BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu Penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Haris Hidayat (2014), “Analisis Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Investasi, dan IPM terhadap ketimpangan pembangunan antar daerah di provinsi jawa tengah”. Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh bukti empiris mengenai Ketimpangan pembangunan di Provinsi Jawa Tengah tahun 2005-2012, pengaruh pertumbuhan ekonomi, investai, IPM di Provinsi Jawa Tengah tahun 20052012. Model alat analisis yang di pergunakan indeks bonet. Penelitian yang dilakukan oleh Nurhada, Muluk dan Prasetyo (2013) “Analisis Ketimpangan Pembangunan (Studi di Provinsi Jawa timur Tahun 2005-2011)”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui berapa besar ketimpangan yang terjadi di Provinsi Jawa Timur. Selain itu juga apakah hipotesis Kuznets berlaku di wilayah ini dan bagaimanakah pengaruh variabel Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Alokasi Umum (DAU), dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) terhadap ketimpangan pembangunan. Dari analisis tersebut menghasilkan nilai ketimpangan yang tergolong rendah, dikarenakan nilai indeks wiliamson yang mendekati 0. Selain itu, hipotesis 38 Kuznets juga berlaku di Provinsi ini. Dari empat variabel di atas, PAD dan IPM berpengaruh negatif terhadap ketimpangan pembangunan. Sedangkan untuk x PDRB dan DAU tidak diketahui pengaruhnya dikarenakan tidak memenuhi syarat dalam uji asumsi Klasik.
8
9
Penelitian yang dilakukan oleh Ketut Wahyu Dhyatmika Dan Hastarini Dwi Amanti (2013) “Analisis Ketimpangan Pembangunan Provinsi Banten Pasca Pemekaran” penelitian ini bertujuan untuk menganalisi seberapa besar ketimpangan pembangunan pasca pemekaran wilayah di provinsi banten. Penelitian
ini
bertujuan
untuk
menganalisis
besarnya
ketimpangan
pembangunan yang terjadi di Provinsi Banten setelah pemekaran wilayah, mengklasifikasikan Kabupaten/Kota berdasarkan tipologi Klassen, menganalisis pengaruh penanaman modal asing, pengeluaran pemerintah, dan tingkat pengangguran, ketimpangan pembangunan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat ketimpangan dalam pembangunan Provinsi Banten cenderung meningkat. Berdasarkan tipologi Klassen, Kota tangerang dan Kota cilegon adalah kelompok daerah maju dan cepat tumbuh, klasifikasi berikutnya Kabupaten Tangerang adalah kelompok daerah berkembang cepat sedangkan untuk Kabupaten Padeglang, Lebak dan Serang adalah daerah tertinggal. B. Landasan Teori a. Teori Ketimpangan pembangunan Ketimpangan pembangunan adalah perbedaan pendapatan yang dihasilkan masyarakat sehingga terjadi perbedaan pendapatan yang mencolok dalam masyarakat (Todaro, 2004). Dengan kata lain ketimpangan pembangunan adalah perbedaan jumlah pendapatan yang diterima masyarakat sehingga mengakibatkan perbedaan pendapatan yang lebih besar antar golongan dalam masyarakat tersebut. Akibatnya yang kaya akan semakin kaya dan yang miskin akan semakin miskin.
10
Ketimpangan wilayah adalah kondisi suatu daerah yang disebabkan oleh perbedaan kandungan sumber daya alam dan perbedaan kondisi demografi yang terdapat pada masing masing wilayah. Perbedaan kandungan sumber daya alam pada masing-masing daerah sangat mempengaruhi kegiatan produksi pada daerah bersangkutan. Pada akhirnya kegiatan produksi ini akan mendorong pertumbuhan ekonomi daerah yang lebih cepat pada daerah yang mempunyai kandungan sumber daya alam yang tinggi dibandingkan dengan daerah dengan sumber daya alam yang lebih rendah (Sjafrizal, 2008). Cara yang di gunakan untuk mengukur ketimpangan pembangunan yakni: Indeks
Williamson
Digunakan
untuk
mengukur
ketimpangan
pembangunan:
Keterangan: IW
= Indeks Williamson
Yi
= PDRB per kapita kabupaten/kota di Jawa tengah
Y
= PDRB per kapita Provinsi Jawa tengah
Fi
= Jumlah Penduduk kabupaten/kota di Provinsi Jawa tengah
n
= Jumlah penduduk Provinsi Jawa Tengah
Sumber : (Sjafrizal, 2008)
11
Angka indeks ketimpangan williamson yang semakin kecil atau mendekati nol menunjukkan ketimpangan yang semakin kecil
atau
pembangunan antar wilayah semakin merata dan bila semakin jauh dari titik nol (mendekati satu) menunjukkan ketimpangan yang semakin melebar (syafrizal, 2008). b. Teori Pertumbuhan Ekonomi Kegiatan perekonomian yang sebenarnya pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan fisikal barang dan jasa yang berlaku di suatu negara, seperti pertambahan dan jumlah produksi barang industri, perkembangan infrastruksur, pertambahan jumlah sekolah, pertambahan produksi sektor jasa dan pertambahan produksi barang modal. Tetapi dengan menggunakan berbagai jenis data produksi adalah sangat sukar untuk memberi gambaran tentang pertumbuhan ekonomi yang dicapai. Oleh sebab itu untuk memberikan suatu gambaran kasar mengenai pertumbuhan ekonomi yang dicapai suatu negara, ukuran yang selalu digunakan adalah tingkat pendapatan nasional riil yang dicapai (Sukirno, 2010). Pandangan ahli-ahli ekonomi Klasik ada empat faktor
yang
mempengaruhi pertumbuhan ekonomi, yaitu: jumlah penduduk, jumlah stok barang-barang modal, luas tanah dan kekayaan alam, serta teknologi yang digunakan. Walaupun menyadari bahwa pertumbuhan ekonomi tergantung pada banyak faktor, ahli-ahli ekonomi Klasik terutama menitikberatkan perhatiannya kepada pengaruh pertambahan penduduk kepada pertumbuhan ekonomi (Sukirno, 2010).
12
1. Teori Adam Smith Adam Smith mengemukakan doktrinnya (dalam Boediono, 1985) tentang sistem bebas berusaha, dimana campur tangan pemerintah adalah minimal, menurut kaum Klasik, bisa menjamin tercapainya: a. Tingkat kegiatan ekonomi nasional yang optimal. b. Alokasi sumber-sumber alam dan faktor-faktor produksi lain diantara berbagai macam kegiatan ekonomi secara efisien. 2. Teori Harrod Domar Teori ini dikembangkan oleh Roy F. Harrod (1948) di Inggris dan Evsey D. Domar (1957) di Amerika Serikat. Teori ini melengkapi teori yang telah dikemukakan terlebih dahulu oleh Keynes, dimana Keynes melihatnya dalam jangka pendek (kondisi statis) sedangkan Harrod- Domar melihatnya dalam jangka panjang (kondisi dinamis). Teori Harrod-Domar didasarkan pada asumsi: 1. perekonomian bersifat tertutup, 2. hasrat menabung (MPS = s) adalah konstan, 3. proses produksi memiliki koefisien yang tetap (constant return scale), serta tingkat pertumbuhan angkatan kerja (n) adalah konstan dan sama dengan tingkat pertumbuhan penduduk (Jhingan, 2010). c. Hubungan Pertumbuhan ekonomi dengan ketimpangan pembangunan Pertumbuhan ekonomi baik secara langsung maupun tidak langsung akan berpengaruh terhadap masalah ketimpangan regional. Ketimpangan dalam pembagian pendapatan adalah ketimpangan dalam perkembangan ekonomi antara berbagai daerah pada suatu wilayah yang akan menyebabkan pula ketimpangan tingkat pendapatan perkapita antar daerah (Kuncoro, 2004).
13
Ketimpangan pada negara sedang berkembang relatif lebih tinggi karena pada waktu proses pembangunan baru dimulai, kesempatan dan peluang pembangunan yangada umumnya dimanfaatkan oleh daerah-daerah yang kondisi
pembangunannya
sudah
lebih baik
sedangkan daerah
yang
masihterbelakang tidak mampu memanfaatkan peluang ini karena keterbatasan prasarana dansarana serta rendahnya kualitas sumberdaya manusia. Oleh sebab itulah, pertumbuhan ekonomi cenderung lebih cepat didaerah dengan kondisi yang lebih baik, sedangkan daerah yang terbelakang tidak banyak berkembang. (Sjafrizal, 2008).
d. Teori Pengangguran Pengangguran adalah seseorang yang sudah di golongkan dalam angkatan kerja, yang secara aktif sedang mencari pekerjaan pada suatu tingkat upah tertentu, tetapi tidak dapat memperoleh pekerjaan yang di inginkan (Sukirno, 2006). Jenis-jenis pengangguran dapat digolongkan sebagai berikut (Sukirno, 2010): 1. Berdasarkan sumber atau penyebabnya 2. Berdasarkan ciri cirinya.
14
Pengangguran ditinjau dari sumbernya dapat digolongkan menjadi: Pengangguran Normal Pengangguran normal adalah pengangguran yang disebabkan oleh keinginan pekerja-pekerja untuk mencari kerja yang lebih baik atau yang lebih baik atau sesuai dengan target yang di inginkan. Pengangguran Siklikal, Pengangguran siklikal adalah pengangguran yang disebabkan oleh perubahan naik turunnya kehidupan perekonomian/siklus ekonomi. Pengangguran Struktural Pengangguran struktural adalah pengangguran yang disebabkan oleh perubahan struktur ekonomi dan corak ekonomi dalam jangka panjang. e. Hubungan Pengangguran dengan Ketimpangan Pembangunan Faktor-faktor yang mempengaruhi ketimpangan pembangunan antar wilayah adalah perbedaan kondisi demografis. Demografis tiap daerah memilki perbedaan tingkat pertumbuhan dan struktur kependudukan, perbedaan tingkat pendidikan dan kesehatan, dan perbedaan kondisi ketenagakerjaan termasuk tingkat pengangguran. Daerah dengan kondisi demografisnya baik akan mempunyai produktivitas kerja yang lebih tinggi sehingga akan mendorong peningkatan investasi ke daerah yang bersangkutan (Sjafrizal, 2012).
15
Kondisi demografis yang baik cenderung dapat meningkatkan produktivitas kerja, sehingga dapat meningkatkan kualitas pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Tingkat pengangguran yang cukup tinggi nantinya dapat berpengaruh terhadap tingkat produktivitas suatu wilayah, sehingga dapat menyebabkan produktivitas di suatu wilayah tidak optimal dan pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah tersebut tertinggal dengan wilayah lainnya. Melihat kondisi demografis dari sisi tingkat pengangguran di suatu daerah, dengan pengangguran yang tinggi akan dapat menyebabkan ketimpangan pembangunan yang tinggi pula. (Sjafrizal, 2008). f. Teori Indeks Pembanguan Manusia Indeks Pembangunan manusia, (IPM) digunakan sebagai alat untuk mengukur
tingkat
ketimpangan
daerah,
dengan
mengklasifikasikan
kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah dalam empat kategori status pembangunan manusia yang telah dikeluarkan oleh UNDP. Empat kategori tersebut yaitu : Rendah bila angka IPM < 50, Menengah bawah bila angka 50 80 Sumber:BPS Jawa Tengah 2011-2015.
16
Indeks pembanguan manusia (IPM) dapat menjadi indikator untuk mengukur salah satu aspek penting dalam kualitas dari hasil pembanguan ekonomi yakni perkembangan derajat manusia. IPM merupakan suatu indeks komposisi yang berdasarkan pada tiga indikator yaitu:
kesehatan;
pendidikan yang dicapai
standar kehidupan.
Jelas bahwa tiga unsur ini sangat penting dalam menentukan tingkat kemampuan suatu provinsi untuk meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia. Ketiga unsur itu juga dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti ketersediaan kesempatan kerja, yang pada giliranya ditentukan oleh pertumbuhan ekonomi, infrastruktur dan kebijakan pemerintah. Fitriyah dan Rachmawati (2012). g. Hubungan
Indeks
Pembangunan
Manusia
dengan
Ketimpangan
Pembangunan Indeks Pembangunan Manusia dengan Ketimpangan Pembangunan yang terjadi pada suatu wilayah dapat berpengaruh pada tingkat kesejahteraan masyarakat di suatu wilayah tersebut. Peranan tingkat pendidikan formal dalam menunjang pertumbuhan ekonomi yang diukur dengan lamanya waktu sekolah, akan memiliki pekerjaan dan upah yang lebih besar dibanding yang pendidikannya rendah. Apabila upah mencerminkan produktivitas, semakin banyak orang yang memiliki pendidikan tinggi, semakin tinggi produktivitas dan hasilnya ekonomi akan bertambah lebih tinggi.
17
Hal tersebut sesuai dengan teori human capital, yaitu bahwa pendidikan memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi dan akan mengurangi ketimpangan pembangunan karena pendidikan berperan di dalam meningkatkan produktivitas tenaga kerja (Jhingan, 2010). Indeks Pembanguan Manusia dan Ketimpangan Pembanguan memilki hubungan yang saling keterkaitan satu sama lain. Keterkaitan antara IPM dan Ketimpangan Pembanguan yang diukur dalam Indeks Williamson sebagai Berikut:
IW
IPM
Keterangan : IW = Indeks Williamson IPM
= Indeks Pembangunan Manusia = Keterkaitan antara ketimpangan pembangunan dengan kesejahteraan masyarakat.
Sumber : Fitriyah dan Rachmawati (2012) Gambar 2.1. Keterkaitan IW dan IPM
18
h. Kerangka Pemikiran Berdasarkan landasan teori dan penelitian-penelitian terdahulu serta pengkajian antara pertumbuhan ekonomi, pengangguran, indeks pembangunan manusia terhadap ketimpangan pembangunan antar Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa tengah, maka kerangka pemikiran teoritis dalam penelitian adalah sebagai berikut: PERTUMBUHAN EKONOMI (X1) PENGANGGURAN
KETIMPANGAN PEMBANGUNAN
(X2)
IPM (X3) Sumber: Penulis Penelitian, 2017 Gambar 2.2.Kerangka Pemikiran Teoritis i. Hipotesis Penelitian Hipotesis merupakan dugaan yang mungkin sebaiknya benar atau salah. Berdasarkan tujuan penelitian, maka kerangka pemikiran diajukan hipotesis sebagai berikut: Diduga Ketimpangan Pembangunan di
pengaruhi oleh
Pertumbuhan Ekonomi, Pengangguran dan Indek Pembangunan Manusia di Provinsi Jawa Tengah tahun 2011-2015.