ANALISIS ASPEK K3 SERTA PERANCANGAN ULANG TATA LETAK INDUSTRI TAHU DI

Download 18 Feb 2017 ... Kelompok usaha tahu Maju Karya merupakan industri yang bergerak dalam pembuatan tahu. Saat ini mesin-mesin modern sangat me...

1 downloads 453 Views 2MB Size
THE 5TH URECOL PROCEEDING

18 February 2017

UAD, Yogyakarta

ANALISIS ASPEK K3 SERTA PERANCANGAN ULANG TATA LETAK INDUSTRI TAHU DI KABUPATEN PACITAN Rana Faridah¹, Rois Fatoni¹, Ichsan Suryo Wicaksono² ¹Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surakarta ²Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Surakarta Email: [email protected], [email protected], [email protected]

Abstrak Kelompok usaha tahu Maju Karya merupakan industri yang bergerak dalam pembuatan tahu. Saat ini mesin-mesin modern sangat menunjang dalam meningkatkan produktivitas di perusahaan salah satunya yaitu ketel uap yang biasa digunakan dalam proses produksi di industri tahu. Namun, ketel uap menjadi salah satu mesin yang dapat memiliki potensi bahaya ledakan yang tinggi dan masalah lainnya jika pekerja tidak memperhatikannya dan kondisi tata letak yang berdekatan dengan ketel uap dapat menambah potensi bahaya yang ada serta panjang lintasan produksi yang cukup panjang dapat menurunkan efektivitas produksi. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi potensi bahaya dan K3 dari ketel uap serta pekerja dan analisa tata letak fasilitas untuk meminimalisir bahaya dan membuat panjang lintasan dari produksi lebih pendek untuk peningkatan produktivitas kerja. Metode yang digunakan merupakan studi lapangan dan studi pustaka mengenai K3, sedangkan untuk perancangan tata letak menggunakan pendekatan Systematic Layout Planning (SLP). Hasil dari penelitian perlu adanya perhatian khusus pada ketel uap khususnya pada industri-industri kecil dan tata letak usulan yang dipilih menunjukan panjang lintasan sebesar 11,60 m, hasil ini lebih efisien 36,61% dari tata letak awal dengan panjang lintasan 18,10 m. Kata Kunci: Ketel Uap, Analisa K3, Systematic Layout Planning (SLP) PENDAHULUAN Persaingan industri yang semakin ketat membuat sejumlah perusahaan atau pabrik memaksimalkan sumber daya yang dimilikinya. Dalam hal ini sumber daya manusia sangat penting karena hal tersebut akan menentukan kinerja dari sebuah perusahaan (Ilfani dan Nugraheni, 2013). Selain sumber daya manusia, mesin-mesin berteknologi tinggi akan menunjang proses dalam sebuah perusahaan. Namun mesin tersebut dapat menimbulkan resiko keselamatan dan kesehatan bagi tenaga kerja. Resiko yang biasanya ditimbulkan biasanya dapat berupa cidera pada tenaga kerja maupun kerugian materi (Zamani, 2014). Keselamatan dan Kesehatan kerja merupakan suatu disiplin ilmu yang merupakan upaya pemeliharaan pada fisik, mental, dan kondisi pekerja atau dapat didefinisikan dalam arti lain yaitu kondisi dimana tenaga kerja merasa nyaman dan aman dengan lingkungannya sehingga dapat meningkatkan kinerja kerja. Namun, minimnya pengetahuan dari tenaga kerja tentang aspek Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) membuat potensi bahaya yang

THE 5TH URECOL PROCEEDING

ditimbulkan sangat besar terlebih pada penggunaan mesin yang semakin maju khususnya steam boiler. Steam boiler yang digunakan dalam industri dapat meledak sewaktu-waktu dan menimbulkan kecelakaan. Steam Boiler adalah suatu bejana tertutup yang menghasilkan uap yang menerapkan energi panas untuk air (Babu dan B.Subbaratnam, 2014). Uap yang ada dibawah tekanan akan digunakan untuk mentransfer suatu panas dalam sebuah proses. Biasanya steam boiler menggunakan air karena efisiensi biaya yang murah dan juga air merupakan media yang baik dalam penghantar panas (Haq, dkk, 2016). Perancangan tata letak dalam suatu industri atau perusahaan manufaktur sangatlah penting (Zhenyuan, dkk, 2011). Tata letak merupakan landasan suatu industri, plant layout dan facilities layout merupakan pengaturan tata letak fasilitas yang mengontrol efisiensi produksi dalam pemindahan bahan baku, jarak dan waktu yang diperlukan dalam pemindahan bahan (material handling) (Pratiwi, dkk, 2012). Perancangan tata letak memiliki keterkaitan dari rancangan fasilitas proses yang satu dengan yang

520

ISBN 978-979-3812-42-7

THE 5TH URECOL PROCEEDING

18 February 2017

lainnya sehingga akan meningkatkan efisiensi dari proses produksi. Dalam dunia industri, masalah tata letak biasanya adalah pada pemindahan bahan baku yang kurang efisien dalam produksi karena letak mesin yang berpotongan atau berjauhan. Tata letak mesin yang saling berjauhan tersebut akan menghambat aktivitas produksi, sehingga produk yang dihasilkan menurun (Susetyo, dkk,2010; Faishol, dkk, 2013; Siska & Henriadi 2012). Selain itu tata letak yang baik akan meminimalisir potensi resiko yang terjadi dalam suatu pabrik. KAJIAN LITERATUR Pelaksanaan program keselamatan kerja bagi tenaga kerja merupakan usaha penunjang yang penting dalam kegiatan produksi. Adapun yang dimaksud dengan keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahan, landasan tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan. Keselamatan kerja bersasaran sejak tempat kerja, baik di darat, di dalam tanah, di permukaan air maupun di udara. Keselamatan kerja menyangkut segenap proses produksi dan distribusi, baik barang maupun jasa (Suma’mur, 1981). Ada 3 faktor utama terjadinya kecelakaan yaitu perbuatan manusia yang tidak aman, kondisi lingkungan yang tidak aman, dan manajemen. Manusia merupakan faktor utama dalam segala kegiatan pelaksaan yang dapat memungkinkan timbulnya tindakan yang kurang aman yang disebabkan oleh beberapa hal, antara lain tingkat pendidikan, keterampilan yang tidak sesuai dengan pekerjaan, keadaan dan mental yang belum siap/tidak cocok untuk tugas yang diembannya, tingkah laku dan kebiasaan ceroboh, terlalu berani, tanpa mempedulikan pedoman kerja , cara kerja serta proses produksi tidak memenuhi syarat, kurangnya pengawasan, kemampuannya belum/tidak sesuai dengan kebutuhannya, tidak adanya standar/ pedoman kerja yang jelas, kurangnya perhatian dari pihak manajemen terhadap K3 (Sumekar,2015) Boiler adalah bejana tertutup yang digunakan sebagai sarana untuk mengkonversi air menjadi uap. Uap di bawah tekanan kemudian digunakan untuk mentransfer panas ke

THE 5TH URECOL PROCEEDING

UAD, Yogyakarta

suatu proses. Air merupakan media yang digunakan untuk mengalirkan panas ke suatu proses. Ketika air yang dididihkan volumenya meningkat sekitar 1.600 kali, akan menghasilkan kekuatan yang hampir sama dengan bahan peledak seperti bubuk mesiu. Hal ini menyebabkan boiler menjadi sangat berbahaya dan harus diperlakukan dengan hati-hati. Kontrol kondisi operasi pada boiler sangat diperlukan karena tekanan tinggi dan suhu adalah masalah bahaya utama dan memiliki risiko ledakan. Steam boiler juga memiliki biaya produksi, biaya operasi dan biaya perawatan sangat tinggi (Haq, dkk, 2016). Kecelakaan steam boiler (steam boiler accident) yang paling sering terjadi adalah berupa ledakan (exploison) dan kebocoran steam. Ledakan boiler terjadi karena adanya overpressure, yaitu kenaikan tekanan di dalam boiler hingga melebihi kekuatan dinding boiler. Sedangkan, kebocoran steam terjadi karena adanya keretakan pipa (tube rupture). Semua kecelakaan tersebut bermula dari kegagalan operasi steam boiler (Fatoni, 2013). Persyaratan ketel uap mini (SNI 05-67022002) berlaku untuk konstruksi ketel uap mini dan kelengkapannya. Klasifikasi yang dipakai tidak boleh melebihi batasan berikut: a. Diameter dalam badan 406 mm (16 inchi) b. Permukaan kena panas 1,9m² (20ft²) tidak berlaku untuk ketel uap listrik c. Volume kotor 0,14m³ (5ft³) tidak termasuk selubung (casing) dan insulasi (Hakim, 2015). Pengertian perancanaan fasilitas dapat dikemukakan sebagai proses perancangan fasilitas, termasuk di dalamnya analisis, perencanaan, desain dan susunan fasilitas, peralatan phisik, dan manusia yang ditujukan untuk meningkatkan efisiensi produk dan sistem pelayanan. Perencanaan fasilitas merupakan rancangan dari fasilitas-fasilitas industri yang akan didirikan atau dibangun. Di dunia industri, perencanaan fasilitas dimaksudkan sebagai sarana untuk perbaikan layout fasilitas, digunakan dalam penanganan material (material handling) dan untuk menentukan peralatan dalam proses produksi, juga digunakan dalam perencanaan fasilitas secara keseluruhan. Secara

521

ISBN 978-979-3812-42-7

THE 5TH URECOL PROCEEDING

18 February 2017

UAD, Yogyakarta

skematis perencanaan fasilitas pabrik dapat digambarkan sebagai berikut (Purnomo,2004).

Gambar 1. Sistematika Perencanaan Fasilitas Pabrik Tujuan perancangan fasilitas yaitu untuk memenuhi kapasitas produksi dan kebutuhan kualitas dengan cara yang paling ekonomis melalui pengaturan dan koordinasi yang efektif dari fasilitas fisik. Perancangan fasilitas akan menentukan bagaimana aktivitas-aktivitas dari fasilitas-fasilitas produksi dapat diatur sedemikian rupa sehingga mampu menunjang upaya pencapaian tujuan pokok secara efektif dan efisien (Purnomo, 2004). Tahapan proses perancangan tata letak dijabarkan mengikuti urutan kegiatan yang dikembangkan oleh Richard Muther (1973) yaitu melalui pendekatan Systematic Layout Planning (SLP). Langkah SLP banyak diaplikasikan untuk berbagai macam problem antara lain produksi, transportasi, pergudangan, supporting service, perakitan, aktivitas-aktivitas perkantoran dan lain-lain. Secara ringkas tahapan proses pelaksanaan SLP dapat digambarkan dalam diagram berikut (Wignjosoebroto, 2000):

THE 5TH URECOL PROCEEDING

Gambar 2. Prosedur Pelaksanaan Systematic Layout Planning Dari prosedur diatas dapat dilihat bahwa langkah awal yaitu dengan pengumpulan data yang dipakai untuk perencanaan layout berdasarkan kegiatan produksi baik yang sedang berlangsung atau yang sedang diramalkan. Setelah data yang dibutuhkan terkumpul maka analisa aliran material yang dikombinasikan dengan analisa aktivitas (activity relationship) bisa dipakai untuk membuat perencanaan diagram hubungan aktivitas (relationship diagram). Dengan memperhatikan kebutuhan akan luas area untuk fasilitas yang ada maka langkah selanjutnya adalah merencanakan Space Relationship Diagram. Berdasarkan SRD dengan pertimbangan modifikasi dan batasan maka alternatif layout bisa dirancang dan dievaluasi seperlunya. SLP akan dimulai setelah masalah pada tata letak diformulasikan. Lima langkah pertama mulai dari analisa flow of materials sampai dengan penyesuaian dengan luasan area yang tersedia merupakan langkah analisa terhadap masalah yang telah diformulasikan. Langkah keenam sampai dengan kesembilan (pembuatan space relationship diagram – perencanaan alternatif layout) merupakan fase penelitian yang diperlukan untuk proses perencanaan. Fase pemilihan alternatif layout yang akan

522

ISBN 978-979-3812-42-7

THE 5TH URECOL PROCEEDING

18 February 2017

diaplikasikan dalam hal ini dilaksanakan dalam langkah yang terakhir.

METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode penelitian secara kualitatif. Dari penelitian secara kualitatif akan menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Penelitian juga menggunakan metode deskriptif yaitu pencarian fakta dengan intepretasi yang tepat. Objek yang diteliti dalam penelitian ini adalah sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Pebrik tahu tersebut terutama pada alat pelindung diri dan kondisi pabrik serta tata letak pabrik tahu tersebut dengan mengutamakan atau memperhatikan posisi steam boiler dan panjang lintasan perpindahan bahan untuk proses produksi. Teknik pengumpulan data yang dilakukan yaitu: a. Observasi Lapangan atau metode survei, yaitu penyelidikan yang diadakan untuk memperoleh fakta-fakta. Dalam metode ini akan mengevaluasi dan membandingkan beberapa hal yang telah dikerjakan dalam menangani masalah serupa sehingga hasilnya dapat digunakan dalam pembuatan rencana dan pengambilan keputusan di masa datang. Penelitian ini dengan melakukan pengamatan langsung sistem K3 pada pabrik tahu tersebut serta analisa tata letak dalam setiap bagian di pabrik. b. Wawancara dilakukan dengan pihak yang terkait dalam pabrik tahu tersebut. c. Studi pustaka, yaitu untuk memperoleh pengetahuan secara teoritis dengan membaca literatur yang berhubungan dengan K3 dan perancangan tata letak fasilitas pabrik. Data penelitian yang diperoleh bersumber dari: a. Data Primer Merupakan data yang diperoleh langsung dari sumber asli (tidak melalui media perantara). Data ini diperoleh dari: 1) Hasil dari observasi secara langsung 2) Wawancara dengan pihak utama di pabrik tahu mengenai K3 3) Menganalisis dengan pengamatan langsung dari tata letak pabrik tahu yang

THE 5TH URECOL PROCEEDING

UAD, Yogyakarta

berkaitan dengan penempatan steam boiler b. Data Sekunder Merupakan sumber data penelitian yang diperoleh secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan. Data ini diperoleh dari: 1) Data yang berhubungan dengan K3 dan tata letak fasilitas. 2) Buku acuan, jurnal ilmiah yang berkaitan dengan topik penelitian. HASIL DAN PEMBAHASAN Industri tahu ini merupakan kelompok usaha tahu “Maju Karya” yang terletak di Dusun Kebon Desa Donorojo, Pacitan, Jawa Timur. Industri tahu ini memiliki kapasitas produksi 25 kg per hari dan memiliki luas bangunan ± 75m² dengan karyawan yang hanya berjumlah satu orang. Pada industri tahu ini proses produksinya telah menggunakan ketel uap dan serbuk kayu sebagai bahan bakar untuk memanaskan ketel uap sebelum beroperasi. Pemilihan serbuk kayu adalah agar limbah yang dihasilkan tidak memiliki bau yang menyengat. Serbuk kayu didapatkan dari para pengrajin kayu di sekitar Donorojo. Ketel uap yang digunakan merupakan bantuan dari pemerintah yanng didapatkan pada tahun 2016 karena industri ini bergabung dengan kelompok usaha pada koperasi yang ada di Pacitan. Ketel uap yang digunakan ada dua buah dan cukup besar, sehingga akan menghasilkan uap yang cukup banyak dan proses pemasakan akan lebih cepat. a. Analisa Sistem Keamanan Hasil dari analisa pada sistem keamanaan yang ada di industri tahu Maju Karya Donorojo adalah sebagai berikut: 1) Penggunaan ketel uap di daerah Donorojo masihlah minim dan tidak adanya pelatihan khusus mengenai potensi bahaya yang ditimbulkan oleh ketel uap. Dengan demikian hal tersebut akan menjadi salah satu penyebab human error

523

ISBN 978-979-3812-42-7

THE 5TH URECOL PROCEEDING

18 February 2017

jika menghadapi ketel uap dalam kondisi yang tidak sewajarnya 2) Sistem informasi pada ketel uap seperti alarm apabila terjadi overpressure maupun underpressure pada ketel uap ataupun level control air belum ada, serta level control untuk tekanan yang beroperasi juga belum tersedia. Ketel uap yang digunakan masih cukup sederhana. Dalam hal ini alarm atau kelengkapan ketel uap yang lain seperti level control pada air dan tekanan sangat diperlukan, karena hal tersebut dapat membantu operator saat operator sedang tidak memperhatikan ketel uap. Level control pada air dan tekanan berguna untuk tetap mempertahankan ketel uap pada kondisi optimumnya. 3) Pada layout awal pabrik, peletakan ketel uap dengan proses produksi seperti tunggu pemasakan ataupun penggorengan berdekatan, hal ini akan membahayakan pekerja pada saat terjadi ledakan ketel uap dan mungkin dapat memakan korban. Karena ledakan pada ketel uap akan memungkinkan timbulnya daya dorong yang kuat akibat tekanan yang tinggi. 4) Penggorengan dan tempat bahan bakar yang juga berdekatan dengan ketel uap akan menyulitkan pemadaman api ketika terjadi kebakaran, karena sumber api juga dekat dengan potensi ketel uap yang berbahaya dan dapat menyambar dengan mudah. b. Pengetahuan Pekerja Mengenai Alat Pelindung Diri (APD) Banyak faktor yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja, faktor tersebut dapat berasal dari kondisi lingkungan maupun kesalahan pekerja itu sendiri. Penggunaan alat pelindung diri merupakan salah satu upaya yang dapat mencegah terjadinya kecelakaan kerja baik yang disengaja maupun tidak disengaja. Berdasarkan hasil pengamatan, bahwa pekerja disana tidak menggunakan alat pelindung diri yang memadai yaitu hanya memakai baju, celana pendek serta sepatu boot. Padahal pekerja juga mengoperasikan ketel uap yang memiliki potensi bahaya tinggi. Minimnya

THE 5TH URECOL PROCEEDING

UAD, Yogyakarta

penggunaan alat pelindung diri ini kemungkinan juga disebabkan dengan kondisi lingkungan kerja yang cenderung bersuhu panas. Sehingga jika alat pelindung diri yang digunakan lengkap hal tersebut justru akan menganggu kinerja mereka. Namun jika hal ini diteruskan maka juga akan menimbulkan dampak buruk bagi pekerja maupun proses produksi. c. Identifikasi Bahaya Dari analisis keamanan diatas dapat diidentifikasikan potensi bahaya yang mungkin terjadi, antara lain: 1) Ledakan ketel uap Ledakan pada ketel uap dapat terjadi karena minimnya pengetahuan pekerja mengenai ketel uap, atau kelalaian pekerja dan tersumbatnya pipa yang berfungsi untuk mengalirkan uap menuju tungku pemasak. Hal ini dikarenakan desain dari ketel uap tersebut masih sangat sederhana dan tidak ada parameter atau pengingat ketika ketel uap pada kondisi yang tidak sewajarnya. 2) Kebakaran pada pabrik Area pabrik yang tidak terlalu luas, serta penempatan proses produksi yang berdekatan dengan ketel uap terutama untuk tungku penggorengan serta penyimpanan bahan bakar dapat menyebabkan kebakaran yang sangat cepat jika terjadi ledakan pada ketel uap karena sumber api berada dekat dengan posisi ketel uap. 3) Kecelakaan pada pekerja Kecelakaan pekerja misalnya luka terbakar ataupun tertusuk dapat terjadi karena alat pelindung diri yang digunakan oleh pekerja masih sangatlah minim. d. Skenario Kecelakaan Dari identifikasi yang telah diuraikan dapat dijabarkan skenario kecelakaan yang mungkin terjadi pada industri tahu tersebut. 1) Ledakan ketel uap Meskipun telah menggunakan ketel uap yang baik tidak terpungkiri bahwa ledakan dapat terjadi kapan pun apalagi kelengkapan pada ketel uap yang masih kurang memadai. Terjadinya ledakan

524

ISBN 978-979-3812-42-7

THE 5TH URECOL PROCEEDING

18 February 2017

ketel uap dapat diakibatkan oleh beberapa hal, yaitu: a) Kelalaian pekerja Kelalaian pekerja menjadai salah satu faktor penyebab ledakan pada ketel uap. Sebagai contoh pada saat pekerja lupa mengalirkan air dalam boiler ataupun air yang dialirkan berlebih, serta pemanasan boiler yang terlalu berlebihan, sehingga dapat membuat kondisi tekanan yang ada didalam boiler meningkat dan akhirnya menimbulkan daya dorong sehingga menyebabkan ledakan yang terlalu kuat dan tidak dapat dihindari. b) Pipa uap yang tersumbat Faktor lain yang menyebabkan ledakan pada ketel uap yaitu tersumbatnya pipa yang berfungsi untuk menyalurkan uap ke dalam tungku pemasakan. Pengoperasian pabrik yang dilakukan setiap hari membuat intensitas dalam pengecekan ketel uap menjadi rendah. Sehingga tersumbatnya pipa ketel uap akan lama untuk diketahui. Tersumbatnya pipa ini dapat diakibatkan kemungkinan kondisi air yang masih kotor atau mengandung kapur, karena melihat kondisi Donorojo yang masih berada didaerah pegununan sehingga membuat air memiliki kesadahan yang cukup tinggi. Hal tersebut dapat menyebabkan timbulnya endapan secara terus menerus sehingga pipa tersebut akan mudah tersumbat dan mengalami korosi. 2) Kebakaran pada pabrik Tata letak serta posisi stasiun kerja yang kurang tepat menjadi salah satu penyebab kebakaran pada pabrik. Terutama untuk posisi ketel uap dengan penggorengan dan penyimpanan bahan bakar, sehingga apabila terjadi ledakan percikan api yang ditimbulkan dapat merambat dengan cepat pada sumber api yang lain dan api akan sulit untuk dipadamkan. 3) Kecelakaan pada pekerja Pekerja terkadang menganggap ringan kecelakaan kecil seperti tertusuk atau

THE 5TH URECOL PROCEEDING

UAD, Yogyakarta

bahkan terkena air panas. Padahal lukaluka tersebut dapat merusak tubuh pekerja bahkan menimbulkan kematian. Alat pelindung diri yang digunakan bahkan tidak memadai, terutama pada stasiun ketel uap ketika memasukkan bahan bakar apabila terjadi kesalahan maka dapat menimbulkan luka bakar yang cukup serius dan akan mengganggu kinerja dari produksi. e. Rekomendasi Standar Keamanan dan Keselamatan Dari analisis yang dilakukan yaitu indetifikasi bahaya dan skenario kecelakaan, didapatkan rekomendasi untuk industri tahu Maju Karya yaitu sebagai berikut: 1) Dalam hal pemberian bantuan ketel uap seharusnya pihak terkait memberikan beberapa pengarahan mengenai kinerja serta potensi yang akan ditimbulkan dari ketel uap tersebut. 2) Pemilik industri tahu berkonsultasi terlebih dahulu tentang tata letak dan jarak yang dianjurkan ketika akan memasang ketel uap untuk menghindari bahaya yang tidak diinginkan seperti jarak antara ketel uap dengan tungku penggorengan ataupun tempat penyimpanan bahan bakar, sehingga ketika terjadi ledakan atau percikan api dapat diatasi dan tidak menyambar pada sumber yang dapat menyalakan api tersebut. 3) Industri tahu tersebut sebaiknya menambah jumlah pekerjanya sehingga tidak hanya satu pekerja saja, selain dapat menghindari kelalaian yang ditimbulkan oleh pekerja juga untuk meningkatkan konsentrasi dan kebugaran tubuh pada pekerja. 4) Pada ketel uap seharusnya ada petunjuk pengoperasian serta potensi bahaya yang dapat ditimbulkan yang ditempelkan pada ketel uap tersebut. Sehingga pekerja pun terus dapat mengawasi dan mengoperasikan ketel uap sesuai prosedur yang telah ditentukan. 5) Untuk industri tahu yang menggunakan sistem pemanas seperti ketel uap pada proses pemasakannya, seharusnya ketel uap yang digunakan memiliki piranti yang

525

ISBN 978-979-3812-42-7

THE 5TH URECOL PROCEEDING

18 February 2017

secara umum memang harus dimiliki ketel uap, yaitu: a) Safety Valve Merupakan katup pengaman yang digunakan untuk mencegah tekanan berlebih pada ketel uap yang dapat menyebabkan ketel uap meledak sewaktu-waktu. b) Level control Permukaan air didalam ketel uap disyaratkan terletak minimal 10cm diatas dinding ketel uap. Dengan demikian ketika level air tersebut lebih tinggi maka uap yang dihasilkan dalam ketel uap tidak memliki ruang didalam sehingga nanti uap yang akan mengalir dalam ketel tidaklah maksimal.

UAD, Yogyakarta

Dengan adanya level control maka pekerja dapat mengawasi ketinggian air sehingga dapat menghasilkan uap yang maksimum untuk kelancaran produksi. c) Alarm Control Pemberian tanda bahaya seperti alarm berfungsi untuk memberikan peringatan ketika ketel uap beroperasi tidak sesuai kondisi sewajarnya. Tata letak awal pada industri tahu Maju Karya yang berada di Dusun Kebon ini memiliki luas yang cukup besar, tetapi penataan beberapa stasiun kerjanya kurang bisa menghasilkan aliran produksi yang efektif dan efisien. Berikut adalah tata letak awal pada industri tahu Maju Karya:

Gambar 3. Tata Letak Awal Industri Tahu Maju Karya Dalam melakukan perancangan tata letak Langkah pertama yang dilakukan dalam fasilitas pabrik tahu melalui pendekatan SLP perencanaan layout ini dengan menganalisis (Systematic Layout Planning). SLP merupakan aliran material. Analisis aliran material pendekatan sistematis dan terorganisir untuk merupakan usaha pengukuran kuantitatif perencanaan layout yang dikembangkan oleh untuk setiap gerakan perpindahan material Richard Muther pada tahun 1973. Langkah diantara departemen atau aktivitas dalam SLP banyak diaplikasikan untuk berbagai operasional. Hasil pengamatan pada proses macam masalah antara lain yaitu produksi, produksi digambarkan dengan peta proses transportasi, pergudangan, supporting service, operasi (operation process chart). Peta perakitan, dan lain-lain. Prosedur dalam proses operasi ini akan menggambarkan melakukan pendekatan SLP secara ringkas telah urutan kerja pada setiap stasiun kerja serta dijelaskan pada gambar 2. waktu yang diperlukan dalam satu proses. a. Identifikasi Aliran Material

THE 5TH URECOL PROCEEDING

526

ISBN 978-979-3812-42-7

THE 5TH URECOL PROCEEDING

18 February 2017

UAD, Yogyakarta

Gambar 4. Peta Proses Operasi Dari gambar 4 diketahui bahwa dalam proses rekapitulasi kebutuhan luas area pada tata tersebut biasanya menghabiskan waktu ± 246 letak awal dapat dilihat pada tabel dibawah menit dalam proses produksi. Untuk panjang ini: lintasan aliran material handling dan Tabel 1. Panjang Lintasan Material Handling Tata Letak Awal Ke 1 2 3 4 5 6 7 8 Total (m) Dari 1 2,50 2 5,00 3 2,50 4 0,50 5 1,30 6 4,00 7 2,50 8 Total panjang aliran material handling tata letak awal Keterangan: 1. Pintu Masuk 2. Perendaman 3. Penggilingan 4. Pemasakan b. Activity Relationship Chart

THE 5TH URECOL PROCEEDING

5. 6. 7. 8.

2,50 5,00 2,50 0,50 1,30 4,00 2,50 0 18,3

Penyaringan dan Pencukaan Pencetakan Tempat Produk Jadi Penggorengan

Merupakan analisa aliran material dengan penggambaran berbagai macam peta proses

527

ISBN 978-979-3812-42-7

THE 5TH URECOL PROCEEDING

18 February 2017

untuk mencari hubungan aktivitas pemindahan material dari satu fasilitas kerja ke fasilitas kerja lainnya dengan aspek kuantitatif sebagai tolak ukur untuk mencari

UAD, Yogyakarta

derajat hubungan aktivitasnya. ARC yang didapat berdasarkan industri tahu tersebut adalah sebagai berikut:

Gambar 5. Activity Relationship Chart c. Activity Relationship Diagram materialnya yang biasanya dijabarkan dengan Dalam perencanaan tata letak fasilitas derajat diagram alir. Dalam metode SLP ini, hubungan ditinjau dari dua aspek kualitatif menggunakan kombinasi antara derajat maupun aspek kuantitatif. Perancangan yang hubungan aktivitas dengan aliran material bersifat kualitatif akan lebih dominan dalam untuk pertimbangan dari modifikasi dan tata menganalisis derajat hubungan aktivitas yang letak yang akan dievaluasi untuk digunakan. biasanya dijabarkan melalui peta hubungan Kombinasi tersebut akan menghasilkan aktivitas. Namun adakalanya perancangan Activity Relationship Diagram yang dilihat tersebut bersifat kuantitatif yang berarti akan dari analisis sebelumnya sebagai berikut: lebih dominan dalam analisis aliran

Gambar 6. Activity Relationship Diagram Usulan pertama

THE 5TH URECOL PROCEEDING

528

ISBN 978-979-3812-42-7

THE 5TH URECOL PROCEEDING

18 February 2017

UAD, Yogyakarta

Gambar 7. Activity Relationship Diagram Usulan Kedua

Gambar 8. Activity Relationship Diagram Usulan Ketiga d. Space Relationship Diagram Tabel 2. Rekapitulasi Kebutuhan Luas Area Setelah analisa aliran material dibuat serta Keseluruhan Lembar Kebutuhan Luas Area Keseluruhan hubungan derajat aktivitas dari tiap-tiap stasiun kerja dipertimbangkan, maka desain Departemen/ Jumlah Total Lantai P (m) L (m) Luas (m²) dari alternatif layout dapat dibuat dengan Stasiun Kerja Unit (m²) mengkombinasikan luas area yang Perendaman 1,3 0,9 1,17 1 1,17 dibutuhkan. Untuk kebutuhan ruang yang Penggilingan 1,6 0,6 0,96 1 0,96 dibutuhkan dapat dilihat pada tabel 2. Pada Pemasakan 1,8 1 1,8 1 1,8 Penyaringan tabel 2 total yang diperoleh untuk kebutuhan dan ruang yaitu sebesar 24,29 m² dan 0,9 1 0,9 1 0,9 Pencukaan ketersediaan yang dimiliki oleh industri tahu Pencetakan 2,83 0,5 1,42 1 1,42 sebesar 75 m², sehingga perubahan tata letak Tempat 2,05 1,44 2,95 1 2,95 sangat mungkin untuk dilakukan. Diagram Produk Jadi dari keduanya akan dijabarkan dengan space Penggorengan 1,83 0,81 1,48 1 1,48 relationship diagram sebagaimana Boiler 2,7 1,22 3,29 1 3,29 Gudang 2,4 1,8 4,32 1 4,32 dipresentasikan sebagai berikut: Parkiran 3 2 Total kebutuhan luas area keseluruhan

THE 5TH URECOL PROCEEDING

529

6

1

ISBN 978-979-3812-42-7

6 24,29

THE 5TH URECOL PROCEEDING

18 February 2017

UAD, Yogyakarta

Gambar 9. Space Relationship Diagram Usulan Pertama

Gambar 10. Space Relationship Diagram Usulan Kedua

Gambar 11. Space Relationship Diagram Usulan Ketiga e. Tata Letak Usulan mempertimbangkan derajat hubungan, aliran Berikut merupakan tata letak usulan untuk material handling serta berfokus pada potensi industri tahu Maju Kaya dengan bahaya di ketel uap.

THE 5TH URECOL PROCEEDING

530

ISBN 978-979-3812-42-7

THE 5TH URECOL PROCEEDING

18 February 2017

UAD, Yogyakarta

Gambar 12. Tata Letak Usulan Pertama

Gambar 13. Tata Letak Usulan Kedua

Gambar 14. Tata Letak Usulan Ketiga

THE 5TH URECOL PROCEEDING

531

ISBN 978-979-3812-42-7

THE 5TH URECOL PROCEEDING

18 February 2017

Panjang lintasan untuk masing-masing tata letak usulan adalah sebagai berikut:

antara satu tempat dengan yang lainnya, selain itu posisi boiler yang tidak terlalu dekat dengan sumber api yang dapat menyebabkan kebakaran. Pada tata letak usulan kedua memiliki panjang lintasan sebesar 11,10 m, sedangkan pada tata letak ketiga memiliki panjang lintasan sebesar 11,60m. Dalam hal ini, meskipun panjang lintasan pada tata letak kedua lebih daripada ketiga, namun pada tata letak ketiga keterkaitan posisi proses berdasarkan dengan ARC dan ARD yang telah dibuat. Pada tata letak usulan ketiga ketel uap dan pemasakan memiliki derajat keterkaitan sangat penting (E) sehingga hal tersebut membuat stasiun pemasakan dan ketel uap didekatkan. Untuk itu dipilih tata letak ketiga dalam perbaikan layout pabrik tahu.

Tabel 3. Panjang Lintasan Material Handling Tata Letak Pertama Ke 1 2 3 4 5 6 7 8 Total Dari (m) 1 2,50 2,50 2 0,50 0,50 3 1,80 1,80 4 0,50 0,50 5 5,10 5,10 6 0,70 0,70 7 7 7,00 8 0 Total panjang aliran material 18,10 handling tata letak pertama Tabel 4. Panjang Lintasan Material Handling Tata Letak Kedua Ke 1 2 3 4 5 6 7 8 Total Dari (m) 1 2,50 2,50 2 0,50 0,50 3 2,50 2,50 4 0,50 0,50 5 3,10 3,10 6 1,00 1,00 7 1 1,00 8 0 Total panjang aliran material 11,10 handling tata letak kedua Tabel 5. Panjang Lintasan Material Handling Tata Letak Ketiga Ke 1 2 3 4 5 6 7 8 Total Dari (m) 1 2,50 2,50 2 0,50 0,50 3 3,00 3,00 4 0,50 0,50 5 3,10 3,10 6 1,00 1,00 7 1 1,00 8 0 Total panjang aliran material 11,60 handling tata letak ketiga

KESIMPULAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan sebagai berikut: a. Pada analisa Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), pengetahuan pekerja mengenai penggunaan APD masih minim. Selain APD pengetahuan dan prosedur dalam mengoperasikan ketel uap masih minim dan tidak adanya penyuluhan pihak terkait pemberi bantuan ketel uap mengenai potensi bahaya yang dapat ditimbulkan pada ketel uap. Ketel uap yang dioperasikan juga belum memiliki standar keamanan ketel uap pada umumnya seperti safety valve ataupun level control. b. Rancangan tata letak yang terpilih pada perbaikan tata letak fasilitas industri tahu Maju Karya yaitu yang memiliki panjang lintasan material handling 11,60 m dan hasil ini lebih efisien 36,61% jika dibandingkan dengan panjang lintasan tata letak awal sebesar 18,30 m dan tata letak usulan lain sebesar 18,10 m serta 11,10 pada tata letak usulan dua. Meskipun panjang lintasan tata letak dua lebih pendek, tapi pertimbangan pada tata letak ketiga juga terletak pada posisi derajat keterkaitan antar proses. REFERENSI Babu, M.Suri dan B. Subbaratnam. 2014. Finite Element Analysis of Steam Boiler

Dari tiga tata letak usulan dapat dipilih tata letak usulan ketiga dengan pertimbangan melihat pada hubungan derajat keterkaitan

THE 5TH URECOL PROCEEDING

UAD, Yogyakarta

532

ISBN 978-979-3812-42-7

THE 5TH URECOL PROCEEDING

18 February 2017

Used in Power Plants. SSRG International Journal of Mechanical Engineering (SSRG-IJME). Vol 1. Hal 28-35 Berg, Heinz Peter. 2010. Risk Management: Procedures, Method, and Experiences. Vol 1. 2(17). Hal 79-95 Faishol, Muh., Sri Hastuti., dan Millatul Ulya. 2013. Perancangan Ulang Tata Leteak Fasilitas Produksi Pabrik Tahu Srikandi Junok Bangkalan. AGROINTEK. Vol 7. No.2. Hal 57-65 Fatoni, Rois. 2013. Rekomendasi Standar Sistem Keselamatan Untuk Steam Boiler di Pabrik Tahu. Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) Ilfani, Grisma dan Rini Nugraheni. 2013. Analisis Pengaruh Keselamatan dan Kesehatan Kerja terhadap Kinerja Karyawan (Studi pada PT. Apac Inti Corpora Bawen Jawa Tengah Unit Spinning 2). Jurnal Studi Manajemen & Organisasi. Vol.10. No.2. Hal 160-166 Hakim, Legisnal dan Purwo Subekti. 2015. Rancang Bangun Ketel Uap Mini dengan Pendekatan Standar SNI Berbahan Bakar Cangkang Sawit untuk Kebutuhan Pabrik Tahu Kapasitas 200 kg Kedelai/hari. Jurnal Aptek. Vol 7. No 1. Hal 1-8 Haq, Ejaz ul, Tanzeel Ur Rahman, Abdul Ahad, Farman Ali, Muhammad Ijaz. 2016. Modeling and Simulation of an Industrial Steam Boiler. International Journal of Computer Engineering and Information Technology. Vol 8. No.1. hal 7-10 Pratiwi, Indah, Etika Muslimah, dan Abdul Wahab Aqli. 2011. Perancangan Tata Letak Fasilitas di Industri Tahu Menggunakan Blocplan. Jurnal Ilmiah Teknik Industri. Vol 11. No.2. Hal 102112 Purnomo, Hari. 2004. Perencanaan dan Perancangan Fasilitas. Edisi Satu. Graha Ilmu. Yogyakarta Siska, Merry dan Henriadi. 2012. Perancangan Fasilitas Pabrik Tahu untuk Meminimalisasi Material Handling. Jurnal Teknik Industri. Vol.13. No.2. Hal 133-141

THE 5TH URECOL PROCEEDING

UAD, Yogyakarta

Sumekar, Ariana. 2015. Analisis Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) pada Perajin Perak di Industri Perak “X” Yogyakarta. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Vol 08. No 01. Hal 374-381 Suma’mur. 1981. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan. PT Toko Gunung Agung. Jakarta Susetyo, Joko, Risma Adelina Simanjuntak, Joao Magno Ramos. 2010. Perancangan Ulang Tata Letak Fasilitas Produksi dengan Pendekatan Group Technology dan Algoritma Blocplan untuk Meminimasi Ongkos Material Handling. Jurnal Teknologi. Vol 3. No 1. Hal 75-84 Wignjosoebroto, Sritomo.2000. Tata Letak Pabrik dan Pemindahan Bahan. Edisi Ketiga. Institut Teknologi Sepuluh November. Surabaya Zamani, Wildan. 2014. Identifikasi Bahaya Kecelakaan Unit Spinning Menggunakan Metode Hirarc di PT. Sinar Pantja Djaja. Unnes Journal of Public Health. UJPH 3 (1) (2014) Zhenyuan, Jia, LU Xiaohong, Wang Wei, Jia Defeng, Wang Lijun. 2011. Design and Implementation of Lean Facility Layout System of a Produsction Line. International Journal of Industrial Engineering. Vol 18 (5). Hal 260-269

533

ISBN 978-979-3812-42-7