ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN BIDAN DALAM PENGGUNAAN APD DALAM MELAKUKAN APN DI PUSKESMAS SUMBANG KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2014
Khusnul Khotimah Arum Nurcahyanti Dosen Pembimbing I: Yuliaji Siswanto, S.KM., M. Kes. (epid) Dosen Pembimbing II: Niken Dyah Ariesti, S.Farm, Apt., M.Si Program Studi DIV Kebidanan Stikes Ngudi Waluyo Ungaran ABSTRAK Angka kejadian pada tahun 2013 adalah HIV sebanyak 29.037, AIDS 5.508 serta kejadian Hepatitis sebanyak 12 juta. Bidan merupakan tenaga profesional yang bertanggung jawab menolong persainan sehingga infeksi nosokomial dapat dicegah dengan penggunaan APD, namun penggunaan APD belum berjalan sesuai prosedur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara sikap, pengetahuan, masa keja, pendidikan serta umur dengan kepatuhan bidan dalam penggunaan APD dalam Melakukan APN.Rancangan penelitian ini adalah crossectional dengan jumlah sampel kasus 36 orang bidan diambil dengan metode total sampling dan instrumen dalam penelitian menggunakan kuisioner. Analisis bivariat menggunakan uji korelasi chi square dan kolmogorov dengan nilai =0,05. Hasil penelitian menyatakan paling banyak responden berumur dewasa dini 80,6%, berpendidikan DIII 77,8%, masa kerja > 5 tahun 52,8%, pengetahuan baik 63,9%, sikap mendukung 61,1% dan kurang patuh 55,6%. Analisis bivariat menunjukkan ada hubungan antara pendidikan dengan kepatuhan (p=0,023), antara pengetahuan dengan kepatuhan (p=0,001) dan tidak ada hubungan antara umur dengan kepatuhan (p=0,426), antara masa kerja dengan kepatuhan (p=1,000), antara sikap dengan kepatuhan. Dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara tingkat pendidikan dan pengetahuan dengan kepatuhan penggunaan APD dalam melakukan APN, tidak ada hubungan antara umur, masa kerja dan sikap dengan kejadian kepatuhan penggunaan APD dalam melakukan APN Berdasarkan hasil penelitian bidan diharapkan lebih patuh menggunakan APD dalam melakukan APN untuk mencegah penularan penyakit infeksi Kata kunci
: kepatuhan, APD, sikap, pengetahuan, pendidikan, masa kerja, umur
PENDAHULUAN Kondisi derajat kesehatan masyarakat di Indonesia saat ini masih memprihatinkan antara lain ditandai dengan masih tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) yaitu 359 per 100.000 kelahiran hidup .Untuk menurunkan AKI dan AKB secara bermakna diperlukan berbagai upaya termasuk peningkatan serta cakupan serta peningkatanmutu pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan dan pelayanan nifas (Depkes, 2012) Kebijakan Departemen Kesehatan dalam mempercepat penurunan AKI pada dasarnya mengacu pada delapan butir tujuan MDGs, tujuan kelima adalah
meningkatkan kesehatan ibu sebesar tiga perempatnya antara 1990-2015. Target AKI pada tahun 2015 adalah 102 kematian per 100.000 kelahiran hidup (Depkes , 2012). Komplikasi obstetric merupakan penyebab kematian ibu. Di Indonesia 81% kematian ibu disebabkan karena komplikasi seperti perdarahan pasca persalinan, eklamsi, sepsis dan komplikasi keguguran. Komplikasi tersebut dapat dicegah apabila dilakukan penatalaksanaan persalinan yang standar dan berkualitas (SDKI, 2013) Oleh karena itu dibuatlah pedoman yang disebut Universal Precaution (UP) atau Kewaspadaan Universal (KU) yang bertujuan untuk melindungi petugas kesehatan dari penyakit infeksi. Sejak
diberlakuakan dan mulai diterapkan pada rumah sakit dan klinik, disadar strategi ini melindungi petugas ( penularan dari pasien ke petugas), serta mencegah penularan dari pasien ke petugas dan penularan dari pasien ke pasien. Begitupun karena banyaknya penularan lewat darah seperti HIV AIDS. Profil Kesehatan Indonesia tahun 2013 menyatakan bahwa terdapat 12 juta orang di Indonesia menderita Hepatitis B dan sebagian besar ada di Indonesia Timur. Selain Hepatitis B, HIV/AIDS juga merupakan new emerging diseases, dan merupakan pandemi pada semua kawasan, penyakit ini telah sejak lama menyita perhatian berbagai kalangan, tidak hanya terkait dengan domain kesehatan saja. Jumlah HIV & AIDS yang dilaporkan pada 1 Januari sampai 31 Desember 2013 adalah HIV 29.037 dan AIDS sebanyak 5.508. Sejak pertama kali ditemukan tahun 1987 sampai dengan Desember 2013 HIV-AIDS tersebar di 368 ( 72% ) dari 497 kabupaten/kota di seluruh Indonesia dan setiap tahun mengalami peningkatan. Di Indonesia terdapat 19.973 kasus dengan angka kematian 3.846 orang (Dinkes RI, 2013). Risiko infeksi nosokomial selain dapat terjadi pada pasien yang dirawat di rumah sakit, dapat juga terjadi pada petugas kesehatan. Berbagai prosedur penanganan pasien memungkinkan tenaga kesehatan terpajan dengan kuman yang berasal dari pasien. Infeksi nosokomial merupakan salah satu risiko kerja yang dihadapai tenaga kesehatan di rumah sakit. Darah dan cairan tubuh merupakan media penularan penyakit dari pasien ke tenaga kesehatan. HIV/AID, Hepatitis B dan Hepatitis C merupakan ancaman terbesar bagi tenaga kesehatan. Pada tahun 2002, WHO memperkirakan terjadi 16.000 kasus penularan Hepatitis C, 6.000 penularan Hepatitis B dan 1.000 kasus penularan HIV/AIDS pada petugas kesehatan diseluruh dunia, Suatu penelitian yang dilakukan oleh WHO menunjukan bahwa terjadi sekitar 8,7% dari 55 rumah sakit dari14 negara di Eropa, Timur tengah, Asia Tenggara, Pasifik terdapat infeksi nosokomial (Bea, 2010). Berdasarkan laporan di Amerika Serikat pada tahun 2001
terdapat 57 kasus tenaga kesehatan yang terinfeksi HIV akibat risiko pekerjaan. Dari 57 kasus tersebut, 24 kasus diantaranya (42%) dialami oleh perawat/bidan (WHO,2003). Penelitian yang dilakukan oleh Utji di Indonesia, 2004 menyatakan bahwa di sebelas rumah sakit di Jakarta menunjukan 9,8% pasien dirawat inap mendapat infeksi baru selama dirawat. Infeksi yang berasal dari petugas kesehatan mempengaruhi mutu pelayanan. Semua kegiatan dokter, bidan, perawat dan tenaga profesional lainnya yang mengadakan interaksi secara profesional dengan pasiennya, semakin patuh tenaga profesional menjalankan standarts of good practice yang telah diterima dan diakui oleh masing-masing ikatan profesi akan semakin tinggi pula mutu asuhan terhadap pasien. Bidan diakui sebagai tenaga profesional yang bertanggung jawab dan akuntabel yang bekerja sebagai perempuan untuk memberikan dukungan,asuhan dan nasehat selama masa hamil, masa persalinan dan masa nifas, memimpinpersalinan atas tanggung jawab sendiri dan memberikan asuhan kepada bayi barulahir. Asuhan ini merupakan upaya pencegahan, promosi persalinan normal, deteksikomplikasi pada ibu dan anak, dan akses bantuan medis atau bantuan lain yangsesuai, serta melaksanakan tindakan kegawatdaruratan di sarana kesehatan (DepkesRI,2007). Asuhan Persalinan Normal (APN) merupakan upaya yang dilakukan oleh bidan dalampertolongan persalinan secara sehat dan normal yang dilakukan dengan menggunakanperalatan yang steril, serta penatalaksanaan komplikasi. Asuhan Persalinan Normal(APN) dapat dijadikan sebagai standar persalinan normal pada bidan-bidan yang adadi rumah sakit Umum, Puskesmas dan Bidan Praktek Swasta (BPS ) (Depkes RI,2007). Mekanisme pelaksanaan APN juga tidak terlepas dari penggunaan alat kesehatan, bahkan berpotensi terhadap gangguan kesehatan bidan, baik yang ditimbulkan oleh kondisi udara dalam ruangan, adanya paparan bahan kimia, maupun kesalahan tehnis secara tidak
sengaja yang dilakukan oleh bidan. Sebagaimana diketahui bahwa para pekerja seperti bidan sering dihadapkan pada beban kerja yang berbahaya terhadap kesehatannya sehingga para pekerja dan pasien mempunyai potensi untuk mengalami gangguan kesehatan yang penangananya memerlukan upaya-upaya khusus, baik di tempat kerjanya maupun dalam memberikan pelayanan kesehatan asuhan pertolongan persalinan normal (Depkes RI, 2007). Perilaku kesehatan merupakan respom imdividu terhadap stimulus yang berhubungan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, minuman serta lingkungan. Bastable (2005), menyatakan seseorang dikatakan patuh apabila ia dapat memahami, menyadari dan menjalankan peraturan yang telah ditetapkan , dan disepakati bersama. Kepatuhan adalah sikap mau mentaati dan mengikuti suatu spesifikasi, standar atau aturan yang telah diatur dengan jelas yang diterbitkan oleh organisasi yang berwenang. Salah satu upaya untuk mencagah penularan penyakit adalah petugas kesehatan diharuskan menggunakan alat pelindung diri secara lengkap. Alat pelindung diri seperti yang tertera pada Permenkes 1464/ 2010 pasal 17 ayat 1 adalah suatu alat yang dipakai untuk melindungi diri atau tubuh terhadap bahaya-bahaya kecelakaan kerja, dimana secara tehnis dapat mengurangi tingkat keparahan dari kecelakaan kerja yang terjadi. Peralatan pelindung tidak menghilangkan ataupun mengurangi bahaya yang ada. Peralatan ini hanya jumlah kontak dengan bahaya dengan cara penempatan penghalang antara tenaga kerja dengan bahaya. Kepatuhan bidan dalam penggunaan alat pelindung diri (APD) di sini adalah kepatuhan bidan dalam menggunakan alat pelindung diri pada asuhan persalinan normal yang meliputi pelindung kepala, pelindung mata, pelindung pernafasan, pelindung tangan dan jari, pelindung tubuh, pelindung kaki. (JNPK-KR, 2007) Depkes RI tahun 2010 menyataka bahwa alat pelindung diri digunakan untuk melindungi dari paparan udara dalam
ruangan, kulit dan selaput lendir petugas dari risiko pajanan darah, semua jenis cairan tubuh, sekret, kulit yang tidak patuh dan selaput lendir dari pasien. Sehingga APD wajib digunakan saat menolong persalinan, persyaratan umum penyediaan alat pelindung diri tercantumdalam Personal Protective Equipmentat Work Regulation 1992. Dalam menyediakan pelindungan terhadap bahaya, prioritas pertama sebuah perusahaan adalah melindungi pekerjanya secara keseluruhan ketimbang secara individu. Terwujudnya kesadaran bidan untuk meningkatkan kualitas pelayanan yang lebih baik dengan memperhatikan aspek-aspek perilaku manusia, salah satunya adalah faktor internal pada diri bidan, meliputi sikap, pengetahuan umur, pendidikan dan masa kerja. Hal ini menunjukan bahwa aspek tersebut dapat memberikan konstribusi terhadap pelaksanaan pertolongan persalinan. Fenomena yang terjadi, ternyata penggunaan APD belum sepenuhnya dapat berjalan sesuai dengan prosedur. Bidan sebenarnya sudah mengetahui resiko tidak menggunakan APD namun belum sepenuhnya melakukan dengan baik. Dalam pelaksanaannya bidan tidak menggunakan APD secara lengkap. Berdasarkan hasil pendekatan melalui wawancara dengan petugas kesehatan di lingkungan sekitar diperoleh informasi terdapat seorang petugas kesehatan yang mengajukan pensiun dini dikarenakan terkena penyakit Hepatitis, petugas disekitar berasumsi kejadian tersebut karena beliau selain terlular oleh pasien penderita Hepatitis selain itu terdapat petugas yang terkena penyakit gajala TBC namun belum diketahui faktor penyebabnya. Serta berdasarkan hasil pengamatan untuk ketersedian sarana APD di Kecamatan Sumbang Purwokerto, dari 18 bidan yang diobservasi, yang mempunyai alat pelindung diri yang meliputi penutup kepala, kaca mata, masker, sarung tangan, celemek dan sepatu boots sebanyak 3 bidan. Menurut studi pendahuluan yang telah dilakukan, untuk kepatuhan dari penggunaan APD dalam Asuhan Persalinan Normal adalah, berdasarkan hasil survey
terhadap 18 bidan, terdapat 13 bidan kurang patuh karena semua bidan hanya memakai pelindung jari dan tangan serta pelindung tubuh saja saat melakukan Asuhan Persalinan Normal dan 5 bidan patuh dalam menggunakan APD secara lengkap dalam melakukan Asuhan Persalinan Normal. Dan mereka yang dinyatakan kurang patuh adalah para bidan yang sudah bekerja cukup lama yang mempunyai pengalaman bekerja banyak. Menurut Sulaiman dalam Saifuddin (2001) jika pengetahuan kurang, maka bidan akan mengalami hambatan dalam menolong persalinan, sehingga mengalami kesulitan dalam memberikan pelayanan kebidanan. Lebih lanjut Siddiq dkk (2004) dalam buku ( APN, 2005), berpendapat bahwa program pendidikan dan pelatihan selain menambah pengetahuan dan meningkatkan sikap, ia juga harus mampu menyentuh dan mempengaruhi perilaku, aktivitas dan pandangan karyawan dalam menjalankan tugas sehari – hari. Lama bekerja seseorang berkaitan erat dengan pengalaman-pengalaman yang telah didapat selama menjalankan tugas. Mereka yang berpengalaman dipandang lebih mampu dalam pelaksanaan tugas. Makin lama kerja seseorang kecakapan mereka akan lebih baik, karena menyesuaikan dengan pekerjaan. Untuk memperkuat dugaan mengenai belum optimalnya penggunaan APD dalam menolong APN di Kecamatan Sumbang Purwokerto maka dilakukan wawancara terhadap salah satu bidan,dan beliau berkata “Sebenarnya bidan telah memahami tentang APD dan bahaya jika tidak menggunakan APD,namun pada realitanya penggunaan APD sama sekali belum berjalan sebagaimana mestinya, sebagaimana mestinya yang dimaksud adalah penggunaan APD sesuai prosedur yang ada dalam SOP”. Perilaku tersebut terbentuk karena diduga tidak optimal dilakukan beberapa faktor antara lain seperti kelengkapan fasilitas alat pelindung diri yang kurang memadai, pengetahuan dari pengetahuan kesehatan tentang perjalanan infeksi nosokomial, pengalaman masa kerja dan hal lainnya bidan merasa malas, merasa tidak
nyaman dan merasa direpotkan saat menggunakan APD karena rutinitas kerja yang selalu berhubungan dengan pasien setiap harinya. Dari berbagai alasan tersebut akan berdampak buruk pada bidan selaku petugas kesehatan serta pasien. Berdasarkan hal diatas dan hasil survai awal dilapangan diketahui bahwa masih banyak bidan dalam menolong persalinan tidak menggunakan APD secara lengkap , maka peneliti tertari untuk mengetahui faktor-faktor apa sajakah yang berhubungan dan berpengaruh terhadap kepatuhan bidan dalam penggunaan APD? BAHAN DAN METODE Jenis penelitian ini adalah analitik korelasional dengan metode desain cross sectional. Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Sumbang Kabupaten Banyumas Tahun 2014 pada bulan Februari 2014 – Januari 2015, sedangkan untuk pengambilan data dilakukan pada tanggal 15 – 17 Desember 2014. Populasi penelitian ini adalah seluruh bidan yang bertugas di Puskesmas Sumbang pada Tahun 2014 yaitu sebanyak 36 orang. Teknik pengambilan sampel ini adalah total sampling yaitu mengambil keseluruhan sampel dari jumlah populasi, maka sampel dalam penelitian ini berjumlah 36 orang. Dalam penelitian ini yang merupakan variabel bebas adalah sikap, pengetahuan, masa kerja, pendidikan dan umur serta yang merupakan variabel terikat adalah kepatuhan penggunaan APD dalam APN Proses Pengumpulan Data Pengumpulan data yang dilakukan peneliti adalah dengan cara membagi lembar kuisioner untuk mendapat tanggapan informasi. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer dalam penelitian ini diperoleh dari: kuisioner karakteristik responden (umur, pendidikan, maa kerja), kuisioner pengetahuan, kuisioner sikap dan kuisioner kepatuhan penggunaan APD. Pada uji validitas didapatkan hasil pada kuisioner pengetahuan terdiri dari 24 pertanyaan diperoleh hasil 21 pertanyaan dikatakan valid dengan hasil range r hitung
(0,557 – 0,791) > 0,444 dan 3 pertanyaan tidak valid yang terdiri dari nomor 4, 12 dan 23. Sedangkan pada kuisioner sikap yang terdiri dari 18 pernyataan didapatkan hasil 16 pertanyaan dikatakan valid dengan hasil range r hitumg (0,474 – 0,859) > 0,444 dan 2 pertanyaan tidak valid yang terdiri dari nomor 30 dan 36. Untuk soal yang dinyatakan tidak valid pada kuisioner pengetahuan dan sikap dihilangkan, karena sudah terwakili oleh item soal yang lain. Hasil reliabilitas pada kuisioner pengetahuan adalah r alpha > 0,77 dengan nilai r = 0,942 maka kuisioner dinyatakan reliabel sedangkan hasil realiabilitas pada kuisioner sikap adalah r alpha > 0,77 dengan nilai r = 0,921 sehingga kuisioner dinyatakan reliabel. Etika Penelitian Etika yang perlu dan harus diperhatikan : a. Informed concent ( lembar persetujuan ) Informed concent diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan menjadi responden. b. Anonymity (tanpa nama) Tidak mencantumkan nama ( anonymity ) responden pada lembar observasi. Hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang disampaikan. c. Confidentiality (kerahasiaan) Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti (confidentiality), yaitu dengan cara setelah data dientry dan dianalisis, kuisioner yang telah diisi oleh reponden dihancurkan/dibakar. Pengolahan Data 1. Editing Setelah peneliti menerima kuisioner yang telah diisi oleh responden yang terdiri dari kuisioner karakteristik responden, sikap serta pengetahuan, kemudian peneliti memeriksa kode kuisioner serta kelengkapan jawaban dan kesalahpahaman dalam pengisian.
2. Scoring Scoring merupakan dasar pemberian nilai pada data yang sesuai dengan skor yang telah ditentukan setelah kuisioner disusun. Tidak ada pedoman baku untuk skoring, namun skoring harus diberikan dengan konsisten. Selain itu perlu diperhatikan seksama terhadap pernyataan dalam kuisioner yang bersifat negatif. Pernyataan yang demikian harus diberi kode terbalik. 3. Coding Coding digunakan untuk mempermudah dalam pengelompokan data. Coding dilakukan dengan memberi tanda pada masing-masing jawaban dengan angka sesuai dengan skoring jawaban dan setelah itu mengkategorikan jawaban-jawaban tersebut kemudian dimasukan dalam tabel kerja untuk mempermudah pembacaan. 4. Tabulasi Tabulasi merupakan kegiatan memasukan data-data hasil penellitian kedalam tabel-tabel sesuai kriteria kemudian di analisa yaitu dengan proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan di interpretasikan. Analisis Data Peneliti mendeskripsikan proporsi responden dengan cara distribusi frekuensi berbentuk tabel, berdasarkan presentase hasil yang diperoleh dari variabel pengetahuan, sikap, masa kerja, pendidikan, umur dan tingkat kepatuhan APD dalam APN Peneliti menggunakan uji Chi Square untuk melihat hubungan antara umur dengan kepatuhan bidan, hubungan antara masa kerja dengan kepatuhan bidaan serta hubungan antara sikap dengan kepatuhan bidan, dan untuk melihat hubungan antara pengetahuan dengan kepatuhan bidan, hubungan antara pendidikan dengan keptuhan bidan, peneliti menggunakan uji Kolmogorov.
HASIL PENELITIAN Analisis Univariat Hasil penelitian yang dilakukan pada tanggal 15-17 Desember 2014 di Puskesmas Sumbang Kabupaten Banyumas tahun 2014 pada saat melakukan APN pada 36 responden diperoleh hasil sebagai berikut : 1. Umur bidan di Puskesmas Sumbang Kabupaten Banyumas tahun 2014 Tabel 4.1
Distribusi frekuensi umur bidan di Puskesmas Sumbang Kabupaten Banyumas tahun 2014
Umur
Frekuensi
Dewasa madya (41-60 tahun) Dewasa dini (1840 tahun) Jumlah
7 29
Persentase (%) 19,4 80,6
36
100,0
Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat bahwa hampir seluruh responden berumur dewasa dini (18-40 tahun) sebanyak 29 responden (80,6%). 2. Pendidikan bidan di Puskesmas Sumbang Kabupaten Banyumas tahun 2014 Tabel 4.2
Distribusi frekuensi pendidikan bidan di Puskesmas Sumbang Kabupaten Banyumas tahun 2014
Pendidikan S2 D IV D III Jumlah
Frekuensi 3 5 28 36
Persentase (%) 8,3 13,9 77,8 100,0
Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden berpendidikan terakhir D III kebidanan sebanyak 28 responden (77,8%).
3. Masa kerja bidan di Puskesmas Sumbang Kabupaten Banyumas tahun 2014 Tabel 4.3
Distribusi frekuensi masa kerja bidan di Puskesmas Sumbang Kabupaten Banyumas tahun 2014
Masa Kerja >5 tahun ≤ 5 tahun Jumlah
Frekuensi 19 17 36
Persentase (%) 52,8 47,2 100,0
Berdasarkan tabel 4.3 dapat dilihat bahwa sebagian dari responden masa kerjanya > 5 tahun sebanyak 19 responden (52,8%). 4. Pengetahuan bidan di Puskesmas Sumbang Kabupaten Banyumas tahun 2014 Tabel 4.4
Distribusi frekuensi pengetahuan bidan di Puskesmas Sumbang Kabupaten Banyumas tahun 2014
Pengetahuan Baik Cukup Kurang Jumlah
Frekuensi 23 10 3 36
Persentase (%) 63,9 27,8 8,3 100,0
Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat bahwa sebagian besar pengetahuan responden baik sebanyak 23 responden (63,9%). 5. Sikap bidan di Puskesmas Sumbang Kabupaten Banyumas tahun 2014 Tabel 4.5 Distribusi frekuensi sikap bidan di Puskesmas Sumbang Kabupaten Banyumas tahun 2014 Sikap Mendukung Tidak mendukung Jumlah
Frekuensi 22 14 36
Persentase (%) 61,1 38,9 100,0
Berdasarkan tabel 4.5 dapat dilihat bahwa sebagian besar sikap responden mendukung sebanyak 22 responden (61,1%).
6. Kepatuhan bidan di Puskesmas Sumbang Kabupaten Banyumas tahun 2014
2. Hubungan pendidikan dengan kepatuhan penggunaan APD di Puskesmas Sumbang Kabupaten Banyumas tahun 2014
Tabel 4.6
Distribusi frekuensi kepatuhan bidan di Puskesmas Sumbang Kabupaten Banyumas tahun 2014 Kepatuhan Frekuensi Persentase (%) Patuh 16 44,4 Kurang patuh 20 55,6 Jumlah
36
Tabel 4.8
Pendidikan
100,0
Berdasarkan tabel 4.6 dapat dilihat bahwa sebagian dari responden kurang patuh memakai APD sebanyak 20 responden (55,6%).
D III D IV S2 Jumlah
Analisis Bivariat 1. Hubungan umur dengan kepatuhan penggunaan APD di Puskesmas Sumbang Kabupaten Banyumas tahun 2014 Tabel 4.7
Umur
Dewasa madya Dewasa dini Jumlah
Hubungan umur dengan kepatuhan penggunaan APD di Puskesmas Sumbang Kabupaten Banyumas tahun 2014
Kepatuhan Kurang Patuh Patuh f % f % 5 71,4 2 28,6 15 51,7 14 48,3 20 38,9 16 27,8
Jumlah
f 7 29 36
% 100,0 100,0 100,0
P value
0,426
Tabel 4.7 menunjukkan bahwa proporsi responden yang dinyatakan patuh menggunakan APD lebih banyak pada umur dewasa dini sebanyak 14 responden ( 48,3% ) dibandingkan dengan responden yang berumur dewasa madya yaitu sebanyak 2 responden ( 28,6% ). Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa p value 0,426 > =0,05 yang artinya Ho diterima sehingga tidak ada hubungan yang signifikan antara umur dengan kepatuhan penggunaan APD di Puskesmas Sumbang Kabupaten Banyumas tahun 2014.
Hubungan pendidikan dengan kepatuhan penggunaan APD di Puskesmas Sumbang Kabupaten Banyumas tahun 2014 Kepatuhan Jumlah p Kurang Patuh value Patuh f % f % f % 20 71,4 8 28,6 28 100,0 0,023 0 0 5 100,0 5 100,0 0 0 3 100,0 3 100,0 20 55,6 16 44,4 36 100,0
Tabel 4.8 menunjukkan bahwa proporsi responden yang dinyatakan patuh menggunakan APD lebih banyak pada reponden dengan pendidikan S2 yaitu sebanyak 3 responden ( 100,0% ) dan responden yang berpendidikan DIV sebanyak 5 responden ( 100,0% ) dibandingkan dengan responden dengan pendidikan DIII sebanyak 8 responden (28,6%). Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa p value 0,023 < =0,05 yang artinya Ho ditolak sehingga ada hubungan yang signifikan antara pendidikan dengan kepatuhan penggunaan APD di Puskesmas Sumbang Kabupaten Banyumas tahun 2014. 3. Hubungan masa kerja dengan kepatuhan penggunaan APD di Puskesmas Sumbang Kabupaten Banyumas tahun 2014 Tabel 4.9
Masa Kerja
≤5 tahun >5 tahun Jumlah
Hubungan masa kerja dengan kepatuhan penggunaan APD di Puskesmas Sumbang Kabupaten Banyumas tahun 2014 Kepatuhan Jumlah p Kurang Patuh value Patuh f % f % f % 9 52,9 8 47,1 17 100,0 1,000 11 57,9 8 42,1 19 100,0
20
55,6
16
44,4
36
100,0
Tabel 4.9 menunjukkan bahwa proporsi responden yang dinyatakan patuh menggunakan APD lebih banyak pada responden dengan masa kerja ≤ 5 tahun sebanyak 8 responden ( 47,1% ) dibandingkan dengan responden dengan masa kerja > 5 tahun sebanyak 8 responden ( 42,1% ). Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa p value 1,000 > =0,05 yang artinya Ho diterima sehingga tidak ada hubungan yang signifikan antara masa kerja dengan kepatuhan penggunaan APD di Puskesmas Sumbang Kabupaten Banyumas tahun 2014. 4. Hubungan pengetahuan dengan kepatuhan penggunaan APD di Puskesmas Sumbang Kabupaten Banyumas tahun 2014 Tabel 4.10 Hubungan pengetahuan dengan kepatuhan penggunaan APD di Puskesmas Sumbang Kabupaten Banyumas tahun 2014 Pengetahuan
Kurang Cukup Baik Jumlah
Kepatuhan Kurang Patuh Patuh f % f % 3 100,0 0 0 10 100,0 0 0 7 30,4 16 69,6 20 55,6 16 44,4
Jumlah
f 3 10 23 36
% 100,0 100,0 1000 100,0
p value
0,001
Tabel 4.10 menunjukkan bahwa proporsi responden yang dinyatakan patuh menggunakan APD lebih banyak pada responden dengan pengetahuan baik sebanyak 16 responden ( 69,6% ) dibandingkan dengan responden dengan pengetahuan cukup dan responden dengan pengetahuan kurang. Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa p value 0,001 < =0,05 yang artinya Ho ditolak sehingga ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan kepatuhan penggunaan APD di Puskesmas Sumbang Kabupaten Banyumas tahun 2014.
5. Hubungan sikap dengan kepatuhan penggunaan APD di Puskesmas Sumbang Kabupaten Banyumas tahun 2014 Tabel
Sikap
Tidak Mendukung Mendukung Jumlah
4.11
Hubungan sikap dengan kepatuhan penggunaan APD di Puskesmas Sumbang Kabupaten Banyumas tahun 2014
Kepatuhan Kurang Patuh Patuh f % f % 10 71,4 4 28,6
f 14
% 100,0
10 20
22 36
100,0 100,0
45,5 55,6
12 16
54,5 44,4
Jumlah
p value 0,176
Tabel 4.11 menunjukkan bahwa proporsi responden yang dinyatakan patuh menggunakan APD lebih banyak pada responden dengan sikap mendukung sebanyak 12 responden ( 54,5% ) dibandingkan dengan responden dengan sikap yang tidak mendukung yaitu sebanyak 4 responden ( 28,6% ). . Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa p value 0,176 > =0,05 yang artinya Ho diterima sehingga tidak ada hubungan yang signifikan antara sikap dengan kepatuhan penggunaan APD di Puskesmas Sumbang Kabupaten Banyumas tahun 2014. PEMBAHASAN 1. Hubungan umur dengan kepatuhan penggunaan APD di Puskesmas Sumbang Kabupaten Banyumas tahun 2014. Hasil penelitian didapatkan responden yang dinyatakan patuh dalam penggunaan APD dalam melakukan APN lebih banyak pada responden dengan umur dewasa dini yaitu sebanyak 14 responden (48,3%) dibandingkan dengan responden yang berumur dewasa madya yaitu sebanyak 2 responden ( 28,6% ), namun perbedaan proporsi tersebut dikarena pada responden umur dewasa dini lebih banyak yang patuh disebabkan menurut Saryono (2009) pada umur tersebut mereka menghasilkan jasa yang lebih baik sehinnga mereka lebih taat terhadap peraturan dan lebih takut
melanggar aturan yang ditetapkan ditempat bekerjanya. Sedangkan pada responden dengan umur dewasa madya pada umur tersebut mereka dinyatakan matang dalam pengalaman dan pemikiran tetapi ternyata dalam kepatuhan penggunaan APD sebagian besar tidak patuh, hal tersebut disebabkan karena mereka cenderung fanatik terhadap tradisi sehingga mereka merasa tanpa menggunakan APD secara lengkap sudah merasa terlindungi atau hanya memakai APD yang diperlukan saja sudah cukup. Hal tersebut didukung dengan hasil uji statistik diperoleh p value 0,426 > 0,05 sehingga tidak ada hubungan yang signifikan antara umur dengan kepatuhan penggunaan APD di Puskesmas Sumbang Kabupaten Banyumas tahun 2014. Hal tersebut terjadi mungkin dikarenakan bahwa umur tidak berhubungan langsung dengan perilaku kesehatan yaitu kepatuhan penggunaan APD. Karena perilaku manusia merupakan hasil dari segala macam pengalaman serta nteraksi antara manusia dengan lingkungan yang diwujudkan dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan. Sehingga umur bukanlah hal utama yang mempengaruhi perilaku responden, tetapi juga dipengaruhi oleh faktor lain antara lain pengalaman dan pengetahuan. Perilaku seseorang terbentuk dari pengalaman seseorang dalam bekerja sehingga dari pengalaman tersebut diperoleh informasi atau pengetahuan tentang keuntungan dan kerugian penggunaan APD, sehingga dari pengetahuan tersebut dapat menentukan perilaku seseorang. Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Dedek Mulyanti di Banda Aceh pada tahun 2008, yang menyatakan tidak ada hubungan yang bermakna antara umur dengan kepatuhan pemakaian APD.
2. Hubungan pendidikan dengan kepatuhan penggunaan APD di Puskesmas Sumbang Kabupaten Banyumas tahun 2014. Hasil penelitian didapatkan responden yang dinyatakan patuh dalam penggunaan APD dalam melakukan APN lebih banyak pada responden dengan berpendidikan S2 sebanyak 3 responden ( 100,0% ) serta yang responden yang berpendidikan DIV sebanyak 5 responden ( 100,0% ) dibandingkan dengan responden yang berpendidikan DIII yaitu sebanyak 8 responden ( 26,6% ). Berdasarkan uji statistik diperoleh hasil p value 0,023 sehingga dinyatakan ada hubungan yang signifikan antara pendidikan dengan kepatuhan penggunaan APD di Puskesmas Sumbang Kabupaten Banyumas tahun 2014 Pada penelitian ini terbukti bahwa yang berpendidikan D IV dan S2 menunjukan, seluruh responden patuh dalam penggunaan APD daripada yang D III. Pendidikan seseorang mempengaruhi cara berfikir dalam menghadapi pekerjan. Adanya hubungan antara pendidikan dengan kepatuhan penggunaan APD karena pendidikan sangat mempengaruhi kemampuan dari bidan tersebut terutama untuk pekerjaan-pekerjaan yang membutuhkan keahlian dan ketrampilan khusus. Pendidikan ini mendorong perilaku yang lebih baik dari sebelumnya pada bidan-bidan dalam penggunaan APD. Pendidikan diperlukan untuk mendapat informasi misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan sehingga dapa meningkatkan kualitas hidup. Hal tersebut sesuai pendapat dari YB Mantyra dalam Notoadmojo (2003), pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk sikap berperan serta dalam pembangunan (Nursalam, 2008) pada umumnya makin tinggi pendidikan akan mempermudah menerima informasi. Dari informasi yang diperoleh akan
menghasilkan pengetahuan yang baik, sedangkan semakin baik pengetahuan seseorang akan mempengaruhi seseorang untuk berperilaku baik. Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Christina Anugrahini di RSAB Harapan Kita Jakarta Tahun 2010, yang menyatakan adanya hubungan yang erat antara pendidikan dengan kepatuhan perawat. 3. Hubungan masa kerja dengan kepatuhan penggunaan APD di Puskesmas Sumbang Kabupaten Banyumas tahun 2014. Hasil penelitian didapatkan responden yang dinyatakan patuh dalam penggunaan APD dalam melakukan APN lebih banyak reponden dengan masa kerjanya ≤ 5 tahun sebanyak 8 responden ( 47,1% ) dibandingkan dengan responden yang masa kerjanya > 5 tahun sebanyak 8 responden ( 42,1%) perbedaan proporsi tersebut dikarenakan faktor pengalaman, responden dengan masa kerja > 5 tahun sudah banyak pengalaman dalam menolong persalinan, sehingga dari pengalaman tersebut dapat membentuk suatu pengetahuan yang dapat mempengaruhi responden untuk berperilaku lebih baik. Lain pula halnya pada responden dengan masa kerja < 5 tahun pengalaman mereka belum terlalu banyak sehingga pengetahuan yang mereka peroleh belum terlalu banyak. Berdasarkan uji statistik diperoleh hasil p value 1,000 yang berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara masa kerja dengan kepatuhan penggunaan APD di Puskesmas Sumbang Kabupaten Banyumas tahun 2014 Masa kerja ternyata dalam penelitian ini tidak ada hubungannya dengan kepatuhan penggunaan APD disebabkan lama kerja bukanlah hal yang utama yang mempengaruhi responden dalam penggunaan APD, tetapi juga dipengaruhi oleh pengetahuan yang dimiliki yang diperoleh dari pendidikan serta dipengaruhi oleh pengalaman bekerja
serta kebiasaan petugas dalam bertindak. Masa kerja merupakan waktu yang telah dilaluli sejak pertama kali bekerja, sangat mempengaruhi pengalaman seseorang terhadap pekerjaan dan lingkungan dimana ia bekerja, seharusnya semakin lama ia bekerja maka akan semakin banyak pengalamannya. Pengalaman ini dapat menjadikan seseorang untuk bekerja lebih baik lagi. Pengalaman untuk kewaspadaan terhadap kecelakaan bertambah sesuai dengan usia, masa kerja di perusahaan dan lamanya bekerja. Tenaga kerja yang baru biasanya belum mengetahui secara mendalam seluk beluk pekerjaan dan keselamatannya. Selain itu keadaan ini mungkin terjadi karena bidan yang masa kerjanya lama dan baru sama saja tingkat kepatuhannya, dikarenakan pengalaman yang dahulunya tidak lengkap dan patuh dalam menggunakan APD dan tidak terjadi masalah apapun membuat bidan mempertahankan tidak patuhnya. Sedangkan yang masa kerjanya masih sedikit dan harusnya lebih mengetahui seluk beluk keselamatan kerja malahan mengikuti kebiasaan di lahan Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Dona Riska Madyanti di RSUD Bengkalis Pada Tahun 2011, menyatakan lama seseorang bekerja tidak berpengaruh dengan kepatuhan penggunaan APD. 4. Hubungan pengetahuan dengan kepatuhan penggunaan APD di Puskesmas Sumbang Kabupaten Banyumas tahun 2014. Hasil penelitian didapatkan responden yang dinyatakan patuh dalam penggunaan APD dalam melakukan APN lebih banyak responden dengan pengetahuan baik sebanyak 16 responden ( 69,6% ) dibandingkan dengan responden dengan pengetahuan cukup dan kurang dengan 0 responden ( 0% ) perbedaan proporsi tersebut didukung dengan uji statistik diperoleh hasil p value 0,001 sehingga
terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan kepatungan penggunaan APD dalam melakukan APD di Puskesmas Sumbang Tahun 2014. Hasil penelitia ini sesuai dengan pendapat Notoatmodjo (2003), yang mengatakan bahwa suatu tindakan yang dilakukan berdasarkan oleh ilmu pengetahuan akan lebih bertahan lama, dibandingkan dengan tindakan yang tidak didasari oleh pengetahuan. Selain itu faktor yang menyebabkan pengetahuan berhubungan dengan kepatuhan penggunaan APD adalah pengetahuan dapat meningkatkan informasi bidan tentang APD sehingga responden lebih tertarik untuk menggunakan APD dikarenakan telah memahami fungsi APD bagi dirinya. Pengetahuan juga berpengaruh terhadap perilaku manusia, semakin baik pengetahuan akan semakin baik juga perilakunya serta adanya pengalaman. Apalagi jika pengalaman tersebut berasal dari pengalaman pribadi, yaitu pada bidan yang berpengalaman, maka pengetahuan responden muncul setelah responden tersebut merasakan sendiri keuntungan dan kerugian dari penggunaan APD, sedangkan jika pengetahuan tersebut berasal dari pengalaman orang lain saja kita kurang yakin. Pengetahuan dapat dipengaruhi oleh faktor pendidikan formal. Pengetahuan sangat erat hubungannya dengan pendidikan, dimana diharapkan bahwa dengan pendidikan yang tinggi maka orang tersebut mudah menyerap informasi yang diperoleh serta akan semakin luas pula pengetahuannya. Akan tetapi perlu ditekankan, bukan berarti seseorang yang berpendidikan rendah mutlak berpengetahuan rendah pula. Hal ini mengingat bahwa peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh dari pendidikan non formal saja. . Hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian Fauziah di Puskesmas Mesjid Raya Aceh Besar tahun 2011, yang menyatakan terdapat
hubungan antara pengetahuan dengan kepatuhan penggunaan APD. 5. Hubungan sikap dengan kepatuhan penggunaan APD di Puskesmas Sumbang Kabupaten Banyumas tahun 2014. Hasil penelitian didapatkan responden dinyatakan patuh dalam penggunaan APD dalam melakukan APN lebih banyak pada reponden dengan sikap mendukung sebanyak 12 responden ( 54,5% ) dibandingkan dengan responden dengan sikap tidak mendukung sebanyak 4 responden ( 28,6% ). Berdasarkan uji statistik diperoleh p value 0,176 sehingga tidak hubungan antara sikap dengan kepatuhan penggunaan APD di Puskesmas Sumbang Kabupaten Banyumas tahun 2014. Sikap seseorang ditentukan oleh pengetahuan, karena pengetahuan mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan aspek negatif. Kedua aspek ini akan menentukan sikap seseorang semakin banyak aspek positif seperti mengetahui manfaat penggunaan APD dan aspek negatif yang diketahui seperti mengetahui dampak tidak menggunakan APD, maka akan menimbulkan sikap makin positif terhadap objek. Sikap mendukung dipengaruhi oleh pendidikan dan pengetahuan tetapi dalam pelaksanaannya dalam penggunaan APD tidak patuh karena alasan kebiasaan menggunakan APD secara tidak lengkap, terpengaruh teman sejawat yang tidang menggunakan APD secara lengkap serta bidan merasa malu dan merasa tak enak dengan pasien apabila menggunakan alat pelindung diri lengkap. Menurut pendapat Notoatmodjo (2003), yang mengatakan bahwa sikap yang masih tertutup terhadap penggunaan alat pelindung diri, bidan kurang berkeinginan untuk menggunakan alat pelindung diri dikarenakan banyak alasan diantaranya menurut Sherry LM,J (1999), perasaan kurang nyaman, malu, tak enak dengan pasien menjadi faktor yang
mempengaruhi bidan dalam penggunaan APD. Menurut Allport dalam Notoatmodjo (2007) sikap terdiri dari 3 komponen pokok, yaitu kepercayaan atau keyakinan, kehidupan emosinal serta kecenderungan untuk bertindak. Ketiga komponen tersebut secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh. Dalam menentukan sikap yang utuh ini, pengetahuan pikiran, keyakinan dan emosi memegang peran penting. Sikap tidak sama dengan perilaku dan sikap baru diketahui kalau seseorang sudah berlaku meskipun demikian perilaku tidak selalu mencerminkan sikap seseorang. Suatu kecenderungan untuk berespon adalah apabila seseorang yang mempunyai sikap umumnya mengetahui apa yang akan dilakukan bila bertemu dengan objeknya. Hasil penelitian sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Dona Riska Madyanti di RSUD Bengkalis Dalam pada tahun 2011, yang menyatakan tidak ada hubungan antara sikap dengan kepatuhan bidan.
6. Sebagian dari responden kurang patuh menggunaan APD sebanyak 20 responden (55,6%). 7. Tidak ada hubungan yang signifikan antara umur dengan kepatuhan penggunaan APD di Puskesmas Sumbang Kabupaten Banyumas tahun 2014 ( p value 0,426 > 0,05) 8. Ada hubungan yang signifikan antara pendidikan dengan kepatuhan penggunaan APD di Puskesmas Sumbang Kabupaten Banyumas tahun 2014 ( p value 0,023 < 0,05). 9. Tidak ada hubungan yang signifikan antara masa kerja dengan kepatuhan penggunaan APD di Puskesmas Sumbang Kabupaten Banyumas tahun 2014 ( p value 1,000 > 0,05) 10. Ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan kepatuhan penggunaan APD di Puskesmas Sumbang Kabupaten Banyumas tahun 2014 ( p value 0,001 < 0,05) 11. Tidak ada hubungan yang signifikan antara sikap dengan kepatuhan penggunaan APD di Puskesmas Sumbang Kabupaten Banyumas tahun 2014 ( p value 0,176 > 0,05).
KESIMPULAN DAN SARAN Dari hasil penelitian dilakukan pada tanggal 15-17 Desember 2014 di Wilayah Kerja Puskesmas Sumbang Kabupaten Banyumas pada 36 responden diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Hampir seluruh responden berumur dewasa dini (18-40 tahun) sebanyak 29 responden (80,6%). 2. Sebagian besar responden berpendidikan terakhir D III kebidanan sebanyak 28 responden (77,8%). 3. Sebagian dari responden dengan masa kerja > 5 tahun sebanyak 19 responden (52,8%). 4. Sebagian besar pengetahuan responden baik sebanyak 23 responden (63,9%). 5. Sebagian besar sikap responden mendukung sebanyak 22 responden (61,1%).
Saran 1. Bagi Profesi Bidan Bidan seharusnya lebih patuh dalam penggunaan APD secara lengkap untuk mencegah penularan infeksi. 2. Bagi Puskesmas Berdasarkan hasil penelitian ini, diharapkan puskesmas mengadakan sosialisasi atau pelatihan tentang penggunaan APD untuk meningkatkan pengetahuan bagi bidan. 3. Bagi Institusi Pendidikan Institusi pendidikan diharapkan menggunakan penelitian ini untuk menambah referensi yang dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya. 4. Bagi Penelitian Selanjutnya Peneliti lain diharapkan meneliti faktor lain yang berhubungan dengan kepatuhan penggunaan APD dalam menolong persalinan seperti pelatihan APN.
DAFTAR PUSTAKA Anugraheni, Christina. 2010. Hubungan Faktor Individu dan Organisasi Dengan Kepatuhan Perawat Dalam Menerapkan Pedoman Patient Safety Di RSAB Harapan Kita Jakarta. Tesis Program Pasca Sarjana Kekhususan kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan Depok Arikunto. 2013. Prosedur PenelitianSuatu Pendekatan Praltik. Jakarta: Rineka Cipta. Azwar, Saifudin. 2003. Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya. Jakarta: Pustaka Pelajar ______________. 2005. Prosedur Penelitian Satu Pendekatan Praktek, Edisi V. Jakarta: Rhineka Cipta ______________. 2007. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Bastable, Susan B. 2006. Perawat Sebagai Pendidik. Jakarta : EGC Bea, Betty Septiari. 2010. Infeksi Nosokomial. Nuha Medika: Yogyakarta Darmadi. 2008. Infeksi Nosokomial Problematika dan Pengendaliannya. Salemba Medika: Jakarta Depkes RI. 2002. Indonesia Sehat. Jakarta _________. 2007. Buku Acuan Persalinan Normal. Jakarta _________. 2007. Pedoman Pelaksanaan Kewaspadan Universal di Pelayanan Kesehatan. Jakarta _________. 2002. Standar Profesi Bidan dan Registrasi Praktik Bidan. Jakarta _________. 2010. Alat Pelindung Diri. Jakarta Fauziah. 2011. Pengaruh Pengetahuan dan Sikap Bidan Terhadap Penggunaan APD Lengkap Didalam Menolong Persalinan Di Wilayah Kerja Puskesmas Masjid Raya Aceh Besar. Skripsi Program Pendidikan D-IV Kebidanan U’Budiyah Banda Aceh Ikatan Bidan Indonesia (IBI). 2010. 50 Tahun IBI. Jakarta JHPIEGO, POGI, JNPKR. 2004. Panduan Pencegahan InfeksiUntuk Fasilitas Pelayanan Kesehatan dengan Sumber Daya Terbatas. Jakarta: JHPIEGO, POGI, JNPKR. _____________________. 2005. Asuhan Persalinan Normal. Jakarta: JHPIEGO, JNPKR-KK Maryunani, Anik. 2011. Pencegahan Infeksi Dalam Kebidanan. Jakarta : Trans Info Media Notoadmodjo, Soekidjo. 2003. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta : Rineka Cipta ___________________. 2007. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta ___________________. 2010. Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta Nursalam. 2003. Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Rineka Cipta _________. 2008. Pendidikan Dalam Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Rijanto, Boedi. 2001. Pedoman Pencegahan Di Industri. Jakarta Riska, Dona Madyanti. 2012. Faktor yang Berhubungan Dengan Perilaku Bidan di RSUD Bengkalis Dalam Menggunakan APDPada Tahun 2011. Skripsi FKM UI RS Persahabatan. 2002. Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Jakarta : UI Riwidikdo, Handoko. 2008. Statistik Kesehatan. Yogyakarta: Mitra Cendekia Press Saryono, Soekanto, 2009. Peran Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : Edisi Baru Rajawali Pers Sugiyono. 2007. Statistika untuk Penelitizn. Bandung: CV Alfabeta Wawan.A dan Dewi N. 2010. Pengetahuan, Sikap & Perilaku Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika.