Analis Pendapatan Usaha Tani Padi dengan Sistem Tanam Benih Langsung (TABELA) di Kelurahan Padangsappa Kecamatan Ponrang Kabupaten Luwu Idawati Universitas Andi Djemma Palopo
ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah (1) Untuk mengetahui proses produksi padi sawah dengan Sistem Tanam Benih Langsung (Tabela) di Kelurahan Padang Sappa, Kecamatan Ponrang, Kabupaten Luwu. (2) Untuk mengetahui besarnya biaya yang dikeluarkan oleh petani padi sawah dengan Sistem Tanam Benih Langsung (Tabela) di Kelurahan Padang Sappa, Kecamatan Ponrang, Kabupaten Luwu. (3) Untuk mengetahui besarnya tingkat pendapatan petani padi sawah dengan Sistem Tanam Benih Langsung (Tabela) di Kelurahan Padang Sappa, Kecamatan Ponrang, Kabupaten Luwu. Produksi rata-rata per hektar usahatani padi sawah dengan Sistem Tanam Benih Langsung (Tabela) menunjukkan bahwa produksi Gabah Basah yang dihasilkan petani dengan dengan Sistem Tanam Benih Langsung (Tabela) adalah 7.000 Kg dengan harga Rp. 3500/Kg (harga Gabah Basah) sehingga nilai produksi rata-rata yang diterima petani adalah Rp. 24.500.000. Total Penerimaan (TR) sebesar Rp. 24.500.000. Total Biaya (TC) sebesar Rp. 4.413.153 dan Pendapatan Bersih (π) Rp.20.086.487. Jadi pendapatan bersih yang diperoleh petani dari usahatani padi dalam satu musim tanam di Kelurahan Padang Sappa, Kecamatan Ponrang, Kabupaten Luwu adalah sebesar Rp. 20.086.487/hektar.
digolongkan sebagai kelompok masyarakat
PENDAHULUAN
miskin (Arikunto dan Suharsimi, 1997)
Latar Belakang
Terbatasnya wawasan pengetahuan,
Secara umum kita mengenal petani
keterampilan teknis dan modal yang
sebagai kelompok masyarakat yang tinggal
dimiliki
petani
di wilayah pedesaan yang kesehariannya
usahatani
dikelolah
bergulat dengan kegiatan proses produksi
Pengelolaan usahatani secara subsistem
usahatani. Bekerja keras dan ulet dalam
telah menyebabkan penurunan pendapatan
memproduksi
pertanian.
dan kesejahteraan petani (secara relatif)
Meskipun telah berhasil memproduksi
dari waktu ke waktu. Di samping itu
berbagai komoditas pertanian, pendapatan
kegiatan usahatani yang dilakukan juga
dan kesejahteraan sebagian besar keluarga
telah menyebabkan terjadinya kerusakan
petani masih relatif rendah dan dapat
sumber daya lahan dan lingkungan yang
hasil-hasil
telah
menyebabkan
secara
subsistem.
1
signifikan baik dimana kegiatan usahatani
subsistem yang mengutamakan kebutuhan
dilakukan maupun di tempat lain yang
keluarga, akan tetapi sudah mengarah pada
terkena dampaknya. Sebagai akibatnya
usaha tani padi sebagai pekerjaan pokok
terjadi hubungan yang saling memiskinkan
dalam
antara petani dan lahan usahatani yang
(Fadillah Hermanto, 2002).
dikelolahnya. Marginalisasi tersebut akan
penerimaan
keluarga
Teknologi usahatani di lahan sawah
berlanjut terus sehingga suatu ketika petani
dengan
meninggalkan lahan usahataninya dan
keberhasilannya
ditentukan
beralih ke sektor lain (Arsyad, 1992).
tanaman
waktu
Sampai
saat
ini
beras
masih
petani
basis
dan
kemampuan
tanaman
padi,
oleh
tanam,
menerapkan
pola serta
teknologi
merupakan bahan pangan pokok yang
usahatani padi, teknologi yang dimaksud
dikonsumsi oleh sekitar 90% penduduk
adalah pemilihan benih, penyiapan lahan,
Indonesia. Beras menyumbang lebih dari
perbaikan pematang, pengolahan tanah,
50%
kebutuhan
kebutuhan
kalori
protein.
serta
50%
cara penanaman, pemeliharaan dan proses
itu
beras
panen (Adnyana, 1999).
Selain
memegang peranan penting di dalam
Saat ini pengembangan komoditi
kehidupan ekonomi nasional yang dapat
padi sawah yang diusahakan masyarakat
mempengaruhi situasi bahan konsumsi
Ponrang adalah dengan Sistem Tanaman
lainnya.
Benih Langsung (Tabela) yang terdapat di
Adanya
perkembangan
terus
menerus di bidang ilmu pengetahuan dan
daerah
teknologi
pesat,
Kecamatan Ponrang. Walaupun Sistem
memungkinkan meningkatkan produksi
tanaman Benih Langsung (Tabela) tidak
dalam
kuantitas.
direkomendasikan oleh Pemerintah karena
Walaupun demikian peningkatan produksi
membutuhkan benih sekitar 60 Kg/Ha.
ini masih terus dibayangi laju pertumbuhan
Namun fakta yang ada di masyarakat
penduduk yang terus meningkat (Phill,
khususnya di Kelurahan Padang Sappa
2000).
sekitar 80% petani di wilayah ini masih
yang
begitu
kualitas
maupun
Pembangunan
komoditi
Kelurahan
menerapkan
nampak dan sudah mulai diusahakan
Langsung (Tabela) dengan alasan mudah
masyarakat
dalam
pengusahaannya
dimana
tidak
lagi
dalam bersifat
Tanam
Sappa,
padi di Sulawesi Selatan sudah mulai
tani
Sistem
Padang
pelaksanaannya,
Benih
tidak
membutuhkan modal awal yang banyak 2
(tidak membutuhkan tenaga kerja yang
Sistem Tanam Benih Langsung (Tabela) di
banyak untuk penanaman), tidak membuat
Kelurahan
persemaian, jumlah rumpun yang banyak
Ponrang, Kabupaten Luwu.
(Departemen Pertanian, 2008).
Padang
Sappa,
Kecamatan
Kegunaan
Perumusan Masalah
1.
Sebagai bahan masukan bagi petani
Berdasarkan uraian latar belakang di
dalam memilih sistem tanam dan
atas, maka rumusan masalah yang akan
bahan masukan bagi Pemerintah
kami
dalam
teliti
adalah
Bagaimana
di
Kelurahan
Kecamatan
Padang
Ponrang,
Sappa, Kabupaten
kebijakan
di
sektor pertanian.
“Pendapatan Usaha tani padi dengan Sistem Tanam Benih Langsung (Tabela)
menentukan
2.
Sebagai
bahan
pembanding
dan
masukan, referensi
bagi
peneliti selanjutnya dengan kajian yang sama.
Luwu”.
METODE PENELITIAN
Tujuan
Waktu dan Tempat .1.
Untuk mengetahui proses produksi padi sawah dengan Sistem Tanam
Kelurahan
Padang
Benih
Ponrang,
Kabupaten
Langsung
Kelurahan Kecamatan
2.
Penelitian ini akan dilaksanakan di
(Tabela)
Padang Ponrang,
di
Kecamatan
Luwu,
Provinsi
Sappa,
Sulawesi Selatan, dengan pertimbangan
Kabupaten
bahwa sebagian besar penduduknya adalah
Luwu.
mengusahakan padi sawah dengan Sistem
Untuk mengetahui besarnya biaya
Tanam Benih Langsung (Tabela). Waktu
yang dikeluarkan oleh petani padi
penelitian
sawah dengan Sistem Tanam Benih
September 2011 hingga Desember 2011.
Langsung (Tabela) di Kelurahan
Metode Pengumpulan Data
Padang
Sappa,
Kecamatan
Ponrang, Kabupaten Luwu.
berlangsung
Untuk mengetahui besarnya tingkat
mulai
bulan
Ada dua jenis data yang digunakan dalam penelitian ini, yakni : 1. Data
3.
Sappa,
primer
data
yang
diperoleh secara langsung dari
pendapatan petani padi sawah dengan 3
responden melalui pengamatan
yang dimaksud yaitu petani yang
dan
melakukan sistem Tanam Benih
wawancara
langsung
dengan berpedoman pada daftar
Langsung
pertanyaan (kuisoner) antara
tersebut
lain
memberikan keterangan.
menyangkut
petani,
identitas
sistem
produksi,
yang
digunakan,
teknologi
(Tabela)
dan
dianggap
petani mampu
Sampel yang diambil adalah petani
yang
biaya-biaya yang dikeluarkan,
tanaman
padi
produksi,
Tanam Benih Langsung (tabela).
produktivitas
dan
pendapatan petani. 2. Data sekunder diperoleh dari instansi
terkait
dengan
Sedangkan
penentuan
responden
dilakukan
Sistem
petani dengan
dan
memilih 10% dari jumlah populasi
berhubungan dengan penelitian
(Soedjana, 1985) sehingga dalam
ini, diantaranya adalah Kantor
penelitian jumlah sampel sebanyak
Dinas
Kabupaten
10% dari 220 orang petani atau
Luwu, Kantor Statistik dan
sebanyak 22 sampel dan diambil
Kantor
Padang
secara sengaja.
Ponrang,
Analisis Data
Sappa
yang
mengusahakan
Pertanian
Kelurahan Kecamatan
Kabupaten Luwu. Adapun jenis data
yang
diambil
Data
adalah;
selanjutnya
yang
diklasifikasikan
penduduk, mata pencaharian,
ditabulasi
umur, serta jenis kelamin dan
sebagai berikut :
data
lainnya
yang
terkait
dengan penelitian ini.
Untuk
kemudian
memperoleh
dan
dianalisis,
gambaran
tentang proses produksi dilakukan dengan pengamatan dan
Penentuan Responden Penentuan
1.
dikumpul
responden
wawancara langsung
dengan petani mulai tentang pengolahan
dilakukan dengan cara Purposive
lahan,
Sampling atau pemilihan secara
pemupukan, penyemprotan (pengendalian
sengaja
kriteria
hama dan penyakit), panen dan pasca
tertentu sesuai tujuan penelitian
panen, hasil daripada pengamatan dan
berdasarkan
penanaman,
penyulaman,
(Wirartha, 2005). Kriteria tertentu 4
wawancara tersebut akan dianalisa secara
3.
Pendapatan adalah besarnya
deskriptif.
nilai penerimaan dikurangi
2.
Untuk mengetahui jumlah biaya
dengan total biaya yang
yang
dikeluarkan dihitung dalam
dilakukan
dengan
metode
wawancara dan dianalisa dengan menggunakan rumus analisa biasa :
rupiah (Rp). 4.
Biaya adalah pengeluaran
TC = VC – FC
yang
Dimana :
proses produksi padi sampai
TC
= Total Cost = Total Biaya (Rp)
pada saat panen yang di
VC
= Variabel Cost = Biaya Variabel
nilai dengan rupiah (Rp).
(Rp) FC
5.
= Fixed
Cost
= Biaya
3.
Untuk
=
mengetahui
besarnya
kecilnya
besar
produksi
sifatnya
TR - TC
dan
berulang-ulang
digunakan, dinilai dengan
Petani adalah orang atau sebagian kelompok orang
rupiah (Rp). 6.
Biaya variabel adalah biaya
yang mengelolah usahatani
yang mempengaruhi besar
padi untuk kelangsungan
kecilnya
hidupnya
habis
besar
dan
sebagian
bergantung
pada
usaha tersebut. 2.
petani
mempengaruhi
Defenisi Operasional 1.
dikeluarkan
yang secara langsung tidak
pendapatan maka digunakan rumus : Π
selama
Biaya tetap adalah biaya yang
Tetap (Rp)
digunakan
Produksi
semua
terpakai,
yang
dihitung
dalam rupiah (Rp). 7.
adalah
produksi
Tanam (Tabela)
benih adalah
langsung suatu
kegiatan untuk menciptakan
kegiatan penanaman benih
dan menambah kegunaan
dengan menggunakan alat
suatu
secara
dengan
barang
atau
jasa
memanfaatkan
faktor-faktor yang tersedia.
langsung
menyuburkan benih secara teratur dengan jarak tanam 5
yang dikehendaki (Soeharto
keluarga, status lahan dan luas
Prawirokusumo, 1990).
lahan garapan. 5.1.1. Umur Umur
dimana semakin muda
Identitas Petani Responden Seorang
petani
menjalankan
sangat
berpengaruh pada etos kerja petani
HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1.
petani
dalam
seseorang
(usia
umur
produktif)
usahataninya
memungkinkan kekuatan fisiknya
memiliki peranan sebagai petani
lebih kuat dibanding umur yang
penggarap
lebih tua.
yang
mengatur
memelihara
dan
pertumbuhan
usahataninya.
Namun
demikian
Untuk jelasnya umur petani responden
yang
terbagi
dalam
seorang petani tidak terlepas dari
kelompok umur dalam kelompok
faktor-faktor
yang
tani di Kelurahan Padang Sappa
nama
dapat
mempengaruhinya responden,
seperti
umur,
pengalaman
dilihat
pada
tabel
5.1.
(Lampiran 1).
berusahatani, jumlah tanggungan Tabel 5.1.
Kelompok Umur Petani Responden di Kelurahan Padang
Sappa,
Kecamatan Ponrang, Kabupaten Luwu, 2011. No
Kelompok Umur
Jumlah
Persentase
(Tahun)
(Orang)
(%)
1.
25 – 35
8
36,36
2.
36 – 45
4
18,18
3.
46 – 55
4
18,18
4.
56 – 65
6
27,27
22
100
Jumlah Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2011.
tahun Pada Tabel 5.1. terlihat bahwa
petani
responden
yang
memiliki kelompok umur 25 – 35
menjadi
urutan
jumlah
terbesar yaitu 8 orang petani atau sebesar
36,36%.
Kemudian
berturut-turut kelompok umur 36 – 6
45 sebanyak 4 orang atau 18,18%,
tersebut akan mempengaruhi fisik
kelompok umur 46 – 55 tahun
kerja dibanding yang berumur tua,
berjumlah 4 orang atau 18,18%
petani yang lebih muda juga lebih
sedangkan yang terakhir
adalah
cepat menerima informasi yang
kisaran umur 56 - 65 tahun yang
akan berpengaruh pada motivasi
berjumlah 6 orang atau 27,27%
kerja
menjadi urutan terbesar kedua yang
usahataninya
menandakan mereka adalah petani
pertama
senior
(36,36%).
dan
ahli
di
bidang
pengolahan sawah. Namun yang terbesar petani responden yang
dalam
mengelolah
yakni
di
urutan
sebanyak
8
orang
5.1.2. Pengalaman Berusahatani Responden
masih produktif dengan umur 25 –
Untuk lebih jelasnya dapat
35 tahun dimana dengan umur
di lihat pada tabel berikut :
Tabel 5.2.
Pengalaman Berusahatani Responden di Kelurahan Padang Sappa, Kecamatan Ponrang, Kabupaten Luwu, 2011.
No
Pengalaman Berusahatani (Tahun)
Jumlah
Persentase
(Orang)
(%)
1.
3 – 13
2
9,09
2.
14 – 24
2
9,09
3.
25 – 35
10
45,45
4.
36 – 46
8
36,36
22
100
Jumlah Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2011. Pada Tabel 5.2. (Lampiran 1)
terlihat
bahwa
dengan pengalaman berusahatani 3
pengalaman
-13 tahun adalah terbanyak yaitu 2
berusahatani dari semua petani
orang atau 9,09% . Sedangkan pada
responden umumnya sudah lama.
kisaran 25 – 35 tahun merupakan
Pengalaman usahatani responden
pengalaman berusahatani terbanyak
pada kisaran 14 – 24 tahun
yakni sebanyak 10 orang atau
sebanyak 2 orang atau 9,09%, sama
45,45%
dan
pengalaman 7
berusahatani
36
–
46
tahun
Status lahan yang ada di
sebanyak 8 orang atau 36,36%.
Kelurahan Padang Sappa rata-rata
Nilai ini menggambarkan bahwa
merupakan
pengalaman
pemilik/penggarap,
berusahatani
status
lahan hanya
merupakan salah satu syarat utama
terkadang dalam pengelolaannya
bagi penentu sumber daya manusia
membuntuhkan
yang
kerja dengan sistem upah rata-rata
mempengaruhi
tingkat
pengalaman berusahatani.
bantuan
tenaga
Rp. 50.000/Hari. 5.1.4. Luas Lahan Garapan Untuk
mengetahui
luas
lahan garapan dapat dilihat pada
5.1.3. Status Lahan
Tabel berikut : Tabel 5.3. Luas Lahan Garapan Petani Responden di Kelurahan Padang Sappa, Kecamatan Ponrang, Kabupaten Luwu, 2011. No
Luas Lahan
Jumlah
Persentase
(Ha)
(Orang)
(%)
1.
0,25 – 1
16
72,73
2.
1,25 – 2
5
22,73
3.
2,25 - 4
1
4,55
22
100
Jumlah Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2011. Dari Tabel di atas dapat
5.2.
Proses produksi terdiri dari
disimpulkan bahwa mayoritas luas
berbagai
lahan petani di Kelurahan Padang
diantaranya
Sappa hanya berkisar 0,25 – 1
Lahan/Penyiapan
Ha/orang dengan jumlah petani
Penanaman,
responden 16 orang atau 72,73%
Pemupukan, Penyemprotan, Panen
sedangkan
luas
dan Pasca Panen. Berbagai proses
lahan 2,25 – 4 Ha/orang hanya 1
dari kegiatan usahatani tersebut
orang atau 4,55%. (Lampiran 1).
dapat dilihat pada bahasan berikut
Proses Produksi
ini.
yang memiliki
proses
kegiatan Pengolahan Lahan, Penyulaman,
8
5.2.1.
Pengolahan
Lahan/Penyiapan
sangat
mempengaruhi
produksi
usahatani yang dapat menghasilkan
Lahan Tanah
diolah
dengan
menggunakan
traktor,
cangkul,
benih
dengan
berbagai
benih
varietas yang digunakan antara lain
skop dan parang, baik oleh petani
varietas
pemilik lahan maupun sistem sewa
Ciherang dan Cigiulis berdasarkan
dengan
metode
sewa
traktor
Rp.
800.000/Ha.
Ciliung,
yang
Cisantana,
dianjurkan,
baik
secara kualitas maupun kuantitas. Untuk melihat penggunaan benih
5.2.2. Penanaman Sistem
Tanam
Benih
Langsung (Tabela) di Kelurahan
dapat
diperhatikan
pada
Tabel
berikut :
Padang Sappa, Kecamatan Ponrang Tabel 5.4.
Penggunaan Benih Petani Responden di Kelurahan Padang Sappa, Kecamatan Ponrang, Kabupaten Luwu, 2011.
No
Penggunaan Benih
Jumlah
Persentase
(Kg)/Ha
(Orang)
(%)
1.
30 – 70
8
36,36
2.
71 – 91
4
28,18
3.
92 – 122
6
27,27
4.
123 – 153
1
4,55
5.
154 +
3
13,64
22
100
Jumlah Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2011. Pada Tabel 5.4. (Lampiran
Penggunaaan benih terbesar pada
2) memperlihatkan bahwa petani
penggunaan 30 – 70 Kg dilakukan
dalam
oleh petani sebanyak 8 orang atau
mengelolah
menggunakan
usahataninya
benih
dalam
36,36%, sedangkan yang terkecil
kebutuhan yang banyak karena
berada pada kisaran 123 – 153 Kg
daerah tersebut dominan petani
yaitu 1 orang petani atau 4,55%.
menggunakan benih tidak berlabel.
Tidak meratanya sistem pemakaian 9
benih pada petani karena masih
biasa disebut dengan penyulaman
dianggap kurang mempengaruhi
dengan menggunakan tenaga kerja
produksi.
pemilik
lahan
responden
atau atau
dengan
menggunakan tenaga kerja dari luar
5.2.3. Penyulaman Penyulaman
dilakukan
dengan sistem upah sebesar
apabila pertumbuhan tanaman tidak
50.000/hari.
normal atau banyak yang mati
5.2.4. Pemupukan
sehingga
petani
harus
Rp.
dilakukan
Untuk melihat penggunaan
penanaman ulang atau menyisipi
pupuk oleh petani responden dapat
tanaman yang mati tersebut atau
di lihat pada Tabel berikut :
Tabel 5.5. Rata-Rata Penggunaan Pupuk dan Jenis Pupuk Oleh Petani Responden di Kelurahan Padang Sappa, Kecamatan Ponrang, Kabupaten Luwu, 2011. No
Jenis Pupuk
Penggunaan Pupuk (Kg)/Ha
1.
Urea
150,-/Kg
2.
NPK Phosnka
200,-/Kg
3.
ZA
4.
PPC/PPT
50,-/Kg 2,-/Ltr
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2011. Pupuk sangat
diperlukan
pertumbuhan
tanaman
produksi.
aplikasi
(Lampiran
dalam
diusahakan
dua
kali
tanah
dan
meningkatkan Pada 2)
hasil
Tabel
5.5.
di
atas
permusim tanam, yakni pemupukan
memperlihatkan
pertama pada umur tanaman padi
pengeluaran
14 hari dan pemupukan kedua pada
dialokasikan
umur 45 hari yang dilakukan oleh
usahatani
petani, karena pupuk mengandung
pupuk adalah untuk penggunaan
unsur hara bagi tanaman yang
pupuk Urea sebanyak 150,- Kg/Ha
berfungsi
dengan
untuk
menyuburkan
bahwa terbesar
ke untuk
harga
dalam
nilai yang sektor
menggunakan
Rp.
1.600,-/Kg 10
kemudian untuk biaya penggunaan
hari atau ketika matahari tidak
pupuk NPK Phosnka sebanyak
terik.
200,- Kg/Ha dengan harga Rp.
5.2.6. Panen/Pasca Panen
2300,-/Kg untuk pembelian pupuk
Panen
ZA sebanyak 50,-/Kg/Ha dengan
dengan
harga rata-rata Rp. 1400,- dan
bergerigi,
untuk
dilakukan
penggunaan
PPC/PPT
dapat
dilakukan
menggunakan waktu agak
sabit menyabit
siang
setelah
sebanyak 2 liter/Ha dengan harga
embun hilang. Setelah itu dikumpul
Rp. 70.000/Liter.
dan dilakukan perontokan dengan
Adapun
pemupukan
itu
menggunakan alat perontok (Power
tergantung dari jenis tanah dan
thresher) dengan tenaga kerja yang
rekomendasi teknis pada daerah
sama dengan jumlah 10 – 15
setempat dengan sistem gaji per
orang/ha dengan sistem bagi hasil
HOK (Hari Orang Kerja) Rp.
dimana dalam setiap 8 karung
50.000/Hari
dikeluarkan 1 karung sebagai upah
maupun dilakukan
sendiri oleh petani pemilik lahan.
tenaga kerja sehingga jika hasil
5.2.5. Penyemprotan
panen 60 karung/ha dikeluarkan 7
Penyemprotan
dilakukan
karung sebagai upah atau dikalikan
pada tanaman padi sebagai salah
dengan
satu
penjualan
pengendalian
penyakit
dan
di
gabah daerah
basah setempat
dengan
Rp.3500/Kg, maka jika diuangkan
menggunakan insektisida setelah
dengan perhitungan 60 karung x
melewati ambang ekonomis begitu
100 kg x Rp.3500/kg maka yang
juga dengan pengendalian gulma
akan dikeluarkan diperoleh hasil 7
pada tanaman padi sawah dengan
karung x 100 kg x Rp. 3500/kg =
menggunakan herbisida. Adapun
Rp. 2.450.000/ha sebagai upah
tenaga kerja yang digunakan baik
untuk tenaga kerja perontok (Power
oleh pemilik lahan maupun dengan
Thresher).
sistem
baik
hama
harga
upah
Rp.
50.000/Hari.
Penyemprotan dilakukan pada sore
Tanaman
dipanen
jika
sebagian besar gabah (90-95%) 11
telah bernas dan berwarna kuning.
gabah
patah
pada
Panen terlalu awal banyak gabah
penggilingan meningkat.
hampa, gabah hijau dan butir kapur
5.2.7. Tenaga Kerja
sedangkan kalau panen terlambat
Untuk
proses
mengetahui
terjadi kehilangan hasil karena
penggunaan
tenaga
kerja
pada
gabah rontok dilapang dan jumlah
usahatani padi petani responden dapat di lihat pada Tabel 5.6.
Tabel 5.6. Rata-Rata Penggunaan Tenaga Kerja dan Jenis Tenaga Kerja pada Usahatani di Kelurahan Padang Sappa, Kecamatan Ponrang, Kabupaten Luwu, 2011.
No
Jenis Tenaga Kerja
Dalam
Luar
Keluarga
Keluarga
(HOK/Ha)
(HOK/Ha)
1.
Laki-laki
29,11
20,58
2.
Perempuan
10,46
5,93
3.
Anak-anak
0,75
0,15
40,32
26,71
Jumlah Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2011. Berdasarkan
5.6.
Biaya produksi usahatani
menunjukkan bahwa tenaga kerja
yaitu biaya yang dikeluarkan oleh
laki-laki
hari
petani dalam satu kali produksi,
kerjanya lebih banyak dibanding
yang terdiri dari biaya tetap dan
tenaga kerja yang berasal dari
biaya variabel.
keluarga
5.3.
Tabel
menggunakan
yakni
sebesar
40,32
Pendapatan suatu
bersih
cabang
per
HOK/Ha, sedangkan penggunaan
hektar
tenaga kerja dari luar keluarga
berbeda karena adanya perbedaan
adalah 26,71 HOK/Ha.
hasil dan penggunaan input. Oleh
Analisis Biaya dan Pendapatan
Soeharjo dan Dahlan Patong (1986)
Usahatani Padi Sawah
mengemukakan
5.3.1. Biaya
faktor
yang
bahwa
usahatani
faktor-
mempengaruhi
pendapatan yang diterima petani 12
adalah
adanya
penggunaan
perbedaan
penggunaannya tidak habis dalam
produksi,
satu proses produksi seperti biaya
faktor
pengaruh iklim dan cuaca.
penyusutan alat, pajak lahan. Biaya
5.3.2. Biaya Tetap
yang
Biaya tetap adalah biaya
Usahatani
jumlahnya
dengan
tidak
berubah
tetap Petani
Sistem
rata-rata Responden
Tanam
Benih
berapapun besarnya penjualan atau
Langsung (Tabela) dapat dilihat
produksi ( Kuswadi, 2006). Biaya
pada Tabel 5.7. (Lampiran 10).
tetap
yaitu
biaya
yang
Tabel 5.7. Biaya Tetap Rata-rata Usahatani Petani Responden di Kelurahan Padang Sappa, Kecamatan Ponrang, Kabupaten Luwu, 2011. Petani No
Responden
Uraian Jumlah
Nilai(Rp)/Ha
1.
Pajak Tanah(Ha)
2.
Penyusutan alat
253.153
3.
Sewa Traktor
800.000
1
50.000
Total Biaya Tetap
1.103.153
Sumber : Data Primer Setelah Diolah 2011. 5.3.3.
Biaya biaya
Rata-rata
Biaya Variabel Variabel
adalah
biaya
variabel
yang dikeluarkan oleh petani yang
yang besar kecilnya tergantung
menerapkan Sistem Tanam Benih
pada skala produksi atau biaya
Langsung
yang penggunaannya habis atau
sawah di Kelurahan Padang Sappa
dianggap habis dalam satu masa
dapat di lihat pada Tabel 5.8.
produksi.
(Lampiran 2 dan 11).
Tergolong
dalam
(Tabela)
pada
padi
kelompok ini antara lain Pupuk Urea, Pupuk NPK PHONSKA, Pupuk cair/PPC/PPT, Pupuk ZA, Pestisida dan upah tenaga kerja. 13
Tabel 5.8.
Biaya Variabel Rata-Rata Usahatani Padi Responden per Hektar di Kelurahan Padang Sappa, Kecamatan
Ponrang, Kabupaten Luwu,
2011. No
1.
Uraian
Jumlah
Harga Satuan
Nilai
(Kg/Ltr)
(Rp)
(Rp)
Biaya Variabel a. Bibit/Benih
70 70
5.000
350.000
b. Urea
150
1.600
240.000
c. NPK Phosnka
200
2.300
460.000
50
1.400
70.000
2
70.000
140.000
36
50.000
1.800.000
- Insektisida
1
80.000
80.000
- Herbisida
1
50.000
50.000
i. Karung
60
2.000
120.000
Jumlah
570
d. ZA e. PPC/PPT f. Tenaga Kerja g. Pestisida
3.310.000
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2011.
usahatani
5.3.4. Biaya Penyusutan Penyusutan
sawah
dengan
yang
Sistem Tanam Benih Langsung
digunakan oleh petani responden
(Tabela) menyusut dalam besaran
dihitung
menggunakan
yang sama setiap tahunnya. Secara
metode lurus dengan asumsi bahwa
matematis penyusutan alat dapat
alat
dirumuskan sebagai berikut :
dengan
yang
alat
padi
digunakan
NPA =
dalam
Nilai Perolehan – Nilai Sisa X Jumlah Alat Lama Pemakaian 14
Jenis dan nilai penyusutan alat dapat dilihat pada Tabel 5.9. Tabel 5.9.
Jenis dan Nilai Penyusutan Alat Rata-Rata Peralatan Usahatani Petani Responden di Kelurahan Padang Sappa, Kecamatan Ponrang, Kabupaten Luwu, 2011.
No
Jenis Alat
Nilai Penyusutan
Persentase (%)
(Rp)
1.
Parang
20.114
7,95
2.
Cangkul
21.831
8,62
3.
Skop
40.451
16,0
4.
Pompa Semprot
95.047
37,5
5.
Pipa
75.710
29,9
Jumlah
253.153
100
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2011.
Tabel 5.9. menunjukkan bahwa
jelasnya
total nilai penyusutan alat pada
penyusutan alat dapat di lihat pada
usahatani
lampiran 4 dan 8.
padi
sawah
dengan
Sistem Tanam Benih Langsung
mengenai
rincian
5.3.5. Total Biaya
(Tabela) petani responden yaitu Rp.
Total Biaya = Biaya Tetap
253. 153 selama satu tahun, hal ini
+ Biaya Variabel
disebabkan karena harga alat dan
Total biaya rata-rata yang
waktu mereka membeli alat-alat
dikeluarkan oleh petani responden
tersebut
yang
berbeda,
sehingga
menerapkan
yang
penyusutan alat petani cenderung
menerapkan Sistem Tanam Benih
berbeda karena harga alat dari
Langsung (Tabela) di Kelurahan
tahun ketahun berbeda, untuk lebih 15
Padang Sappa dapat di lihat pada
Tabel 5.10. (Lampiran 11).
Tabel 5.10. Total Biaya per Hektar Usahatani Padi Sawah Petani Responden Selama 1 Tahun di Kelurahan Padang Sappa, Kecamatan Ponrang, Kabupaten Luwu, 2011. No
Petani Responden
Uraian
Nilai(Rp) 1
Biaya Tetap
1.103.153
2
Biaya Variabel
3.310.000
Total Biaya
4.413.153
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2011.
Total biaya yang dikeluarkan petani
Kelurahan Padang Sappa sangat
responden dengan Sistem Tanam
besar.
Benih
5.3.6. Produksi
Langsung (Tabela) padi
sawah adalah Rp. 4.413.153,- per Hektar. petani
Ini disebabkan karena responden
tambahan
biaya
mengeluarkan seperti
biaya
Pengelolaan merupakan menentukan,
usahatani
kemampuan
petani
mengorganisir
mengkoordinasikan
dan
faktor-faktor
tenaga kerja, sewa traktor, biaya
produksi yang dikuasai sebaik-
perontokkan sehingga biaya yang
baiknya dan memberikan produksi
dikeluarkan petani responden yang
pertanian
menerapkan sistem tanam benih
diharapkan. Ukuran keberhasilan
langsung (Tabela) padi sawah di
pengelolaan
sebagaimana
usahatani
yang
tersebut
adalah produktivitas setiap faktor 16
maupun produktivitas dari setiap
Berikut ini akan disajikan
usahanya (Padholi Hernanto,1993). Produksi
Produksi, Harga/Kg,
dan Nilai
pertanian
Produksi
rata-rata
merupakan hasil yang diperoleh
usahatani
padi
dari salah satu cabang usahatani
Sistem Tanam Benih Langsung
yang
(Tabela) dapat dilihat pada Tabel
diusahakan,
penerimaan
sedangkan
usahatani
adalah
per
Hektar
sawah
dengan
5.11. (Lampiran 11).
perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual.
Tabel 5.11.
Jumlah Rata-Rata Produksi, Harga/Kg dan Nilai Produksi per Hektar Usahatani Padi Petani Responden dengan Sistem Tanam Benih Langsung di Kelurahan Padang Sappa, Kecamatan Ponrang, Kabupaten Luwu, 2011.
No
1
Uraian
Petani
Responden
Produksi
Harga
(Kg)
(Rp)
7.000
3.500
Nilai Produksi (Rp)
yang
menerapkan sistem Tanam
24.500.000
Benih Langsing (Tabela) Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2011. Tabel 5.11. menunjukkan
5.4.
Pendapatan Bersih Petani
bahwa produksi Gabah Basah yang
Pendapatan
usahatani
dihasilkan petani dengan Sistem
merupakan
Tanam Benih Langsung (Tabela)
penerimaan dengan total biaya
adalah 7.000 Kg dengan harga Rp.
yang digunakan dalam usahatani.
3500/Kg (harga Gabah Basah)
Sedangkan penerimaan diperoleh
sehingga nilai produksi rata-rata
dari
yang diterima petani adalah Rp.
produksi dengan harga produksi
24.500.000,-
yang diterima oleh petani sebelum
hasil
selisih
kali
antara
antara
jumlah
17
dikurangi dengan total biaya yang
Benih
digunakan dalam usahatani.
Kelurahan
Rincian nilai penerimaan
Langsung
Kecamatan
(Tabela)
Padang Ponrang,
di
Sappa, Kabupaten
dan pendapatan bersih rata-rata per
Luwu dapat di lihat pada tabel 5.12.
hektar petani dengan Sistem Tanam
(Lampiran 11).
Tabel 5.12. Nilai Penerimaan, Biaya dan Pendapatan Bersih Rata-Rata per Hektar Usahatani Padi Petani Responden dengan Sistem Tanam benih Langsung (Tabela) di Kelurahan Padang Sappa, Kecamatan Ponrang, Kabupaten Luwu, 2011. Petani No
Uraian
Sistem Tanam Benih Langsung (Tabela) (Rp)
1.
Total Penerimaan (TR)
24.500.000
2.
Total Biaya (TC)
4.413.153
3.
Pendapatan Bersih (π) = (1-2)
20.086.487
Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2011. Tabel 5.12. Menunjukkan
Jadi pendapatan bersih yang
bahwa rata-rata pendapatan bersih
diperoleh petani dari usahatani padi
yang diterima oleh petani dengan
dalam
Sistem Tanam Benih Langsung
Kelurahan
(Tabela) Rp. 20.086.487/Ha.
Kecamatan Ponrang, Kabupaten
Angka pada Tabel 5.12. diformulasikan dalam rumus akan
Luwu
Π
tanam
Padang
adalah
di
Sappa,
sebesar
Rp.
hasil
yang
Berdasarkan
diperoleh dapat di lihat petani yang
=
TR – TC
menerapkan Sistem Tanam Benih
=
Rp.
Langsung (Tabela) di Kelurahan
24.500.000 – 4.413.153 = 20.086.487
musim
20.086.487/Ha.
menunjukkan besarnya pendapatan sebagai berikut :
satu
Rp.
Padang Sappa bisa memperoleh Rp.
20.086.487/Ha
walaupun
Sistem Tanam Benih Langsung (Tabela) tidak direkomendasikan 18
oleh
Pemerintah
karena
Berdasarkan hasil penelitian
membutuhkan jumlah benih yang
dan
banyak
disimpulkan bahwa :
sekitar
60-70
Kg/Ha,
namun petani responden dapat mencapai
pendapatan
1.
tersebut
Proses
maka
dapat
produksi
responden
petani
padi
sawah
Tanam
Benih
disebabkan rata-rata umur petani
Sistem
responden antara 25 – 35 tahun
Langsung
yang akan mempengaruhi fisik
Kelurahan Padang Sappa,
kerja dan lebih muda menerima
Kecamatan
informasi,
Kabupaten Luwu mulai dari
sedangkan
dengan
(Tabela)
pengolahan
antara 25 – 35 tahun merupakan
lahan/penyiapan
salah
penanaman,
satu
faktor
utama
bagi
di
Ponrang,
pengalaman berusahatani rata-rata
lahan,
penyulaman,
penentu sumber daya manusia yang
pemupukan, penyemprotan
mempengaruhi tingkat pengalaman
(pengendalian
berusahatani. Semakin lama orang
penyakit), panen dan pasca
bekerja di lahan garapannya, maka
panen.
semakin
tinggi
pengetahuan
2.
Besarnya
hama
dan
biaya
yang
oleh
petani
terhadap bidang yang ditekuninya.
dikeluarkan
Hal inipun mempengaruhi tingkat
responden
keberhasilan suatu usahatani sebab
Sistem
dari pengalaman yang dimilikinya,
Langsung
seorang petani dapat menentukan
Kelurahan Padang Sappa,
langkah atau tindakan selanjutnya
Kecamatan
agar memperoleh pendapatan yang
Kabupaten
Luwu
yang
lebih besar dengan produktivitas
merupakan
Total
biaya
yang tinggi (A.t., Mosher, 1989).
(TC) adalah Rp. 4.413.153,-
Kesimpulan
padi
sawah
Tanam
Benih
(Tabela)
di
Ponrang,
/Ha.
KESIMPULAN DAN SARAN 6.1.
pembahasan
3.
Besarnya nilai pendapatan yang diterima oleh petani responden
padi
sawah 19
Sistem
Tanam
Langsung
Benih
(Tabela)
di
______,
2001. Teknologi Tepat Guna TABELA. Dinas Pertanian dan Peternakan, Kabupaten Luwu.
Kelurahan Padang Sappa, Kecamatan
Ponrang,
Kabupaten
Luwu
sebesar Rp.
adalah
20.086.487,-
/Ha.
6.2.
Saran Berdasarkan pengamatan di lapangan, maka saran yang dapat dikemukakan
yakni,
melihat
keuntungan yang dihasilkan oleh petani di Kelurahan Padang Sappa maka
Sistem
Tanam
Benih
Langsung (Tabela) masih menjadi alasan utama mengapa petani masih banyak yang menerapkan. DAFTAR PUSTAKA Adnyana, 1999. Sistem Tanan Benih Langsung. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Anonim, 1993. Peranan Tanaman Pangan dalam PJPT II. Direktorat Tanaman Pangan, Jakarta. ______,
2000. Teknologi Usahatani Sawah berbasis Padi. Dinas Pertanian Tanaman dan Hortikultura, Makassar.
Arikunto, Suharsimi, 1997. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Rineka Cipta, Jakarta. Arsyad, 1992. Teknologi Pembangunan Pertanian, Departemen Pertanian, Jakarta. Departemen Pertanian, 2008. Teknologi Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Sawah, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP), Sulawesi Selatan. Fadillah Hermanto, 2002. Analisis Usahatani, Penerbit Universitas Indonesia Press, Jakarta. Odjak, 2001. Cara Tanam Benih yang Efisien dan Efektif dengan TABELA. Instansi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian. Ujung Pandang. Phill, 2000. Bunga Rampai Pembangunan Pertanian. Dirjen Tanaman Pangan, Jakarta. Simanjuntak, 1986. Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta. Soeharjo dan Dahlan Patong, 1989. SendiSendi Pokok Ilmu Usahatani. LEBHAS, Ujung Pandang. Soeharjo dan Dahlan Patong, 1993. SendiSendi Pokok Usahatani. Departemen Ilmu-ilmu Sosial 20
Ekonomi Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Soedjana, 1985. Metode Statistika. Tarsito, Bandung. Soekartawi, 1990. Pengantar Ekonomi Pertanian. Galia Indonesia, Jakarta. Soeharto Prawirokusumo, 1990. Ilmu Usaha Tani. Penebar Swadaya, Jakarta. Wirartha, I Made. 2005. Metodologi Penelitian Sosial Ekonomi, Yoyakarta.
21