JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume 4, Nomor 2, April 2016 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR KEBIJAKAN DALAM IMPLEMENTASI PROGRAM KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA RUMAH SAKIT (K3RS) DI INSTALASI GAWAT DARURAT RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA SEMARANG Ajeng Retno Yunita, Ayun Sriatmi, Eka Yunila Fatmasari Bagian Administrasi dan Kebijakan Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro Jln. Prof. Soedarto, Tembalang, Semarang, 50239, Telp/Fax: (024)7460058 Email :
[email protected] Abstrak: Rumah Sakit merupakan salah satu tempat kerja, yang wajib melaksanakan Program Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit (K3RS) yang bermanfaat baik bagi SDM Rumah Sakit, pasien, pengunjung/pengantar pasien, maupun bagi masyarakat di lingkungan sekitar Rumah Sakit. Di awal pelaksanaannya permasalahan yang dijumpai di IGD RSUD Kota Semarang diantaranya menunjukkan adanya kejadian yang beresiko penyakit akibat kerja dan kecelakaan akibat kerja seperti, masih ada perawat yang tidak memakai alat pelindung diri berupa sarung tangan dan masker saat melakukan tindakan perawatan di instalasi gawat darurat, pencahayaan yang kurang di ruang administrasi instalasi gawat darurat, ruang tunggu untuk pasien tidak nyaman,ruang triage yang tidak berfungsi dengan baik, dan tidak dibedakannya pintu masuk dengan pintu keluar Intalasi Gawat Darurat sehingga dapat menyebabkan terjadinya benturan antara pasien yang masuk dan keluar. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan faktor-faktor kebijakan Implementasi Program K3RS di IGD RSUD Kota Semarang. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif. Pengumpulan data dengan wawancara mendalam dengan informan utama petugas kesehatan di IGD dan informan triangulasi Kepala Instalasi K3, Kepala Ruang IGD, dan Kepala Seksi Pelayanan Medik. Hasil penelitian menunjukkan faktor-faktor implementasi dari segi isi dan tujuan program K3RS, komunikasi, dan komitmen masih kurang penerapannya dikarenakan sosialisasi dan pengawasan yang kurang. Sedangkan untuk sumber daya, lingkungan kerja, dan SOP sudah baik. Disarankan pihak rumah mengadakan sosialisasi secara rutin, dan perlu adanya sanksi atau teguran bagi petugas kesehatan yang tidak menerapkan program K3RS sesuai dengan SOP yang ada. Katakunci: Program K3RS, Kebijakan, RSUD Kota Semarang
1
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal) Volume 4, Nomor 2, April 2016 (ISSN: 2356-3346) http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
Abstract: Hospital is one of the workplace, which must implement the Occupational Safety and Health Policies Program (K3RS) that benefit both the hospital (Human Resource) HR, patients, patient visitors, as well as for the people in the neighborhood. In the implementation problems encountered Emergency Response Department in Semarang regional public hospital of which indicate events that are at risk of occupational diseases and accidents as a result of the works such as, nurses who do not wear personal protective equipment in the form of gloves and masks when performing care measures in the emergency department, poor lighting in the emergency department administration room, uncomfortable waiting room for patients, triage room which is not functioning properly, and no difference between the entrance and exit door of the Emergency Response room that causing collisions between entering and exiting patients. The aim is to describe the policy factors implementation of K3RS Program in Emergency Response Regional Semarang Hospital. This research is a descriptive qualitative study. Data collection with interviewing the key informant that is Emergency Response department health workers, and interviewing triangulation K3 Head Installation, Head of Emergency Response Department, and the head of Medical Services. The results showed factors in terms of content and implementation of K3RS program, communication, and commitment to its implementation are still lacking due to lack of socialization and supervision, while, resources, work environment, and the SOP has been good. It is suggested hospital regularly conduct socialization, and the need for sanctions or reprimands for health workers who do not apply K3RS program in accordance with SOP. Keywords: Programe Occupational Health and Safety at Hospital, Policy, RSUD Regional Semarang
2
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT Volume 4, Nomor 2, April 2016 (ISSN: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
PENDAHULUAN
tersebut,
Latar Belakang
mempunyai
Program
Keselamatan
Kesehatan Kerja yang Keputusan
Penyakit
dan
tertulis menurut
Menteri
Kesehatan
No.1087/MENKES/SK/VIII/2010
para
(e-Journal) 2356-3346)
pekerja
resiko Akibat
rumah
untuk Kerja
sakit
terjadinya (PAK)
dan
Kecelakaan Akibat Kerja (KAK). Hal ini
RI
disebabkan karena Penyakit Akibat Kerja
sebagai
(PAK)
merupakan
penyakit
yang
berikut : pengembangan kebijakan K3RS,
disebabkan oleh pekerjaan, alat kerja,
pembudayaan
perilaku
K3RS,
bahan, proses maupun lingkungan kerja.2
SDM
K3RS,
Penyakit Akibat Kerja (PAK) di
pengembangan
pengembangan pedoman, petunjuk teknis
rumah
dan standard operational procedure (SOP)
tenaga kerja, baik medis (perawat, dan
K3RS, pemantauan dan evaluasi kesehatan
dokter),
lingkungan
kebersihan (cleaning service)) mempunyai
tempat
kerja,
pelayanan
sakit
dapat
maupun
non
medis
(petugas
resiko
kerja,
berbahaya (biohazard), dan kontak dengan
program
cair dan gas, pengelolaan jasa, bahan
aquipment) seperti jarum suntik bekas
beracun berbahaya dan barang berbahaya,
maupun
pengembangan
tanggap
membersihkan seluruh ruangan di rumah
pengolahan,
sakit dapat meningkatkan resiko untuk
pengumpulan,
terkena
dokumentasi data dan pelaporan kegiatan K3,
dan
review
progam
tahunan.
1
selang
pakai
biologi
alat
darurat,
sekali
bahan
pemeliharaan pengelolaan limbah padat,
manajemen
medis
terpajan
semua
kesehatan kerja, pelayanan keselamatan pengembangan
untuk
menyerang
infus
penyakit
(disposable
bekas,
infeksi
bagi
serta
petugas
kebersihan (cleaning service) rumah sakit.3
Keberhasilan program Kesehatan
Rumah
Sakit
Umum
Daerah
Kota
dan Keselamatan Kerja (K3) di rumah sakit
Semarang merupakan rumah sakit rujukan
tidak lepas dari sikap kepatuhan personal
di Kota Semarang yang memiliki tugas dan
baik
fungsi
daripihak
manajemen
perawat dalam
pihak
sebagai
tempat
pelayanan
melaksanaan
kesehatan, yang memiliki potensi terjadinya
peraturan dan kebijakan peraturan K3 untuk
penyakit akibat kerja dan kecelakaan akibat
mendukung pencapaian zero accident di
kerja yang dialami oleh petugas kesehatan,
rumah sakit.
pasien maupun pengunjung rumah sakit.
Dalam
atas
maupun
melaksanakan
Keselamatan
dan
setiap Kesehatan
Program
Menurut
Kerja
hasil
survey
pendahuluan
kondisi Rumah Sakit Umum Daerah Kota 3
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT Volume 4, Nomor 2, April 2016 (ISSN: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
(e-Journal) 2356-3346)
Semarang telah memiliki bagian Instalasi
Kerja
Keselamatan dan Kesehatan Kerja, namun
Semarang di Instalasi Gawat Darurat.
Rumah Sakit Umum Daerah Kota
berdasarkan data buku Buku Register Pelayanan
Khusus
Karyawan
masih
METODE PENELITIAN
terdapat kasus penyakit akibat kerja yang
Jenis
Penelitian
yang
dilakukan
dialami oleh petugas kesehatan seperti
merupakan penelitian deskriptif dengan
febris, tuberculosis, low back pain, frouzen
pendekatan kualitatif. Metode penelitian
shoulder, thypoid fever, myopia, dan lain-
deskriptif
lain.
penelitian yang dilakukan dengan tujuan Selain
kesehatan
itu
masih
yang
tidak
ada
petugas
memakai
alat
merupakan
suatu
metode
utama membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif.
pelindung diri berupa sarung tangan saat
Objek
yang
akan
diteliti
dalam
melakukan tindakan di Instalasi Gawat
penelitian ini adalah sumber daya manusia,
Darurat, pencahayaan yang kurang di
sarana prasarana, komunikasi, lingkungan
ruang administrasi instalasi gawat darurat,
kerja, standard operasional prosedur, dan
ruang tunggu untuk pasien tidak nyaman,
komitmen.
ruang triage tidak berfungsi dengan baik,
penelitian ini adalah petugas kesehatan
pintu
yang berada di Instalasi Gawat Darurat
masuk
dan
keluar
IGD
tidak
dibedakan, dan masih ada petugas yang
yang
tidak
Program
memakai
menangani
desinfektan
pasien.
setelah
Berdasarkan
hasil
Subjek
berkaitan
penelitian
dengan
Keselamatan
dalam
pelaksanaan
dan
Kesehatan
Kerja Rumah Sakit.
wawancara dengan salah satu staf Intalasi
Teknik
penentuan
informan
dalam
Keselamatan dan Kesehatan Kerja masih
penelitian ini yaitu menggunakan teknik
terdapat kasus tertusuk jarum suntik pada
purposive yaitu cara penentuan informan
perawat.
yang ditetapkan secara sengaja atas dasar
Permasalahan
di
atas
menunjukkan bahwa penerapan dalam hal
kriteria
program keselamatan dan kesehatan kerja
misalnya orang yang berperan sebagai
di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit
pemberi
Umum Daerah Kota Semarang masih
tersebut,
kurang
bidangnya dan pihak yang terlibat sebagai
disiplin
dalam
menerapkannya
atau
pertimbangan
informasi
tentang
mempunyai
tertentu,
kebijakan
kompetensi
di
sehingga peneliti tertarik untuk memperoleh
pelaksana
gambaran yang jelas tentang Implementasi
dalam penelitian ini terdapat 6 orang
Program
petugas kesehatan yang bekerja di Intalasi
Keselamatan
dan
Kesehatan
4
kebijakan.
Informan
utama
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT Volume 4, Nomor 2, April 2016 (ISSN: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
Gawat
Darurat
(IGD)
perawat
Rumah Sakit Umum Daerah Kota
pelaksana IGD, dokter tugas IGD, petugas
Semarang terletak di jalan Ketileng Raya
administrasi di IGD, satpam di IGD, dan
No.1
petugas kebersihan di IGD.
Untuk cross
Sendang Mulyo, Kecamatan Tembalang.
check dibutuhkan informan yang disebut
Bangunan fisik terdiri diatas tanah seluas ±
informan triangulasi. Pada penelitian ini
9,2
sebagai informan triangulasi
terdapat 3
merupakan salah satu unit kerja di rumah
orang
pemangku
sakit yang memberikan pelayanan kepada
kebijakan dan memiliki informasi terkait
penderita gawat darurat dan merupakan
program
bagian
yang
yaitu
(e-Journal) 2356-3346)
merupakan
K3RS
yaitu
kepala
seksi
Semarang,
hektar.
tepatnya
Instalasi
dari
Kelurahan
Gawat
rangkaian
Darurat
yang
perlu
pelayanan medik, kepala ruang IGD, dan
diorganisir. Instalasi Gawat Darurat di
kepala Instalasi K3L.
Rumah
Sakit
Umum
Daerah
Kota
Semarang merupakan tempat pelayanan HASIL DAN PEMBAHASAN
yang bekerja 24 jam setiap hari.
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang adalah Rumah Sakit Umum
Pengetahuan
yang
Program Keselamatan dan Kesehatan
diresmikan
tanggal
13
penggunaanya
Januari
1991
pada dengan
Dearah
Konsep
pemikiran
Sakit
Umum
Tingkat
II
Semarang.
didirikannya
Daerah
Kota
Rumah
Semarang
Isi
dan
Tujuan
Kerja Rumah Sakit (K3RS)
mengandalkan Angaran Pendapatan dan Belanja
terkait
Hasil utama
wawancara dan
berdasarkan
dengan
informan
penilaian
informan triangulasi
yang
dilakukan,
pengetahuan informan tentang Program
diprakarsai oleh dr.H.Imam Soebaki,MPH.
Keselamatan
Pada tahun 2003 sesuai dengan SK
sebagian
informan
sudah
Menkes No 194/Menkes/SK/II/2003 RSUD
program
tersebut
yang
Kota Semarang menjadi kelas B. Pada
pengunaan
tahun 2010 telah dinyatakan Lulus Penuh
petugas kesehatan, pengendalian limbah,
Akreditasi 16 (enam belas) pelayanan dan
pendidikan
berstandar ISO 9001-2008 (International
Walaupun masih ada beberapa informan
Standar Organization). Pada tahun 2015
yang belum mengetahuinya.
dan
APD,
dan
Kesehatan
screening
pelatihan
Kerja
mengetahui terdiri
dari
kesehatan
terkait
K3.
RSUD Kota Semarang merupakan rumah
MenurutKMK1087/MENKES/SK/VIII/
sakit dengan kelas B jumlah tenaga 849
2010 Program Keselamatan dan Kesehatan
orang.
Kerja 5
yang
harus
diterapkan
yaitu
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT Volume 4, Nomor 2, April 2016 (ISSN: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
(e-Journal) 2356-3346)
pengembangan
kebijakan
K3RS,
Sosialisasi terkait program K3RS memang
pembudayaan
perilaku
K3RS,
jarang karena program sudah terjadwal jadi
SDM
K3RS,
jarang disosialisasikan secara mendetail
pengembangan
pengembangan pedoman, petunjuk teknis
lagi.
dan Standard Operational Procedure (SOP)
semuanya
K3RS, pemantauan dan evaluasi kesehatan
pelaporan penyakit akibat kerja di IGD
lingkungan
RSUD Kota Semarang.
tempat
kerja,
pelayanan
bahwa
Informan
mengetahui
utama
belum
tentang
sistem
kesehatan kerja, pelayanan keselamatan kerja,
pengembangan
program
Sumber Daya
pemeliharaan pengelolaan limbah padat,
Ketersediaan sarana dan prasarana
cair, dan gas, pengelolaan jasa, bahan
seperti alat pelindung diri bagi petugas
beracun berbahaya dan barang berbahaya,
kesehatan menunjukkan bahwa di IGD
dan pengembangan manajemen tanggap
RSUD Kota Semarang sudah mencukupi
darurat.4
dan
mudah
pelindung Komunikasi
dalam
diri
handscoon,
Komunikasi
seperti
sepatu
masker, booth,
alat apron,
kacamata
dan
google, dan topi. Kondisi dari alat pelindung
menggunakan
diri yang disediakan dalam kondisi yang
berbagai media baik lisan maupun tulisan.
layak pakai. Terkait pemeriksaan sebelum
Hal
bekerja dan pemeriksaan secara berkala.
kesehatan
keselamatan
memperoleh
kerja
yang
dapat
perlu
diperhatikan
dalam
komunikasi yaitu efektifitas komunikasi,
Sebagian
informasi
oleh
mendapatkan pemeriksaan kesehatan baik
penerima. Disamping untuk menyampaikan
sebelum bekerja maupun secara berkala.
perintah
dalam
Pemeriksaan kesehatan yang dilakukan
komunikasi
sebelum bekerja meliputi foto rontgen,
harus
pelaksanaan keselamatan
mudah
dan
diingat
pengarahan pekerjaan, dan
kesehatan
kerja
besar
pemeriksaan
darah,
informan
cek
sudah
laboratorium,
digunakan untuk mendorong perubahan
pemeriksaan fisik, dan narkoba. Namun
perilaku, sehingga pekerja termotivasi untuk
pelaksanaan
5
bekerja dengan selamat.
pemeriksaan
kesehatan
sebelum bekerja dan berkala masih tidak
Masih ada informan utama yang tidak
merata atau tidak rutin karena masih ada
mendapatkan infromasi terkait program
yang belum mendapatkan pemeriksaan
K3RS dari rumah sakit, dan masih ada
tersebut dan waktu pelaksanaannya yang
yang belum tahu tentang program tersebut.
berbeda-beda. 6
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT Volume 4, Nomor 2, April 2016 (ISSN: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
Berdasarkan
Keputusan
Menteri
Kesehatan No 1087 Tahun 2010 tentang
penerangan, tekanan udara, dan aroma di tempat kerja.6
Standar Keselamatan dan Kesehatan Kerja yaitu
pemeriksaan
pemeriksaan jasmani,
berkala
meliputi
(e-Journal) 2356-3346)
Terkait resiko lingkungan kerja di IGD sebagian
besar
informan
mengatakan
fisik
lengkap,
kesegaran
lingkungan kerjanya beresiko terhadap PAK
rontgen
paru-paru
(bilamana
ataupun KAK dikarenakan
banyak resiko
mungkin) dan laboratorium rutin, serta
kerja dan jika tidak ditanggulangi akan
pemeriksaan-pemeriksaan
yang
menyebabkan penyakit akibat kerja atau
dianggap perlu dan pemeriksaan kesehatan
kecelakaan akibat kerja yang dialami oleh
berkala bagi SDM Rumah Sakit sekurang-
petugas kesehatan. Resiko yang dapat
kurangnya 1 tahun.4
terjadi misalnya penyakit TBC karena di
lain
Terkait pelatihan K3 hampir semua
IGD sendiri belum ada ruangan khusus
informan mendapatkan pelatihan K3 seperti
untuk pasien TBC, sehingga penularan
pelatihan bencana, kebakaran, penggunaan
melalui droplet dapat terjadi.
APAR, pencegahan infeksi, perilaku hidup bersih, safety patient. Namun pelaksanaan
Standar Operasional Procedure (SOP) Sebagian
pelatihan tersebut berbeda-beda sehingga
besar
Informan
sudah
pelatihan yang didapat pun berbeda karena
mengetahui adanya Standar Operasional
waktu
tersebut
Prosedur kerja di IGD mulai dari SOP
tidak
penerimaan pasien, melakukan tindakan,
pelaksanaan
dibuat
pelatihan
bergelombang
agar
menggangu pelayanan.
SOP
penggunaan
Operasional Lingkungan
kerja
beresiko
APD.
Prosedur
Standar
dibutuhkan
agar
terjadi
karyawan mengetahui prosedur kerja yang
Penyakit Akibat Kerja atau Kecelakaan
harus dilakukan, sebagai standarisasi cara
Akibat Kerja
yang
Faktor lingkungan ini meliputi hal yang
dilakukan
pegawai
dalam
menyelesaikan pekerjaannya, mengurangi
berhubungan dengan proses kerja secara
tingkat
langsung, seperti tekanan yang berlebihan
mungkin dilakukan oleh seorang pegawai
terhadap
peralatan
dalam melaksanakan tugas, meningkatkan
keselamatan kerja yang tidak memadai,
efisiensi dan efektifitas pelaksanaan tugas
kurangnya
dan tanggung jawab individual pegawai dan
jadwal
pekerjaan,
pelatihan
dan
pengawasan.
Faktor-faktor
perusahaan
antara
lain
kurangnya fisik
dalam
kebisingan,
kesalahan
organisasi
secara
dan
kelalaian
keseluruhan.
yang
Hasil
wawancara terkait standart operasional 7
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT Volume 4, Nomor 2, April 2016 (ISSN: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
prosedure di IGD. Standart Operasional
3. Lingkungan
kerja
di
(e-Journal) 2356-3346)
IGD
yang
Prosedur (SOP) Kerja sudah ada di IGD,
beresiko bagi petugas kesehatan
dan
terpapar
sudah
didokumentasikan
sehingga
penyakit
akibat
kerja
Standar Operasioanl Prosedur kerja dapat
karena IGDmerupakan tempat kerja
dilihat setiap saat karena sudah tersusun
yang infeksius, dan di IGD belum
rapih namun Standar Operasional Prosedur
ada ruangan isolasi untuk pasien TB
terakhir tahun 2009 sehingga belum ada
sehingga masih di campur dengan
pembaharuan lagi.
pasien lainnya. 4. Standart
Operasional
Prosedur
Komitmen
(SOP) sudah ada di IGD, semua
Komitmen dan kebijakan K3RS di wujudkan
tindakan yang ada di IGD sudah ada
dalam bentuk kebijakan (policy) tertulis,
prosedur kerjanya sudah tertulis dan
jelas, dan mudah dimengerti serta diketahui
dibukukan,
oleh seluruh karyawan rumah sakit.
diperbaharui. 5. Komitmen
Hasil wawancara petugas kesehatan masih
namun
jarang
dari petugas kesehatan
APD,
masih kurang, karena masih ada
pengetahuan terkait Program K3RS belum
beberapa petugas kesehatan yang
semuanya mengetahui dengan jelas, dan
belum menerapkan program K3RS
tidak mengikuti pemeriksaan kesehatan.
dengan baik walaupun sudah ada
ada
yang
tidak
memakai
kebijakannya secara tertulis dan KESIMPULAN
sudah di tanda tangani oleh Direktur
1. Pengetahuan tentang isi program K3RS
belum
semua
RS.
petugas
kesehatan mengetahui dan mengerti tentang content isi dari Program K3RS.
SARAN
2. Ketersediaan APD sudah ada di
1. Membuat sarana media informasi di
IGD RSUD Kota Semarang, namun
lingkungan kerja terkait pemberian
pemeriksaan
dan
informasi penting dan terkini yang
pelatihan untuk SDM masih belum
berhungan dengan Program K3RS
merata karena masih ada yang tidak
agar dapat dibaca oleh petugas
mengikuti
kesehatan.
kesehatan
pemeriksaan
dan
pelatihan terkait K3. 8
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT Volume 4, Nomor 2, April 2016 (ISSN: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
(e-Journal) 2356-3346)
2. Melakukan kegiatan Program K3RS yang bersifat refreshing agar dapat menyegarkan kembali pengetahuan tentang K3RS. 3. Mengembangkan sistem monitoring dan sanksi atau teguran berupa peringatan dari Kepala Instalasi K3
Upaya Meningkatkan Budaya K3 di PT Pupuk Kujang Cikampek Jawa Barat”. Fakultas Kedokteran.Universitas Sebelas Maret. Surakarta.2009 6
Suma’mur, P. K. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja.Jakarta : CV Haji Mas Agung. 1992 dalam Journal Psikologi 2001 No 2, 116-132
ke kepala IGD. 4. Memperbaharui lagi Prosedur Kerja yang ada di IGD khususnya yang terkait pelaksanaan Program K3RS. 5. Memberikan
reward
melaporkan
kejadian
Akibat
Kerja
(KAK)
bagi
yang
Kecelakaan ke
Kepala
Instalasi K3.
DAFTAR PUSTAKA 1
Sucipto, Cecep Dani. Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Yogyakarta: Gosyen Publishing. 2014 2
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 432/Menkes/SKIV/2007 tentang Pedoman Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di Rumah Sakit.
3
Evryanti. Kajian Risiko Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada petugas Kesehatan dan Petugas Kebersihan klinik X. Skripsi Fakultas Kesehatan Masyarakat UI, Depok, 2012.
4
Keputusan Menteri Kesehatan. KEPMENAKES 1087MENKES/SK/VIII/2010 tentang Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit.
5
Rhofiah. ”Pelaksanaan Promosi Keselamatan dan Kesehatan Kerja sebagai 9