Kemajuan yang Tertunda:
Analisis Data Perkawinan Usia Anak di Indonesia
Katalog BPS : 4103014 Analisis Data Perkawinan Usia Anak di Indonesia
BADAN PUSAT STATISTIK
i
KEMAJUAN YANG TERTUNDA: ANALISIS DATA PERKAWINAN USIA ANAK DI INDONESIA
Berdasarkan Hasil Susenas 2008-2012 dan Sensus Penduduk 2010 ISBN: 978-978-064-963-6 Nomor Publikasi: 04210.1608 Katalog BPS: 4103014 Ukuran Buku: 18,2 x 25,7 cm Jumlah Halaman: vi + 86 halaman Naskah: Subdirektorat Statistik Rumah Tangga Gambar Kulit: Subdirektorat Statistik Rumah Tangga Diterbitkan oleh: Badan Pusat Statistik, Jakarta-Indonesia Didanai oleh: UNICEF Foto di halaman 5, 7, 11, 14, 17, 32, 34, 47, 48, 57: ©UNICEF Indonesia/2015
Dicetak oleh : Badan Pusat Statistik, Jakarta-Indonesia Boleh dikutip dengan menyebutkan sumbernya Analisis Data Perkawinan Usia Anak di Indonesia
iii
Analisis Data Perkawinan Usia Anak di Indonesia
i
KATA PENGANTAR Laporan Kajian Perkawinan Usia Anak di Indonesia menyajikan informasi mengenai prevalensi perkawinan usia anak dan dampaknya terhadap kehidupan anak-anak perempuan di Indonesia. Sumber data utama yang digunakan adalah hasil survei yang dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS), yaitu Survei Ekonomi Nasional (Susenas) 2008 – 2012 dan Sensus Penduduk (SP) 2010. Laporan ini merupakan hasil kerja sama antara United Nations Children’s Fund (UNICEF) dengan BPS. Data yang disajikan adalah perkawinan usia anak dan keterkaitannya denga naspek pendidikan dan tingkat kesejahteraan. Selain itu, juga memberikan daftar daerah di Indonesia yang dapat menjadi prioritas dalam melakukan intervensi untuk mengatasi perkawinan usia anak di Indonesia. Pembahasan di dalam laporan ini dilakukan dengan cara analisis deskriptif. Laporan ini diharapkan dapat digunakan sebagai dasar kebijakan yang tepat untuk menangani masalah perkawinan usia anak dan penetapan program yang efektif. Diharapkan juga dapat memberikan kontribusi positif untuk konsistensi data. Penghargaan yang tinggi disampaikan kepada tim yang telah menyusun publikasi ini. Kritik dan saran dari semua pihak sangat diharapkan untuk penyempurnaan publikasi yang akan datang. Jakarta, Mei 2016 Kepala Badan Pusat Statistik Republik Indonesia
Dr. Suryamin, M.Sc.
Analisis Data Perkawinan Usia Anak di Indonesia
i
UCAPAN TERIMA KASIH Laporan perkawinan usia anak ini adalah hasil kerjasama antara Badan Pusat Statistik (BPS) dan UNICEF. Kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada Saranga Jain Blaser (konsultan independen, analis, dan penulis) dan Dirk Westhof (ahli statistik). Kami juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada Lauren Rumble, Severine Leonardi, Petra Hoelscher, Annisa Elok Budiyani, Ali Aulia Ramly, Bheta Andika Arsyad, Nadira Irdiana, M. Sairi Hasbullah, Teguh Pramono, Gantjang Amannullah, Nona Iriana, Ida Eridawaty Harahap, Aryago Mulia, Rini Sulistyowati, Sadwika Tiara Maulidiyah, Dwi Prastiwi, Asnita Ulfah, dan Siswi Puji Astuti. Kami juga berterima kasih kepada Stephen Blight, Amber Peterman, serta Anne Lockley untuk tinjauan laporan ini.
Analisis Data Perkawinan Usia Anak di Indonesia
iii
ii
Analisis Data Perkawinan Usia Anak di Indonesia
iv
Analisis Data Perkawinan Usia Anak di Indonesia
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR .........................................................................................
i
UCAPAN TERIMA KASIH ...............................................................................
iii
DAFTAR ISI .....................................................................................................
v
RINGKASAN EKSEKUTIF ..................................................................................
1
PENDAHULUAN ..............................................................................................
5
PREVALENSI GLOBAL DAN REGIONAL ..........................................................
7
DAMPAK PERKAWINAN USIA ANAK ............................................................. 11 ANALISIS PERKAWINAN USIA ANAK DI INDONESIA ..................................... 17 Latar Belakang .................................................................................................. 17 Metodologi ........................................................................................................ 21 Temuan Kunci.................................................................................................... 25 Stagnasi penurunan dan masih tingginya prevalensi perkawinan usia anak di Indonesia ............................................................................................. 25 Perkawinan usia anak tertinggi di antara anak-anak perempuan usia 16 dan 17 tahun ................................................................................................ 29 Perkawinan usia anak dan pendidikan saling berhubungan.................... 31 Kemiskinan seringkali dijadikan alasan dibalik perkawinan usia anak. Nyatanya, perempuan yang melakukan perkawinan usia anak sebagian besar tetap hidup dalam kemiskinan .......................................... 37 Prevalensi perkawinan remaja perempuan yang sangat tinggi terdapat di kantong-kantong geografis di seluruh Indonesia ................... 41 REKOMENDASI ............................................................................................... 47 Meningkatkan cakupan layanan pendidikan dan dukungan lainnya bagi anak perempuan usia antara 15 dan 17 tahun ................................. 48 Menangani norma sosial dan budaya di tingkat lokal ............................... 50 Menangani kerentanan akibat kemiskinan dengan menciptakan lebih banyak kesempatan bagi anak perempuan untuk mengakses pendidikan tinggi dan pelatihan keterampilan ekonomi .......................... 51
Analisis Data Perkawinan Usia Anak di Indonesia
v
Menargetkan upaya-upaya ke provinsi, kabupaten dan kecamatan dengan prevalensi dan angka mutlak tertinggi perkawinan anak dan remaja perempuan ......................................................................................... 53 Mendukung riset lebih lanjut tentang isu perkawinan usia anak di Indonesia ........................................................................................................... 54 KESIMPULAN .................................................................................................. 57 LAMPIRAN ..................................................................................................... 59 REFERENSI ...................................................................................................... 87
vi
Analisis Data Perkawinan Usia Anak di Indonesia
RINGKASAN EKSEKUTIF Konsensus global tentang perlunya penghapusan perkawinan dini, kawin paksa, dan perkawinan usia anak semakin mengemuka dalam beberapa tahun terakhir. Pada tahun 2014, Sekretaris Jenderal Perserikatan BangsaBangsa (PBB) merekomendasikan target khusus dalam Tujuan Pembangunan Berkelanjutan pasca 2015
untuk
menghapus
perkawinan usia
anak.
Rekomendasi ini didukung oleh 116 negara anggota, termasuk Indonesia.1 Selain itu, lebih dari 100 komitmen untuk menghapus perkawinan usia anak dan mutilasi genital perempuan dideklarasikan pada KTT Anak Perempuan yang diselenggarakan oleh UNICEF dan Pemerintah Inggris. Pada tahun 2014, Uni Afrika juga meluncurkan Kampanye untuk menghapus Perkawinan Usia Anak di Afrika.2 Upaya untuk menghapus perkawinan usia anak merupakan respon terhadap semakin banyaknya bukti yang menunjukkan besarnya skala dan cakupan permasalahan tersebut. Lebih dari 700 juta perempuan yang hidup saat ini menikah ketika masih anak-anak, dimana satu dari tiga diantaranya menikah sebelum usia 15 tahun.3 Anak-anak perempuan yang menikah muda menghadapi akibat buruk terhadap kesehatan mereka sebagai dampak dari melahirkan dini, peningkatan risiko kekerasan dalam rumah tangga, gizi buruk, dan gangguan kesehatan seksual dan reproduksi. Mereka mengalami kondisi yang buruk untuk seluruh indikator sosial dan ekonomi dibandingkan dengan anak perempuan yang menunda usia perkawinan, termasuk tingkat pendidikan yang lebih rendah dan tingkat kemiskinan yang lebih tinggi. Dampak buruk ini juga akan dialami oleh anak-anak mereka dan dapat berlanjut pada generasi yang akan datang. Di Indonesia, prevalensi perkawinan usia anak telah mengalami penurunan lebih dari dua kali lipat dalam tiga dekade terakhir tetapi masih merupakan salah satu yang tertinggi di kawasan Asia Timur dan Pasifik.4 Laporan kami
Analisis Data Perkawinan Usia Anak di Indonesia
1
menunjukkan bahwa di antara perempuan pernah kawin usia 20-24 tahun, 25 persen menikah sebelum usia 18 tahun menurut Survei Sosial dan Ekonomi Nasional (Susenas) yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2012.5Sementara itu, berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012, 17 persen perempuan pernah kawin usia 20-24 tahun menikah sebelum usia 18 tahun.6 Indonesia merupakan salah satu contoh dari kemajuan global menuju penghapusan praktik perkawinan usia anak dengan penurunan prevalensi lima persen antara SDKI yang diterbitkan di antara tahun 2007 dan 2012.7 Akan tetapi, tren prevalensi perkawinan usia anak di tingkat daerah dan perbandingannya dengan prevalensi nasional, masih sedikit diketahui atau dipublikasikan. Laporan ini merupakan upaya Pemerintah Indonesia dan UNICEF untuk menunjukkan pentingnya masalah perkawinan usia anak di Indonesia dan memberikan rekomendasi kunci untuk reformasi kebijakan dan investasi program oleh para pengambil keputusan. Tujuan laporan ini adalah untuk menginformasikan tindakan apa yang dapat mengurangi perkawinan usia anak di Indonesia, dengan memberikan bukti tentang prevalensi dan dampaknya terhadap kehidupan anak-anak perempuan di Indonesia. Laporan ini menunjukkan bahwa, prevalensi perkawinan usia anak di Indonesia tidak hanya tetap tinggi (dengan lebih dari seperenam anak perempuan menikah sebelum mencapai usia dewasa (usia 18 tahun) atau sekitar 340,000 anak perempuan setiap tahunnya) tetapi prevalensi tersebut juga telah kembali meningkat.8 Selanjutnya, meskipun perkawinan anak perempuan di bawah usia 15 tahun telah menurun, tetapi prevalensi anak perempuan usia 16 dan 17 tahun masih mengalami peningkatan secara terus-menerus, yang menunjukkan bahwa perlindungan terhadap anak-anak perempuan menurun ketika mereka mencapai usia 16 tahun. Perlu dicatat pula bahwa perkawinan anak di bawah usia 15 tahun mungkin tidak mencerminkan prevalensi sesungguhnya karena banyak dari perkawinan ini yang tersamarkan sebagai perkawinan anak perempuan di atas usia 16 tahun atau tidak terdaftar.9
2
Analisis Data Perkawinan Usia Anak di Indonesia
Laporan ini juga menunjukkan bahwa ada hubungan yang kompleks antara perkawinan usia anak dan pendidikan di Indonesia. Anak perempuan yang menikah
sebelum
usia
18
tahun
(pengantin
anak)
memiliki
tingkat
pencapaian pendidikan yang lebih rendah dibandingkan dengan anak perempuan yang belum menikah, khususnya setelah sekolah dasar (SD). Selain itu, anak yang menikah lebih muda memiliki pencapaian pendidikan yang lebih rendah dibandingkan dengan anak yang menikah lebih tua. Anak perempuan cenderung tidak melanjutkan sekolah setelah mereka menikah. Persentase perkawinan usia anak perempuan usia 20-24 tahun semakin kecil sejalan dengan meningkatnya capaian pendidikan. Persentase perkawinan usia anak perempuan yang lulus SD (40,5 persen) berbeda sangat tajam dengan mereka yang melanjutkan sekolah sampai lulus sekolah menengah atas (5,0 persen). Angka-angka ini menunjukkan bahwa berinvestasi dalam pendidikan sekolah menengah untuk anak perempuan, khususnya untuk menyelesaikan sekolah menengah atas, adalah salah satu cara terbaik untuk memastikan anak perempuan mencapai usia dewasa sebelum menikah. Analisis dalam laporan ini juga menunjukkan bahwa perkawinan usia anak sangat terkait dengan kemiskinan, tetapi prevalensi perkawinan usia anak yang tinggi terdapat pada provinsi dengan tingkat kemiskinan yang relatif rendah. Selain kemiskinan, praktik tersebut dapat dipengaruhi oleh faktorfaktor lain, termasuk norma-norma sosial dan budaya. Saat ini, UU Perkawinan di Indonesia menyatakan bahwa usia terendah untuk perkawinan yang sah bagi anak perempuan adalah 16 tahun dan anak laki-laki 19 tahun.10 Undang-undang ini juga memungkinkan adanya dispensasi bagi anak perempuan dan anak laki-laki untuk menikah lebih awal – salah satu yang menjadi sorotan terkait pemenuhan hak anak di Indonesia yang disampaikan oleh
Komite
Internasional
tentang
Hak
Anak.
Undang-undang
ini
bertentangan dengan UU Perlindungan Anak 2002 (direvisi pada tahun 2014) yang menyatakan bahwa usia anak adalah di bawah 18 tahun dan orang tua bertanggung jawab untuk mencegah perkawinan usia anak.11 Akhirnya, analisis data geografis dari hasil Sensus Penduduk menunjukkan bahwa banyak kecamatan dengan prevalensi tertinggi di Indonesia (yang secara signifikan lebih tinggi dari rata-rata nasional) yang terabaikan karena
Analisis Data Perkawinan Usia Anak di Indonesia
3
kecamatan-kecamatan ini berada di kabupaten dan provinsi dengan prevalensi perkawinan usia anak yang lebih rendah. Pada saat yang sama, beberapa kabupaten dan provinsi dengan prevalensi yang lebih rendah memiliki jumlah penduduk yang lebih besar sehingga prevalensi yang lebih rendah ternyata masih melibatkan jumlah anak perempuan yang sangat besar yang menikah sebelum usia 18 tahun. Penurunan perkawinan usia anak di Indonesia memerlukan pendekatan gabungan untuk menargetkan daerah-daerah dimana prevalensi perkawinan usia anak paling tinggi, dan juga daerah-daerah dimana jumlah populasi anak perempuan sangat besar, untuk memastikan Indonesia berada
pada
arah yang
tepat untuk
menangani target pasca-2015 yang baru untuk penghapusan praktik-praktik tradisional yang membahayakan seperti perkawinan usia anak pada tahun 2030. Laporan ini memberikan peringkat untuk seluruh provinsi, kabupaten, dan kecamatan menurut prevalensi dan merekomendasikan daerah-daerah 'hotspot' untuk menetapkan target intervensi. Akan tetapi, diperlukan lebih banyak riset untuk memberikan profil provinsi dan kabupaten yang lengkap untuk anak-anak, misalnya untuk memasukkan data kependudukan lainnya seperti pencatatan kelahiran dan status kesehatan. Laporan ini memberikan lima rekomendasi untuk membantu memastikan bahwa stagnasi dalam penurunan prevalensi perkawinan usia anak di Indonesia dapat dipercepat kembali: 1) meningkatkan intervensi untuk perlindungan anak perempuan usia 15-17 tahun, dengan fokus utama penyelesaian sekolah menengah; 2) menangani norma sosial dan budaya yang menerima atau melestarikan praktik terssebut dengan orang tua, guru, keluarga besar, dan tokoh agama; 3) menangani kerentanan akibat kemiskinan dengan menciptakan lebih banyak kesempatan bagi anak-anak perempuan untuk mengakses pendidikan tinggi dan pelatihan keterampilan ekonomi; 4) menargetkan upaya-upaya ke provinsi, kabupaten, dan kecamatan dengan prevalensi dan angka mutlak perkawinan usia anak paling tinggi dan 5) mendukung riset lebih lanjut tentang isu perkawinan usia anak di Indonesia.
4
Analisis Data Perkawinan Usia Anak di Indonesia
PENDAHULUAN Tujuan laporan ini adalah untuk
melakukan analisis geografis guna
memberikan
menentukan
bukti
menunjukkan usia
anak
yang
skala di
dapat
perkawinan
Indonesia
dan
tempat-tempat
rawan (hotspot) perkawinan usia anak di tingkat daerah. Laporan ini
dampaknya terhadap pemenuhan
melengkapi
hak anak, khususnya bagi remaja
analisis
perempuan.
ini
SDKI dari 2007 dan 2012, yang
merupakan hasil dari kerja-sama
memberikan gambaran lebih luas
antara UNICEF Indonesia dan BPS
tentang
untuk
landasan
selama
advokasi
tersebut
Laporan
meletakkan
berbasis
bukti
bagi
dan
melalui
memperkuat
temuan-temuan
perkawinan lima
tahun
usia itu.
berfokus
anak Analisis
kepada
kebijakan di Indonesia. Laporan ini
keseluruhan prevalensi perkawinan
menggunakan data Susenas yang
usia anak, risiko perkawinan usia
dikumpulkan
anak menurut usia, dan hubungan
setiap
tahun
dan
Sensus Penduduk 2010 (SP 2010).
perkawinan
Data
faktor sosial ekonomi seperti faktor
Susenas
memberikan
digunakan
analisis
yang
untuk lebih
pendidikan,
usia
anak
dengan
kesejahteraan,sosial
lengkap tentang tren perkawinan
budaya, dan geografi. Kami juga
usia anak dari tahun 2008 sampai
memasukkan kajian literatur secara
2012,
Sensus
singkat tentang situasi perkawinan
Penduduk 2010 digunakan untuk
usia anak di Indonesia berdasarkan
sedangkan
data
Analisis Data Perkawinan Usia Anak di Indonesia
5
laporan
yang
diterbitkan
oleh
diberlakukan
sejak
tahun
1964.
masyarakat sipil, pemerintah, dan
Konvensi ini menekankan bahwa
PBB. Laporan ini didasarkan pada
perkawinan
literatur
yaitu
dilakukan jika kedua pasangan
konferensi
yang
telah
dipresentasikan SMERU
dengan Susenas
oleh
pada
Lembaga tahun
menggunakan
data
meratifikasi
mendefinisikan
perkawinan usia anak, tetapi anak secara jelas didefinisikan sebagai tahun.13
bawah
Konvensi
PBB
usia
18
tentang
Persetujuan untuk Pernikahan, Usia Minimum untuk Pernikahan, dan Pencatatan
6
tetapi,
Indonesia
konvensi
belum
ini.
Untuk
tujuan laporan ini, perkawinan usia
tegas
di
persetujuan
mereka secara bebas dan penuh.14 Akan
Konvensi Hak Anak (KHA) tidak
seseorang
memberikan
2013
2010.12
secara
dapat
sebelumnya,
dokumen Riset
hanya
Pernikahan
telah
anak
didefinisikan
“perkawinan
yang
sebagai dilakukan
melalui hukum perdata, agama atau
adat,
tanpa
dan
dengan
pencatatan
atau atau
persetujuan resmi dimana salah satu atau kedua pasangan adalah anak-anak
di
bawah
usia
18
tahun.”15
Analisis Data Perkawinan Usia Anak di Indonesia
PREVALENSI GLOBAL DAN REGIONAL Dalam
30
tahun
terakhir,
ini menikah sebelum mencapai
perkawinan usia anak di seluruh
usia dewasa yaitu usia 18 tahun,
dunia telah mengalami penurunan
dan sepertiga atau sekitar 250 juta
secara bertahap dari 33 persen
anak menikah sebelum usia 15
pada
tahun.19 Jika kecenderungan ini
tahun
persen
1985
pada
menjadi
tahun
26
2010.16
berlanjut,
diperkirakan
142
juta
Kemajuan terbesar terjadi pada
anak perempuan (atau 14,2 juta
anak-anak perempuan di bawah
per tahun) akan menikah sebelum
usia 15 tahun, dengan penurunan
usia 18 tahun dari tahun 2011
dari 12 persen pada
sampai 2020, dan 151 juta anak
sampai
8
2010.17
Akan
dengan
persen
tahun 1985 pada
tetapi,
kemajuan
ini,
tahun
perempuan atau 15,1 juta per
berbeda
tahun akan menikah sebelum usia
secara
18 tahun dari tahun 2021 sampai
keseluruhan prevalensi perkawinan
2030.20
usia anak tetap relatif konstan dari tahun
2000
kemajuan
sampai dalam
2010,
dan
Perkawinan usia anak paling umum
menangani
dipraktikkan di Asia Selatan dan
praktik tersebut tidak merata antar
Afrika
negara
Jumlah
memiliki prevalensi perkawinan usia
anak perempuan di bawah usia 18
anak sebesar 58 persen, atau lebih
tahun yang menikah setiap tahun
dari sepertiga jumlah perkawinan
tetap saja besar.18 Lebih dari 700
usia anak di seluruh dunia.21 Dari 10
juta perempuan yang hidup saat
negara
dan
kawasan.
Analisis Data Perkawinan Usia Anak di Indonesia
Sub-Sahara.
dengan
India,
yang
prevalensi
7
perkawinan usia anak tertinggi, 6
memungkinkan perempuan untuk
negara
di
menikah lebih awal daripada laki-
yang
laki, yang tidak memiliki batasan
diantaranyaberada
Afrika,
termasuk
Nigeria,
memiliki prevalensi tertinggi yaitu
usia
perkawinan,
77 persen.22
memungkinkan perkawinan
dispensasi
usia
anak.
untuk Semua
Di kawasan Asia Timur dan Pasifik,
kebijakan
16 persen perempuan usia 20-24
mempertahankan
penerimaan
tahun diperkirakan akan menikah
perkawinan
anak
sebelum mereka mencapai usia 18
melanggar
tahun.
yang
lengkap tentang kerangka hukum
tersebut
mengenai perkawinan usia anak
menunjukkan bahwa kawasan ini
dan bentuk-bentuk kekerasan serta
mewakili sekitar 25 persen dari
diskriminasi lainnya terhadap anak-
jumlah
anak tidak diberikan di sini, tetapi
Jumlah
besar
di
penduduk
kawasan
perkawinan
usia
anak
ini
atau
usia hak
dapat
anak.24
dalam
dan Analisis
secara global, meskipun data tidak
tersedia
kajian-kajian
tersedia untuk beberapa negara di
terbaru dan laporan-laporan dari
kawasan itu.23 Kesenjangan riset
kawasan tersebut.25
dan data terdapat di sebagian besar
kawasan
negara,
ini.
Di
banyak
prevalensi
Risiko
perkawinan
usia
anak
yang
berbeda-beda antara satu negara
sesungguhnya sulit untuk diketahui
dengan negara lainnya, dengan
karena praktik tersebut seringkali
anak perempuan perdesaan dan
terjadi
miskin
sesuai
dengan
norma-
sebagai
kelompok
yang
norma lokal di daerah perdesaan
paling rentan terhadap praktik ini.
dan
Misalnya,
terpencil.
Dengan
demikian,akan
secara
global
anak
terdapat
perempuan yang berada dalam
yang
20 persen peringkat kesejahteraan
sesungguhnya dengan prevalensi
terendah 2,5 kali lebih berisiko
yang
survei
untuk dinikahkan pada usia anak
rumah tangga. Banyak negara di
dibandingkan dengan 20 persen
kawasan ini yang menetapkan usia
peringkat kesejahteraan tertinggi.
minimum perkawinan yang lebih
Perempuan dan anak perempuan
rendah
dengan
perbedaan
dilaporkan
minimum
8
prevalensi
dari
usia
dalam
perkawinan
internasional.
Hal
ini
sarana
ekonomi
yang
lebih baik rata-rata menikah pada
Analisis Data Perkawinan Usia Anak di Indonesia
usia yang lebih tua di seluruh
laki. Secara global, 720 juta anak
dunia.26 Prevalensi perkawinan usia
perempuan menikah sebelum usia
anak juga berbeda-beda secara
18 tahun, dibandingkan dengan
geografis di dalam suatu negara.
156
Dibeberapa
Ketidakstabilan
tersebut
daerah
di
negara
masyarakatnya
menerima
praktik
maupun
juta
lebih
nasional
usia
peluang
anak
laki-laki.28
regional
juga
dan
meningkatkan
terjadinya
perkawinan
perkawinan yang lebih muda untuk
usia anak. Keluarga di daerah
anak
yang
perempuan
masyarakat
di
dibandingkan daerah-daerah
lainnya.27
baru
terkena
konflik,
bencana alam, atau terusir dari daerah tempat tinggalnya lebih memungkinkan untuk menikahkan
Jumlah anak perempuan yang
anak perempuan mereka lebih
terkena dampak dari perkawinan
cepat
usia
atau untuk melindungi perempuan
anak
tidak
proporsional
dibandingkan dengan anak laki-
karena
alasan
ekonomi
dari kekerasan seksual.29
Hak Anak Perempuan yang Tercuri oleh Perkawinan Usia Anak Perkawinan usia anak merupakan
KHA mendefinisikan setiap orang di
pelanggaran dasar terhadap hak
bawah usia 18 tahun sebagai anak
anak perempuan. Perkawinan usia
dan
anak
melanggar
Hak
perlindungan anak.31 Perkawinan
Anak
(KHA),
Konvensi
tentang
usia anak melanggar sejumlah hak
Penghapusan
Segala
Bentuk
asasi manusia yang dijamin oleh
Diskriminasi terhadap Perempuan
KHA yang di antaranya sebagai
(CEDAW), dan Deklarasi Universal
berikut:
Hak
Hak
Asasi
Hukum
Konvensi
Manusia HAM
(DUHAM).
berhak
atas
atas
semua
pendidikan32
internasional
perkawinan
menyatakan bahwa perkawinan
mengingkari
hak anak untuk
merupakan perjanjian formal dan
memperoleh
pendidikan,
mengikat antara orang dewasa.
bermain, dan memenuhi potensi
CEDAW
mereka
menyatakan
bahwa
usia
:
karena
anak
dapat
perkawinan usia anak tidak boleh
mengganggu atau mengakhiri
dinyatakan sah menurut hukum
pendidikan mereka
(Pasal 16 (2)).30 Analisis Data Perkawinan Usia Anak di Indonesia
9
Hak untuk hidup bebas dari kekerasan
dan
dengan keinginan mereka)36 : perkawinan
usia
anak
pelecehan(termasuk kekerasan
memisahkan anak perempuan
seksual)33
dari
: perkawinan usia anak
keluarga
mereka
dan
meningkatkan kerentanan anak
menempatkan mereka dalam
perempuan terhadap kekerasan
hubungan dan lingkungan yang
fisik, seksual, dan mental
asing dimana mereka mungkin
Hak
atas
kesehatan34
:
tidak dirawat atau dilindungi,
perkawinan usia anak dapat
dan
meningkatkan
anak
memiliki suara atau kekuasaan
perempuan terhadap penyakit
dalam pengambilan keputusan
dan
atas kehidupan mereka sendiri
risiko
kematian
yang
berhubungan
dimana
mereka
tidak
dengan
kehamilan dan persalinan dini.
Dengan
Selanjutnya,
kesehatan,
perkawinan
usia
membatasi
pendidikan,
pemberdayaan
anak membatasi kontrol anak
ekonomi,
perempuan atas tubuh mereka
memperoleh penghasilan di masa
sendiri, termasuk kemampuan
yang akan datang, keamanan,
seksual dan reproduksi mereka
aktivitas dan kemampuan anak
Hak
untuk
dilindungi
dari
kesempatan
perempuan, serta status dan peran
eksploitasi35 : perkawinan usia
mereka
anak
maupun
di usia
seringkali
terjadi
tanpa
untuk
baik
persetujuan
anak
atau
perkawinan
melibatkan
pemaksaan
yang
dasarnya
di
dalam
rumah
masyarakat; anak
melanggar
hak
pada anak
menghasilkan keputusan yang
perempuan atas kesetaraan dan
ditujukan
mengambil
menghambat kemampuan anak
keuntungan dari mereka atau
perempuan untuk hidup setara
merugikan
dalam
untuk mereka
memastikan kepentingan
terbaik
daripada
masyarakat.
Untuk
bahwa
memenuhi hak anak perempuan,
mereka
diperlukan
terpenuhi
bahwa
Hak untuk tidak dipisahkan dari orang tua mereka (dipisahkan
adanya
anak
kepastian
perempuan
tidak
menikah ketika dia masih anakanak.
dari orang tua bertentangan
10
Analisis Data Perkawinan Usia Anak di Indonesia
DAMPAK PERKAWINAN USIA ANAK Perkawinan usia anak mengakhiri
memasuki masa dewasa.37 Praktik
masa remaja anak perempuan,
perkawinan usia anak seringkali
yang seharusnya menjadi masa
menimbulkan
bagi
terhadap
perkembangan
fisik,
dampak status
buruk
kesehatan,
emosional dan sosial mereka. Masa
pendidikan, ekonomi, keamanan
remaja ini juga sangat penting
anak perempuan dan anak-anak
bagi mereka karena ini adalah
mereka,
masa
dampak
dimana
serta
mereka
dapat
diri
untuk
masyarakat.
dan
perempuan
mempersiapkan
yang
menimbulkan merugikan
bagi
Bagi anak perempuan Kondisi
yang
fatal
belum
sepenuhnya
mengancam jiwa akan dialami
matang untuk melahirkan.39Anak
oleh 14,2 juta anak perempuan di
perempuan
seluruh
memiliki risiko lima kali lebih besar
dunia
yang
menjadi
pengantin anak setiap tahunnya
untuk
selama
kehamilan
periode
Perkawinan
2011-2020.38
usia
usia
meninggal dan
10-14 dalam
tahun kasus
persalinan
anak
daripada perempuan usia 20-24
dan
tahun, dan secara global kematian
persalinan dini, yang berhubungan
yang disebabkan oleh kehamilan
dengan
merupakan
menyebabkan angka
kehamilan kematian
yang
penyebab
utama
tinggi dan keadaan tidak normal
kematian anak perempuan usia
bagi
15-19 tahun.40 Anak perempuan
ibu
karena
tubuh
anak
Analisis Data Perkawinan Usia Anak di Indonesia
11
menghadapi
risiko
tingkat
perempuan
komplikasi yang terkait dengan
pendidikan
persalinan yang jauh lebih tinggi,
lebih tidak siap untuk memasuki
seperti
infeksi,
masa dewasa dan memberikan
perdarahan hebat, anemia dan
kontribusi, baik terhadap keluarga
eklampsia.41Terdapat
mereka
fistula
obstetri,
kajian yang
dengan yang
tingkat
lebih
maupun
rendah
masyarakat.46
menunjukkan bahwa perkawinan
Mereka memiliki lebih sedikit suara
usia
anak
di
Indonesia
dalam
berhubungan
dengan
buruknya
dalam rumah tangga dan kurang
kesehatan
reproduksi
dan
mampu mengadvokasi diri mereka
kurangnya
kesadaran
anak
sendiri atau anak-anak mereka.
terhadap
risiko
Mereka juga kurang mampu untuk
perempuan persalinan dini.42 Anak
perempuan
menikah tingkat
yang
cenderung pendidikan
rendah.43
Hal
perkawinan dianggap
telah
memiliki
yang
lebih
ini
disebabkan
dan
pendidikan
bertentangan
ketika
pengambilan
keputusan
memperoleh
penghasilan
memberikan
kontribusi
bagi
keluarga.
dapat
dan
finansial
Hal-hal
tersebut
meningkatkan
angka
kemiskinan.47 Perkawinan
pada
usia
anak perempuan yang menikah
membebani
menghadapi
dengan tanggung jawab menjadi
keterbatasan
mobilitas,
kehamilan
tanggung
jawab
anak
muda
perempuan
dan
seorang istri, pasangan seks, dan
terhadap
ibu, peran-peran yang seharusnya
perawatan anak. Menurut salah
dilakukan orang
satu
anak
belum siap untuk dilakukan oleh
Indonesia
anak perempuan. Perkawinan ini
laporan,
perempuan mengakhiri
85
persen
di pendidikan
mereka
juga
dewasa, yang
menimbulkan
setelah mereka menikah, namun
psikologis
keputusan
hebat bagi mereka. Selain itu juga
untuk
menikah
dan
mengakhiri pendidikan juga dapat
terdapat
diakibatkan
dimana
kesempatan
kurangnya kerja.44
Terdapat
dan
beban
emosional
kesenjangan anak
perempuan
yang usia, jauh
lebih muda dari pasangan mereka.
sekolah di Indonesia yang menolak
Berbagai
anak
telah
bahwa
Anak
menikah pada usia dini memiliki
perempuan
menikah untuk
12
yang
bersekolah.45
kajian anak
menunjukkan
perempuan
yang
Analisis Data Perkawinan Usia Anak di Indonesia
risiko
tinggi
untuk
mengalami
seksual, psikologis, dan emosional,
kecemasan, depresi, atau memiliki
serta
pikiran untuk bunuh diri, sebagian
merupakan akibat dari kurangnya
dapat disebabkan mereka tidak
status dan kekuasaan mereka di
memiliki
dalam rumah tangga mereka.50
status,
dukungan,
kekuasaan,
dan
kontrol
atas
isolasi
Pengantin
sosial,
muda
yang
lebih
sering
kehidupan mereka sendiri.48 Selain
mengalami
itu mereka juga kurang mampu
Indonesia, kekerasan dalam rumah
untuk menegosiasikan hubungan
tangga
seks
sehingga
sebagian besar orang muda: 41
meningkatkan kerentanan mereka
persen anak perempuan usia 15-19
terhadap infeksi menular seksual
tahun
seperti
aman,
HIV.49
kekerasan.
dianggap
percaya
Di
wajar
oleh
bahwa
suami
Kajian
lain
juga
dapat dibenarkan dalam memukul
bahwa
pengantin
istrinya karena berbagai alasan
anak memiliki peluang lebih besar
termasuk ketika istri memberikan
untuk mengalami kekerasan fisik,
argumen yang bertentangan.51
menunjukkan
Bagi anak-anak mereka Perkawinan
usia
anak
memiliki
berhubungan
langsung
dampak antargenerasi. Bayi yang
perempuan menikah yang pada
dilahirkan oleh anak perempuan
saat
yang menikah pada usia anak
masih berusia sangat muda, ketika
memiliki
mereka
risiko
kematian
lebih
kehamilan sendiri
dan
persalinan
memiliki
tingkat
tinggi, dan kemungkinannya dua
kekurangan gizi yang lebih tinggi
kali lebih besar untuk meninggal
dan tubuh mereka belum tumbuh
sebelum
sempurna.53
usia
1
tahun
Ketika
anak
dibandingkan dengan anak-anak
perempuan masih dalam proses
yang dilahirkan oleh seorang ibu
pertumbuhan,
yang
pada
telah
berusia
dua
puluh
tubuhnya
tahunan. Bayi yang dilahirkan oleh
dengan
pengantin
janinnya.54
anak
kemungkinan
juga
yang
memiliki
kebutuhan akan
kebutuhan
gizi
bersaing
gizi
pada
lebih tinggi
untuk lahir prematur, dengan berat badan
lahir
kekurangan
rendah, gizi.52
Hal
dan ini
Analisis Data Perkawinan Usia Anak di Indonesia
13
rendah di antara anak-anak ketika ibu mereka berusia kurang dari 20 tahun.55Anak-anak yang dilahirkan oleh ibu-ibu yang berusia kurang dari 19 tahun memiliki 30-40 persen peningkatan
risiko
hambatan
pertumbuhan (stunting) selama 2 tahun
dan
kegagalan
menyelesaikan
untuk sekolah
menengah.56
Selanjutnya,
ada
kemungkinan bahwa dampak dari perkawinan
usia
anak
yang
dialami oleh anak perempuan juga akan
dialami
mereka, kesempatan
oleh
anak-anak
dengan
kecilnya
untuk
mencapai
Menurut kajian di antara 5 negara
tingkat
pendidikan
berpenghasilan
tinggi,
besarnya
rendah
dan
yang
lebih
kemungkinan
menengah, terdapat 20-30 persen
untuk
peningkatan
risiko
rentan terhadap kekerasan dalam
prematur
berat
dan
kelahiran bayi
lahir
tetap
miskin,
dan
lebih
rumah tangga.57
Bagi Masyarakat Perkawinan usia anak tidak hanya
Meskipun
mendasari, tetapi juga mendorong
mengetahui dampak perkawinan
ketidaksetaraan
usia anak terhadap masyarakat
gender
dalam
kajian-kajian
masyarakat. Perkawinan usia anak
sangat sedikit, tetapi
dapat
terhadap
menyebabkan
kemiskinan
yang
siklus
berkelanjutan,
topik
untuk
perhatian
tersebut
terus
berkembang.
peningkatan buta huruf, kesehatan yang buruk kepada generasi yang
Kajian yang dilakukan oleh The
akan
World Bank memperkirakan bahwa
datang,
produktivitas lebih
luas
dan
merampas
masyarakat baik
dalam
yang jangka
pendek maupun jangka panjang.
14
perkawinan usia anak di beberapa negara
di
memberikan
sub-Sahara kontribusi
Afrika
terhadap
Analisis Data Perkawinan Usia Anak di Indonesia
seperlima pelajar perempuan yang
untuk memenuhi kebutuhan orang-
putus sekolah menengah. Kajian
orang termiskin di dunia melalui
tersebut menghitung bahwa setiap
delapan tujuan umum, berakhir
penundaan
perkawinan
pada tahun 2015. Tujuan khusus
untuk
bagi remaja perempuan tidak ada
satu
dapat
berpotensi
meningkatkan kemungkinan melek
di
huruf dan menyelesaikan sekolah
beberapa
menengah
persen.
kelemahan ini secara langsung
menyimpulkan
menghalangi pencapaian enam
Kajian
beberapa
tersebut
bahwa
"investasi
perempuan
pada
sampai
anak mereka
dalam
dari
MDGs
menurut
kelompok
delapan
Akan
dan
tetapi,
advokasi,
tujuan
tersebut.60
selama
dekade
menyelesaikan tingkat pendidikan
terakhir, telah ada pengakuan dan
selanjutnya
dukungan
akan
menghasilkan
yang
semakin
kuat
pendapatan seumur hidup dari
untuk menghapus perkawinan usia
kelompok anak perempuan saat ini
anak sebagai isu penting yang
yang setara dengan 68 persen
mendasari ketidaksetaraan gender
produk
bruto
dan kemiskinan global. Agenda
yang
pembangunan pasca 2015 secara
domestik
tahunan."58Kajian
lain
dilakukan oleh UNICEF di Nepal
khusus
menyatakan
hilangnya
perkawinan usia anak, dini, dan
kesempatan bersekolah sebagai
paksa. Laporan yang dikeluarkan
akibat dari perkawinan usia anak
oleh Sekretaris Jenderal PBB pada
adalah sebesar 3,87 persen dari
bulan
Produk
menyatakan
bahwa
Domestik
Bruto
(PDB).59
telah
mulai
menangani
Desember
2014,
bahwa
"praktik
Kajian-kajian dengan temuan yang
perkawinan usia anak, dini, dan
sama
paksa harus diakhiri di mana saja."
telah
dilakukan
di
Bangladesh dan di negara-negara
Beberapa
organisasi
lain, dan lebih banyak riset sedang
dunia telah mendesak negara-
dilakukan untuk lebih memahami
negara
kerugian ekonomi dari perkawinan
menangani perkawinan usia anak
usia anak.
secara
anggota
di PBB
komprehensif
seluruh untuk dan
strategis.61Indikator sasaran untuk Millenium (MDGs),
Development yang
Goals
merupakan
komitmen masyarakat internasional
menangani perkawinan usia anak berada
di
Pembangunan
Analisis Data Perkawinan Usia Anak di Indonesia
bawah
Tujuan
Berkelanjutan
15
nomor 5 yang ditujukan untuk
sampai
mencapai kesetaraan gender dan
meningkatkan
memberdayakan
pada
semua
perempuan.
20
tahun 1,70
tahun
persen
2014.
menunjukkan
dapat Hasil
bahwa
PDB ini
investasi
pada anak perempuan memiliki Kajian
tentang
pembiayaan
eksploratif
yang
dilakukan
UNICEF
mengkaji
oleh
dampak
dampak
besar
terhadap
perekonomian Indonesia selama masa
produktif
mereka
dan
perkawinan usia anak dan remaja
penundaan
terhadap perekonomian Indonesia
mendukung potensi ini. Hasilnya
dengan memperkirakan dampak
menunjukkan bahwa kurangnya
penundaan
perkawinan
anak
investasi
perempuan
terhadap
pasar
perkawinan
bagi
remaja
tersebut
perempuan
dan
hilangnya
tenaga
kerja.
menjelaskan
Kajian kelompok
anak
perkawinan
dalam
kesempatan
penundaan
pendidikan
perempuan menikah usia 15-19
hilangnya
tahun selama 36 tahun ke depan.
hidup yang diakibatkannya akan
Dengan menggunakan perkiraan
terus
konservatif,
negatif
kajian
tersebut
menunjukkan bahwa penundaan
penghasilan
dan
menimbulkan yang
perekonomian
kuat
seumur dampak terhadap
Indonesia.62
usia perkawinan anak perempuan
16
Analisis Data Perkawinan Usia Anak di Indonesia
ANALISIS POLA PERKAWINAN USIA ANAK DI INDONESIA Latar Belakang Prevalensi Perkawinan Usia Anak di Indonesia Berdasarkan hasil SDKI 2012, 17
Angka prevalensi perkawinan usia
persen perempuan pernah kawin
anak sebesar 17 persen dalam
yang
perbandingan global menunjukkan
berusia
melaporkan
20-24 bahwa
tahun mereka
bahwa
di
Indonesia
menikah sebelum usia 18 tahun63.
pengurangan
Pernikahan
anak lebih dari dua kali lipat dalam
diantara
perempuan
berusia
anak
15
tahun
tiga
perkawinan
terjadi
dekade
terakhir,
adalah 3 persen64. Hal tersebut
mungkin
sebagian
menunjukkan
disebabkan
oleh
bahwa
risiko
perkawinan usia anak meningkat
akses
pada
perempuan.65
remaja
yang
lebih
tua.
usia yang besar
meningkatnya
pendidikan
anak
Ketidaksetaraan gender dan budaya Perkawinan usia anak disebabkan
beranggapan
oleh ketidaksetaraan gender dan
perempuan adalah sebagai istri
bagaimana perempuan dan anak
dan
perempuan
dalam
kemungkinannya untuk dinikahkan
komunitas,
dan
pada usia muda. Selain itu, lebih
sebagian
besar
dipandang
masyarakat, keluarga.
Jika
kecil
Analisis Data Perkawinan Usia Anak di Indonesia
ibu,
bahwa
mereka
lebih
kemungkinannya
peran besar
untuk
17
mendapatkan
akses
meningkatkan
dalam
pendidikan
keterampilan
yang
dapat
membantu
mereka
kontributor
keuangan
perekonomian
dan
menjadi atau
beberapa
kajian
telah
menyebabkan
perubahan
sosial
dan
secara
budaya
seperti
signifikan
penurunan
prevalensi
perkawinan usia anak.68
rumah
tangga
Dibandingkan
dengan
Akan tetapi, pada tahun 2013
anak laki-laki, anak perempuan
Indonesia menduduki peringkat ke-
terkena dampak yang lebih berat
103 dari 152 negara di seluruh
karena mereka melahirkan anak
dunia dalam Indeks Pembangunan
dan bertanggung jawab terhadap
Gender
mereka.
rumah
tangganya.66
Program
PBB. Indeks tersebut merupakan ukuran
Di
tingkat
kebijakan
Indonesia
telah
perkembangan dalam telah
nasional,
menunjukkan
yang
menangani
gender.
gabungan
mencerminkan dalam
yang
"ketidaksetaraan
pencapaian
hasil
beragam
pembangunan antara perempuan
kesetaraan
dan laki-laki" dalam tiga bidang:
Pemerintah
meratifikasi
Pembangunan
Indonesia
reproduksi,
(The
pemberdayaan, dan pasar tenaga
Convention on the Elimination of all
kerja.69 Kekerasan berbasis gender-
Forms
yang
of
CEDAW
kesehatan
Discrimination
Against
ditandai
dengan
Women) pada tahun 1984, dan
adanya
keadilan
menerbitkan Keputusan Presiden
stereotip
gender
pada
menerus, dan hubungannya yang
tahun
memberikan
2000
mandat
yang kepada
bagi
tidak
secara
erat dengan kemiskinan
pelaku, terustetap
lembaga-lembaga
pemerintah
endemik di Indonesia meskipun
untuk
melakukan
perkiraan prevalensi nasional yang
pengarusutamaan
berbagai
dapat dipercaya belum tersedia.70
program, kebijakan, dan anggaran untuk
menghapus
gender.67 juga
diskriminasi
Meskipun perkawinan usia anak
Indonesia
merupakan masalah penting di
Pemerintah
telah
dianggap
berhasil
Indonesia,
tetapi
tingkat
dan
praktik
dalam meningkatkan akses anak
penerimaan
perempuan ke pendidikan dalam
perkawinan usia anak berbeda-
limadekade terakhir, yang menurut
beda di seluruh Indonesia secara
18
Analisis Data Perkawinan Usia Anak di Indonesia
geografis, budaya, dan agama.
untuk
Usia
sangat
orang tua mereka karena stigma
adat-istiadat
tentang perempuan dewasa yang
atau kepercayaan setempat dan
tidak menikah, kekhawatiran akan
agama. Misalnya, di beberapa
kehamilan atau pengenalan seks
daerah di Indonesia, adat-istiadat
pranikah, dan kemiskinan.72 Oleh
setempat banyak menyebabkan
karena itu, praktik perkawinan usia
anak perempuan menikah dengan
anak di Indonesia bersifat kompleks
perkawinan
dipengaruhi
oleh
pria yang jauh lebih tetapi,
riset
juga
tua.71Akan
menunjukkan
dan
menikah
atas
mencerminkan
keinginan
keragaman
nilai dan norma sosial di Indonesia.
bahwa beberapa remaja memilih Undang-Undang Perkawinan Perkawinan
usia
anak
sampai
perkawinan
atau
pengadilan
tingkat tertentu juga dianggap sah
negeri agama untuk memberikan
di Indonesia. Permohonan untuk uji
dispensasi.73 Akan tetapi, uji materi
materi Pasal 7 Undang-Undang
tersebut ditolak oleh Mahkamah
Perkawinan Indonesia tahun 1974
Konstitusi pada tanggal 18 Juni
tentang usia minimum perkawinan
2015.74
telah
menyatakan
menimbulkan
perdebatan
Mahkamah bahwa
yang intensif di Indonesia. Menurut
usia
perkawinan
Undang-Undang Perkawinan saat
wewenang DPR.75
Konstitusi perubahan merupakan
ini, persetujuan orang tua dapat diajukan untuk mendukung semua
UU
perkawinan
21
memberikan
tahun. Dengan persetujuan orang
pembuktian
tua, perempuan dapat menikah
pernikahan
secara sah pada usia 16 tahun dan
pejabat
hukum
laki-laki
sehingga
sulit
Bahkan,
di
pada
bawah
usia
orang
usia
19
tahun.
tua
anak
Perkawinan
juga
petunjuk usia
tidak tentang
pemohon
perkawinan atau
atau agama,
untuk melindungi
anak perempuan dari perkawinan
perempuan yang berusia di bawah
yang
16 tahun dapat menikahkan anak
yang memberikan dispensasi sama
perempuan mereka walau masih
halnya dengan tidak mengizinkan
sangat muda dengan mengajukan
anak-anak
permohonan
atas diri mereka sendiri. Lebih dari
kepada
petugas
Analisis Data Perkawinan Usia Anak di Indonesia
terlalu
muda. Pengadilan
untuk
berpendapat
19
90 persen permintaan dispensasi
juga
diterima dan jumlah permohonan
Tahun 2002 tentang Perlindungan
telah meningkat dalam beberapa
Anak, yang mengharuskan orang
terakhir.76
tahun
Perkawinan
bertentangan
dengan
UU
tua untuk mencegah perkawinan
seringkali dikehendaki oleh orang
usia
tua, anak perempuan, dan anak
mendefinisikan
laki-laki karena hubungan seksual
setiap orang di bawah usia 18
dan kehamilan.77Terdapat laporan
tahun
yang menunjukkan bahwa oknum
Perkawinan juga menetapkan usia
pejabat
telah
perkawinan
untuk
untuk anak perempuan daripada
mengubah usia anak sehingga
anak laki-laki. Oleh karena itu, anak
mereka dapat menghindari batas
perempuan lebih rentan terhadap
usia
ditetapkan
akibat buruk dari perkawinan usia
undang-undang
anak daripada anak laki-laki. Usia
setempat
memalsukan
dokumen
minimum
dalam perkawinan.
yang
Hampir
(Pasal
(Pasal
26,
1c) dan
anak
sebagai
1
ayat
yang
1).
lebih
UU
rendah
persen
minimum yang berbeda antara
perkawinan usia anak melibatkan
anak perempuan dan anak laki-
seseorang tanpa akta kelahiran,
laki
sehingga sulit untuk mengetahui
pandangan
dan menangani kasus perkawinan
merugikan
karena
usia anak di Indonesia.78 Angka-
perempuan
boleh
angka ini menunjukkan perlunya
dengan usia yang lebih rendah
sistem perlindungan anak yang
daripada anak laki-laki didorong
lebih
dapat
oleh peran-peran yang diharapkan
merespon
dari mereka dalam keluarga dan
kuat
mengidentifikasi
90
anak
untuk dan
juga
mencerminkan diskriminatif
dan anak
menikah
kasus perkawinan usia anak di
masyarakat.79Adanya
dispensasi
Indonesia secara lebih baik.
yang secara resmi diterapkan di Indonesia berkaitan dengan usia
UU Perkawinan tidak hanya gagal
minimum untuk perkawinan telah
memenuhi ambang batas usia 18
dikaji
tahun
tentang
untuk
perkawinan
yang
oleh
Komite Hak
Internasional
Anak
dalam
direkomendasikan oleh KHA yang
Komentar Akhirnya pada tahun
diratifikasi oleh Indonesia, tetapi
2014.80
20
Analisis Data Perkawinan Usia Anak di Indonesia
Kemiskinan Riset
terakhir
di
Indonesia
rumah tangga kaya.81 Beberapa
menunjukkan bahwa anak-anak
orang
perempuan
miskin
perempuan
terpinggirkan
di
dan Indonesia
tua
strategi
menikahkan mereka untuk
menghadapi risiko paling tinggi
kelangsungan
terhadap
mengalami
perkawinan
usia
anak
sebagai
mendukung hidup
kesulitan
ketika ekonomi.
anak.Kehamilan remaja juga jauh
Orang tua juga menikahkan anak
lebih umum di antara anak-anak
perempuan mereka lebih cepat
perempuan yang berpendidikan
karena mereka percaya bahwa ini
rendah yang berasal dari rumah
merupakan cara terbaik secara
tangga
ekonomi bagi anak dan keluarga
dengan yang
miskin
dibandingkan
anak-anak
berpendidikan
perempuan tinggi
mereka.82
dari
Metodologi Sumber data dan analisis Laporan
ini
tambahan
memberikan tentang
data
prevalensi
usia
perkawinan
anak-anak
perempuan berusia di bawah 15
perkawinan usia anak di Indonesia
tahun
pada dua kelompok usia yaitu
karena seringkali perkawinan ini
untuk anak perempuan berusia di
tidak dapat terlihat dari dokumen
bawah 15 tahun dan untuk anak
resmi.
perempuan berusia 15-19 tahun
memasukkan
sesuai dengan analisis global terkini
perempuan berusia di bawah 15
dan tren data untuk periode 2008
tahun.
sampai merupakan
2012.83Laporan analisis
ini
tentang
tidak
mudah
Banyak
Dalam
diperoleh
survei
tidak
anak-anak upaya
untuk
menghitung prevalensi perkawinan usia
anak
secara
lebih
tepat,
perkawinan usia anak di Indonesia.
laporan ini menggunakan sampel
Adapun definisi perkawinan usia
perempuan pernah kawin yang
anak adalah perkawinan sebelum
pada saat survei berusia 20-24
usia 18 tahun. Akan tetapi, data
tahun dan menyatakan bahwa
tentang status perkawinan atau
Analisis Data Perkawinan Usia Anak di Indonesia
21
mereka pernah kawin sebelum usia
Meskipun data SusenasdanSP2010
18 tahun.
memasukkan
informasi
tentang
status perkawinan dan Susenas Untuk
memberikan
terkini
tentang
antara
gambaran
perkawinan
anak-anak
di
perempuan,
memasukkan data tentang umur perkawinan
pertama,
indikator-indikator
tetapi
ini
belum
kajian ini menggunakan prevalensi
tersusun
sebelumnya
perkawinan remaja perempuan,
validitasnya
atau prevalensi anak perempuan
dalam kajian dan analisis yang
yang saat ini menikah pada usia15-
akan datang.
perlu
dan
dikaji
ulang
19 tahun. Kajian ini memasukkan anak-anak perempuan usia 18 dan
Analisis untuk laporan ini dilakukan
19 tahun yang berada di atas usia
pada tahun 2014 dan 2015, namun
perkawinan sah internasional, dan
tidak memakai data Susenas tahun
tidak
2013, yang diterbitkan pada tahun
memasukkan
perempuan tahun
di
yang
anak
bawah
masih
usia
15
berpeluang
2014.
Analisis
berdasarkan data dari 33 provinsi
untuk menikah sebelum usia 18
untuk
tahun.
prevalensi
Meskipun
tidak
sama
dilakukan
menentukan untuk
peringkat menentukan
dengan prevalensi perkawinan usia
wilayah geografis yang prioritas
anak,
perkawinan
untuk dilakukan intervensi. Pada
remaja perempuan memberikan
saat survei dilakukan, Kalimantan
gambaran tentang tren saat ini
Utara belum diakui sebagai provinsi
yang tidak dapat ditemukan pada
tersendiri. Data dalam analisis ini
indikator
lainnya.
SP2010
berasal dari tiga sumber: Susenas
digunakan
untuk
menghitung
2008-201284 dan Sensus Penduduk
prevalensi
prevalensi
remaja
Indonesia 2010.85 Referensi juga
perempuan, dengan pembobotan
dibuat dari Survei Demografi dan
untuk
anak
Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007
yang
dan 2012 serta kajian dan survei
memperhitungkan
perempuan belum
perkawinan
15-19
tetapi
tahun
masih
mungkin
khusus terkait lainnya.
menikah sebelum umur 20 tahun.
22
Analisis Data Perkawinan Usia Anak di Indonesia
Keterbatasan penelitian Data yang digunakan memberikan
pendidikan
informasi yang terbatas tentang
untuk
perkawinan dan topik terkait untuk
yang lebih luas tentang faktor-
analisis
faktor yang berhubungan dengan
yang
lebih
mendalam
tentang perkawinan usia Data
Susenas
dan
dan
kesejahteraan
menunjukkan
gambaran
anak.
perkawinan usia anak dan remaja.
SP2010
Keterbatasan lain adalah bahwa
mengajukan pertanyaan tentang
laporan
status
usia
analisis prevalensi perkawinan usia
perkawinan pertama, tetapi tidak
anak di antara anak laki-laki. Riset
mengajukan
pertanyaan
lebih lanjut diperlukan untuk kedua
perkawinan
jenis
perkawinan
tambahan atau
tentang
isu-isu
dan
yang
ini
tidak
kelamin
memasukkan
untuk
dikaitkan
terkait.
dengan prevalensi, dampak, dan
Keterbatasan ini diatasi dengan
faktor pendorong perkawinan usia
menghubungkan data yang ada
anak.
dengan indikator lainnya seperti
Analisis Data Perkawinan Usia Anak di Indonesia
23
24
Analisis Data Perkawinan Usia Anak di Indonesia
Temuan Kunci Temuan 1: Stagnasi penurunan dan masih tingginya prevalensi perkawinan usia anak di Indonesia Dilihat
dari
angka
mutlak,
pernah kawin, menikah sebelum
prevalensi perkawinan usia anak
usia 18 tahun87; dengan prevalensi
melibatkan jumlah pengantin anak
tertinggi
yang
perdesaan.
sangat
mengejutkan.
besar
dan
Berdasarkan
data
terdapat
di
daerah
Selanjutnya,
analisis
data Susenas menunjukkan bahwa
SDKI, 17 persen perempuan usia 20-
penurunan
24
perkawinan usia anak di Indonesia
tahun
yang
pernah
kawin,
menikah sebelum usia 18
tahun86.
hanya
tren
terjadi
prevalensi
dari
sampai
di Indonesia terjadi pada anak
perkawinan usia anak mengalami
perempuan berusia dibawah 18
kenaikan
pada
tahun. Sementara itu, berdasarkan
kemudian
mengalami
data
pada tahun 2012.
2012,
25
persen
2010.
2008
Hal ini berarti 340,000 perkawinan
Susenas
tahun
tahun
Prevalensi
tahun
2011
stagnasi
perempuan usia 20-24 tahun yang Gambar 1. Persentase Perempuan Pernah Kawin Usia 20-24 Tahun yangMenikah Sebelum Usia 18 Tahun di Indonesia, 2008 - 2012 30.0
27.4
25.8
25.0
24.5
24.7
25.0
2010
2011
2012
20.0 15.0 10.0 5.0 0.0
2008
2009
Sumber: Susenas 2008-2012
Salah
satu
menjanjikan
temuan pada
yang
laporan
ini
adalah bahwa perkawinan anak
yang
sangat
dini
(perkawinan
sebelum usia 15 tahun di antara semua
Analisis Data Perkawinan Usia Anak di Indonesia
perempuan
usia
20-24
25
tahun
pernah
menurun
yang mungkin tercatat dengan
sebanyak sepertiga, dari 3,0 persen
umur yang palsu. Temuan terbaru
menjadi
Plan
2,0
kawin) persen.
Daerah
International
menunjukkan
perdesaan memiliki kontribusi yang
bahwa terdapat oknum pejabat
lebih besar pada penurunan ini.
daerah yang mengubah usia anak
Akan tetapi, temuan ini sebaiknya
dalam
diinterpretasikan
perkawinan.88
dengan
tepat,
proses
pencatatan
karena banyak anak yang rentan Tabel 1. Persentase Perempuan Pernah Kawin Usia 20-24 Tahun yang Menikah Sebelum Usia 15 Menurut Daerah Tempat Tinggal, 2008 - 2012 Daerah Tempat Tinggal
2008
2009
2010
2011
2012
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
Perkotaan
1,4
1,6
1,3
1,4
1,4
Perdesaaan
4,1
3,2
3,4
3,2
2,5
Perkotaan+ Perdesaan
3,0
2,5
2,5
2,4
2,0
Sumber: Susenas 2008-2012
Perkawinan usia anak di daerah
dari 33,5 persen pada tahun 2008
perdesaan sepertiga lebih tinggi
menjadi 29,2 persen pada tahun
dibandingkan di daerah perkotaan
2012, sementara daerah perkotaan
(masing-masing 29,2 persen dan
malah
19,0 persen pada tahun 2012).
kenaikan, yaitu dari 18,8 persen
Akan tetapi, daerah perdesaan
menjadi
telah
periode tahun yang sama (Tabel
menunjukkan
penurunan
persentase perkawinan usia anak
menunjukkan 19,0
persen
sedikit selama
2).
Tabel 2. Persentase Perempuan Pernah Kawin Usia 20 - 24 Tahun yang Menikah Sebelum Usia 18 Tahun Menurut Daerah Tempat Tinggal, 2008-2012 Daerah tempat tinggal
2008
2009
2010
2011
2012
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
Perkotaan
18,8
18,7
18,3
18,6
19,0
Perdesaan
33,5
31,0
29,3
29,0
29,2
Perkotaan + Perdesaan
27,4
25,8
24,5
24,7
25,0
Sumber: Susenas 2008-2012
26
Analisis Data Perkawinan Usia Anak di Indonesia
Provinsi
Sulawesi
Barat,
Papua,
memiliki
tren
yang
Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan,
menurun,
dan Papua Barat merupakan lima
tersebut tetap memiliki angka anak
provinsi
perempuan
yang
tertinggi
memiliki
untuk
rata-rata
persentase
tetapi
cenderung
sebelum
cenderung
tahun.
tahun.
nasional
Meskipun
pada
persentase
tingkat
perkawinan
usia anak di bawah 15 tahun
yang
umur
perkawinan usia anak di bawah 15
kelima
15
tinggi:
Prevalensi
provinsi menikah
tahun 50,000 juga
yang per tinggi
dengan persentase di antara 3,8 dan 5,5 persen.
Tabel 3. Persentase Perempuan Pernah Kawin Usia 20-24 Tahun yang Menikah Sebelum Usia 15 Tahun Menurut Lima Provinsi dengan Rata-Rata Persentase Tertinggi, 2008 – 2012 Provinsi
2008
2009
2010
2011
2012
Rata-rata
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
Sulawesi Barat
7,8
4,0
5,5
5,4
4,7
5,5
Papua
6,5
8,3
5,2
3,6
3,1
5,1
Sulawesi Tengah
4,5
3,7
6,5
2,7
3,2
4,0
Papua Barat
2,9
4,8
4,6
2,5
4,4
3,9
Sulawesi Selatan
4,4
3,7
5,0
3,1
3,2
3,8
Sumber: Susenas 2008-2012
Temuan-temuan ini menunjukkan
baik di antara remaja yang lebih
bahwa
kerja
muda (berusia di bawah 15 tahun)
keras untuk menurunkan prevalensi
maupun remaja yang lebih tua
perkawinan usia anak di Indonesia,
(berusia 15-18 tahun).
masih
dibutuhkan
Analisis Data Perkawinan Usia Anak di Indonesia
27
Temuan 2: Perkawinan usia anak tertinggi di antara anak-anak perempuan usia 16 dan 17 tahun Analisis data Susenas menunjukkan
kenaikan,dari 24,5 persen pada
bahwa
penurunan
tahun 2010 menjadi 25,0 persen
perkawinan usia anak sebelum usia
pada tahun 2012. Perbedaan ini
16 tahun di antara tahun 2008 dan
menunjukkan
2010, yaitu dari 7,2 persen menjadi
persentase
perempuan
5,9 persen. Kemudian penurunan
kawin
20-24
lebih lanjut terjadi pada tahun 2012
menikah sebelum usia 16 tahun
yaitu menjadi sebesar 5,4 persen.
lebih sedikit, tetapi setelah mereka
terdapat
bahwa
usia
meskipun
tahun,
pernah yang
mencapai usia 16 tahun, jumlah Sementara
usia
yang menikah dalam dua tahun ke
tahun
depan akan semakin meningkat,
menunjukkan prevalensi yang lebih
sebelum mereka mencapai usia 18
tinggi
tahun.
anak
itu
perkawinan
sebelum dan
Gambar 2.
usia
18
mengalami
sedikit
Persentase Perempuan Pernah Kawin Usia 20-24 Tahun yang Menikah Sebelum Usia 15, 16, atau 18 Tahun 40.0 30.0 20.0 10.0 0.0
2008
2009
2010
2011
2012
<18 Tahun
27.4
25.8
24.5
24.7
25.0
<16 Tahun
7.2
6.1
5.9
5.5
5.4
<15 Tahun
3.0
2.5
2.5
2.4
2.0
Sumber: Susenas 2008-2012
Seperti terlihat dalam tren nasional
perdesaan memiliki proporsi yang
secara keseluruhan dan di antara
relatif
anak-anak perempuan di bawah
perkawinan sebelum usia 16 tahun
usia
(Tabel 1). Peningkatan perkawinan
28
15
tahun,
masyarakat
besar
atas
penurunan
Analisis Data Perkawinan Usia Anak di Indonesia
setelah mencapai
anak usia
perempuan
anak perempuan usia 16 dan 17
16
tahun masih dianggap wajar di
tahun
menunjukkan bahwa perkawinan
banyak daerah di Indonesia.
Analisis Data Perkawinan Usia Anak di Indonesia
29
Temuan 3: Saat
ini,
Perkawinan usia anak dan pendidikan saling berhubungan Indonesia
mewajibkan
anak usia 13-15 tahun. Sekolah
semua anak untuk menyelesaikan
Menengah
Atas
pendidikan dasar sembilan tahun
(SMA)/sederajatdiberikan di dalam
yang meliputi enam tahun Sekolah
pendidikan umum untuk anak usia
Dasar (SD) untuk anak usia 7-12
16-18 tahun, namun saat ini belum
tahun dan tiga tahun Sekolah
diwajibkan.
Menengah Pertama (SMP) untuk Tabel 4. Partisipasi Pendidikan Perempuan Usia 15-19 Tahun Menurut Daerah Tempat Tinggal dan Status Perkawinan, 2012 Klasifikasi Daerah Tempat Tinggal
Status Perkawinan
Masih sekolah
(1)
(2)
(3)
Perkotaan
Perdesaan
Perkotaan + Perdesaan
Pernah kawin
9,8
Belum kawin
70,4
Total dari kelompok umur
66,6
Pernah kawin
4,7
Belum kawin
66,7
Total dari kelompok umur
56,0
Pernah kawin
6,1
Belum kawin
68,7
Total dari kelompok umur
61,5
Sumber: Susenas, 2012
Meskipun tidak ada pertanyaan
pencapaian
yang dimasukkan dalam salah satu
lebih rendah dan perkawinan usia
survei untuk menanyakan kepada
anak.
responden tentang kehadiran di
pencapaian
pendidikan
sekolah
lebih
akan
sebelum
menikah
untuk
dan
setelah
menentukan
pendidikan
Sebaliknya, tinggi
penundaan
yang tingkat yang
mendorong
perkawinan
sampai
hubungan sebab akibat langsung,
dewasa. Tabel 4 memperlihatkan
analisis
dan
tingkat partisipasi sekolah remaja
status perkawinan untuk seluruh
perempuan usia 15-19 tahun yang
responden menunjukkan adanya
belum kawin sekitar sebelas kali
hubungan
lebih tinggi dibandingkan dengan
30
status
pendidikan
antara
tingkat
Analisis Data Perkawinan Usia Anak di Indonesia
perempuan usia 15-19 tahun yang
besar
pernah
perempuan belum kawin (masing-
kawin
(masing-masing
68,7persen dan 6,1 persen).
dibandingkan
dengan
masing 7,6 persen dan 3,1 persen). Selanjutnya, hampir sepertiga lebih perempuan
pernah
kawin
melaporkan SD (Sekolah Dasar) sebagai
tingkat
pendidikan Angka
pencapaian
tertinggi
tersebut
mereka.
lebih
tinggi
dibandingkan dengan persentase perempuan
24,1 persen). Rendahnya capaian
dengan
pendidikan
menggunakan data Susenas 2012
pernah
menunjukkan bahwa perempuan pernah
kawin
pencapaian lebih
memiliki pendidikan
rendah
terlihat
Sekolah
Menengah
Persentase
perempuan
kawinusia
terutama pada tingkat sekolah
15-19
menyelesaikan
menengah (Tabel 5). Persentase
maupun
perempuan pernah kawin yang atau
kawin
perempuan dari
Sekolah Menengah Pertama dan
yang
dibandingkan
bersekolah
remaja
persentase capaian pada jenjang
tingkat
dengan perempuan belum kawin,
tidak
yang
(masing-masing 35,4 persen dan
pernah kawin usia 15-19 tahun dan kawin
kawin
telah menyelesaikan sekolah dasar
Perbandingan antara perempuan belum
belum
Atas. pernah
tahun
yang
pendidikan
SMA
lebih
SMP kecil
dibandingkan dengan perempuan
tidak
belum kawin.
menamatkan sekolah dasar lebih
Tabel 5. Persentase Perempuan Usia 15-19 Tahun Menurut Status Perkawinan dan Capaian Pendidikan, 2012 Capaian Pendidikan Status Perkawinan
Tidak pernah bersekolah/ tidak lulus Sekolah Dasar
Lulus Sekolah Dasar
Lulus Sekolah Menengah Pertama
Lulus Sekolah Menengah Atas
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
7,6 3,1
35,4 24,1
44,7 55,5
12,3 17,3
100 100
Pernah kawin Belum kawin Sumber: Susenas, 2012
Analisis Data Perkawinan Usia Anak di Indonesia
Total
31
Beberapa
laporan
media
melanjutkan pendidikan mereka.89
sekolah-
Hal ini mungkin menjadi salah satu
melarang
faktor rendahnya angka kehadiran
anak perempuan dan anak laki-
dan capaian pendidikan seperti
laki yang sudah menikah untuk
yang dipaparkan sebelumnya.
menyebutkan sekolah
di
bahwa
Indonesia
Kota versus desa Analisis
data
tempat
menurut
tinggal
daerah
(Tabel
4)
meskipun
pernah
Sementara
kawin.
itu,
prevalensi
menunjukkan bahwa persentase
perempuan belum kawin usia 15-19
perempuan pernah kawin usia 15-
tahun
yang
masih
19 tahun yang masih bersekolah di
sedikit
lebih
tinggi
daerah
kali
perkotaan dibandingkan dengan
lebihbesar dibandingkan dengan
daerah perdesaan (masing-masing
daerah perdesaan (masing-masing
70,4 persen dan 66,7 persen). Hal
9,8 persen dan 4,7 persen).Hal ini
tersebut
menunjukkan bahwa perkawinan
penundaan
dan pendidikan lebih diperhatikan
meningkatkan
di daerah perkotaan. Meskipun
perempuan usia 15-19 tahun untuk
begitu,
tetap bersekolah di kedua daerah
perkotaan
kurang
dua
dari
satu
dari
sepuluh perempuan di perkotaan tetap
melanjutkan
bersekolah di
daerah
menunjukkan
bahwa
perkawinan kemungkinan
tersebut.
sekolah
Sekolah Menengah merupakan Kunci untuk Pencegahan Sama
seperti
perkawinan
perkawinan usia anak yang lebih
bagi
anak
tinggi. Pada tahun 2012, sebesar
perempuan, pendidikan berfungsi
46,7 persen perempuan yang tidak
untuk
perkawinan.
pernah
bersekolah
perempuan
pernah
menyelesaikan
mengakhiri
Analisis
sekolah
menunda terhadap
atau
tidak
sekolah
pernah kawin berdasarkan data
dasar menikah sebelum usia 18
Susenas
tahun (Tabel 6). Angka tersebut
dari
menyatakan pendidikan
tahun
2008-2012
bahwa yang
lebih
tingkat
mengalami
rendah
meningkatnya
berhubungan dengan prevalensi
32
penurunan
seiring capaian
pendidikan. Penyelesaian jenjang
Analisis Data Perkawinan Usia Anak di Indonesia
pendidikan Pertama
Sekolah (SMP)
Menengah
Penurunan
paling
tajam,yaitu
menyebabkan
pada jenjang pendidikan sekolah
penurunan prevalensi perkawinan
menengah atas, ketika prevalensi
sebelum usia 18 tahun dari 40,5
turun
persen menjadi 26,5 persen.
Pendidikan ke arah yang lebih
menjadi
tinggi
5,0
mendorong
persen.
perempuan
untuk menikah setelah usia 18 tahun. Hal ini dapat disebabkan oleh
meningkatnya
akses
dan
dukungan untuk pendidikan anak perempuan. Data ini juga dapat dikaji dengan cara lain untuk lebih memahami peran
pendidikan
pencegahan
dalam
perkawinan
usia
anak. Tabel 6 menunjukkan bahwa prevalensi usia
18
perkawinan tahun
pendidikan banyak
menurut
tidak
perubahan
sebelum tingkat
mengalami di
antara
tahun 2008 dan 2012. Hal ini dapat dilihat melaluicapaian pendidikan dari perempuan usia 20-24 pernah kawin yang lulus SD dan SMP yang relatif tetap (tidak berbeda jauh) selama lima tahun.
Analisis Data Perkawinan Usia Anak di Indonesia
33
Tabel 6. Persentase Perempuan Pernah Kawin Usia 20 - 24 Tahun yang Menikah Sebelum Usia 18 Tahun Menurut Capaian Pendidikan, 2008-2012 Capaian Pendidikan
2008
2009
2010
2011
2012
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
Tidak sekolah atau tidak lulus sekolah dasar
53,0
46,3
46,3
44,7
46,7
Lulus sekolah dasar
40,7
40,1
39,7
38,9
40,5
Lulus sekolah menengah pertama
26,6
25,5
24,9
26,2
26,5
Lulus sekolah menengah atas
4,4
5,1
4,9
4,9
5,0
Lulus pendidikan tinggi
1,3
3,3
0,7
1,3
1,8
27,4
25,8
24,5
24,7
25,0
Jumlah Sumber: Susenas, 2008-2012
Meskipun
begitu,
ada
sedikit
periode
tersebut.
Penurunan
penurunan pada perkawinan usia
perkawinan usia anak di antara
anak di antara perempuan yang
perempuan pernah kawin usia 20-
tidak
24 tahun yang tidak bersekolah
dan
mendapatkan ada
pencapaian
pendidikan
kenaikan sekolah
pada
menengah
atas dan pendidikan tinggi selama
34
atau
tidak
lulus
sekolah
dasar
hanya terjadi dari 2008 sampai tahun 2011.
Analisis Data Perkawinan Usia Anak di Indonesia
Temuan 4:
Kemiskinan seringkali dijadikan alasan dibalik perkawinan usia anak. Nyatanya, perempuan yang melakukan perkawinan usia anak sebagian besar tetap hidup dalam kemiskinan.
Perkawinan
usia
keterkaitan
dengan
anak
memiliki
setidaknya
si
anak
dapat
kemiskinan.
mempunyai taraf kehidupan yang
Kemiskinan mendorong orang tua
lebih baik. Akan tetapi, analisis
untuk
menunjukkan bahwa perempuan
menikahkan
terlebih
lagi
pendidikan
anaknya,
ketika tinggi.
menikahkan
anak
diharapkan
biaya
usia
20-24
yang
melakukan
Dengan
perkawinan usia anak sebagian
perempuan,
besar masih hidup dalam rumah
perekonomian
tangga miskin.
keluarga menjadi lebih baik atau
Kemiskinan Secara
umum,
data
Susenas
dan distribusi pengeluaran rumah
menunjukkan adanya hubungan
tangga (gambar 3 dan gambar 4).
antara perkawinan usia anak dan
Indikator tersebut dikembangkan
status
oleh UNICEF dan BPS untuk tujuan
ekonomi,
berdasarkan
yang
kondisi
dilihat
perumahan
analisis ini.
Kondisi perumahan Gambar 3. Persentase Perempuan Pernah Kawin Usia 20-24 Tahun yang Menikah Sebelum Usia 18 Tahun Menurut Kondisi Perumahan, 2012 50.0
36.1
40.0 30.0
40.1
21.5
20.0 10.0 -
Perumahan layak huni
Perumahan rawan layak huni
Perumahan tidak layak huni
Sumber: Susenas, 2012
Analisis Data Perkawinan Usia Anak di Indonesia
35
Prevalensi perkawinan usia anak
yang sedikit lebih baik (rawan
yang
pada
layak huni). Ternyataperempuan
perempuan yang sekarang tinggal
yang melakukan perkawinan usia
dengan kondisi perumahan tidak
anak lebih sedikit yang tinggal
layak huni (40,1 persen). Angka
pada perumahan dengan kondisi
tersebut lebih rendah yaitu 36,1
layak
tertinggi
terjadi
huni
(21,5
persen).
persen pada kondisi perumahan
Tingkat Kesejahteraan Di tingkat nasional, perkawinan
pada 20 persen rumah tangga
usia anak berhubungan dengan
dengan
tingkat kesejahteraan yang lebih
(Kuintil 1), hampir dua kali lipat
rendah.
mengkaji
lebih tinggi dibandingkan dengan
perbedaan tingkat kesejahteraan,
perempuan dari 20 persen rumah
analisis
tangga
Dengan tersebut
menunjukkan
bahwa prevalensi perkawinan usia
pengeluaran
dengan
terendah
pengeluaran
tertinggi (Kuintil 5).
anak untuk perempuan dari rumah tangga miskin yaitu yang berada Gambar 4. Persentase Perempuan Pernah Kawin Usia 20-24 Tahun yang Menikah Sebelum Usia 18 Tahun Menurut Tingkat Kesejahteraan, 2012 35.0 30.0
29.9
28.8
26.7
25.0
20.0
20.0
16.1
15.0 10.0 5.0 -
Kuintil 1
Kuintil 2
Kuintil 3
Kuintil 4
Kuintil 5
Sumber: Susenas, 2012
36
Analisis Data Perkawinan Usia Anak di Indonesia
Data
menunjukkan
perempuan
yang
perkawinan
pada
semakin sejalan
rendah
bahwa melakukan
usia
anak,
persentasenya
dengan
tingkat
mereka dari tingkat kesejahteraan Kuintil
3
persen,
(masing-masing
28,8
persen,
29,9
dan
26,7
persen untuk tingkat kesejahteraan Kuintil 1, Kuintil 2, dan Kuintil 3).
kesejahteraan yang semakin baik.
Perbedaan
Pada gambar 4, perempuan yang
antara kelompok Kuintil 3 dan
menikah pada usia anak dengan
Kuintil
tingkat kesejahteraan Kuintil 1 dan
kesejahteraan Kuintil 4 dan Kuintil 5
Kuintil 2 mempunyai persentase
(masing-masing 20,0 persen dan
perkawinan usia anak yang lebih
16,1 persen pada tahun 2012).
tinggi
dibandingkan
4,
terbesar serta
terdapat
antara
tingkat
dengan
Tren di tingkat provinsi Tiga
provinsi
(Sulawesi
Barat,
karena
dan
Papua)
dalam
provinsi
teratas
kesejahteraan bergantung pada
Sulawesi
Tengah,
diantara
lima
dalam prevalensi perkawinan usia
dapat
berbeda-beda
setiap
kelompok
lokasi dan kondisi geografis.
anak (Sulawesi Barat, Kalimantan Tengah, Sulawesi Tengah, Papua,
Di antara provinsi-provinsi dengan
dan
prevalensi perkawinan usia anak
Kalimantan
Selatan)
juga
termasuk dalam kategori sepuluh
yang
besar
adalah
provinsi
tertinggi
dalam
dengan hal
ranking
tinggi, pola
yang
persentase
umum
perempuan
persentase
yang melakukan perkawinan usia
penduduk usia 10-24 tahun yang
anak cenderung lebih tinggi di
tinggal di rumah tidak layak huni.
empat
Namun,
pertama
provinsi
dengan
kelompok dan
kesejahteraan
kemudian
persentase penduduk miskin yang
kelompok
tinggi, seperti Nusa Tenggara Timur
lebih
(NTT), ternyata memiliki prevalensi
Kalimantan
Tengah,
persentase
perkawinan usia anak yang lebih
perempuan
yang
melakukan
rendah. Oleh karena itu, hubungan
perkawinan
prevalensi perkawinan usia anak
namun tetap relatif sama di antara
dengan
empat kuintil pertama (37,7 persen;
kemiskinan
lebih
rumit
Analisis Data Perkawinan Usia Anak di Indonesia
kelima
pada
rendah.
usia
persentasenya Misalnya,
anak
di
fluktuatif
37
47,2 persen; 40,8 persen; dan 41,5
kuintil 5 (23,2 persen), seperti yang
persen) dan lebih rendah pada
ditunjukkan pada Gambar 5.
Gambar 5. Prevalensi Perkawinan Usia Anak Menurut TingkatKesejahteraan: Indonesia Dibandingkan dengan Tiga Provinsi, 2012 60.0
55.9 47.2 46.2
50.0
30.0
29.9
28.8
24.9
41.5
40.8
37.7
40.0
25.4
26.7 26.4
23.4
20.0
24.3 20.0
23.2 17.9 16.1 10.8
22.7
10.0 0.0
Kuintil 1
Indonesia
Kuintil 2
Kuintil 3
Sulawesi Barat
Kalimantan Tengah
Kuintil 4
Kuintil 5
Nusa Tenggara Timur
Sumber: Susenas, 2012
Gambar 5 menunjukkan bahwa
terjadi pola yang sama dengan
padaProvinsi Nusa Tenggara Timur
provinsi-provinsi
dengan penduduk miskin
prevalensi perkawinan usia anak
tinggi,
persentase
yang
perempuan
tertinggi.
Hal
yang ini
memiliki
menunjukkan
yang melakukan perkawinan usia
bahwa
anak lebih rendah dibandingkan
melakukan perkawinan usia anak
dengan provinsi lain yang lebih
sebagian besar terdapat pada
rendah
kuintil 1 dan kuintil 2.
persentase
miskinnya. dalam
38
Meskipun
kelompok
penduduk
perempuan
yang
demikian,
kesejahteraan
Analisis Data Perkawinan Usia Anak di Indonesia
Temuan 5: Prevalensi perkawinan anak perempuan yang sangat tinggi terdapat di kantong-kantong geografis di seluruh Indonesia Analisis ini mengkaji data Susenas
yang lebih serius, daerah-daerah
2012 untuk menentukan dimana
tersebut akan terabaikan. Laporan
prevalensi tertinggi
ini menunjukkan bahwa prevalensi
perkawinan
remaja perempuan ditemukan di
perkawinan
usia
tingkat provinsi. Selain itu, data SP
umumnya
berbeda-beda
2010 juga digunakan untuk melihat
seluruh Indonesia dan bergantung
prevalensi tingkat kabupaten dan
pada kondisi geografis. Kabupaten
kecamatan. Hal ini memungkinkan
dan
untuk
kantong-
prevalensi yang jauh lebih tinggi
kantong prevalensi tinggi dalam
dari rata-rata nasional tidak selalu
provinsi
memerlukan
berada di provinsi-provinsi dengan
lebih
prevalensi yang tinggi.
mengidentifikasi yang
penanganan
yang
serius.
anak
kecamatan
pada di
dengan
Apabila tidak ada penanganan
Provinsi Analisis data provinsi yang tertera
dibandingkan
pada Lampiran 3 menunjukkan
yang rata-rata prevalensinya di
rata-rata
perkawinan
bawah rata-rata nasional (masing-
usia anak dari tahun 2008 hingga
masing 19 dan 14 provinsi). Rata-
2012. Rata-rata nasional sebesar
rata prevalensi perkawinan usia
25,0 persen menunjukkan satu dari
anak tertinggi terdapat di Sulawesi
empat perempuan pernah kawin
Barat (37,0 persen). Empat
usia 20-24 tahun menikah sebelum
lainnya
usia
itu,
Tengah, Sulawesi Tengah, Papua,
rata-rata
dan Kalimantan Selatan. Provinsi
rata-rata
dengan
prevalensi
18
provinsi
tahun. yang
prevalensi
Sementara
memiliki
melebihi
nasional jumlahnya lebih banyak
dengan
adalah
rata-rata
provinsi
besar
Kalimantan
prevalensi
terendah adalah DI Yogyakarta.
Analisis Data Perkawinan Usia Anak di Indonesia
39
Tabel 7. Daftar peringkat provinsi menurut prevalensi tertinggi dan terendah serta rata-rata prevalensi perkawinan usia anak (perempuan 20-24 tahun yang pernah menikah sebelum umur 18 tahun), 2008-2012 No. (1) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33.
Provinsi (2) Sulawesi Barat Kalimantan Tengah Sulawesi Tengah Papua Kalimantan Selatan Gorontalo Sulawesi Tenggara Sulawesi Selatan Jawa Barat Jambi Kalimantan Barat Kep. Bangka Belitung Jawa Timur Maluku Utara Papua Barat Kalimantan Timur Banten Sumatera Selatan Bengkulu Nusa Tenggara Barat Sulawesi Utara Maluku Jawa Tengah Riau Nusa Tenggara Timur Lampung Sumatera Barat Aceh Kepulauan Riau Bali Sumatera Utara DKI Jakarta DI Yogyakarta
Minimum (3) 35,5 34,6 30,7 30,1 30,1 27,9 29,9 28,0 28,0 28,2 28,2 25,4 26,3 24,5 22,2 23,5 23,3 21,6 22,1 22,8 22,9 16,4 19,8 18,5 18,6 15,8 13,2 15,2 6,8 14,5 14,0 12,0 10,6
Maksimum
Rata-rata
(4) 40,6 38,2 38,0 39,7 34,5 35,3 35,1 34,8 33,1 32,2 31,1 29,9 29,5 30,7 33,0 31,1 29,4 28,3 29,6 27,5 25,4 28,0 23,0 25,3 22,5 22,6 20,6 19,5 36,9 16,5 16,8 14,9 14,9
(5) 37,0 36,3 34,9 33,6 32,7 32,2 31,8 30,5 30,5 30,3 29,8 28,1 27,8 27,7 27,3 26,6 26,1 25,7 25,6 25,4 24,7 22,2 21,1 20,7 20,5 18,6 17,5 17,4 17,2 15,6 15,2 13,0 12,2
Sumber: Susenas 2008-2012
40
Analisis Data Perkawinan Usia Anak di Indonesia
Tabel 8.
Daftar Peringkat Provinsi Menurut Prevalensi Perkawinan Remaja Perempuan (15-19 tahun), 2012
No.
Provinsi
Prevalensi
(1) (2) 1. Kepulauan Bangka Belitung 2. Kalimantan Selatan 3. Jawa Timur 4. Nusa Tenggara Barat 5. Gorontalo 6. Sulawesi Barat 7. Kalimantan Tengah 8. Sulawesi Tengah 9. Jambi 10. Sulawesi Tenggara 11. Kalimantan Barat 12. Jawa Tengah 13. Papua Barat 14. Sulawesi Utara 15. Papua 16. Lampung 17. Jawa Barat 18. Sulawesi Selatan 19. Bali 20. Sumatera Selatan 21. Maluku Utara 22. Bengkulu 23. Kalimantan Timur 24. Banten 25. Riau 26. DI Yogyakarta 27. Maluku 28. Nusa Tenggara Timur 29. Sumatera Barat 30. Sumatera Utara 31. DKI Jakarta 32. Aceh 33. Kepulauan Riau Sumber: Susenas 2012
Tabel
8
peringkat prevalensi perempuan
memberikan provinsi perkawinan dari
(3) 18,2 17,6 16,7 16,3 15,7 14,6 14,6 14,6 14,2 13,8 13,7 13,5 13,5 13,2 12,7 12,4 12,3 11,4 11,3 11,3 10,6 10,2 9,9 9,5 7,7 7,2 7,0 6,9 3,9 3,6 3,3 3,3 3,1
Jumlah remaja perempuan pernah kawin (4) 8.479 26.980 236.404 32.253 7.560 8.053 13.446 15.273 18.659 14.329 25.922 160.273 4.200 11.381 14.913 37.606 220.501 40.500 15.090 35.105 5.045 7.424 13.731 45.564 18.898 9.769 4.799 14.497 8.011 20.835 12.520 6.824 1.882
daftar
tertinggi sampai dengan terendah.
menurut
Selanjutnya, tabel tersebut juga
remaja
memberikan informasi mengenai
prevalensi
jumlah remaja perempuan pernah
Analisis Data Perkawinan Usia Anak di Indonesia
41
kawin di masing-masing provinsi.
220.501).
Secara
prevalensi
memiliki angka absolut perkawinan
perempuan
remaja perempuan dengan jumlah
nasional
perkawinan
remaja
usia
tahun
15-19
sebesar
11,5
besar,
Jawa
yaitu
Tengah
160.273.
persen. Angka prevalensi setiap
Bangka
Belitung
provinsi
berada
daerah
perkawinan
persen
sampai
di
antara
18,2
3,1
persen.
perempuan
Meskipun merupakan remaja
dengan
prevalensi
Prevalensi perkawinan remaja di
tertinggi,
perempuan
tahun
remaja perempuan yang pernah
terendah di DKI Jakarta, Aceh, dan
kawin adalah salah satu yang
Kepulauan Riau dengan prevalensi
terendah di Indonesia. Pendekatan
masing-masing sebesar 3,3 persen,
ganda
3,3
persen.
prevalensi perkawinan usia anak
Sementara itu, prevalensi tertinggi
diperlukan dari para pengambil
berada
keputusan
usia
persen,
15-19
dan
di
3,1
Kepulauan
Bangka
tetapi
juga
angka
untuk
jika
mutlak
menangani
Indonesia
ingin
Belitung, Kalimantan Selatan, dan
mengalami
kemajuan
dalam
Jawa Timur. Dilihat dari angka
mencapai
target
tujuan
absolut, Jawa Timur dan Jawa
pembangunan
berkelanjutan
Barat
(SDG’s)
baru,
memiliki
jumlah
tertinggi
yang
yaitu
remaja perempuan pernah kawin
menghapus perkawinan usia anak
(masing-masing
pada tahun 2030.
236.404
dan
Kabupaten dan Kecamatan Hasil
Sensus
menunjukkan
Penduduk bahwa
201090
terdapat
sebanyak 106 kabupaten dari total 497kabupaten
hasil Susenas 2012 terdapat di Bangka
Belitung,
Kalimantan
Selatan, dan Jawa Timur.
diidentifikasi
memiliki prevalensi perkawinan usia
Angka provinsi dapat menutupi
anak yang sangat tinggi di antara
kabupaten-kabupaten
remaja
prevalensi
tertinggi
ditemukan.
tahun, yaitu 20 persen atau lebih
Misalnya,
meskipun
prevalensi
tinggi
Jawa Tengah sebesar 13,5 persen,
perempuan
usia
dibandingkan
prevalensi Prevalensi
tingkat
dengan nasional.
tetapi
prevalensi
Wonosobo
remaja
sebesar 63 persen. Di Jawa Timur,
perempuan tertinggi berdasarkan
prevalensi provinsi dalam rentang
42
perkawinan
15-19
dimana
Analisis Data Perkawinan Usia Anak di Indonesia
usia
ini
sebesar
16,7
persen,
Indonesia,
1.085
kecamatan
sedangkan kabupaten-kabupaten
memiliki prevalensi di atas rata-rata
ada di antara 5 - 35 persen dan
nasional, yaitu 25 persen. Analisis
kecamatan berkisar antara 2 - 64
kecamatan menunjukkan bahwa
persen.
Kabupaten-kabupaten
meskipun sebagian besar provinsi
dengan
prevalensi
memiliki
tertinggi
kecamatan
dengan
(Bondowoso sebesar 35 persen,
prevalensi
Probolinggo sebesar 35
persen,
perempuan lebih tinggi dari 25
Situbondo sebesar 34 persen, dan
persen, tetapi Jawa Timur, Jawa
Sumenep
Tengah, dan Kalimantan Selatan
sebesar
memiliki
32
persen)
kecamatan-kecamatan
dengan
prevalensi
yang
lebih
perkawinan
memiliki
jumlah
kecamatan
dengan
remaja
terbesar prevalensi
tinggi, seperti Sumbermalang di
tinggi. Di antara 84 kecamatan
Probolinggo sebesar 64
dengan
persen.
prevalensi
25
tinggi
di
Akan tetapi, kecamatan tertinggi
persen
kedua di Jawa Timur (Lumbang
Kalimantan Selatan, 4 kecamatan
sebesar
di
memiliki prevalensi lebih dari 50
Pasuruan, yaitu kabupaten dengan
persen. Paramasan adalah yang
prevalensi
tertinggi,
63
persen) yang
berada jauh
lebih
rendah,yaitu sebesar 19 persen.
atau
sebesar
lebih
dengan
prevalensi
remaja
perempuan
perkawinan
sebesar 62 persen. Sebanyak 163 Demikian
pula
dengan
Provinsi
kecamatan di Jawa Timur memiliki
Nusa Tenggara Timur yang memiliki
angka
prevalensi
persen
yang
relatif
rendah
prevalensi atau
sebesar lebih
25
tinggi.
dalam rentang usia tersebut, yaitu
Sementara itu, 10 kecamatan di
sebesar 6,9 persen dan kabupaten-
Jawa Tengah memiliki prevalensi
kabupaten di provinsi ini berkisar di
perkawinan
antara
lebih
4
-
14
persen.
Akan
remaja
tinggi
dari
perempuan kecamatan
tetapi,salah satu kecamatan di
dengan
prevalensi
Nusa Tenggara Timur, yaitu Mahu
Jawa
Timur
memiliki
prevalensi
perkawinan
dengan
prevalensi
remaja
perempuan
sebesar
persen). Bahkan, 6 dari kecamatan
46
tertinggi
di
(Sumbermalang
tertinggi
64
persen dalam rentang usia ini.
dengan
Berdasarkan hasil Sensus Penduduk
Jawa Tengah memiliki prevalensi
2010, dari 6.651 kecamatan di
sebesar 70 persen atau lebih tinggi.
Analisis Data Perkawinan Usia Anak di Indonesia
prevalensi
sebesar
di
43
Perlu
diketahui
bahwa
Jawa
sebesar 35 persen; 33 persen; dan
Tengah memiliki kabupaten dan
32 persen) tidak berada di antara
kecamatan
tiga kabupaten teratas dengan
dengan
prevalensi
tertinggi dalam hal perkawinan
prevalensi
remaja perempuan, tetapi bukan
Bangka Belitung memiliki prevalensi
merupakan
perkawinan
salah
satu
dari
10
provinsi teratas dengan prevalensi
tertinggi,
sedangkan
remaja
perempuan
tertinggi di Indonesia.
tertinggi. Di Jawa Barat, empat dari lima Analisis di setiap tingkat geografis
kecamatan
dengan
menunjukkan
perkawinan
remaja
bahwa
beberapa
prevalensi perempuan
provinsi dan kabupaten dengan
tertinggi, antara 39 dan 43 persen,
prevalensi
memiliki
berada di Kabupaten Sukabumi,
dengan
yang
tinggi
juga
kecamatan-kecamatan prevalensi Jambi
tertinggi.
yang
tinggi
Misalnya,
memiliki
prevalensi
perkawinan
remaja
memiliki
prevalensi
kabupaten sebesar 18 persen dan tidak
dimasukkan
kabupaten
dalam
dengan
prevalensi
perempuan sebesar 14,2 persen,
tinggi (lebih tinggi dari 20 persen).
memiliki
Selain
itu,
yang
merupakan
kecamatan-kecamatan
dengan
prevalensi
tinggi
yang
kecamatan
salah
satu
berada di kabupaten-kabupaten
kecamatan
dengan prevalensi tinggi seperti
tinggi, terletak di Cianjur, yang
Bungo
(masing-
merupakan
masing 25 persen dan 24 persen).
kabupaten
Akan
dengan prevalensi tinggi di Jawa
dan
Merangin
tetapi,
dalam
kasus
kecamatan-kecamatan prevalensi
tertinggi
lain
dengan
Barat.
Jawa
dengan
Takokak prevalensi
satu-satunya yang Barat
diidentifikasi merupakan
merupakan
contoh provinsi dimana lebih dari
kabupaten
setengah
kabupaten
dan provinsi dimana kecamatan-
kecamatan
memiliki
kecamatan
berada.
perkawinan remaja perempuan di
Sebagai contoh, Kecamatan Air
bawah rata-rata nasional namun
Gegas,
juga
pengecualian
untuk tersebut
Pulau
Besar,
dan
memiliki
Membalong di Bangka Belitung
kecamatan
(dengan prevalensi masing-masing
yang sangat tinggi.
44
dengan
dan
prevalensi
kecamatanprevalensi
Analisis Data Perkawinan Usia Anak di Indonesia
REKOMENDASI Temuan-temuan dari laporan ini
memperoleh
menunjukkan
perlindungan sangat penting bagi
bahwa
meskipun
hak-hak
dan
telah ada penurunan persentase
pemberdayaan
perkawinan usia anak di Indonesia,
pengembangan
khususnya di antara anak-anak
efektif dan tepat terhadap praktik
perempuan usia 15 tahun atau
tersebut
lebih muda, akan tetapi masih
ditunjukkan oleh sejumlah kajian
banyak hal yang harus dilakukan.
global.91
Secara
Program
khusus,
laporan
ini
serta respon
yang
sebagaimana
sebaiknya
telah
memberikan
memberikan 5 rekomendasi untuk
informasi,
membantu memastikan anak-anak
jejaring yang diperlukan oleh anak-
perempuan
anak perempuan untuk menuntut
mencapai
keterampilan,
kedewasaan sebelum mengambil
hak-hak
tanggungjawab layaknya orang
pengetahuan
dewasa,
dari perkawinan usia anak bagi
yaitu
memasuki
mereka,
dan
termasuk
tentang
perkawinan dan menjadi seorang
hak-hak
ibu.
untuk melakukan komunikasi dan
Prinsip
dasar
untuk
rekomendasi
ini
perempuan
harus
seluruh
adalah
anak
mereka,
dampak
keterampilan
negosiasi tentang hak-hak ini, dan jejaring
di
antara
anak-anak
diikutsertakan
perempuan dan perempuan untuk
pada semua tahap dalam upaya
membangun kepercayaan diri dan
untuk menghapus perkawinan usia
berfungsi
anak,
pendukung.
termasuk
pelaksanaan,
perencanaan, dan
sebagai
sistem
evaluasi
intervensi. Partisipasi mereka dalam Analisis Data Perkawinan Usia Anak di Indonesia
45
Rekomendasi 1: Meningkatkan cakupan layanan pendidikan dan dukungan lainnya bagi anak perempuan usia 15-17 tahun
Analisis
dalam
menunjukkan
laporan
peningkatan
ini
kelompok
usia
16-17
tahun
di
yang
Indonesia menunjukkan perlunya
tajam pada prevalensi perkawinan
peningkatan upaya-upaya guna
usia anak pada saat usia 16 – 17
menangani perkawinan usia anak
tahun.
terjadi
melalui penundaan perkawinan,
penurunan
yang dimulai lebih awal. Banyak
Peningkatan
bersamaan
dengan
ini
tajam
pencapaian
pendidikan
anak perempuan yang menikah
anak
perempuan.
Akibatnya,
pada
usia
tersebut
banyak anak perempuan gagal
mengambil
mengikuti
menengah
perkawinan ketika mereka telah
pertama dan sekolah menengah
mencapai usia 15 tahun. Pada
atas.
perkawinan
umumnya,
usia
perempuan
merupakan
waktu
16
tahun
perempuan mengalami transisi dari
luas
sekolah menengah pertama ke
terhadap perkawinan usia anak di
sekolah menengah atas. Usia 15
Indonesia. Hal ini juga merupakan
tahun ini juga merupakan waktu
indikasi kurangnya perhatian untuk
yang penting bagi perkembangan
melindungi anak-anak perempuan
fisik
pada kelompok usia 16-17 tahun
perempuan.
dari perkawinan usia anak.
tersebut,
Prevalensi yang besar pada anak
merupakan waktu yang sangat
perempuan yang menikah pada
penting untuk intervensi.
sekolah
Peningkatan
setelah mencapai
anak usia
mencerminkan
46
penerimaan
dan
keputusan
mulai tentang
15 ketika
tahun anak
psikologis
remaja
Karena
alasan
usia
15-17
tahun
Analisis Data Perkawinan Usia Anak di Indonesia
Pendidikan
memberikan
sekolah;
meningkatkan
sekolah
seperti
perlindungan paling kuat terhadap
menghubungkan
perkawinan
sekolah
usia
anak
dan
penyelesaian sekolah menengah
untuk
fasilitas
toilet;
dan
para
lulusan
bekerja
melalui
sistem pendidikan.
atas merupakan cara terbaik untuk mengantarkan perempuan menjadi
anak-anak
usia
orang
Strategi
lain
untuk
mengurangi
15-17
tahun
prevalensi perkawinan usia anak di
dewasa
yang
antara anak-anak perempuan usia
belum menikah. Secara khusus,
15-17 tahun meliputi:
program
harus
Mendidik pekerja sosial, pejabat
kesempatan
hukum, tokoh masyarakat, tokoh
anak-anak
agama, orang tua, dan anak-
dan
kebijakan
meningkatkan pendidikan
bagi
perempuan,
termasuk
anak
perempuan
tentang
mengkomunikasikan
pentingnya
dampak dari perkawinan dan
pendidikan
orang
kehamilan
usia
dini
serta
mendukung
hubungan
saling
kepada
masyarakat,
dan
perempuan;
tua,
anak-anak
membuat
sekolah
menghormati antara anak laki-
yang biayanya terjangkau dan mengatasi kendala keuangan bagi para sekolah
orang
tua;
sebagai
laki dan anak perempuan; Meningkatkan
memastikan tempat
informarsi
dan
pendidikan tentang hak asasi
yang
manusia,
kesetaraan
gender,
aman dan tempat pemberdayaan
dan hak-hak kesehatan seksual
bagi
dan reproduksi di antara remaja
anak-anak
memastikan relevan
perempuan;
kurikulum bagi
perempuan; kesetaraan
sekolah anak-anak
Bekerja
mempromosikan
hukum
dan pemuka
untuk
menindak
gender;
membantu
anak-anak
perempuan
mendaftar
di
mendaftarkan mereka
laki-laki dan remaja perempuan;
sekolah kembali
menikah
atau
untuk
penegak agama
pihak-pihak
yang masih menikahkan anak-
dan
anak
setelah
umur;
hamil;
bersama
perempuan
dibawah
Memberikan layanan kepada
termasuk kecakapan hidup dan
anak-anak
perempuan
pendidikan kesehatan seksual dan
menikah
dini,
reproduksi
mengenai kesehatan reproduksi,
dalam
kurikulum
Analisis Data Perkawinan Usia Anak di Indonesia
yang
khususnya
47
layanan
kesehatan
ibu,
dan
layanan bagi korban kekerasan; Mempermudah
Perlu
juga
diperhatikan
meskipun
kelompok
bahwa
usia
16-17
remaja
tahun adalah yang paling berisiko
perempuan dalam mengakses
terhadap perkawinan usia anak,
program-program
penguatan
tetapi upaya pencegahan harus
kemampuan
dimulai sejak dini dengan para
finansial, bantuan sosial, dan
remaja perempuan dan remaja
intervensi
laki-laki
ekonomi
seperti
pekerjaan
yang
bermanfaat; dan
yang
lebih
muda
(15
tahun) dengan menjelaskan apa
Advokasi untuk meningkatkan penerimaan
anak-anak
saja
dampak
negatif
dari
perkawinan
usia
anak,
dimana
perempuan yang telah menjadi
mencari
dukungan,
dan
ibu dan yang sedang hamil
bagaimana
dalam lingkungan pendidikan.
mempertimbangkan
mereka
dapat hubungan
berpacaran yang baik dan aman.
Rekomendasi 2: Menangani norma sosial dan budaya di tingkat lokal Upaya-upaya perkawinan
usia
merespon sosial
untuk
pada
dan
melestarikan
menangani anak
harus
norma-norma
budaya praktik
yang
perkawinan
Strategi
khusus
yang
dapat
dilakukan untuk menangani norma sosial
dan
budaya
di
tingkat
lokal,diantaranya: Melibatkan tokoh masyarakat,
tersebut. Temuan-temuan dalam
tokoh
laporan ini menunjukkan bahwa
pemangku kepentingan lainnya
perkawinan usia anak diterima dan
yang
dipraktikkan
menggalang
Indonesia. sosial
disemua
provinsidi
Meskipun keragaman
dan
merupakan
budaya
Indonesia
tantangan
untuk
agama,
dan
berpengaruh
membantu
dukungan
para untuk dan
mereka berbicara
untuk menolak perkawinan usia anak;
menargetkan norma-norma sosial
Memahami kendala keuangan
dan budaya secara luas, tetapi
orang tua, tekanan sosial, dan
upaya-upaya
keyakinan
yang
ditargetkan
budaya
untuk
dapat merespon dengan baik di
bekerja dengan mereka guna
tingkat lokal.
melakukan investasi yang lebih
48
Analisis Data Perkawinan Usia Anak di Indonesia
baik
bagi
anak-anak
untuk melindungi hak mereka
perempuan mereka; Bekerja
sendiri,
dengan laki-laki
mempelajari
informasi
dan
dan keterampilan yang mereka
anak laki-laki untuk membantu
butuhkan, berpartisipasi dalam
mereka
dialog
menjadi
pendukung
tentang
kehidupan
kesetaraan gender, mengubah
perempuan
cara
nilai
perempuan dalam masyarakat,
anak
dan membantu mereka untuk
mengurangi
dapat meminta dukungan yang
pandang
tentang
perempuan
dan
perempuan, permintaan
untuk
pengantin
anak, dan mengubah peran perempuan
di
masyarakat
dan
di
Membuat
rumah
dengan
anak jejaring
Rekomendasi 3:
Analisis kemiskinan praktik
untuk
dialog
dan
norma-norma
aksi dan yang
membahayakan.
terlibat
Menangani kerentanan akibat kemiskinan dengan menciptakan lebih banyak kesempatan bagi anakanak perempuan untuk mengakses pendidikan tinggi dan pelatihan keterampilan ekonomi
dalam
menjelaskan
kepemimpinan
keyakinan
yang
mereka
dalam
tentang
dan
sosial
perempuan
mendorong
dengan
membantu
mendukung
program mobilisasi masyarakat
Memberdayakan
kelompok
dan
dalam
peran
menciptakan
anak
mereka perlukan; dan
mereka; perempuan
dan
laporan
pengaruh dalam
perkawinan
ini
terhambat oleh kendala keuangan
dari
yang mendorong mereka untuk
melestarikan
menikahkan
usia
Kesempatan
anak.
anak-anak
mereka.
pemberdayaan
Investasi dalam pendidikan anak
ekonomi yang diperuntukkan bagi
perempuan
terhambat
anak perempuan sangat penting
oleh kemiskinan yang dialami oleh
untuk menghapus perkawinan usia
anak perempuan dan keluarga
anak,
mereka
perlindungan
sangat
serta
tidak
adanya
dalam
kerangka yang
kesempatan untuk masa depan
mempromosikan
mereka.
mereka serta keterampilan dalam
Orang
tua
sering
Analisis Data Perkawinan Usia Anak di Indonesia
pendidikan
49
penguasaan
keuangan.
upaya
akan
ini
Upaya-
mengubah
samping menyiapkan anak-anak untuk
sekolah.
Memprioritaskan
bagaimana perempuan dihargai
anak perempuan untuk program
dalam
anak
masyarakat
bagaimana
dan
perempuan
usia
dini
membantu
mengubah norma gender tentang
menghargai diri mereka sendiri.
anak-anak sejak usia dini.
Kesempatan untuk meningkatkan
Kesempatan
pendidikan dan ekonomi dengan
diperuntukkan baik untuk anak-
target
anak
remaja
sebaiknya tinggi,
perempuan
meliputi:
pelatihan
pendidikan
kepemimpinan,
ini
harus
perempuan
menyelesaikan mereka
yang
sekolah
yang
maupun
terpaksa
putus
pelatihan keterampilan kejuruan,
sekolah sebagai alternatif untuk
pelatihan manajemen bisnis dan
menikah
keuangan, pelatihan peningkatan
tersebut juga harus diperuntukkan
pendapatan,
bagi anak-anak perempuan yang
dan
kelompok
muda.
keuangan mikro dan tabungan.
telah
Perlunya
memperoleh
diadakan
keterampilan target
pelatihan
ekonomi
anak
dengan
perempuan
perempuan
muda
dan untuk
Kesempatan
menikah,
yang
akan
manfaat
dari
pemberdayaan kesempatan, serta sarana
keuangan
membantu
untuk
membebaskan
membantu mereka mendapatkan
keluarga mereka dari kemiskinan.
pekerjaan yang tepat dan upah
Perlindungan sosial bagi keluarga
yang
merupakan strategi pencegahan
sama
mereka
untuk
di
masa
pekerjaan depan.
yang
sama
pentingnya.
Selanjutnya, para perempuan ini
Perlindungan ini akan memastikan
akan dapat merasakan kemajuan
bahwa
di dalam masyarakat.
mengakses program perlindungan
keluarga
miskin
dapat
sosial nasional seperti PKH atau Program-program keluarga penting
perempuan
"Program
Keluarga
pusat
bantuan
pendidikan
seperti
pengembangan juga
dukungan anak
usia
dini
untuk
membantu
muda
memasuki
angkatan kerja di masa depan, di
50
menengah
untuk
Harapan", sekolah
memastikan
bahwa kemiskinan di tingkat rumah tangga
mengalami
penurunan.
Upaya Indonesia untuk mencapai
Analisis Data Perkawinan Usia Anak di Indonesia
perlindungan
sosial
menyeluruh,
misalnya melalui dana bantuan
Rekomendasi 4:
anak, juga memberikan manfaat dalam
jangka
panjang.
Menargetkan upaya-upaya ke provinsi, kabupaten, dan kecamatan dengan prevalensi dan angka mutlak tertinggi untuk perkawinan usia anak dan remaja perempuan
Kajian ini menunjukkan pentingnya
masalah
tersebut
untuk
terburuk
di
mengetahui
prevalensi
adalah
Indonesia.
Upaya-
perkawinan usia anak dan remaja
upaya
perempuan
tingkat
ditargetkan
karena
khususnya untuk provinsi dengan
prevalensi berbeda-beda secara
jumlah terbesar kabupaten dan
luas
kecamatan
geografis di
menurut dan
lokasi,
antara
provinsi,
dan
di
dalam
kabupaten,
kecamatan.
Kabupaten
kecamatan
dengan
tersebut
yang
di
sebaiknya
tingkat
provinsi,
yang
dan
prevalensi
dan
perhatian perlu diberikan kepada
prevalensi
tinggi.
memiliki
provinsi-provinsi
dengan
angka-
sangat tinggi terkadang berada di
angka
provinsi dengan prevalensi rendah
perkawinan remaja perempuan.
dan
dapat
terabaikan.
dengan Provinsi
mutlak
Selanjutnya,
tertinggi
untuk
mudah dengan
Strategi
gabungan
sebaiknya upaya
prevalensi perkawinan usia anak
digunakan
agar
yang tinggi dan memiliki jumlah
penghapusan
perkawinan
penduduk
anak
yang
besar
akan
menjadi
responsif
usia pada
memiliki jumlah anak perempuan
tingkat geografis yang ditargetkan,
yang menikah sebelum usia 18
dengan pendekatan yang lebih
tahun dalam jumlah besar.
luas untuk menangani prevalensi yang besar di tingkat provinsi dan
Oleh
karena
itu,
upaya-upaya
pendekatan
yang
lebih
spesifik
untuk menangani perkawinan usia
dan responsif secara lokal untuk
anak sebaiknya ditargetkan pada
menangani masalah yang lebih
kabupaten dan kecamatan yang
terkonsentrasi di tingkat kabupaten
diidentifikasi
dan kecamatan.
dalam
laporan
ini
sebagai tempat-tempat dimana
Analisis Data Perkawinan Usia Anak di Indonesia
51
Penetapan
target
program
seluruh Indonesia. Respon di setiap
geografis
tingkat geografis akan memerlukan
kepada
sumber daya dan sistem untuk
daerah dimana prevalensi dan
memastikan bahwa kantor-kantor
angka
pemerintah,
menurut
tingkat
seharusnya
ditujukan
mutlak
perkawinan
usia
organisasi,
anaknya adalah yang tertinggi.
pemimrpin
Strategi
akan
pelatihan tentang isu perkawinan
memastikan bahwa sumber daya
usia anak dan didukung dalam
akan
upaya advokasi untuk menghapus
gabungan digunakan
efisien
juga secara
untuk
lebih
mengurangi
prevalensi perkawinan usia anak di
masyarakat
dan
perkawinan
usia
diberi
anak
dalam
komunitas mereka.
Rekomendasi 5: Mendukung riset lebih lanjut tentang isu perkawinan usia anak di Indonesia Riset tentang isu perkawinan usia
menikah
anak relatif baru di Indonesia. Oleh
status
karena itu, masih banyak yang
lebih lanjut tentang orang tua
harus dipelajari. Investasi untuk riset
yang menyimpang secara positif
berbasis
lanjut
(positive deviant) dalam konteks
meningkatkan
ini, yaitu orang tua yang tidak
program
dan
mendukung
riset
dan budaya yang ada dengan
data
diperlukan respon
lebih
untuk
terhadap
kebijakan.
Misalnya,
guna
sosial
meningkatkan
mereka.92
Informasi
norma-norma
mendalam untuk lebih memahami
berinvestasi
bagaimana
orang
tua,
anak
perempuan lebih baik dari rekan-
perempuan,
orang-orang
yang
rekan mereka, pada umumnya
berpengaruh, mengambil
dan
masyarakat
keputusan
perkawinan
juga
pada
sosial
dapat
anak
memberikan
tentang
pandangan tentang bagaimana
anak-anak
norma-norma sosial dan budaya
perempuan yang diperlukan untuk
yang
lebih menyesuaikan pendekatan
diubah.
dan pesan-pesan kunci.
diperlukan untuk lebih memahami
Laporan ini menunjukkan bahwa
praktik dispensasi perkawinan dan
sejumlah anak-anak perempuan
pemberian mahar/mas kawin di
dan
Indonesia. Ada keterbatasan data
laki-laki
menyatakan
52
di
Indonesia
keinginan
untuk
membahayakan Riset
lebih
lanjut
dapat juga
tentang aspirasi dan harapan anak
Analisis Data Perkawinan Usia Anak di Indonesia
perempuan untuk masa depan
diperlukan riset lebih lanjut tentang
mereka; pengalaman anak-anak
biaya
muda ketika mereka mengalami
perkawinan usia anak di Indonesia,
transisi untuk menjadi dewasa; dan
serta
perubahan
ketika
berhubungan perempuan
tren dengan dan
yang remaja bagi
sosial manfaat
dan yang
perempuan
perempuan
ekonomi
mampu
diperoleh
dan
anak
memenuhi
potensi mereka.
kesejahteraan mereka. Akhirnya,
Analisis Data Perkawinan Usia Anak di Indonesia
53
54
Analisis Data Perkawinan Usia Anak di Indonesia
KESIMPULAN Laporan
ini
memberikan
bukti
Laporan
ini
juga
menunjukkan
bahwa komitmen baru diperlukan
bahwa
untuk menghapus perkawinan usia
terjadi pada semua wilayah di
anak
Indonesia,
di
Indonesia.
Analisis
perkawinan yang
usia
anak
menunjukkan
menunjukkan bahwa perkawinan
bahwa praktik ini mengakar dalam
usia anak di Indonesia tetap tinggi
norma-norma sosial dan budaya
dan
yang
secara kuat. Upaya-upaya yang
tadinya menurun telah meningkat.
dilakukan harus melibatkan tokoh
Prevalensi di antara anak-anak
masyarakat dan agama, laki-laki,
perempuan
anak laki-laki, perempuan, dan
bahwa
prevalensi
di
bawah
usia
15
tahun telah mengalami penurunan
anak
terbesar, tetapi di antara anak-
menangani
anak perempuan usia 16 dan 17
membahayakan
tahun prevalensi perkawinan usia
dukungan
anak
perempuan.
mengalami
peningkatan.
perempuan
untuk
norma-norma dan
bagi
yang
mencari anak-anak
Akan
tetapi,
Anak-anak perempuan usia 15-17
kemiskinan merupakan pendorong
tahun
kuat terjadinya perkawinan usia
harus
menjadi
target
intervensi untuk terus mengurangi
anak
prevalensi perkawinan usia anak.
dilakukan
Sekolah menengah memberikan
bahwa
dampak besar untuk membantu
dapat mengejar pendidikan tinggi,
anak-anak
keterampilan
menunda
perempuan perkawinan
mereka dewasa.
ini hingga
dan
upaya-upaya harus
anak-anak
yang
memastikan perempuan
kejuruan,
dan
menyiapkan peluang masa depan untuk memperoleh penghasilan.
Analisis Data Perkawinan Usia Anak di Indonesia
55
Analisis geografis dalam laporan ini
informasi lain mengenai apa yang
menunjukkan
dapat dilakukan untuk mencegah
pendekatan
perlunya gabungan
menargetkan kecamatan,
untuk
kecamatan-
anak
dalam
yang
penuh
Indonesia
keragaman.
provinsi dimana jumlah penduduk
untuk
riset
yang besar mengakibatkan jumlah
perkawinan
pengantin
tinggi.
membantu memberikan jawaban
menginformasikan
tentang bagaimana menimbulkan
anak ini
nama-nama
yang
daerah
dan
konteks
usia
dengan
Laporan
kabupaten,
perkawinan
dimana
Dukungan
baru usia
tentang
anak
akan
dampak
yang
lebih
besar
prevalensi perkawinan usia anak
terhadap
upaya-upaya
untuk
tertinggi ditemukan sebagai titik
menghapus
awal untuk menetapkan target
usia anak tersebut.
praktik
perkawinan
dan upaya-upaya yang dilakukan untuk penghapusan perkawinan
Laporan ini mendorong komitmen
usia anak.
yang
kuat
dari
pemerintah,
organisasi, dan masyarakat untuk Pada akhirnya, masih ada banyak
menangani perkawinan usia anak
hal
ketahui
melalui perundang-undangan dan
tentang perkawinan usia anak di
penetapan program yang efektif.
Indonesia,
termasuk
Perkawinan usia anak perempuan
keputusan
yang
yang
belum
kita
bagaimana
diambil
untuk
menjadi
rintangan
bagi
anak
menghapus perkawinan usia anak
perempuan, keluarga, dan negara
dan
untuk
siapa
yang
mengambil
keputusan-keputusan
tersebut.
mengembangkan
potensinya.
Indonesia
memiliki
Selain itu, perlu dilakukan riset lebih
kemampuan yang cukup untuk
lanjut
melakukan
untuk
bagaimana
mengetahui
praktik
tersebut
investasi
yang
lebih
baik di masa yang akan datang
memengaruhi anak laki-laki dan
dengan
pendorong perkawinan usia anak
terarah
di tingkat individu, keluarga, dan
kehidupan anak-anak perempuan
masyarakat.
dan perempuan Indonesia.
56
Diperlukan
pula
upaya-upaya untuk
yang
meningkatkan
Analisis Data Perkawinan Usia Anak di Indonesia
LAMPIRAN Lampiran 1. Persentase Perempuan Pernah Kawin Usia 20 - 24 Tahun yang Menikah Sebelum Usia 15 Tahun Menurut Provinsi, 2008-2012 Provinsi (1)
Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah D.I. Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Barat Papua Indonesia
Tahun
Rata-rata
2008
2009
2010
2011
2012
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
1,0 0,6 2,1 1,6 4,4 3,1 5,0 2,0 2,1 12,0 0,7 4,2 1,6 0,0 3,9 2,6 0,9 1,9 1,0 2,9 2,6 3,9 3,1 2,0 4,5 4,4 4,9 3,6 7,8 2,3 2,2 2,9 6,5 3,0
1,1 0,7 1,5 1,8 2,8 2,4 1,2 0,9 2,6 0,9 0,0 3,5 1,2 0,0 3,2 2,3 1,0 1,4 1,6 3,7 4,7 5,3 3,7 2,0 3,7 3,7 3,1 4,6 4,0 1,4 5,0 4,8 8,3 2,5
1,9 0,9 1,1 1,7 3,6 2,4 2,5 1,1 2,5 0,7 0,3 2,5 0,8 0,0 4,0 3,0 1,0 1,5 0,9 3,2 4,2 3,4 2,8 0,8 6,5 5,0 3,5 3,0 5,5 3,4 3,2 4,6 5,2 2,5
1,6 1,0 1,6 2,1 3,4 2,2 1,5 0,9 3,7 0,3 0,3 3,5 1,0 1,5 3,7 2,7 1,1 1,5 1,0 2,6 3,8 2,3 2,7 1,7 2,7 3,1 1,3 2,7 5,4 1,8 3,5 2,5 3,6 2,4
0,3 1,1 1,2 2,1 2,7 1,6 1,4 1,0 1,1 0,8 0,0 3,1 0,9 0,0 2,1 1,8 1,0 1,3 1,4 4,0 3,6 4,2 3,0 1,0 3,2 3,2 3,9 3,8 4,7 2,2 1,9 4,4 3,1 2,0
1,2 0,9 1,5 1,8 3,4 2,3 2,3 1,2 2,4 3,6 0,3 3,3 1,1 0,3 3,3 2,5 1,0 1,5 1,2 3,3 3,8 3,8 3,1 1,5 4,0 3,8 3,3 3,5 5,5 2,2 3,1 3,9 5,1 2,5
Sumber : Susenas 2008-2012
Analisis Data Perkawinan Usia Anak di Indonesia
57
Lampiran 2. Persentase Perempuan Pernah Kawin Usia 20 - 24Tahun yang Menikah Sebelum Usia 16 Tahun Menurut Provinsi, 2008-2012 Provinsi (1)
Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Barat Papua Indonesia
Tahun
Rata-rata
2008
2009
2010
2011
2012
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
3,4 1,9 4,6 5,7 9,4 7,7 10,1 4,7 5,7 19,1 2,0 9,7 4,0 1,6 8,2 8,5 2,2 7,5 2,8 6,3 9,0 9,4 8,3 4,5 11,3 11,5 10,8 8,4 15,7 5,2 8,4 7,3 13,2 7,2
2,9 3,0 4,6 5,0 8,0 6,1 5,6 2,5 5,9 1,6 0,3 8,0 2,9 1,8 7,2 6,8 2,4 5,0 3,7 8,0 9,9 10,5 8,1 5,0 9,7 9,8 7,8 10,4 9,3 6,8 8,8 8,7 17,2 6,1
3,9 2,8 3,2 3,9 6,9 6,3 6,3 2,9 7,1 1,2 1,6 6,4 2,4 1,4 8,4 7,6 3,6 7,0 3,6 6,5 8,7 9,7 6,5 4,2 13,1 9,6 8,8 6,6 12,4 6,9 6,2 10,2 12,5 5,9
4,0 2,7 4,3 4,8 7,7 5,4 4,0 3,1 6,9 3,0 1,5 7,4 2,5 1,5 6,6 5,3 2,2 4,0 2,5 8,2 10,9 6,9 5,3 4,5 6,4 7,9 5,4 6,8 15,0 3,4 9,0 7,6 9,1
3,4 2,2 2,1 4,0 9,2 6,3 5,6 2,6 6,2 3,4 1,9 7,8 2,7 1,5 5,1 5,0 2,9 5,5 4,2 8,7 10,2 9,2 6,1 3,5 8,3 7,2 8,7 8,9 13,1 5,9 5,8 7,7 8,7
3,5 2,5 3,7 4,6 8,2 6,4 6,3 3,2 6,4 6,6 1,5 7,8 2,9 1,6 7,0 6,6 2,7 5,8 3,4 7,6 9,7 9,1 6,8 4,3 9,7 9,1 8,3 8,1 13,3 5,6 7,6 8,3 11,8
5,5
5,4
6,0
Sumber : Susenas 2008-2012
58
Analisis Data Perkawinan Usia Anak di Indonesia
Lampiran 3. Persentase Perempuan Pernah Kawin Usia 20 - 24 Tahun yang Menikah Sebelum Usia 18 Tahun Menurut Provinsi, 2008-2012 Provinsi
Tahun
Rata-rata
2008
2009
2010
2011
2012
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
Aceh Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Kepulauan Bangka Belitung Kepulauan Riau DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah D.I. Yogyakarta Jawa Timur Banten Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Sulawesi Utara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara Papua Barat Papua Indonesia
19,5 14,0 19,0 22,4 32,2 28,3 29,6 22,6 29,3 36,9 12,8 33,1 23,0 13,8 29,5 29,4 15,9 27,5 19,8 28,2 37,5 33,9 29,0 25,0 38,0 34,8 35,1 32,1 40,6 23,6 25,1 22,2 38,2 27,4
16,9 14,1 16,8 25,3 28,9 25,5 22,1 18,3 29,9 8,4 12,0 30,4 22,4 14,9 28,5 26,9 15,4 26,2 20,1 31,1 36,3 32,1 26,4 25,3 37,8 29,9 32,1 33,9 36,0 28,0 27,4 33,0 39,7 25,8
15,2 16,5 18,0 19,0 28,2 25,6 25,7 17,1 25,4 13,1 12,2 28,0 20,1 11,6 28,0 26,8 15,6 25,6 18,6 29,0 34,6 30,1 23,5 25,4 37,2 31,3 30,7 27,9 36,4 23,7 24,5 24,5 33,0 24,5
18,1 16,8 20,6 18,5 31,3 21,6 25,3 15,8 28,0 13,1 13,4 30,2 20,4 10,6 27,3 24,1 14,5 22,8 21,0 30,6 34,9 32,9 23,5 22,9 30,7 29,2 29,9 31,9 36,7 16,4 30,0 27,1 30,1 24,7
17,5 14,8 13,2 19,0 30,9 27,6 25,4 19,3 28,6 6,8 14,9 30,9 19,8 10,7 26,3 23,3 16,5 25,0 22,5 29,9 38,2 34,5 31,1 25,0 32,0 28,0 31,1 35,3 35,5 21,1 30,7 29,0 30,1 25,0
17,4 15,2 17,5 20,7 30,3 25,7 25,6 18,6 28,1 17,2 13,0 30,5 21,1 12,2 27,8 26,1 15,6 25,4 20,5 29,8 36,3 32,7 26,6 24,7 34,9 30,5 31,8 32,2 37,0 22,2 27,7 27,3 33,6 25,4
Sumber : BPS RI - Susenas 2008-2012
Analisis Data Perkawinan Usia Anak di Indonesia
59
Lampiran 4.
Persentase Perkawinan Kabupaten, 2010
Remaja
Perempuan
Menurut
Provinsi
Kabupaten
Presentase Perkawinan Remaja Perempuan (%)
(1)
(2)
(3)
Aceh Sumatera Utara
Deli Serdang
31
Medan
30
Nias Utara
29
Nias Selatan
24
Nias Barat
23
Batu Bara
23
Padang Lawas
22
Pematang Siantar
21
Padang Lawas Utara
20
Gunungsitoli
20
Bungo
25
Tebo
24
Merangin
24
Sarolangun
21
Kerinci
21
Ogan Komering Ilir
23
Musi Banyuasin
22
Sumatera Barat Riau Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Musi Rawas Ogan Komering Selatan Mukomuko
Lampung
Mesuji
22
Kepulauan Bangka Belitung
Bangka Selatan
29
Bangka Barat
23
Belitung Timur
22
Jakarta Utara
33
Jakarta Barat
32
Jawa Barat
Cianjur
22
Jawa Tengah
Wonosobo
63
Purworejo
23
Banjarnegara
23
Temanggung
23
Magelang
22
Blora
20
21 Ulu 21 22
Kepulauan Riau DKI Jakarta
D,I, Yogyakarta
60
Analisis Data Perkawinan Usia Anak di Indonesia
Provinsi
Kabupaten
Presentase Perkawinan Remaja Perempuan (%)
(2)
(3)
(1) Jawa Timur
Banten
Bondowoso
35
Probolinggo
35
Situbondo
34
Sumenep
32
Lumajang
26
Jember
25
Pamekasan
23
Tuban
20
Lebak
30
Tangerang
29
Serang
24
Serang
23
Lombok Tengah
21
Lombok Timur
20
Sintang
24
Ketapang
23
Kapuas Hulu
23
Sanggau
22
Melawi
20
Gunung Mas
29
Lamandau
28
Katingan
28
Murung Raya
27
Barito Selatan
26
Seruyan
26
Sukamura
25
Kotawaringin Timur
25
Barito Utara
25
Barito Timur
24
Kotawaringin Barat
23
Kapuas
21
Pulang Pisau
20
Tapin
33
Tanah Bumbu
29
Tanah Laut
28
Balangan
28
Kota Baru
28
Hulu Sungai Selatan
26
Hulu Sungai Tengah
25
Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Analisis Data Perkawinan Usia Anak di Indonesia
61
Provinsi
Kabupaten
Presentase Perkawinan Remaja Perempuan (%)
(2)
(3)
(1)
Kalimantan Timur
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan Sulawesi Tenggara
Gorontalo
Sulawesi Barat
Banjar
24
Tabalong
21
Hulu Sungai Utara
20
Barito Kuala
20
Tana Tidung
24
Kutai Barat
23
Berau
20
Paser
20
Bolaang Mongondow Bolaang Mongondow Timur Tojo Una-Una
22
Parigi Moutong
22
Banggai Kepulauan
20
Sigi
20
Morowali
20
Wajo
21
Sidenreng Rappang
20
Konawe Utara
23
Konawe Selatan
22
Bombana
22
Pohuwato
22
Gorontalo Utara
21
Boalemo
20
Mamuju Utara
23
Tambrauw
29
Teluk Bintuni
24
Manokwari
20
Asmat
34
Puncak Jaya
27
Puncak
25
Mappi
24
Pegunungan Bintang
23
Boven Digoel
22
Mamberamo Raya
20
20 23
Maluku Maluku Utara Papua Barat
Papua
Sumber : Sensus Penduduk 2010 Keterangan: Persentase perkawinan remaja perempuan yang kurang dari 20 persen tidak ditampilkan dalam tabel
62
Analisis Data Perkawinan Usia Anak di Indonesia
Lampiran 5.
Persentase Perkawinan Kecamatan, 2010 Provinsi (1)
Aceh
Sumatera Utara
Remaja
Kecamatan (2) Rusip Antara Pulo Aceh Lauser Sitolu Ori Alasa Talu Muzoi Hamparan Perak Batang Kuis Medan Marelan Medan Labuhan Medan Deli Medan Kota Belawan Pantai Labu Lolomatua Medan Polonia Iembah Tanjung Muda HI Beringin Tuhemberua Gunungsitoli Alo Oa Umbunasi Tanjung Tiram Lolofitu Moi Simangambat Alasa Medan Maimun Namohalu Esiwa Percut Sei Tuan Kutambaru Susua Sunggal Medan Barat Huta Raja Tinggi Medan Sunggal Gunungsitoli Utara Lolowa'u Siantar Martoba Tanjung Morawa Huristak Batang Lubu Sutam Medan Denai Mazo Mandhere Utara Bangun Purba Patumbak Medan Area Labuhan Deli Medan Amplas Medan Helvetia
Analisis Data Perkawinan Usia Anak di Indonesia
Perempuan
Menurut
Presentase Perkawinan Remaja Perempuan (%) (3) 30 28 25 51 50 47 45 45 44 43 43 42 41 40 39 39 38 37 36 35 35 35 34 34 34 34 34 33 33 33 32 32 32 32 31 30 30 30 30 29 29 29 29 29 29 28 28
63
Provinsi
Kecamatan
Presentase Perkawinan Remaja Perempuan (%)
(1)
(2) Medan Timur Sawo Maniamolo Siantar Barat Gunungsitoli Idanoi Galang Hibala Siantar Sitalasari Medan Perjuangan Medang Deras Medan Johor Medan Tembung Deli Tua Siantar Utara Asam Jujuhan Pagai Selatan Pagai Utara Seberut Barat Daya Ix Koto Sangir Balai Jango Siberut Tengah Siberut Barat Tigo Lurah Bajanjang Koto Besar Logas Tanah Darat Batang Cenaku Pendalian IV Koto Bonai Darussalam Pelalawan Kemuning Langgam Rakit Kulim Sungai Tenang Bathin II Pelayang Bathin III Ulu Tabir Ilir Tabir Timur Rantau Pandan Renah Mendaluh Bangko Barat Lembah Masurai VII Koto Ilir Muara Papalik Limbur Lubuk Mengkuang Gunung Kerinci Tiang Pumpung Tanah Sepenggal Tanah Tumbuh Gunung Tujuh Tabir Ulu
(3) 28 27 27 27 27 26 26 26 26 25 25 25 25 25 41 40 37 33 32 29 29 27 26 25 27 26 26 26 26 25 25 25 51 50 45 43 43 37 37 36 36 35 34 34 34 34 34 33 33 32
Sumatera Barat
Riau
Jambi
64
Analisis Data Perkawinan Usia Anak di Indonesia
Provinsi (1)
Sumatera Selatan
Kecamatan (2) Pelepat Ilir Tengah Ilir Muko-Muko Bathin VII Pelepat VII Koto Muara Tabir Air Hitam Cermin Nan Gedang Muara Siau Pamenang Selatan Tebo Ulu Mersam Serai Serum Batang Asam Pauh Bathin II Babeko Tanah Sepenggal Lintas Jangkat Air Hangat Timur Tabir Sumay Rimbo Ulu Merlung Mandiangin Margo Tabir Tabir Selatan Kayu Aro Pamenang Barat Mesuji Makmur Buay Pemaca Batanghari Leko Gumay Ulu Pedamaran Timur Muara Lakitan Cengal Mekakau Ilir Air Salek Kisam Tinggi Nibung Sungai Keruh Sungai Menang Kisam Ilir Mesuji Raya Bayung Lencir Muara Sugihan Abab Belitang Jaya Ulu Rawas Plakat Tinggi Keluang
Analisis Data Perkawinan Usia Anak di Indonesia
Presentase Perkawinan Remaja Perempuan (%) (3) 32 32 32 32 31 31 31 30 30 30 29 29 29 29 28 28 28 28 28 27 27 26 26 26 26 26 25 25 38 38 37 34 33 33 33 32 32 32 32 31 30 30 30 30 30 29 29 29 29 29
65
Provinsi (1)
Bengkulu
Lampung
66
Kecamatan (2) Mesuji Jaya Loka Belitang II Sinar Peninjauan Rambang Lembak Rembang Dangku Semendawai Timur Cambai Lempuing Jaya Penukal Lempuing Bulan Tengah Suku Ulu Penukal Utara Madang Suku III Ulu Ogan Tuah Negeri Buay Runjung Belitang III Muaradua Kisam Sungai Are Madang Suku I Muara Sahung Padang Bano Malin Deman Seluma Utara Selagan Raya Padang Guci Hulu Air Rami Ulu Talo Nasal V Koto Napal Putih Penarik Merigi Kelindang Sindang Dataran Topos Muara Kemumu Teramang Jaya Ulubelu Bengkunat Belimbing Pematang Sawa Suoh Gedung Surian Belalau Rawajitu Utara Mesuji Muara Sungkai Bandar Mataram Panca Jaya
Presentase Perkawinan Remaja Perempuan (%) (3) 29 28 28 28 27 27 27 27 27 27 27 26 26 26 26 26 25 25 25 25 25 25 40 39 36 34 33 33 31 31 30 28 27 27 26 26 26 26 25 30 29 27 27 26 26 26 25 25 25 25
Analisis Data Perkawinan Usia Anak di Indonesia
Provinsi (1) Kepulauan Bangka Belitung
Kepulauan Riau DKI Jakarta
Jawa Barat
Kecamatan
Presentase Perkawinan Remaja Perempuan (%)
(2) Air Gegas Pulau Besar Membalong Tukak Sadai Dendang Simpang Rimba Simpang Pesak Simpang Renggiang Payung Simpang Teritip Riau Silip Lubuk Besar Toboali
(3) 35 33 32 31 30 30 30 29 28 28 27 26 25
Pademangan Tambora Cengkareng Cilincing Penjaringan Tanjung Priok Koja Taman Sari Palmerah Kali Deres Grogol Petamburan Kelapa Gading Kebon Jeruk Curugkembar Tegal Buleud Takokak Cidadap Cidolog Agrabinta Puspahiang Kali Bunder Mekarmukti Cisewu Naringgul Maniis Campaka Mulya Pabuaran Caringin Pasirkuda Cidaun Tanjungsari Rancabali Kertasari Cikadu Pagelaran Ciemas
40 40 36 34 34 33 33 33 32 31 31 27 26 43 41 41 41 39 38 37 37 37 36 35 35 34 34 34 33 33 32 32 32 32 32 31
Analisis Data Perkawinan Usia Anak di Indonesia
67
Provinsi (1)
Jawa Tengah
68
Kecamatan (2) Rongga Cikedung Waluran Bojongmangu Kadupandak Talegong Gununghalu Ciwidey Pasirjambu Cimerak Purabaya Cibitung Sukamakmur Campaka Pamulihan Sukanagara Kutawaringin Sukajaya Jatigede Cariu Sukasari Cipatujah Karangjaya Sukaresmi Surian Tanjungmedar Leles Sagaranten Kabandungan Cijati Jampang Tengah Kertajati Pengalengan Taraju Cisarua Pancatengah Cikalong Cibinong Langkaplancar Watumalang Sukoharjo Kejajar Kalikajar Garung Kalibawang Sapuran Kepil Bruno Kertek Wadaslintang
Presentase Perkawinan Remaja Perempuan (%) (3) 31 31 30 30 30 30 30 29 29 29 29 29 29 28 28 28 27 27 27 27 27 27 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 25 25 25 25 25 77 74 73 71 70 70 68 67 66 66 63
Analisis Data Perkawinan Usia Anak di Indonesia
Provinsi (1)
Kecamatan (2) Leksono Kaliwiro Bener Mojotengah Loano Salaman Selomerto Borobudur Kemiri Wonosobo Salaman Pituruh Pandanarum Petungkriono Ngluwar Selo Lebakbarang Pagentan Tretep Gemawang Kledung Todanan Pecalungan Karangtengah Gebang Pulosari Karangjambu Japah Watukumpul Pejawaran Butuh Ngaringan Pakis Wanayasa Wonoboyo Karangreja Banjarmangu Tlogomulyo Karangkobar Kandangserang Kembang Kunduran Gabus Pagedongan Kalibening Sawangan Ngablak Kajoran Bejen Gudem
Analisis Data Perkawinan Usia Anak di Indonesia
Presentase Perkawinan Remaja Perempuan (%) (3) 63 62 59 52 51 50 50 49 48 46 46 45 44 42 41 40 40 40 39 38 37 36 36 35 35 35 35 35 35 34 34 34 34 34 33 33 33 33 33 33 32 32 32 32 31 31 31 31 30 30
69
Provinsi (1)
D,I, Yogyakarta Jawa Timur
70
Kecamatan (2) Kaliangkrik Jumo Cepogo Karimunjawa Gunung Wungka Bogorejo Keling Kaloran Banjarharjo Sadang Reban Patean Punggelan Sumowono Kradenan Pakis Aji Dayeuhluhur Pulokulon Belik Sumber Jati Batur Candiroto Saptosari Tepus Sumbermalang Lumbang Rubaru Kuripan Pakem Dungkek Tiris Batuputih Krucil Jangkar Botolinggo Bantaran Sumber Arjasa Lumbang Taman Krocok Jatibanteng Cermee Wonomerto Mlandingan Dasuk Sumberjambe Nonggunong Manding Ledokombo
Presentase Perkawinan Remaja Perempuan (%) (3) 29 29 28 28 28 28 28 27 27 27 27 27 26 26 26 26 26 26 25 25 25 25 25 27 25 64 63 63 61 61 59 58 58 57 57 57 57 57 56 55 55 55 54 52 50 49 48 48 47 45
Analisis Data Perkawinan Usia Anak di Indonesia
Provinsi (1)
Kecamatan (2) Gayam Sempol Wringin Talango Kapongan Ranuyoso Pasongsongan Mangaran Batang Batang Gucialit Ambunten Binakal Kendit Tlogosari Gading Tegalampel Padang Pakuniran Mayang Klabang Wongsorejo Batu Marmar Arjasa Mumbulsari Maesan Suboh Bendungan Pragaan Pakusari Grabagan Sukowono Tanggung Gunung Tamanan Sumber Wringin Sukosari Banyuglugur Sukapura Pasrepan Silo Jelbuk Besuk Wonosari Pager Wojo Randuagung Montong Grujugan Arjasa Kerek Kedungjajang Pujer
Analisis Data Perkawinan Usia Anak di Indonesia
Presentase Perkawinan Remaja Perempuan (%) (3) 44 44 44 44 44 44 43 43 42 42 42 42 41 41 41 41 41 41 40 40 40 39 39 39 39 39 38 38 38 38 38 38 38 37 37 37 37 37 37 36 36 36 35 35 35 35 35 35 35 35
71
Provinsi (1)
72
Kecamatan (2) Lenteng Puspo Pasean Kotaanyar Senduro Giligenteng Kampak Bangsalsari Bubulan Tongas Sekar Jambesari Darus Sholah Klakah Pasrujambe Kangayan Nawangan Raas Bandar Prajekan Tegalsiwalan Sokobanah Kadur Sumber Baru Curah Dami Pucang Laban Wonotirto Tosari Gapura Dongko Tapen Kalisat Licin Bungatan Pudak Tempurejo Margomulyo Ajung Pengantenan Ampelgading Pujon Sukorambi Pule Sukorame Pronojiwo Banyuanyar Tanggul Asembagus Panggungrejo Ganding Panji
Presentase Perkawinan Remaja Perempuan (%) (3) 34 34 34 34 34 33 33 33 33 33 33 33 33 32 32 32 32 32 31 31 31 30 30 30 30 30 30 30 30 29 29 29 29 29 29 29 29 29 29 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28 28
Analisis Data Perkawinan Usia Anak di Indonesia
Provinsi (1)
Banten
Kecamatan (2) Ketapang Yosowilangun Kenduruan Bluluk Munjungan Jenggawah Leces Sendang Tutur Saronggi Kunir Bakung Rembang Sumbermanjing Sumberasih Gondang Maron Banyuates Rowokangklung Winongan Panti Sukosewu Sugihwaras Panarukan Sawahan Kepoh Baru Krejengan Kalipuro Pasirian Kalibaru Tambakrejo Suruh Tegalombo Gedangan Wonosalam Kejayan Tirto Yudo Songgon Lebakgedong Pakuhaji Sepatan Timur Cibeber Maja Leuwidamar Sobang Legok Curug Cikeusik Muncang Cirinten
Analisis Data Perkawinan Usia Anak di Indonesia
Presentase Perkawinan Remaja Perempuan (%) (3) 28 28 28 28 28 27 27 27 27 27 27 27 27 27 27 27 27 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 26 25 25 25 25 25 25 56 46 44 44 44 43 42 40 40 39 39 39
73
Provinsi (1)
74
Kecamatan (2) Sindang Jaya Bojongmanik Gunung Kaler Cigemblong Warunggunung Kemiri Kosambi Jayanti Cibitung Kronjo Sukadiri Teluknaga Cisauk Cipanas Pagedanan Rajeg Cilograng Sukamulya Walantaka Kasemen Cihara Angsana Mauk Cibaliung Waringinkurung Pamarayan Mancak Jambe Gunung Kencana Cisoka Jawilan Cikulur Sajira Solear Sindangresmi Wanasalam Ciomas Kresek Cimanggu Sukaresmi Cikeusal Panimbang Panggarangan Cibadak Panongan Sumur Cigeulis Bandung Bojonegara Cileles
Presentase Perkawinan Remaja Perempuan (%) (3) 39 39 38 38 38 37 35 35 34 34 34 34 34 33 33 33 32 32 31 31 31 31 30 30 30 30 29 29 29 28 28 28 28 28 28 28 28 28 27 27 27 27 27 27 27 27 26 26 26 26
Analisis Data Perkawinan Usia Anak di Indonesia
Provinsi
Kecamatan
Presentase Perkawinan Remaja Perempuan (%)
(1)
(2) Tigaraksa Cimarga Patia Ciruas Binuang Neglasari Balaraja Pupuan Jerowaru Labangka Suela Sekotong Tengah Praya Timur Pekat Sakra Timur Montong Gading Keruak Terara Batukliang Utara Mahu Katala Hamu Lingu Kambata Mapambuhang Raijua Kahaungu Eti Empanang Singkup Air Upas Danau Sentarum Silat Hilir Marau Simpang Hulu Hulu Kapuas Sepauk Tempunak Boyan Tanjung Sungai Melayu Rayak Serawai Pemahann Binjai Hulu Simpang Dua Puring Kencana Jelai Hulu Silat Hulu Sandai Menukung Tumbang Titi Meliau Lembah Bawang Sungai Tebelian Kendawangan
(3) 26 26 26 25 25 25 25 28 36 33 29 29 28 27 26 26 26 25 25 46 28 26 26 25 39 39 37 36 36 35 35 34 33 33 33 33 32 32 32 32 32 32 31 31 31 30 30 30 30 29
Bali Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Timur
Kalimantan Barat
Analisis Data Perkawinan Usia Anak di Indonesia
75
Provinsi (1)
Kalimantan Tengah
76
Kecamatan (2) Tayan Hulu Parindu Kayan Hulu Dedai Subah Manis Mata Nanga Tayap Badau Mukok Ketungau Tengah Sungai Laur Tujuhbelas Bonti Pinoh Selatan Belitang Batang Lupar Bika Kayan Hilir Ketungau Hulu Ketungau Hilir Kelam Permai Suhaid Belitang Hilir Arut Utara Miri Manasa Antang Kalang Timpah Telawang Barito Tuhup Raya Permata Kecubung Cempaga Hulu Patangkep Tutui Rakumpit Marikit Danau Sembuluh Parenggean Dusun Hilir Pasak Talawang Bulik Timur Tanah Siang Petak Malai Batangkawa Bukit Santuai Rungan Hulu Teweh Timur Mentaya Hulu Katingan Tengah Gunung Purei Damang Batu Kapuas Hulu
Presentase Perkawinan Remaja Perempuan (%) (3) 29 29 28 28 28 28 28 27 27 27 27 27 27 26 26 26 26 26 25 25 25 25 25 49 46 45 45 42 41 39 38 38 38 37 36 36 35 35 35 35 34 34 34 34 34 33 33 33 33 33
Analisis Data Perkawinan Usia Anak di Indonesia
Provinsi (1)
Kalimantan Selatan
Kecamatan (2) Kamipang Lamandau Menthobi Raya Gunung Bintang Awai Manuhing Raya Montalat Paju Epat Sanaman Mantikei Pangkalan Banteng Dusun Utara Wang Sangalang Garii Lahei Kahayan Hulu Utara Balai Riam Kapuas Tengah Delang Sepang Tanah Siang Selatan Sematu Jaya Gunung Timang Raren Batuah Hanau Karau Kuala Sumber Barito Laung Tuhup Manuhing Katingan Hulu Pulau Malan Bukit Raya Mantangai Sungai Babuat Seribu Riam Banamatingang Tewah Awang Seranau Rungan Kapuas Kuala Kotawaringin Lama Kurun Permata Intan Cempaga Belantikan Raya Jenamas Paramasan Telaga Bauntung Hatungun Piani Sungai Pinang Sungai Durian
Analisis Data Perkawinan Usia Anak di Indonesia
Presentase Perkawinan Remaja Perempuan (%) (3) 33 33 33 33 32 32 32 32 31 31 31 31 31 31 31 31 31 30 30 30 30 30 30 29 29 29 28 28 28 28 28 28 27 27 27 27 26 26 26 26 26 26 26 25 62 59 52 52 48 44
77
Provinsi (1)
78
Kecamatan (2) Bungur Loksado Hampang Pamukan Barat Batang Alai Timur Salam Babaris Pamukan Utara Bajuin Kelumpang Barat Halong Kintap Hantakan Mantewe Daha Barat Kuranji Karang Bintang Simpang Empat Sambung Makmur Muara Uya Kusan Hulu Tambang Ulang Candi Laras Utara Batu Ampar Bakarangan Tapin Tengah Sampanahan Pengaron Jorong Telaga Langsat Kelumpang Hulu Kelumpang Tengah Aranio Juai Karang Intan Padang Batung Lokpaikat Angsana Pamukan Selatan Pulau Sebuku Paminggir Pulau Laut Timur Labuan Amas Utara Kuripan Tabukan Panyipatan Pulau Laut Tengah Awayan Satui Sungai Loban Batu Mandi
Presentase Perkawinan Remaja Perempuan (%) (3) 44 43 43 42 41 41 40 38 38 37 37 37 37 36 36 36 36 36 35 35 35 35 35 34 34 34 34 34 33 33 33 33 33 32 32 32 32 32 32 31 31 31 30 30 30 30 30 29 29 29
Analisis Data Perkawinan Usia Anak di Indonesia
Provinsi (1)
Kalimantan Timur
Kecamatan (2) Tabunganen Bati-bati Upau Mataraman Pulau Laut Barat Daha Selatan Sungai Raya Candi Laras Selatan Kelumpang Hilir Haruyan Kurau Bumi Makmur Angkinang Binuang Pulau Laut Selatan Batang Alai Utara Banjang Jaro Tapin Selatan Batu Licin Paringin Selatan Labuan Amas Selatan Simpang Empat Bintang Ara Sungai Tabukan Kelumpang Selatan Tebing Tinggi Danau Panggang Batu Putih Kelay Tabalar Bentian Besar Sekatak Muara Samu Biatan Batu Engau Sebuku Karangan Pulau Derawan Long Mesangat Manor Bulatin Laham Jempang Pujungan Rantau Pulung Muara Lawa Segah Long Pahangai Kenohan Bengalon
Analisis Data Perkawinan Usia Anak di Indonesia
Presentase Perkawinan Remaja Perempuan (%) (3) 29 29 29 29 28 28 28 28 27 27 27 27 27 27 27 27 26 26 26 26 26 26 25 25 25 25 25 25 40 40 37 36 36 35 34 34 34 33 33 32 32 31 30 29 29 29 29 29 29 29
79
Provinsi (1)
Sulawesi Utara
Sulawesi Tengah
80
Kecamatan (2) Tanjung Palas Tengah Bongan Tanjung Palas Utara Muara Wis Muara Komam Kembang Janggut Tanjung Harapan Muara Kaman Muara Muntai Kaubun Tanjung Palas Timur Kaliorang Sekolaq Darat Kayan Hilir Damai Penyinggahan Batu Sopang Sesayap Malinau Selatan Touluaan Selatan Ratatotok Kalongan Lembean Timur Passi Timur Bilalang Lolayan Sangkub Soyo Jaya Ulubongka Batui Selatan Lore Tengah Kulawi Selatan Pipikoro Mamosalato Banggai Selatan Bolano Lambunu Lindu Nuhon Lampasio Kinovaro Rio Pakava Poso Pesisir Utara Basidondo Toribulu Taopa Bokan Kepulauan Totikum Selatan Sojol Utara Tiloan Bungku Utara
Presentase Perkawinan Remaja Perempuan (%) (3) 28 28 28 28 28 28 28 27 27 27 27 26 26 26 26 25 25 25 25 33 30 28 28 27 26 26 26 43 38 34 34 34 32 31 31 30 30 29 29 29 28 28 28 28 27 27 27 27 27 27
Analisis Data Perkawinan Usia Anak di Indonesia
Provinsi (1)
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
Kecamatan (2) Bulagi Selatan Ampana Tete Nokilalaki Palolo Bualemo Bahodopi Marawola Barat Pasilambena Parigi Belawa Ponre Lamuru Watang Sidenreng Takkalalla Seko Pitu Riase Pitu Riawa Mario Riawa Keera Mata Usu Asinua Latoma Routa Tolala Porehu Rarowatu Kep, Masaloka Raya Basala Langgikima Sawa Tinondo Marobo Lambadia Tontonunu Kapoiala Ngapa Lalembuu Ranomeeto Barat Rarowatu Utara Polinggona Abuki Mowila Poleang Utara Onembute Molawe Wolasi Laonti Poleang Selatan Landono Lantari Jaya
Analisis Data Perkawinan Usia Anak di Indonesia
Presentase Perkawinan Remaja Perempuan (%) (3) 26 26 26 26 25 25 25 31 28 28 27 27 27 27 26 26 26 25 25 52 44 43 38 35 34 33 33 32 32 31 31 31 29 29 29 28 28 28 28 28 27 27 27 27 27 26 26 26 26 25
81
Provinsi (1)
Gorontalo
Sulawesi Barat
Maluku Maluku Utara
Papua Barat
82
Kecamatan
Presentase Perkawinan Remaja Perempuan (%)
(2) Lainea Kabaena Utara Taluditi Patilanggio Asparaga Tolinggula Wanggarasi Bulawa Dengilo Gentuma Raya Wonosari Tikke Raya Pedongga Sampaga Tommo Bulu Taba Balla Baras Tobadak
(3) 25 25 37 34 27 27 27 27 26 25 25 36 33 29 27 27 26 26 25
Taliabu Timur Bacan Barat Utara Taliabu Selatan Obi Timur Obi Barat Maba Tengah Kasiruta Barat Gane Timur Tengah Tobelo Barat Taliabu Utara Moskona Timur Kwoor Tahosta Testega Moskona Utara Aranday Sururey Meyado Hingk Didohu Masyeta Nenei Dataran Isim Merdey Syujak Tembuni Waigeo Barat Abun Biscoop Naikere
34 30 30 29 27 27 26 26 26 25 70 58 57 56 54 51 50 46 46 44 42 41 41 40 40 39 38 38 37 36
Analisis Data Perkawinan Usia Anak di Indonesia
Provinsi (1)
Papua
Kecamatan (2) Anggi Gida Menyambouw Nikiwar Tanah Rubu Soug Jaya Sidey Manimeri Tuhiba Anggi Membey Irorutu/ Fafurwar Oransbari Wayer Kambrau Warmare Klayili Moswaren Kuri Wamesa Wamesa Senopi Moskona Barat Yamo Dorman Sebang Yogosem Sukikai Selatan Mewoluk Menou Kawor Pepera Awinbon Ok Bape Yaniruma Ok Aon Doufo Firiwage Airu Soba Kolomdol Egiam Suator Suru-Suru Rofaer Nalca Kombay Serambakon Apawer Hulu Wangbe Sawa Erma Citakmitak
Analisis Data Perkawinan Usia Anak di Indonesia
Presentase Perkawinan Remaja Perempuan (%) (3) 36 35 34 34 33 33 31 30 30 30 29 28 28 28 28 27 27 26 26 26 25 85 84 80 77 73 70 70 68 66 63 62 62 60 60 59 56 55 55 55 54 53 53 53 52 52 51 50 47 47
83
Provinsi
Kecamatan
Presentase Perkawinan Remaja Perempuan (%)
(1)
(2)
(3)
Sinak 46 Kayo 45 Bime 43 Fayit 40 Pantai Kasuari 39 Benuki 39 Agisiga 38 Kaibar 37 Passue 37 Fawi 36 Sesnuk 35 Kosarek 35 Mulia 34 Kaureh 33 Yaro 33 Ilugwa 33 Wosak 33 Epumek 33 Pantai Barat 32 Senggi 31 Jila 31 Tarup 31 Hitadipa 31 Biandoga 30 Kenyam 30 Jair 29 Gamelia 28 Kona 28 Kurima 28 Towe Hitam 28 Waris 28 Kamu 27 Inggerus 27 Mapia 27 Sugapa 26 Yahuliambut 26 Haju 26 Atsy 26 Unurum Guay 25 Assue 25 Sumber : Sensus Penduduk 2010 Keterangan: Persentase perkawinan remaja perempuan yang kurang dari 25 persen tidak ditampilkan dalam tabel
84
Analisis Data Perkawinan Usia Anak di Indonesia
United Nations General Assembly.(2014). The Road to Dignity by 2030: Ending poverty, transforming all lives and protecting the planet – Synthesis report of the Secretary-General on the post-2015 sustainable development agenda. New York: United Nations A/69/700; and United Nations General Assembly. Resolution Adopted by the General Assembly 69/XX: Child, early and forced marriage. Agenda Item 65(a), Version 14, New York: United Nations. 2 Minchew, Thompson and Kennedy. (2014). The Summer of the Summit – Now what for child, early and forced marriage? Girls Not Brides. Available from: http://www.girlsnotbrides.org/summer-summit-now-child-early-forced-marriage/, Accessed 28 January 2015. 3 United Nations Children’s Fund. (2014). Ending Child Marriage: Progress and prospects. New York: UNICEF, p. 1. 4Ending Child Marriage: Progress and prospects, p.5; United Nations Children’s Fund. (2014). The State of the World’s Children 2014 In Numbers: Every child counts – Revealing disparities, advancing human rights. 5 National Statistics Bureau (BPS). (2013). Indonesia’s National Socioeconomic Survey (Susenas) 2012. Jakarta: Indonesia. 6National Statistics Bureau (BPS), National Population and Family Planning Board (BKKBN), Ministry of Health (Kemenkes - MOH) and ICF International. (2013). Demographic Health Survey (DHS) 2012. Jakarta: Indonesia. 7Ending Child Marriage: Progress and prospects, p.5. 8National Statistics Bureau (BPS), National Population and Family Planning Board (BKKBN), Ministry of Health (Kemenkes - MOH) and ICF International. (2013). Demographic Health Survey (DHS) 2012. Jakarta: Indonesia. 9 Evenhuis, Mark and Jennifer Burn. (2014). Just Married, Just a Child: Child marriage in the IndoPacific region. Melbourne: Plan International Australia, p. 26. 10 Marriage Law no. 1/1974, article 7 (1). 11 Child Protection Law no. 23/2002, article 26, 1 (c). 12 Marshan, Rakhmadi and Rizky. (2013). Prevalence of Child Marriage and Its Determinants among Young Women in Indonesia. Conference paper presented at the Child Poverty and Social Protection Conference, 10 September 2013. Supported by UNICEF Indonesia, the National Development Planning Agency (BAPPENAS) and the SMERU Institute. 13 The Convention on the Rights of the Child, Article 1. 14The Convention on Consent to Marriage, Minimum Age for Marriage and Registration of Marriages, Article 1. 15 Plan Asia. (2012). Asia Child Marriage Initiative. Bangkok: Plan Asia Regional Office. 16 Ending Child Marriage: Progress and prospects, p. 5. 17 Ibid. 18United Nations Population Fund. (2012). Marrying Too Young: End child marriage. New York: UNFPA, p. 26. 19Ending Child Marriage: Progress and prospects, p. 2. 20Marrying Too Young: End child marriage, p. 44. 21Ending Child Marriage: Progress and prospects, p. 2. 22Ending Child Marriage: Progress and prospects, p. 2. 23Ending Child Marriage: Progress and prospects, p. 2. 24 Evenhuis and Burn, Just Married, Just a Child. 17. 25 CORAM International and UNICEF East Asia and the Pacific. (2015). Legal protection from violence: Analysis of domestic laws relating to violence against children in ASEAN States. Bangkok, Thailand. 26Ending Child Marriage: Progress and prospects, p. 3; and World Bank. (2012), World Development Report on Gender Equality and Development. p. 154, fig. 4.3. 1
Analisis Data Perkawinan Usia Anak di Indonesia
85
Jain, S. and K. Kurz. (2007). New Insights on Preventing Child Marriage, Washington, D.C.: International Centre for Research on Women (ICRW). p. 24. 28Ending Child Marriage: Progress and prospects, p. 2. 29 World Vision. (2013). Untying the Knot: Exploring early marriage in fragile states. Research Report. London: World Vision UK. 30 The Convention on the Elimination of All Forms of Discrimination against Women. Article 16. 31 The Convention on the Rights of the Child, Article 1, p. 2. 32 The Convention on the Rights of the Child, Article 28 and 31, pp. 8-9. 33 The Convention on the Rights of the Child, Article 19 and 34, pp. 5 and 10.; and United Nations Children’s Fund.(2014). Hidden in Plain Sight: A statistical analysis of violence against children. New York: UNICEF, pp. 131-133. 34 The Convention on the Rights of the Child, Article 24, p. 7. 35 The Convention on the Rights of the Child, Article 36, p. 10. 36 The Convention on the Rights of the Child, Article 9, p. 3. 37 Plan International. (2012). Because I am a Girl: The state of the world’s girls 2012: Learning for life. London: Plan International, p. 22. 38Marrying Too Young: End Child Marriage, pp. 11, 44. 39 Centre for Reproductive Rights. (2013). Accountability for Child Marriage: Key U.N. Recommendations to Governments in South Asia on Reproductive Health and Sexual Violence (Fact Sheet). New York: CFRR, p. 4; and Kim, M. et al., (2013). When Do Laws Matter? National Minimum-Age-of-Marriage Laws, Child Rights, and Adolescent Fertility, 1989–2007. Law & Society Review, 47, (3), pp. 589, 591. 40WHO. (2014). World Health Statistics 2014. Geneva, Switzerland: World Health Organization; Raj, A. (2010). When the mother is a child: The impact of child marriage on the health and human rights of girls. Boston. Archives of disease in childhood. 95, (11), p. 931. 41Accountability for Child Marriage, p. 4 42 Evenhuis and Burn. Just Married, Just a Child, p. 26. 43Ending Child Marriage: Progress and prospects, p. 4. 44 Evenhuis and Burn. Just Married, Just a Child, p. 25. 45 Simanjuntak, H. (2015). Aceh student expelled from school over marriage. Jakarta: The Jakarta Post. Available from: http://www.thejakartapost.com/news/2015/01/23/aceh-studentexpelled-school-over-marriage.html. Accessed 23 June 2015. 46Because I am a GirlThe state of the world’s girls 2012: Learning for life. p. 22. 47 ICRW. (2005). Development Initiative on Supporting Health Adolescents (DISHA) Project: Analysis of quantitative baseline survey data conducted in 2004. Washington, D.C: ICRW and Mathur, Greene and Malhotra. (2003). Too Young to Wed: The lives, rights and health of young married girls. Washington, D.C.: ICRW. 48 Raj, A. When the mother is a child, p. 931; Gage, A.J. (2013). Association of child marriage with suicidal thoughts and attempts among adolescent girls in Ethiopia. Journal of Adolescent Health, 52, (5), p. 654; and Evenhuis and Burn, Just Married, Just a Child, p. 20. 49Ending Child Marriage: Progress and prospects, p. 4. 50 Jain and Kurz, New Insights on Preventing Child Marriage, p. 8; ICRW. Development Initiative on Supporting Health Adolescents (DISHA) Project; and Raj When the mother is a child, p. 931. 51UNICEF. (2012). Progress for Children: A report card on adolescents: Number 10. New York: New York: UNICEF. p. 47. 52 Jain and Kurz, New Insights on Preventing Child Marriage, p. 8. 53 Mason, J. B., et al. (2014). The first 500 days of life: policies to support maternal nutrition. Global Health Action, 7..; and Prentice, A.M. et al. (2013). Critical windows for nutritional interventions against stunting, American Journal of Clinical Nutrition. 97, (5), pp. 911-8. 54Fall, C.H.D., et al. (2015). Association between maternal age at childbirth and child and adult outcomes in the offspring: a prospective study in five low-income and middle-income countries (COHORTS collaboration). Lancet Glob Health 2015; 3: e366-77, p. 366. 27
86
Analisis Data Perkawinan Usia Anak di Indonesia
55Fall,
et al. Association between maternal age at childbirth and child and adult outcomes in the offspring: a prospective study in five low-income and middle-income countries (COHORTS collaboration), p. 374. 56Fall, et al. Association between maternal age at childbirth and child and adult outcomes in the offspring: a prospective study in five low-income and middle-income countries (COHORTS collaboration), p. 375. 57 International Planned Parenthood Foundation and United Nations Population Fund. (2006). Ending Child Marriage: A guide for global policy action, UNFPA, p. 14. 58 Chaaban, J. and W. Cunningham. (2011). Measuring the Economic Gains of Investing in Girls: The girl effect dividend. Policy Research Working Paper. The World Bank, Washington, D.C.: The World Bank. 59 Rabi, A. (2014). Cost of Inaction: Child and adolescent marriage in Nepal. UNICEF. 60 Girls Not Brides. (2015). What is the impact? Available from: http://www.girlsnotbrides.org/what-is-the-impact/ Accessed 28 January 2015. 61 Girls Not Brides. (2015). Post-2015 Advocacy Toolkit. London: Girls Not Brides. 62 Rabi, A. (2015). Technical Note. Cost of Inaction: Child and adolescent marriage in Indonesia. UNICEF Indonesia (unpublished). 63The State of the World’s Children 2014 In Numbers. 64 Ibid. 65Ending Child Marriage: Progress and prospects, p.5; Evenhuis and Burn. Just Married, Just a Child, p. 26. 66 AIPJ. (2014). Baseline study on legal identity: Indonesia's missing millions. Jakarta, Indonesia: AIPJ. 67 UN Women. Indonesia Fact Sheet. New York: UN Women. 2011. 68 Evenhuis and Burn. Just Married, Just a Child. p. 26. 69 United Nations Development Programme. (2014). Human Development Report 2014. New York: UNDP. 70Indonesia Fact Sheet. 71 Evenhuis and Burn, Just Married, Just a Child, p.15. 72 Evenhuis and Burn, Just Married, Just a Child, p. 26. 73 Ibid. 74 Sitepu, A. and Y. Meilissa. (2015). Salvaging the Marriage Law. Jakarta: The Jakarta Post. Available from: http://www.thejakartapost.com/news/2015/06/23/salvaging-marriagelaw.html. Accessed 23 June 2015. 75Middleton, R. (2015). Indonesia: Constitutional Court throws out petition to raise girls’ minimum age to 18. IBTimes. Available from: http://www.ibtimes.co.uk/indonesia-constitutional-courtthrows-out-petition-raise-girls-minimum-marriage-age-18-1507855. Accessed 25 June 2015. 76Evenhuis and Burn, Just Married, Just a Child, p. 26. . 77 Nurlaelawati, E. (2015). Under Age Marriage: Attitude of Judges and Civil Registrar to Requests for Registration and Dispensation. Yogyakarta: Sunan Kalijaga State Islamic University Yogyakarta (unpublished). 78 Evenhuis and Burn, Just Married, Just a Child, p. 26. . 79 Coram Children’s Legal Centre. (2015). Legal Protection from Violence: analysis of domestic laws relating to violence against children in ASEAN States (draft), pp. 124-126, (unpublished). 80 Committee on the Rights of the Child. (2014). Concluding observations for the combined third and fourth periodic reports of Indonesia. Geneva, Switzerland: Committee on the Rights of the Child. Available from: http://www.refworld.org/publisher,CRC,CONCOBSERVATIONS,,541bef294,0.html Accessed 22 June 2015. 81 Adioetomo, Posselt & Utomo. (2014). UNFPA Indonesia Monograph Series: No. 2,Youth in Indonesia, pp. 105-106. 82 Mathur, Greene and Malhotra, Too Young to Wed, p. 6. 83Ending Child Marriage: Progress and prospects.
Analisis Data Perkawinan Usia Anak di Indonesia
87
84National
Statistics Bureau (BPS). (2013a). Indonesia Socio-Economic Survey 2012. Jakarta: Indonesia. Susenas is a series of large-scale, nationally representative socioeconomic surveys conducted by the BPS nearly every year since 1963-1964. They include questions on age, sex, marital status, age of first marriage and educational attainment for all household members, as well as questions on aspects of socio-economic status such as food, clothing, shelter, education, health, security and employment. 85 National Statistics Bureau (BPS). (2013). The Indonesia Population Census 2010. Jakarta: Indonesia. The Indonesia Population Census has been conducted every 10 years since 1961, with the last census in 2010. The census covers all residents in all of Indonesia’s geographical territory. It is conducted in two stages, with a complete enumeration to collect data on name, sex and age, and a sample enumeration to collect more detailed information including marital status, socio-economic characteristics, education, fertility, and housing conditions. For this report, analysis was conducted on the marital status of women between the ages of 15-19 years. Because the census is conducted with all households and collects data by geographical level, this study undertook a geographical analysis both by geographical area and level (national, provincial, district and sub-district). 86Demographic Health Survey (DHS) 2012. 87National Statistics Bureau (BPS). (2013a). Indonesia Socio-Economic Survey 2012. 88 Plan International & CPPS GMU. (2011). Child marriage in Indonesia. Jakarta, Indonesia: Plan International. 89Aceh student expelled from school over marriage. 90 Estimasi data Susenas hanya mencapai level kabupaten/kota, dan akan lebih baik jika estimasinya untuk level provinsi saja.Oleh karena itu, dalam analisis regional, data SP2010 digunakan untuk mendapatkan angka prevalensi level kabupaten dan kota. 91 Lee-Rife, Malhotra and Glinski. (2012). What works to prevent child marriage: a review of the evidence.Studies in Family Planning, 43(4): pp. 287-303. doi: 10.1111/j.1728-4465.2012.00327.x. 92 Marcoes, L. (2015).Kawin Anak dan Fenomena Yatim Piatu Sosial (Child Marriage and Social Orphanage Phenomenon), Australian Indonesian Partnership for Justice (AIPJ) (unpublished).
88
Analisis Data Perkawinan Usia Anak di Indonesia
Konsensus global tentang perlunya penghapusan perkawinan dini, kawin paksa, dan perkawinan usia anak semakin mengemuka dalam beberapa tahun terakhir. Pada tahun 2014, Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) merekomendasikan target khusus dalam Tujuan Pembangunan Berkelanjutan pasca 2015 untuk menghapus perkawinan usia anak. Rekomendasi ini didukung oleh 116 negara anggota, termasuk Indonesia. Upaya untuk menghapus perkawinan usia anak merupakan respon terhadap semakin banyaknya bukti yang menunjukkan besarnya skala dan cakupan permasalahan tersebut. Di Indonesia, prevalensi perkawinan usia anak telah mengalami penurunan lebih dari dua kali lipat dalam tiga dekade terakhir tetapi masih merupakan salah satu yang tertinggi di kawasan Asia Timur dan Pasifik. Laporan kami menunjukkan bahwa di antara perempuan pernah kawin usia 20-24 tahun, 25 persen menikah sebelum usia 18 tahun menurut Survei Sosial dan Ekonomi Nasional (Susenas) yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2012. Ini berarti lebih dari seperenam anak perempuan menikah sebelum mencapai usia dewasa atau sekitar 340.000 anak perempuan setiap tahunnya. Prevalensi perkawinan usia anak di Indonesia tidak hanya tetap tinggi tetapi prevalensi tersebut juga telah kembali meningkat. Anak-anak perempuan yang menikah muda menghadapi akibat buruk dari sisi sosial dan ekonomi. Laporan ini menunjukkan adanya hubungan yang kompleks antara perkawinan usia anak dengan pendidikan dan kemiskinan di Indonesia. Anak perempuan yang menikah sebelum usia 18 tahun (pengantin anak) memiliki tingkat pencapaian pendidikan yang lebih rendah dibandingkan dengan anak perempuan yang belum menikah, khususnya setelah sekolah dasar (SD). Perkawinan usia anak sangat terkait dengan kemiskinan, tetapi prevalensi perkawinan usia anak yang tinggi terdapat pada provinsi dengan tingkat kemiskinan yang relatif rendah. Kemiskinan seringkali dijadikan alasan dibalik perkawinan usia anak. Nyatanya, perempuan yang melakukan perkawinan usia anak sebagian besar tetap hidup dalam kemiskinan. Dampak buruk ini juga akan dialami oleh anak-anak mereka dan dapat berlanjut pada generasi yang akan datang. Analisis data geografis dari hasil Sensus Penduduk menunjukkan bahwa banyak kecamatan dengan prevalensi tertinggi di Indonesia (yang secara signifikan lebih tinggi dari rata-rata nasional) yang terabaikan karena kecamatan-kecamatan ini berada di kabupaten dan provinsi dengan prevalensi perkawinan usia anak yang lebih rendah. Laporan ini disusun sebagai upaya Pemerintah Indonesia dan UNICEF untuk menunjukkan pentingnya masalah perkawinan usia anak di Indonesia dan memberikan rekomendasi kunci untuk reformasi kebijakan dan investasi program oleh para pengambil keputusan.
BADAN PUSAT STATISTIK Jl. dr. Sutomo No. 6-8 Jakarta 10710 Telp.: (021) 3841195, 3842508, 3810291-4 Fax.: (021) 3857046 Homepage: http://www.bps.go.id E-mail:
[email protected]
WTC 6, Lt.10 Jl. Jend. Sudirman Kav 31, Jakarta 12920 Telp: (021) 2996 8000 Fax: (021) 571 1326 Homepage: http://www.unicef.org Juni 2016