawa bioaktif berupa flavonoid dan saponin (Dharmagadda et al. 2005 dalam Sabrina dkk., 2014). Hasil penelitian yang konfrehensif pada genus Melaleuca telah banyak dilakukan seperti minyak atsiri dari daun M. alternifolia bersifat anti kanker , jamur dan mikroba (Kulkarni et al 2012). Salah satu tumbuhan yang berpotensi yaitu daun Kratom (Mytragina speciosa Korth) adalah tumbuhan yang digunakan dalam obat rakyat sebagai stimulan pada dosis rendah, dan pada dosis tinggi dapat memiliki efek sedatif (Drug Enforcement Administration, 2013). Senyawa bioaktif yang berperan sebagai anti jamur meliputi senyawa flavonoid, glikosida, stereoid, alkaloid dan terpenoid (Kurz dan Constabel 1998). Kharde dkk (2010) menyatakan senyawa yang berperan sebagai anti jamur berupa flavonoid, saponin. Daun kratom mengandung alkaloid, glikosida, terpenoid, flavonoid dan saponin. Kapp et al (2011) dalam Hidayati (2013) menyatakan alkaloid merupakan golongan senyawa utama yang terdapat di dalam daun kratom.Senyawa alkaloid memiliki bioaktivitas yang cukup besar dalam menghambat jamur Fusarium, C.cladosporium, S.commune dan P.funiculosum (Chaturvedi 2011). Oleh karena itu daun kratom Mytragina speciosa Korth memiliki potensi sebagai bahan pengawet kayu yang diharapkan mampu menghambat pertumbuhan jamur S.commune. Sejauh ini, daun kratom hanya sebatas pada pemanfaatan secara tradisional sebagai

obat rakyat yang belum diketahui aktivitas anti jamurnya. Oleh karena itu pada penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi daya anti jamur dan konsentrasi yang efektif dalam menghambat pertumbuhan jamur S. commune. Berdasarkan hal tersebut diperlukan bahan pengawet kayu alternatif yang aman dan ramah lingkungan sebagai bahan pengawet alami yang dapat digunakan sebagai pencegah serangan jamur S.commune terhadap kayu. METODE PENELITIAN Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Kayu Fakultas Kehutanan Universitas Tanjungpura Pontianak, dengan waktu penelitian ± 3 (tiga) bulan mulai dari persiapan, pengerjaan dan pengujian sampai pengolahan data. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu daun kratom (Mytragina speciosa Korth) yang diperoleh di daerah Putussibau, Kabupaten Kapuas Hulu. Kultur murni jamur Schizophyllum commune Fries yang diperoleh dari Laboratorium Teknologi Kayu Fakultas Kehutanan Universitas Tanjungpura Pontianak, PDA, alkohol, amoxicillin, aquades, etanol, kertas buram. Alat yang digunakan dalam penelitian adalah pisau, beaker glass, erlenmeyer, hotplate, magnetik strirrer, saringan, sprayer, autoklaf , lemari inkubasi, cawan Petri, jarum Ose, jarum suntik aluminium foil, bunsen, plastik wrap, jangka sorong , shaker, gelas ukur, timbangan analitik, masker, sarung tangan. Prosedur Penelitian : Persiapan bahan Daun kratom yang telah dikering udarakan di remas-remas sampai berbentuk keping-keping kecil. Kemudian daun dibuat serbuk dengan

832

JURNAL HUTAN LESTARI (2017) Vol. 5 (3) : 831 - 839

ukuran tertahan 60 mesh dan dihitung KA hingga mencapai 12-14%. Proses Ekstraksi daun kratom dengan metode Maserasi Proses ekstraksi dilakukan dengan metode maserasi (Harborne, 1987) yang telah dimodifikasi.Serbuk daun kratom di siap kan sebanyak 200 gram di larutkan dalam pelarut etanol 96% dengan perbandingan b/v=1:7. Kemudian bahan di shaker selama 48 jam (proses ekstraksi). Selanjutnya ekstrak disaring dan dipekatkan menggunakan rotary evaporator dan dikeringkan di atas water bath sehingga diperoleh ekstrak murni dari daun Kratom. Rendemen Daun Kratom (Mitragyna speciosa Korth) Perhitungan rendemen daun kratom dihitung dengan rumus Sunanto (2003) sebagai berikut: 𝐴 Rendemen (R) = 𝐵 𝑥 100% Dimana A = Berat ekstrak daun kratom dari hasil ekstraksi B = Berat serbuk daun kratom sebelum diekstrak Pengujian Aktivitas Anti Jamur Ekstrak Daun Kratom (Mitragyna speciosa Korth) Media PDA yang telah dicampur dengan ekstrak daun kratom sesuai dengan konsentrasi yang ditentukan ke dalam cawan petri steril. Konsentrasi ekstrak daun kratom yang diuji yaitu 0% ,2%, 4%, 6%, 8% dan 10%. Selanjutnya isolat jamur S. commune yang berumur 7 hari diambil dengan diameter 5 mm dan diletakkan di bagian tengah cawan petri. Kemudian media di simpan dalam inkubator selama 7 hari pada suhu ruangan. Pengamatan dilakukan terhadap pertumbuhan jamur dengan mengukur diameter koloni pada hari ke tujuh setelah diinokulasi

(Yoshimoto dan Syafii, 1993). Pengukuran aktivitas anti jamur dengan menggunakan rumus Mori, et al (1997) sebagai berikut : 𝐺𝐶−𝐺𝑇 AFA = 𝐺𝐶−𝐴 x100 % Keterangan : AFA = Aktivitas Anti Jamur GC =Pertumbuhan Miselium Kontrol (mm) GT = Pertumbuhan Miselium dalam Medium berekstrak (mm) A =Ukuran Miselium awal Inkubasi (mm) Rancangan Percobaan Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 6 taraf konsentrasi dan 5 kali ulangan. Dalam penelitian yang menjadi perlakuan adalah tingkat konsentrasi ektrak daun kratom (Mytragina speciosa Korth) yaitu A0=0% (Kontrol), A1=2%, A2=4%, A3=6%, A4=8%, dan A5=10%. HASIL DAN PEMBAHASAN Kadar Ekstraktif Daun Kratom (Mitragyna speciosa Korth) Hasil penelitian menunjukkan ekstrak daun Kratom dari hasil maserasi berwarna hijau pekat. Kadar ekstrak dari daun kratom (Mitragyna speciosa Korth) adalah 22,69% dengan jumlah ekstrak daun kratom yang didapat yaitu sebanyak 47,30 gram. Aktivitas Anti Jamur atau Anti Fungal Aktivity (AFA) Ekstrak Daun Kratom (Mitragyna speciosa Korth) memiliki daya hambat terhadap pertumbuhan jamur S. commune. Nilai aktivitas anti jamur ekstrak daun kratom berkisar pada 40,19% pada konsentrasi 2 % sampai 85,50% dengan konsentrasi 10%. Pada konsentrasi 10% memberikan penghambatan pertumbuhan sangat kuat pada jamur S.commune namun tidak bersifat mematikan jamur. Tingkat

833

JURNAL HUTAN LESTARI (2017) Vol. 5 (3) : 831 - 839

aktivitas penghambatan pertumbuhan

jamur disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Rerata Aktivitas Anti Jamur (AFA) Ekstrak daun Kratom Mitragyna speciosa Korth Terhadap Koloni Jamur Schizophyllum commune Fries (Anti-fungal activity (AFA) of extract ethanol Kratom leaf Mitragyna speciosa Korth against Schizophyllum commune Fries fungi) Konsentrasi (%) Rerata AFA (%) Tingkat Aktivitas 0 0 Tidak Aktif (-) 2 40,19 Sedang (++) 4 58,20 Kuat (+++) 6 68,46 Kuat (+++) 8 76,03 Sangat Kuat (++++) 10 85,50 Sangat Kuat (++++) Tabel 1 menunjukan seluruh perlakuan pada konsentrasi 8% dan 10% terkecuali kontrol yang memiliki nilai memberikan penghambatan AFA (Anti Fungal Activity) yang pertumbuhan sangat kuat pada jamur beragam. Perlakuan media PDA dengan S.commune. Semakin besar konsentrasi ekstrak daun Kratom (Mitragyna ekstrak daun Kratom (Mitragyna speciosa Korth) menunjukan speciosa Korth) rata-rata diameter pertumbuhan jamur yang lebih kecil pertumbuhan koloni jamur semakin daripada pertumbuhan jamur pada kecil. Pengaruh pemberian ekstrak daun kontrol. Konsentrasi 2% menunjukan kratom terhadap pertumbuhan jamur daya hambat jamur sedang, sedangkan S.commune berdasarkan taraf konsentrasi 4% dan 6% didapatkan nilai konsentrasi disajikan pada Gambar 1. penghambatan pertumbuhan kuat serta Rerata Penghambatan Pertumbuhan Jamur S.commune Fries (mm)

100 %

76,03

85,50

68,46

80 % 58,20 60 % 40,19 40 % 20 % 0% 0%

2%

4%

6%

8%

10%

Konsentrasi (%) Jamur Schizophyllum commune Fries Gambar 1. Rerata penghambatan pertumbuhan pada media PDA dengan konsentrasi ekstrak etanol Daun Kratom (Mitragyna speciosa Korth) (The average value of inhibition growth of Schizophyllum commune Fries fungi on medium PDA with extract ethanol of Kratom leaf Mitragyna speciosa Korth).

Mekanisme ekstrak daun Kratom (Mitragyna speciosa Korth) dalam menghambat pertumbuhan jamur masih

belum diketahui secara pasti. Namun demikian beberapa hasil penelitian sebelumnya telah menginformasikan

834

JURNAL HUTAN LESTARI (2017) Vol. 5 (3) : 831 - 839

bahwa senyawa antimikroba sebagai pengawet dapat bersifat fungistatik yaitu dapat menekan atau menghambat pertumbuhan jamur (Puspitasari & Nienabern,1992). Aktivitas suatu komponen bioaktif dapat dipengaruhi oleh kehadiran komponen lain yang bersifat sinergis, anti sinergis atau saling ketergantungan (Attaur 1991). Nicholas (1988), mengemukakan bahwa setiap spesies jamur mempunyai kerentanan yang berbeda terhadap senyawa anti jamur. Supriyati et al (1994), mengemukakan bahwa jamur C. versicolor dan S. commune memberi respon yang berbeda terhadap ekstrak daun Antiaris toxicaria dan Semecarpus heterophylla, dimana S. commune cenderung lebih tahan terhadap ekstrak kedua jenis tanaman ini. Hal ini dimungkinkan karena kandungan kimia yang tidak bersifat toksik terhadap jamur. Menurut Moklas et al (2008) ekstrak daun Kratom memiliki kandungan kimia berupa senyawa alkaloid, saponin, flavonoid, tritrpenoid, dan derivat glikosida. Komponen utama dari daun kratom adalah alkaloid indol. Senyawa alkaloid yang dimaksud adalah mitragynine, dan 7 hydroxymitragynine (Matsumoto et al,2004). Penghambatan pada pertumbuhan jamur S.commune dari masing-masing metabolit sekunder tersebut memiliki mekanisme aktivitas antifungi yang berbeda-beda. Flavonoid mampu berikatan dengan enzim ekstraseluler dan protein terlarut (Al-bayati et al 2008). Selain itu flavonoid juga dapat merusak membran sel jamur, rusaknya membran sel akan mempengaruhi proses pertumbuhan jamur karena membran sel merupakan tempat terjadinya beberapa reaksi enzimatis sel (Tsuchiya et al 1996).

Mekanisme aktivitas antifungi alkaloid yaitu dengan menyisip di antara dinding sel atau DNA kemudian mencegah replikasi DNA jamur sehingga pertumbuhan jamur akan terganggu (Atta-ur-Rahman dan Choudhary 1995 ).Berbeda dengan flavonoid, tanin dan alkaloid, mekanisme penghambatan terpenoid terhadap jamur disebabkan oleh perubahan permeabilitas membran. Gangguan permeabilitas tersebut disebabkan karena terpenoid dapat berperan sebagai pelarut yang mampu memasukkan metabolit sekunder lainnya ke dalam membran (Haraguchi et al 1999). Hal ini juga didukung beberapa penelitian sebelumnya yang telah menjelaskan kandungan ekstrak dari tumbuhan yang bersifat toksik untuk jamur (Ganjewala et al. 2013 dan Gupta et al. 2013). dilihat dari kategori nilai AFA yang sangat kuat terdapat pada konsentrasi 10% dengan persentase penghambatan pertumbuhan sebesar 85,50%. Namun jika dibandingkan dengan hasil penelitian (Hidayat, dkk 2012) senyawa karyofilena dari minyak daun dan bunga cengkeh dengan konsentrasi 25% memberikan daya hambat sebesar 11,33 mm (kuat) terhadap jamur Candida albicans, Nilai Bunuh Minimum (KBM) ekstrak rimpang temulawak (Curcuma xanthorriza) terhadap pertumbuhan jamur C.albicans sebesar 14%. Pada penelitian Kartika, et al (2003) bahwa resin damar mata kucing dari fraksi aseton dengan konsentrasi 10% dapat menghambat pertumbuhan jamur S. commune sebesar 39%. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan uji penghambatan pertumbuhan jamur ekstrak daun Kratom (Mitragyna speciosa Korth)

835

JURNAL HUTAN LESTARI (2017) Vol. 5 (3) : 831 - 839

terhadap jamur S.commune menunjukan konsentrasi 10% yang merupakan penghambat pertumbuhan jamur yang tertinggi dengan tingkat penghambatan sebesar 85,50%. Setelah dibandingkan dengan penelitian yang lain maka ekstrak daun Kratom (Mitragyna speciosa Korth) cukup potensial dijadikan sebagai bahan pengawet alami (biopestisida), kelebihan dari ekstrak daun Kratom (Mitragyna speciosa Korth) untuk dijadikan sebagai bahan pengawet adalah selain kandunganya yang bersifat toksik terhadap jamur, bahan bakunya mudah ditemukan dan banyak dibudidayakan. KESIMPULAN DAN SARAN Ekstrak daun kratom (Mytragina speciosa Korth) dapat menghambat pertumbuhan jamur Schizophyllum commune Fries. Konsentrasi ekstrak daun kratom sebesar 10% menghambat pertumbuhan jamur S. commune Fries dngan sangat kuat, namun tidak bersifat mematikan jamur. Konsentrasi optimal dari ekstrak etanol daun Kratom yang menghambat pertumbuhan jamur S.commune diperoleh pada konsentrasi 8% dengan tingkat aktivitas anti jamur sangat kuat. Hasil penelitian dapat dilanjutkan dengan uji aktivitas ekstrak daun kratom yang diujikan langsung ke kayu. Sebaiknya dilakukan penelitian lebih lanjut dengan metode ekstraksi atau bahan pelarut yang berbeda dan di uji ke organisme perusak kayu lainnya seperti rayap. DAFTAR PUSTAKA Adrian,peyne,2000. Analisa Ekstraktif Tumbuhan Sebagai Sumber Bahan Obat”. Pusat Penelitian. Universitas Negeri Andalas. Ahmad Akhibi MFB (2008) Isolation of major alkaloids from Mitragyna

speciosa (Kratom). Faculty of Applied Sciences. University Teknologi, Mara, Malaysia. Ahmad K, Aziz Z (2012) Mitragyna speciosa use in the northern states of Malaysia: a cross-sectional study. J Ethnopharmacol 141:446–450. Alexopoulos, CJ., C.W. Mims & M. Blackwell (1996), Introductory Mycology, John Wiley & Sons, Inc.,Canada. Al-bayati, F. A. Dan H. F. Al-Mola. 2008. Antibacterial and antifungal activities of different parts of Tribulus terrestris L. growing in Iraq. J Zhejiang Univ Sci B, Vol 9 (2) : 154- 159. Attaur-rahman A. 1991. Studies in Natural Products Chemestry. Elsevier. Tokyo. Atta-ur-Rahman, dan M.I. Choudhary. 1995. Diterpenoid and steroidal alkaloids. Nat. Prod. Rep., 12 : 361 - 379. Apryani E, Hidayat MT, Moklas MA, Fakurazi S, Idayu NF (2010) Effects of mitragynine from Mitragyna speciosa Korth leaves on working memory. J Ethnopharmacol 129:357–360. Assanangkornchai S, Muekthong A, Sam-Angsri N, Pattanasattayawong U (2007) The use of Mitragynine speciosa (“Krathom”), an addictive plant, in Thailand. Subst Use Misuse 42:2145–2157. Babu, K. M., Christopher, R., McCurdy, E. W., Boyer, 2008, Opioid Receptor and Lergal Highs: Salvia divinorum and Kratom, Clinical Toxicology 46, 146-152.

836

JURNAL HUTAN LESTARI (2017) Vol. 5 (3) : 831 - 839

Campbell, R. 1985. Plant Microbiology. Bristol: Edward Arnold. Chandel M, Sharma U, Kumar N, Singh B, Kaur S. 2012. Antioxidant activity and identification of bioactive compounds from leaves of Anthocephalus cadamba by ultraperformance liquid chromatography/ electrospray ionization quadropole time of flight mass spectrometry. APJTM :977-985. Chaturvedi D. 2011. Sesquiterpene : Structural Diversity and Their Biological Activities. Research Signpost. India. Dhingra, OD & Sinclair, JB, 1985, Basic Plant Pathology Methods, CRC Press, Florida. Drug Enforcement Administration, 2013, KRATOM (Mitragyna speciosa korth.) (Street Names: Thang, Kakuam, Thom, Ketum, Biak), Office of Diversion Control, Drug & Chemical Evaluation Section. Fitriyani I. 2010. Pengujian Ketahanan Alami Kayu Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) dan Sugi (Cryptomeria japonica (L. f) D. Don) terhadap Jamur Pelapuk Kayu Schizophyllum commune Fr. [Skripsi]. Bogor: Departemen Hasil Hutan. Fakultas Kehutanan IPB. Ganjewala D, Tomar N, Gupta AK. 2013. Phytochemical composition and antioxidant properties of methanol extracts of leaves and fruits of Neolamarckia cadamba (Roxb). TBAP 3(4):232-240. Gaspertz V.1991. Metode Perancangan Percobaan. Armico. Bandung. Gao H. 2007. Chemical analysis of extract from port-orford cedar [thesis]. Lousiana State: The

School of Renewable Natural Resources. Hassan Z, Muzaimi M, Navaratnam V, Yusoff NH, Suhaimi FW, Vadivelu R, Vicknasingam BK, Amato D, von Horsten S, Ismail NI, Jayabalan N, Hazim AI, Mansor SM, Muller CP (2013) From kratom to mitragynine and its derivatives: physiological and behavioural effects related to use, abuse, and addiction. Neurosci Biobehav Rev 37:138–151. Harborne,J.B.(1987). Metode Fitokimia: Penuntun cara modern menganalisis tumbuhan. (K.Pa mawinata, & I. Soediro, Trans.) Bandung: ITB. Haraguchi, H., S. Kataoka, S. Okamoto, M. Hanafi dan K. Shibata.m 1999. Antimicrobial triterpenes from Ilex integra and the mechanism of antifungal action. Phytotheraphy Research, Vol 13 (2) : 151 -156. Herliyana EN. 1994. Bioekologi Jamur Pelapuk Schizophyllum commune Fr. dan Siklus Pelapukannya. Bogor: Jurusan Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Hidayat U, Sudarmin dan Siadi K. 2012. Uji Aktivitas Senyawa Hasil Oksidasi Kariofilena Dengan KMnO4 Terhadap Candida albicans. Jurnal Kimia Un- Nes. 2 : 175-179. Hidayati,A. (2013) “Uji Efek Sedaktif Ekstrak n-Heksan dari Daun Kratom Daun (Mitragyna speciosa Korth) Pada Mencit Jantan BALB/c” Naskah Publikasi Skripsi.Program Studi Farmasi, Fakultas Kedokteran, Universitas Tanjungpura. Pontianak. Hutapea, J Freddy. 2013. Booklet FORPRO: Volume 2 Nomor 1.

837

JURNAL HUTAN LESTARI (2017) Vol. 5 (3) : 831 - 839

Pengembangan Produk HHBK Berbasis Tanaman Hutan (Mengenal Tanaman Kratom (Mitragyna Speciosa Korth). Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Pusat Penelitian dan Pengembangan Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan hasil Hutan. Bogor. Kapp, F. G., Hans, H. M., Volker, A., Martin, W., Maren, H. C., 2011, Intrahepattic Cholestatis Following Abuse of Powdered Kratom (Mitragyna spesiosa), J. Med.Toxicol,DOI 10.1007/s13181 011-0155-5. Kartika R, W Syafii, K Sofyan, M Hanafi. 2003. Aktivitas Anti Jamur Damar Mata Kucing. Jurnal Teknologi Hasil Hutan Vol. 16 No. 2 Fakultas Kehutanan. IPB. Bogor. Kharde, M. N., Wabale, A. S., Adhav, R. M., Jadhav, B. D., Wabale, A. M., dan Pandey, M. 2010. Effect of Plant Extracts on the Fungal Pathogen Causing Leaf Blight of Tomato in in. Kristanti AN, Aminah NS, Tanjung M, Kurniadi B. 2008. Buku Ajar Fitokimia. Surabaya (ID): Airlangga University Press. Kulkarni. A, Jan. N, Nimbarte. S. 2012. Monitoring of Antimicrobila Effect of GC-MSStandardized Melaleuca alternifolia Oil (tea tree oil) on multi resistant uropathogens.Journal of Pharmacy and Biological Sciences (IOSRJPBS) Volume 2, Issue 2 (JulyAgustus 2012), PP 06-14. Lestari SB, Pari G. 1990. Analisis kimia beberapa jenis kayu Indonesia. J Penel. Hasil Hutan 7: 96-100.

Matsumoto, K., Syunji, H., Hayato, I., Hiromitsu, T., Norio, A., Dhavadee, P., Kazuo, W., 2004, Antinociceptive effect of 7 hydroxymitragynine in mice: Discovery of an orally active opioid analgesic from the Thai medicinal herb Mitragyna speciosa, Jurnal, Life Sciences 74 (2004) 2143– 2155. Moklas, M. A. M., Nurul, R. A. R., taufik, H. M., Sharida, F., Farah, I. N., Zulkhaiti, A., Shamima, A. R., 2008, A Preliminary Toxicity Study of Mitragynine, An Alkaloid from Mitragyna spesiosa Korth. And its Effects on Locomotor Activity in Rats, Adv. In Med. Dent. Sci., 2(3): 56-60. Mori M, Aoyama, Dci, Kanetoshi, and Hayashi 1997. Antifungal Acitvity of Bark Extracts of Deciduous Trees. Holz als Roh Und Werkstoff. Nandika D. 1986. Kerusakan Kayu oleh Jasad Hidup Selain Rayap. Disampaikan pada Penataran Supervisor/Teknisi. Pest Control DKI Jakarta. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Nicholas D Darrel. 1988. Kemunduran (Deteriorasi) kayu dan Pencegahannya dengan Perlakuan-perlakuan Pengawetan. (terjemahan Yoedidbroto, H). Yogyakarta: Airlangga University press. Puspitasari & Nienabern NL. 1992. Selection of Natural Antioxidant from Efficacy of Plant Essential Oils as Antimicrobial Spices. Development of FoodScience and Agents againstListeria Monocytogenes in Technology. IPB Press : 806-813.

838

JURNAL HUTAN LESTARI (2017) Vol. 5 (3) : 831 - 839

Rajesh T, Roy AK, Erumalla VNR, Goli D, Basha SJ. 2014. Development and evaluation of antimicrobial ointment formulation containing extracts of Ocimum sanctum, Anthocephalus cadamba, Allium sativum and Origanum vulgare. WJPR 3(5): 398- 422. Ridayani ,Y. (2013). “Uji Efek Sedaktif Fraksi Etanol Daun (Mitragyna speciosa Korth) Pada Mencit Jantan BALB/c” Naskah Publikasi Skripsi. Program Studi Farmasi, Fakultas Kedokteran, Universitas Tanjungpura. Pontianak. Sabrina, T. I., Sudarno, dan Suprapto, H. 2014. Uji Aktivitas Antifungi Perasan Daun Kemangi (Ocimum sanctum Linn.) Terhadap Aspergillus terreus secara In Vitro. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. Vol. 6. No. 2. Hal. 176. Sari RK, Syafii W, Achmadi SS, Hanafi M. 2011. Aktivitas antioksidan dan toksisitas ekstrak etanol Surian (Toona sinensis). JITHH 4(2): 46-52. Scribd. 2011. Laporan Akhir Kopi. http://www.scribd.com. (17 Oktober 2013) . Supriyati D, Ernawati KS, dan Kartina. 1994. Pengujian In Vitro Ekstrak Daun Tanaman Beracun Terhadap Dua Jenis Jamur Perusak Kayu.

(Penyunting: AS Adhikerana, EB Waluyo dan H Yulistiyo). Proseding Seminar Hasil Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Hayati, Puslitbang Biologi-LIPI Bogor 14 Juni 1993. Bogor: Proyek Penelitian dan Penggembangan Sumber Daya Hayati Puslitbang Biologi-LIPI Syafii W, Sari RK, Maemunah S. 2014. Uji bioaktivitas zat ekstraktif pohon mindi (Melia azedarach Linn) dengan metode brine shrimp lethality test. Ilmu Teknol Kayu Tropis 12(1):48-55. Thompson A, Cooper J, Ingram I. 2006. Distribution of terpenes in heartwood and sapwood of loblolly pine. Forest Prod J 56(7/8):46-48. Tsuchiya, H., M. Sato, T. Miyazaki, S. Fujiwara, S. Tanigaki, M. Ohyama, T. Tanaka, I. Takase dan M. Linuma. 1 996. Comparative study on the antibacterial activity of phytochemical flavanones against methicillinresistant Staphylococcus aureus. J. Ethnopharmacol, 50 : 27-34. Yoshimoto, T. and W, Syafii. 1993. Extractive from some Tropical Hardwords and Their Influences On The Growth Of Wood Decaying Fungi. J. Tropical Agriculture, 4(2):31-35.

839