ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERHASILAN TENAGA PELAKSANA GIZI DALAM MELAKSANAKAN TUGAS PROGRAM GIZI DI PUSKESMAS KOTA MANADO Debora Kalundang*, Nelly Mayulu*, Christine Mamuaja* *Program Pascasarjana Universitas Sam Ratulangi ABSTRAK Keberhasilan Tenaga Pelaksana Gizi dalam melaksanakan program gizi di Puskesmas dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal dari tenaga pelaksana gizi maupun pihak yang terkait. Di Kota Manado tahun 2015 masih terdapat masalah dalam mencapai target program gizi maupun dalam hal pelaporan. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis faktor internal dan eksternal yang berhubungan dengan keberhasilan tenaga pelaksana gizi dalam melaksanakan program gizi di Puskesmas. Metode penelitian yang digunakan yaitu mix method. Penelitian ini dilakukan di Puskesmas se-Kota Manado dengan responden tenaga pelaksana gizi sebanyak 30 orang dan informan 5 orang. Pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan Februari s.d April 2017. Data primer diperoleh dengan menggunakan kuesioner dan pedoman wawancara sedangkan data sekunder diperoleh melalui dokumen-dokumen tertulis dari Dinas Kesehatan dan Puskesmas. Sebagai variabel terikat adalah Keberhasilan tenaga pelaksana gizi dalam melaksanakan tugas program gizi di Puskesmas, sedangkan variabel bebas adalah faktor internal (Pengetahuan, motivasi kerja) dan faktor eksternal (supervisi, dukungan pemimpin dan kelengkapan sarana prasarana). Hasil penelitian mununjukkan lebih dari separuh responden memiliki pengetahuan yang kurang baik (56,7%), separuh (50%) responden memiliki motivasi yang baik, separuh (50%) responden memiliki persepsi yang baik terhadap supervisi, sebagian besar (80%) responden berpendapat pimpinan selalu memberikan dukungan yang baik, paling banyak responden (70 %) berpendapat sarana / prasarana gizi sudah lengkap. Kesimpulan, terdapat hubungan antara pengetahuan, motivasi, supervisi, dukungan pemimpin dan kelengkapan sarana dan prasarana dengan keberhasilan tenaga pelaksana gizi dalam melaksanakan program gizi. Sarana dan prasarana merupakan faktor yang paling dominan. Kata kunci: Pengetahuan, Motivasi, Supervisi, Dukungan Pemimpin, Sarana dan Prasarana, Keberhasilan Tenaga Pelaksana Gizi dalam Melaksanakan Program Gizi. ABSTRACT The success of Nutrition Executives in implementing nutrition program in Puskesmas is influenced by internal and external factors from nutrition executing staff and related parties. In Manado City in 2015 there are still problems in achieving nutrition program targets as well as in reporting. The purpose of this study is to analyze internal and external factors related to the success of nutrition personnel in implementing nutrition program in Community Health. The research method used is mix method. This research was conducted in Puskesmas in Manado City with 30 respondents of nutrition personnel and 5 people informants. The study was conducted in February s.d April 2017. Primary data was obtained by using questionnaires and interview guidelines while secondary data was obtained through written documents from the Health Office and Puskesmas. As the dependent variable is the success of nutrition implementer in performing nutrition program task in Community Health, while the independent variable is internal factor (Knowledge, work motivation) and external factor (supervision, support leader and facility completeness). The results showed that more than half of respondents had poor knowledge (56.7%), half (50%) had good motivation, half (50%) had good perception on supervision, most (80%) respondents Opinion leadership always give good support, most of respondent (70%) argue facility / infrastructure nutrition complete. Conclusion, there is correlation between knowledge, motivation, supervision, support of leader and completeness of facility and infrastructure with success of nutrition implementer in implementing nutrition program. Facilities and infrastructure are the most dominant factors. Keywords: Knowledge, Motivation, Supervision, Support of Leaders, Facilities and Infrastructure, Success of Nutrition Implementing Staff in Implementing Nutrition Program.
44
Pada tahun 2013, kurang lebih
PENDAHULUAN Pembangunan manusia
(Human
17% atau 98 juta anak di bawah lima
Development) diantaranya pendidikan
tahun di negara berkembang mengalami
dan kesehatan merupakan salah satu dari
kurang gizi (berat badan rendah menurut
tiga pilar yang menjadi indikator dalam konsep
pengembangan
umur
Sustainabale
Barat 21%, Osceania dan Afrika Timur
mengakhiri segala bentuk kelaparan,
meningkatkan
gizi
pangan serta
19%, Asia Tenggara dan Afrika Tengah
dan
16%, dan Afrika Selatan 12% (WHO,
menjamin
2014). Kurang gizi pada anak-anak,
adanya kehidupan yang sehat, serta
termasuk
mendorong kesejahteraan untuk semua
adalah
meningkatnya
tidak
meningkatnya
Umur
derajat
negara di regional Asia Selatan yang memiliki angka tertingi kejadian kurang
sasaran
gizi, yaitu India 43,5% (2006), disusul negara-negara seperti Bangladesh 36,8%
2015-2019 yaitu meningkatkan status
(2011),
kesehatan dan gizi masyarakat dengan
100.000
(2011),
di antaranya adalah Niger 37,9% (2012), Nigeria 31% (2013), Chad 30,3%
bayi per 1.000 kelahiran hidup 24, kekurangan
32,9%
negara di Afrika dengan proporsi tinggi
kelahiran hidup 306, Angka kematian
Prevalensi
Afghanistan
Pakistan 31,6% (2013). Untuk negara-
target pada tahun 2019 sebagai berikut : per
Seng
Menurut data WHO (2014),
pembangunan kesehatan pada RPJMN
ibu
dan
(WHO, 2014).
balita dengan demikian Kementerian
kematian
A
dan
pada anak di bawah umur lima tahun
menurunnya prevalensi gizi kurang pada
angka
vitamin
kurus
diperkirakan 45% dari seluruh kematian
Harapan
Bayi, menurunnya Angka Kematian Ibu,
menetapkan
pendek,
merupakan penyebab utama kematian,
Hidup, menurunnya Angka Kematian
Kesehatan
cukup,
kekurangan
kesehatan masyarakat yang ditunjukkan oleh
gangguan
(Air Susu Ibu) yang kurang optimal atau
pembangunan
kesehatan yang akan dicapai pada tahun 2025
diantaranya
pertumbuhan sejak janin, asupan ASI
orang di dunia pada semua usia. Sasaran
WHO).
Asia Selatan sebesar 30%, diikuti Afrika
tujuan dari konsep SDGs, antara lain
ketahanan
standar
Prevalensi tertinggi berada di wilayah
Development Goals (SDGs). Salah satu
mencapai
berdasarkan
(2010). Sejalan dengan kejadian kurang
gizi
gizi, berdasarkan data WHO (2014)
(underweight) pada anak balita (persen)
untuk kejadian stunting, masih terdapat
17,0, Prevalensi stunting (pendek dan
kesamaan wilayah dimana prevalensi
sangat pendek) pada anak baduta (bawah
tinggi pada tahun 2013, berada pada
dua tahun) (persen) 28,0
45
regional Afrika dan Asia dengan jumlah
stunting juga meningkat dari 36,8%
tertinggi di Afrika Timur sebesar 42,3%,
menjadi
di Asia Selatan sebesar 35,7%.
(kurus) menurun dari 13,6% menjadi
Keadaan
status
gizi
menunjukkan
walaupun
masih
Program
perbaikan
dihadapkan
sementara
wasting
12,1%.
masyarakat Indonesia dari tahun ke tahun
37,2%,
Perbaikan
Gizi
Masyarakat adalah salah satu program
pada
pokok Puskesmas dimana salah satu
berbagai tantangan yang cukup berat.
fungsi utama ialah mempersiapkan,
Berbagai indikator
memelihara dan mempertahankan agar
yang mengukur
status gizi pada siklus kehidupan masih
setiap orang
belum
ini
baik, dapat hidup sehat dan produktif.
dibuktikan dengan hasil Riskesdas tahun
Fungsi ini dapat terwujud kalau setiap
2007, 2010,dan
2013, yaitu ditandai
petugas dalam melaksanakan program
dengan tingginya prevalensi anemia
gizi dilakukan dengan cara yang baik
pada remaja dan ibu hamil, tingginya
dan benar sesuai komponen-komponen
prevalensi gizi kurang dan gizi buruk
yang
pada anak balita, tingginya prevalensi
perbaikan gizi masyarakat di Puskesmas.
anak
Dinas
menggembirakan,
pendek
harus
ada
anak
balita,
merupakan Unit Pelayanan Terpadu
meningkatnya kecenderungan gizi lebih
(UPT) dari pemerintah Kota Manado
pada
yang
kelompok
umur,
tingginya bayi yang terlahir
dengan
berat
berbagai
badan
(BBLR),
Manado
bertanggung
jawab
menyelenggarakan urusan pemerintahan
dan
dalam bidang kesehatan di Kota Manado
sikap
memiliki 16 Puskesmas dengan jumlah
perilaku gizi seimbang pada berbagai
tenaga pelaksana gizi sebanyak 30 orang
kelompok umur. Perkembangan masalah
di Puskesmas
rendahnya
rendah
Kota
program
pendek
pada
Kesehatan
dalam
sangat
(stunting)
dan
hal
mempunyai status gizi
pengetahuan
dan
gizi di Indonesia semakin kompleks saat
Faktor gizi merupakan faktor
ini, selain masih menghadapi masalah
utama dalam peningkatan Sumber Daya
kekurangan gizi, masalah kelebihan gizi
Manusia (SDM). SDM yang rendah
juga menjadi persoalan yang harus kita
akan
tangani dengan serius . Hasil Riskesdas
pembagunan
dari
2013
pelaksana gizi puskesmas SDM yang
yang
memiliki
tahun
menunjukkan
2007
ke fakta
tahun
menghambat
keberhasilan
Nasional.
kemampuan
Tenaga
dan/atau
memprihatinkan dimana underweight
keterampilan di bidang kesehatan yang
meningkat dari 18,4% menjadi 19,6%,
ditunjuk untuk
46
melaksanakan
tugas
perbaikan gizi di puskesmas. Apabila
program
tidak tersedia tenaga gizi yang memang
Manado belum pernah dilaksanakan,
lulus pendidikan di bidang gizi sesuai
sementara data menunjukkan masih
dengan peraturan perundangan, maka
adanya
pelaksanaan tugas perbaikan gizi di
mencapai
puskesmas dapat dilakukan oleh tenaga
mendorong peneliti untuk melakukan
pelaksana gizi yang berasal dari tenaga
penelitian tentang analisis faktor-faktor
kesehatan lain seperti perawat atau bidan
yang berhubungan dengan keberhasilan
(Kemenkes, 2014).
tenaga pelaksana gizi (TPG) dalam
Keberhasilan Tenaga Pelaksana
gizi
Puskesmas
di
program
gizi
yang
target.
Hal
inilah
Kota
belum yang
melaksanakan program gizi Puskesmas
Gizi dalam melaksanakan program gizi
di Kota Manado.
di Puskesmas dipengaruhi oleh faktor internal
dan
eksternal
dari
tenaga
METODE
pelaksana gizi maupun pihak yang
Penelitian ini merupakan mix method,
terkait. Penelitian oleh Purwanto (2008)
yaitu
dimana faktor yang berhubungan secara
deskriptif analitik dan dilengkapi dengan
signifikan dengan keberhasilan tenaga
penelitian kualitatif untuk menggali
pelaksana gizi dalam melaksanakan
lebih dalam tentang faktor-faktor yang
program
berhubungan
gizi
penelitian kuantitatif bersifat
ialah
pendidikan,
motivasi,
supervisi,
program gizi. Penelitian ini dilaksanakan
dukungan
pemimpin, sarana, struktur
di Puskesmas yang ada di wilayah kerja
organisasi
dan
Dinas
pengetahuan,
penetapan
indikator
dengan
Kesehatan
keberhasilan
Kota
Manado,
sedangkan faktor pelatihan, pengalaman
berlangsung bulan Februari – Mei 2017.
kerja, sikap, beban kerja dan insentif
Populasi dalam penelitian ini adalah
tidak berhubungan secara signifikan.
seluruh Tenaga Pelaksana Gizi (TPG)
Penelitian
oleh
di
yaitu 30 orang yang tersebar di 15
Surabaya
kepemimpinan
memiliki
Puskesmas di Kota Manado. Sampel
pengaruh terhadap kinerja perawat (p=
dalam penelitian ini adalah keseluruhan
0,028) Motivasi (p= 0,111) dan beban
populasi sebanyak 30 orang. Informan
kerja (0,170) tidak memiliki pengaruh
dalam penelitian ini peneliti memilih
terhadap kinerja perawat.
lima
Penelitian
Endang
orang
yaitu
Penanggungjawab
hubungan
Program Gizi di Dinas Kesehatan Kota
faktor internal dan eksternal dari tenaga
Manado 1 orang dan Tenaga Pelaksana
pelaksana
Gizi Puskesmas 4 orang. Penelitian ini
keberhasilan
gizi
tentang
(2016)
(TPG)
dalam
dengan
melaksanakan
47
menggunakan analisis Univariat, analisis
mampu
melaksanakan
bivariate dan analisis multivariate.
pelayanan gizi yang berkualitas. Masa
kerja
tugas
dan
menunjukkan
HASIL DAN PEMBAHASAN
lamanya seseorang melakukan pekerjaan
Karakteristik responden
yang
Tenaga pelaksana gizi
di Puskesmas
menjadi
tanggung
jawabnya,
pegawai yang berpengalaman dipandang
Kota Manado memiliki golongan umur
lebih mampu dalam
paling banyak berkisar 36–45 tahun
tugas, makin lama bekerja seseorang
sebanyak 15 orang
kecakapan mereka akan lebih baik
paling sedikit
responden (50%),
dengan golongan umur
karena
sudah
dapat
melaksanakan
menyesuaikan
>46 tahun sebanyak 6 orang responden
dengan lingkungan bekerja. (Yunita,
(20%),
yang
2013). Hasil pengolahan data untuk
produktif. Robbins dan Judge dalam
masa kerja responden, paling banyak
Perilaku
mengemukakan
adalah responden dengan masa kerja 1 –
pendapat banyak yang percaya bahwa
10 tahun sebanyak 14 orang (46,7%) dan
produktifitas menurun sejalan dengan
paling sedikit responden dengan masa
umur,
bahwa
kerja 11 – 20 tahun dan > 21 tahun
keahlian seperti kecepatan, ketangkasan,
sebanyak 8 orang responden (26,7%),
kekuatan
melemah
hal ini menunjukkan bahwa pengalaman
sepanjang waktu dan kebosanan atas
yang dimiliki oleh responden sebagai
pekerjaan serta kurangnya stimulasi
tenaga
intelektual
melaksanakan
ini
merupakan
Organisasi
sering
dan
umur
diasumsikan
koordinasi
berkontribusi
terhadap
penurunan produktifitas.
pelaksana tugas
gizi
dalam
program
gizi
umumnya masih belum terlalu lama.
Berdasarkan pendidikan tenaga
Hasil pengolahan data untuk
pelaksana gizi, paling banyak adalah
responden
responden dengan tingkat pendidikan
pelatihan tentang gizi, paling banyak
D3 Gizi sebanyak 17 orang (56,7%) dan
adalah
paling sedikit responden dengan tingkat
mengikuti pelatihan gizi sebanyak 22
pendidikan D1 Gizi sebanyak 2 orang
orang
(6,7%). D3 Gizi merupakan salah satu
responden yang belum pernah mengikuti
syarat bagi tenaga profesional pemula
pelatihan tentang gizi sebanyak 8 orang
ditingkat pelayanan kesehatan dasar,
responden (26,7%). Perilaku petugas
dalam hal ini tenaga pelaksana gizi
gizi dalam memberikan penyuluhan gizi
sebagai
gizi
harus ada perubahan setelah menerima
masyarakat di Puskesmas hendaknya
pelatihan. Para petugas kesehatan sering
pengelola
program
48
yang
pernah
responden
(73,3%)
dan
mengikuti
yang
paling
pernah
sedikit
hanya berdasarkan pada pengetahuan
pemberian
gizi
masyarakat terkait dengan para pemberi
yang
diperoleh
sebelumnya.
saran-saran
gizi
pada
Beberapa peneliti menyarankan bahwa
saran. (Sunguya, 2013).
teori-teori
berupa
dan keterampilan yang buruk adalah
perubahan dapat langsung dipraktekkan
hambatan yang sering disahkan untuk
sebagai suatu hasil dari kerja. (Sunguya,
mengintegrasikan perawatan kesehatan
2013).
mental anak ke dalam perawatan primer.
yang
didapat
Pengetahuan
Pada penelitian terhadap 18
Mayoritas peserta penelitian melaporkan
peneliti termasuk 5 kelompok RCT,
bahwa mereka tidak tahu bagaimana
memperlihatkan
yang
mendeteksi, mendukung dan mencegah
peningkatan
masalah kesehatan mental anak-anak
signifikan
kemajuan
dengan
pengetahuan pada petugas kesehatan.
sebagai akibat rendahnya kompetensi
Peneliti telah menyimpulkan bahwa
Hasil wawancara dilakukan kepada
pelatihan gizi pada petugas kesehatan,
4 tenaga pelaksana gizi
dapat
dan
penanggung jawab program gizi Dinas
kompetensi tentang konsultasi gizi dan
Kesehatan dapat diketahui pengetahuan
penanganan gizi. (Sunguya, 2013)
informan mengenai program gizi masih
memenuhi
pengetahuan
dan 1
bersifat secara umum tidak dijelaskan Pengetahuan Tenaga Pelaksana Gizi
secara detail,
Hasil penelitian menunjukkan lebih dari
ditingkatkan lagi
separuh responden atau sebanyak 17
pendidikan maupun pelatihan-pelatihan.
orang (56,7%) memiliki pengetahuan
Pelaksanaan program gizi secara umum
yang kurang baik tentang tupoksi dalam
masih belum sesuai yang diharapkan. Ini
melaksanakan
berhubungan dengan pengetahuan yang
sesuai
program gizi. Hal ini
dengan
jawaban
distribusi
responden
sehingga masih perlu melalui peningkatan
frekuensi
dimiliki oleh tenaga pelaksana gizi yang
tupoksi
masih kurang tentang program gizi.
tentang
dalam melaksanakan program gizi yang
Tanggapan
sebagian besar menjawab salah. Namun
program gizi dikatakan walaupun tiap
masih ada 13 orang (43,3%) responden
triwulan
dengan pengetahuan yang baik
evaluasi
menjawab
benar
pada
yang
pertanyaan
dari
penanggung
dilaksanakan program
gizi
jawab
monitoring di
tiap-tiap
puskesmas serta refresing petugas setiap
tentang tupoksi dalam melaksanakan
puskesmas,
tetapi
program gizi. Pelayanan gizi menurun
ditingkatkan
lagi
sejalan dengan rendahnya pengetahuan
seperti
tenaga kesehatan
berhubungan
tentang gizi, serta
49
pelatihan dengan
tetap
perlu
kegiatan-kegiatan khusus program
yang gizi.
Kualitas petugas kesehatan terhadap
kesehatan mental anak-anak sebagai
pengetahuan
akibat rendahnya kompetensi.
gizi
dan
memperluas
keahliannya telah menjadi perhatian
Hasil penelitian ini sejalan dengan
serius, sejarah mencatat bahwa pelatihan
penelitian yang dilakukan oleh Yuniarti
kesehatan yang kurang adekuat dan
(2012)
pelatihan
Penyuluh Kesehatan Masyarakat dalam
tentang
gizi
harus
lebih
ditingkatkan dan lebih memasyarakat.
tentang
Kinerja
Petugas
Praktek Promosi Kesehatan di Dinas
Hasil uji statistik menunjukkan
Kesehatan Kabupaten Pati, dimana ada
terdapat hubungan antara pengetahuan
hubungan yang bermakna antara tingkat
tenaga
pengetahuan
pelaksana
keberhasilan
gizi
dalam
dengan
dengan
keberhasilan
melaksanakan
program. Penelitian ini juga dibenarkan
program gizi melalui uji Chi-square
oleh Yunita (2013) tentang faktor-faktor
dengan nilai signifikasi sebesar 0,016
yang mempengaruhi kinerja bidan desa
dengan nilai OR=7,857. Penelitian ini
di Bengkulu Selatan, dimana hasil
menunjukkan bahwa responden yang
penelitian
mempunyai pengetahuan tentang tupoksi
hubungan antara pengetahuan dengan
dalam
gizi
kinerja bidan, hal ini berarti semakin
kurang mempunyai risiko sebesar 8 kali
baik pengetahuan bidan desa maka
dengan program gizi yang tidak tercapai
semakin baik kinerjanya. Pengetahuan
dibandingkan
atau kognitif merupakan domain yang
melaksanakan
program
responden
yang
menunjukkan
mempunyai pengetahuan tentang tupoksi
sangat
dalam melaksanakan program gizi yang
seseorang atau over behavior, karena
baik. Biasanya petugas kesehatan tidak
dari pengalaman dan penelitian ternyata
punya kompetensi untuk menjelaskan
perilaku yang didasari oleh pengetahuan
tentang bagaimana memberi saran-saran
akan lebih bermakna dari pada perilaku
tentang gizi yang baik. (Sunguya, 2013).
yang tidak didasari pengetahuan, dengan
Tilahun, dkk (2017) dalam penelitian
demikian
mendapati
(knowladge)
bahwa
mengintegrasikan kesehatan
hambatan layanan
mental
untuk
perawatan
untuk
kemampuan
terbentuknya
pengetahuan
berhubungan
dengan
pelayanan kesehatan yang berkualitas.
adalah
Salah satu pelayanan kesehatan
pengetahuan dan keterampilan yang
yang penting adalah pelayanan gizi di
buruk.
dalam
puskesmas, baik pada Puskesmas Rawat
penelitian melaporkan bahwa mereka
Inap maupun pada Puskesmas Non
tidak
mendeteksi,
Rawat Inap. Pendekatan pelayanan gizi
mendukung dan mencegah masalah
dilakukan melalui kegiatan spesifik dan
Mayoritas
tahu
anak
penting
adanya
peserta
bagaimana
50
sensitif, sehingga peran program dan
Kesehatan Kabupaten Aceh Tamiang
sektor terkait harus berjalan sinergis.
yang
Pembinaan tenaga kesehatan/tenaga gizi
seluruhnya dijadikan sampel penelitian
puskesmas
ini (total sampling). Hasil penelitian
dalam
pemberdayaan
berjumlah
25
bahwa
orang,
ada
dan
masyarakat menjadi hal yang sangat
menunjukkan
pengaruh
penting.
pengetahuan dan keterampilan terhadap
Tugas pokok tenaga pelaksana gizi
kinerja tenaga pelaksana gizi puskesmas.
(TPG) ialah melaksanakan kegiatan
Pengetahuan merupakan variabel yang
pelayanan gizi, konsultasi, perencanaan
paling
kebutuhan serta penyusunan indeks
kinerja dengan nilai koefisien regresi
bahan makanan sesuai aturan yang
2,385 dan Exp (B) 10,863; dimana
berlaku. Kompetensi tenaga pelaksana
tenaga pelaksana gizi yang memiliki
gizi yang baik menjadi sangat berguna
pengetahuan yang baik mempunyai
untuk
peluang
membantu
menciptakan
budaya
puskesmas kinerja
tinggi.
besar
pengaruhnya
10,863
kali
terhadap
lebih
besar
mempunyai kinerja yang baik.
Kompetensi sangat diperlukan dalam
Pelaksanaan
pelayanan
gizi
di
pelaksanaan kegiatan program perbaikan
puskesmas diperlukan perlayanan yang
gizi
baik
bermutu, sehingga dapat menghasilkan
kompetensi maka akan meningkatkan
status gizi yang optimal. Pelayanan gizi
kinerja
yang
masyarakat.
tenaga
Semakin
pelaksana
gizi
di
Puskesmas. (Sulistyoningsih, 2011) Pengaruh Kinerja
Kompetensi
Tenaga
tenaga
Terhadap
Pelaksana
bermutu dapat terlaksana jika pelaksana
mempunyai
Gizi
gizi
puskesmas
kemampuan
keterampilan
untuk
dan
melaksanakan
Puskesmas Tentang Penilaian Status
kegiatan pelayanan gizi di Puskesmas
Gizi Anak Balita Di Kabupaten Aceh
(Kemenkes, 2014). Setiap puskesmas
Tamiang Tahun 2015 diteliti oleh Putri
dibangun
(2015). Penelitian ini bertujuan untuk
tertentu, dimana puskesmas mengemban
menganalisis
misi
pengaruh
kompetensi
untuk
untuk
mencapai
memberikan
tujuan
pelayanan
(pengetahuan, sikap, dan keterampilan)
kesehatan tingkat pertama yang bermutu
terhadap kinerja tenaga pelaksana gizi
bagi
puskesmas tentang penilaian status gizi
(2014), untuk mencapai keberhasilan
anak balita di Kabupaten Aceh Tamiang
tujuan suatu institusi atau organisasi,
Tahun 2015. Populasi adalah seluruh
diperlukan landasan yang kuat berupa:
tenaga pelaksana gizi yang bertugas di
kompetensi kepemimpinan, kompetensi
puskesmas di wilayah kerja Dinas
pekerja, dan budaya organisasi yang
51
masyarakat. Menurut Wibowo
mampu
memperkuat
dan
Hasil penelitian ini sejalan dengan
memaksimumkan kompetensi.
penelitian
yang
dilakukan
oleh
tentang Faktor – faktor
Amelia,dkk Motivasi Tenaga Pelaksana Gizi
yang berhubungan dengan kinerja bidan
Hasil penelitian menunjukkan separuh
Desa dalam penerapan Informed Choice
responden (50 %) memiliki motivasi
dan Informed Concent pada pelayanan
yang baik dalam pelaksanaan program
kontrasepsi di Kabupaten Minahasa
gizi
Utara, dimana terdapat hubungan yang
sementara
separuhnya
(50%)
memiliki motivasi yang kurang dalam
bermakna
melaksanakan program yang sama. Dari
kinerja bidan. Penelitian ini dibuktikan
hasil wawancara dapat diketahui hal-hal
oleh penelitian yang telah dilakukan
yang
oleh
dapat
memotivasi
seperti
antara
Yunita,
dkk
pemberian penghargaan (reward) masih
penelitian
jarang
mempengaruhi
dilaksanakan
di
tingkat
motivasi
yaitu
dengan
dengan
judul
Faktor-faktor
yang
Kinerja
Bidan
Desa
Puskesmas, sedangkan tunjangan yang
dalam Deteksi Dini Resiko Tinggi Ibu
diterima umumnya menjawab diterima
Hamil pada Pelayanan Antenatal di
dari
Kabupaten Bengkulu Selatan dimana uji
pemerintah
kota.
Umumnya
informan tidak ingin masalah pribadi
Pearson
diketahui
1
motivasi diperoleh nilai p sebesar 0,004
informan yang menjawab pernah tetapi
(nilai p<0,05) yang menunjukkan ada
hanya sebatas yang memiliki hubungan
hubungan bermakna antara motivasi
dengan pelaksanaan program.
dengan
oleh
Hasil
pimpinan,
pengujian
hanya
Product
kinerja
Moment
bidan
variabel
desa.
Hasil
statistik
penelitian yang dilakukan oleh Fatimah
menunjukkan bahwa terdapat hubungan
(2013) tentang Faktor – faktor yang
antara motivasi dengan keberhasilan
Berhubungan dengan Kinerja Tenaga
tenaga
dalam
Pelaksana Gizi (TPG) Puskesmas dalam
gizi
Pelaksanaan Penanggulangan GAKI di
pelaksana
melaksanakan
tugas
gizi program
(p=0,025) Jika dilihat dari nilai OR =
Kabupaten
6,000 penelitian ini menunjukkan bahwa
menunjukkan
responden yang mempunyai motivasi
berhubungan dengan kinerja adalah
tentang program gizi kurang mempunyai
motivasi (r=0,398, p=0,013). Motivasi
risiko sebesar 6 kali dengan program
penting
gizi yang tidak tercapai dibandingkan
diharapkan tenaga pelaksana gizi mau
responden yang mempunyai motivasi
bekerja
kerja yang baik.
mencapai produktivitas yang tinggi.
52
Cilacap bahwa
karena
keras
Tahun
2013
variabel
yang
dengan
dan
motivasi
antusias
untuk
Menurut Yasi (2013) dengan motivasi
Hal ini sesuai dengan pendapat dari
seorang bidan akan memiliki semangat
penanggung jawab program gizi dimana
yang tinggi dalam melaksanakan tugas
motivasi
yang dibebankan kepadanya. Tanpa
kebanyakan tergantung insentif, kalau
motivasi seorang bidan tidak memenuhi
dana dari program yang dilaksanakan
tugasnya sesuai standar atau bahkan
belum
melampaui standar karena apa yang
berpengaruh pada kinerja,
menjadi motif dan motivasinya dalam
demikian
bekerja
menekankan pada indikator program
tidak
seseorang
terpenuhi.
Sekalipun
karyawan
memiliki
gizi
tenaga
cair
atau
dinas
yang
harus
pelaksana
gizi
terlambat
maka
walaupun
kesehatan
capai.
selalu
Meskipun
kemampuan operasional yang baik bila
demikian Ovidiu (2013) Universitas
tidak memiliki motivasi dalam bekerja,
Ekonomi Bukares dalam makalahnya
hasil akhir dari pekerjaannya tidak akan
tentang motivasi kerja dan kinerja
memuaskan.
organisasi berpendapat bahwa tidak
Penelitian yang dilakukan oleh
semua individu sama, masing-masing
Muogbo (2013), Studi ini menyelidiki
harus termotivasi menggunakan strategi
Dampak Motivasi Karyawan terhadap
yang berbeda. misalnya, satu karyawan
Kinerja
mungkin dimotivasi oleh komisi yang
Organisasi
perusahaan
manufaktur terpilih di Negara Bagian
lebih
Anambra
tersebut
mungkin termotivasi oleh kepuasan
mengungkapkan bahwa motivasi yang
kerja atau lingkungan kerja yang lebih
diberikan saat bekerja dalam organisasi
baik.
Nigeria.
memiliki
pengaruh
terhadap
kinerja
peneliti
Studi
yang
signifikan
pekerja.
Sehingga
menganjurkan
sementara
yang
lain
Supervisi Pimpinan
semua
Hasil penelitian menunjukkan separuh
perusahaan menerapkan penghargaan
responden (50%) memiliki persepsi
ekstrinsik
yang baik tentang supervisi pimpinan
mereka
di
agar
tinggi,
berbagai
untuk
perusahaan meningkatkan
yang
dilakukan
kepada
petugas
produktivitas dan atas dasar temuan ini,
pelaksana gizi dan separuh responden
pengusaha
(50%) memiliki persepsi kurang baik
terus-menerus
mengembangkan prosedur memungkinkan memotivasi,
ditantang
kebijakan
pembayaran mereka
dan
tentang supervisi yang dilakukan kepada
yang
tenaga
menarik,
mempertahankan
pelaksana
umumnya
dan
gizi.
menjawab
Responden tidak
pada
pertanyaan tentang metode dan cara
memuaskan karyawan mereka.
dalam pelaksanaan
53
supervisi seperti
menyajikan hasil supervisi sebelumnya,
bawahan.
memberikan kesempatan kepada tenaga
meningkatkan
pelaksana gizi untuk melakukan evaluasi
berhubungan
diri.
berkurangnya kesalahan yang dilakukan Hasil uji statistik menunjukkan
terdapat
hubungan
antara
Supervisi
juga
dapat
kerja,
yang
efisiensi erat
dengan
makin
oleh bawahan. (Donsu, 2013).
supervisi
Dari hasil wawancara mendalam
pimpinan dengan keberhasilan tenaga
diketahui pelaksanaan supervisi dari
pelaksana gizi dalam melaksanakan
dinas kesehatan dilaksanakan setiap
program gizi (p=0,025). Jika dilihat dari
triwulan dengan metode diskusi, tanya
nilai OR = 6,000 menunjukkan bahwa
jawab
responden yang jarang atau kurang
Pendapat
dilakukan
disampaikan
supervisi
oleh
pimpinan
serta
observasi
ini
sesuai
dokumen.
dengan
yang
oleh penanggung jawab
terhadap pelaksananaan program gizi
program gizi dinas kesehatan, sudah
mempunyai risiko sebesar 6 kali dengan
memadai karena tiap triwulan sudah ada
program
program monev gizi.Ini menunjukkan
gizi
yang
tidak
tercapai
dibandingkan responden yang selalu
bahwa
pelaksanaan
supervisi
di
dilakukan supervisi oleh pimpinan.
lingkungan dinas kesehatan khususnya
Hasil penelitian ini sejalan dengan
dalam pelaksanaan program gizi sudah
penelitian yang dilakukan oleh Donsu
baik dan perlu ditingkatkan lagi dengan
tentang Faktor – faktor yang
(2012)
Berhubungan Dengan
metode
Kinerja Bidan
yang
pelaksanaan
lebih
baik
supervisi
agar bisa
Desa dalam Penerapan Informed Choice
meningkatkan kinerja tenaga pelaksana
dan Informed Concent pada Pelayanan
gizi dalam mencapai target program
Kontrasepsi di Kabupaten Minahasa
gizi.
Utara, dimana berdasarkan hasil uji
Penelitian yang dilakukan oleh
statistik nilai p = 0,001 (<0,05) yang
Sudarjat
berarti
yang
Kepemimpinan, dan Motivasi Kerja
dengan
terhadap Kinerja Guru di SMP Bogor,
terdapat
bermakna
hubungan
antara
motivasi
(2015)
tentang
kinerja bidan. Manfaat supervisi yaitu
hasilnya
dapat
hubungan positif yang ditemukan antara
ini
meningkatkan efektifitas kerja, erat
peningkatan keterampilan
hubungannya pengetahuan bawahan, serta
menunjukkan
Supervisi,
bahwa
ada
dengan
supervisi, kepemimpinan dan motivasi
dan
kerja terhadap kinerja guru. Penelitian
makin
ini sama dengan yang dilakukan oleh
terbinanya hubungan dan suasana kerja
Cemal
yang lebih harmonis antara atasan dan
menemukan adanya hubungan positif
54
(2012)
dalam
penelitiannya
antara komitmen kepemimpinan dan
bertanggungjawab
supervisi terhadap kinerja organisasi di
program gizi dan bila pimpinan tidak
Turky.
Dengan
dikatakan
dapat
memberikan dukungan maka program
supervisi
dinas
gizi tidak akan berjalan dengan baik.
bahwa
berhubungan
keberhasilan
tenaga
membimbing
pendapat yang disampaikan
oleh penanggung jawab program bahwa
program
gizi.
pimpinan ada yang mendukung, ada
mengarahkan,
yang tidak, tergantung cara pandang
mengembangkan, mengatur
masing-masing Kepala Puskesmas.
tenaga
Hasil analisis data secara statistik
pelaksana gizi dalam mencapai tujuan
menunjukkan bahwa terdapat hubungan
yang ditetapkan pemerintah melalui
yang
program perbaikan gizi masyarakat.
pimpinan dengan keberhasilan tenaga
Supervisi penting untuk memberikan
pelaksana gizi dalam melaksanakan
bantuan
program gizi (p=0,026). Jika dilihat dari
dan
dan
Menurut
gizi
mampu
mengkoordinasikan,
dengan
pelaksana
melaksanakan
Supervisi
mengetahui
demikian
kesehatan
dalam
dan
bimbingan
sekaligus
mengevaluasi hasil pekerjaan.
bermakna
antara
dukungan
nilai OR = 12,143 penelitian ini menunjukkan bahwa responden yang
Dukungan Pemimpin
tidak
Penelitian tentang gambaran dukungan
pimpinan terhadap pelaksanaan program
pimpinan yang dilakukan kepada tenaga
gizi mempunyai risiko sebesar 12 kali
pelaksana gizi dalam melaksanakan
dengan program gizi yang tidak tercapai
program gizi diketahui
dibandingkan dengan responden yang
berpendapat
pimpinan
memberikan
dukungan
responden yang yang
selalu
mendapatkan
selalu
baik
mendapatkan
dukungan
oleh
dukungan
oleh
pimpinan.
kepada tenaga pelaksana gizi sebanyak
Hasil penelitian ini sejalan dengan
24 orang (80 %) dan pimpinan yang
penelitian
kurang memberikan dukungan kepada
Herwyndianata (2013) dimana faktor
tenaga
yang
pelaksana
gizi
sebanyak
6
yang
berpengaruh
dilakukan
terhadap
oleh
kinerja
responden (20%). Hasil wawancara
perawat
mendalam tentang persepsi
informan
Anutapura Palu adalah kepemimpinan.
terhadap dukungan pemimpin diketahui
Penelitian ini juga dibuktikan oleh
bahwa informan menghendaki perlu
Endang (2016) di Surabaya dimana hasil
adanya
dalam
penelitian menujukkan kepemimpinan
karena
memiliki pengaruh terhadap kinerja
pimpinan
perawat. Begitu pula dengan Penelitian
dukungan
pimpinan
pelaksanaan program gizi menyangkut
kebijakan,
55
di unit rawat inap RSU
yang dilakukan oleh Ivana (2016)
sehingga merasa aman dan nyaman
tentang
yang
secara psikologis dalam bekerja yang
berhubungan dengan kinerja perawat di
nantinya akan mendorong peningkatan
RSUD Mala Melonguane menunjukkan
kinerja dalam pelaksanaan tugas. Untuk
hubungan yang signifikan antara gaya
meningkatkan produktifitas kerja tenaga
kepemimpinan dengan kinerja perawat.
pelaksana gizi Puskesmas di Kota
Artinya
yang
Manado diperluhkan pemimpin yang
yang
mendukung serta memiliki kemampuan
faktkor-faktor
gaya
didalamnya
kepemimpinan adalah
sikap
mendukung memiliki pengaruh yang
berkomunikasi
besar terhadap kinerja perawat seperti
kesalahpahaman,
mengarahkan
bisa
mendengarkan orang lain secara reseptif,
untuk
mampu memahami, objektifitas dan
mencapai tujuan yang akan dicapai. Hal
jujur, agar pelaksanaan tugas program
ini sesuai dengan teori dari Robbins
gizi
tentang
diharapkan.
perawat
termotivasi
dan
supaya
semangat
kepemimpian
kepemimpinan
dimana
adalah
bisa
tanpa
menimbulkan
kesediaan
mencapai
hasil
untuk
yang
kemampuan
untuk mempengaruhi suatu kelompok
Kelengkapan Sarana dan Prasarana
menuju pencapaian sebuah visi atau
Hasil analisis data untuk mengetahui
tujuan yang ditetapkan. Kepemimpinan
kelengkapan
yang mendukung (supportive leadership)
menunjukkan paling banyak responden
akan
yang
(70 %) berpendapat sarana / prasarana
tinggi ketika para pekerja mengerjakan
gizi sudah lengkap dan paling sedikit
tugas yang terstruktur.
yang berpendapat tentang kelengkapan
menghasilkan
kepuasan
sarana
/
prasarana,
Kepemimpinan adalah suatu proses
sarana / prasarana gizi yang tidak
kegiatan seseorang untuk menggerakkan
lengkap (30%). Ini sesuai dengan hasil
orang
wawancara mendalam dimana diketahui
lain
dengan
memimpin,
membimbing, mempengaruhi orang lain
dukungan
untuk melakukan sesuatu hasil yang
pelaksana gizi lebih banyak kepada
diharapkan, Yasi (2013). Dukungan
fasilitas selanjutnya dalam hal dukungan
pimpinan
membantu
moril seperti perhatian. Ini sejalan
memelihara
dengan jawaban yang diberikan oleh
harus
mampu
organisasi
dalam
pengendalian
efektif
memelihara
komunikasi
pimpinan
kepada
tenaga
dengan
cara
penanggung jawab program tentang
yang
baik,
sarana dan prasarana/fasilitas dikatakan
memberikan dorongan-dorongan positif
lengkap,
baik secara moril maupun materiil
disediakan
56
alat dari
antropometri Dinas
sudah
Kesehatan
Provinsi
dan
disalurkan
disemua
seharusnya baik tetapi dinyatakan buruk.
Puskesmas, tetapi ada juga Puskesmas
Hasil penilaian status gizi dari 56 anak
yang membeli lewat dana Puskesmas
(0,51%) dengan kategori sangat kurus,
sendiri.
setelah dilakukan analisa ulang dengan
Selanjutnya
ini
WHO Anthro 2005 ternyata hanya 29
menunjukkan hubungan yang bermakna
anak (0,26%) yang katagori sangat kurus
antara kelengkapan sarana prasarana gizi
dan dari 529 anak (4,84%) yang status
dengan keberhasilan tenaga pelaksana
gizi dengan katagori kurus ternyata 533
gizi dalam melaksanakan proram gizi
anak (4,88%) yang status gizi kurus.
(p=0,013).
penelitian
Jika dilihat dari nilai
Penelitan oleh Yunita (2013) hasil
OR=11,200 artinya yaitu responden
analisis multivariat menunjukkan adanya
yang bekerja sebagai tenaga pelaksana
pengaruh
gizi
pengetahuan
dengan
kelengkapan
sarana
bersama-sama dan
sarana
variabel prasarana
prasarana gizi yang tidak lengkap
dengan kinerja bidan desa dalam deteksi
mempunyai risiko sebesar 11,200 kali
dini resiko tinggi ibu hamil di Bengkulu
dengan program gizi yang tidak tercapai
Selatan.
dibandingkan dengan responden yang
prasarana sangat berpengaruh terhadap
bekerja dengan kelengkapan sarana
kinerja
prasarana gizi yang lengkap. Putri,
berdampak pada
(2015) dalam penelitiannya menemukan
Ketersediaan sarana dan prasarana yaitu
bahwa pada survei awal yang dilakukan
segala jenis peralatan, perlengkapan
disetiap
dan
kerja dan fasilitas lain yang berfungsi
prasarana untuk kegiatan pemantauan
sebagai alat utama atau pembantu dalam
status gizi seperti dacin dan mikrotoa
pelaksanaan pelaksanaan program gizi
(microtoise) sudah tersedia, namun dari
sebagai salah satu penunjang yang tidak
hasil analisa data penilaian status gizi
boleh abaikan.
(PSG) yang diperoleh dari 14 puskesmas
Penelitian
yang
puskesmas,
ada,
ternyata
sarana
individu
dan
sarana
dan
selanjutnya
kinerja organisasi.
ini
dibuktikan
oleh
5
Donsu (2013) dimana berdasarkan hasil
puskesmas (35,7%) yang hasil analisa
uji statistik nilai p=0,001 (<0,05) yang
datanya salah, dimana hasil laporan dari
berarti terdapat hubungan antara fasilitas
puskesmas
dengan
dievaluasi
sebanyak
Ketersediaan
kembali
oleh
kinerja
bidan
desa
dalam
tenaga kesehatan di bidang gizi pada
penerapan informed chioce dan informed
dinas
Aceh
consent pada pelayanan kontrasepsi.
Tamiang dan ternyata hasilnya masih
Artinya dengan fasilitas yang baik maka
ada kesalahan. Status gizi balita yang
kinerja bidan akan semakin baik, pada
kesehatan
kabupaten
57
fasilitas
yang
kurang
baik
akan
(2016) dimana hasil pemeriksaan kadar
menghasilkan kinerja yang kurang baik.
hemoglobin dari responden sebanyak 49
Kondisi kerja yang mendukung dalam
ibu-ibu
menyelesaikan tugas yaitu sarana dan
didapatkan sebanyak 44,9 % memiliki
prasarana/fasilitas kerja harus memadai
kadar Hb kurang dari 11 mg/dl.
sesuai dengan sifat tugas yang harus diselesaikan.
hamil
di
Kota
Manado
Dari hasil wawancara umumnya
Sarana prasarana dalam
informan menjawab memberikan tablet
pelaksanaan tugas program gizi di
tambah darah sudah sesuai ketentuan,
Puskesmas merupakan penunjang untuk
hanya mereka menduga sasaran yaitu
keberhasilan
ibu hamil yang lalai atau
tidak
meminumnya
yang
tenaga
pelaksana
gizi
dalam mencapai hasil yang diharapkan.
sesuai
dengan
diperintahkan oleh petugas. Informan juga
Keberhasilan Program Gizi Wawancara
mendalam
menjawab
bahwa
laporan
tentang
persentase pemberian tablet tambah
keberhasilan program, peneliti hanya
darah (Fe 1 dan Fe 3) dibuat oleh bidan,
fokus
tenaga pelaksana gizi hanya merekap
pada
pertanyaan
tentang
pencapaian pemberian tablet tambah
dan
darah (Fe1 dan Fe3) kepada ibu hamil.
Pendapat yang sama disampaikan oleh
Sehubungan dengan data laporan tahun
penanggung
2015 dimana persentase pencapaian
dikatakan bahwa
pemberian Fe1 dan Fe3 sangat tinggi
pemberian
sementara prevalensi anemia pada ibu
mengambil dari petugas KIA (bidan),
hamil masih tinggi yang ditunjukkan
sepengetahuannya mereka melaporkan
oleh hasil penelitian sebelumnya. Seperti
persentase
penelitian
oleh
berdasarkan persentase sasaran proyeksi
Kakamega
bukan berdasarkan data riil yang ada.
County, Kenya, pada ibu hamil rentang
Ditambahkan lagi bahwa menurutnya
usia 16 sampai 40 tahun (usia rata-rata
petugas
27,1 ± 4,2 tahun),
sasaran yaitu ibu hamil tetapi mungkin
yang
Mulambalah
(38,75%) Moroco masalah
dilakukan
(2014)
di
menunjukkan 128
mengalami anemia
masih
kesehatan
anemia.
memasukkan
kedalam
jawab
program
gizi,
laporan tentang
tablet
sudah
laporan.
Fe
kami
pencapaian
hanya
adalah
memberikan
kepada
Di
ibu hamil lalai atau tidak sesuai anjuran
merupakan
dalam mengkonsumsinya, karena susah
masyarakat,
untuk melakukan pengawasan setelah
sebanyak 117 (16,8%) dari 690 wanita
tablet
yang diteliti oleh Nadia tahun 2015.
kesasaran.
Penelitian juga dialkukan oleh I Gusti
58
tambah
darah
didistribusi
Peneliti mendapati bahwa dalam hal
pembuatan
laporan
pencapaian
Faktor
Yang
Paling
Dominan
program gizi masih banyak ditemui
Berhubungan Dengan keberhasilan
kelemahan seperti fakta yang ditemui
tenaga
dalam
melaksanakan tugas program gizi
pelaporan
pemberian
tablet
pelaksana
gizi
tambah darah yang hanya berdasarkan
Puskesmas di Kota Manado.
sasaran proyeksi tidak pada data riil.
Berdasarkan hasil penelitian
Mengingat prevalensi anemia masih
faktor
tinggi
keberhasilan
sementara
dalam
ternyata
yang paling dominan dari
pemerintah
terus
menurunkan
angka
dalam melaksanakan tugas program gizi
anemia maka perlu adanya pengawasan
Puskesmas di Kota Manado adalah
maupun monitoring dalam pemberian
kelengkapan
tablet tambah darah ke sasaran, sehingga
Secara berurutan faktor-faktor yang
usaha untuk perbaikan gizi masyarakat
dominan
berhubungan
yang diharapkan bisa tercapai. Sumber
keberhasilan
tenaga
daya manusia juga perlu diberikan
adalah kelengkapan sarana, dukungan
bimbingan dalam hal pelaporan, karena
pemimpin, pengetahuan dan supervisi.
berpengaruh
Jika dilihat dari nilai OR (8,373) untuk
berupaya
untuk
terhadap
keberhasilan
program.
kelengkapan
Kendala
dan
sarana
dan
gizi
prasarana.
dengan
pelaksana
gizi
prasarana
diungkapkan oleh penanggung jawab
dominan
berhubungan
dengan
program
keberhasilan
program
Petugas
yaitu
yang
gizi
variabel
kesehatan
yang
sarana
pelaksana
merupakan
dinas
hambatan
tenaga
gizi.
paling
pemasukkan laporan ada yang sering
pelaksana gizi yang mempunyai sarana
terlambat, laporan tidak secara lengkap
prasarana gizi tidak lengkap mempunyai
diisi,
dan Indikator gizi yang belum
risiko sebesar 8 kali dengan program
bisa dicapai yaitu ASI Ekslusif. Hal ini
gizi yang tidak terlaksana dibandingkan
sangat berhubungan erat dengan sumber
dengan petugas pelaksana gizi dengan
daya
sarana prasarana gizi yang lengkap.
manusia
yang
melaksanakan
program dalam hal ini adalah tenaga
Hasil penellitian ini sejalan dengan
pelaksana gizi. Melalui hasil penelitian
penelitian yang dilakukan oleh Sudikno
ini diharapkan
tenaga pelaksana gizi
(2007) dimana faktor yang berpengaruh
bisa mengevaluasi faktor-faktor yang
secara bermakna terhadap kinerja tenaga
berpengaruh terhadap keberhasilannya
pelaksana
dalam melaksanakan program gizi di
penanggulangan balita gizi buruk adalah
Puskesmas
sarana dan prasarana di Puskesmas dan
59
gizi
Puskesmas
dalam
Posyandu. Purwanto (2008) melalui
dalam melaksanakan tugas program
penelitian mendapatkan bahwa faktor
gizi di Puskesmas Kota Manado
yang berhubungan dengan keberhasilan tenaga
pelaksana
gizi
5. Terdapat
dalam
hubungan
antara
kelengkapan sarana dan prasarana
melaksanakan tugas program gizi adalah
dengan
sarana dan prasarana. Hal ini sejalan
pelaksana gizi dalam melaksanakan
dengan teori Gibson mengenai beberapa
tugas program gizi di Puskesmas
faktor yang berhubungan dengan kinerja
Kota Manado
seseorang,
diantaranya
kemampuan
keberhasilan
tenaga
6. Sarana dan prasarana merupakan
(pengetahuan) dan sumber daya (sarana
variabel
dan prasarana). Ketersediaan sarana dan
berhubungan dengan keberhasilan
prasarana merupakan faktor pendukung
tenaga
yang
melaksanakan
memungkinkan
suatu
tujuan
terlaksana. Green (2005).
tenaga
pelaksana
dominan
gizi
program
dalam gizi
di
SARAN hubungan
pengetahuan
paling
puskesmas Kota Manado
KESIMPULAN 1. Terdapat
yang
dengan
pelaksana
antara
1. Disarankan kepada Dinas Kesehatan
keberhasilan
Kota Manado untuk mengadakan
gizi
dalam
pelatihan
tentang
program
gizi
melaksanakan tugas program gizi
kepada setiap tenaga pelaksana gizi
Puskesmas di Kota Manado.
untuk
2. Terdapat hubungan antara supervisi
meningkatkan
dan
kepada tenaga pelaksana gizi dengan
pengetahuan
keterampilan
dalam
melaksanakan tugas program gizi.
keberhasilan tenaga pelaksana gizi
2. Perlu
dilakukan secara
monitoring
dan
dalam melaksanakan tugas program
evaluasi
kontinyu
untuk
gizi Puskesmas di Kota Manado
peningkatan kinerja tenaga pelaksana
3. Terdapat hubungan antara dukungan
gizi puskesmas dan perbaikan data
pemimpin kepada tenaga pelaksana
pelaporan oleh koordianator gizi di
gizi
Dinas Kesehatan Kota Manado.
dengan
keberhasilan
tenaga
pelaksana gizi dalam melaksanakan
3. Agar program perbaikan gizi berjalan
tugas program gizi di Puskesmas
dengan baik dan lancar, perlu adanya
Kota Manado
pemantauan
4. Terdapat hubungan antara motivasi tenaga
pelaksana
gizi
dan
evaluasi
secara
periodik untuk menentukan besarnya
dengan
input yang diberikan, proses yang
keberhasilan tenaga pelaksana gizi
berjalan maupun output yang telah
60
dicapai oleh setiap tenaga pelaksana
Puskesmas
Wilayah
Kabupaten
gizi di Puskesmas Kota Manado.
Lombok Timur. Jurnal Tekonologi Kesehatan. 10(1):45-49 Depkes, RI. 2004. Analisis Situasi Gizi
DAFTAR PUSTAKA Adiputri. 2014. Hubungan Kompetensi, Kompensasi
Finansial
dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta.
dan
Dian, F. U., R. Mery dan Suryati. 2013.
Supervisi dengan Kinerja Bidan
Analisis
Desa di Kabupaten Bangli. Tesis
Eksternal
Universitas Udayana.
Pemberian ASI Ekslusif Puskesmas
Adil, M. Kinerja TPG Puskesmas di Kota
Depok
Jawa
Faktor
Internal
Program
dan
Peningkatan
Pariaman, Kota Pariaman. Jurnal
Barat.
Kesehatan
Masyarakat
Fakultas
Etd.ugm.ac.id/index.php/jmpk/artic
Kesehatan Masyarakat Universitas
le (diakses 19 Februari 2015).
Andalas
Agam,
I.,
A.
Syam,
Citrakesumasari.
dan
Padang.
Volume.
7.
Nomor.2. Hal : 66-74.
Faktor-Faktor
Donsu,
A.,
Sudiro,
dan
Yang Mempengaruhi Pemberian
Laksmono.
Asi
yang Berhubungan dengan Kinerja
Eksklusif
Di
Kelurahan
Tamamaung Panakkukang
Kecamatan Kota
Bidan
Makassar.
Desa
Consent
Kesehatan Masyarakat Unhas
Kontrasepsi
Azwar, S. 2012. Sikap Manusia Teori Pengukurannya.
2010.
Gizi
Pustaka
Penerapan
pada
Pelayanan
di
Kabupaten
Universitas Diponegoro. Endah P, dan Dian A. 2007. Hubungan
dalam
Daur
antara
Kehidupan. Jakarta: EGC.
dengan
Kepemimpinan
Puskesmas
Bakri, S. 2014. Faktor-Faktor yang Berhubungan
dalam
Minahasa Utara. Masters thesis,
Pelajar.Yogyakarta. Arisman,
Faktor-Faktor
Informed Choice dan Informed
Program Studi Ilmu Gizi Fakultas
dan
2012.
Widagdo,
dan
Kepala
Karakteristik
Petugas dengan Kinerja Petugas
Penerapan
Gizi
Puskesmas
Kabupaten
Gizi Seimbang pada Anak Umur 6-
Karawang
24 Bulan di Kecamatan Banda
Kesehatan Masyarakat, 2008, II (2)
Sakti Kota Lhokseumawe. Tesis S2
Endang
FKM USU. Medan
Petugas
Penanganan
Gizi
2007.
Nursalam,
Jurnal
Nur
Q.
2016.Kepemimpinan motivasi dan
Cahyono, W. 2014. Faktor Determinan Kinerja
T,
Tahun
di
Gizi
beban
dalam
Buruk
kerja
terhadap
kinerja
perawat dalam pendokumentasian
di
61
asuhan keperawatan. Jurnal INJEC
Kindangen, E. 2015. Hubungan antara
Vol. 1 No. 1 Juni 2016: 90–95
Motivasi Kerja dengan Kinerja
Gibson, J.L.J.M., Ivancevich dan J.H.,
Pegawai di Puskesmas Talawaan
Donnelly, Jr, 1997. Organisasi :
Kecamatan Talawaan Kabupaten
Perilaku, Struktur, Proses, Binarupa
Minahasa
Aksara, jilid I. Jakarta: Erlangga.
Fkm.unsrat.ac.id//jurnal (diakses 19
Harlen Y, Tjahjono K dan Cahya T.P.
Utara.
Februari 2015).
Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Kurniati, A. 2011. Kajian Sumber Daya
Kinerja Bidan Desa dalam Deteksi
Manusia Kesehatan di Indonesia.
Dini Resiko Tinggi Ibu Hamil pada
Salemba Medika. Jakarta.
Pelayanan Antenatal di Kabupaten Bengkulu
Selatan.
Manajemen
Kementerian
2015.
Keputusan Menteri Kesehatan RI
Keshehatan
Nomor HK.02.02/Menkes/52/2015 tentang
Hazwin. Kinerja Tenaga Pelaksana Gizi
Efektifitas
RI.
Jurnal
Indonesia.1(2):79-88.
Puskesmas
Kesehatan
Hubungannya Program
Rencana
Kementerian
denga
Kesehatan
Tahun
2015-2019.
Makanan
_______________________.
Pendamping Air Susu Ibu (MP-
Peraturan
Menteri
ASI) pada Anak Bawah Dua Tahun
Republik
Indonesia
(BADUTA) Dengan Gizi Buruk D
Tahun
Kabupaten
Kesehatan Masyarakat.
Karimun
Strategis
Propinsi
2014,
2014a. Kesehatan
Nomor
tentang
75
Pusat
Kepulauan Riau Herwyndianata.,
Balqis
dan
_____________________
,
Dharmawansyah. 2013. Analisis
Pedoman
Faktor Yang Berhubungan Dengan
Puskesmas. Jakarta. Kemenkes RI,
Kinerja Perawat Dalam Penerapan
2013.
Standar Asuhan Keperawatan Di
Jakarta.
Unit Rawat Inap Rsu Anutapura Palu
Tahun
2013.
Pelayanan
2014b.
Riset
Kesehatan
_____________________
Fakultas
Standar
Kesehatan
Gizi
Dasar.
,
Antropometri
di
2014c. Penilaian
Status Gizi Anak. Jakarta.
Ilyas, Y. 2012. Kinerja Teori, Penilaian
_______________________
,
2013.
dan Penelitian. Fakultas Kesehatan
Survailans Gizi Puskesmas. Jakarta.
Masyarakat Universitas Indonesia.
Mangkunegara, A. A. P. 2014. Evaluasi
Jakarta.
Kinerja SDM. Bandung: Refika Aditama.
62
Mulambalah C.S, Siamba D.N, Ogutu
Datar. Universitas Gadjah Mada,
P.A, Siteti D.I, Wekesa A.W. 2014.
2008
Anemia in Pregnancy : Prevalence and
Possible
Risk
Factors
Putri, A. J. 2015. Pengaruh Kompetensi
in
Terhadap Kinerja Tenaga Pelaksana
Kakamega County, Kenya. Science
Gizi Puskesmas Tentang Penilaian
journal of public health. 2(3):216-
Status
222.
Kabupaten Aceh Tamiang Tahun
doi:
10.11648/j.sjph.20140203.23
Gizi
Anak
Balita
Di
2015. Program Studi S2 Ilmu
Nadia H, Amal B, Musthapa M, Fatima
Kesehatan
Masyarakat
Fakultas
Z.L, Aguenaou, Amina B. 2015.
Kesehatan Masyarakat Universitas
Prevalence and Factors Associated
Sumatera Utara Medan
Anemia Pregnancy in a Group of Morrocan
Pregnant
Journal
of
Rini, T. H. 2013. Komitmen Organisasi
Woman.
Biosciences
dan Gaya Kepemimpinan dalam
and
Penerapan Penganggaran Berbasis
Medicines. 3:88-97. Notoatmodjo, S. 2009. Pengembangan
Kinerja
Badan
Layan
Interest
Jurnal
Terpadu
Umum. Ilmu
Sumber Daya Manusia. Jakarta:
Kesehatan. Surakarta. Volume. 2.
Rineka Cipta.
Nomor. 1. Hal : 16-19.
____________, Penelitian
2010.
Metodologi
Kesehatan.
Robbins, S. P and T. A. Judge. 2015.
Jakarta:
Perilaku
Rineka Cipta. 2010. Teori
Promosi
16.
dan
Siagian, P. S. 2015. Manajemen Sumber
Aplikasi.
Daya
Jakarta: Rineka Cipta. ____________
Edisi.
Jakarta: Salemba Empat.
_____________, Kesehatan
Organisasi.
Jakarta:
Bumi
Aksara. Promosi
Sudikno, Tetra F, Rika R, Irlina R dan
Kesehatan dan Perilaku Kesehatan.
Sandjaja. 2007. Analisis Kinerja
Jakarta: Rineka Cipta.
Tenaga
Persagi.
2016.
,
Manusia.
2012.
Petunjuk
Pelaksana
Gizi
dalam
Teknis
Penanggulangan Balita Gizi Buruk
Pelaksanaan Penilaian Portofolio
di Kabupaten Kebumen. Gizi Indon
Tenaga Gizi
2007, 30(2):148-154
Purwanto. Analisis Faktor-faktor yang
Sugiyono,
Berhubungan dengan Keberhasilan Tenaga
Pelaksana
Gizi
2013.
Statistika
Untuk
Penelitian. Bandung: Alfabeta.
(TPG)
Sulistyoningsih, H. 2011. Gizi untuk
dalam Melaksanakan Program Gizi
Kesehatan
di Puskesmas Kabupaten Tanah
Yogyakarta: Graha Ilmu.
63
Ibu
dan
Anak.
Sunguya,
B.F,
K.C.
Poudel,
L.B.
Mlunde, D.P. Urassa, J. Yasuoka and M. Jimba. 2013. Nutrition training improves health workers’ nutrition
knowledge
and
competence to manage child under nutrition:
a
systematic
review.
Frontiers in Public Health. 1:37 Sutrisno. 2012. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Kencana. Tilahun D, C. Hanlon, M. Araya, B. Davey, R.A. Hoekstra and A. Fekadu. 2017. Training needs and perspectives of community health workers in relation to integrating child
mental
health
care
into
primary health care in a rural setting in sub-Saharan Africa: a mixed methods study. International Journal of Mental Health Systems. 11:15 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan Wibowo,. 2014. Manajemen Kinerja. Jakarta: Rajagrafindo Persada. Yuniarti, Zahroh S dan Bagoes W. 2012. Kinerja
Petugas
Kesehatan Praktek
Penyuluh
Masyarakat
Promosi
dalam
Kesehatan
di
Dinas Kesehatan Kabupaten Pati. Jurnal
Promosi
Kesehatan
Indonesia. 7(2):165-173
64