9 II. LANDASAN TEORI A. PENELITIAN TERDAHULU TABEL 5. PENELITIAN

Download sektor non pertanian serta variabel independen menggunakan investasi daerah sedangkan penelitian ini hanya menganalisis keputusan bekerja d...

0 downloads 358 Views 83KB Size
9

II.

LANDASAN TEORI

A. Penelitian Terdahulu Tabel 5. Penelitian Terdahulu yang Terkait No. 1.

Penulis Susilo (2012)

Judul Faktor Penentu Pilihan Bekerja antara Sektor Pertanian dan Non Pertanian di Jawa Timur

Persamaan Metode Analisis yang digunakan Binary logistic regression, Variabel independen meliputi umur, jenis kelamin, dan pendidikan.

2.

Khafidh dan Poerwono (2013)

Analisis FaktorFaktor Yang Mempengaruhi Keputusan Tenaga Kerja untuk Bekerja di Kegiatan Pertanian

3.

Afifah (2014)

Analisis FaktorFaktor yang Mempengaruhi Tenaga Kerja Untuk Tetap Bekerja di Sektor Pertanian (Studi Kasus Kec. Pujon, Kab. Malang)

Metode analisis yang digunakan Binary logistic regression,Variabel independen yang digunakan meliputi kepemilikan lahan umur, pendapatan, jenis kelamin, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan. Metode analisis yang digunakan Binary logistic regression,Variabel independen yang digunakan meliputi umur, pendapatan, waktu luang, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan.

Perbedaan Penelitian tersebut tidak hanya menganalisis keputusan bekerja di sektor pertanian tetapi juga di sektor non pertanian serta variabel independen menggunakan investasi daerah sedangkan penelitian ini hanya menganalisis keputusan bekerja di sektor pertanian serta tidak menggunakan variabel independen investasi daerah. Penelitian tersebut tidak menggunakan variabel waktu luang sebagai variabel independen sedangkan dalam penelitian ini menggunakan variabel waktu luang sebagai variabel independen.

Penelitian tersebut tidak menggunakan variabel kepemilikan lahan dan pengalaman sebagai variabel independen sedangkan penelitian ini menggunakan variabel tersebut.

Sumber : Data yang sudah diolah Berdasarkan Tabel 5 dapat dijelaskan sebagai berikut, Penelitian Susilo (2012) dengan judul “Faktor Penentu Pilihan Bekerja antara Sektor Pertanian dan Non Pertanian di Jawa Timur (Studi Mengenai Pengaruh Faktor Sosial Ekonomi dan Demografi)”. Tujuan dari penelitian ini untuk menganalisis 9

10

faktor penentu pilihan bekerja di sektor pertanian dan non pertanian di Jawa Timur. Veriabel dependen dalam penelitian ini mengenai pilihan lapangan pekerjaan sedangkan variabel independen yang digunakan meliputi umur, jenis kelamin, investasi daerah, dan pendidikan. Metode yang digunakan yaitu menggunakan Binary logistic regression. Penelitian ini memberikan kesimpulan bahwa variabel pendidikan, investasi daerah, umur, dan jenis kelamin berpengaruh terhadap keputusan individu menentukan lapangan pekerjaanya di sektor pertanian maupun non pertanian. Penelitian Afifah (2014) dengan judul “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tenaga Kerja untuk Tetap Bekerja di Sektor Pertanian (Studi Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang)”. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi tenaga kerja tetap bekerja di sektor pertanian di Kecamatan Pujon. Variabel dependen yang digunakan yaitu keputusan tenaga kerja tetap bekerja di sektor pertanian sedangkan variabel independen meliputi umur, pendapatan, waktu luang, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan. Metode yang digunakan dalam penelitian yaitu berupa analisis model regresi logit. Penelitian tersebut memperoleh hasil bahwa variabel waktu luang (leisure time) dan jumlah tanggungan adalah variabel yang signifikan. Variabel tingkat pendapatan, usia dan tingkat pendidikan tidak memiliki pengaruh yang signifikan. Variabel yang secara dominan mempengaruhi keputusan tenaga kerja untuk tetap bekerja di sektor pertanian adalah jumlah tanggungan. Khaafidh dan Poerwono (2013) dengan judul “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Tenaga Kerja untuk Bekerja di Kegiatan Pertanian (Studi Kasus Kabupaten Rembang)”. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan tenaga kerja bekerja di kegiatan pertanian. Variabel dependen yang digunakan yaitu keputusan tenaga kerja bekerja di sektor pertanian sedangkan variabel independen berupa kepemilikan lahan, pengalaman bertani, pendidikan, usia, pendapatan, jumlah tanggungan, dan jenis kelamin. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Binary logistic regression. Penelitian tersebut

11

memperoleh hasil bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan individu untuk bekerja pada kegiatan pertanian di antara lain : kepemilikan lahan, pengalaman bertani, pendidikan, usia dan dan pendapatan. Sedangkan jumlah tanggungan dan jenis kelamin tidak mempengaruhi keputusan individu untuk bekerja pada kegiatan pertanian. Secara bersama-sama variabel

kepemilikan

lahan,

pengalaman

bertani,

pendidikan,

usia,

pendapatan, jumlah tanggungan dan jenis kelamin mempengaruhi keputusan individu bekerja peda kegiatan pertanian. Persamaan ketiga penelitian tersebut dengan penelitian ini yaitu metode analisis data yang digunakan yaitu dengan menggunkan metode binary logistic regression dan beberapa variabel yang digunakan yaitu luas kepemilikan lahan, pendapatan, jumlah tanggungan, pengalaman bertani, usia, waktu luang, jenis kelamin dan pendidikan sedangkan perbedaan ketiga penelitian tersebut dengan penelitian ini yaitu pemilihan variabel penelitian seperti investasi daerah dalam keputusan pemilihan pekerjaan sedangkan dalam penelitian ini tidak menggunakan variabel investasi daerah sebagai variabel independen. B. Tinjauan Pustaka 1. Teori Keputusan Teori keputusan adalah suatu pendekatan analitik untuk memilih alternatif terbaik dari suatu keputusan. Teori keputusan bertujuan untuk memberikan alat bagi manajemen dalam rangka proses pengambilan keputusan. Oleh karenanya, teori keputusan dapat diterapkan dalam berbagai masalah (Harjanto, 2009). Teori keputusan adalah teori mengenai cara manusia memilih pilihan diantara beberapa pilihan yang tersedia secara acak guna mencapai tujuan yang hendak diraih (Hansson, 2005). Teori keputusan dibagi menjadi dua, yaitu:(1) teori keputusan normatif yaitu teori tentang bagaimana keputusan seharusnya dibuat berdasarkan prinsip rasionalitas, dan (2) teori keputusan deskriptif yaitu teori tentang bagaimana keputusan secara faktual dibuat.

12

Proses pengambilan keputusan tidak terjadi begitu saja melainkan melalui beberapa proses. Adapun proses pembuatan keputusan terbagi menjadi tiga tahap antara lain : proses mengusulkan prinsip dasar bagi pengambilan keputusan, proses mengeliminasi pilihan-pilihan yang tersedia menjadi pilihan yang paling memungkinkan, serta proses pemilihan pilihan dan mengimplementasikan pilihan (Hansson, 2005). Menurut Harjanto (2009) pada saat pengambilan keputusan, secara tipikal terdapat tiga kondisi yang dihadapi pengambil keputusan yang diklasifikasikan berdasarkan tingkat kepastian dari hasil (payoff, outcome) yang akan terjadi. Tiga jenis kondisi itu adalah : a. Ketidakpastian – mengacu kepada situasi dimana terdapat lebih dari satu hasil yang mungkin terjadi dari suatu keputusan, dan probabilitas setiap kemungkinan tidak diketahui. b. Berisiko – mengacu kepada situasi dimana terdapat lebih dari satu hasil yang mungkin terjadi dari suatu keputusan, dan probabilitas setiap hasil diketahui atau dapat diperkirakan oleh pengambil keputusan. c. Kepastian – mengacu kepada situasi dimana hanya ada satu hasil yang mungkin terjadi dari suatu keputusan dan hasil ini diketahui secara tepat oleh pengambil keputusan. 2. Teori Pilihan Rasional Salah satu asumsi yang digunakan dalam teori keputusan adalah adanya prinsip rasionalitas dalam perilaku individu. Individu dianggap sebagai pelaku yang rasional yaitu berperilaku yang memaksimalkan manfaat dan meminimalisir biaya yang dikeluarkan. Teori pilihan rasional memiliki beberapa asumsi mengenai preferensi individu dalam mengambil keputusan yang antara lain (Nicholson, 2005) : a. Completeness Jika terdapat dua pilihan ( a dan b) maka individu selalu dapat menyatakan dengan jelas pilihanya dari tiga kemungkinan yang mungkin terjadi: (1) a lebih disukai daripada b,(2) b lebih disukai daripada a, atau (3) a dan b sama-sama menarik.

13

individu diasumsikan tidak mengganti pilihan karena bimbang akan pilihanya. Individu secara sepenuhnya mengerti dan selalu dapat menyatakan dengan jelas pilihan yang disukai dari dua pilihan yang ada. Asumsi ini mencegah kemungkinan dimana individu menyatakan bahwa a lebih disukai daripada b dan b lebih disukai daripada a pada waktu yang bersamaan. b. Transitivity Jika pilihan daripada

1

lebih disukai daripada

3, maka

1

2

dan pilihan

lebih disukai daripada

3.

2

lebih disukai

Asumsi ini menyatakan

bahwa individu konsisten terhadap pilihan mereka, sehingga preferensi yang dinyatakan oleh individu tidak saling bertentangan satu sama lain. c. Continuity Jika individu menyatakan a lebih disukai daripada b, maka situasi yang mendekati a harus juga disukai daripada b. Mallarangeng dalam Yustika (2002) Teori pilihan rasionalitas beranjak dari asumsi maksimalisasi kegunaan, utility maximization. Tiang masyarakat adalah individu, pelaku rasional yang selalu bertindak untuk mencapai kepentingannya sendiri. Di pasar kaum pengusaha bertindak untuk memaksimalkan keuntungan mereka, di area politik para politisi dan birokrat bertindak semata-mata untuk memperbesar kekuasaan yang mereka miliki Proses dalam menentukan pilihan, individu akan memilih dari beberapa alternatif pilihan yang mampu memberikan manfaat paling maksimal bagi dirinya. Teori pilihan rasional menjelaskan bahwa individu merupakan pelaku ekonomi yang akan bersikap netral dan rasional dalam menerima resiko. Maka dari itu individu akan mempertimbangkan pilihan berdasarkan untung-rugi yang diperoleh dengan mempertimbangkan manfaat dan biaya dalam pengambilan keputusannya (Becker, 1986). 3. Anomali Pilihan Individu Kritik yang disampaikan H.A. Simon dalam Khafid (2013) terhadap teori pilihan rasional, menurutnya bahwa individu berperilaku sebagai

14

orang yang memaksimalkan utilitas bukan orang yang mengoptimalkan utilitas. Hal ini berarti individu akan membuat suatu pilihan yang mampu memuaskan utilitas, meski bukan merupakan pilihan yang memaksimalkan utilitasnya. Namun pada kenyataanya individu seringkali berperilaku menyimpang dari prinsip rasionalitas yang ada. Akibatnya individu tak selalu melakukan tindakan yang memaksimalkan utilitas. Hal tersebut dapat dipengaruhi oleh lingkungan eksternal. Dengan begitu pilihan individu menjadi terbatas dapat juga disebut sebagai rasionalitas terbatas (bounded rationality). Williamson dalam Yustika (2008) merujuk pengertian dari rasionalitas terbatas sebagai “tingkat dan batas kesanggupan individu untuk menerima, menyimpan, mencari kembali dan memproses informasi tanpa kesalahan. Individu selalu dianggap sebagai pelaku yang rasional dalam setiap analisis ekonomi. Namun pada kenyataanya individu justru berperilaku menyimpang dari prinsip rasionalitas yang ada. Penyimpangan perilaku individu tersebut bukan dianggap sebagai tindakan tidak rasional tetapi dianggap sebagai anomali perilaku individu dari prinsip rasionalitas (Becker, 1986). 4. Tenaga Kerja Pengertian tenaga kerja merupakan penduduk dalam usia kerja (berusia 15-64 tahun) atau jumlah seluruh penduduk dalam suatu negara yang dapat memproduksi barang dan jasa jika ada permintaan terhadap tenaga mereka, dan jika mereka mau berpartisipasi dalam aktivitaas tersebut (Mulyadi, 2003). Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, yang disebut sebagai tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan/ atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun masyarakat. Dumairy (1996) mendefinisikan tenaga kerja adalah penduduk yang berusia dalam batas usia kerja.

15

Sitanggang dan Nachrowi (2004) memberikan ciri-ciri tenaga kerja yang antara lain : a. Tenaga kerja umumnya tersedia di pasar tenaga kerja dan biasanya siap untuk digunakan dalam suatu proses produksi barang dan jasa. Kemudian perusahaan atau penerima tenaga kerja meminta tenaga kerja dari pasar tenaga kerja. Apabila tenaga kerja tersebut telah bekerja, maka mereka akan menerima imbalan berupa upah atau gaji. b. Tenaga kerja yang terampil merupakan potensi sumber daya manusia (SDM) yang sangat dibutuhkan pada setiap perusahaan untuk mencapai tujuan. Jumlah penduduk dan angkatan kerja yang besar di satu sisi merupakan potensi SDM yang dapat diandalkan, tetapi disisi lain juga merupakan masalah besar yang berdampak pada berbagai sektor. Tenaga kerja (manpower) terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Angkatan kerja (labor force) terdiri dari : golongan yang bekerja dan golongan yang mencari pekerjaan atau menganggur. Sedangkan kelompok yang bukan angkatan kerja terdiri dari : golongan yang bersekolah, golongan yang mengurus rumah tangga dan golongan lain-lain atau penerima pendapatan. Ketiga kelompok bukan angkatan kerja sewaktu-waktu dapat menawarkan jasanya untuk bekerja sehingga kelompok ini dinamakan potensial labor force (Simanjuntak, 1985). Angkatan Kerja

Golongan Bekerja

Golongan Menganggur

Gambar 1. Bagan Ketenagakerjaan BPS mendefinisikan orang yang telah bekerja sebagai orang yang bekerja untuk memperoleh gaji/upah, atau membantu orang lain untuk mendapatkan keuntungan sekurang-kurangnya satu jam pada hari seminggu sebelum survei, atau orang yang memiliki pekerjaan namun

16

sementara tidak bekerja untuk beberapa alasan selama seminggu yang lalu. Status pekerja terdiri dari berusaha sendiri tanpa bantuan orang lain, berusaha sendiri dibantu oleh anggota keluarga/ karyawan sementara, pengusaha dengan pekerja tetap, karyawan, pekerja tidak dibayar, pekerja bebas di pertanian, dan pekerja bebas di non pertanian. Penelitian ini, petani merupakan golongan angkatan kerja yang bekerja sebagai setengah pengangguran. Petani dikatakan setengah penganguran karena merupakan tenaga kerja yang bekerja kurang dari 35 jam selama seminggu. 5. Kesempatan Kerja Kesempatan kerja adalah banyaknya orang yang dapat tertampung untuk

bekerja

pada

suatu

perusahaan

atau

suatu

instansi

(Disnakertrans, 2002). Kesempatan kerja ini akan menampung semua tenaga kerja yang tersedia apabila lapangan pekerjaan yang tersedia mencukupi atau seimbang dengan banyaknya tenaga kerja yang tersedia. Kebijaksanaan negara dalam kesempatan kerja meliputi upaya-upaya untuk mendorong pertumbuhan dan perluasan lapangan kerja di setiap daerah serta, per kembangan jumlah dan. kualitas angkatan kerja yang tersedia agar dapat memanfaaatkan seluruh potensi pembangunan di daerah masing-masing. Jumlah penduduk Indonesia yang merupakan angkatan kerja dengan jumlah yang cukup besar, namun sebagian berada di pedesaan dengan ciriciri tingkat pendidikan rendah, ketrampilan rendah dan mobilitas antar sektor dan regional juga rendaah. Sektor pertanian merupakan daya serap tenaga kerja yang cukup tinggi. Namun, secara relatif menurun daya serapnya. Sementara pertumbuhan penduduk dengan pesat sehingga terjadilah kelebihan tenaga kerja (Tri Cahyono, 1983). Kesempatan kerja dan jumlah serta kualitas orang yang digunakan dalam

pekerjaan

mempunyai

fungsi

yang

menentukan

dalam

pembangunan. Ini bukan hanya karena tenaga kerja merupakan pelaksana pembangunan, akan tetapi juga karena pekerjaan merupakan sumber

17

pendapatan utama bagi masyarakat. Oleh karenanya perluasan kesempatan kerja harus dijadikan strategi pokok dalam pembangunan (Suroto,1992). Partisipasi angkatan kerja pedesaan baik di farm dan off farm kegiatan pertanian adalah dianggap sangat penting bagi pembangunan pedesaan. Faktor yang berasal dari manusia dan non-manusia dieksplorasi untuk menentukan penawaran tenaga kerja. Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dalam menentukan pasokan tenaga kerja pedesaan (Faridi dan Basit, 2011). Pengembangan kesempatan kerja dari sektor pertanian ke sektor non pertanian adalah merupakan suatu proses berkembangnya angkatan kerja di sektor pertanian yang umumnya terdapat di pedesaan ke arah sektor lain di daerah pedesaan itu sendiri atau di daerah perkotaan. Pengembangan sebagai suatu usaha yang dilakukan secara sadar dan tidak terlepas dari kondisi dan situasi kependudukan serta daya dukung wilayah yang ada. Oleh karena itu dalam menganalisa proses terjadinya perkembangan itu perlu ditelaah terlebih dahulu bekerjanya beberapa variabel kependudukan dalam kaitannya dengan pengembangan sumberdaya manusia sebagai unsur pokok pengembangan kesempatan kerja (Tri Cahyono,1983). Pertumbuhan ekonomi modern yang terjadi, perlu untuk merelokasi sumber daya dalam menanggapi perubahan kondisi tersebut. Bagaimana memahami dan keakuratan memahami perubahan dikaitkan dengan kemampuan alokatif. Kemampuan ini tidak hanya terbatas pada manajer dalam perusahaan tetapi tenaga kerja sendiri yang merelokasi waktu mereka untuk menanggapi perubahan nilai pekerjaan yang ada (Huffman, 2004). Dari tahun ke tahun kesempatan kerja di sektor pertanian semakin kecil, hal ini antara lain disebabkan oleh adanya kompetisi dalam penggunaan lahan, dari lahan pertanian ke non pertanian akibat dari laju pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi, kebutuhan perumahan dan perkantoran serta keperluan pembangunan lainnya. Jika laju pertumbuhan penduduk yang terus meningkat tidak diikuti dengan pertambahan luas

18

lahan maka tekanan penduduk terhadap lahan semakin besar. Sebagai akibatnya rata-rata kepemilikan lahan menjadi semakin sempit dan jumlah petani gurem menjadi semakin banyak. Sebagai akibat lanjutan banyak anggota rumah tangga tani yang mencari pekerjaan diluar sektor pertanian walaupun

mereka

tetap

masih

mengerjakan

usahataninya

(Suratiyah, 2001). 6. Kegiatan Pertanian Sebagian orang mengatakan pertanian sebagai kegiatan manusia dalam membuka lahan dan menanaminya dengan berbagai jenis tanamantanaman semusim maupun tanaman tahunan, tanaman pangan maupun tanaman non pangan, serta digunakan untuk memelihara ternak maupun ikan (Suratiyah, 2015). Menurut Mubyarto (1989) membagi definisi pertanian kedalam dua pengertian yaitu kegiatan pertanian dalam arti luas dan kegiatan pertanian dalam arti sempit. Pertanian dalam arti luas, kegiatan pertanian mencakup: a. Pertanian rakyat (atau disebut sebagai pertanian dalam arti sempit) b. Perkebunan (termasuk didalamnya perkebunan rakyat dan perkebunan besar) c. Kehutanan d. Peternakan e. Perikanan (termasuk perikanan darat dan perikanan laut) Sedangkan pertanian dalam arti sempit diartikan sebagai pertanian rakyat yaitu usaha pertanian keluarga dimana produksinya berupa bahan makanan utama seperti : beras, palawija (jagung, kacang-kacangan serta umbi-umbian) dan tanaman-tanaman holtikultura (sayur dan buahbuahan). Menurut Sensus Pertanian pengertian kegiatan pertanian adalah kegiatan yang menghasilkan produk pertanian dengan tujuan sebagian atau seluruh hasil produksi dijual/ditukar atas risiko usaha (bukan buruh tani atau pekerja keluarga). Dengan demikian, maka yang dimaksud dengan mengelola usaha pertanian dengan menerima upah adalah “benar-benar

19

mengelola usaha pertanian” (semacam manajer), meskipun menerima upah. 7. Kegiatan Non Pertanian Lanjouw dalam Davis (2003) Kegiatan ekonomi non-pertanian atau Rural Non-Farm Economy Activities (RNFE) memiliki pengertian yaitu segala aktivitas yang memberikan pendapatan (termasuk pendapatan barang) yang bukan merupakan kegiatan pertanian (semua kegiatan produksi makanan primer, bunga, dan serat meliputi proses tanam, ternak, hortikultura, kehutanan, dan perikanan) dan berlokasi di wilayah pedesaan. Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia, mengklasifikasikan sektor non-pertanian sebagai sektor yang terdiri atas (1) sektor pertambangan dan penggalian, (2) industri pengolahan, (3) sektor listrik, air, dan gas, (4) bangunan, (5) perdagangan, hotel, dan restoran, (6) pengangkutan dan telekomunikasi, (7) keuangan, dan (8) jasa-jasa. Dasawarsa belakangan ini, diskusi mengenai RNFE menjadi topik utama dalam diskusi tentang perekonomian desa. Hal ini tidak terlepas dari perkembangan RNFE yang sangat cepat. 8. Produktivitas Kerja Secara umum, produktivitas diartikan sebagai pengaruh antara hasil nyata maupun fisik (barang-barang dan jasa) dengan masukan yang sebenarnya. Produktivitas adalah ukuran efisiensi produktif Suatu perbandingan antara hasil keluaran dan masukan atau output : input. Masukan sering dibatasi dengan masukan tenaga kerja, sedangkan keluaran diukur dalam kesatuan fisik bentuk dan nilai. Produktivitas juga diartikan sebagai tingkat efisiensi dalam memproduksi barang-barang atau jasa-jasa (Sinungan, 2005). Hasil konferensi Oslo dalam Sinungan (2005), secara umum produktivitas yaitu suatu konsep yang bersifat universal bertujuan menyediakan lebih banyak barang dan jasa untuk lebih banyak manusia, dengan

menggunakan

sumber-sumber

riil

yang

makin

sedikit.

Produktivitas merupakan suatu pendekatan untuk menentukan tujuan yang

20

efektif, pembuatan rencana, aplikasi penggunaan cara yang produktivitas untuk menggunakan sumber-sumber secara efisien, dan tetap menjaga adanya

kualitas

yang

tinggi.

Produktivitas

mengikutsertakan

pendayagunaan secara terpadu sumber daya manusia dan keterampilan, barang modal teknologi, manajemen, informasi, energi, dan sumbersumber lain menuju kepada pengembangan dan peningkatan standar hidup. Blocker, et al (2007) menjelaskan bahwa ukuran produktivitas bisa dilihat dengan dua cara yaitu produktivitas operasional dan produktivitas finansial. Produktivitas adalah rasio output terhadap unit input. Baik pembilang maupun penyebutnya merupakan ukuran fisik (dalam unit). Produktivitas finansial juga merupakan rasio output terhadap input tetapi angka pembilang atau penyebutnya dalam satuan mata uang (rupiah). 9. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Bekerja dikegiatan Pertanian Keputusan individu untuk bekerja ditentukan oleh motivasi individu itu sendiri, motivasi individu untuk berpartisipasi dalam sektor yang diinginkan diklasifikasikan dalam dua tipe. Tipe pertama demand-pull motivation yang merupakan motivasi untuk mendifersifikasi pekerjaaan, berkaitan denga upah dan perbedaan resiko dari masing-masing pekerjaan. Sedangkan tipe kedua adalah distress-push motivation yaitu motivasi yang berkaitan dengan ketidakcukupan pendapatan yang diterima dan ketiadaan peluang untuk kelancaran konsumsi dan produksi, seperti kredit dan asuransi (Davis, 2003). Kemampuan untuk berpartisipasi dalam kegiatan pertanian terkait dengan akses individu atau rumah tangga terhadap aktivitas tersebut. Sehingga antara satu individu dengan individu lainnya tidak sama. Dalam menentukan jenis pekerjaan, seorang individu disektor pertanian dipengaruhi oleh beberapa faktor yang antara lain : tingkat upah riil, luas tanah garapan, pendapatan diluar sektor pertanian, status garapan, faktor kelembagaan

hubungan

(Sumaryanto, 1990).

kerja

dan

kondisi

agroekosistem

21

Menurut Susilo (2012) faktor penentu pilihan individu untuk bekerja baik disektor pertanian maupun non pertanian terdiri dari: pendidikan yang telah ditempuh oleh individu, investasi daerah, usia individu, dan jenis kelamin individu tersebut. Sedangkan menurut Khafid (2013) menunjukan faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan individu untuk bekerja pada kegiatan pertanian di antara lain : kepemilikan lahan, pengalaman bertani, pendidikan, usia dan dan pendapatan. Sedangkan jumlah tanggungan dan jenis kelamin tidak mempengaruhi keputusan individu untuk bekerja pada kegiatan pertanian. Afifah (2014) dalam penelitiannya bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi tenaga kerja bekerja di sektor pertanian meliputi waktu luang, jumlah tanggungan, pendapatan, tingkat pendidikan dan usia. variabel waktu luang (leisure time) dan jumlah tanggungan adalah variabel yang signifikan mempengaruhi keputusan tenaga kerja untuk tetap bekerja di sektor pertanian. Waktu luang (leisure time) berpengaruh secara positif terhadap keputusan tenaga kerja bekerja di sektor pertanian. Sedangkan banyaknya jumlah tanggungan berpengaruh secara negatif terhadap keputusan tenaga kerja bekerja di sektor pertanian. Meningkatnya jumlah tanggungan akan meningkatkan jumlah pengeluaran untuk kebutuhan yang harus dipenuhi. Variabel tingkat pendapatan, usia dan tingkat pendidikan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap keputusan tenaga kerja untuk tetap bekerja di sektor pertanian. Adapun Variabel yang secara dominan mempengaruhi keputusan tenaga kerja untuk tetap bekerja di sektor pertanian adalah jumlah tanggungan. Jika semakin banyak jumlah orang yang menjadi tanggungan, maka jumlah kebutuhan yang harus dipenuhi juga menjadi semakin banyak. Sehingga pengeluaran yang harus ditanggung juga lebih besar. Pertumbuhan ekonomi modern yang terjadi, perlu untuk merelokasi sumber daya dalam menanggapi perubahan kondisi tersebut. Bagaimana memahami dan keakuratan memahami perubahan dikaitkan dengan kemampuan alokatif. Kemampuan ini tidak hanya terbatas pada manajer dalam perusahaan tetapi tenaga kerja sendiri yang

22

merelokasi waktu mereka untuk menanggapi perubahan nilai pekerjaan yang ada. C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah Individu yang bersifat rasional pasti akan memilih dan membutuhkan pekerjaan dimana pekerjaan tersebut memberikan manfaat terutama materiil (upah/gaji) yang paling tinggi. Seperti yang diungkapkan Simanjuntak (1985) bahwa upah yang tinggi akan menarik tingkat partisipasi kerja. Pekerjaan dengan upah tinggi biasanya di sektor non pertanian. Pertumbuhan yang tinggi di sektor non pertanian di Kabupaten Sukoharjo, tidak mendorong tenaga kerja di Kecamatan Weru untuk pindah bekerja di wilayah tersebut. Tuntutan yang tinggi untuk bekerja disektor non pertanian seperti pendidikan dengan lulusan tinggi, kualitas sumber daya manusia yang baik serta modal yang besar menjadi kendala utama dalam memilih pekerjaan tersebut. Oleh karena itu, tenaga kerja di Kecamatan Weru cenderung untuk memilih tetap tinggal di wilayahnya dan memilih bekerja di sektor pertanian sebagai pekerjaan utamanya. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi sektor pertanian paling tinggi dalam pembangunan ekonomi di wilayah tersebut. Dari data Kecamatan Weru dalam Angka 2015 bahwa sektor pertanian menyumbang sebesar 49,53% pendapatan asli daerah sedangkan sisanya disektor lain. Keputusan untuk memilih bekerja di sektor pertanian dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya yaitu faktor luas kepemilikan lahan individu yang memiliki lahan akan mengusahakan lahannya untuk memperoleh pendapatan. Tuntutan pendidikan yang tinggi di sektor non pertanian menjadi kendala untuk bekerja di sektor tersebut dan cenderung lebih memilih di sektor pertanian yang tidak menuntut pendidikan dalam pekerjaannya. Usia dan pengalaman merupakan variabel yang saling terkait semakin tinggi usia semakin banyak pula pengalaman yang dimiliki. Kebanyakan tenaga kerja sektor pertanian yaitu usia lanjut dan sudah memiliki pengalaman yang banyak. Jumlah tanggungan, banyak sedikitnya jumlah tanggungan mempengaruhi individu untuk memilih pekerjaan dimana pekerjaan tersebut mampu mencukupi kebutuhan jumlah tanggunannya. Waktu luang, banyak

23

sedikitnya waktu luang yang dimiliki berpengaruh terhadap jumlah pendapatan yang diperoleh individu dengan waktu luang yang sedikit pendapatan yang dimiliki juga semakin banyak jika upah/gaji dihitung dari jam/harinya. Pendapatan, apabila suatu sektor memberikan pendapatan yang tinggi individu pasti akan memilih pekerjaan dengan pendapatan yang tinggi pula. Jenis kelamin, pekerjaan yang membatasi jenis kelamin dalam pilihan pekerjaannya akan mempengaruhi individu untuk mempertimbangkan pilihannya untuk bekerja. Keputusan pilihan pekerjaan individu untuk bekerja pada sektor pertanian di Kecamatan Weru, Kabupaten Sukoharjo tidak terlepas dari hubungan faktor-faktor sosial ekonomi yang mempengaruhinya. Keterkaitan antara faktor-faktor tersebut dengan sebuah keputusan dapat dianalisis menggunakan Binary Logistic Regression. Tujuan analisis ini adalah memproyeksikan besar variabel terkait (dependent) yang berupa variabel binary dengan menggunakan data variabel bebas (independent) yang telah diketahui kriterianya. Adapun kerangka berpikir pendekatan masalah dalam penelitian ini dapat digambarkan dalam diagram alir yang ada pada gambar 2. Luas Kepemilikan Lahan (X1)

Usia (X2) Pendapatan (X3)

(X1) (X1)

)

Jumlah Tanggungan (X4)

Pengalaman (X5) Waktu Luang (X6)

Keputusan Pekerjaan Individu

Sektor Pertanian

Sektor non Pertanian

Pendidikan (D1)

Jenis Kelamin (D2)

Gambar 2. Kerangka Berpikir Pendekatan Masalah

Kondisi Ketenagakerjaan : – Jumlah Tenaga Kerja -Curahan Waktu -Produktivitas Tenaga Kerja

24

D. Hipotesis Berdasarkan uraian latar belakang dan hasil penelitian terdahulu serta didukung oleh penjabaran tinjauan pustaka maka : 1. Diduga bahwa luas kepemilikan lahan (X1), usia (X2), pendapatan (X3), jumlah tanggungan (X4), pengalaman (X5), waktu luang (X6), pendidikan (D1), jenis kelamin (D2), berpengaruh signifikan terhadap keputusan individu untuk bekerja pada sektor pertanian. 2. Diduga bahwa luas kepemilikan lahan (X1) merupakan faktor yang paling dominan dan berpengaruh signifikan terhadap keputusan individu untuk bekerja di sektor pertanian. E. Pembatasan Masalah Pembatasan masalah dalam penelitian ini yaitu : 1. Tenaga kerja sektor pertanian yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu petani pemilik penggarap dan buruh tani. 2. Tenaga kerja sektor non pertanian dianalisis sebagai bahan perbandingan penunjang pembahasan dalam penelitian ini dan sebagai kriteria dalam metode analisis data yang digunakan yaitu regresi logistik biner. 3. Tenaga kerja sektor non pertanian yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu buruh industri, buruh bangunan, pedagang, PNS, TNI/POLRI. 4. Komoditas pertanian yang diusahakan oleh tenaga kerja di sektor pertanian yaitu komoditas padi. 5. Tenaga kerja sektor pertanian dianalisis sebagai kajian utama. F. Definisi Operasional dan Konsep Pengukuran Variabel 1. Tenaga kerja di sektor pertanian adalah setiap orang laki-laki atau wanita yang sedang melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang atau jasa yang secara nyata memberikan kontribusi pada sektor pertanian. Tenaga kerja sektor pertanian yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu petani pemilik penggarap dan buruh tani. Petani pemilik penggarap merupakan petani yang memiliki lahan sendiri dan mengolah lahannya sendiri.

25

Sedangkan buruh tani yaitu pekerja yang mengolah lahan milik orang lain untuk mendapatkan upah. Satuan yang digunakan adalah orang 2. Tenaga kerja di sektor non pertanian adalah setiap orang yang sedang melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan jasa di sektor non pertanian. Tenaga kerja sektor non pertanian yang dimaksud buruh industri, buruh bangunan, pedagang, PNS, TNI/POLRI. Satuan yang digunakan adalah orang. 3. Keputusan pilihan pekerjaan individu (Y) adalah kemauan dan niatan responden untuk memilih bidang pekerjaan. Keputusan pilihan pekerjaan individu (Y) dalam penelitian ini terbagi menjadi dua kategori yaitu: Y = 1, apabila responden bekerja di sektor pertanian dan Y = 0, apabila responden bekerja di sektor non pertanian 4. Kegiatan pertanian adalah kegiatan manusia yang dilakukan di bidang pertanian seperti membuka lahan, menanaminya dengan berbagai jenis tanaman tahunan, tanaman pangan maupun tanaman non pangan serta kegiatan memelihara ternak maupun ikan, dan kegiatan lain yang berhubungan di sektor pertanian seperti toko pertanian yang menjual sarana produksi pertanian, usaha penggilingan padi, dan lain-lain 5. Kegiatan non pertanian adalah segala aktivitas yang memberikan pendapatan (termasuk pendapatan barang) yang bukan merupakan kegiatan pertanian seperti usaha di sektor pertambangan, industri, listrik, gas dan air, sektor konstruksi/bangunan, sektor perdagangan, sektor angkutan, pergudangan dan komunikasi, sektor keuangan, asuransi, usaha persewaan

bangunan,

tanah

dan

jasa

perusahaan,

sektor

jasa

kemasyarakatan, sosial dan perorangan. Kegiatan non pertanian yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu kegiatan di sektor industri, bangunan, perdagangan, dan jasa (PNS, TNI/POLRI). 6. Luas kepemilikan lahan (X1) merupakan luas lahan pertanian yang dimiliki oleh responden, baik lahan sawah, ladang, kebun maupun tambak. Variabel ini berupa data metrik. Oleh karena itu, variabel ini dinyatakan dalam satuan luas (Ha).

26

7. Usia (X2), Variabel ini adalah variabel yang mencerminkan umur responden. Variabel ini dinyatakan dalam satuan tahun . 8. Pendapatan (X3), responden sektor pertanian pendapatan diperoleh dari selisih total penerimaan dengan biaya yang dikeluarkan untuk usahatani dengan rumus sebagai berikut: Y = TR – TC Keterangan : Y

= Pendapatan usahatani (Rp)

TR

= Total penerimaan (Rp)

TC

= Total biaya yang dikeluarkan untuk usahatani (Rp)

Pendapatan dinyatakan dalam Rupiah/bulan. Adapun pendapatan di sektor non pertanian merupakan nilai masukan yang diterima responden dari pekerjaannya yang dinyatakan dalam satuan Rupiah/bulan. 9. Jumlah tanggungan (X4), merupakan jumlah anggota keluarga/rumah tangga responden yang masih menjadi tanggungan (belum dan ataupun tidak bekerja). Variabel ini dinyatakan dengan satuan orang. 10. Pengalaman (X5), merupakan pengalaman dalam bidang pertanian yang dimiliki oleh responden (angkatan kerja yang telah bekerja), variabel ini dihitung berdasarkan satuan tahun. 11. Waktu luang (X6), merupakan waktu yang memberikan peluang untuk individu tidak terikat dalam suatu pekerjaan, waktu tersebut berada diluar kegiatan rutin sehari-hari sehingga dapat dimanfaatkan secara positif guna meningkatkan produktifitas hidup yang efektif. Variabel ini dinyatakan dengan satuan jam/hari. 12. Pendidikan (D1) variabel ini merupakan variabel yang bersifat kategori. Variabel pendidikan yaitu pendidikan formal terakhir yang telah ditempuh oleh responden (angkatan kerja yang telah bekerja). Variabel ini terdiri dari 5 kategori, dimana: 0 = Tidak Sekolah 1 = Tamat SD 2 = SMP

27

3 = SMA 4 = Perguruan Tinggi 13. Jenis Kelamin (D2), variabel ini berupa variabel kategori yang merupakan jenis kelamin responden. Variabel jenis kelamin terdiri dari dua kategori yaitu : 1 = apabila responden berjenis kelamin laki-laki dan 0 = apabila respnden berjenis kelamin perempuan 14. Kondisi ketenagakerjaan merupakan keadaan ketenagakerjaan yang meliputi: a. Jumlah tenaga kerja merupakan banyaknya tenaga kerja yang bekerja baik di sektor pertanian maupun non pertanian dinyatakan dalam satuan orang. b. Curahan waktu tenaga kerja, merupakan jumlah waktu yang dialokasikan untuk melakukan serangkaian kegiatan yang bisa dilakukan di dalam dan luar rumah tangga dengan satuan yang digunakan jam/hari. c. Produktivitas tenaga kerja, merupakan ukuran efisiensi produktif suatu perbandingan antara hasil keluaran dan masukan dengan satuan Rp/jam.