ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS

Download Penelitian ini berfokus pada audit pemerintah yaitu pada BPK. .... yang digunakan dalam penelitian ini mengadopsi dari Jurnal Sukriah dkk, ...

0 downloads 397 Views 245KB Size
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS AUDIT PEMERINTAH DAERAH (studi empiris pada BPK wilayah Lampung)

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh bukti empiris bahwa pengalaman kerja, obyektifitas, integritas, pengetahuan, dan keahlian auditor berpengaruh terhadap kualitas audit. Populasi dalam penelitian ini adalah auditor pemerintah yang bekerja di BPK wilayah Lampung.Berdasarkan populasi tersebut maka di dapat 45 jumlah responden dalam penelitian ini. Kemudian, pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan analisis regresi linear berganda yang sebelumnya dilakukan uji kualitas data dan uji asumsi klasik terlebih dahulu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh antara variabel independen yaitu pengalaman kerja auditor, obyektifitas auditor, integritas auditor, pengetahuan auditor dan keahlian auditor terhadap variabel dependen yaitu kualitas audit. Keywords : Pengalaman kerja auditor, obyektifitas auditor, integritas auditor, pengetahuan auditor, keahlian auditor dan kualitas audit

NAMA

: ANGGUN KARIMA

NPM

: 0711031004

NO.TLPN

: 081369676526

EMAIL

: [email protected]

PEMBIMBING 1

: SARING SUHENDRO, S.E., M.Si, Akt.

PEMBIMBING 2

: HARSONO EDWIN PUSPITA, S.E., M.Si.

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah Auditor pemerintah bisa kita lihat dari Inspektorat dan BPK (Badan Pemeriksa Keuangan) yang merupakan lembaga pemeriksa eksternal yang independen. Telah menjadi pembicaraan luas, auditing merupakan suatu investigasi independent terhadap beberapa aktivitas khusus. Mekanisme audit merupakan sebuah mekanisme yang dapat menggerakkan makna akuntabilitas di dalam pengelolaan sektor pemerintah, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) atau investasi pengelola aset negara lainnya. Kualitas hasil kerja berhubungan dengan seberapa baik sebuah pekerjaan diselsaikan dibandingkan dengan criteria yang telah ditetapkan. Untuk auditor, kualitas kerja dilihat dari kualitas audit yang dihasilkan yang dinilai dari seberapa banyak auditor memberikan respon yang benar dari setiap pekerjaan audit yang diselesaikan (Tan dan Alison, 1999). Dalam bukunya, Mulyadi (2002) menjelaskan bahwa auditor pemerintah adalah auditor profesional yang bekerja di instansi pemerintah yang tugas pokoknya melakukan audit atas pertanggung-jawaban keuangan yang disajikan oleh unit-unit organisasi atau entitas pemerintahan atau pertanggungjawaban keuangan yang ditujukan kepada pemerintah. Standar audit sektor publik secara garis besar mengacu pada Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) yang berlaku di Indonesia. Standar umum kedua (SA seksi 220 dalam SPAP, 2001) menyebutkan bahwa “Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, indenpendensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor”. Standar ini

mengharuskan bahwa auditor harus bersikap independen (tidak mudah dipengaruhi), karena ia melaksanakan pekerjaannya untuk kepentingan umum. Di dalam Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan No.1 Tahun 2007 tentang “Standar Pemeriksaan Keuangan Negara” dijelaskan bahwa Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) adalah patokan untuk melakukan pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara. Selain beberapa faktor diatas ada juga beberapa faktor lain yang mempengaruhi kualitas audit seperti integritas dan keahlian auditor. Peraturan menteri dalam negeri no.13 tahun 2006 menjelaskan peraturan menteri dalam negri tentang pedoman pengelolaan keuangan daerah. Peraturan Pemerintah no.58 tahun 2005 menjelaskan tentang peraturan pemerintah tentang pengelolaan keuangan daerah. Di Indonesia, audit pemerintah dibedakan menjadi 2 bagian yaitu audit Inspektorat dan audit BPK. Audit Inspektorat menghasilkan rekomendasi sedangkan audit BPK menghasilkan opini. Undang-Undang no.15 tahun 2004 tentang pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara menerangkan bahwa BPK merupakan satu-satunya auditor eksternal atas keuangan negara,dan pemeriksa adalah auditor yang bekerja untuk dan atas nama BPK. Penelitian ini berfokus pada audit pemerintah yaitu pada BPK. Seperti yang telah disebutkan di atas BPK merupakan badan yang sangat penting dalam audit pemerintah. Badan ini juga langsung bertanggung jawab ke pemerintah pusat. BPK sering menjadi sorotan masyarakat karena dengan hasil kerja badan itu akan nampak pula bagaimana akuntabilitas dari pemerintah pusat. Mengingat pentingnya peran BPK dalam kelangsungan pemerintah Indonesia ini, maka dilakukan penelitian terhadap kualitas auditor yang ada di dalamnya. Audit pemerintahan merupakan salah satu elemen penting dalam penegakan good government. Namun demikian,

praktiknya sering jauh dari yang diharapkan.Terdapat beberapa kelemahan dalam audit pemerintahan di Indonesia, di antaranya tidak tersedianya indikator kinerja yang memadai sebagai dasar pengukur kinerja pemerintahan baik pemerintah pusat maupun daerah dan hal tersebut umum dialami oleh organisasi publik karena output yang dihasilkan yang berupa pelayanan publik tidak mudah diukur. Dengan kata lain, ukuran kualitas audit masih menjadi perdebatan. Dalam sektor publik, Government Accountability Office (GAO), mendefinisikan kualitas audit sebagai ketaatan terhadap standar pofesi dan ikatan kontrak selama melaksanakan audit (Efendy, 2010). Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji apakah ada pengaruh obyektivitas, pengalaman kerja, pengetahuan, integritas, dan keahlian auditor terhadap kualitas audit di lingkungan pemerintah wilayah Lampung dan seberapa besar pengaruhnya antara obyektivitas, pengalaman kerja, pengetahuan, integritas, dan keahlian auditor terhadap kualitas audit pada pemerintah wilayah Lampung. Penelitian ini merupakan pengembangan penelitian yang dilakukan oleh (Winarna, 2010). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada obyek penelitian , penambahan variabel keahlian auditor dan penghapusan variabel independensi. Penelitian sebelumnya menggunakan objek penelitian pada Inspektorat di Surakarta, Karanganyar, Sukoharjo dan Wonogiri, sedangkan pada penelitian kali ini peneliti bermaksud mengujinya pada auditor pemerintah wilayah Lampung. Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti dan menelaah kembali beberapa penelitian sebelumnya dalam skripsi yang berjudul: ”Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Audit pemerintah daerah (Studi Empiris pada BPK wilayah Lampung)”.

Perumusan Masalah Auditor pemerintah merupakan elemen penting bagi terwujudnya akuntabilitas pemerintahan. Akuntabilitas sektor publik berhubungan dengan praktik transparansi dan pemberian informasi kepada publik dalam rangka pemenuhan hak publik. Maka, auditor pemerintah diharapkan memiliki kredibilitas yang tinggi agar produk yang dihasilkan dapat dipertanggungjawabkan kualitasnya. Berdasarkan uraian diatas, peneliti ingin mengetahui faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kualitas audit dan seberapa besarnya pengaruh tersebut. Sehinggga masalah yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah: ”Apakah pengalaman kerja, obyektivitas, integritas, pengetahuan dan keahlian auditor berpengaruh terhadap kualitas audit?”

Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk memperoleh bukti empiris bahwa pengalaman kerja, obyektivitas, integritas, pengetahuan, dan keahlian auditor berpengaruh terhadap kualitas audit. 2. Untuk memperoleh bukti empiris bahwa pengalaman kerja, obyektivitas, integritas. pengetahuan, dan keahlian auditor berpengaruh secara simultan terhadap kualitas audit.

Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Sebagai bukti empiris pengaruh pengalaman kerja, obyektivitas, integritas, pengetahuan, dan keahlian auditor secara simultan terhadap kualitas audit.

2. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan akan menambah pengetahuan dan wawasan terutama penerapan teori yang diperoleh selama studi dalam bidang auditing dan akuntansi sektor publik. 3. Bagi auditor, dapat digunakan sebagai masukan dan bahan evaluasi dalam rangka menjaga dan meningkatkan kualitas auditnya. 4. Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi bagi penelitian berikutnya yang sejenis dan mendorong dilakukannya penelitian-penelitian dalam bidang auditing

LANDASAN TEORI

Kerangka Teoritis Auditor Pemerintah Guy, dan Alderman, dan Winters (2002), auditor pemerintah adalah auditor yang dipekerjakan oleh badan pemerintah federal, negara bagian, dan lokal untuk menentukan ketaatan dengan hukum, peraturan perundangan, kebijakan, dan prosedur. Audit pemerintah/sektor publik berbeda dengan audit pada sektor bisnis atau audit sektor swasta. Audit sektor publik dilakukan pada organisasi pemerintahan yang bersifat nirlaba seperti sektor pemerintahan daerah (pemda), BUMN, BUMD dan instansi lain yang berkaitan dengan pengelolaan kekayaan negara. Sedangkan audit sektor bisnis dilakukan pada pada perusahaan-perusahaan milik swasta yang bersifat mencari laba (Bastian, 2003).

Mulyadi (2002) menyatakan bahwa auditor pemerintah adalah auditor profesional yang bekerja di instansi pemerintah yang tugas pokoknya melakukan audit atas pertanggungjawaban keuangan yang disajikan oleh unit-unit organisasi atau entitas pemerintahan atau penanggungjawaban keuangan yang ditujukan kepada pemerintah.

Di dalam peraturan BPK no.1 tahun 2007 menjelaskan bahwa pemeriksaan adalah proses identifikasi masalah, analisis, dan evaluasi yang dilakukan secara independen, objektif, dan profesional berdasarkan standar pemeriksaan, untuk menilai kebenaran, kecermatan, kredibilitas, dan keandalan informasi mengenai pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara. Auditor eksternal dipegang oleh Badan Pemeriksaa Keuangan (BPK). BPK adalah lembaga tinggi negara yang tugasnya melakukan audit atas pertanggungjawaban keuangan Presiden RI dan aparat di bawahnya kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)

Pengembangan Hipotesis Pengaruh pengalaman kerja auditor terhadap kualitas audit Arens dkk (2004) dalam Sukriah dkk (2009), Sesuai dengan standar umum dalam Standar Profesional Akuntan Publik bahwa auditor disyaratkan memiliki pengalaman kerja yang cukup dalam profesi yang ditekuninya, serta dituntut untuk memenuhi kualifikasi teknis dan berpengalaman dalam bidang industri yang digeluti kliennya. Nataline (2007), Auditor yang tidak berpengalaman akan melakukan atribusi kesalahan lebih besar dibandingkan dengan auditor yang berpengalaman, sehingga dapat mempengaruhi kualitas audit. Menurut Libby dan Trotman dalam Mabruri dan Jaka (2010), seorang auditor profesional harus mempunyai pengalaman yang cukup tentang tugas dan tanggung jawabnya. Pengalaman auditor akan menjadi bahan pertimbangan yang baik dalam mengambil keputusan dalam tugasnya. Alim dkk. (2007) mengindikasikan bahwa semakin lama masa kerja dan pengalaman yang dimiliki auditor maka akan semakin baik dan meningkat pula kualitas audit yang dihasilkan. Hasil penelitian Herliansyah dkk. (2006) menunjukkan bahwa pengalaman mengurangi dampak informasi tidak

relevan terhadap judgement auditor. Sejalan dengan hal tersebut, Sukriah dkk (2009) menyimpulkan bahwa pengalaman kerja berpengaruh positif terhadap kualitas hasil pemeriksaan. Dengan demikian semakin banyak pengalaman kerja maka semakin baik kualitas hasil pemeriksaan yang dilakukannya. Berdasarkan pernyataan di atas, maka ditarik hipotesis sebagai berikut: H1: Pengalaman kerja auditor berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.

Pengaruh obyektivitas auditor terhadap kualitas audit Pusdiklatwas BPKP (2008) mendefinisikan obyektivitas adalah suatu kualitas yang memberikan nilai atas jasa yang diberikan anggota. Standar umum dalam Standar Audit APIP menyatakan bahwa dengan prinsip obyektivitas mensyaratkan agar auditor melaksanakan audit dengan jujur dan tidak mengkompromikan kualitas. Hubungan keuangan dengan klien dapat mempengaruhi obyektivitas dan dapat mengakibatkan pihak ketiga berkesimpulan bahwa obyektivitas auditor tidak dapat dipertahankan. Dengan adanya kepentingan keuangan, seorang auditor jelas berkepentingan dengan laporan hasil pemeriksaan yang diterbitkan. Dengan kata lain, semakin tinggi tingkat obyektivitas auditor maka semakin baik kualitas hasil pemeriksaannya. Sukriah dkk. (2009) mengintepretasikan objektivitas adalah suatu kualitas yang memberikan nilai atas jasa yang diberikan anggota. Prinsip obyektivitas mengharuskan anggota bersikap adil, tidak memihak, jujur secara intelektual, tidak berprasangka atau bias, serta bebas dari benturangan kepentingan atau berada dibawah pengaruh pihak lain. Hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa obyektivitas berpengaruh positif terhadap kualitas hasil pemeriksaan.

Penelitian mengenai hubungan obyektivitas dengan kualitas audit juga dilakukan olek Mabruri dan Jaka (2010). Hasil penelitiannya juga menunjukkan obyektivitas mempunyai pengaruh positif terhadap kualitas audit di lingkungan pemerintah daerah. Dengan demikian,

semakin obyektif auditor maka semakin baik kualitas hasil audit yang dilakukannya. Berdasarkan uraian diatas, maka hipotesis yang diajukan adalah: H2: Obyektivitas auditor berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Pengaruh integritas auditor terhadap kualitas audit Pusdiklatwas BPKP (2008) menyatakan bahwa integritas dapat menerima kesalahan yang tidak disengaja dan perbedaan pendapat yang jujur, tetapi tidak dapat menerima kecurangan prinsip. Dengan integritas yang tinggi, maka auditor dapat meningkatkan kualitas hasil pemeriksaannya. Kepercayaan masyarakat dan pemerintah atas hasil kerja auditor ditentukan oleh keahlian, independensi, serta integritas moral/kejujuran para auditor dalam menjalankan pekerjaannya. Artinya semakin tinggi integritas seorang auditor, semakin terpercaya atau baik pula kualitas auditnya (Pusdiklatwas BPKP, 2008). Mabruri dan Jaka (2010) menyimpulkan bahwa integritas mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap kualitas audit. Artinya semakin tinggi integritas seorang auditor semakin baik kualitas hasil auditnya. Akan tetapi, penelitian yang dilakukan Sukriah, dkk. (2009) yang menguji pengaruh integritas terhadap kualitas audit, hasilnya tidak signifikan. Oleh karena itu, dalam penelitian ini penulis ingin menguji kembali pengaruh integritas terhadap kualitas audit, dengan hipotesis sebagai berikut: H3: Integritas auditor berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.

Pengaruh pengetahuan auditor terhadap kualitas audit Kartika Widhi (2006) dalam Elfarini (2007), menyatakan bahwa pengetahuan memiliki pengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Penelitian yang dilakukan Tan dan Alison (1999), membuktikan bahwa pengetahuan dapat mempengaruhi hubungan akuntabilitas dengan kualitas hasil kerja auditor jika kompleksitas pekerjaan yang dihadapi

sedang/menengah. Adapun SPAP 2001 tentang standar umum, menjelaskan bahwa dalam melakukan audit, auditor harus memiliki keahlian dan struktur pengetahuan yang cukup. Adapun secara umum ada 5 pengetahuan yang harus dimiliki oleh seorang auditor (Kusharyanti, 2003), yaitu : (1) Pengetahuan pengauditan umum, (2) Pengetahuan area fungsional, (3) Pengetahuan mengenai isu-isu akuntansi yang paling baru, (4) Pengetahuan mengenai industri khusus, (5) Pengetahuan mengenai bisnis umum serta penyelesaian masalah. Menurut Brown dan Stanner (1983) dalam Mardisar dan Sari (2007), perbedaan pengetahuan di antara auditor akan berpengaruh terhadap cara auditor menyelesaikan sebuah pekerjaan. Berdasar uraian diatas , maka hipotesis yang dibangun adalah : H4 : Pengetahuan auditor berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Pengaruh keahlian auditor terhadap kualitas Audit Menurut Webster’s ninth New Collegiate Dictionary (1983) dalam Murtanto & gudono (1999) mendefinisikan keahlian (expertise) adalah ketrampilan dari seorang yang ahli. Ahli (experts) didefinisikan sebagai seseorang yang memiliki tingkat ketrampilan tertentu atau pengetahuan yang tinggi dalam subjek tertentu yang diperoleh dari pengalaman atau pelatihan. Trotter (1986) mendefinisikan ahli adalah orang yang dengan ketrampilannya mengerjakan pekerjaan secara mudah, cepat, intuisi, dan sangat jarang atau tidak pernah membuat kesalahan. Menurut Hayes-Roth, dkk (1983) mendefinisikan keahlian sebagai keberadaan dari pengetahuan tentang suatu lingkungan tertentu, pemahaman terhadap masalah yang timbul dari lingkungan tersebut dan ketrampilan untuk memecahkan masalah tersebut. Menurut Tan dan Libby (1997), keahlian audit dapat dikelompokkan ke dalam dua golongan yaitu: keahlian teknis dan keahlian non teknis. Keahlian teknis adalah kemampuan mendasar seorang auditor berupa pengetahuan prosedural dan kemampuan klerikal lainnya dalam lingkup akuntansi dan auditing secara umum. Sedangkan keahlian non teknis merupakan kemampuan dari dalam diri seorang auditor yang banyak dipengaruhi oleh faktor-

faktor personal dan pengalaman. Auditor harus memiliki keahlian yang diperlukan dalam tugasnya, keahlian ini meliputi keahlian mengenai audit yang mencakup antara lain: merencanakan program kerja pemeriksaan, menyusun program kerja pemeriksaan, melaksanakan program kerja pemeriksaan, menyusun kertas kerja pemeriksaan, menyusun berita pemeriksaan, dan laporan hasil pemeriksaan (Praptomo,2002). Keahlian merupakan unsur penting yang harus dimiliki oleh seorang auditor independen untuk bekerja sebagai tenaga profesional. Sifat-sifat professional adalah kondisi-kondisi kesempurnaan teknik yang dimiliki seseorang melalui latihan dan belajar selama bertahun-tahun yang berguna untuk mengembangkan teknik tersebut, dan keinginan untuk mencapai kesempurnaan dan keunggulan dibandingkan rekan sejawatnya. Jadi, professional sejati harus mempunyai sifat yang jelas dan pengalaman yang luas. Jasa yang diberikan klien harus diperoleh dengan cara-cara yang professional yang diperoleh dengan belajar, latihan, pengalaman dan penyempurnaan keahlian auditing. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Lubis (2009), keahlian auditor sangat berpengaruh positif terhadap kualitas audit. Berdasarkan uraian diatas maka hipotesis yang dibangun adalah: H5 : Keahlian auditor berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit.

Kerangka Konseptual Penjelasan mengenai hubungan antara pengalaman kerja, independensi, obyektivitas, integritas, kompetensi, pengetahuan dan keahlian auditor terhadap kualitas audit dapat dilihat secara singkat melalui kerangka konseptual. Kerangka konseptual yang dibuat berupa gambar skema untuk lebih menjelaskan mengenai hubungan antara variabel independen dan variabel dependen

METODOLOGI PENELITIAN

Metode Penelitian Jenis Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menguji hipotesa yang berupa hubungan atau pengaruh antar variabel. Dalam penelitian ini hubungan atau pengaruh yang diteliti meliputi pengalaman kerja, independensi, objektifitas, integritas, kompetensi, pengetahuan dan keahlian auditor terhadap kualitas hasil audit pada pemerintah Kabupaten/Kota se-Provinsi Lampung.

Populasi Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah auditor pemerintah yang bekerja di BPK wilayah Lampung.

Metode Pengumpulan Data Metode pengambilan data yang digunakan adalah survey method. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer, yaitu data diperoleh melalui kuesioner yang diberikan secara langsung kepada auditor di BPK. Setiap jawaban dari pernyataan dalam kuisioner tersebut menggunakan skala likert 5 poin, yaitu Sangat Tidak Setuju (STS) dengan nilai 1, Tidak Setuju (TS) dengan nilai 2, Nertral (N) dengan nilai 3, Setuju (S) dengan nilai 4, serta Sangat Setuju (SS) dengan nilai 5. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini mengadopsi dari Jurnal Sukriah dkk, 2009 yang dimuat dalam jurnal SNA XII Palembang.

Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel Variabel Dependen Kualitas Audit Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kualitas audit. De Angelo (1981) dalam Alim dkk (2010) mendefinisikan kualitas audit sebagai probabilitas dimana seorang auditor menemukan dan melaporkan tentang adanya suatu pelanggaran dalam sistem akuntansi kliennya. Indikator yang digunakan untuk mengukur kualitas audit dalam penelitian ini diadobsi dari penelitian Sukriah dkk. (2009) yaitu (1) kesesuaian pemeriksaan dengan standar audit dan (2) kualitas laporan hasil pemeriksaan. Masing-masing item pertanyaan tersebut diukur dengan menggunakan skala likert 5 poin, dimana semakin mengarah ke poin 1 menunjukkan bahwa kualitas audit yang dimiliki auditor semakin rendah, sedangkan semakin mengarah ke poin 5 menunjukkan bahwa kualitas audit yang dimiliki auditor semakin tinggi.

Variabel Independen Pengalaman Kerja Auditor Menurut Loeher (2002) dalam Elfarini (2007), pengalaman merupakan akumulasi gabungan dari semua yang diperoleh melalui berhadapan dan berinteraksi secara berulang-ulang dengan sesama benda alam, keadaan, gagasan, dan penginderaan. Libby dan Frederick (1990) dalam Elfarini (2007) menemukan bahwa auditor yang lebih berpengalaman mempunyai pemahaman yang lebih baik atas laporan keuangan sehingga keputusan yang diambil bisa lebih baik. Mereka juga lebih mampu memberi penjelasan yang masuk akal atas kesalahan dalam laporan keuangan. Selain itu mereka dapat mengelompokkan kesalahan berdasarkan tujuan audit dan struktur dari sistem akuntansi yang mendasari.

Indikator yang digunakan untuk mengukur pengalaman kerja auditor dalam penelitian ini diadobsi dari penelitian Sukriah dkk. (2009), yaitu (1) lamanya bekerja sebagai auditor dan (2) banyaknya tugas pemeriksaan. Masing-masing item pertanyaan tersebut diukur dengan menggunakan skala likert 5 poin, dimana semakin mengarah ke poin 1 menunjukkan bahwa pengalaman yang dimiliki auditor semakin rendah dalam mempengaruhi kualitas audit, sedangkan semakin mengarah ke poin 5 menunjukkan bahwa pengalaman yang dimiliki auditor semakin tinggi dalam mempengaruhi kualitas audit.

Obyektivitas Auditor Pusdiklatwas BPKP (2008) menyatakan bahwa obyektivitas adalah suatu kualitas yang memberikan nilai atas jasa yang diberikan anggota. Prinsip obyektivitas mengharuskan anggota bersikap adil, tidak memihak, jujur secara intelektual, tidak berprasangka atau bias, serta bebas dari benturangan kepentingan atau berada dibawah pengaruh pihak lain (Prinsip etika, Kode etik IAI dalam Sukriah dkk, 2009).

Indikator yang digunakan untuk mengukur obyektivitas auditor dalam penelitian ini diadobsi dari penelitian Sukriah dkk. (2009), yaitu (1) bebas dari benturan kepentingan dan (2) pengungkapan kondisi sesuai fakta. Masing-masing item pertanyaan tersebut diukur dengan menggunakan skala likert 5 poin, dimana semakin mengarah ke poin 1 menunjukkan bahwa obyektivitas auditor semakin rendah dalam mempengaruhi kualitas audit, sedangkan semakin mengarah ke poin 5 menunjukkan bahwa obyektivitas auditor semakin tinggi dalam mempengaruhi kualitas audit. Integritas Auditor Pusdiklatwas BPKP (2008), Integritas adalah suatu elemen karakter yang mendasari timbulnya pengakuan professional. Integritas merupakan kualitas yang melandasi kepercayaan publik dan merupakan patokan bagi anggota dalam menguji semua keputusan

yang di ambilnya. Integritas mengharuskan seorang auditor untuk bersikap jujur dan terus terang/transparan, berani, bijaksana dan bertanggung jawab dalam melaksanakan audit tanpa harus mengorbankan rahasia penerima jasa. Keempat unsur itu diperlukan untuk membangun kepercayaan dan memberikan dasar bagi pengambilan keputusan yang andal.

Indikator yang digunakan untuk mengukur integritas auditor dalam penelitian ini diadobsi dari penelitian Sukriah dkk. (2009) yaitu (1) kejujuran auditor, (2) keberanian auditor, dan (3) sikap bijaksana auditor. Masing-masing item pertanyaan tersebut diukur dengan menggunakan skala likert 5 poin, dimana semakin mengarah ke poin 1 menunjukkan bahwa integritas auditor semakin rendah dalam mempengaruhi kualitas audit, sedangkan semakin mengarah ke poin 5 menunjukkan bahwa integritas auditor semakin tinggi dalam mempengaruhi kualitas audit Pengetahuan Auditor Variabel ini menggambarkan segala atau semua ilmu yang dimiliki auditor yang berguna dalam melaksanakan pemeriksaan baik itu akuntansi, ekonomi, dan lain-lain. Pengukurannya menggunakan pengukuran skala likert 5 poin,. Indikator dari pengetahuan auditor dikembangkan berdasarkan: 1) Tingkat/jenjang pendidikan auditor tersebut. 2) Partisipasi auditor dalam seminar/pelatihan. 3) Frekuensi auditor dalam membaca majalah/jurnal/bacaan lain yang berhubungan dengan dunia ekonomi dan akuntansi.

Keahlian Auditor Variabel ini menggambar tingkat keahlian auditor yang diukur berdasarkan keahlian auditing yang dikembangkan dari Pusdiklat BPKP (Praptomo, 2004 dalam Asih, 2006), terdiri dari lima item dilihat dari keahlian yang diperlukan auditor dalam tugasnya. Pengukurannya

menggunakan pengukuran skala likert 5 poin, keahlian audit yang diukur meliputi: 1) Keahlian dibidang auditing. 2) Keahlian khusus.

Alat Analisis Analisa data adalah cara-cara mengolah data yang telah terkumpul kemudian dapat memberikan interpretasi. Hasil pengolahan data ini digunakan untuk menjawab masalah yang telah dirumuskan.

Uji Kualitas Data Uji Validitas Dalam penggunaan alat analisis kuesioner, maka uji validitas wajib untuk dilakukan. Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner (Ghozali, 2007). Valid yang dimaksud terlihat dari pertanyaan pada kuesioner, pertanyaan tersebut harus dapat menggambarkan sesuatu yang akan diukur.

Uji validitas yang digunakan adalah dengan menggunakan korelasi Confirmatory Factor Analysis (CFA). Uji ini digunakan untuk menguji apakah indikator-indikator yang digunakan dapat mengonfirmasikan sebuah konstruk atau variabel. Jika masing-masing indikator merupakan indikator pengukur konstruk maka akan memiliki nilai loading factor yang tinggi.

Uji Reliabilitas Uji Reliabilitas dimaksudkan untuk menguji konsistensi kuesioner dalam mengukur suatu konstruk yang sama atau stabilitas kuesioner jika digunakan dari waktu ke waktu (Ghozali, 2007). Uji reliabilitas dilakukan dengan metode internal consistency. Reliabilitas instrumen penelitian diuji menggunakan rumus koefisien Cronbach’s Alpha. Jika nilai koefisien alpha

lebih besar dari 0,60 maka disimpulkan bahwa intrumen penelitian tersebut handal atau reliabel (Ghozali, 2007).

Uji Asumsi Klasik Sebelum melakukan pengujian hipotesis terlebih dahulu dilakukan pengujian asumsi klasik, pengujian ini dilakukan untuk mendeteksi terpenuhinya asumsi asumsi dalam model regresi berganda dan untuk menginterprestasikan data agar lebih relevan dalam menganalisis. Jadi, sebelum data dianalisis lebih lanjut menggunakan analisis regresi berganda, terlebih dahulu akan diuji normalitas,uji autokorelasi, uji multikolinieritas, dan uji heterokedastisitas.

Uji Normalitas Ghozali (2007), uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal atau tidak. Analisis yang digunakan yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik. Dari grafik terlihat bahwa model regresi dalam penelitian ini berdistribusi normal jika membentuk suatu garis lurus diagonal dan ploting data residual mengikuti garis diagonalnya. Grafik histogram membentuk lonceng, yang menandakan berdistribusi normal. Seperti diketahui bahwa uji t dan uji F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Uji normalitas menggunakan uji statistik non-parametrik Kolmogrov-Smirnov (K-S). Uji K-S digunakan dengan cara menciptakan variable unstandardized residual. Jika nilai signifikansi lebih dari 0,05 yang berarti data tersebut berdistribusi normal. Uji Multikolonieritas Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas. Persamaan regresi berganda yang baik adalah yang tidak adanya multikolonieritas antar variabel independen. Multikolinieritas dapat dilihat dari nilai tolerance dan lawannya Variance Inflation Factors (VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan

setiap variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Cut off yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolonieritas adalah jika nilai tolerance < 0,10 dan VIF > 10 (Ghozali, 2007).

Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Untuk melihat adanya autokorelasi dapat dilakukan dengan menggunakan uji statistik DurbinWatson (D-W) dengan ketentuan model regresi yang baik yaitu: Tabel 2. Nilai Durbin Watson Durbin Watson

Kesimpulan

0
Ada korelasi

1,2874≤d≤1,7762

Tanpa kesimpulan

2,7126
Ada korelasi

2,2238≤d≤2,7126

Tanpa kesimpulan

1,7762
Tidak ada autokorelasi

Sumber : Ghozali, 2007

Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamataan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homoskedastisitas, dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas, tidak heteroskedastisitas (Ghozali, 2007).

Untuk melihat ada tidaknya heteroskedisitas, maka digunakan Grafik Plot. Dengan Grafik Plot tersebut akan dilihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot. Menurut Ghozali (2007), dasar analisis yang digunakan adalah: 1. Jika ada pola tertentu, seperti titik – titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. 2. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik – titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

Uji Regresi Linear Berganda Uji regeresi linear berganda digunakan untuk melihat hubungan antara variable bebes dan terikat, yaitu pengaruh pengalaman kerja, pengetahuan auditor obyektivitas, integritas, dan keahlian auditor terhadap kualitas audit. Dalam penelitian ini, variabel dependen dinotasikan dengan Y dan untuk variabel independen dinotasikan dengan X. Analisa data dilakukan dengan menggunakan regresi linier berganda dengan persamaan sebagai berikut:

Y = a + b1 X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + e Keterangan: Y a b X1 X2 X3 X4 X5 e

= Kualitas Audit = Nilai intersep (Konstanta) = Koefisien arah regresi = Pengalaman Kerja Auditor = Obyektivitas Auditor = Integritas Auditor = Pengetahuan Auditor = Keahlian Auditor = error (kesalahan)

Uji Hipotesis Untuk melakukan pengujian pengaruh variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat dengan menggunakan uji signifikansi simultan (uji F) dan uji signifikansi parameter individual/parsial (uji t).

Uji Signifikansi Simultan (Uji F) Ghozali (2007), uji F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh bersama-sama terhadap variabel dependen/terikat. Dalam uji F dapat dilihat dari besarnya probabilitas value (p value) dibandingkan dengan 0,05 (Taraf signifikansi α = 5%). Adapun Kriteria pengujian yang digunakan adalah : Jika p value < 0,05 maka Ha ditolak Jika p value > 0,05 maka Ha diterima

Selanjutnya untuk mengetahui seberapa besar prosentase sumbangan dari variabel independen ( X1, X2, X3, X4, dan X5 ) secara bersama-sama terhadap kualitas audit sebagai variabel dependen dapat dilihat dari besarnya koefisien determinasi (R2). Dimana R2 menjelaskan seberapa besar variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini mampu menjelaskan variasi variabel dependen (Ghozali, 2007).

Uji Signifikansi Parameter Individual/ Parsial (Uji t). Ghozali (2007), uji t pada dasrnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas/independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. Uji t tersebut dapat pula dilihat dari besarnya probabilitas value (p value) dibandingkan dengan 0,05 (Taraf signifikansi α = 5%). Adapun Kriteria pengujian yang digunakan adalah: Jika p value < 0,05 maka Ha ditolak Jika p value > 0,05 maka Ha diterima

ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Data Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif untuk memberikan penjelasan yang memudahkan dalam menginterprestasikan hasil analisis lebih lanjut. Salah satu caranya dengan mengelompokkan data yang diperoleh dan menyajikannya dalam bentuk tabel. Hal ini dimaksudkan untuk menggambarkan responden agar dapat diketahui secara keseluruhan berdasarkan karakteristiknya. Deskriptif variabel dalam penelitian ini meliputi kisaran skor jawaban responden berdasarkan data yang dikumpulkan oleh peneliti. Kuesioner dalam penelitian ini terdiri dari enam bagian pertanyaan, yaitu pertama bagian pengalaman kerja (variabel X1) meliputi 8 pertanyaan untuk variabel pengalaman kerja , kedua bagian obyektivitas (X2) meliputi 7 pertanyaan untuk variabel obyektivitas, ketiga bagian integritas (X3) meliputi 14 pertanyaan untuk variabel integritas, keempat bagian pengetahuan (X4) meliputi 5 pertanyaan untuk variabel pengetahuan, kelima bagian keahlian auditor (X5) meliputi 4 pertanyaan untuk variabel keahlian auditor, dan keenam bagian kualitas audit (Y) meliputi 10 pertanyaan untuk variabel kualitas audit Penelitian ini menggunakan 54 eksemplar kuesioner yang disebarkan kepada para auditor di Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) wilayah Lampung. Peneliti mendatangi langsung Badan Pemeriksa Keuangan untuk menyebarkan kuesioner kepada para auditor di BPK. Dari 54 eksemplar kuesioner yang disebarkan, sebanyak 45 eksemplar (83,33%) yang kembali dan layak dijadikan sumber data dalam penelitian ini.

Tabel 3. Penyebaran Kuesioner.` No.

Penyebaran Kuesioner

Jumlah

Persentase

1. Kembali

45

83,33%

2. Tidak Kembali

9

16,67%

54

100%

Total Disebar Sumber : hasil olahan peneliti

Objek penelitian meliputi seluruh auditor yang bekerja di Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) wilayah Lampung. Peneliti belum memisahkan antara senior maupun junior, karena penelitian ini masih bersifat dasar untuk menguji pengaruh pengalaman kerja, obyektivitas, integritas, pengetahuan, keahlian auditor terhadap kualitas audit pada pemerintah wilayah Lampung. Berikut ini disajikan distribusi frekuensi karakteristik berdasarkan demografi responden: 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin. Untuk mengetahui karakteristik responden yang dijadikan sampel, maka berikut ini akan disajikan distribusi frekuensi karakteristik berdasarkan jenis kelamin: Tabel 4. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin. Jenis Kelamin

Jumlah

Persentase

Laki-laki

26

57,78%

Perempuan

19

42,22%

45

100,00%

Total Sumber : hasil olahan peneliti

Tabel 4 tersebut menjelaskan bahwa responden yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 26 orang (57,78%) dan responden yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 19 orang (42,22%) serta ada 9 orang yang tidak menjawab. Kemungkinan ada responden yang tidak memberikan jawaban dikarenakan identitas responden ingin dirahasiakan, sehingga dengan tidak memberikan identitas, responden dapat dengan leluasa mengisi daftar pertanyaan koesioner.

2. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan. Tabel berikut ini menyajikan distribusi karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan Tabel 5. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan. Tingkat Pendidikan

Jumlah

Persentase

D3

6

13,33%

S1

32

71,11%

S2

7

15,66%

45

100,00%

Total Sumber : hasil olahan peneliti

Tabel 5 tersebut menjelaskan bahwa responden yang menjawab daftar pertanyaan kuesioner memiliki tingkat pendidikan D3 sebanyak 6 orang (13,33%), S1 sebanyak 32 orang (71,11%), S2 sebanyak 7 orang (15,66%). Dari gambaran tersebut di atas, jumlah responden yang mengembalikan kuesioner paling banyak memiliki tingkat

pendidikan S1.Dapat diartikan bahwa auditor pemerintah yang bekrja di BPK wilayah lampung mempunyai pendidikan rata-rata S1. 3. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Jabatan. Berikut ini disajikan tabel 6 yang menggambarkan sebaran responden berdasarkan jabatannya. Tabel 6. Karakteristik Responden Berdasarkan Jabatan. Jabatan

Jumlah

Persentase

Pemeriksa Madya

2

4,44%

Pemeriksa Muda

6

13,33%

Pemeriksa Pertama

30

66,66%

Adiministrasi umum

7

15,57%

45

100,00%

Total Sumber : hasil olahan peneliti.

Tabel 6 tersebut terlihat bahwa komposisi peemeriksa pertama menempati jumlah yang terbanyak yaitu 30 orang (66,66%), diikuti administrasi umum sebanyak 7 orang (15,57%). Diikuti pemeriksa muda sebanyak 6 orang (13,33%), dan diikuti pemeriksa madya sebanyak 2 orang (4,44%). Pengujian terhadap sampel 45 orang auditor Badan Pemeriksa Keuangan wilayah Lampung untuk mengetahui apakah kualitas audit dipengaruhi oleh pengalaman kerja, obyektivitas, integritas, pengetahuan, dan keahlian auditor. Dalam pengujian tersebut dapat dibuktikan bahwa variabel pengalaman kerja, obyektivitas, integritas, pengetahuan, dan keahlian auditor sebagai variabel bebas dapat mempengaruhi variabel kualitas audit sebagai variabel terikatnya.

Pengujian variabel pengalaman kerja auditor terhadap kualitas audit mempunyai pengaruh yang signifikan. Hal ini didukung oleh hasil uji regresi linier berganda yang menunjukkan bahwa variabel pengalaman kerja auditor berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Ini dapat diketahui dari hasil output SPSS yang menunjukkan tingkat signifikansi sebesar 0,020 yang lebih kecil dari patokan tingkat signifikansi yang digunakan yaitu sebesar 0,05. Koefisien korelasi variabel ini sebesar 0,324; angka ini menunjukkan nilai yang positif, berarti pengaruh pengalaman kerja auditor terhadap tingkat kualitas audit bersifat searah, semakin tinggi tingkat pengalaman kerja seorang auditor maka semakin tinggi tingkat kualitas audit. Pengujian variabel obyektivitas terhadap kualitas audit mempunyai pengaruh yang signifikan. Hal ini didukung oleh hasil uji regresi linier berganda yang menunjukkan bahwa variabel kompetensi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Ini dapat diketahui dari hasil output SPSS yang menunjukkan tingkat signifikansi sebesar 0,042 yang lebih kecil dari patokan tingkat signifikansi yang digunakan yaitu sebesar 0,05. Koefisien korelasi variabel ini sebesar 0,345; angka ini menunjukkan nilai yang positif, berarti pengaruh obyektivitas auditor terhadap tingkat kualitas audit bersifat searah, semakin tinggi tingkat obyektivitas seorang auditor maka semakin tinggi tingkat kualitas audit. Pengujian variabel integritas terhadap kualitas audit mempunyai pengaruh yang signifikan. Hal ini didukung oleh hasil uji regresi linier berganda yang menunjukkan bahwa variabel integritas berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Ini dapat diketahui dari hasil output SPSS yang menunjukkan tingkat signifikansi sebesar 0,019

yang lebih kecil dari patokan tingkat signifikansi yang digunakan yaitu sebesar 0,05. Koefisien korelasi variabel ini sebesar 0,223; angka ini menunjukkan nilai yang positif, berarti pengaruh integritas auditor terhadap tingkat kualitas audit bersifat searah, semakin tinggi tingkat integritas seorang auditor maka semakin tinggi tingkat kualitas audit.

Pengujian variabel pengetahuan terhadap kualitas audit mempunyai pengaruh yang signifikan. Hal ini didukung oleh hasil uji regresi linier berganda yang menunjukkan bahwa variabel pengetahuan berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Ini dapat diketahui dari hasil output SPSS yang menunjukkan tingkat signifikansi sebesar 0,045 yang lebih kecil dari patokan tingkat signifikansi yang digunakan yaitu sebesar 0,05. Koefisien korelasi variabel ini sebesar -0,298; angka ini menunjukkan nilai yang negatif, berarti pengaruh pengetahuan auditor terhadap tingkat kualitas audit bersifat tidak searah, berarti pengetahuan seorang auditor tidak menjamin kualitas audit yang baik, pengetahuan diikuti dengan pengalaman dan keahlian khusus yang dimiliki oleh seorang auditor kemungkinan kualitas audit yang dihasilkan akan menjadi lebih baik. dilihat dari data responden, banyak responden yang basic nya bukan spesifik bidang accounting, tapi seiring pengalaman dan keahlian khusus yang dimiliki oleh mereka itu sudah banyak dan cukup, sehingga mereka bisa menghasilkan kualitas audit yang baik. Pengujian variabel keahlian auditor terhadap kualitas audit mempunyai pengaruh yang signifikan. Hal ini didukung oleh hasil uji regresi linier berganda yang menunjukkan bahwa variabel keahlian auditor berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Ini dapat diketahui dari hasil output SPSS yang menunjukkan tingkat signifikansi sebesar 0,036 yang lebih kecil dari patokan tingkat signifikansi yang

digunakan yaitu sebesar 0,05. Koefisien korelasi variabel ini sebesar 0,431; angka ini menunjukkan nilai yang positif, berarti pengaruh keahlian auditor terhadap tingkat kualitas audit bersifat searah, semakin tinggi tingkat keahlian seorang auditor maka semakin tinggi tingkat kualitas audit. Pengujian variabel pengalaman kerja, obyektivitas, integritas, pengetahuan, dan keahlian auditor berpengaruh terhadap tingkat kualitas audit. Hasil ini didukung oleh tabel11. yang menunjukkan bahwa kelima variabel tersebut berpengaruh terhadap kualitas audit yang dapat diketahui dari hasil output SPSS yang menunjukkan tingkat signifikansi sebesar 0,000 yang lebih kecil dari 0,05.

KESIMPULAN, KETERBATASAN PENELITIAN, DAN SARAN

Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis yang diperoleh, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Persepsi auditor pemerintah dalam menilai pengalaman kerja, obyektivitas, integritas, pengetahuan, dan keahlian auditor berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. 2. Besarnya adjusted R2 (koefisien determinasi yang telah disesuaikan) yang ditunjukkan dalam output model summary adalah 0,839. Nilai ini menunjukkan bahwa 83,9% variasi kualitas audit dapat dijelaskan oleh variasi dari kelima variabel independen yaitu pengalaman kerja, obyektivitas, integritas, pengetahuan, dan keahlian auditor, sedangkan sisanya 16,1% dijelaskan oleh sebab lain di luar model.

Keterbatasan Penelitian Peneliti mengakui bahwa penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih terdapat keterbatasan-keterbatasan yang ada. Beberapa keterbatasan dalam penelitian ini yang perlu diperhatikan bagi penelitian yang akan datang adalah sebagai berikut: 1. Ruang lingkup penelitian hanya auditor pemerintah yang bekerja di BPK wilayah Lampung. 2. Masih terdapat variabel independen lain yang mempengaruhi variasi dalam variabel kualitas audit yang belum tergali dalam penelitian ini. Saran Saran-saran yang dapat disampaikan oleh penulis sebagai hasil dari penelitian, pembahasan, kesimpulan serta keterbatasan di atas adalah: 1. Memperluas wilayah penelitian sehingga kesimpulan yang diperoleh dapat digeneralisasikan secara umum atau mengambil sampel penelitian di wilayah lain sehingga hasil penelitian bisa diperbandingkan. 2. Melakukan pengujian lebih lanjut terhadap variabel dengan memasukan variabel lain yang mempengaruhi kualitas audit, misalnya akuntabilitas, etika audit, kompleksitas tugas, skeptisisme profesional auditor dan sebagainya.

DAFTAR PUSTAKA

Agoes, Sukrisno. 2004. Auditing (Pemeriksaan Akuntan oleh Kantor Akuntan Publik). Edisi Ketiga. LPFE: UI. Jakarta. Alim, M. Nizarul. Trisni Hapsari dan Lilik Purwanti. 2007. Pengaruh Kompetensi Dan Independensi Terhadap Kualitas Audit Dengan Etika Auditor Sebagai Variabel Moderasi. Jurnal SNA X. Makassar. Ariyanto, Dodik dan Ardani Mutia Jati. 2009. Pengaruh Independensi, Kompetensi, Dan Sensitivitas Etika Profesi Terhadap Produktivitas Kerja Auditor Eksternal. Jurnal. Universitas Udayana. Bali. Asih, Dwi Ananing Tyas. 2006. Pengaruh Pengalaman Terhadap Peningkatan Keahlian Auditor Dalam Bidang Auditing. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia. Yogyakarta. Bastian, Indra. 2003. Audit Sektor Publik. Edisi 1. Visi Global Media. Jakarta. Christiawan, Yulius Jogi. 2002. Kompetensi dan Independensi Akuntan Publik: Refleksi Hasil Penelitian Empiris. Jurnal Akuntansi & Keuangan Vol.4, No. 2, November, 79 - 92. Efendy, Muh. Taufiq. 2010. Pengaruh Kompetensi, Independensi, dan Motivasi Terhadap Kualitas Audit Aparat Inspektorat Dalam Pengawasan Keuangan Daerah. Tesis. Universitas Diponegoro. Semarang. Elfarini, Eunike Christina. 2007. Pengaruh Kompetensi dan Independensi Auditor Terhadap Kualitas Audit. Skripsi. Universitas Negeri Semarang. Semarang. Ghozali, Imam. 2007. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Badan Penerbit Universitas Diponogoro. Semarang. Guy, Dan M., C. Wayne Alderman, dan Alan J. Winters. 2002. Auditing. Edisi Kelima. Erlangga. Jakarta. Herliansyah, Yudhi. Meifida Ilyas. 2006. Pengaruh Pengalaman Auditor Terhadap Penggunaan Bukti Tidak Relevan Dalam Auditor Judgment. Jurnal SNA IX. Padang.

Indah, Siti Nur Mawar. 2010. Pengaruh Kompetensi Dan Independensi Auditor Terhadap Kualitas Audit (Studi Empiris Pada Auditor KAP Di Semarang). Skripsi. Universitas Diponegoro. Semarang. Lubis, Haslinda. 2009. Pengaruh Keahlian, Independensi, Kecermatan Profesional, Dan Kepatuhan pada kode etik terhadap Kualitas Auditor Pada Inspektorat Provinsi Sumatra Utara. Thesis. Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatra Utara.

Mabruri, Havidz dan Jaka Winarna. 2010. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Audit di Lingkungan Pemerintah Daerah. Jurnal Simpsium Nasional Akuntansi XIII. Purwokerto. Mulyadi. 2002. Auditing. Edisi 6. Buku I. Salemba Empat. Jakarta. Mardiasmo. 2005. Akuntansi Sektor Publik. Edisi 2. Penerbit Andi. Yogyakarta. Mayangsari, Sekar. 2003. Pengaruh Keahlian Audit dan Independensi terhadap Pendapat Audit: Sebuah Kuasiaeksperimen. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia Vol 6, hal 1-22. Nataline. 2007. Pengaruh Batasan Waktu Audit, Pengetahuan Akuntansi dan Auditing, Bonus Serta Pengalaman Terhadap Kualitas Audit Pada Kantor Akuntan Publik Di Semarang. Skripsi. Universitas Negeri Semarang. Semarang. Pradita, Rima Dewi. 2010. Hubungan Antara Kualitas Auditor dan Human Capital Di Badan Pemeriksa Keuangan (Bpk) dan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (Bpkp). Skripsi. Universitas Diponegoro. Semarang. Pusdiklatwas BPKP. 2008. Kode Etik dan Standar Audit. Edisi Kelima. Sekar, Mayangsari. 2003. Pengaruh Keahlian Audit dan Independensi terhadap Pendapat Audit: Sebuah Kuasiaeksperimen. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia Vol 6, hal 1-22. Singgih, Elisha Muliani dan Icuk Rangga Bawono. 2010. Pengaruh Independensi, Pengalaman, Due Professional Care dan Akuntabilitas Terhadap Kualitas Audit. Jurnal Simposium Nasional Akuntansi XIII. Purwokerto. Sukriah, Ika, Akram, dan Biana Adha Inapty,. 2009. Pengaruh Pengalaman Kerja, Independensi, Obyektifitas, Integritas dan Kompetensi Terhadap Kualitas Hasil Pemeriksaan. Jurnal Simposium Nasional Akuntansi XII. Palembang. Suraida, Ida. 2005. Pengaruh Etika, Kompetensi, Pengalaman Audit dan Risiko Audit terhadap Skeptisisme Profesional Auditor dan Ketepatan Pemberian Opini Akuntan Publik. Sosiohumaniora, Vol. 7 No. 3, November 2005: 186-202. Tim Penyusun. 2007. Format Penulisan Karya Ilmiah Universitas Lampung. Penerbit Universitas Lampung: Bandar Lampung. Trisnaningsih, Sri. 2007. Independensi Auditor dan Komitmen Organisasi Sebagai Mediasi Pengaruh Pemahaman Good Governance, Gaya Kepemimpinan dan Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Auditor. Jurnal Simposium Nasional Akuntansi X. Makasar.