AGRIPLUS, VOLUME 22 NOMOR : 03 SEPTEMBER 2012, ISSN 0854-0128

Download 3 Sep 2012 ... PRODUKSI DAN KARAKTERISTIK TELUR AYAM TOLAKI. PADA PEMELIHARAAN INTENSIF. Oleh: La Ode Nafiu1), Muh. Rusdin1), dan Achmad ...

0 downloads 489 Views 624KB Size
207

PRODUKSI DAN KARAKTERISTIK TELUR AYAM TOLAKI PADA PEMELIHARAAN INTENSIF Oleh: La Ode Nafiu1), Muh. Rusdin1), dan Achmad Selamet Aku1) ABSTRACT This research aimed to find out egg productivity and to identify egg characteristics of Tolaki chicken that were reared intensively in order to obtain baseline data on the phenotype characteristics of Tolaki chicken as local fauna germplasm of Southeast Sulawesi. The research was conducted from August until November 2010 at poultry pen house of breeding unit at the Faculty of Animal Husbandry Haluoleo University. There were 15 Tolaki hens used, which were intensively reared in individual pen. Feeding was done twice a day, with feed materials consisting of concentrate (15%), maize (60%), and rice bran (25%), while drinking water was given ad libitum. Variables investigated consisted of: egg production (%), egg weight (g), egg shape index (%), egg texture (%), and eggshell color (%). Research results showed that under the intensive rearing system, production of egg for the whole three production periods of 42 days accounted to 60.63% hen house. The average egg weight produced was 41.56±3.84 g (37,72 – 45,4 g) with the average egg shape index accounting to 76,65±3,52% (73,13 – 80,17%). Meanwhile, eggshell colors were varied, consisting of brown (42.16%), light brown (17.16%), clear white (26.49%), and gloomy white (14.18%) with the texture of eggshell being mostly smooth (80.60%) and the remaining was coarse (11,57%) and a little bit coarse (7,84%). From the research results it can be concluded that (i) egg production of Tolaki chicken under intensive rearing is fairly high and has potential to be farmed as egg laying hens, (2) egg weight of Tolaki chicken can be increased through intensive rearing, but its variability is still fairly high (variability coefficient = 9.24%), (3) shape index of Tolaki chicken eggs is less ideal to be functioned as hatching eggs so that they still need further selection, and (4) the color of Tolaki chicken eggshell is mostly brown but still has some variation. Keywords: egg production, egg characteristics, Tolaki chicken.

PENDAHULUAN Ayam lokal atau juga dikenal sebagai ayam buras (bukan ras) memiliki keunggulan tersendiri dibandingkan ayam Ras. Keunggulan ayam lokal tesebut diantaranya adalah daya tahan (ketegaran) dan adaptasinya tinggi terhadap lingkungan, memiliki rasa dan tekstur daging yang khas dan digemari masyarakat, pemasarnnya mudah serta harga jual per satuan bobot badan lebih tinggi dibandingkan dengan ayam Ras pedaging. Namun demikian dalam pengembangan ayam lokal masih diperhadapkan dengan beberapa seperti sulit mendapatkan bibit unggul dan produktivitasnya rendah. Hasil identivikasi galur ayam lokal seperti yang dilaporkan Natamidjaja (2000) bahwa terdapat lebih kurang 31 galur ayam 1

asli Indonesia yang memiliki performans yang berbeda. Ditinjau dari aspek pemuliaan ternak, keragaman sifat ayam lokal Indonesia tersebut merupakan modal dasar dalam pembentukan galur ayam lokal asli yang murni dan unggul. Sehubungan dengan hal tersebut, Mansjoer, (2003) berpendapat jika Indonesia ingin memiliki ayam lokal asli yang murni dan unggul, maka program identifikasi/karakterisasi dan seleksi harus menjadi program utama di setiap daerah yang memiliki ayam lokal yang berciri khusus maupun yang belum jelas ciri-ciri khususnya. Ayam Tolaki adalah salah satu jenis ayam lokal Indonesia yang merupakan plasma nutfah asli Sulawesi Tenggara. Sebagaimana ayam buras lainnya, keragaman fenotipe dan genetik ayam Tolaki masih sangat tinggi. Hal tersebut

AGRIPLUS, Volume 22 Nomor : 03 September 2012, ISSN 0854-0128 )Staf Pengajar Fakultas Peternakan Universitas Haluoleo, Kendari

207

208

tercermin dari pola warna bulu (tipe dan corak bulu), bentuk jengger, warna cakar (shank), bobot badan dan ukuran-ukuran tubuh serta bobot telur yang masih beragam. Karakter yang dapat dijadikan sebagai petunjuk yang mencirikan ayam Tolaki adalah sifat liar dan kanibalnya yang masih tinggi (Nafiu et al., 2009). Ditinjau dari aspek pemanfaatannya, ayam Tolaki dikenal memiliki banyak manfaat (multiguna) yakni selain sebagai sumber daging dan telur, juga dimanfaatkan sebagai ayam sabungan dan merupakan salah satu syarat dalam upacara adat “Mosehe” pada masyarakat suku Tolaki di Sulawesi Tenggara. Namun demikian, sistem pemeliharaan ayam Tolaki umumnya masih tradisional (ekstensif). Menyadari pentingnya peranan ayam Tolaki tersebut, maka perlu ada upaya pengembangan, perbaikan mutu genetik dan pelestarian sifat-sifat penting yang dimiliki ayam Tolaki. Namun demikian, informasi mengenai karakteristik ayam Tolaki belum banyak dilaporkan, baik karakter fenotipe maupun genotipenya, termasuk potensi produktivitas dan reproduktivitasnya. Oleh karena itu, telah dilakukan penelitian yang bertujuan menganalisis produktivitas telur dan mengidentivikasi karakteristik telur ayam Tolaki yang dipelihara secara intensif. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai dasar acuan dalam rangka upaya pengembangan, perbaikan mutu genetik dan pelestarian sifat-sifat ekonomis penting ayam Tolaki di masa yang akan datang.

12 bulan, (2) semua telur yang dihasilkan ayam selama penelitian (3) pakan ayam yang terdiri atas: konsentrat, jagung dan dedak (4) kandang individu yang dilengkapi dengan tempat pakan dan air minum, (5) jangka sorong digital (6), dan (7) timbangan O-Haus kapasitas 5000 g.

METODE PENELITIAN

Peubah yang Diamati dan Cara pengukurannya Peubah yang diamati dan cara pengukurannya sebagai berikut: 1. Jumlah produksi telur, dihitung berdasarkan produksi telur hen house (%) yaitu jumlah produksi telur selama periode waktu tertentu (hari) dibagi dengan jumlah hari dikali 100%, 2. Bobot telur, diukur dengan menggunakan timbangan O-Haus kapasitas maksimal 5000 g,

Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di kandang unggas unit pembibitan Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Haluoleo yang berlangsung pada bulan Agustus sampai November 2010. Materi Penelitian Materi yang digunakan dalam penelitian terdiri atas: (1) ayam Tolaki betina sebanyak 15 ekor berumur sekitar 8-

Sistem Pemeliharaan dan Koleksi Data Sistem pemeliharaan ayam penelitian dilakukan secara intensif, menggunakan kandang individu (individual cage) yang terbuat dari besi dengan ukuran per kotak cage 36 x 46 cm. Pakan yang digunakan adalah campuran konsentrat (15%), jagung (60%) dan dedak (25%). Pemberian pakan dilakkan dua kali sehari yaitu pagi dan sore hari, sedangkan air minum diberikan ad libitum. Untuk mengantisipasi serangan penyakit, maka dilakukan vaksinasi secara terjadwal dengan menggunakan vaksin ND strain Lasota. Sementara itu, koleksi data dilakukan setiap hari selama 3 periode produksi telur (42 hari).

AGRIPLUS, Volume 22 Nomor : 02 Mei 2012, ISSN 0854-0128

209

3. Indeks bentuk telur, dihitung berdasarkan ukuran lebar telur (mm) dibagi panjang telur (mm) dikali 100%. Pengukuran panjang dan lebar telur (mm) menggunakan jangka sorong digital, 4. Tekstur dan warna kerabang telur, diamati secara kualitatif. Analisis Data n

X 

 Xi i 1

n

Produksi telur hen house (%) dihitung nilai rata-ratanya (x) berdasarkan jumlah produksi telur selama 3 periode produksi (42 hari), demikian pula data bobot dan indeks telur dihitung menjadi nilai ratarata (x), simpangan baku (s) dan koefisien keragaman (KK), dengan rumus berikut (Steel dan Torrie 1995):

 X n

s

i 1

Keterangan : Xi = ukuran ke i dari peubah X n = jumlah sampel Sementara itu, tekstur dan warna kerabang telur dihitung nilai persentasenya (%) dan dianalisis secara deskriptif kualitatif.

X

2

i

s x 100%

KK =

n 1

 HASIL DAN PEMBAHASAN Produksi Telur Produksi telur ayam Tolaki selama tiga periode produsi (42 hari) disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Produksi telur ayam Tolaki selama tiga periode produksi (42 hari)

Pada Tabel 1 menunjukkan bahwa produksi telur ayam Tolaki selama tiga periode produksi (42 hari) yakni sebanyak 382 butir atau rata-rata 25,47 butir/ekor, dengan produksi telur hen house mencapai 60,63%. Keragaman produksi telur ayam Tolaki pada penelitian ini cukup tinggi, dengan koefisien sebesar 23,86%. Profil keragaman produksi telur ayam Tolaki dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1.

Profil keragaman produski telur 15 ekor induk ayam Tolaki selama 3 periode penetasan.

Produktivitas telur ayam Tolaki pada penelitian ini cukup tinggi jika

AGRIPLUS, Volume 22 Nomor : 03 September 2012, ISSN 0854-0128

210

dibandingkan dengan laporan Gunawan dan Zainuddin (2003) bahwa rata-rata produksi telur hen house pada ayam Buras hasil seleksi (generasi ke-4) selama dua bulan (60 hari) yang dipemelihara secara intensif hanya sebesar 47,30%. Hasil penelitian ini memberi petunjuk bahwa ayam Tolaki sangat berpotensi untuk dikembangkan sebagai ayam petelur, baik telur konsumsi maupun untuk produksi telur tetas. Karakteristik Telur Ayam Tolaki Karakteristik telur ayam Tolaki yang diamati meliputi, bobot telur, indeks bentuk telur, warna telur dan tekstur dengan jumlah pengamatan sebanyak 268 butir. 1. Bobot dan Indeks Bentuk Telur Bobot dan indeks telur merupakan parameter penting dalam produksi telur tetas dan usaha penetasan telur ayam. Karakteristik telur tersebut berhubungan dengan daya tetas dan bobot tetas dalam semua spesies unggas. Karakteristik bobot dan indeks bentuk telur ayam Tolaki ditampilkan pada Tabel 2. Pada tabel tersebut menunjukkan bahwa rataan bobot telur ayam Tolaki adalah 41,56 ± 3,84 g berkisar 37,72 – 45,4 g. Untuk kebutuhan telur tetas, maka bobot telur ayam Tolaki ini belum ideal. Bobot telur tetas yang baik untuk ayam buras adalah 45-50 g (Kartika, 2010). Telur yang telalu besar kantung udara relatif kecil

sehingga telur terlambat menetas. Demikian pula telur yang telalu kecil kantung udara relatif besar menyebabkan telur menetas lebih awal (Suprijatna, et al., 2005). Oleh karena itu, perlu perbaikan kualitas bibit ayam Tolaki melalui seleksi bobot telur. Seleksi bobot telur ini akan efektif karena keragamannya masih cukup tinggi dengan nilai koefisien keragaman sebesar 9,24%. Namun demikian, bobot telur ayam Tolaki dalam penelitian ini lebih tinggi dibandingkan dengan bobot telur ayam Tolaki yang dipelihara secara alami/ekstensif yakni hanya mencapai 35,55 g berkisar 27,00 – 42.40 g (Nafiu et al., 2009). Hal ini menunjukkan bahwa perbaikan sistem pemeliharaan dari ekstensif ke intensif dapat meningkatkan bobot telur ayam Tolaki. Bobot telur ayam Tolaki dalam penelitian ini juga lebih tinggi daripada bobot telur ayam kampung yang dipelihara secara intensif, sebagaimana laporan Nataamijaya (2009) bahwa rata-rata bobot telur ayam kampung yang dipelihara secara intensif sebesar 35,55 ± 5,42 g, berkisar 30,13 – 40,97 g. Namun demikian bobot telur ayam Tolaki dalam penelitian ini masih lebih rendah jika dibandingkan dengan beberapa jenis ayam lokal yang lain yang sudah mengalami perbaikan genetik seperti ayam Pelung, Nunukan dan ayam Bangkok masing-masing sebesar 45,9 ; 4555 ; 45 g (Mansjoer et al., 1990).

Tabel 2. Karakteristik bobot dan indeks bentuk telur ayam Tolaki Peubah

Rataan (n= 268)

Simpangan Baku (S)

Ragam (S2)

Koefisien Keragaman (KK)

Bobot

41,56

3,84

14,74

9,24

Lebar

38,46

1,39

1,92

3,61

Panjang

50,24

2,08

4,33

4,14

Indeks

76,65

3,52

12,37

4,60

Adanya variasi bobot telur dari beberapa galur ayam lokal di atas termasuk ayam Tolaki disebabkan oleh banyak faktor. Faktor terpenting yang mempengaruhi ukuran telur adalah bangsa, umur ayam, clutch, jumlah telur yang dihasilkan dalam setahun, umur dewasa kelamin, masa

mengeram, suhu, tipe kandang, pakan, air minum, penyakit dan fumigasi (Ensminger, 1992). Lebih lanjut Sarwono (2005) berpendapat bahwa besar kecilnya telur ditentukan oleh faktor genetis (keturunan), pola pemeliharaan, usia induk, dan pejantan yang digunakan.

AGRIPLUS, Volume 22 Nomor : 02 Mei 2012, ISSN 0854-0128

211

Indeks bentuk telur merupakan salah satu parameter kualitas telur terutama untuk telur tetas. Menurut Sudaryati (1996) nilai indeks bentuk telur adalah perbandingan antara lebar telur dengan panjang telur dikalikan 100 %. Hasil penelitian (Tabel 2) menunjukkan bahwa rata-rata nilai indeks bentuk telur ayam Tolaki yang dipelihara secara intensif yakni sebesar 76,65% berkisar antara 73,13 – 80,17%. Indeks bentuk telur ini berbeda dengan yang didapatkan pada memeliharaan ayam Tolaki secara ekstensif yakni sebesar 74.72% dengan kisaran 65.80 – 81.92 % (Nafiu et al., 2009), demikian pula berbeda dengan indeks bentuk telur ayam Bangkok (74,55%), dan ayam Merawang (78,09%) (Suherlan, 2003). Namun demikian indeks bentuk telur ayam Tolaki dalam penelitian ini cenderung sama dengan indeks bentuk telur ayam Kampung (76,01%) dan ayam Pelung (76,72%) (Prilajuarti, 1990). Penyebab terjadinya variasi indeks bentuk telur belum dapat diterangkan secara jelas, namun diduga sebagai akibat dari perputaran telur di dalam alat reproduksi betina karena ritme tekanan alat reproduksi atau ditentukan oleh diameter lumen alat reproduksi Yuwanta (2004). Sementara Ensminger (1992) menjelaskan bahwa penyebab bervariasinya bentuk telur antar

spesies atau dalam galur unggas pada umumnya ditentukan oleh tekanan/desakan oleh otot oviduk, volume dari albumen dan ukuran isthmus, bangsa dan variasi flok, hereditas, umur pertama bertelur, siklus bertelur dan masa berhenti bertelur. Indeks bentuk telur ayam Tolaki pada penelitian ini belum ideal untuk dijadikan sebagai telur tetas. Oleh karena itu, dalam penetasan telur ayam Tolaki perlu dilakukan seleksi yang ketat terhadap telur yang dihasilkan oleh induk, baik yang dipelihara secara ekstensif maupun intensif sehingga dapat diperoleh telur tetas yang berkualitas. Menurut Yuwanta (2004) bahwa telur ideal memiliki nilai indeks bentuk telur antara 70% - 75%. Lebih lanjut dijelaskan bahwa nilai indeks bentuk telur pada ayam bervariasi antara 65% – 82%. Semakin besar nilai indeks bentuk telur maka bentuk telur akan semakin bulat, demikian pula sebaliknya semakin kecil nilai indeks bentuk telur maka bentuk telur akan semakin lonjong. Warna dan Tekstur Kerabang Telur Penilaian kualitas telur diantaranya berdasarkan warna dan tekstur kerabang telur. Warna dan tekstur kerabang telur ayam Tolaki ayam Tolaki disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Karakteristik warna dan tekstur kerabang telur Warna Jumlah % Tekstur

Jumlah

%

Putih terang

71

26.49

Halus

216.00

80.60

Putih buram

38

14.18

Agak kasar

21.00

7.84

Coklat

113

42.16

Kasar

31.00

11.57

Coklat muda

46

17.16

Total

268

100.00

268

100.00

Berdasarkan hasil penelitian (Tabel 3) didapatkan empat warna kerabang telur ayam Tolaki, yaitu putih terang, putih buram, coklat dan coklat muda. Warna kerabang yang paling dominan adalah coklat yakni sebesar 42,16%, kemudian putih terang 26,49%, coklat muda 17,16% dan putih buram 14,18% (Gambar 2). Hal

ini menunjukkan bahwa warna kerabang telur ayam Tolaki masih cukup beragam.

AGRIPLUS, Volume 22 Nomor : 03 September 2012, ISSN 0854-0128

212

Putih Warna Kerabang Telur Buram 15%

Coklat Muda 17%

Coklat 42% Putih Terang 26%

Gambar 2. Proporsi warna kerabang telur ayam Tolaki (%). Hasil penelitian ini agak berbeda dengan laporan Nafiu et al., (2009) bahwa warna kerabang telur ayam Tolaki pada pemeliharaan ekstensif didominasi warna coklat muda (43,00%) kemudian coklat (39%), putih terang (12,00%) dan putih buram (6,00%). Perbedaan warna kerabang ini diduga disebabkan oleh perbedaan kualitas dan kuantitas pakan yang diberikan. Pada pemeliharaan intensif kebutuhan nutrisi cenderung tercukupi, sehingga proses pembentukan telur termasuk pembentukan warna kerabang dapat terekspresi sesuai potensi genetiknya. Hal ini sesuai pendapat (Sugiharto, 2005) bahwa perbedaan warna kulit telur ayam ayam yang satu dengan yang lain dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah umur, pakan dan genetik. Lebih lanjut dijelaskan bahwa warna kerabang telur ayam ada dua macam, yaitu coklat dan putih. Perbedaan warna kerabang telur disebabkan adanya pigmen. Kerabang yang berwarna coklat disebabkan oleh pigmen phorpyrin yang terdapat pada permukaan kerabang. Pada telur yang berwarna putih, pigmen tersebut rusak setelah terkena cahaya matahari saat telur keluar dari kloaka. Kerabang yang berwarna coklat umumnya lebih tebal dibanding dengan yang berwarna putih. Sejalan dengan hal tersebut, Sudaryati (1996) menyatakan bahwa dalam pembentukan warna kerabang telur, asupan nutrisi menjadi salah satu faktor penting.

Rendahnya sekresi phorpyrin saat pengecatan kerabang telur akan mengakibatkan warna kulit telur menjadi lebih putih. Salah satu ciri telur yang baik adalah mempunyai tekstur kerabang halus, kerabang telur rata, tidak bernoda/berbintilbintil dan tidak berpinggang. Selain itu, kerabang telur tidak terlalu tebal dan tidak terlalu tipis. Suprijatna et al., (2005) menyatakan bahwa kualitas kerabang berkurang dengan semakin lamanya ayam bertelur. Hasil penelitian (Tabel 3) menunjukkan bahwa tekstur kerabang telur ayam Tolaki umumnya halus (80,60 %), dan sisanya kasar (11,57%) dan agak kasar (7,84%). Kategori halus pada tekstur kerabang telur ayam Tolaki dengan persentase yang tinggi pada penelitian ini, memberi arti bahwa secara ekterior telur ayam Tolaki cukup berkualitas, karena tekstur yang halus berkaitan dengan kebersihan telur itu sendiri. Hal ini sesuai pendapat Sudaryati (1996) bahwa kualitas eksterior telur meliputi bentuk, bobot dan kebersihan kerabang telur. Kualiatas tekstur kerabang telur ayam Tolaki dalam penelitian ini lebih baik daripada laporan Nafiu et al., (2009) bahwa pada pemeliharaan ekstensif persentase telur ayam Tolaki dengan tekstur kerabang halus, kasar dan agak kasar, masing-masing sebesar 64%, 1%, dan 35%. Hal ini memberi petunjuk bahwa perbaikan manajemen dan penanganan telur pada pemeliharaan intensif seperti yang diterapkan pada penelitian ini dapat memperbaiki kualitas tekstur kerabang telur ayam Tolaki. Karakteristik tekstur kerabang telur ayam Tolaki yang dominan halus atau kulitnya tidak retak, tidak berlubang dan tidak pecah dapat menjadikan telur ayam Tolaki cocok digunakan sebagai telur tetas. Kartika (2010) menyatakan bahwa telur tetas dipilih yang utuh/tidak retak/tidak berlubang, untuk menghindari masuknya mikroba yang dapat menyebabkan terjadinya pembusukan telur. Banyak faktor yang menyebabkan kerabang tidak sempurna, yang secara tidak langsung atau langsung menyebabkan

AGRIPLUS, Volume 22 Nomor : 02 Mei 2012, ISSN 0854-0128

213

defisiensi ion karbonat. Kualitas kerabang menentukan kekuatan kerabang atau ketebalannya. Beberapa faktor yang menurunkan kualitas kerabang adalah: (1) kualitas menurun oleh semakin lamanya ayam terus bertelur karena induk ayam tidak dapat menghasilkan ion kalsium karbonat untuk menyelimuti telur yang bertambah besar ukurannya pada akhir masa produksi, (2) naiknya suhu lingkungan, (3) ayam mengalami cekaman, dan (4) penyakitpenyakit unggas tertentu (Amrulllah, 2004).

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Produksi telur ayam Tolaki pada pemeliharaan intensif cukup tinggi dan berpotensi untuk dikembangkan sebagai ayam petelur. Produksi telur hen house yang dicapai selama 3 periode produksi (42 hari) yakni sebesar 60,63%. 2. Bobot telur ayam Tolaki dapat ditingkatkan melalui pemeliharaan intensif. Rata-rata bobot telur yang dicapai yakni sebesar 41,56 ±3,84 g berkisar 37,72 – 45,4 g dengan rataan nilai indeks bentuk telur sebesar 76,65% berkisar antara 73,13 – 80,17%. 3. Warna kerabang telur ayam Tolaki masih cukup bervariasi, mulai warna coklat (42,16%), putih terang (26,49%), coklat muda (17,16%) dan putih buram (14,18%) dengan tekstur kerabang sebagian besar halus (80,60%) dan lainnya agak kasar (7.84%) dan kasar (11.57%). Saran Untuk meningkatkan produktivitas telur ayam Tolaki, perlu ada perbaikan manajemen pemeliharaannya, dan upaya peningkatan mutu genetik melalui seleksi dan atau persilangan dengan ayam ras petelur tanpa mengabaikan pelestarian sifatsifat penting yang dimiliki ayam Tolaki.

DAFTAR PUSTAKA

Amrullah, I.K. 2004. Nutrisi Ayam Petelur. Lembaga Satu Gunung Abadi, Bogor. Ensminger ME. 1992. Poultry Science. Danville, Illinois: Interstate Publishers Inc. Gunawan B, dan Zainuddin D, 2003. Seleksi Generasi Keempat (G-4) Terhadap Produksi Telur Untuk Mengurangi Sifat Mengeram dan Meningkatkan Produksi Telur Ayam Lokal. Laporan Penelitian. Balai Penelitian Ternak, Bogor. Kartika, 2010. Telur Tetas. Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP) Malang, Malang Mansjoer SS. 2003. Potensi ayam buras di Indonesia. Makalah semiloka perunggasan yang diselenggarakan Direktorat Perbibitan Dirjen Bina Produksi Peternakan Tanggal 1112 Desember 2003 di Cisarua, Bogor. Mansjoer I., Mansjoer SS., Sikar SHS., dan Darwati S. 1990. Pencarian Galur Murni Ayam Kampung, Ayam Pelung dan Ayam Bangkok dalam Usaha Pelestarian Sumber Genetik Ayam di Indonesia. Laporan Penelitian. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor, Bogor Nafiu, L.O. Saili, T., M. Rusdin, A.S. AKU, dan Y. Taufik. 2009. Pelestarian dan Pengembangan Ayam Tolaki sebagai Plasma Nutfah Asli Sulawesi Tenggara. Lembaga Penelitian Universitas Haluoleo, Kendari. Nataamidjaja, A.G. 2009. Kinerja ayam Nagrak dan ayam Kampung yang dipelihara secara intensif di Cibadak Sukabumi Jawa Barat. Laporan Penelitian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Bogor.

AGRIPLUS, Volume 22 Nomor : 03 September 2012, ISSN 0854-0128

214

Nataamidjaja, A.G. 2000. The native of chicken of Indonesia. Buletin Plasma Nutfah 6 (1). Balitbang Pertanian, Departemen Pertanian. Prilajuarti, A. 1990. Produksi dan kualitas telur ayam Kampung, ayam Pelung dan ayam Bangkok. [Skripsi] Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Sarwono, B. 2005. Ayam Aduan. Penebar Swadaya. Jakarta. Hal 16-18 Steel RGD, dan Torrie JH. 1995. Prinsip dan Prosedur Statistika. Suatu Pendekatan Biometrik. Ed ke-2. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Sudaryati, T. 1996. Kualitas Telur. Penebar Swadaya, Jakarta.

Suherlan, I. 2003. Karakteristik telur tetas ayam Merawang yang diperoleh dari interval inseminasi buatan yang berbeda. Skripsi. Fakultas Peternakan. Insitut Pertanian Bogor, Bogor. Suprijatna, E., Atmomarsono, U., Kartasudjana, R., 2005. Ilmu Dasar Ternak Unggas. Penebar swadaya, Jakarta. Yuwanta T. 2004. Dasar Ternak Unggas. Penerbit Kanisus, Yogyakarta. Zainuddin D, dan Gunawan B. 2003. Hasilhasil penelitian ayam Buras. Makalah semiloka perunggasan yang diselenggarakan Direktorat Perbibitan Dirjen Bina Produksi Peternakan Tanggal 11 -12 Desember 2003 di Cisarua, Bogor.

Sugiharto, R.E. 2005. Beternak Ayam. Agromedia Pustaka, Jakarta.

AGRIPLUS, Volume 22 Nomor : 02 Mei 2012, ISSN 0854-0128