ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG

Download PERUSAHAAN TERHADAP KONSERVATISMA AKUNTANSI. Nama: Endah Widayati ...... Perusahaan dengan Tehnik Analisis Multinomial Logit”, Jurnal Bis...

0 downloads 363 Views 249KB Size
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PILIHAN PERUSAHAAN TERHADAP KONSERVATISMA AKUNTANSI Nama: Endah Widayati Dosen Pembimbing: Shiddiq Nur Rahardjo, S.E, M.si, Akt ABSTRACT This research was purposed to test with empirically past research from Lasdi (2008), with increase the variables from Widya (2005). The main purpose is to analyze factor-factor who affect of the choice for the company by accounting conservatism. The variables who used in this research is institutional ownership structure, managerial ownership structure, public ownership structure, litigation, tax and politic, growth, and debt convenance. The sample in this research is a manufacture company who listed in Indonesia Stock Exchage (Bursa Efek Indonesia), sample was choosed with purposive sampling method. The company was choosed to the sampel is 36 company in 2007-2008. The hyposesis test use multiple regression because the independent variable more than one variables. This research shown that accounting conservatism who proxy with accrual non operation have positive mean value, so accounting conservatism less applied in the manufacturing company. The factor who affect toward the choose of accounting conservatism method is a tax and politic, although the coefficient value is negatif, it is not match with predictian value. While institution ownership structure, managerial ownership structure, public ownership structure, litigation, growth, and debt convenance was not affected the choice of the company toward accounting conservatism method.

Keyword:

Conservatism,

Institutional

Ownership

Structure,

Managerial

Ownership Structure, Public Ownership Structure, Litigation, Tax and Politic, Growth, and Debt Convenance.

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Standar Akuntansi Keuangan (SAK) memberikan kebebasan memilih metoda akuntansi yang digunakan dalam menyusun laporan keuangan. Kebebasan dalam metoda ini dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan laporan keuangan yang berbeda-beda disetiap perusahaan sesuai dengan keinginan dan kebutuhan perusahaan tersebut atau dengan kata lain perusahaan memiliki sedikit kebebasan dalam memilih salah satu dari beberapa alternatif yang ditawarkan dalam standar akuntansi keuangan yang dianggap sesuai kondisi perusahaan. Misalnya kebutuhan perusahaan untuk mengurangi risiko dari kondisi ekonomi yang tidak stabil, maka untuk mengurangi risiko tersebut biasanya perusahaan melakukan tindakan kehati-hatian dalam menyajikan laporan keuangan. Tindakan kehati-hatian tersebut dilakukan dengan cara pengakuan dan pengukuran aset, laba, utang, serta biaya dengan hati-hati. Suwardjono (1989) menyatakan bahwa tindakan kehati-hatian tersebut diimplikasikan dengan mengakui biaya atau rugi yang memungkinkan akan terjadi, tetapi tidak segera mengakui pendapatan atau laba yang akan datang walaupun kemungkinan terjadinya besar. Pelaporan yang bersifat kehati-hatian tersebut sering kali disebut dengan konservatisma akuntansi. Wibowo (2002) dalam Widya (2005) memperkuat argumen tersebut bahwa konservatisma merupakan prinsip penting dalam pelaporan keuangan yang dimaksudkan agar pengakuan dan pengukuran aset serta laba dilakukan dengan penuh kehati-hatian, hal tersebut terjadi karena aktivitas ekonomi dan bisnis dilingkupi ketidakpastian. Implikasi dari metoda ini adalah melaporkan laba dan aset lebih rendah atau utang lebih tinggi. Hendriksen dan Breda (1992) menyatakan beberapa argumen yang mendukung dan menolak konservatisma. Argumen yang mendukung konsep konservatisma antara lain, konservatisma dari akuntan penting untuk mengimbangi optimisma berlebihan dari manajer dan pemilik, penilaian lebih

saji laba, lebih berbahaya daripada kurang saji laba (konsekuensi kebangkrutan lebih serius dari pada keuntungan), untuk mengurangi risiko (risiko membayar pajak, risiko diawasi pemerintah dan para analis sekuritas, risiko pembayaran dividen yang tinggi untuk investor). Argumen yang menolak salah satunya adalah tidak dapat diinterpretasikan dengan tepat dan bertentangan dengan tujuan pengungkapan semua informasi yang relevan. Biaya Litigasi yang merupakan biaya yang muncul akibat tuntutan hukum oleh kreditor dan pemegang saham dapat mendorong penyelenggaraan konservatisma akuntansi (Lasdi, 2008). Hal ini dibuktikan oleh Kellong (1984) dalam Lasdi (2008) bahwa pengungkapan laba atau aset yang berlebihan

cenderung

menyebabkan

tuntutan

hukum

dari

pada

mengungkapkan laba atau aset yang lebih rendah. Perusahaan yang akan meningkatkan jumlah investasi atau disebut juga dengan perusahaan growth cenderung akan memilih konservatisma akuntansi karena perhitungan laba yang lebih rendah daripada menggunakan akuntansi optimis yang perhitungan labanya lebih tinggi. Hal tersebut terjadi karena perusahaan menggunakan cadangan tersembunyinya untuk meningkatkan investasi yang secara tidak langsung cadangan tersembunyi tersebut dapat digunakan untuk meningkatkan investasi dan mengurangi laba pada perioda tersebut. Panman dan Zang (2002) dalam Fala (2008) menyatakan bahwa konservatisma mencerminkan kebijakan akuntansi yang permanen. Secara empiris penelitian mereka menunjukkan bahwa earning yang berkualitas diperoleh jika manajemen menerapkan prinsip akuntansi secara konsisten tanpa adanya perubahan metoda akuntansi atau perubahan estimasi. Mendukung pernyataan dari Lasdi (2008) bahwa konservatisma lebih cenderung karena akibat perilaku manajer dalam membuat keputusan. Keputusan untuk menggunakan metoda konservatif atau tidak, akan ditentukan oleh beberapa faktor. Seperti yang diteliti oleh Lasdi (2008) yang menguji usulan dari Watts (2003a) bahwa konservatisma akuntansi muncul dari insentif yang berkaitan dengan biaya kontrak (debt convenant hypothesis), litigasi, pajak dan politik yang bermanfaat bagi perusahaan, serta

beberapa faktor lain yang mempengaruhi konservatisma seperti disebutkan oleh Widya (2005) antara lain adalah struktur kepemilikan dan growth. Penelitian konservatisma pada saat ini masih dibutuhkan karena untuk menjawab masalah-masalah yang masih diperdebatkan dan masalah yang telah muncul. Penelitian ini erat kaitannya dengan Lasdi (2008) yang menguji usulan dari Watts (2003a) mengenai determinan konservatisma. Selain itu penelitian ini juga digunakan untuk menganalisis faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pilihan perusahaan menggunakan akuntansi konservatif diluar usulan dari Watts (2003a). Rumusan Masalah Permasalahan dalam penelitian ini dinyatakan dalam pertanyaan berikut: Apakah struktur kepemilikan institusional, struktur kepemilikan manajerial, struktur kepemilikan publik, litigasi, pajak dan politik, growth, debt convenant mempengaruhi pilihan perusahaan terhadap konservatisma akuntansi? 1.3

Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : Apakah struktur kepemilikan institusional, struktur kepemilikan manajerial, struktur kepemilikan publik, litigasi, pajak dan politik, growth, debt convenant mempengaruhi pilihan perusahaan terhadap konservatisma akuntansi?

1.4

Kegunaan Penelitian Penelitian ini berhubungan dengan konservatisma yang masih dibutuhkan saat ini, karena konservatisma merupakan konsep akuntansi yang kontroversi (Mayangsari dan Wilopo, 2002). Pernyataan ini diperkuat oleh Dewi (2004) bahwa masih banyaknya perdebatan mengenai konservatisma yang masih terus berlanjut. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat pada penelitian akuntansi berbasis pasar modal di Indonesia dan penelitian ini bermaksud untuk melengkapi penelitian sebelumnya. Serta menguji kembali tentang faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pilihan perusahaan terhadap konservatisma akuntansi serta diharapkan juga bermanfaat kepada:

1. Investor dan calon investor Mampu membantu investor dan calon investor supaya berhati-hati terhadap laporan keuangan yang dikeluarkan perusahaan sehingga tidak melakukan kesalahan dalam pengmbilan keputusan investasi serta memberikan pemahaman tentang manfaat informasi dalam laporan keuangan sebagai ukuran kinerja suatu perusahaan. 2. Manajer Membantu manajer dalam mengambil keputusan apakah menggunakan konservatisma akuntansi atau tidak. 3. Kreditor Sebagai acuan dalam menentukan kebijakan dalam akuntansi pasar modal di

Indonesia,

khususnya

mengenai

faktor-faktor

apa

saja

yang

mempengaruhi perusahaan menggunakan konservatisma akuntansi. 4. Mahasiswa Sebagai referensi kepada mahasiswa yang tertarik untuk meneliti konservatisma akuntansi dan membantu mahasiswa tersebut memahami makna konservatisma dan faktor-faktor yang menyebabkan konsep konservatisma digunakan dalam menyusun laporan keuangan.

TELAAH TEORI 2.1.1 Teori Agensi Teori agensi merupakan basis teori yang mendasari praktik bisnis perusahaan saat ini. Teori agensi merupakan teori yang muncul karena adanya konflik kepentingan antara prinsipal dan agen. Prinsipal sebagai pemegang saham sedangkan agen sebagai manajer. Prinsipal mengontrak agen untuk melakukan pengelolaan sumber daya dalam perusahaan. Dengan kata lain prinsipal yang menyediakan fasilitas dan dana untuk kegiatan operasi perusahaan. Agen berkewjiban melakukan pengelolaan sumber daya yang dimiliki perusahaan, selain itu agen juga berkewajiban untuk mempertanggungjawabkan tugas yang dibebankan kepadanya. Sedangkan prinsipal mempunyai kewajiban untuk memberikan imbalan atas tugas yang telah dibebankan kepada agen. Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa perusahaan yang memisahkan fungsi pengelolaan dengan fungsi kepemilikan akan rentan terhadap konflik keagenan. Penyebab konflik antara manajer dan pemegang saham diantaranya adalah pembuatan keputusan yang berkaitan dengan aktivitas pencarian dana dan pembuatan keputusan yang berkaitan dengan bagaimana dana yang diperoleh tersebut diinvestasikan. Pemilihan metoda konservatisma tidak terlepas dari kepentingan manajer untuk mengoptimalkan kepentingannya dengan mengorbankan kepentingan pemegang saham. Mayangsari dan Wilopo (2002) mengatakan bahwa dukungan manajemen terhadap konservatisma diduga berkaitan dengan motivasi ini. 2.1.2 Konservatisma Akuntansi Konservatisma

timbul

karena

adanya

kecenderungan

dari

pihak

manajemen untuk melaporkan aktiva bersih pada nilai terendah. Konservatisma saat ini lebih dikaitkan dengan kehati-hatian. Dewi (2004) menyatakan bahwa konservatisma merupakan reaksi hati-hati menghadapi ketidakpastian yang melekat dalam perusahaan untuk mencoba memastikan bahwa ketidakpastian dan

risiko inheren dalam lingkungan bisnis sudah cukup dipertimbangkan. Ketidakpastian risiko harus dicerminkan dalam laporan keuangan agar nilai prediksi dan kenetralan dapat diperbaiki. Pelaporan yang didasari kehati-hatian akan memberi manfaat untuk semua pemakai laporan keuangan (Almillia, 2005). Watts

(2003)

dalam

Sari

dan

Adhariani

(2009)

menyatakan

“Conservatism in Accounting Part II: Evidence and Research Opportunities”, terdapat tiga ukuran konservatisma salah satunya adalah Earnings/accrual measure. Ukuran ini menggunakan akrual, yaitu selisih antara net income dan cash flow. Selain itu, Givoly dan Hayn (2002) dalam Sari dan Adhariani (2009) membagi akrual menjadi dua, yaitu operating accrual dan non operating accrual. Apabila akrual bernilai negatif, maka laba digolongkan konservatif, yang disebabkan laba lebih rendah dari cash flow yang diperoleh perusahaan pada periode tertentu. Persamaan sebagai berikut: NOA

= TA-OA

TA

= (net income + depreciation) – cash flow operational

Dengan mana: NOA

= non operating accrual

TA

= total akrual perusahaan i pada tahun

Kemudian menghitung akrual operasional dengan persamaan sebagai berikut: OAit

= ΔACCRECit + ΔINVit + ΔPREPEXPit – ΔACCPAYit – ΔTAXPAYit

Dengan mana: OAit

= akrual operasional perusahaan i pada tahun t

ΔACCRECit = perubahan piutang perusahaan i pada tahun t ΔINVit

= perubahan persediaan perusahaan i pada tahun t

ΔPREPEXPit = perubahan biaya dibayar dimuka perusahaan i pada tahun t ΔACCPAYit = perubahan utang usaha perusahaan i pada tahun t ΔTAXPAYit = perubahan utang pajak perusahaan i pada tahun t Pengukuran ini berbeda dengan Lasdi (2008) yang mengukur total akrual dengan laba operasi sebelum pos luar biasa dikurangi depresiasi. Hal tersebut dikarenakan pengukuran kurang relevan yang disebabkan depresiasi yang seharusnya ditambah bukan menjadi pengurang. 2.1.4 Konservatisma dan Struktur Kepemilikan Institusional Struktur kepemilikan institusional mencerminkan saham yang dimiliki pihak institusional dari seluruh jumlah saham perusahaan. Kepemilikan institusional memiliki kemampuan untuk mengendalikan pihak manajemen melalui proses monitoring secara efektif sehingga mengurangi tindakan manajemen laba (Boediono, 2005). Investor institusional mempunyai saham jumlah besar dalam perusahaan. Kepemilikan institusional juga melibatkan mereka untuk terlibat dalam kegiatan operasional perusahaan. H1:

Struktur kepemilikan institusional berhubungan negatif terhadap pilihan perusahaan menggunakan konservatisma akuntansi.

Struktur Kepemilikan Manajerial Struktur kepemilikan manajerial yang semakin tinggi atas saham yang ada dalam perusahaan, maka akan mendorong manajer cenderung memilih akuntansi yang konservatif. Perasaan memiliki manajer terhadap suatu perusahaan tersebut membuat manajer tidak hanya memikirkan bonus yang akan didapatkan apabila labanya tinggi tetapi manajer lebih mementingkan kontinuitas perusahaan dalam jangka panjang sehingga manajer tertarik untuk mengembangkan perusahaan. Pernyataan tersebut sesuai dengan Ros et.al (1999) dalam Suryana (2006), semakin besar kepemilikan manajemen, maka manajemen cenderung berusaha lebih giat untuk kepentingan pemegang saham untuk meningkatkan nilai

perusahaan salah satunya dengan penerapan akuntansi konservatif. Sehingga dalam penelitian ini diprediksi struktur kepemilikan manajerial yang semakin besar berpengaruh positif terhadap konservatisma akuntansi. H2:

Struktur kepemilikan manajerial berhubungan positif terhadap pilihan perusahaan menggunakan konservatisma akuntansi.

Struktur Kepemilikan Publik Struktur kepemilikan publik yang menyebar mengakibatkan kurangnya kontrol terhadap manajemen. Kepemilikan publik yang menyebar pada dasarnya hanya tertarik pada kenaikan laba dan memiliki risiko yang lebih kecil sehingga mereka lebih memikirkan kepentingan jangka pendeknya dibandingkan jangka panjangnya.. Hal tersebut memungkinkan manajer melaporkan laba secara berlebihan agar dinilai kinerjanya bagus dan mendapatkan bonus (asumsi adanya bonus plan). H3:

Struktur kepemilikan publik berhubungan negatif terhadap pilihan perusahaan menggunakan konservatisma akuntansi.

Biaya Litigasi Litigasi cenderung lebih banyak dihasilkan oleh pernyataan yang berlebihan dibanding dengan pernyataan yang lebih rendah dari laba atau aset bersih. Pelaporan laba yang besar atau aset yang besar akan mingkatkan kemungkinan diatur atau dibebani secara monopoli (Cahan, 1992) dalam Widya (2005). Karena biaya litigasi ekspektasian dari penyertaan yang berlebihan lebih tinggi daripada penyertaan laba yang lebih rendah, maka manjemen dan auditor mempunyai insentif untuk menyatakan lebih rendah laba dan aset bersih (Lasdi, 2008). Dengan demikian biaya litigasi yang semakin besar mempunyai hubungan positif terhadap pilihan perusahaan menggunakan akuntansi konservatif. H4:

Biaya Litigasi berhubungan positif terhadap pilihan perusahaan menggunakan konservatisma akuntansi.

Pajak dan Biaya Politik Biaya politik sendiri timbul dari konflik kepentingan antara perusahaan (manajer) dengan pemerintah. Biaya politik tersebut biasanya terkait dengan pajak. Pajak itu sendiri digunakan untuk membiayai pembangunan guna kepentingan masyarakat. Perusahaan yang memiliki laba yang semakin besar maka semakin besar pajak yang akan disetorkan kepemerintah. Untuk menghindari pajak yang besar perusahaan (manajer) cenderung melaporkan laba lebih rendah. Watts dan Zimmerman (1986) dalam Widya (2005) menyatakan bahwa kos politis memprediksi bahwa manajer ingin mengecilkan laba untuk mengurangi biaya politis yang potensial. Jadi semakin tinggi political cost, memprediksikan bahwa perusahaan cenderung memilih akuntansi konservatif dengan kata lain political cost yang semakin tinggi berpengaruh positif terhadap konservatisma. H5:

Pajak dan biaya politik berhubungan positif terhadap pilihan perusahaan menggunakan konservatisma akuntansi.

Growth Konservatisma cenderung dengan perusahaan yang berkembang karena terdapat cadangan tersembunyi yang digunakan untuk investasi, nilai pasar perusahaan yang konservatif lebih tinggi dari nilai bukunya sehingga akan terjadi goodwill. Keadaan mengindikasikan perusahaan yang selalu tumbuh karena aset yang selalu bertambah. Menurut Saputro dan Setiawati (2004) menemukan bahwa perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi juga memiliki motivasi untuk meminimalkan laba. Oleh karena itu paneltian ini memprediksi perusahaan yang tumbuh berpengaruh positif terhadap akuntansi konservatif. H6:

Pertumbuhan perusahaan berhubungan positif terhadap pilihan perusahaan menggunakan konservatisma akuntansi.

Debt Convenant Hypothesis

Terkait dengan renegosiasi kontrak hutang, debt convenant hypothesis cenderung untuk berpedoman pada angka akuntansi. Hipotesis debt convenant memprediksi bahwa manajer cenderung untuk menyatakan secara berlebihan laba dan aset untuk mengurangi renegosiasi biaya kontrak hutang. Manajer juga tidak ingin kinerjanya dinilai kurang baik apabila laba yang dilaporkan konservatif. Sari dan Adhariani (2009) menyatakan bahwa semakin tinggi rasio leverage, semakin besar pula kemungkinan perusahaan akan menggunakan prosedur yang meningkatkan laba yang dilaporkan. Sehingga penelitian ini memprediksi debt convenant hypothesis berpengaruh negatif terhadap akuntansi konservatif. H7:

Debt convenant hypothesis berhubungan negatif terhadap pilihan perusahaan menggunakan konservatisma akuntansi.

METODE PENELITIAN Variabel Dependen Konservatisma akuntansi dalam pengujian ini dilakukan dengan metoda perhitungan yaitu non operating accruals. Variabel Independen a. Struktur Kepemilikan Institusional Struktur kepemilikan institusional merupakan struktur kepemilikan yang memiliki tingkat pengawasan yang tinggi (Wahidahwati,2002). Hal tersebut dikarenakan investor institusional mempunyai saham dalam jumlah yang besar dalam perushaan serta investor institusional tersebut juga terlibat dalam kegiatan operasi perusahaan. Oleh karena itu struktur kepemilikan institusional dalam penelitian ini akan diukur menggunakan indikator persentase jumlah saham yang dimiliki pihak institusional dari seluruh jumlah saham perusahaan yang dikelola akhir tahun 2007-2009. b. Struktur Kepemilikan Manajerial Struktur kepemilikan manajerial merupakan susunan dari jumlah saham yang dimiliki oleh pihak manajemen dalam suatu perusahaan. Managerial ownership adalah pemegang saham dari pihak manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan perusahaan (Wahidahwati, 2002). Jadi dalam struktur ini manajer tidak hanya sebagai pengelola tetapi juga sebagai pemilik. Dengan demikian penelitian ini akan diukur menggunakan indikator persentase

jumlah saham yang dimiliki pihak manajerial dari seluruh jumlah saham perusahaan yang dikelola akhir tahun 2007-2009. c.Struktur Kepemilikan Publik Struktur kepemilikan publik merupakan susunan dari jumlah saham yang dimiliki oleh publik (investor individu) dalam perusahaan (Qiang, 2003) dalam Widya (2005). Oleh karena itu dalam penelitian ini akan diukur menggunakan indikator persentase jumlah saham yang dimiliki pihak publik dari seluruh jumlah saham perusahaan yang dikelola akhir tahun 2007-2009. d.Biaya Litigasi Biaya litigasi merupakan biaya yang timbul akibat pelaporan laba dan aset bersih yang berlebihan. Pelaporan yang berlebihan tersebut memicu adanya tuntutan hukum (litigasi). Dalam penelitian ini litigasi diproksikan dengan ukuran perusahaan yang dilihat dari asset growth. Pemilihan variabel ini didasarkan pada Watts (2003a) dalam Lasdi (2008) bahwa pernyataan berlebihan dari aset bersih cenderung menghasilkan biaya litigasi yang lebih besar dibanding pernyataan aset bersih yang lebih rendah. Konservatisma dengan melaporkan aset lebih rendah dapat mengurangi risiko litigasi. e.Biaya Politis dan Pajak Pemilihan variabel ini didasarkan pada Scott (2000) semakin besar biaya politis yang dihadapi perusahaan, maka semakin cenderung manajer memilih prosedur akuntansi yang melaporkan laba yang lebih rendah dengan cara

melakukan penundaan pendapatan dan percepatan pengakuan biaya. Biaya politis dan pajak merupakan biaya yang mencakup semua biaya yang ditanggung oleh perusahaan terkait dengan tindakan politis. Biaya politis dan pajak dalam penelitian ini diproksikan dengan ukuran perusahaan yang dilihat dari sales growth. f.Growth Growth merupakan peluang tumbuh suatu perusahaan yang tercermin dalam tingginya potensi laba suatu perusahan. Pertumbuhan dalam penelitian ini dilihat dari growth opportunities (kesempatan bertumbuh). Collins dan Kothai (1989) dalam Widya (2005) memproksikan growth dengan market to book value equity

Market to book value equity =

g.Debt Convenant Hypohtesis Debt covenant hypothesis, menjelaskan bagaimana manajer menyikapi perjanjian utang. Semakin cenderung suatu perusahaan melanggar perjanjian utang, maka manajer akan cenderung memilih prosedur akuntansi yang dapat mentransfer laba perioda mendatang ke perioda berjalan, karena hal tersebut dapat mengurangi risiko ’default’. Variabel ini menggunakan proksi dari Lasdi (2008) yaitu rasio leverage (total utang/total aset). Populasi Data dan Sampel Populasi yang menjadi obyek penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun buku 2007-2009. Sampel yang

digunakan adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metoda purposive sampling. Pemilihan sampel yang memiliki kriteria-kriteria tertentu. 3.3 Jenis dan Sumber Data Data dalam penelitian ini data sekunder berupa laporan keuangan tahunan perusahaan yang diperoleh dari Bursa Efek Indonesia yang tersedia di pojok BEI Universitas Diponegoro, IDX dan ICMD (Indonesian Capital Market Directory) khususnya data tahun 2007-2009. Bentuk data adalah data panel yaitu gabungan time series dan cross section. 3.4

Metoda Pengumpulan Data Metoda pengumpulan data yang dipakai adalah metoda dokumentasi dari

media cetak dan elektronik. Data dikumpulkan dengan mencatat data yang diperlukan dari pojok BEI Universitas Diponegoro, IDX dan ICMD. 3.5

Metoda Analisis

3.5.1 Statistik Deskriptif Uji Asumsi Klasik (heterokeditas, multikolinearitas, autokorelasi) Pengujian Hipotesis Analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan model regresi berganda dengan persamaan sebagai berikut: KONSi,t = α0 + α1SKIi,t + α2SKMi,t + α3SKPi,t + α4BILITi,t + α5BIPOLi,t + α6GROWTHi,t + α7DCi,t + ei,t (1) Keterangan: KONSi,t

: konservatisma akuntansi diukur dengan ukuran berbasis akrual

SKIi,t

: struktur kepemilikan institusional perusahaan i pada perioda t

SKMi,t

: struktur kepemilikan manajerial perusahaan i pada perioda t

SKPi,t

: struktur kepemilikan publik perusahaan i pada perioda t

BILITi,t

: biaya litigasi yang diproksikan dengan ukuran perusahaan dari assets growth perusahaan i pada perioda t

BIPOLi,t

: biaya politis dan pajak yang diproksikan dengan ukuran perusahaan dari sales growth perusahaan i pada perioda t

GROWTHi,t

: pertumbuhan perusahaan i pada perioda t

DCi,t

: debt convenant perusahaan i pada perioda t

3.5.4.1 Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) 3.5.4.2 Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t) 3.5.5 Estimasi Parameter dan Interpretasinya Untuk menentukan penerimaan atau penolakan Ho didasarkan pada tingkat signifikansi (α) 5 persen dengan kriteria: 1. H0 tidak dapat ditolak atau diterima apabila nilai signifikansi > 0,05. Hal ini berarti hipotesis alternatif ditolak (hipotesis yang menyatakan variabel bebas berpengaruh terhadap variabel terikat ditolak). 2. H0 ditolak apabila nilai signifikansi < 0,05. Hal ini berarti hipotesis alternatif diterima atau hipotesis yang menyatakan variabel bebas berpengaruh terhadap variabel terikat diterima.

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.2.1 Analisis Statistik Deskriptif Analisis statistik deskriptif yang digunakan dalam penelitian ini adalah mean, nilai minimum, maksimum, median, dan deviasi standar. a. Struktur Kepemilikan Institusional struktur kepemilikan institusional pada perusahaan yang diteliti memiliki nilai rata-rata 0.580028 yang artinya rata-rata perusahaan sampel memiliki struktur kepemilikan institusional yang besar kerena nilai mediannya 0.512 lebih kecil dari nilai rata-ratanya, nilai minimum 0.1293, nilai maksimum 0.8947, dan deviasi standar 0.2207. b. Struktur Kepemilikan Manajerial struktur kepemilikan manajerial pada perusahaan yang diteliti memiliki nilai rata-rata 0.158631 yang artinya rata-rata perusahaan sampel memiliki struktur kepemilikan manajerial yang kecil karena nilai mediannya 0.3258 lebih besar dari nilai mean 0.158631, nilai minimum 0.0002, nilai maksimum 0.6514, dan deviasi standar 0.1491. c. Struktur Kepemilikan Publik struktur kepemilikan publik pada perusahaan yang diteliti memiliki nilai rata-rata 0.261342 yang artinya rata-rata perusahaan sampel memiliki struktur kepemilikan publik yang kecil karena nilai median 0.4583 lebih besar dari nilai rata-rata, nilai minimum 0.063, nilai maksimum 0.8536, dan deviasi standar 0.1838. d. Biaya Litigasi Litigasi pada perusahaan yang diteliti memiliki nilai rata-rata 0.182185 yang artinya pertumbuhan aset yang merupakan proksi dari biaya litigasi secara rata-rata untuk perusahaan sampel tergolong kecil karena nilai median 0.31187

lebih besar dibanding nilai rata-rata, nilai minimum -0.01313, nilai maksimum 0.63687, dan deviasi standar 0.2289. e. Biaya Pajak dan Politik pajak dan politik pada perusahaan yang diteliti memiliki nilai rata-rata 0.027922 yang artinya pertumbuhan penjualan yang merupakan proksi dari biaya pajak dan politik secara rata-rata untuk perusahaan sampel, nilai median 0.34276,

nilai minimum -0.007390, nilai maksimum 0.692987, dan deviasi

standar 0.32939. f. Growth (Pertumbuhan) growth pada perusahaan yang diteliti memiliki nilai rata-rata 0.891912 yang artinya rata-rata perusahaan sampel memiliki peluang tumbuh yang kecil karena nilai rata-rata tumbuh suatu perusahaan sampel lebih kecil dari nilai median 2.384515, minimum 0.04717, nilai maksimum 4.721859, dan deviasi standar 0.9669. g. Debt Convenant Hypothesis debt convenant pada perusahaan yang diteliti memiliki nilai rata-rata 0.431588 yang artinya rata-rata perusahaan sampel tidak terlampau besar dalam mendanai kegiatannya dengan utang, nilai median 0.481123, minimum 0.099276, nilai maksimum 0.86297 , dan deviasi standar 0.181346. h. Konservatisma konservatisma

yang diproksikan dengan akrual

perusahaan yang diteliti memiliki nilai rata-rata

nonoperasi

pada

1.38219E+11 berarti

perusahaan-perusahaan sampel tidak menunjukkan penerapan akuntansi conservatism, median 4.61121E+12, minimum -3.408246582, nilai maksimum 9.22582E+12, dan deviasi standar 2.83E+12. 1.2.2 Pengujian Asumsi Klasik

4.2.2.1 Multikolinearitas Uji multikolinearitas dilakukan dengan pendeteksian atas nilai R2 dan signifikan dari variabel yang digunakan. Dalam penelitian ini nilai R2 0.595839 dan signifikan dari variabel bebas yang digunakan secara parsial banyak yang tidak signifikan, artinya tidak terjadi multikolinearitas. 4.2.2.2 Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas menggunakan metoda GLS ( Generalized Least Square) yang pada intinya dilakukan untuk pembobotan kepada variasi data yang digunakan dengan kuadrat varians dari model. Hasil menunjukkan bebas heteroskedastisitas karena probabilitas F (8.27) lebih besar dari alpa (0.05). 4.2.2.3 Autokorelasi Dari hasil estimasi diketahui Durbin Watson (DW) statistik sebesar 3.800000 yaitu dengan melakukan iteration (iterasi) dalam pengolahan data panel dan apabila berpedoman pada rule of thumb sebenarnya sudah dapat dikatakan bahwa model terbebas dari autokorelasi. Untuk lebih meyakinkan dapat membandingkan antara DW statistik dengan DW tabel. Nilai dl dan du dengan jumlah variabel bebas 7 dan N sebesar 36 adalah masing-masing 1.053 dan 1.957 maka keputusan untuk mengatakan bahwa model terbebas dari masalah autokorelasi apabila du < d < 4 – du (1.957 < 3.80000 < 2.043) karena tidak memenuhi syarat untuk terbebas dari autokolerasi positif dan negatif namun hasil dari data ini memenuhi syarat 4 – dl < d < 4 (2.947 < 3.800000 < 4) bisa diterima. Hal ini berarti model sudah terbebas dari masalah autokorelasi negatif. Hasil Analisis Regresi Variable

Coefficient

Std. Error

t-Statistic

Prob.

C

-1.13E+13

3.96E+13

-0.284929

0.7810

SKI

5.61E+10

1.25E+11

0.448564

0.6625

SKM

1.31E+13

3.70E+13

0.355655

0.7288

SKP

5.55E+12

3.75E+13

0.147936

0.8851

L

2.37E+13

2.26E+13

1.045772

0.3181

P

-5.64E+12

2.24E+12

-2.520885

0.0284

G

1.39E+11

1.12E+12

0.124752

0.9030

DC

-6.23E+12

9.99E+12

-0.624018

0.5453

Fixed Effects (Cross) _A—C

5.00E+12

_B—C

5.43E+12

_C—C

8.35E+12

_D—C

-7.38E+12

_E—C

-3.37E+10

_F—C

-3.87E+12

_G—C

4.82E+12

_H—C

-2.05E+12

_I—C

7.82E+12

_J—C

5.59E+12

_K—C

6.23E+12

_L—C

-7.14E+12

_M—C

4.97E+12

_N—C

5.10E+12

_O—C

7.61E+12

_P—C

8.85E+12

_Q—C

1.06E+13

_R—C

-1.51E+12

_S—C

-5.84E+13

Fixed Effects (Period) 2008—C

4.08E+11

2009—C

-4.08E+11 Effects Specification

Cross-section fixed (dummy variables) Period fixed (dummy variables) R-squared

0.595839

Mean dependent var

3.74E+11

Adjusted R-squared

0.359452

S.D. dependent var

2.49E+12

S.E. of regression

2.90E+12

Akaike info criterion

60.41337

Sum squared resid

9.28E+25

Schwarz criterion

61.57692

Log likelihood

-1120.854

Hannan-Quinn criter.

60.82735

Durbin-Watson stat

3.800000

F-statistic

0.623725

Prob(F-statistic)

0.843720

Berdasarkan tabel 4.3 dari hasil pengolahan data, dapat dijelaskan secara simultan menunjukkan bahwa nilai adjusted R2 pada model regresi adalah 0.359452, hal ini mengindikasikan bahwa 35.9452% variabel KONS dipengaruhi oleh variabel-variabel bebas (SKI, SKM, SKP, L, P,G, DC). Sisanya 64.0548% dipengaruhi oleh variabel lain diluar variabel bebas, hal ini diperkuat dengan Fstatistik sebesar 0.640548 lebih besar dari 0.05. 4.3 Pembahasan 4.3.1

Pengaruh Struktur Kepemilikan Institusional Terhadap Pilihan Perusahaan Menggunakan Konservatisma Akuntansi. Hasil pengujian membuktikan bahwa hipotesis pertama ditolak. Hasil ini

didasarkan dari analisis regresi berganda yang menunjukkan variabel struktur kepemilikan institusional memiliki nilai signifikan sebesar 0.6625 yang lebih besar dari 0.05, maka hipotesis pertama ditolak. Hasil penelitian ini kontra dengan Widya (2005) bahwa struktur kepemilikan yang semakin tinggi konsentrasinya, maka perusahaan tersebut cenderung memilih strategi akuntansi yang konservatif. Alasan yang mendasari hasil penelitian mengapa investor institusional yang memiliki saham dalam jumlah besar tersebut tidak mempunyai pengaruh yang signifikan, hal ini menunjukkan bahwa kepemilikan investor institusional yang semakin besar cenderung lebih mementingkan capital gain dan dividen. Hal tersebut mendukung pernyataan dari Chariri dan Ghozali (2007) prinsipal (pemegang saham) menginginkan dividen dan capital gain dari saham yang dimilikinya. Jika dilaporkan secara konservatif, maka dividen dan capital gain yang diperoleh tidak terlalu besar. Alasan yang kedua adalah sepandapat dengan Keiso dan Weygandt (2002) konservatisma berarti jika ragu, maka pilihlah solusi yang sangat kecil kemungkinannya akan menghasilkan pendapatan yang terlalu tinggi bagi aset dan laba. Kemungkinan dalam penelitian ini kondisi perusahaan tidak mengalami keraguan dalam pengukuran.

4.3.2 Pengaruh Struktur Kepemilikan Manajerial Terhadap Pilihan Perusahaan Menggunakan Konservatisma Akuntansi. Hasil pengujian membuktikan bahwa hipotesis kedua ditolak. Hasil ini didasarkan dari analisis regresi berganda yang menunjukkan variabel struktur kepemilikan manajerial memiliki nilai signifikan sebesar 0.7288 yang lebih besar dari 0.05, maka hipotesis kedua ditolak. Alasan yang mendasari hasil penelitian sesuai dengan Lasdi (2008) bahwa kepemilikan manajerial tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap konservatisma akuntansi. Hasil dari pengujian hipoteis menyatakan bahwa kepemilikan manajerial tidak berpengaruh signifikan terhadap konservatisma akuntansi. Hal ini berarti manajer dengan kepemilikan saham pada perusahaan menunjukkan bahwa manajemen cenderung kurang berhati-hati dengan kata lain manjer cenderung mengambil risiko. Hasil ini juga disebabkan karena kepemilikan manajerial pada perusahaan sampel hanya memiliki rata-rata 0.158631 yang artinya manajer memiliki rata-rata kepemilikan yang tergolong kecil sehingga perasaan memiliki manajer terhadap perusahaan juga kecil. Chariri dan Ghozali (2007) menyatakan bahwa jika kepemilikan manajer lebih banyak dibanding para investor lain, maka manajemen cenderung melaporkan laba lebih konservatif. Oleh kerena kepemilikan manajerial yang tergolong kecil, hal ini menyebabkan manajer kurang konservatif. Manajer cenderung melakukan tindakan yang mementingkan dirinya sendiri dan kurang memperhatikan kepentingan jangka panjangnya. Dengan demikian hal tersebut sesuai dengan pernyataan Elqorni (2009) teori keagenan mengasumsikan semua individu bertindak untuk kepentingan sendiri. 4.3.3 Pengaruh Struktur Kepemilikan Publik Terhadap Pilihan Perusahaan Menggunakan Konservatisma Akuntansi. Hasil pengujian membuktikan bahwa hipotesis ketiga ditolak. Hasil ini didasarkan dari analisis regresi berganda yang menunjukkan variabel struktur

kepemilikan institusional memiliki nilai signifikansi sebesar 0.8851 yang lebih besar dari 0.05, maka hipotesis ketiga ditolak. Hasil penelitian ini konsisten dengan Widya (2005) bahwa struktur kepemilikan yang semakin tinggi konsentrasinya, maka perusahaan tersebut cenderung memilih strategi akuntansi yang konservatif. Alasan yang mendasari hasil penelitian adalah rata-rata kepemilikan publik hanya 26.1342% dengan kata lain dalam penelitian ini struktur konsentrasi pada perusahaan sampel rendah, maka struktur konsentrasi yang semakin rendah mengakibatkan pengawasan yang kurang terhadap manajer. Kepemilikan publik yang menyebar tertarik pada kenaikan laba dan kepentingan jangka pendek. 4.3.4 Pengaruh Biaya Litigasi Terhadap Pilihan Perusahaan Menggunakan Konservatisma Akuntansi. Hasil pengujian membuktikan bahwa hipotesis keempat ditolak. Hasil ini didasarkan dari analisis regresi berganda yang menunjukkan variabel biaya litigasi memiliki nilai signifikan sebesar 0.3181 yang lebih besar dari 0.05, maka hipotesis keempat ditolak. Alasan yang mendasari hasil penelitian adalah nilai rata-rata pada perusahaan sampel

0.182185,

jadi rata-rata biaya litigasi pada perusahaan sampel

tergolong kecil. Hasil ini dapat dilihat pada tabel 4.1, rata-rata biya litigasi pada perusahaan sampel lebih kecil dari nilai mediannya 0.31187 sehingga kurang berpengaruh terhadap konservatisma akuntansi. Rata-rata perusahaan sampel tidak melaporkan aset yang berlebihan sehingga perusahaan-perusahaan tersebut jarang mengalami kasus litigasi yang disebabkan pelaporan aset yang berlebihan. Meskipun hasil ini kontra dengan penelitian Lasdi (2008), namun hasil penelitian ini mendukung pernyataan Ball et al (2002) tentang negara-negara dengan tingkat litigasi yang tinggi mempunyai konservatisma yang lebih tinggi dibanding dengan negara-negara dengan tingkat litigasi yang rendah.

4.3.5 Pengaruh Biaya Pajak dan Politik Terhadap Pilihan Perusahaan Menggunakan Konservatisma Akuntansi. Hasil pengujian membuktikan bahwa hipotesis kelima ditolak. Hasil ini didasarkan dari analisis regresi berganda yang menunjukkan variabel biaya pajak dan politik memiliki nilai signifikan sebesar 0.0284 yang lebih kecil dari 0.05, meskipun hasil tersebut signifikan tapi hipotesis kelima ditolak karena tanda prediksian berbeda. Hasil dari pengujian hipotesis adalah biaya pajak dan politik berpengaruh signifikan terhadap akuntansi konservatisma namun pengaruh yang dihasilkan negatif. Alasan yang mendasari hasil penelitian adalah kemungkinan dari perusahaan sampel menerapkan kebijakan dari pemerintah untuk mengungkapkan pajak yang sesungguhnya. Contonya pada tahun 2008 pemerintah menerapkan kebijakan sunset policy bahwa pemerintah akan memberikan keringanan pada wajib pajak yang melaporkan pajaknya. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Lasdi (2008) yang tidak mendukung bukti empiris tentang biaya pajak dan politis yang membuktikan perlambatan pengakuan pendapatan dan percepatan pengakuan biaya akan menunda pembayaran pajak penghasilan. 4.3.6 Pengaruh Growth Terhadap Pilihan Perusahaan Menggunakan Konservatisma Akuntansi. Hasil pengujian membuktikan bahwa hipotesis keenam ditolak. Hasil ini didasarkan dari analisis regresi berganda yang menunjukkan variabel growth memiliki nilai signifikan sebesar 0.9030 yang lebih besar dari 0.05, sehingga hipotesis keenam ditolak. Growth

tidak

mempunyai

pengaruh

yang

signifikan

terhadap

konservatisma, hasil ini kurang sependapat dengan penelitian Widya (2005) prinsip akuntansi yang konservatif terdapat cadangan tersembunyi yang digunakan untuk investasi, sehingga perusahaan yang konservatif identik dengan perusahaan yang tumbuh. Alasan yang mendasari hasil penelitian ini adalah

kemungkinan perusahaan yang tumbuh tersebut membutuhkan banyak dana untuk berkembang. Untuk memperoleh dana tersebut dapat dilakukan dengan utang kepada bank dan menjual sahamnya di pasar modal. Untuk menarik perhatian kreditor dan investor perusahaan tersebut cenderung melaporkan laba secara berlebihan. Kreditor yang tertarik akan berpikiran bahwa pinjaman yang akan diberikan pada perusahaan tersebut akan relatif aman yang artinya kemampuan untuk tidak membayar utang relatif kecil. Sedangkan untuk investor baru tertarik pada labanya yang besar sehingga berpikir keuntungan yang diperoleh dari investansinya tersebut akan menguntungkan. Alasan yang kedua, kemungkinan growth yang diproksikan (jumlah saham yang beredar x harga penutupan)/total ekuitas seharusnya dilakukan pada perusahaan yang memiliki tingkat pertumbuhan yang tinggi, sedangkan penelitian ini tidak dilakukan pada perusahaan yang memiliki tingkat pertumbuhan yang tinggi. pernyataan ini didukung Saputro dan Setiawati (2004) yang menemukan bahwa perusahaan dengan tingkat pertumbuhan tinggi juga memiliki motivasi untuk meminimalkan laba. Dalam penelitian ini variabel growth pada perusahaan sampel memiliki nilai rata-rata tumbuh yang kecil. 4.3.7 Pengaruh Debt Convenant Hypothesis Terhadap Pilihan Perusahaan Menggunakan Konservatisma Akuntansi. Hasil pengujian membuktikan bahwa hipotesis ketujuh ditolak. Hasil ini didasarkan dari analisis regresi berganda yang menunjukkan variabel biaya litigasi memiliki nilai signifikan sebesar 0.5453 yang lebih besar dari 0.05, hipotesis ketujuh ditolak. Alasan yang mendasari hasil penelitian debt convenant yang diproksikan dengan leverage tidak signifikan dan berhungan positif dengan konservatisma adalah perusahaan sampel tergolong perusahaan yang tidak banyak mengunakan utang yang besar dalam melaksanakan kegiatan operasinya. Qiang (2003) menyatakan bahwa manajer dengan risiko ex ante memutuskan perjanjian utang lebih tinggi untuk cenderung optimis atau kurang konservatif.

Hal ini juga

diperkuat Widya (2005) kemungkinan proksi leverage yaitu debt to total asset seharusnya dilakukan pada perusahaan yang bermasalah, sedangkan penelitian ini tidak dilakukan pada perusahaan yang bermasalah.

KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN Kesimpulan Hasil

penelitian

ini

membuktikan

bahwa

struktur

kepemilikan

institusional, struktur kepemilikan manajerial, struktur kepemilikan publik, biaya litigasi, growth dan debt convenant tidak berpengaruh signifikan terhadap pilihan perusahaan menggunakan konservatisma akuntansi. Hanya biaya pajak dan politik yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap pilihan perusahaan menggunakan konservatisma akuntansi, namun pengaruh tersebut memiliki tanda koefisien yang berbeda dengan tanda prediksian. Hasil tersebut dapat dilihat pada tabel 4.4 Keterbatasan Perioda pengamatan hanya 3 tahun 2007-2009 sehingga mempengaruhi hasil yang diperoleh. Penggunaan sampel yang tidak dilakukan acak tetapi dengan penyampelan bersasaran (purposive sampling) yang hanya dibatasi pada perusahaan manufaktur, Sehingga tidak dapat dilakukan generalisasi untuk semua jenis industri. Penelitian ini lebih banyak menganalisis pengaruh variabel-variabel internal perusahaan yang mempengaruhi pilihan perusahaan terhadap akuntansi konservatisma dan hanya sedikit menganalisis pengaruh variabel-variabel eksternal perusahaan yang mungkin berpengaruh bagi pilihan perusahaan terhadap konservatisma akuntansi. Saran Penelitian ini sebaiknya menggunakan rentang waktu yang lebih lama dan perlu mempertimbangkan sampel yang lebih representatif serta seleksi secara random agar diperoleh hasil pengujian yang lebih baik dan akurat.Penelitian ini menganalisis fenomena yang ditinjau dari sudut pandang konservatisma laporan keuangan. Fenomena ini dapat dilihat dari sudut pandang lain, seperti alasan manajemen memilih metoda akuntansi.Untuk penelitian yang akan datang dapat menggunakan variabel lain, misalnya corporate governance.

DAFTAR PUSTAKA Almilia, Liuciana Spica, 2005, “Pengujian Size Hypothesis dan Debt/Equity Hypothesis yang Mempengaruhi Tingkat Konservatisma Laporan Kuangan Perusahaan dengan Tehnik Analisis Multinomial Logit”, Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Volume 7, Hal 1-23 Basu, Sudipta, 1997, “The Conservatism Principle and The Asymmetric Timelineness of Earnings”. Jurnal of Accounting and Economic. Volume 24, No. 1, Hal 1-51 Budiono, Gidion SB, 2005, “Kualitas Laba: Studi Pengaruh Mekanisme Corporate

Governance

dan

Dampak

Manajemen

Laba

dengan

Menggunakan Analisis Jalur”, Makalah Simposium Nasional Akuntansi VII, Solo

Chariri dan Imam Ghozali, 2007, Teori Akuntansi. Edisi Kedua BP UNDIP:Semarang Dewi, AAA. Ratna, 2004, “Pengaruh Konservatisma Laporan Keuangan Terhadap Earnings Response Coeffisient”. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Volume 7, No. 2, Hal 207-223 Fala, Dwi Yana Amalia, “Pengaruh Konservatisma Akuntansi Terhadap Penilaian Ekuitas Perusahaan Dimoderasi oleh Good Corporate Governance”. Simposium Nasional Akuntansi X, UNHAS Makassar, 26-28 Juli 2007

Ghozali, Imam, 2006. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Edisi keempat BP UNDIP:Semarang

Gujarati, D.N, 2003, Basic Economatrics, Trird Edition, NY: Mc Graw-Hill, Inc

Hendriksen dan Van Breda, 1992, Accounting Theory, Inter Aksara, Jakarta

Ikatan Akuntansi Indonesia, 2009, Standar Akuntansi Keuangan, Salemba Empat, Jakarta Jensen, M dan Meckling, 1979, “Theory of The Firm: Managerial Behavior, Agency, and Ownership Structure”, Jurnal of Financial Economics. Vol.10, No. 2, pp 113-134

Keiso, Donald E,et al, 2002, Intermediadte Accounting, Edisi ketujuh John Wiley&Sons (Asia) pte ltd, United States Lasdi, Lodovicus, 2008, “Detrminan Konservatisma Akuntansi”. The 2nd National Conference UKWMS, Surabaya Lo, Eko Widodo, 2006, “Pengaruh Tingkat Kesulitan Keuangan Perusahaan Terhadap Konservatisma”, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Volume 9, No. 1, Hal 87-114 Mayangsari, Sekar dan Wilopo, 2002, “Konservatisma Akuntansi, Value Relevance and Dicertionary Accruals: Implikasi Empiris Model Feltham dan Ohlson (1996), Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. Volume 5, No. 3, Hal 229-310 Saputro, Julianto Agung dan Lilis Setiawati, 2004, “Kesempatan Bertumbuh dan Manajemen Laba”, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Volume 7, No. 2, Hal 251-263 Sari, Cythia dan Desi Adhariani, 2009, “Konservatisma Perusahaan Di Indonesia dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya”, Simposium Nasional Akuntansi XII, Jakarta