ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN DIABETES

Download bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor risiko kejadian DM pada pasien DM tipe 2 di ... Faktor-faktor resiko tersebut adalah umur, jenis...

0 downloads 344 Views 165KB Size
ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN DIABETES MELITUS (DM) TIPE 2 Analysis Of Factor Affecting Type 2 Diabetes Melitus Incidence Dewi Prasetyani1*, Sodikin2 STIKES Al-Irsyad Al-Islamiyyah Cilacap Jl. Cerme No. 24 Sidanegara Cilacap *Alamat Korespondensi : [email protected] 1,2

ABSTRAK Diabetes Mellitus (DM) dan komplikasinya telah menjadi masalah kesehatan masyarakat dan merupakan penyebab yang penting dari angka kematian, kesakitan dan kecacatan di dunia. Untuk menanggulangi DM secara efektif dan efisien perlu dilakukan program pencegahan dan penanggulangan yang tepat sasaran. Salah satu cara mencegahnya adalah dengan mengetahui karakteristik individu yang beresiko mengalami DM. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor risiko kejadian DM pada pasien DM tipe 2 di Puskesmas Cilacap Tengah 2. Faktor-faktor resiko tersebut adalah umur, jenis kelamin,status perkawinan, pekerjaan, kebiasaan makan, kebiasaan merokok, aktivitas fisik, obesitas dan stress. Desain penelitian ini adalah cross sectional dengan menggunakan teknik pengambilan sampel total sampling. Besar sampel adalah 69 orang. Peneliti menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data dan menggunakan analisis multivariat regresi logistik berganda dalam melakukan analisis data. Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa ada hubungan signifikan antara jenis kelamin dan obesitas dengan kejadian DM tipe 2 (pv= 0,022, pv=0,005) pada α=0,05. Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa obesitas merupakan faktor yang paling dominan mempengaruhi kejadian DM tipe 2 (pv = 0.02 : α =0.05), dimana individu dengan obesitas beresiko 5,45 kali mengalami DM tipe 2 dibandingkan individu yang tidak obesitas. Kata kunci : DM tipe 2, faktor resiko DM ABSTRACT DM and its complication have become a public health issue and are an important cause of mortality, morbidity and disability in the world. To effectively and efficiently overcome the DM, a targeted prevention and response program is needed. One way to prevent it is to know the characteristics of individuals at risk of DM. this study aims to analyse the risk factors of DM occurance in patients type 2 DM in Cilacap Tengah Central Health Center 2. Those risk factors are age, sex, marital status, occupation, eating habits, smoking habit, physical activity, obesity and stress. The design of this study was cross sectional using total sampling technique. The sample size was 69 people. Researcher use questionnaires as data gathering tools and used multivariate logistic regression analysis to perform data analysis. The results showed that there was a significant relationship between sex and obesity with the incidence of DM type 2 (pv = 0,022; 0,005) at α = 0,05. Multivariate analysis showed that obesity was the dominant factor affecting DM type 2 (pv=0,022;α=0,05), in which individuals with obesity were at risk of 5.45 times having type 2 DM compared with non-obes individuals. Keywords: DM risk factors, type 2 DM mellitus, Jurnal Kesehatan Al Irsyad (JKA).Vol.X.No.2, September 2017

1

sudah terjadi komplikasi, baik komplikasi

PENDAHULUAN DM dan komplikasinya telah menjadi

akut maupun kronik. Hasil penelitian

dan

Soewondo et al. (2010) tentang kejadian

merupakan penyebab yang penting dari

komplikasi DM di Indonesia menunjukkan

angka kematian, kesakitan dan kecacatan di

lebih

dunia. Terdapat 382 juta orang yang hidup

mengalami komplikasi.

masalah

kesehatan

masyarakat

dari

50%

pasien

DM

tipe

2

dengan DM di dunia, dan diperkirakan akan

Orang dengan DM memiliki resiko

meningkat menjadi 592 juta orang pada

mengalami penyakit jantung koroner 3.2

tahun 2035. Diperkirakan dari 382 juta

kali

orang tersebut, terdapat 175 juta orang yang

penderita, resiko mengalami stroke 2.9 kali

belum terdiagnosis, sehingga terancam

lebih besar (CDC, 2003). Selain penyakit

berkembang progresif menjadi komplikasi

kardiovaskuler, DM juga merupakan salah

tanpa

satu penyebab utama penyakit ginjal,

disadari

dan

tanpa

pencegahan

(International Diabetes Federation, 2014). Data dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)

menunjukkan

terdapat

peningkatan hampir 2 kali lipat jumlah

lebih

besar

dibandingkan

non

kebutaan dan amputasi pada usia dibawah 65 tahun. Dampak lain dari DM adalah mengurangi umur harapan hidup sebesar 5 – 10 tahun (Hill, 2011). Meningkatnya

orang yang hidup dengan DM di Indonesia

prevalensi

dan

pada tahun 2007 hingga 2013. Riskesdas

terjadinya komplikasi pada orang dengan

tahun 2007 menunjukkan bahwa di antara

DM menimbulkan kerugian yang sangat

responden yang diperiksa gula darahnya

besar baik secara individual maupun sektor

terdapat 5.7% yang menderita DM. Dari

kesehatan

yang terdeteksi tersebut, hanya 26.3% yang

perawatan baik langsung maupun tidak

telah terdeteksi sebelumnya dan 73.7%

langsung pada orang yang hidup dengan

tidak terdeteksi sebelumnya. Sedangkan

DM diyakini lebih besar dibandingkan

pada Riskesdas 2013, dari 6.9% orang

dengan orang non DM (Irawan, 2010).

dengan DM yang didiagnosis, 30.4% telah

Selain

terdiagnosis sebelumnya dan 69.6% yang

diakibatkan oleh komplikasi DM juga akan

tidak

menyebabkan timbulnya masalah-masalah

terdiagnosis

sebelumnya

(InfoDATIN, 2014).

itu,

secara

keseluruhan.

dampak

psikologi

Biaya

yang

sosial.

DM dikenal dengan sebutan the

Penanggulangan DM yang efektif dan

silent killer, karena sering tidak disadari

efisien membutuhkan program pencegahan

oleh penyandangnya dan saat diketahui

dan penanggulangan yang tepat sasaran.

Jurnal Kesehatan Al Irsyad (JKA).Vol.X.No.2, September 2017

2

adalah

menggunakan kuesioner Global Physical

dengan mengetahui karakteristik individu

Activity Questionnaire (GPAQ) dari World

yang beresiko mengalami DM. Berdasarkan

Health Organization (WHO). Obesitas

teori terdapat beberapa faktor resiko yang

dihitung berdasarkan Indeks Massa Tubuh

berhubungan dengan kejadian DM, yaitu

(IMT) yang diukur dari berat badan (kg)

faktor

dan

dibagi tinggi badan (meter)2. Sedangkan

keadaan klinis atau mental individu. Faktor

kebiasaan makan dan tingkat stress diukur

sosio demografi diantaranya adalah usia,

menggunakan kuesioner dari Indonesian

jenis

tingkat

Family Life Survey (IFLS) dari Departemen

pendidikan dan status perkawinan. Perilaku

Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI).

atau gaya hidup yang dimaksud adalah

Analisa

kebiasaan makan, merokok dan aktivitas

menggunakan

fisik. Sedangkan keadaan klinis atau mental

analisis

adalah indeks massa tubuh, lingkar perut

regresi logistic berganda.

Salah

satu

cara

sosio

mencegahnya

demografi,

kelamin,

perilaku

pekerjaan,

data

bivariat chi

square,

multivariat

dilakukan sedangkan

menggunakan

uji

dan stress. HASIL Hasil olah data menunjukkan bahwa

METODE Penelitian

ini

dari 69 responden, seluruhnya berumur

dilakukan di Prolanis Puskesmas Cilacap

lebih dari sama dengan 45 tahun (100%),

Tengah 2 dengan besar sampel 69 orang

jenis kelamin responden sebagian besar

yang diambil menggunakan teknik total

perempuan

sampling. Pasien yang menjadi responden

(75,4%),

dalam penelitian ini adalah pasien DM tipe

seluruhnya adalah kawin (100%), status

2

Prolanis

pekerjaan mayoritas tidak kerja sebesar 53

Puskesmas Cilacap Tengah 2. Karakteristik

orang (76,8%). Sedangkan pola makan

responden, terdiri dari umur, jenis kelamin,

responden sebagian besar cukup konsumsi

status perkawinan, pekerjaan, kebiasaan

serat yaitu 36 orang (52,2%), seluruhnya

merokok, berat badan dan tinggi badan

tidak memiliki kebiasaan merokok (100%)

serta kadar gula darah terakhir. Sedangkan

dan sebagian besar responden memiliki

data tentang kebiasaan makan, aktivitas

aktivitas fisik yang rendah yaitu 35 orang

fisik dan stress dikumpulkan menggunakan

(50,7%).

kuesioner tersendiri yang sudah baku.

mengalami obesitas yaitu 37 orang (53,6%)

Kuesioner

dan

yang

cross

menjadi

kebiasaan

sectional

anggota

aktivitas

fisik

Jurnal Kesehatan Al Irsyad (JKA).Vol.X.No.2, September 2017

yaitu status

sebanyak perkawinan

Sebagian

untuk

tingkat

besar

stress

52

orang

responden

responden

mayoritas 3

responden tidak mengalami stress yaitu

nilai-p < 0,05, yaitu jenis kelamin dan

sejumlah 53 orang (76,8%). Sedangkan

obesitas.

untuk

mayoritas

bahwa terdapat hubungan signifikan antara

responden memiliki kadar gula darah puasa

jenis kelamin dan obesitas dengan kadar

yang tinggi yaitu sejumlah 52 orang

gula darah pada pasien DM tipe 2 (p=

(75,4%). Karakteristik demografi pasien

0,022, p= 0,010) pada α = 0,05. Hasil

ditunjukkan pada tabel 1.

analisis bivariat dapat dilihat di tabel 2.

Tabel 1. Karateristik demografi pasien DM tipe 2 di Prolanis Puskesmas Cilacap Tengah 2

Tabel 2. Analisis hubungan antara jenis kelamin, pekerjaan, pola makan, aktivitas fisik, obesitas dan tingkat stress dengan kadar gula darah Variabel n % p-value Jenis kelamin: Perempuan 52 75,4 0,022* Laki-laki 17 24,6 Pekerjaan: Tidak kerja 53 76,8 0,196 Kerja 16 23,2 Pola makan: Tidak cukup serat 33 47,8 0,296 Cukup serat 36 52,2 Aktivitas fisik: Rendah 35 50,7 0,127 Sedang 26 37,7 Tinggi 8 11,6 Obesitas Tidak obesitas 32 46,4 0,010* Obesitas 37 53,6 Stress: Tidak stress 53 76,8 0,743 Stress 16 23,2

kadar

gula

Variabel Umur: 1. ≥ 45 tahun 2. < 45 tahun Jenis Kelamin : 1. Perempuan 2. Laki-laki Status perkawinan: 1. Tidak Kawin 2. Kawin Pekerjaan: 1. Tidak Kerja 2. Kerja Pola makan: 1. Tidak cukup 2. Cukup Merokok: 1. Tidak merokok 2. Merokok Aktivitas fisik: 1. Rendah 2. Sedang 3. Tinggi Obesitas: 1. Tidak obesitas 2. Obesitas Stress: 1. Tidak stress 2. Stress Kadar gula darah: 1. Normal 2. Tinggi Jumlah

darah,

f

%

69 -

100 -

52 17

75,4 24,6

69

100

53 16

76,8 23,2

33 36

47,8 52,2

69 -

100 -

35 26 8

50,7 37,7 11,6

32 37

46,4 53,6

53 16

76,8 23,2

17 52 69

24,6 75,4 100

Sehingga,

dapat

disimpulkan

*p-value<α 0,05 Hasil uji regresi logistik menunjukkan jenis kelamin dan obesitas memiliki nilai-p <0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa jenis

kelamin

dan

obesitas

memiliki

hubungan signifikan dengan kejadian DM tipe 2 (p= 0,018; p=0,020). Nilai odds ratio menunjukkan bahwa obesitas memiliki nilai OR tertinggi yaitu 5,451 (95% CI: 1,303-

Hasil analisis bivariat menunjukkan

22,808).

Dengan

demikian

dapat

bahwa terdapat dua variabel yang memiliki Jurnal Kesehatan Al Irsyad (JKA).Vol.X.No.2, September 2017

4

disimpulkan

bahwa

seseorang

yang

puasa, dan akan naik 5.6-13 mg/dL pada 2

mengalami obesitas beresiko 5,45 kali lebih

jam setelah makan (Sudoyo, 2006). Selain

tinggi mengalami DM tipe 2 dibandingkan

itu, pada individu yang lebih tua juga

yang tidak obesitas. Pengaruh obesitas

mengalami penurunan aktivitas mitokondria

berkurang oleh adanya jenis kelamin,

di sel-sel otot sebesar 30% dan memicu

pekerjaan dan aktivitas fisik. Hasil analisis

terjadinya resistensi insulin (Yale News,

multivariat dapat dilihat pada tabel 3.

2010). Pada usia tua juga cenderung memiliki gaya hidup yang kurang aktif dan

Tabel 3. Hasil pemodelan multivariat variabel independen, variabel konfonding dengan kadar gula darah pasien DM tipe 2 Variabel Jenis kelamin Obesitas Pekerjaan Aktivitas

Coeff B -1,878

p-value 0,018

OR 0,153

1,696 0,225 -0,571

0,020 0,779 0,279

5,451 1,252 0,565

PEMBAHASAN

pola makan tidak seimbang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dan obesitas dengan kejadian DM tipe 2. Sedangkan hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa faktor yang bersamasama berhubungan dengan DM adalah jenis kelamin, pekerjaan, obesitas dan aktivitas

Hasil penelitian menunjukkan bahwa

fisik, dengan nilai OR DM paling besar

seluruh responden berumur lebih dari 45

pada kelompok obesitas dibanding tidak

tahun. Hal ini sejalan dengan pendapat

obesitas.

Perkeni (2015), bahwa kelompok usia 45

Hasil penelitian menunjukkan bahwa

tahun ke atas adalah kelompok yang

mayoritas responden adalah perempuan.

beresiko tinggi mengalami DM. Hal ini

Tingginya kejadian DM pada perempuan

juga sesuai dengan pendapat Smeltzer dan

dapat disebabkan oleh adanya perbedaan

Bare (2008), bahwa umur sangat erat

komposisi tubuh dan perbedaan kadar

kaitannya dengan kenaikan gula darah,

hormon seksual antara perempuan dan laki-

dimana semakin meningkat umur maka

laki dewasa. Perempuan memiliki jaringan

resiko mengalami DM tipe 2 semakin

adiposa lebih banyak dibandingkan laki-

tinggi. Proses menua akan menyebabkan

laki. Hal ini dapat diketahui dari perbedaan

perubahan anatomi, fisiologi dan biokimia

kadar lemak normal antara laki-laki dan

tubuh yang salah satu dampaknya adalah

perempuan dewasa, dimana pada laki-laki

meningkatnya resistensi insulin. Menurut

berkisar antara 15 – 20% sedangkan pada

WHO, setelah usia 30 tahun, kadar gula

perempuan berkisar antara 20 – 25% dari

darah akan naik 1-2 mg/dL/tahun pada saat

berat badan (Ernawati, et al., 2004).

Jurnal Kesehatan Al Irsyad (JKA).Vol.X.No.2, September 2017

5

Penurunan konsentrasi hormon estrogen

Lemak yang berlebih juga menyebabkan

pada perempuan menopause menyebabkan

otot lebih banyak menggunakan lemak

peningkatan

sebagai

cadangan

lemak

tubuh

terutama di daerah abdomen yang akan

bahan

bakarnya

dibandingkan

glukosa.

meningkatkan pengeluaran asam lemak

Adanya pengaruh obesitas terhadap

bebas (Thorand et al., 2007). Kedua kondisi

DM ini dapat disebabkan oleh kombinasi

ini menyebabkan resistensi insulin.

perilaku yang tidak sehat, yaitu kurangnya

Obesitas

yang

diukur

dari

aktivitas dan pola makan yang tidak sehat.

penghitungan Indeks Massa Tubuh (IMT)

Hasil

memiliki hubungan signifikan dengan DM.

responden sebagian besar memiliki pola

Hasil

menunjukkan

aktivitas rendah dan pola makan yang tidak

semakin besar IMT semakin tinggi pula

cukup serat. Oleh karena itu, tindakan

resiko terkena DM. Kelompok dengan

pencegahan dan penanggulangan perlu

resiko DM terbesar adalah kelompok

difokuskan pada perubahan gaya hidup

obesitas dengan resiko 5,4 kali lebih besar

menjadi

dibandingkan dengan IMT normal atau

melakukan aktivitas fisik secara teratur dan

kurus.

menerapkan

penghitungan

Hal

ini

OR

sejalan

dengan

hasil

penelitian Webber (2004), Sujaya (2009)

penelitian

lebih

pola

menunjukkan

sehat,

yaitu

makan

bahwa

dengan

sehat

dan

seimbang.

dan Garnita (2012). Webber menemukan

Latihan jasmani (olah raga) yang

bahwa setiap peningkatan 1 kg berat badan

teratur memiliki banyak manfaat seperti

dapat meningkatkan resiko terkena DM

meningkatkan efektifitas insulin, membakar

sebesar 4,5%. Penelitian Sujaya (2015)

glukosa dan lemak sehingga kadarnya

menemukan

yang

dalam darah menurun, mengendalikan berat

mengalami obesitas beresiko terkena DM

badan, meningkatkan sirkulasi darah ke

2,7 kali lebih besar dibandingkan yang

jantung dan tungkai serta meningkatkan

tidak obesitas.

relaksasi (Day, 2001). Peningkatan aktivitas

Lemak

bahwa

yang

seseorang

berlebih

akan

fisik atau latihan jasmani yang dilakukan

menyebabkan peningkatan asam lemak

secara

bebas dalam sel. Asam lemak ini akan

perminggu dengan intensitas ringan dan

menurunkan translokasi transporter glukosa

sedang yang dilakukan minimal 3 kali

ke membrane plasma dan menyebabkan

dalam seminggu dengan lama kegiatan 30-

resistensi insulin pada jaringan otot dan

60 menit dapat meningkatkan kerja insulin

adipose (Teixeria-Lemos, et al., 2011).

secara sistemik selama 2-72 jam (Colberg et

Jurnal Kesehatan Al Irsyad (JKA).Vol.X.No.2, September 2017

teratur

minimal

150

menit

6

al., 2010). Bahkan latihan jasmani yang

2. Obesitas merupakan faktor yang paling

rutin dilakukan dan ditambah dengan

dominan mempengaruhi kejadian DM

penurunan berat badan sebanyak 5-7%

tipe 2 (p= 0,020, OR= 5,451).

dapat mengurangi resiko berkembangnya

SARAN

DM sebesar 58% (Sigal et al., 2006).

1. Perlu dilakukan deteksi dini DM pada perlu

kelompok umur yang beresiko terkena

dilakukan terutama untuk individu yang

DM, khususnya umur 45 tahun ke atas di

memiliki

lingkungan kerja atau puskesmas

Pengaturan

diet

resiko

seimbang

tinggi

terkena

DM.

Konsumsi tinggi karbohidrat, lemak dan

2. Perlu dilakukan edukasi tentang faktor

protein merupakan faktor resiko untuk

resiko DM dan pencegahannya pada usia

terkena DM tipe 2. Untuk konsumsi

dini

karbohidrat,

lingkungan kerja

lebih

mengkonsumsi Karbohidrat

dianjurkan

karbohidrat kompleks

untuk

kompleks.

adalah

jenis

di

institusi

pendidikan

dan

3. Perlu adanya target penurunan berat badan setiap bulan untuk pasien DM dan

karbohidrat yang memiliki tiga atau lebih

selalu

ikatan rantai molekul gula. Perbedaan

program edukasi yang rutin dilakukan di

karbohidrat kompleks dengan karbohidrat

puskesmas

sederhana

adalah

dari

struktur

kimia

dilakukan

evaluasi

melalui

4. Perlu dibuat panduan diet sehat dan

karbohidrat kompleks yang lebih rumit.

seimbang

Semakin rumit struktur kimianya maka

dipahami dan diikuti oleh masyarakat

akan semakin membutuhkan waktu lebih

dan disosialisasikan melalui puskesmas

lama untuk dicerna, akibatnya kenaikan

di wilayah kerjanya atau melalui media

gula darah akan berlangsung lebih lambat.

social.

Sumber

makanan

yang

mengandung

5. Penelitian

yang

sederhana,

lebih

lanjut

mudah

dapat

karbohidrat kompleks antara lain beras

dikembangkan untuk mengetahui faktor-

merah, kentang, oats, gandum utuh, labu,

faktor resiko DM dengan menambahkan

kacang polong, ubi jalar dan lain-lain

variabel-variabel lain seperti riwayat

(Swanson, 2012).

keturunan, suku, pengetahuan, tingkat

KESIMPULAN 1. Ada hubungan signifikan antara jenis

pendidikan, kadar lemak (trigliserida, HDL,

LDL),

lingkar

perut

dan

kelamin dan obesitas dengan kejadian

hipertensi. Perlu dilanjutkan penelitian

DM tipe 2 (pv= 0,022, pv= 0,005 pada

dengan variabel penelitian yang sama

α = 0,05).

dengan menggunakan kelompok kontrol.

Jurnal Kesehatan Al Irsyad (JKA).Vol.X.No.2, September 2017

7

DAFTAR PUSTAKA American Diabetes Association (ADA). (2013). Standards of medical care in diabetes. Diabetes Care, 36, 11 – 66 Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI. (2013). Riset kesehatan dasar 2013. Diunduh pada tanggal 7 Februari 2015 dari http://www.litbang.depkes.go.id. Black, J.,M.& Hawks, J.H. (2005). Medical surgical nursing (7th ed.). Saint Louis : Elsevier Saunders Centers for Disease Control and Prevention (CDC). (2012). Diabetes report card 2012. Diunduh pada tanggal 20 Februari 2014 dari http://www.cdc.gov/diabetes/pubs/pdf /DiabetesReportCard.pdf Centers for Disease Control and Prevention (CDC). (2014). National diabetes statistics report, 2014. Diunduh pada tanggal 20 Oktober 2014 dari http://www.cdc.gov/diabetes/pubs/stat sreport14/national-diabetes-reportweb.pdf Colberg, S. R., Sigal, R. J., Fernhall, B., Regensteiner, J. G., Blissmer, B. J., Rubin, R. R., et al. (2010). Exercise and type 2 diabetes. Diabetes Care, 33, 147 - 167 Day, John L. (2001). Living with diabetes : the diabetes UK guide for those treated with diet and tablets. London : Diabetes UK. Ernawati, F., Muhardiyatiningsih, Effendi, R. & Herman, S. (2004). Profil distribusi lemak tubuh dan lemak darah dewasa di pedesaan dan perkotaan. Penelitian Gizi Makan (PGM), 27, 1 – 9

Garnita, D .(2012). Faktor resiko Diabetes Melitus di Indonesia (Analisis data SAKERTI 2007). Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia Hastono, Sutanto Priyo. (2006). Analisis multivariat. Depok :Departemen Biostatistika. FKM UI. Hill, Jill. (2011). Diabetes monitoring: Risk factors, complications and management. Nurse Prescribing. 9 : 122-130. Info Datin (2014). Situasi dan analisis diabetes. Diunduh pada tanggal 7 Juli 2016 dari http://www.depkes.go.id/folder/view/ 01/structure-publikasi-pusdatin-infodatin.html International Diabetes Federation (IDF). (2014). Diabetes facts and figures. Diunduh pada tanggal 19 Februari 2015 dari http://www.idf.org/diabetesatlas Irawan, D. (2010). Tesis: Prevalensi dan faktor resiko kejadian Diabetes Melitus (DM) tipe 2 di daerah Urban Indonesia (Analisa data sekunder Riskesdas 2007). Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Nathan, D.M. & Delahanty, L.M. (2005). Beating diabetes: The first program clinically proven to dramatically improve your glucose tolerance. New York : Mc.Graw Hill Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (Perkeni). (2015). Konsensus pengendalian dan pencegahan diabetes mellitus tipe 2 di Indonesia 2011.

Jurnal Kesehatan Al Irsyad (JKA).Vol.X.No.2, September 2017

8

Siagian, Priska. Trik mensiasati hormone stress. http://preventionindonesia.com/article .php?channel=prevention&name=/trik -mensiasati-hormon-stres. Diperoleh tanggal 27 Februari 2017 Sigal, R. J., Kenny, G. P., Wasserman, D. H., Castaneda-Sceppa, C., & White, R. D. (2006). Physical activity/exercise and type 2 diabetes : A consensus statement from the American Diabetes Association. Diabetes Care, 29, 1433 - 1438 Smeltzer, S.O. & Bare, B.G. (2008). Brunner & Suddarth’s textbook of medical surgical nursing. Philadelphia, Lippincott Williams & Wilkins Sudoyo, A., et al. (2006). Buku ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

training assists in preventing type 2 diabetes development. Biomed Central Cardiovascular Diabetology, 10 1-15. Thorand, B., Boumert, J., Kolb, H., Meisinger, Ch., Chambless, L., Koenig, W. & Herder, Ch. (2007). Sex differences in the predictions of type 2 diabetes by inflammatory markers. Diabetes Care, 30, 854 – 860 Webber, L., Wardel, J., Hill, C., Saxon, J., Jaarsweld. (2008). Eating behavior and weight in children. INt. J. Obesitas. (33), 21 – 8. Yale University Library (2010). Yale News. Diunduh pada tanggal 10 Maret 2017 dari http://web.library.yale.edu/libraryne ws/2010/11/glad_records_donated_to _yale_l.html.

Soewondo, P., Soegondo, S., Suastika, K., Pranoto, A.,Soeatmadji, D. W., & Tjokroprawiro, A. (2010). The DiabCare Asia 2008 study – Outcomes on control and complications of type 2 diabetic patients in Indonesia. Med J Indones., 19, 235 - 244 Sujaya, I.Ny. (2015). Pola konsumsi makanan tradisional Bali sebagai faktor resiko diabetes mellitus tipe 2 di Tabanan Bali. Jurnal Skala Husada. Vol. 6 No.1: 75-81 Swanson, V. (2012). Diabetes diet. UK : Xlibris Corporation LLC Teixeria-Lemos, Nunes S., Teixera F., Reis F. (2011). Regular physical exercise

Jurnal Kesehatan Al Irsyad (JKA).Vol.X.No.2, September 2017

9