ANALISIS DAMPAK KEBIJAKAN PENYALURAN KREDIT KEPADA UMKM TERHADAP PERTUMBUHAN PEMBIAYAAN UMKM OLEH PERBANKAN Chaerani Nisa
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila Jakarta Email:
[email protected] ABSTRACT Bank Indonesia launched PBI No. 14/22 in 2012. It regulates about the mandatory for all commercial banks to give minimum 20% of its total credit to Micro, Small and Medium Enterprise (MSME) in 2018 at the latest. By this regulation, government expects that there will be a significant raise in credit deployment to MSME sector. The aim of this research is to find out whether there’s a significant raise in credit deployment growth to MSME sector. The research methodology that is used in this research is a descriptive method. While for data analysis, this research use non parametric tool, Mann Whitney U Test, to compare between two means from two populations. Based on this research, it shows that until December 2015 there is no significant growth in credit deployment to MSME. As a contrary, average credit to MSME sector in January 2012 until December 2015 is lower than average credit deployment to MSME in January 2011 until Devember 2012. Keywords: MSME, Credit Deployment, Banking ABSTRAK Bank Indonesia menetapkan PBI No. 14 yang mengatur mengenai kewajiban penyaluran kredit oleh perbankan kepada UMKM. Peraturan tersebut kemudian diubah menjadi PBI No. 17 tahun 2015. Berdasarkan peraturan tersebut pada tahun 2018, bank umum wajib menyalurkan 20% dari total kreditnya kepada UMKM dengan kualitas kredit yang terjaga. Diharapkan dengan adanya peraturan ini pemberian kredit kepada UMKM meningkat selanjutnya kebutuhan kredit oleh UMKM dapat terpenuhi. Tujuan dari penelitian ini melihat apakah ada kenaikan pertumbuhan kredit kepada UMKM oleh perbankan setelah peraturan tersebut diterbitkan oleh pemerintah. Metodologi penelitian yang digunakan untuk penelitian ini adalah metode deskriptif. Sedangkan analisis data menggunakan metode non parametric, Mann Whitney U Test, untuk membandingkan rata-rata antara dua populasi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis, kebijakan tersebut belum berdampak signifikan terhadap peningkatan kredit kepada UMKM. Kata Kunci: UMKM, Kredit, Perbankan
212
DeReMa Jurnal Manajemen Vol. 11 No. 2, September 2016
57.895.721 sementara unit usaha yang
1. Latar Belakang Keberadaan UMKM sebagai tulang
masuk dalam kategori unit usaha besar
punggung perekonomian Indonesia sudah
hanya
tidak diragukan lagi. Daya tahannya dalam
Demikian juga dengan kemampuan untuk
menghadapi krisis ekonomi yang beberapa
menampung jumlah tenaga kerja. Unit
kali melanda juga sudah teruji. Ketahanan
usaha besar mempekerjakan pegawai
tersebut diantaranya disebabkan oleh
sebesar 3.537.162 tenaga kerja, sementara
UMKM tidak memiliki ketergantungan
tenaga kerja yang bekerja untuk sektor
pada bahan baku impor maupun modal
UMKM mencapai 114.144.082. Data
dari
terjadi
tersebut menunjukkan dari total tenaga
pelemahan mata uang rupiah, mereka tidak
kerja yang ada di Indonesia, 97%
terdampak. Bahkan banyak di antara
diantaranya bekerja untuk sektor UMKM.
UMKM
penopang
Sedangkan jika melihat dari komposisi
ekspor. Baik melalui ekspor langsung
terhadap PDB harga berlaku, sektor
ataupun sebagai penyedia bahan baku
UMKM menyumbang sebesar 60,34%
yang selanjutnya hasil jadinya diekspor.
sisanya yaitu sebesar 39,66% merupakan
Di samping itu, mayoritas pelaku UMKM
sumbangsih dari sektor usaha besar. Jika
menyediakan produk maupun jasa dengan
melihat dari sisi ekspor non migas yang
harga
Dengan
dilakukan oleh UMKM, maka proporsi
demikian saat terjadi penurunan daya beli
mereka sebesar 15,68% dan sebanyak
masyarakat akibat adanya krisis, UMKM
85,94% ekspor non migas dilakukan oleh
justru memperoleh efek positif.
usaha besar.
asing
sehingga
tersebut
yang
ketiga
menjadi
relatif
murah.
sebanyak
5.066
unit
usaha.
Menurut data yang disampaikan oleh
Kristiyanti (2012) mengungkapkan
Kementrian Koperasi dan UMKM dalam
peranan strategis yang dimiliki UMKM
Perkembangan Data Usaha Mikro , Kecil ,
dalam pembangunan ekonomi nasional.
Menengah (UMKM) Dan Usaha Besar
UMKM berperan dalam pendistribusian
(UB)
dalam
hasil-hasil pembangun. Pada saat terjadi
www.depkop.go.id, no. 1 (2012): 2011–12,
krisis, UMKM berperan dalam membantu
hingga tahun 2013, proporsi sektor usaha
pemulihan ekonomi. Hal ini disebabkan
yang masuk dalam kategori UMKM pada
karena sektor UMKM lebih mudah
total unit usaha yang terdaftar cukup besar.
dimasuki oleh pelaku-pelaku usaha baru.
Jumlah
Selain itu, UMKM berdampak sosial bagi
seperti
yang
UMKM
terdapat
tercatat
sebesar
DeReMa Jurnal Manajemen Vol. 11 No. 2, September 2016
213
masyarakat. Diantaranya dalam menyerap
sumber-sumber ke dalam cara yang baru
pengangguran dan mengatasi hilangnya
dan berbeda, menciptakan nilai tambah,
penghasilan
menciptakan
di
Demirguc-Kunt
masyarakat. and
Beck,
baru,
dan
(2005)
pencipta peluang-peluang baru (Suryana,
menyimpulkan adanya pengaruh yang
2013). Kesimpulan yang kurang lebih
signifikan
sama ditunjukkan oleh penelitian yang
dan
terhadap
Levine
usaha-usaha
positif
dari
pertumbuhan
Kesimpulan
ini
UMKM ekonomi.
diperoleh
setelah
dilakukan
oleh
Kreativitas
dan
Hadiyati inovasi
memegang
melakukan penelitian pada 45 negara di
peranan
dunia.
mengembangkan semangat kewirausahaan Peranan penting lainnya adalah
UMKM
mendorong
wirausaha-wirausaha
Wirausaha
penting
dalam
di kalangan pelaku UMKM.
munculnya
baru.
yang
(2011).
Adanya semangat kewirausahaan ini
berpengaruh
signifikan
terhadap
memiliki dua fungsi dalam perekonomian
pertumbuhan ekonomi. Terutama pada
suatu negara yaitu fungsi makro dan
kondisi saat ini dimana globalisasi sudah
mikro. Pada peranan makro, wirausaha
menjadi
berfungsi sebagai penggerak, pengendali
menghadapi
dan
suatu
tersebut, diperlukan kemampuan untuk
bangsa. Seluruh usaha, baik itu usaha
terbuka terhadap ide-ide baru, berani
besar maupun UMKM dimulai dari ide
mengadapi
awal
oleh
menyerah. Ketiga sifat tersebut, umumnya
wirausaha. Pada UMKM, fungsi ini dapat
ditemukan pada individu yang memiliki
bergerak lebih cepat karena kemudahan
semangat kewirausahaan (Wennekers &
dalam memasuki industri. Inovasi dan ide
Thurik, 1999). Carree & Thurik (2003)
kreatif lebih mudah untuk diterapkan
mempertegas
dibandingkan jika bergerak di usaha besar.
melakukan uji empiris pada negara-negara
Dimana pada umumnya memiliki jalur
di Eropa. Pengujian dilakukan dengan
birokrasi dan prosedur yang lebih rumit.
melakukan studi literature berdasarkan
Sementara
berbagai
pendorong
yang
diimplementasikan
pada
wirausahawan mencakup
sisi dalam
menanggung
ketidakpastian, 214
perekonomian
mikro,
fungsi
perusahaan risiko
hal
yang
jamak.
tantangan
risiko
dan
hal
pendekatan
Untuk
globalisasi
tidak
tersebut
penelitian
mudah
dengan
yang
berbeda. Walaupun memberikan hasil
dan
yang bervariasi, kesimpulan utama dari
mengkombinasikan
penelitian adalah wirausaha memberikan
DeReMa Jurnal Manajemen Vol. 11 No. 2, September 2016
dampak
positif
bagi
pertumbuhan
ekonomi.
ini harus dipenuhi oleh seluruh bank paling lambat pada tahun 2018.
Meskipun pemerintah menyadari
Untuk
pemenuhan
persyaratan
peranan dan fungsi dari UMKM, namun
tersebut, Bank Indonesia memberikan
sektor ini belum berkembang secara
kesempatan kepada perbankan untuk
maksimal. Permasalahan yang dihadapi
memenuhi secara bertahap. Dimulai pada
UMKM dapat dilihat dari dua sisi, yaitu
tahun 2013, hingga mencapai 20% dari
internal dan eksternal UMKM itu sendiri
total pembiayaan pada tahun 2018.
(Susilo, 2010). Dari sisi internal faktor penghambat
adalah
terbatasnya
Permasalahannya aturan
tersebut
adalah
apakah
secara
efektif
permodalan, sumber daya manusia yang
meningkatkan pemberian kredit kepada
terbatas, lemahnya jaringan usaha dan
UMKM? Jika dirasa tidak atau kurang
kemampuan penetrasi pasar. Sedangkan
efektif, perlu dirumuskan aturan lain yang
dari sisi eksternal, faktor penghambat
secara signifikan bisa meningkatkan kredit
adalah iklim usaha belum sepenuhnya
kepada UMKM.
kondusif,
terbatasnya
sarana
dan
prasarana, implikasi otonomi daerah, sifat produk
dengan
Rumusan Permasalahan
pendek,
Berdasarkan latar belakang yang
terbatasnya akses pasar dan implikasi
telah dikemukakan di atas, rumusan
perdagangan bebas.
permasalahan yang coba untuk dipecahkan
Melihat
lifetime
1.1
akan
hal
tersebut,
pemerintah mendukung penuh UMKM
pada penelitian ini adalah: 1. Apakah
kebijakan
PBI
No.
dengan berkomitmen mengembangkan
14/22/PBI/2012 tentang kewajiban
UMKM. Komitemen tersebut diantaranya
pemberikan kredit kepada UMKM
ditunjukkan melalui program pembiayaan
oleh
yang khusus ditujukan bagi UMKM. Salah
pertumbuhan
satu diantaranya dan merupakan yang
UMUM meningkat signifikan?
terbaru digulirkan oleh pemerintah adalah
2. Apakah peraturan tersebut efektif
perbankan
menyebabkan
kredit
kepada
PBI No. 14/22/PBI/2012 dimana regulator
jika
dilihat
penyaluran
kredit
mewajibkan bank untuk menyalurkan
berdasarkan
pembagian
sektor
kredit kepada UMKM, minimal 20% dari
ekonomi,
keseluruhan pembiayaan/kredit. Jumlah
jenis penggunaan dan jenis bank?
DeReMa Jurnal Manajemen Vol. 11 No. 2, September 2016
wilayah
penyaluran,
215
1.2
Tujuan Penulisan
meningkatkan labanya sebanyak 200%
Tujuan yang ingin dicapai pada
dalam waktu lima tahun.
penelitian ini adalah sebagai berikut:
Namun
1. Mengetahui efektifitas dari PBI No.
14/22/PBI/2012
terhadap
demikian,
berbagai
hambatan seringkali ditemukan dalam penyaluran
kredit
kepada
UMKM.
pertumbuhan penyaluran kredit
Sudaryanto, Ragimun, Wijayanti (2013)
kepada UMKM.
menyebutkan kurangnya pemahaman dan
2. Memberikan masukan agar syarat
tingginya biaya operasional penyaluran
pembiayaan kepada UMKM dapat
pembiayaan
kepada
meningkat secara signifikan.
menyebabkan
perbankan
UMKM enggan
menyalurkan kredit kepada UMKM. Di 2.
sisi lain, tingginya bunga kredit dan
Kajian Literatur
kewajiban untuk memberikan jaminan
2.1. Karakteristik Kredit kepada UMKM
juga menyebabkan sektor UMKM sulit
Laporan McKinsey (2012) seperti
mengakses pembiayaan perbankan (Kara,
yang
dituliskan
menyebutkan
oleh
Huda(2012)
beberapa
karakteristik
utama dari pembiayaan kepada UMKM di
2013).
2.2
Kebijakan Penyaluran Kredit
Indonesia. Karaketristik tersebut adalah
kepada UMKM
pada umumnya UMKM di Indonesia
Sebelum
UU
mengenai
Bank
menginginkan produk dan jasa yang
Indonesia di tetapkan pada tahun 1999,
sederhana, bersedia membayar tingkat
Bank Indonesia dapat secara langsung
bunga yang lebih tinggi karena pada
membantu pengembangan UMKM melaui
umumnya mereka menyadari risiko bisnis
bantuan kredit. Bantuan ini dikenal dengan
mereka
serta
istilah Kredit Likuiditas Bank Indonesia.
menginginkan layanan yang bersifat fisik
Namun setelah UU tersebut ditetapkan,
dan temu muka antara penyedia jasa
peranan Bank Indonesia dalam membantu
keuangan dan pelaku UMKM itu sendiri.
usaha kecil menjadi tidak langsung dan
Laporan
lebih terfokus pada bantuan teknis serta
yang
tersebut
juga
juga
tinggi
menyebutkan
adanya potensi pendapatan bagi bank
pengembangan
dalam penyaluran pembiayaan ke UMKM
pengelolaan
hingga
dialihkan kepada tiga BUMN
216
memungkinkan
bank
untuk
kelembagaan. kredit
program
Tugas telah yang
DeReMa Jurnal Manajemen Vol. 11 No. 2, September 2016
ditunjuk pemerintah yaitu PT. Bank
Beberapa program tersebut akan dibahas
Rakyat Indonesia, PT. Bank Tabungan
berikut ini (Bank Indonesia, 2015).
Negara, dan PT. Permodalan Nasional Madani (Pusat Kebijakan Perdagangan
2.2.1 Kredit Ketahanan Pangan dan
Dalam Negeri Badan Pengkajian dan
Energi (KKPE)
Pengembangan Kebijakan Perdagangan
KKPE adalah kredit investasi
Kementrian Perdagangan, 2013).
dan/atau kredit modal kerja yang diberikan
Kebijakan penyaluran kredit kepada
dalam
rangka
mendukung
program
UMKM tercatat sudah beberapa kali
ketahanan pangan dan diberikan melalui
dilakukan oleh pemerintah. Mayoritas dari
kelompok tani dan/atau koperasi. Kredit
kebijakan tersebut menggunakan institusi
ini secara khusus membiayai usaha yang
perbankan sebagai pihak yang ditunjuk
bergerak dalam penyediaan kebutuhan
untuk aktif membiayai UMKM. Walaupun
pokok masyarakat. Diantaranya adalah
lembaga pembiayaan lain seperti koperasi,
padi,
modal ventura dan BPR juga seringkali
peternakan sapi potong, budidaya dan
dimanfaatkan
penangkapan ikan, serta termasuk juga
jasanya
untuk
jagung,
kedelai,
mengembangkan sektor UMKM, namun
pengadaan
proporsinya belum terlalu besar. Hampir
mendukung produksi dari produk-produk
80% pembiayaan UMKM dilakukan oleh
tersebut.
lembaga
(Pusat
Jangka waktu program tidak dibatasi
Kebijakan Perdagangan Dalam Negeri
dengan dana yang digunakan berasal dari
Badan Pengkajian dan Pengembangan
bank penyalur. Suku bunga kredit kredit
Kebijakan
yang ditanggung oleh pemerintah sebesar
keuangan
perbankan
Perdagangan
Kementrian
Perdagangan, 2013)
mesin
hortikultura,
dan
alat
untuk
suku bunga yang ditanggung oleh lembaga
Pemerintah memberikan bantuan
penjaminan
Bank
(LPS)
+
5/6%
bagi UMKM untuk mendapatkan fasilitas
sedangkan suku bunga yang ditanggung
pinjaman dari perbankan. Bantuan tersebut
oleh petani atau peternak adalah maksimal
terdiri dari beberapa bentuk diantaranya
6% atau 7%. Tergantung pada jenis usaha
bunga
penjaminan
dimana petani tersebut bergerak. Dengan
lembaga non bank, pembiayaan dari
demikian pada program ini pemerintah
penyisihan laba BUMN, hibah dsb.
menanggung
kredit
perbankan,
subsidi
bunga
yang
besarannya kurang lebih bergantung pada DeReMa Jurnal Manajemen Vol. 11 No. 2, September 2016
217
tingkat bunga penjaminan oleh LPS. Tenor
2.2.2 Kredit Pengembangan Energi
untuk pinjaman maksimal lima tahun.
Nabati dan Revitalisasi
Peran pemerintah dilaksanakan
Perkebunan (KPEN-RP)
melalui kementrian keuangan sebagai
KPEN-RP adalah kredit yang
pembuat kebijakan terkait penyediaan
diberikan
dana dan menunjuk bank pelaksana KKPE
program pengembangan tanaman bahan
beserta plafon dari masing-masing bank
baku bahan bakar nabati dan program
tersebut. Kementrian pertanian bertindak
revitalisasi pertanian. Usaha yang dibiayai
sebagai pembina dan pengendali dengan
mencakup perluasan, rehabilitasi dan
dukungan
peremajaan tanaman kelapa sawit, karet
dari
bupati/walikota wilayah
gubernur dari
penyaluran.
dan
masing-masing Pada
tingkatan
dan
dalam
kakao.
berakhir
rangka
Jangka
pada
mendukung
waktu
tahun
2010
program dengan
lapangan dinas teknis terkait melakukan
penyediaan dana seluruhnya merupakan
pengumpulan data, memberikan usulan
tanggung jawab dari bank penyalur.
penerima pinjaman, menyalurkan serta
Plafon
kredit
memonitor dan mengevaluasi pinjaman
berdasarkan
yang diberikan.
Jendral Perkebunan. Suku bunga yang
Pada
pelaksanaannya
kebijakan
disesuaikan dari
Direktur
KKPE
diberikan bagi petani maksimal 7% bagi
mengalami beberapa kendala. Kendala
petani kelapa sawit dan 6% bagi petani
tersebut tarkait adanya kesulitan dari bank
karet. Jangka waktu bervariasi. Bagi usaha
penyalur untuk menemukan debitur yang
kelapa sawit maksimal 13 tahun sementara
memenuhi persyaratan bank (bankable)
untuk usaha karet maksimal 15 tahun.
dan sekaligus memiliki usaha yang
Sementara peran pemerintah melalui
potensial
kementrian
(feasible).
Adanya
batasan
keuangan
terkait
dengan
bahwa KKPE hanya dapat diberikan
penyediaan dana dan menunjuk bank
melalui kelompok tani ataupun koperasi
pelaksana. Sementara pemerintah daerah
juga
kredit.
melalui bupati/walikota yang diwakilkan
Kendala yang ketiga adalah KKPE tidak
oleh Kepala Dinas Perkebunan berperan
dapat digunakan untuk penyediaan mesin
dalam mengusulkan petani peserta dan
budidaya dan penangkapan ikan.
calon mitra usaha.
218
menghambat
penyaluran
DeReMa Jurnal Manajemen Vol. 11 No. 2, September 2016
Permasalahan yang dihadapi pada
Pertanian, Gubernur dan bupati/walikota
KPEN-RP adalah adanya isu-isu negatif
bertugas
tentang perkebunan kelapa sawit yang
pengendalian pelaksanaan KUPS. Dinas
dianggap
Kabupaten/Kota
dapat
sehingga
merusak
berkembang
lingkungan pemboikotan
melakukan
memberikan
pembinaan
berperan
rekomendasi
dan
dalam perusahaan
produk kelapa sawit dari Indonesia; lahan
mitra dan calon peserta pembiayaan.
perkebunan yang sebagian besar masih
Sementra Ditjen Peternakan berwenang
bermasalah;
dalam
terbatasnya
jumlah
perusahaan yang layak menjadi mitra. Di
melakukan
monitoring
dan
evaluasi.
sisi lain masalah ketidakmampuan petani
Pada
prakteknya,
KUPS
juga
dalam memenuhi persyaratan bank juga
mengalami beberapa kendala. Kendala
kerap menimbulkan hambatan. Serta dari
tersebut
sisi teknis, kurangnya tenang yang bisa
mendapatkan debitur yang masuk kategori
melakukan
bankable dan
pendampingan
juga
menghambat penyaluran kredit.
perbankan. kondisi
2.2.3 Kredit Usaha Pembibitan Sapi
memenuhi
Kesulitan
bahwa
dilakukan
sulitnya
setiap
untuk
persyaratan
kedua
adanya
pembayaran
subsidi
6
bulan
sehingga
memberatkan bagi bank pelaksana.
(KUPS) KUPS
adalah
adalah
kredit
yang
diberikan bank pelaksana kepada pelaku
2.2.4
usaha pembibitan sapi. Jangka waktu
Kredit Usaha Rakyat (KUR) Pemerintah tahun
meluncurkan
2007.
KUR
KUR
proyek berakhir pada tahun 2014 dengan
pada
bertujuan
jangka waktu kredit minimal 24 bulan dan
mendorong peningkatan akses UMKM
maksimal 72 bulan. Suku bunga kredit
dan koperasi kepada pembiayaan dari
bagi bank pelaksanan adalah suku bunga
perbankan melalui peningkatan kapasitas
penjaminan LPS + 6%, sementara suku
perusahaan penjamin. KUR adalah skema
bunga bagi petani atau peternak maksimal
pembiayaan yang diperuntukkan khusus
sebesar 5% pa.
bagi UMKM dan koperasi yang usahanya
Peran pemerintah terbagi atas
layak namun tidak mempunyai agunan
kementrian keuangan sebagai pembuat
yang cukup sesuai persyaratan yang
kebijakan terkait penyediaan dana dan
ditetapkan oleh perbankan. Melalui KUR
pemilihan bank pelaksan. Kementrian
ini diharapkan permasalahan agunan yang
DeReMa Jurnal Manajemen Vol. 11 No. 2, September 2016
219
menghambat
UMKM
mendapatkan
dan perubahan cakupan penerima KUR.
pinjaman dari bank dapat teratasi (Pusat
Dalam skema KUR tersebut, pemerintah
Kebijakan Perdagangan Dalam Negeri
juga lebih selektif dalam menetapkan bank
Badan Pengkajian dan Pengembangan
pelaksana
Kebijakan
Makroprudensial, 2016).
Perdagangan
Kementrian
(Departemen
Kebijakan
Perdagangan, 2013). Dalam pelaksanaannya, program
2.2.5
Kewajiban Penyaluran Kredit
KUR tidak berjalan sesuai dengan yang
kepada UMKM
diharapkan. Hal ini diantaranya terlihat
Pada tahun 2012, Bank Indonesia
dari angka kredit bermasalah (NPL) yang
mengeluarkan Peraturan Bank Indonesia
cukup tinggi. Berdasarkan evaluasi yang
No.
dilakukan pemerintah, tingginya NPL
kewajiban
diantaranya disebabkan oleh (i) side
perbankan kepada UMKM. Peraturan
streaming, (ii) kurangnya sosialisasi yang
tersebut kemudian diubah menjadi PBI
menyebabkan timbulnya persepsi bahwa
No. 17 tahun 2015. Poin penting dari
KUR
lemahnya
peraturan tersebut adalah bank umum
monitoring bank, serta (iv) kurangnya
diwajibkan untuk menyalurkan 20% dari
pemahaman SDM bank terhadap prosedur
total
penyaluran KUR (Departemen Kebijakan
UMKM,
Makroprudensial, 2016). Hingga akhirnya
dilakukan secara bertahap. Pada tahun
pada tahun 2014 pemerintah memutuskan
2015, minimal 5% dari total kredit yang
menghentikan KUR untuk sementara
diberikan, tahun 2016 minimal 10%, tahun
waktu.
2017 minimal 15%, tahun 2018 dan
adalah
Pada
hibah,
tahun
(iii)
2015,
pemerintah
14
yang
kredit
seterusnya
mengatur
penyaluran
yang dimana
minimal
mengenai
kredit
diberikan
oleh
kepada
pelaksanaannya
20%
dari
total
melalui Permenko No. 6 tahun 2015
pembiayaan. Dimana kualitas kredit yang
sebagaimana diubah oleh Permenko No. 8
diberikan harus tetap dalam kategori
tahun 2015 melanjutkan kembali KUR
terjaga.
dengan penguatan regulasi dan perbaikan
Pada peraturan ini, Bank Indonesia
skema. Ketentuan tersebut mengubah
mengatur sanksi yang diberikan jika bank
skema KUR yang semula merupakan
umum tidak dapat memenuhi kewajiban
skema penjaminan, menjadi skema subsidi
tersebut. Sanksi yang dikenakan adalah
dan penjaminan, penurunan suku bunga,
pengurangan jasa giro bagi bank umum.
220
DeReMa Jurnal Manajemen Vol. 11 No. 2, September 2016
Sedangkan insentif diberikan jika bank
terhadap kinerja kedua pihak, yaitu bank
umum memenuhi kewajiban tersebut.
dan
Insentif
penelitiannya
yang
diberikan
berupa
UMKM.
Anwar
(2010)
melihat
dalam
pengaruh
kelonggaran batas atas Loan to Funding
pembiayaan UMKM terhadap kinerja
Ratio (LFR). Pada akhir tahun 2015, dari
bank. Hasil penelitiannya menunjukkan
total 118 bank umum, 64 atau 54%
kredit
diantaranya mencapai penyaluran kredit
mempengaruhi
kepada UMKM sebesar 5% dari total
semakin banyak pemberian kredit UMKM
kredit dengan kualitas kredit terjaga.
maka tingkat NPL bank akan berkurang.
Sisanya tidak mencapai ketentuan tersebut
Sedangkan pada ROA, kredit kepada
dimana sebagian besar disebabkan oleh
UMKM berpengarih secara positif dengan
kualitas kredit yang belum terjaga.
nilai yang signifikan.
Gambar 1 Pencapaian Rasio Kredit UMKM Bank Umum Tahun 2015
Tidak Memenuhi NPL Kredit UMKM ≥ 5% dan/atau NPL total kredit ≥ 5%
118 Bank Umum
UMKM
secara
NPL.
Yang
negative artinya
Sedangkan pada penelitian yang dilakukan oleh Nurdianita, Afritasari;
Memenuhi NPL Kredit UMKM < 5%, dan/atau NPL Total Kredit < 5% (64 Bank)
Mencapai Rasio Kredit UMKM 5% (102 Bank)
ke
Hascaryani, (2015) melihat pengaruh implementasi PBI No. 14 tahun 2012 terhadap pengukuran efisiensi bank. Dari penelitian
tersebut
disimpulkan
implementasi PBI No. 14 tahun 2012 meningkatkan efisiensi bank. Dengan
4 Kantor Cabang Bank Asing Tidak Mencapai Rasio Kredit UMKM 5% (16 Bank)
demikian, fungsi intermediasi bank tidak akan terganggu dengan diterapkannya
6 Bank Umum Swasta Nasional 4 Bank Pembangunan Daerah
peraturan tersebut.
Nofianti penelitiannya
Sumber: Bank Indonesia, (2016)
(2013) menyimpulkan
dalam bahwa
pemberian kredit kepada UMKM dapat 2.3
Penelitian Sebelumnya
meningkatkan aset, omzet dan laba
Penelitian-penelitian sebelumnya menunjukkan adanya dampak positif dari penyaluran
kredit
kepada
UMKM
sebelum pajak dari UMKM. Penelitian dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada pelaku UMKM di propinsi Bali.
DeReMa Jurnal Manajemen Vol. 11 No. 2, September 2016
221
Sementara itu, dari penelitian yang dilakukan oleh Anggraini & Nasution
3.1
Variabel dan Pengukurannya
3.1.1
Variabel Penelitian
(2013) ditemukan hasil penyaluran kredit
Variabel yang digunakan dalam
UMKM melalui program KUR oleh BRI
penelitian ini adalah pertumbuhan kredit
di Kota Medan memberikan dampak
yang diberikan oleh perbankan kepada
signifikan. Hal ini terlihat dari pengujian
UMKM
yang menunjukkan penyaluran kredit
Sedangkan variabel bebas adalah periode
melalui
PBI No. 14 tahun 2012 ditetapkan oleh
program
KUR
berpengarih
signifikan terhadap laba UMKM.
sebagai
variabel
terikat.
pemerintah. Dengan demikian variabel bebas pada penelitian ini adalah tahun
3.1
2012.
Metode Penelitian Mengacu pada bentuk penelitian,
tujuan, sifat masalah dan pendekatannya,
3.1.2
Definisi Operasional Variabel
maka metode penelitian yang digunakan pada
penelitian
ini
adalah
Metode
Pertumbuhan kredit didefinisikan sebagai
selisih
antara
kredit
yang
Deskriptif. Dimana pada metode deskriptif
diberikan oleh bank umum pada periode
dilakukan pengumpulan, analisa kemudian
tertentu (t) dikurangi kredit pada periode
interpretasi dari data yang diperoleh.
sebelumnya (t-1) dibagi dengan nilai
Metode
untuk
nominal kredit periode sebelumnya (t).
mengetahui unsur-unsur, ciri-ciri, serta
Rumus pertumbuhan dijabarkan di bawah
sifat-sifat dari suatu fenomena (Suryana,
ini.
2010).
Persamaan 1
deskriptif
digunakan
Sedangkan berdasarkan data yang digunakan,
penelitian
merupakan
Pertumbuhan kredit =
penelitian kuantitatif. Bentuk analisa
(KYDt − KYDt−1 ) x 100% KYDtYD
kuantitatif karena data yang digunakan dapat diklasifikasi dalam bentuk angka. Sesuai
dengan
karakternya,
dimana:
maka
penelitian kuantitatif pada penelitian yang
𝐾𝑌𝐷𝑡 = Kredit yang diberikan pada bulan
bersifat deskriptif mutlak untuk dilakukan
observasi
analisa dalam bentuk statistik.
𝐾𝑌𝐷𝑡−1= Kredit yang diberikan pada bulan sebelumnya
222
DeReMa Jurnal Manajemen Vol. 11 No. 2, September 2016
Peristiwa yang digunakan sebagai
minimum pemberian kredit sebesar 5%
acuan adalah tanggal mulai berlakunya
ditetapkan harus mulai diberlakukan oleh
PBI No. 14 tahun 2012 yaitu mulai tanggal
seluruh bank pada bulan Desember 2015.
21 Desember 2012. Namun demikian,
Data yang digunakan adalah data bulanan.
perbankan melakukan penyesuaian mulai dari pemberian kredit tahun berikutnya.
3.3
Data
Maka perhitungan pertumbuhan kredit
Populasi pada penelitian ini adalah
yang diberikan kepada UMKM setelah
jumlah seluruh kredit yang disalurkan oleh
peristiwa dimulai pada bulan Januari 2013.
bank umum kepada UMKM di Indonesia. Data
3.2
yang
tersedia
pada
Statistik
Periode Waktu Penelitian
Perbankan Indonesia di laman Bank
Periode waktu penelitian ditentukan
Indonesia (www.bi.go.id) dan Otoritas
berdasarkan
ketersediaan
Pengelompokkan
penyaluran
data.
Jasa
Keuangan
(www.ojk.go.id)
kredit
mencakup seluruh kredit dari bank umum
khusus pada kepada UMKM pada Statistik
yang ada di Indonesia. Dengan demikian,
Perbankan
data yang digunakan merupakan populasi
Indonesia
seperti
yang
ditampilkan di laman www.bi.go.id dan
penelitian.
www.ojk.go.id dimulai pada bulan Januari 2011.
Sedangkan
pada
periode
sebelumnya, penyaluran kredit kepada UMKM penyaluran
masih kredit
4.
Data dan Analisis
4.1
Pemberian
digabung
dengan
UMKM
kepada
MKM.
Pada
bulan
Kredit
Desember
kepada
2015,
Berdasarkan hal tersebut periode waktu
besarnya kredit yang disalurkan kepada
penelitian dimulai pada bulan Februari
UMKM adalah sebesar Rp 740 Triliun
2011 hingga Desember 2012 untuk
atau 18% dari keseluruhan penyaluran
periode sebelum diterapkannya PBI No.
kredit oleh perbankan. Nilai tersebut
14/22/PBI/2012.
cenderung tidak berubah banyak dari sejak
Sedangkan periode setelah PBI No.
tahun 2011. Prosentase pemberian kredit
14/22/PBI/2012 dimulai dari bulan Januari
bagi UMKM berkisar pada nilai antara 17
2013 hingga Desember 2015. Penetapan
hingga 19%. Penyaluran tertinggi terjadi
akhir waktu periode penelitian pada bulan
pada tahun 2011 dimana bank umum
Desember 2015 adalah karena kewajiban
menyalurkan
DeReMa Jurnal Manajemen Vol. 11 No. 2, September 2016
kredit
kepada
UMKM 223
mencapai 19% dari seluruh kredit yang
13%. Nilai tersebut lebih kecil dari rata-
diberikan.
rata
Dari Rp 740 Triliun tersebut, sebesar
pertumbuhan
kredit
secara
keseluruhan yaitu sebesar 15%. Meskipun
54% diantaranya atau Rp395 Triliun
demikian nilai
pertumbuhan tersebut
disalurkan bagi UMKM yang bergerak di
relatif stabil. Hal ini dikarenakan, sejak
sektor perdagangan besar dan eceran.
tahun 2011 pertumbuhan kredit perbankan
Sedangkan jika dilihat dari penggunannya,
terus mengalami penurunan.
sebanyak 72% diantaranya digunakan untuk modal kerja. Sebanyak 28% atau
4.2
sisanya digunakan untuk kredit investasi.
Statistik Deskriptif Statistik
deksriptif
yang
Jika dilihat dari kategori bank penyalur,
menunjukkan pertumbuhan kredit pada
maka bank penyalur kredit UMKM
UMKM ditampilkan pada tabel berikut ini.
terbesar adalah bank persero, disusul oleh
Tabel 1 Statistik Pertumbuhan Kredit
bank swasta nasional, BPD dan bank
Pertumbuhan
Rata-
Standar
Minimum
Maximum
Kredit
rata
Deviasi
campuran. Khusus bagi bank campuran
Keseluruhan
1,8%
0,114
-32%
53%
dan kantor cabang bank asing, mengingat
Sebelum Sesudah
3,0%
0,184
-32%
53%
1%
0,017
-3,7%
4,5%
kelompok bank ini belum memiliki keahlian dalam menganalisa kredit bagi
Hasil
perhitungan
statistik
UMKM, maka regulator memberikan
deskriptif
keringanan berupa kredit ekspor non
pertumbuhan
migas kepada non UMKM dimasukkan
peraturan kewajiban penyaluran kredit
dalam perhitungan angka pemenuhan
kepada UMKM lebih tinggi dari setelah
kewajiban rasio kredit.
adanya peraturan penyaluran kredit. Pada
menunjukkan kredit
rata-rata
sebelum
adanya
Kredit bagi UMKM pada akhir
tabel juga menunjukkan standar deviasi
tahun 2015 tumbuh sebesar 10% dari
pada kondisi sebelum peraturan lebih
bulan
tinggi. Hal ini menunjukkan adanya
Desember
tahun
sebelumnya.
Pertumbuhan kredit UMKM lebih tinggi
deviasi
dari pertumbuhan kredit keseluruhan. Pada
penyimpangan yang cukup besar. Kondisi
tahun 2015, kredit yang diberikan oleh
ini juga diperlihatkan oleh nilai minimum
perbankan tumbuh sebesar 9.1%. Rata-rata
dan maximum dengan jarak yang cukup
pertumbuhan kredit UMKM dari tahun
lebar pada kondisi sebelum adanya
2011 hingga tahun 2015 adalah sebesar
peraturan.
224
yang
cukup
tinggi
atau
DeReMa Jurnal Manajemen Vol. 11 No. 2, September 2016
Untuk statistik deskriptif dengan
diberlakukan.
Sedangkan
berdasarkan
melihat berdasarkan pembagian jenis
pembagian kategori berdasarkan lokasi,
penggunaan, sektor ekonomi, kelompok
tiga provinsi yaitu Kalimantan Timur,
bank dan lokasi, disajikan pada tabel
Yogyakarta
berikut. Pada kategori sektor ekonomi dan
menempati peringkat sebagai tiga provinsi
lokasi, data yang ditampilkan hanya tiga
dengan pertumbuhan kredit teratas. Rata-
kelompok dengan rata-rata pertumbuhan
rata pertumbuhan kredit UMKM di tiga
kredit tertinggi.
provinsi tersebut lebih tinggi daripada
Tabel 2 Statistik Deskriptif Sebelum Peraturan
Modal Kerja
Sulawesi
Selatan
rata-rata pertumbuhan kredit UMKM di tiga provinsi sebelum peraturan.
Sesudah Peraturan
Rata-rata Std. Devaisi Investasi
dan
Rata-rata Std. Deviasi
2.0%
.021 Investasi
1.4%
.036
1.6%
.037 Modal Kerja
0.8%
.017
4.3
Pengujian Hipotesis Hipotesis yang diuji pada penelitian
Badan Internasional dan Badan Ekstra Internasional Lainnya
ini adalah:
256.3%
Jasa Perorangan yang Melayani 10.500 Rumah Tangga
3.7%
.053
Real Estate, Usaha Persewaan, dan Jasa Perusahaan
73.8%
Penyediaan Akomodasi dan 2.656 Penyediaan Makan Minum
1.8%
.021
kredit sebelum dan sesudah peraturan
Perantara Keuangan
41.0%
1.993 Perdagangan Besar dan Eceran
1.3%
.027
diberlakukan
H0: tidak ada perbedaan pertumbuhan
H1: terdapat Sulawesi Tenggara Sumatera Selatan Papua Barat
12.7%
.344
10.2%
.384
5.2%
.101
Kalimantan Timur Yogyakarta Sulawesi Selatan
36.8%
2.177
25.2%
1.418
21.0%
1.204
perbedaan
pertumbuhan
kredit sebelum dan sesudah peraturan diberlakukan Untuk menguji hipotesis tersebut, penulis menentukan terlebih dahulu alat
BPD Bank Swasta Nasional Bank Asing dan Campuran Bank Persero
15.8%
.748 Bank Asing dan Campuran
12.8%
.614
2.8%
.234
1.6%
.051 BPD
Bank Persero Bank Swasta Nasional
1.6%
.082
1.3%
.021
0.7%
.020
0.5%
.036
analisis
digunaka.
Dalam
menentukan alat analisis, faktor-faktor berikut
ini
digunakan
sebagai
pertimbangan. (1) Data tidak terdistribusi secara
Dari data pada tabel 2, dapat dilihat
yang
normal.
pengujian
Setelah
melakukan
Kolmogorov-Smirnov,
pada kategori jenis penggunaan, sektor
sebagian besar data yang digunakan tidak
ekonomi dan kelompok bank, rata-rata
terdistribusi
pertumbuhan kredit mengalami penurunan
demikian,
pada
menggunakan pengujian non parametrik;
periode
setelah
peraturan
DeReMa Jurnal Manajemen Vol. 11 No. 2, September 2016
secara
normal.
pengujian
yang
Dengan dilakukan
225
(2) Jumlah data yang digunakan tidak
sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah
besar; (3) pengujian dilakukan pada satu
(UMKM).
variabel kategori dan satu variabel rasio
UMKM kemudian dibagi lagi menjadi
(continous); (4) Data yang digunakan
empat kategori yaitu berdasarkan sektor
merupakan
ekonomi, jenis penggunaan, lokasi dan
data
independen.
Penulis
memperlakukan data yang digunakan
Penyaluran
kredit
kepada
kelompok bank.
sebagai data independen karena meskipun berasal dari variabel yang sama namun
4.4
Analisis Data Tabel 3 Pertumbuhan Kredit
antar data tidak terdapat keterkaitan. Berdasarkan
Pertimbangan
tersebut maka alat analisis yang digunakan
Rata-rata
Rata-rata
Pertumbuhan
Pertumbuhan
Asymp.
dalam penelitian ini adalah Uji Mann
Sebelum
Setelah
(2-tailed)
Whitney. Uji Mann Whitney adalah
Peraturan
Peraturan
.030
.010
Sig.
pengujian yang dilakukan pada data yang total
.238
independen dimana variabel dependen bersifat ordinal atau continous dan tidak terdistribusi
secara
normal.
Dasar
pengambilan keputusan dalam uji Mann Whitney adalah jika nilai Asymp. Sig. (2tailed) lebih kecil dari 0,05 maka terdapat perbedaan yang signifikan. Sedangkan jika nilai Asymp. Sig. (2-tailed) lebih besar dari 0,05 maka tidak terdapat perbedaan yang signifikan di antara kedua data.
Total Pertumbuhan kredit kepada UMKM sebelum dan sesudah kebijakan diberlakukan disajikan pada tabel di atas. Dari
tabel
tersebut
UMKM diperoleh dari Statistik Perbankan
penurunan rata-rata pertumbuhan setelah peraturan diberlakukan. Hasil uji Mann Whitney
menunjukkan
Tabel 4 Pertumbuhan Kredit Berdasarkan Jenis Penggunaan
hingga bulan Desember 2013 setelah itu, Otoritas
Jasa
Keuangan (OJK). Data yang digunakan adalah data penyaluran kredit kepada 226
ada
peraturan.
(SPI) diterbitkan oleh Bank Indonesia
oleh
tidak
perbedaan signfikan pada pertumbuhan
Indonesia. Statistik Perbankan Indonesia
diterbitkan
terjadi
kredit kepada UMKM setelah adanya
Data pertumbuhan kredit kepada
SPI
terlihat
Rata-rata
Rata-rata
Pertumbuhan
Pertumbuhan
Asymp. Sig.
Sebelum
Setelah
(2-tailed)
Peraturan
Peraturan
.016
.008
.043
.020
.014
.039
Modal Kerja Investasi
DeReMa Jurnal Manajemen Vol. 11 No. 2, September 2016
Rata-rata
pertumbuhan
kredit
Rata-rata
berdasarkan jenis penggunaan terbagi atas
Pertumb uhan
dua kategori yaitu penggunaan kredit
Sebelum
untuk modal kerja dan penggunaan kredit
Peraturan
untuk investasi. Pada kedua kategori
Transportasi,
tersebut rata-rata pertumbuhan kredit
Pergudangan dan
Rata-rata
Asymp.
Pertumbuhan
Sig.
Setelah
(2-tailed)
Peraturan
.022
.007
.186
.410
.001
.079
.738
.011
.576
.027
.001
.913
.021
.012
.475
.015
.013
.393
.374
.010
.465
-.021
.037
.006
2.563
-.046
.001
Komunikasi
setelah peraturan ditetapkan mengalami penurunan.
Uji
Mann
Whitney
memperlihatkan terdapat perbedaan yang
Perantara Keuangan Real Estate, Usaha Persewaan,
dan
signifikan pada pertumbuhan sebelum dan
Jasa Perusahaan
sesudah peraturan.
Administrasi Pemerintahan,
Tabel 5 Pertumbuhan Kredit Berdasarkan Sektor Ekonomi
Pertahanan, Jaminan
dan Sosial
Wajib Rata-rata Pertumb uhan Sebelum Peraturan
Rata-rata Pertumbuhan Setelah Peraturan
Jasa Pendidikan Asymp. Sig. (2-tailed)
Jasa
Kesehatan
dan
Kegiatan
Sosial Pertanian, Perburuan
Jasa dan
.043
.011
.039
Kemasyarakatan,
Kehutanan
Sosial
Perikanan
Hiburan .015
.012
.756
dan
Perorangan Lainnya
Pertambangan dan .026
Penggalian
Budaya,
-.002
.099
Industri
Jasa
Perorangan
yang
Melayani
Rumah Tangga .017
Pengolahan
.008
.103
Internasional dan
Listrik, Gas dan .016
Air
Badan
.012
.804
Badan
Ekstra
Internasional Lainnya Konstruksi
.021
.010
.120
.020
.013
.064
Perdagangan Besar dan Eceran
setelah peraturan menunjukkan adanya
Penyediaan Akomodasi
Sebagian besar pertumbuhan kredit
dan
Penyediaan Makan Minum
.409
.018
.284
penurunan
pertumbuhan.
Kenaikan
pertumbuhan penyaluran kredit hanya terjadi pada pemberian kredit
DeReMa Jurnal Manajemen Vol. 11 No. 2, September 2016
yang 227
termasuk pada sektor ekonomi jasa
Berdasarkan uji Mann Whitney yang
perorangan yang melayani rumah tangga.
dilakukan
Pada sektor tersebut, terdapat perbedaan
signifikan antara kondisi sebelum maupun
yang signifikan pada kondisi pertumbuhan
sesudah peraturan ditetapkan.
setelah
ditetapkannya
tidak
Tabel 7 Pertumbuhan Kredit Berdasarkan Lokasi Penyaluran
pada pertumbuhan kredit yang termasuk dalam kategori sektor ekonomi badan dan
internasional
perbedaan
peraturan.
Perbedaan yang signifikan juga terdapat
internasional
terdapat
badan
lainnya.
Rata-rata
ekstra
Pertumbuhan Sebelum
Namun
Peraturan
pertumbuhan kredit pada sektor tersebut mengalami penurunan setelah peraturan
Rata-rata Pertumbu han Setelah
Asymp.
Sig.
(2-tailed)
Peraturan
Jawa Barat
.026
.094
.109
Banten
.019
.106
.608
DKI Jakarta
.000
.014
.721
.031
.252
.181
.029
-.017
.012
ditetapkan.
Tabel 6 Pertumbuhan Kredit Berdasarkan Kelompok Bank
D.I
Bank Persero BPD Bank Swasta Nasional Bank
Rata-rata
Rata-rata
Pertumbuhan
Pertumbuhan
Sebelum
Setelah
Peraturan
Peraturan
.016
.013
.555
Jawa Timur
.015
-.022
.167
.158
.005
.446
Bengkulu
.029
.017
.001
.128
.007
.153
Jambi
.030
-.007
.001
Aceh
.022
-.025
.147
.028
.016
.428
.024
.014
.035
.029
-.002
.002
.023
.011
.020
.003
.050
.376
.102
-.012
.069
.035
-.021
.025
Asymp. Sig. (2-tailed)
Jawa Tengah
Asing
dan
Yogyakarta
Campuran
Sumatera Utara Sumatera
Rata-rata
pertumbuhan
kredit
kepada UMKM berdasarkan kelompok bank disajikan pada tabel 6. Pada tabel tersebut terlihat seluruh kelompok bank mengalami
penurunan
rata-rata
pertumbuhan setelah peraturan ditetapkan. 228
Barat Riau Kepulauan Riau Sumatera Selatan Bangka Belitung
DeReMa Jurnal Manajemen Vol. 11 No. 2, September 2016
dari 33 propinsi di Indonesia mengalami Rata-rata
Rata-rata Pertumbuhan Sebelum Peraturan
Pertumbu han
peningkatan rata-rata pertumbuhan kredit Asymp.
Sig.
(2-tailed)
Setelah
pada periode setelah peraturan ditetapkan. Provinsi
Peraturan
yang
meningkat
rata-rata
pertumbuhan kreditnya adalah Banten, Lampung Kalimantan Selatan Kalimantan Barat Kalimantan Timur Kalimantan Tengah Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Utara Sulawesi Tenggara Sulawesi Barat Gorontalo
.021
-.020
.035
.031
-.010
.045
Riau, Kalimantan Timur, Kalimantan
.035
-.017
.050
Tengah,
.012
.368
.162
.038
.102
.067
.025
.144
.064
.020
.210
.162
.022
.015
.446
.127
-.020
.003
DKI Jakarta, DI Yogyakarta, Kepulauan
menunjukkan adanya perbedaan signifikan setelah
adanya
penetapan
kebijakan
penyaluran kredit terjadi pada provinsi Jawa Tengah, Bengkulu, Jambi, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Bangka Belitung, Lampung, Kalimantan Selatan, Sulawesi Tenggara, Nusa Tenggara Barat, .043
-.016
.479
Bali dan Maluku Utara. Seluruh provinsi
.022
.052
.087
tersebut menunjukkan adanya penurunan
.040
-.023
.000
.028
.000
.010
pertumbuhan kredit setelah kebijakan diterapkan.
5.
Nusa Tenggara
Sulawesi
Sedangkan uji Mann Whitney yang
Barat Bali
Tengah,
Selatan, Gorontalo, Maluku, dan Papua.
Nusa Tenggara
Sulawesi
.026
-.023
.167
Maluku
.024
.165
.320
Papua
.034
.038
.270
Kesimpulan dan Saran Kesimpulan dari penelitian ini
Timur
menunjukkan: 1. Hingga bulan Desember 2015, penetapan kebijakan kewajiban
Maluku Utara Papua Barat
.035
.006
.004
penyaluran kredit kepada UMKM
.052
-.001
.153
bagi bank-bank umum di Indonesia
Berdasarkan
tabel
7,
yaitu
tidak memberikan dampak positif
pertumbuhan kredit dengan membagi
bagi
berdasarkan lokasi penyaluran maka 11
penyaluran kredit kepada UMKM.
DeReMa Jurnal Manajemen Vol. 11 No. 2, September 2016
peningkatan
pertumbuhan
229
Rata-rata kepada
pertumbuhan UMKM
pada
kredit periode
Januari 2013 hingga Desember 2015
mengalami
berikut: 1. Kebijakan kewajiban penyaluran
penurunan
kredit kepada sektor UMKM juga
dibandingkan pada periode Januari
diterapkan pada lembaga keuangan
2011 hingga Desember 2012.
terutama
Dimana
pertumbuhan
Keuangan Mikro lainnya yaitu
pada kedua periode tersebut tidak
koperasi, Bank Perkreditan Rakyat
berbeda secara signifikan. Kondisi
(BPR),
serupa ditemukan pada penelitian
lembaga
yang dilakukan oleh Limakrisna
Dengan
(2008) dimana pertumbuhan kredit
penyaluran kredit kepada UMKM
pada sektor UMKM cenderung
juga dilakukan pada lembaga-
lambat.
lembaga
rata-rata
2. Penurunan
pertumbuhan
kredit
Karena
kepada
Modal
Lembaga
Ventura
keuangan demikian
dan
lainnya. monitoring
keuangan
tersebut.
seringkali,
lembaga-
juga terjadi pada hampir seluruh
lembaga keuangan tersebut lebih
kategori penyaluran kredit. Baik
aktif dalam menyalurkan kredit
jika melihat kategori pembagian
kepada UMKM karena prosedur
berdasarkan
yang mudah dan persyaratan yang
jenis
penggunaan,
sektor ekonomi, kelompok bank maupun
230
Saran dari penelitian ini adalah sebagai
lokasi
penyaluran.
ringan. 2. Mengintesifkan
fasilitas
Peningkatan rata-rata pertumbuhan
pembiayaan
hanya
kategori
seperti subsidi bunga, kepada
berdasarkan sektor ekonomi dan
institusi keuangan lainnya selain
lokasi
bank umum seperti BPR, koperasi,
terjadi
pada
penyaluran.
Dari
dari
ventura
pemerintah,
peningkatan rata-rata pertumbuhan
modal
dan
pada periode setelah kebijakan
Keuangan Mikro yang terbukti
ditetapkan, perbedaan signifikan
mampu memberikan jumlah kredit
terdapat pada penyaluran kredit
kepada
kepada UMKM berdasarkan sektor
dengan kualitas yang tetap terjaga.
ekonomi jasa perorangan yang
Kondisi
melayani rumah tangga.
penelitian yang dilakukan oleh
UMKM
ini
Lembaga
cukup
sejalan
besar
dengan
DeReMa Jurnal Manajemen Vol. 11 No. 2, September 2016
Rupeika-apoga (2014). Penelitian
menyalurkan
tersebut
adanya
UMKM. Agar kontribusi mereka
selain
tetap ada dalam pengembangan
pinjaman dari bank mendukung
UMKM maka sebaiknya dilakukan
prtumbuhan UMKM di negara
peningkatan
Baltik.
melalui linkage program yaitu
menunjukkan
alternative
pembiayaan
kredit
penyaluran
kepada
kredit
3. Sistem Informasi Debitur (SID)
penyaluran kredit melalui lembaga
yang terintegrasi antara perbankan,
keuangan lainnya yang memiliki
lembaga
lembaga
keahlian di bidang penyaluran
koperasi.
kredit kepada UMKM. Pola yang
SID
dapat digunakan adalah chanelling
keuangan,
pembiayaan
dan
Pengintegrasian
memungkinkan semua data debitur
maupun excuting.
dari seluruh lembaga tersebut dapat terangkum dengan tepat.
Saran untuk penelitian selanjutnya:
Saat ini SID hanya dapat dilihat
1. Penelitian dilakukan lagi setelah
dari perbankan, sementara ada
tahun 2018 karena kewajiban
potensi UMKM yang tidak masuk
penyaluran kredit sebesar 20% dari
dalam
karena
total kredit yang diberikan mulai
dari
wajib diberlakukan oleh bank
perhitungan
mendapatkan
pembiayan
lembaga keuangan non perbankan.
umum pada tahun 2018.
4. Sebagian bank umum, tertutama
2. Penggunaan alat analisis yang
bank asing dan bank campuran
berbeda dari yang digunakan pada
tidak memiliki pengalaman dalam
penelitian ini.
DeReMa Jurnal Manajemen Vol. 11 No. 2, September 2016
231
DAFTAR PUSTAKA
Anggraini, D., & Nasution, S. H. (2013). Peranan Kredit Usaha Rakyat (KUR) bagi Pengembangan UMKM di Kota Medan. Jurnal Ekonomi Dan Keuangan, 1(3), 105– 116.
Anwar, M. (2010). Small Business Financing and Bank Performance: Empirical Study of Indonesian
Public
Banks.
SSRN
Electronic
Journal,
(August).
http://doi.org/10.2139/ssrn.1670595
Bank Indonesia. (2015). Skim Kredit Program yang Dikeluarkan Pemerintah. Retrieved from http://www.bi.go.id/id/umkm/kredit/skim/Contents/Default.aspx#KKPE
Beck, Thorsten; Demirguc-Kunt, Asli;Levine, R. (2005). SMEs, Growth, and Poverty. Journal of Economic Growth, 10, 199–229.
Carree, M. A., & Thurik, A. R. (2003). The Impact of Entrepreneurship on Economic Growth.
International
Handbook
of
Entrepreneurship
Research,
437–71.
http://doi.org/10.1007/978-1-4419-1191-9_20
Departemen Kebijakan Makroprudensial. (2016). Kajian Stabilitas Keuangan. Bank Indonesia. Retrieved from www.bi.go.id
Depkop. (2012). Perkembangan Data Usaha Mikro , Kecil , Menengah ( Umkm ) Dan Usaha Besar ( Ub ) Perkembangan Data Usaha Mikro , Kecil , Menengah ( Umkm ) Dan Usaha Besar ( Ub ). www.depkop.go.id, (1), 2011–2012.
Ernani, Hadiyati. (2011). Kreativitas dan Inovasi Berpengaruh Terhadap Kewirausahaan Usaha
Kecil.
Jurnal
Manajemen
Dan
Kewirausahaan,
13(1),
8–16.
http://doi.org/10.9744/jmk.
232
DeReMa Jurnal Manajemen Vol. 11 No. 2, September 2016
Huda, A. N. (2012). The Development of Islamic Financing Scheme for SMEs in a Developing Country : The Indonesian Case. Procedia - Social and Behavioral Sciences, 52, 179–186. http://doi.org/10.1016/j.sbspro.2012.09.454
Kara, M. (2013). Kontribusi Pembiayaan Perbankan Syariah Terhadap Pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Jurnal Ilmu Syariah, XIII(2).
Kristiyanti, M. (2012). Peran Strategis Usaha Kecil Menengah ( UKM ) Dalam Pembangunan Nasional. Majalah Ilmiah INFORMATiKA, 3(1), 63–89.
Limakrisna, N. (2008). Pengaruh Komunikasi Pemasaran dan Kerelasian Nasabah Terhadap Loyalitas Nasabah. Jurnal Ekonomi Bisnis, 13(7), 68–79.
Nofianti, H. (2013). Dampak Pembiayaan UMKM oleh Bank Perkreditan Rakyat di Bali terhadap Kinerja Bank. E-Jurnal Ekonomi Dan Bisnis Universitas Udayana, 2(2), 1– 16.
Nurdianita, Afritasari; Hascaryani, T. D. (2015). Komparasi Efisiensi Bank pada Pembiayaan UMKM Sebelum dan Sesudah Adanya Peraturan Bank Indonesia Nomor14/22/PBI/2012. Jurnal Ilmiah Mahasiswa FEB Universitas Brawijaya, 3(2).
Pusat Kebijakan Perdagangan Dalam Negeri Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Perdagangan Kementrian Perdagangan. (2013). Analisis Peran Lembaga Pembiayaan dalam Pengembangan UMKM. Rupeika-apoga, R. (2014). Financing in SMEs : Case of the Baltic States. Procedia - Social and Behavioral Sciences, 150, 116–125. http://doi.org/10.1016/j.sbspro.2014.09.013
Sudaryanto; Ragimun; Wijayanti, R. R. (2013). Strategi Pemberdayaan UMKM Menghadapi Pasar Bebas Asean. Pusat Kebijakan Ekonomi Makro. Badan Kebijakan Fiskal. Kementerian Keuangan, Jakarta..
DeReMa Jurnal Manajemen Vol. 11 No. 2, September 2016
233
Suryana. (2010). Metodologi Penelitian: Model Praktis Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Universitas Pendidikan Indonesia. http://doi.org/10.1007/s13398-0140173-7.2
Suryana. (2013). Kewirausahaan: Kiat dan Proses Menuju Sukses. Jakarta: Salemba Empat.
Susilo, Y. S. (2010). Peran Perbankan dalam Pembiayaan UMKM di Provinsi DIY. Jurnal Keuangan Dan Perbankan, 14(3), 467–478.
Wennekers, S., & Thurik, R. (1999). Linking Enterpreneurship and Economic Growth. Small Business Economics, 13, 27–55.
234
DeReMa Jurnal Manajemen Vol. 11 No. 2, September 2016