ANALISIS KANDUNGAN BAHAN KERING, BAHAN

Download tebu berikut 4-7 helai daun yang dipotong dari tebu yang dipanen untuk tebu bibit atau bibit giling. Bila dilihat dari kandungan nutrisinya...

0 downloads 663 Views 801KB Size
ANALISIS KANDUNGAN BAHAN KERING, BAHAN ORGANIK DAN PROTEIN KASAR SILASE PUCUK TEBU (Saccharum officinarum L.) YANG DIFERMENTASI DENGAN UREA, MOLASES DAN KALSIUM KARBONAT

SKRIPSI

Oleh: FAHARUDDIN I 211 10 269

FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2014

i

ANALISIS KANDUNGAN BAHAN KERING, BAHAN ORGANIK DAN PROTEIN KASAR SILASE PUCUK TEBU (Saccharum officinarum L.) YANG DIFERMENTASI DENGAN UREA, MOLASES DAN KALSIUM KARBONAT

SKRIPSI

Oleh

FAHARUDDIN I 211 10 269

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin

FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2014

ii

PERNYATAAN KEASLIAN

1. Yang bertanda tangan dibawah ini: Nama

: Faharuddin

NIM

: I 211 10 269

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa: a. Karya skripsi yang saya tulis adalah asli b. Apabila sebagian atau seluruhnya dari karya skripsi, terutama dalam Bab Hasil dan Pembahasan, tidak asli atau plagiasi maka bersedia dibatalkan dan dikenakan sanksi akademik yang berlaku. 2. Demikian pernyataan keaslian ini dibuat untuk dapat dipergunakan seperlunya.

Makassar,

November 2014

FAHARUDDIN

iii

iv

KATA PENGANTAR

Segala puja dan puji bagi Allah SWT atas segala Rahmat dan Hidayah-Nya yang senantiasa tercurah kepada penulis sehingga penulis dapat merampungkan penulisan Skripsi ini. Shalawat dan Salam atas junjungan baginda Rasulullah SAW. yang telah menjadi panutan serta telah membawa umat manusia dari lembah kehancuran menuju dunia yang terang benderang. Limpahan rasa hormat, kasih sayang, cinta dan terima kasih tiada tara kepada Ayahanda H. Rani (Alm.) dan Ibunda Hafsah yang telah melahirkan, mendidik dan membesarkan dengan penuh cinta dan kasih yang begitu tulus kepada penulis sampai saat ini dan yang telah memberikan do’a dalam setiap detik nafas dan kehidupannya untuk keberhasilan penulis. Buat saudaraku A. Musdalifah dan A. Tenriati yang telah menjadi penyemangat kepada penulis. Dan keluarga besarku yang selama ini banyak memberikan do’a, kasih sayang, semangat dan saran. Semoga Allah SWT senantiasa mengumpulkan kita dalam kebaikan dan ketaatan kepada- Nya. Terima kasih tak terhingga kepada ibu Dr. Harfiah, S.Pt, MP. Sselaku Pembimbing Utama dan kepada Bapak Prof. Dr. Ir Asmuddin Natsis, M.Sc. selaku Pembimbing Anggota atas didikan, bimbingan, serta waktu yang telah diluangkan untuk memberikan petunjuk dan menyumbangkan pikirannya dalam membimbing penulis mulai dari perencanaan penelitian sampai selesainya skripsi ini.

v

Terima kasih setinggi-tingginya penulis sampaikan dengan segala keikhlasan dan kerendahan hati kepada :  Bapak Prof. Dr. Ir. Sudirman Baco M.Sc selaku Dekan Fakultas Peternakan.  Bapak Prof. Dr. Ir. Jasmal A. Syamsu, M.Si dan Ibu Dr. Ir. Syahriani Syahrir, M.Si selaku Ketua dan Sekertaris Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak.  Seluruh Dosen dan Staf Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin, khususnya Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternakyang telah memberikan sumbangsih ilmu selama penulis berada di bangku kuliah.  Bapak Prof. Dr. Ir Syamsuddin Hasan, M.Sc selaku penasehat akademik yang telah memberikan bimbingan akademik kepada penulis selama menjadi mahasiswa.  Faridah, atas segala bantuannya dan motivasinya dalam menyelesaikan skripsi ini dan Jufriadi Pratama selaku teman seperjuangan dalam penelitian.  Saudara - saudaraku MATADOR 2010 yang telah menjadi keluarga kecilku di Kampus Unversitas Hasanuddin termakasih atas segala bantuannya dan motivasinya selama penulis menjadi mahasiswa.  Keluarga besar HUMANIKA UNHAS yang telah mengajarkan saya sesuatu yang tidak pernah saya dapatkan di bangku kuliah.  Mereka yang tidak sempat saya sebut, hanya lantunan maaf yang bisa saya hadirkan dalam skripsi ini.

vi

Penulis memohon kepada ALLAH S.W.T., dari relung hati yang paling dalam untuk senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah serta petunjuk-Nya sehingga kita semua menjadi manusia-manusia yang selalu berserah diri pada takdir-Nya. Akhir kata semoga kita semua dijadikan manusia – manusia teladan yang selalu dalam lindungannya, semoga hati kita semua selalu disucikan dari hal – hal yang batil dan semoga kebahagiaan dunia dan akhirat selalu diperuntukkan untuk kita semua. Amin Ya Rabbal Alamin......... Makassar,

November 2014

Faharuddin

vii

Faharuddin (I211 10 269).Analisis Kandungan Bahan Kering, Bahan Organik dan Protein Kasar Silase Pucuk Tebu (Saccharum officinarum. L) yang Difermentasi dengan Urea, Molases dan Kalsium Karbonat (CaCO3). (Dibawah bimbingan Harfiah sebagai Pembimbing Utama dan Asmuddin Natsir sebagai Pembimbing Anggota).

ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan bahan kering, bahan organik dan protein kasar pucuk tebu yang difermentasi dengan urea, molases dan kalsium karbonat. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua tahap, yaitu fermentasi pucuk tebu dan analisis kandungan Bahan Kering (BK), Bahan organik (BO) dan Protein Kasar (PK). Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 4 perlakuan dan 3 ulangan yaitu P0 : Pucuk Tebu 1 kg (kontrol), P1 : P0 + Urea 5%, P2 : P1+ Molases 10 % dan P3 : P2 + Kalsium Karbonat 0,5%. Analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap kandungan bahan kering, bahan organik dan protein kasar silase pucuk tebu. Kesimpulan penelitian ini adalah penambahan urea 5%, molases 10% dan kalsium karbonat 0,5% ke dalam silase pucuk tebu dapat meningkatkan kandungan protein kasar tapi menurungkan kandungan bahan kering dan bahan organik. Perlakuan terbaik adalah P3 dengan kandungan protein tertinggi yaitu 15,93%.

Kata Kunci : Pucuk Tebu, Fermentasi, Urea, Molases, Kalsium Karbonat,

viii

Faharuddin (I211 10 269). Analysis Of The Content of Dry Matter, Organic Matter And Crude Protein Silage Sugarcane Tops (Saccharum officinarum L). Fermented with Urea, Molasses and Calcium Carbonate (Under the guidance Harfiah as a Supervisor and Asmuddin Natsir as a Co-Supervisor) ABSTRACT This research was aimed to determine the content of dry matter, organic matter and crude protein of sugarcane tops fermented with urea , molasses and calcium carbonate. This study was conducted in two phases namely the fermentation of sugarcane top and analysis of content of dry matter, organic matter and crude protein The experiment used is Completely Randomized Design consisting of 4 treatments and 3 replications , namely P0 : Sugarcane Tops 1 kg (control), P1 : P0 + 5% Urea, P2 : P1 + 10 % molasses and P3 : P2 + 0,5% Calcium Carbonate. Analysis of variance showed that the significant effect of treatment (P < 0.05) on the content of dry matter, organic matter and crude protein of sugarcane tops silage. The conclusion of this study is the addition of urea 5 % , 10 % molasses and 0.5 % calcium carbonate into the sugarcane tops silage can increase the crude protein content but lower content of dry matter and organic matter. The best treatment is a P3 with the highest protein content of 15.93 % . Key words : Sugarcane Tops, Fermentation, Urea, Molasses, Calcium Carbonate,

ix

DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL.......................................................................................

i

HALAMAN PENGAJUAN ...........................................................................

ii

PERNYATAAN KEASLIAN ........................................................................

iii

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................

iv

KATA PENGANTAR ....................................................................................

v

ABSTRAK .......................................................................................................

viii

ABSTRACT ....................................................................................................

ix

DAFTAR ISI .......................................................................................... ........

x

DAFTAR TABEL ...........................................................................................

xii

DAFTAR GAMBAR ......................................................................................

xiii

DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................

xiv

PENDAHULUAN ...........................................................................................

1

Latar Belakang ...................................................................................... Rumusan Masalah ................................................................................. Hipotesis ............................................................................................... Tujuan dan Kegunaan ...........................................................................

1 2 2 3

TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................

4

Gambaran Umum Pucuk Tebu (Saccharum officinarum L.) ................ Silase Pucuk Tebu (Saccharum officinarum L.) ................................... Bahan Kering dan Bahan Organik ........................................................ Protein Kasar .........................................................................................

4 6 11 12

METODE PENELITIAN .................................................................................

14

Waktu dan Tempat ............................................................................... Materi Penelitin ..................................................................................... Metode Penelitian ................................................................................

14 14 14

x

HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................................

19

Rataan Kandungan Bahan Kering, Bahan Organik dan Protein Kasar Silase Pucuk Tebu ................................................................................

19

KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................................

23

Kesimpulan ........................................................................................... Saran .....................................................................................................

23 23

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................

24

LAMPIRAN ....................................................................................................

27

RIWAYAT HIDUP

xi

DAFTAR TABEL

No.

Halaman Teks

1. Kandungan Nutrisi Pucuk Tebu dalam Bentuk Segar. ................................ 2. Rataan Kandungan Bahan Kering, Bahan Organik dan Protein Kasar silase Pucuk Tebu (gr/kg bahan) ............................................................................

6 19

xii

DAFTAR GAMABAR

No.

Halaman Teks

1. Bagan Analisis Proksimat ................................................................................... 12

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

No.

Halaman Teks

1. Tabel kandungan Bahan Kering, Bahan Organik dan Protein Kasar Silase Pucuk Tebu yang dengan Penambahan Urea, Molases dan Kalsium Karbonat .............................................................................................................. 27 2. Analisa Sidik Ragam Kandungan Bahan Kering Pucuk Tebu (Saccharum officnarum L) Dengan Penambahan Urea, Molases dan Kalsiu Karbonat ......... 28 3. Analisa Sidik Ragam Kandungan Bahan Organik Pucuk Tebu (Saccharum officnarum L) yang Difermentasi Dengan Urea, Molases dan Kalsium Karbonat .............................................................................................................. 31 4. Analisa Sidik Ragam Kandungan Protein Kasar Pucuk Tebu (Saccharum officnarum L) yang Difermentasi Dengan Urea, Molases dan Kalsium Karbonat .............................................................................................................. 34 5. Dokumentasi Penelitian ........................................................................................ 37

xiv

PENDAHULUAN

Latar Belakang Salah satu faktor keberhasilan suatu peternakan adalah ketersediaan hijauan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan pakan ternak khususnya pada ternak ruminansia. Hijauan memegang peranan penting pada produksi ternak ruminansia, karena pakan yang dikonsumsi oleh ternak tersebut sebagian besar dalam bentuk hijauan. Akan tetapi ketersediaan hijauan sangat berpariasi. Pada musim hujan ketersediaan cukup melimpah namun sebaliknya pada musim kemarau ketersediaan hijauan masih sangat terbatas sehingga peternak kesulitan untuk mendapatkan hijauan dengan kualitas yang baik. Sehingga pemanfaatan limbah pertanian dan perkebunan menjadi salah satu opsi untuk mengatasi hal tersebut. Indonesia sendiri merupakan negara dengan lahan pertanian yang luas sehingga potensi limbah pertanian dan perkebunan sebagai pakan ternak ruminansia cukup besar. Namun potensi tersebut belum dimanfaatkan secara optimal, dan sebagian besar hanya digunakan sebagai bahan bakar, pupuk organik dan bahan baku industri. Pemanfaatan limbah pertanian untuk meningkatkan produksi ternak merupakan langkah yang bijak guna mengatasi persaingan yang ketat dalam upaya penyediaan pakan. Pemanfaatan limbah ini merupakan solusi dalam rangka mengurangi pecemaran lingkungan. Salah satu limbah pertanian yang dapat digunakan sebagai pakan ternak ruminansia adalah pucuk tebu. Pucuk tebu digunakan sebagai makanan ternak ruminansia pengganti hijauan. Meskipun pontensinya cukup besar, namun angka

1

pemanfaatnya masih relatif rendah. Menurut Badan Pusat Statistik Indonesia (2012), pada tahun 2011 luas lahan perkebunan tebu adalah 451.788 Ha, dengan produksi mencapai 2.267.887 ton. Produksi tebu yang berasal dari perkebunan tebu di Sulawesi Selatan pada tahun 2011 sebesar 20.935 ton. Dalam satu hektar kebun tebu akan diperoleh 180 ton biomassa / tahun yang terdiri atas 38 ton pucuk tebu dimana 23% dari satu batang tebu adalah pucuk tebu (Sandi dkk., 2012) Namun kendala penggunaan pucuk tebu untuk pakan adalah nilai nutrisinya yang rendah sehingga pemanfaatanya sebagai pakan ternak ruminansia tidak begitu efektif. Oleh karena itu berbagai metode pengawetan perlu diterapkan dalam pengolahan bahan pakan ternak guna menunjang ketersediaan pakan, baik itu dalam bentuk hay ataupun silase. Sehingga fermentasi dengan mneggunakan urea, moleses dan kalsium karbonat adalah salah satu upaya yang akan diterapkan untuk meningkatkan kualitas dari pucuk tebu tersebut. Rumusan Masalah Pucuk tebu merupakan salah satu limbah pertanian yang sangat potensial sebagai pakan ternak ruminansia. Namun rendahnya nilai nutrisi dari pucuk tebu merupakan salah satu kendala dalam pemanfaatan pakan ternak ruminansia. Sehingga berdasarkan hal tersebut maka perlu diadakan penelitian tentang bagaimana meningkatan nilai nutrisi dari pucuk tebu tersebut dengan perlakuan fermentasi. Hipotesis Diduga bahwa fermentasi pucuk tebu menggunakan urea, molases dan kalsium karbonat akan mempengaruhi kandungan bahan kering dan bahan organik serta meningkatkan protein kasar pucuk tebu. 2

Tujuan dan Kegunaan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kandungan bahan kering, bahan organik dan protein kasar pucuk tebu yang difermentasi dengan urea, molases dan kalsium karbonat. Kegunaan dari penelitian ini adalah untuk memberikan informasi kepada peternak tentang teknologi fermentasi menggunakan urea, molases dan kalsium karbonat untuk meningkatkan kualitas pucuk tebu sebagai pakan ternak ruminansia.

3

TINJAUAN PUSTAKA

Gambaran Umum Pucuk Tebu (Saccharum officinarum L.) Tanaman tebu termasuk salah satu anggota dari familia Gramineae, sub familia Andropogonae. Banyak ahli berpendapat bahwa tanaman tebu berasal dari Irian, dan dari sana menyebar ke kepulauan Indonesia yang lain, Malaysia, Filipina, Thailand, Burma, dan India. Dari India kemudian dibawa ke Iran sekitar tahun 600 M, dan selanjutnya oleh orang-orang Arab dibawa ke Mesir, Maroko, Spanyol, dan Zanzibar. Tanaman tebu mempunyai sosok yang tinggi kurus, tidak bercabang, dan tumbuh tegak. Tinggi batangnya dapat mencapai 3-5 m atau lebih. Kulit batang keras berwarna hijau, kuning, ungu, merah tua, atau kombinasinya. Pada batang terdapat lapisan lilin yang berwarna putih keabu-abuan dan umumnya terdapat pada tanaman tebu yang masih muda. (Tjokroadikoesoemo dkk., 2005). Klasifikasi ilmiah dari tanaman tebu adalah sebagai berikut: Kingdome

: Plantae

Divisio

: Spermathophyta

Sub Divisio

: Angiospermae

Class

: Monocotyledone

Ordo

: Glumiflorae

Famili

: Graminae

Genus

: Saccharum

Spesies

: Saccharum officinarum L. (Tarigan dkk., 2006).

4

Pucuk tebu merupakan limbah yang tidak banyak dimanfaatkan oleh produsen gula sehingga berpotensi sebagai penyedia pakan ternak yang potensial. Selain itu, tanaman tebu biasa dipanen pada musim kemarau sehingga dapat digunakan sebagai alternatif pengganti rumput yang pada musim tersebut persediaannya sangat berkurang (Priyanto, 2010). Menurut Muhtaruddin (2007) Pucuk tebu adalah bagian ujung atas batang tebu berikut 4 sampai 7 lembar daun yang dipotong dari tanaman tebu pada saat ditebang. Pucuk tebu yang diperoleh pada saat panen mempunyai berat sekitar 14% dari berat tebu. Pucuk tebu dapat digunakan sebagai pengganti hijauan tanpa menimbulkan dampak negatif. Pemberian pucuk tebu pada ternak ruminansia hanya dapat mencukupi kebutuhan hidup pokok ternak. Pucuk tebu bukan saja mengandung protein yang rendah, tetapi juga mineral dan vitamin rendah. Oleh karena itu, pemberian pucuk tebu pada ternak ruminansia memerlukan bahan suplementasi sebagai sumber protein, mineral dan vitamin. Pucuk tebu yang merupakan limbah panenan tebu, potensinya sangat tergantung pada luas areal panen, varietas dan produksi per satuan luas tanaman tebu. Menurut data yang diperoleh dari hasil penelitian dinyatakan bahwa, 23% dari bagian ujung sebatang tebu adalah merupakan pucuk tebu (Kuswandi, 2007). Pucuk tebu merupakan limbah tanaman yang sangat potensial sebagai pakan ternak karena jumlahnya tersedia banyak dan tidak bersaing dengan kebutuhan manusia. Satu hektar kebun tebu akan diperoleh 180 ton biomassa / tahun yang terdiri atas 38 ton pucuk tebu dan 72 ton ampas tebu yang mampu menyediakan pakan ternak sapi sebanyak 17 ekor dengan bobot 250-450 kg. Pucuk tebu yang dimanfaatkan sebagai pakan ternak adalah ujung atas batang

5

tebu berikut 4-7 helai daun yang dipotong dari tebu yang dipanen untuk tebu bibit atau bibit giling. Bila dilihat dari kandungan nutrisinya, protein kasar pucuk tebu lebih tinggi bila dibandingkan kandungan protein kasar jerami padi maupun jerami jagung, akan tetapi kandungan serat kasarnya adalah yang tertinggi (Sandi dkk., 2012). Tabel 1. Kandungan Nutrisi Pucuk Tebu Dalam Bentuk Segar Kandungan Zat

Kadar Zat (%)

Bahan Kering

39,9

Abu

7,42

Sera Kasar

42,30

Protein Kasar

7,4

Lemak Kasar

2,90

BETN

40,00

Sumber : Lamid., dkk (2012) Silase Pucuk Tebu (Saccharum officinarum L.) Silase adalah pakan dari limbah pertanian atau dari hijauan makanan ternak yang diawetkan dengan cara fermentasi anaerob dalam kondisi kadar air tinggi (40-80%) sehingga hasilnya bisa disimpan tanpa merusak zat makanan/gizi di dalamnya. Maksud pembuatan silase adalah pengawetan hijauan makanan ternak

dengan

memperhatikan

kehilangan

nutisi

yang

minimal

dan

menghindarkan dari perubahan komposisi kimianya. Kualitas yang baik diperlihatkan melalui beberapa parameter seperti pH, asarn laktat, warna, tekstur, suhu, persentase kerusakan dan kandungan nutisi dari silase (Ridwan dkk., 2005).

6

Prinsip pembuatan silase adalah fermentasi hijauan oleh mikroba yang banyak menghasilkan asam laktat. Fermentasi merupakan proses perombakan dari struktur keras secara fisik, kimia, dan biologis sehingga bahan dari struktur kompleks menjadi sederhana sehingga daya cerna ternak menjadi lebih efisien (Hanafi, 2008). Fermentasi merupakan proses pemecahan senyawa organik menjadi sederhana yang melibatkan mikroorganisme. Proses fermentasi dapat meningkatkan ketersediaan zat-zat makanan seperti protein dan energi metabolis serta mampu memecah komponen kompleks menjadi komponen sederhana (Zakariah., 2012). Lebih lanjut Yuanita (2012) menyatakan bahwa Fermentasi merupakan proses pemecahan karbohidrat dan asam amino secara anerobik, yaitu tanpa memerlukan oksigen. Senyawa yang dapat dipecah dalam proses fermentasi terutama karbohidrat, sedangkan asam amino hanya dapat difermentasi oleh beberapa jenis bakteri tertentu. Fermentasi sebagai suatu proses dimana komponen komponen kimiawi dihasilkan sebagai akibat adanya pertumbuhan maupun metabolisme mikroba. fermentasi dapat meningkatkan nilai gizi bahan berkualitas rendah serta berfungsi dalam pengawetan bahan pakan dan merupakan suatu cara untuk menghilangkan zat anti nutrisi atau racun yang terkandung dalam suatu bahan pakan. Tujuan fermentasi adalah menghasilkan suatu produk (bahan pakan) yang mempunyai kandungan nutrisi, tekstur, biological availability yang lebih baik Disamping itu juga menurunkan zat anti nutrisinya (Pujianingsih., 2005) sementara Komar (1984) dalam Eko dkk., (2012) menyatakan bahwa tujuan dari fermentasi yaitu untuk mengubah selulosa menjadi senyawa yang lebih sederhana melalui dipolimerisasi dan memperbanyak protein mikroorganisme.

7

Peningkatan level aditif pada fermentasi akan memacu aktivitas fermentasi sehingga menyebabkan produksi H2O juga meningkat. Peningkatan kandungan air selama ensilase menyebabkan kandungan bahan kering silase menurun sehingga menyebabkan peningkatan kehilangan bahan kering. Semakin tinggi air yang dihasilkan selama ensilase, maka kehilangan bahan kering semakin meningkat. Oleh karena itu, peningkatan kehilangan bahan kering juga dipengaruhi oleh peningkatan kadar air yang berasal dari fermentasi gula sederhana (Surono dkk., 2006). Sementara itu Sartini (2003) menyatakan bahwa penurunan bahan kering silase dipengaruhi oleh respirasi dan fermentasi. Respirasi akan menyebabkan kandungan nutrien banyak yang terurai sehingga akan menurunkan bahan kering, sedangkan fermentasi akan menghasilkan asam laktat dan air lebih Dalam fermentasi pucuk tebu diperlukan penambahan zat aditif untuk meningkatkan kandungan nutrisi dan menurunkan kadar serat kasar pucuk tebu. pucuk tebu hanya mampu dikonsumsi oleh sapi sebanyak kurang dari 1% dari bobot hidup (dalam hitungan bahan kering). Oleh karena itu, limbah perkebunan ini perlu diproses dulu sebelum diberikan pada ternak, sedangkan untuk optimasi produksi ternak, perlu suplementasi zat tertentu (Kuswandi., 2007). Sementara menurut Muhtaruddin (2007) Pemberian pucuk tebu pada ternak ruminansia hanya dapat mencukupi kebutuhan hidup pokok, sehingga apabila akan digunakan untuk tujuan produksi ternak, maka perlu dilakukan suplementasi protein. Salah satu kelemahan dari pucuk tebu adalah kandungan serat kasar yang tinggi dan proteinnya rendah. Untuk meningkatkan manfaat dari pucuk tebu maka perlu dilakukan pengolahan. Salah satu metode pengolahan yang biasa digunakan untuk pakan berserat tinggi adalah pengolahan kimiawi

8

Berikut bahan yang di gunakan dalam fermentasi adalah : 1. Kalsium Karbonat (CaCO3) Untuk mencapai kondisi yang optimum bagi pertumbuhan dan metabolisme bakteri asam laktat, lingkungan, dan keadaan media fermentasi dijaga dengan baik. Suhu optimum berkisar 28-400 C dengan pH dipertahankan berkisar 5-5,8. Kalsium karbonat ditambahkan untuk menjaga derajat keasaman tersebut. Kalsium karbonat adalah reagen yang umum digunakan untuk menetralkan asam laktat selama fermentasi. Kelarutannya yang rendah di dalam air menyebabkannya dapat menetralkan asam laktat dan mempertahankan pH pada tingkat tertentu secara otomatis. (Ferdaus dkk., 2008). 2. Urea Urea [CO(NH2)2] merupakan kristal putih, tidak berbau, digunakan secara luas sebagai pupuk pada pertanian. Dibindang peternakan, urea juga diganakan sebagai ureasi jerami, pembuatan silase dan pembuatan urea molases blok untuk makanan ternak ruminansia. Puastuti (2010) menjelaskan bahwa pengolahan bahan pakan dengan penambahan urea merupakan proses pengolahan yang umum dilakukan terhadap bahan pakan berserat kasar tinggi. Urea sering digunakan untuk meningkatkan kecernaan pakan berserat melalui proses amoniasi. Urea dengan rumus molekul CO(NH2)2 banyak digunakan dalam ransum ternak ruminansia karena mudah diperoleh, harganya murah dan sedikit efek keracunan yang diakibatkannya dibandingkan dengan biuret. Secara fisik urea berbentuk kristal padat berwarna putih dan higroskopis urea telah terbukti mempunyai pengaruh yang baik terhadap pakan. Setelah terurai menjadi NH3 dan CO2 dengan adanya molekul air, NH3 akan mengalami hidrolisis menjadi NH4 + dan OH-.

9

Senyawa NH3 mempunyai pKa = 9,26, berarti bahwa dalam suasana netral (pH = 7) akan lebih banyak terdapat sebagai NH+. Penambahan urea dapat menyebabkan perubahan struktur dinding sel. Perubahan ini disebabkan oleh adanya proses hidrolisis dari urea yang mampu memecah ikatan lignoselulosa dan lignohemiselulosa, serta melarutkan silika dan lignin yang terdapat dalam dinding sel bahan pakan berserat (Komar, 1984 dalam Eko dkk., 2012). Selain itu menurut (Marjuki., 2012) amonia dalam proses hidrolisis urea yang terbentuk mengubah komposisi dan struktur dinding sel juga dapat melonggarkan atau membebaskan ikatan antara lignin dan selulose atau hemiselulose yaitu dengan memutus jembatan hidrogen antara lignin dan selulose atau hemiselulose. 3. Molases Molases adalah hasil samping yang berasal dari pembuatan gula tebu (Saccharum officinarum L). Molases berupa cairan kental dan diperoleh dari tahap pemisahan kristal gula. Molases tidak dapat lagi dibentuk menjadi sukrosa namun masih mengandung gula dengan kadar tinggi 50-60%, asam amino dan mineral. Molases kaya akan biotin, asam pantotenat, tiamin, fosfor, dan sulfur. Selain itu juga mengandung gula yang terdiri dari sukrosa 30-40%, glukosa 4-9%, dan fruktosa 5-12%. Tetes tebu digunakan secara luas sebagai sumber karbon untuk denitrifikasi, fermentasi anaerobik, pengolahan limbah aerobik, dan diaplikasikan pada budidaya perairan. Karbohidrat dalam tetes tebu telah siap digunakan untuk fermentasi tanpa perlakuan pendahuluan karena sudah berbentuk gula (Hidayat dkk., 2006).

10

Molases sebagai media fermentasi digunakan sebagai sumber bahan makanan bagi bakteri selama proses fermentasi berlangsung. Bakteri akan menggunakan sumber karbohidrat sebagai sumber makannya. Ketika sumber karbohidrat di dalam medium telah habis terpakai, maka bakteri beralih menggunakan

sumber

nitrogen.

Penambahan

karbohidrat

seperti

tetes

dimaksudkan untuk mempercepat terbentuknya asam laktat serta menyediakan sumber energi yang cepat tersedia bagi bakteri (Eko dkk., 2012). Lebih lanjut Nurul dkk., (2012) menyataan bahwa penambahan molases sebagai sumber energi mikrobia sehingga mikrobia berkembang lebih banyak dalam proses pemeraman dan dengan bertambahnya mikrobia maka bermanfaat sebagai penyumbang kadar protein kasar. Komposisi nutrisi tetes dalam 100 % bahan kering adalah 0,3 % lemak kasar 0,4 % serat kasar, 84,4 % BETN, 3,94 % protein kasar dan 11% abu (Eko dkk., 2012). Bahan Kering dan Bahan Organik Bahan pakan mengandung zat nutrisi yng terdiri dari air, bahan kering, bahan organik yang terdiri dari protein, karbohidrat, lemak dan vitamin. Hartadi dkk., (1991) menyatakan bahwa bahan kering terdiri dari bahan organik yaitu mineral yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah cukup untuk pembentukan tulang dan berfungsi sebagai bagian dari enzim dan hormon. Bahan organik utamanya berasal dari golongan karbohidrat, yaitu BETN dengan komponen penyusun utama pati dan gula yang digunakan oleh bakteri untuk menghasilkan asam laktat. Kehilangan BO ditandai dengan meningkatnya kandungan air dan serat kasar silase serta turunnya kandungan BETN silase. Pada perlakuan menggunakan silase terjadi peningkatan kecernaan bahan organik. Pada 11

proses ensilse terjadi aktivitas bakteri pembentuk asam laktat sampai pH mencapai

4—5.

Aktivitas

mikroba

ini

kemungkinan

menyebabkan

merenggangnya ikatan lignosellulosa dan lignoprotein pada pucuk tebu. Kondisi ini, menyebabkan kecernaan bahan organik akan meningkat (Muhtaruddin, 2007).

Gambar 1. Bagan Analisis Proksimat Protein Kasar Protein adalah senyawa organik kompleks yang mempunyai berat molekul tinggi. Seperti halnya karbihidrat dan lipida, protein mengandung unsur-unsur karbon, hidrogen dan oksigen, tetapi sebagai tambahannya, semua protein mengandung nitrogen. Kebanyakan protein mengandung sulfur, beberapa protein mengandung phosfor (Hartadi dkk., 1991).

12

Protein merupakan zat gizi yang amat penting, karena paling erat hubungannya dengan proses-proses kehidupan. Protein adalah sumber asam amino yang memiliki unsur-unsur C, H, O dan N yang tidak memiliki lemak atau karbohidrat. Fungsi utama protein adalah membentuk jaringan baru dan mempertahankan jaringan yang telah ada, karena protein merupakan materi penyusun dasar dari semua jaringan tubuh yang dibentuk (Anggrodi., 1994). Semua protein dapat mengalami denaturasi dengan berbagai jalan dan sebagai contohnya adalah koagulasi protein oleh pemanasan. Banyak zat penyebab denaturasi selain panas, yaitu asam kuat, basa kuat, alkohol, aseton, urea, garamgaram logam berat (Tillman dkk., 1991). Protein kasar adalah nilai hasil bagi dari total nitrogen ammonia dengan faktor 16% (16/100) atau hasil kali dari total nitrogen ammonia dengan faktor 6,25 (100/16). Faktor 16% berasal dari asumsi bahwa protein mengandung nitrogen 16%. Kenyataannya nitrogen yang terdapat di dalam pakan tidak hanya berasal dari protein saja tetapi ada juga nitrogen yang berasal dari senyawa bukan protein atau nitrogen nonprotein (non–protein nitrogen /NPN). Dengan demikian maka nilai yang diperoleh dari perhitungan diatas merupakan nilai dari apa yang disebut protein kasar (Kamal,1998).

13

MATERI DAN METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitan ini dilaksanakan pada bulan Maret – Mei 2014 dengan dua tahap, yaitu tahap pertama fermentasi pucuk tebu di Laboratorium Herbivora Fakultas Peternakan dan tahap kedua yaitu analisis kandungan Bahan Kering (BK), Bahan organik (BO) dan Protein Kasar (PK) di Laboratorium Kimia Makanan Ternak Fakultas Peternakan Universitans Hasanauddin Makassar Sulwesi Selatan. Materi Penelitian Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pucuk tebu,Kalsium Karbonat, urea, Molases, dan bahan untuk analisis proksimat. Peralatan yang digunakan pada penelitian ini adalah polybag, tali rapiah, gunting, dan peralatan untuk analisis proksimat. Metode Penelitian a). Perlakuan Penelitian dirancang menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 4 perlakuan dan 3 ulangan. Komposisi prlakuan sebagai berikut: P0 : Pucuk Tebu1 kg (kontrol) P1 : Pucuk Tebu 1 kg + Urea 5% P2 : Pucuk Tebu 1 kg + Urea 5% + Molases 10 % P3 : Pucuk Tebu 1 kg + Urea 5% + Molases 10% + CaCO3 0,5%

14

b). Pelaksanaan Penelitian Tahap pertama pucuk tebu dilayukan selama 2 – 3 jam hingga mencapai kadar air ± 60%. Selanjutnya dicincang ± 3 cm kemudian ditambahkan Urea 5%, Molases 10% dan Kalsium Karbonat 0,5% sesuai dengan perlakuan (P0, P1, P2 dan P3). Selanjutnya diaduk rata dan difermentasikan di dalam polybag dengan kondisi anaerob dan disimpan di tempat teduh selama 21 hari. Setelah 21 hari, dilakukan penilaian organoleptik meliputi: warna, aroma, tekstur dan ada tidaknya jamur. Tahap ke-2 sampel di ambil pada setiap perlakuan dan masing – masing sampel ditimbang kemudian dilakukan analisis proksimat (AOAC, 1980). c). Parameter yang diukur Dalam penelitian ini parameter yang diukur adalah kandungan bahan kering, bahan organik dan protein kasar pucuk tebu. Analisa bahan kering, bahan organik dan protei kasar dilakukan berdasarkan anlaisis proksimat. Untuk mengetahui kandungan bahan kering, bahan organik dan protein kasar, dilakukan prosedur sebagai berikut : A. Bahan Kering 

Cawan porseling yang bersih dimasukkan ke dalam oven dan pada suhu 1050 C selama 24 jam kemudian didinginkan kedalam desikator selama 30 menit dan ditimbang (a gram)



Sampel sebanyak ± 1 gram dimasukkan ke dalam cawan porselin dan ditimbang bersama-sama (b gram).



Kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 105o C selama 24 jam dan setelah kering didinginkan dalam desikator dan ditimbang kembali (c gram)

15

Hasil pengamatan dihitung berdasarkan rumus berikut : b–a Kadar Air

=

x 100 % c–a

Kadar Bahan Kering = 100% - Kadar Air Keterangan

: a = berat cawan kosong (gram) b = berat cawan + sampel sebelum dioven (gram) c = berat cawan + sampel setelah dioven (gram)

B. Bahan Organik 

Sampel dari analisa bahan kering dimasukkan kedalam tanur listrik selama 3 jam pada suhu 6000C.



Tanur dimatikan dan dibiarkan agak dingin kemudian tanur dibuka lalu sampel diambil dan dimasukkan kedalam desikator selama 30 menit, kemudian ditimbang (d gram).

Rumus yang digunakan adalah : Kadar Abu

=

d–a x 100 % b–a

%Bahan Organik =

(100% - Kadar Abu) --------------------------- x BK 100

BO = %BO x BK Keterangan : a

= Berat cawan kosong (gram)

b

= Berat cawan + sampel sebelum dioven (gram)

d

= Berat cawan + sampel setelah ditanur (gram)

16

C. Protein Kasar 

Menimbang sampel ± 0,5 gram



Memasukkan kedalam labu khjedal 100 ml



Menambahkan ± 1 gram campuran selenium dan 10 ml H2SO4 pekat (teknis)



Labu khjedal bersama isinya digoyangkan sampai semua sampel terbasahi dengan H2SO4



Destruksi dalam lemari asam sampai jernih



Setelah dingin, tuang dalam labu ukur 100 ml dan dibilas dengan air suling



Menambahkan air suling sampai pada tanda garis



Memipet sampai 10 ml ke dalam labu destilasi dan ditambah dengan 5 ml larutan NaOH 30% dan air suling



Menyiapkan labu penanmpung yang terdiri dari 10 ml H3BO3 2% ditambah dengan 4 tetes indilator campuran dalam erlenmeyer 100 ml



Suling hingga volume penampung menjadi 50 ml



Bilas ujung penyuling dengan air suling kemudian penampung bersama isinya dititrasi dengan larutan H2SO4 0,022 N Rumus yang digunakan adalah : V x N x 0,014 x 6,25 x P Kadar Protein Kasar =

x 100% Berat Sampel (gram)

17

Keterangan : V = Volume titrasi cantoh N = Normaliter larutan H2SO4 P = Faktor pengencer

d. Analisis Data Data yang diperoleh diolah menggunkan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 3 ulangan (Gazper 1994) dengan model matematika sebagai berikut : Yij = µ + τi + €ij Keterangan : Yij

=

Nilai Pengamatan dengan ulangan ke-j

µ

=

Rata - rata umum (nilai tengah pengamatan)

τi

=

Pengaruh Perlakuan ke- i ( i = 1, 2, 3, 4)

€ij

=

Galat percobaan dari perlakuan ke-i pada pengamatan ke –j ( j = 1, 2, 3, 4)

Beda antar perlakuan akan dilakukan dengan uji kontras dengan cara sebagai berikut : Kontras 1 : P0 vs P1, P2, P3 Kontras 2 : P1 vs P2, P3 Kontras 3 : P2 vs P3

18

HASIL DAN PEMBAHASAN

Rataan Kandungan Bahan Kering, Bahan Organik dan Protein Kasar Silase Pucuk Tebu Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh rata-rata bahan kering, bahan organik dan protein kasar silase pucuk tebu dengan penambahan urea, molases dan kalsium karbonat dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Rataan Kandungan Bahan Kering, Bahan Organik dan Protein Kasar (gr/kg bahan) Perlakuan Parameter P0 P1 P2 P3 Bahan Kering

266,2

244,8

232,0

248,2

Bahan Organik

246,8

228,5

214,5

225,8

Protein Kasar

85,0

138,8

149,2

159,3

Keterangan : P0 = Pucuk Tebu1 kg (kontrol); P1 : Pucuk Tebu 1 kg + Urea 5%; P2 = Pucuk Tebu 1 kg + Urea 5% + Molases 10 %; P3 = Pucuk Tebu 1 kg + Urea 5% + Molases 10% + CaCO3 0,5%. Hasil Uji Kontras Nilai Bahan Kering : P0 vs P1, P2, P3 = P<0,01; P1 vs P2, P3 = P<0,01; P2 vs P3 = P<0,01; Bahan Oranik : P0 vs P1, P2,P3 = P<0,05; Protein Kasar : P0 vs P1, P2, P3 = P<0,01; P1 vs P2, P3 = P<0,01; P2 vs P3 = P<0,01.

Hasil analisis ragam (Lampiran 2, 3 dan 4) menunjukkan bahwa penambahan Urea, Molases dan Kalsium karbonat berpengaruh nyata (P<0,01) terhadap kandungan bahan kering dan bahan organik serta protein kasar silase pucuk tebu. Uji kontras (Lampiran 2) menunjukkan bahwa kandungan bahan kering silase pucuk tebu P0 nyata lebih tinggi (P<0,01) dibanding gabungan kandungan bahan kering P1, P2 dan P3. Lebih lanjut kandungan bahan kering P1 nyata lebih tinggi (P<0,05) dibanding gabungan kandungan bahan kering P2 dan P3. Demikian pula dengan P2 nyata lebih tinggi (P<0,01) di banding dengan P3.

19

Berdasarkan Tabel 2. di atas kandungan bahan kering tertinggi adalah P0 (kontrol), hal ini disebabkan karena tidak adanya penambahan zat aditif pada perlakuan tersebut sehingga tidak terjadi peningkatan kadar air dalam silase. Penurunan nilai bahan kering ditunjukkan pada perlakuan P1, P2 dan P3 karena adanya penambahan zat aditif pada masing–masing perlakuan sehingga meningkatkan kadar air dalam silase. Hal ini sesuai pendapat Surono dkk., (2006) bahwa terjadi peningkatan kehilangan bahan kering yang semakin besar seiring dengan meningkatnya level aditif. Semakin besar ketersediaan karbohidrat terlarut menyebabkan terjadinya peningkatan aktivitas fermentasi oleh bakteri untuk menghasilkan asam laktat sehingga menyebabkan kehilangan bahan kering yang lebih besar dalam ensilase tersebut. Menurut Sartini (2003) Penurunan bahan kering silase dipengaruhi oleh respirasi dan fermentasi. Respirasi akan menyebabkan kandungan nutrien banyak yang terurai sehingga akan menurunkan bahan kering, sedangkan fermentasi akan menghasilkan asam laktat dan air. Lebih lanjut Surono dkk., (2006) menyatakan bahwa Peningkatan level aditif diduga memacu aktivitas fermentasi sehingga menyebabkan produksi H2O juga meningkat. Peningkatan kandungan air selama ensilase menyebabkan kandungan bahan kering silase menurun sehingga menyebabkan peningkatan kehilangan bahan kering. Semakin tinggi air yang dihasilkan selama ensilase, maka kehilangan bahan kering semakin meningkat. Oleh karena itu, peningkatan kehilangan bahan kering juga dipengaruhi oleh peningkatan kadar air yang berasal dari fermentasi gula sederhana.

20

Hasil uji kontras (Lampiran 3) terhadap kandungan bahan organik silase pucuk tebu memperlihatkan bahwa rataan bahan organik P0 itu nyata lebih tinggi (P<0,01) dibanding P1, P2 dan P3. Tapi P1 tidak lebih tinggi (P>0,05) dibandingkan dengan gabungan P2 dan P3 demikian pula P2 tidak Lebih tinggi dibandingkan dengan P3. Kehilangan bahan organik terjadi pada perlakuan P2. Hal ini diduga karena pada perlakuan P2 di tambahkan molases yang merupakan sumber karbohidrat untuk bakteri asam laktat yang digunakan dalam fermentasi dan juga terjadi peningkatan kadar air yang mengakibatkan terjadinya kehilangan bahan organik. Hal ini sesuai dengan pernyataan Surono dkk., (2006) bahwa secara umum diketahui bahwa asam laktat dalam ensilase dihasilkan dari komponen bahan organik terutama karbohidrat, sehingga meningkatkan pembentukan asam laktat. Kehilangan bahan organik dalam silase utamanya berasal dari golongan karbohidrat, yaitu BETN dengan komponen penyusun utama pati dan gula yang digunakan oleh bakteri untuk menghasilkan asam laktat. Kehilangan bahan organik ditandai dengan meningkatnya kandungan air dan turunnya kandungan BETN silase. Hasil uji kontras (Lampiran 4) terhadap kandungan protein menunjukkan bahwa kandungan protein kasar kontrol (P0) nyata lebih rendah (P<0,01) dibanding kandungan protein kasar gabungan P1, P2 dan P3. Lebih lanjut kandungan protein kasar P1 nyata lebih rendah (P<0,01) dibandingkan gabungan antara P2 dan P3 demikian pula kandungan protein kasar P2 nyata lebih rendah (P<0,05) dibandingkan P3.

21

Berdasarkan tabel 2. di atas kandungan protein tertinggi adalah P3. Peningkatan tersebut diduga karena pada perlakuan P3 ditambahkan urea, molases dan kalsium karbonat. Ketiga zat aditif tersebut adalah sumber energi bagi bakteri asam laktat sehingga mampu bekerja secara optimal dalam fermentasi dimana bakteri asam laktat adalah mikroba yang berperan dalam meningkatnya kandungan protein kasar silase hal ini sesuai dengan pendapat Heller (2009) dalam Nurul, (2012) yang menyatakan bahwa yang penting dari bakteri asam laktat adalah kemampuannya untuk memfermentasi gula menjadi asam laktat (Lactobacillus lactis, Pediococcus atau Streptococcus, dan Acetobacter aceti) dimana bakteri tersebut merupakan penyumbang protein asal mikrobia. Lebih lanjut Santoso dkk., (2008) menyatakan bahwa bakteri asam laktat mempunyai peranan yang penting pada fermentasi hijauan dan mempengaruhi kualitas silase yang dihasilkan.

22

PENUTUP

Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa penambahan urea 5%, molases 10% dan kalsium karbonat 0,5% ke dalam silase pucuk tebu dapat meningkatkan kandungan protein kasar tapi menurungkan kandungan bahan kering dan bahan organik. Perlakuan terbaik adalah P3 dengan kandungan protein tertinggi yaitu 15,93%. Saran Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh silase pucuk tebu dengan penambahan urea, molases dan CaCO3 terhadap kecernaan ternak ruminansia.

23

DAFTAR PUSTAKA

Anggorodi, R. 1994. Ilmu Makanan Ternak Umum. PT. Gramedia. Jakarta. AOAC. 1980. Official Methods Of Analysis Of the Associaton Of Official Analytical Chemist. Edisi Ke Riga. PO BOX 540. Benjamin Franklin Station Washington DC 2004. BPS. 2012. Badan Pusat Statistik Republik Indonesia, Jakarta. Eko, D., Junus, M., dan M. Nasich. 2012. Pengaruh Penambahan Urea Terhadap Kandungan Protein Kasar dan Serat Kasar Padatan Lumpur Organik Unit Gas Bio. Fakultas Peternakan, Universitas Brawijaya, Malang. Ferdaus, F., Wijayanti. M.O, Rentonigtiyas. E.S., dan W. Irawati. 2008. Pengaruh ph, Konsentrasi Substrat, Penambahan Kalsium Karbonat dan Waktu Fermentasi Terhadap Perolehan Asam Laktat dari Kulit Pisang. Fakultas Teknik Jurusan Teknik Kimia Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya. Gazper, V. 1994. Metode Perancangan Percobaan. Penerbit CV. Armico Areas. FAO, Rome. Hanafi, N. D. 2008. Teknologi Pengawetan Pakan Ternak. Universitas Sumatera Utara. Hartadi, H., Tilman, A. D., Reksohadiprojo, S., Kusumo, S. P dan S. Lebdosoekodjo. 1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University press, yogyakarta. Hidayat, N.M.C.,dan Suhartini. 2006. Mikrobiologi Industri. Andi. Jakarta. Kamal, M. 1998. Nutrisi Ternak I. Rangkuman. Lab. Makanan Ternak, jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan, UGM. Yogyakarta. Kuswandi. .2007. Balai Penelitian Ternak .Teknologi Pakan untuk Limbah Tebu (Fraksi Serat) sebagai Pakan Ternak Ruminansia.bogor Lamid, M., Ismudion., Koesnoto, S., Chusnati, S., Hadayati, N., dan E.V.F. Vina. 2012. Karakteristik Silase Pucuk Tebu (Saccharum Officinarum, Linn) Dengan Penambahan Lactobacillus Plantarum. Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyaraka. Surabaya.

24

Marjuki. 2012. Peningkatan Kualitas Jerami Padi Melalui Perlakuan Urea Amoniasi. Artikel Ilmiah. Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya Malang. Muhtaruddin. 2007. Kecernaan Pucuk Tebu Terolah Secara In Vitro [The In Vitro Digestibility Of Processed Sugarcane]. Fakultas Pertanian Universitas Lampung, Bandar Lampung. Nurul, A., Junus, M., dan M. Nasich. 2012. Pengaruh Penambahan Molases Terhadap Kandungan Protein Kasar Dan Serat Kasar Padatan Lumpur Organik Unit Gas Bio. Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya Malang.

Priyanto, E. 2010. Pucuk Tebu. http://ilmuternakkita.blogspot.com. [diakses tanggal 15 Januari 2014.] Puastuti, W. 2010. Urea Dalam Pakan dan Implikasinya Dalam Fermentasi Rumen Kerbau. Balai Penelitian Ternak. Bogor. Pujianingsi. R, 2005. Teknologi Fermentasi dan Peningkatan Kualitas Pakan. Fakultas Peternakan. UNDIP. Ridwan, R., G. Kartina, dan Y Widyastuti. 2005. Pengaruh penmabahn dedak padi dan Lactobacillus plantarum dalam pembuatan silase rumput gajah. Media peternakan Sandi, S., Ali, M., dan M. Arianto. 2012. Kualitas Nutrisi Silase Pucuk Tebu (Saccaharum Officinarum) Dengan Penambahan Inokulan Effective Mikroorganisme-4 (EM-4). Fakultas Pertanian. Universitas Sriwijaya. Palembang. Santoso, B., B. T. Hariadi, Alimuddin dan D. Y. Seseray. 2011. Kualitas Fermentasi dan Nilai Nutrisi Silase Berbasis Sisa Tanaman Padi yang Diensilase dengan Penambahan Inokulum Bakteri Asam Laktat Epifit. Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak, Universitas Negeri Papua, Manokwari. Sartini. 2003. Kecernaan bahan kering dan bahan organik in vitro silase rumput Gajah pada umur potong dan level aditif yang berbeda. J. Pengembangan Peternakan Tropis Siregar, S.B. 1994. Ransum Ternak Ruminan. Penebar Swadaya, Jakarta. Surono. Hadiyanto. A.Y dan M. Christiyanti. 2006. penambahan bioaktivator pada complete feed dengan pakan basal rumput gajah terhadap kecernaan bahan kering dan bahan organik secara in vitro. fakultas peternakan dan pertanian. Universitas Diponegoro. Semarang.

25

Surono. Soejono. M dan S.P.S. Budhi. 2006. Kehilangan Bahan Kering Dan Bahan Organik Silase Rumput Gajah Pada Umur Potong Dan Level Aditif Yang Berbeda. Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Semarang. Tarigan, B. Y. Dan J. N. Sinulingga. 2006. Laporan Praktek Kerja Lapangan di Pabrik Gula Sei Semayang PTPN II Sumatera Utara. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Tillman, D.A., Hartadi., H., Reksohadiprojo, S., Prawirokusumo, S dan S. Lebdosoekojo. 1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press. Fakultas Peternakan UGM. Yogyakarta. Tjokroadikoesoemo, P. S. Dan A.S. Baktir. 2005. Ekstraksi Nira Tebu. Yayasan Pembangunan Indonesia Sekolah Tinggi Teknologi Industri, Surabaya. Yuanita, N. L. 2012. Urea Molases Blok. http://nailyluthfiyasari y.blog.ugm.ac.id. [Diakses pada tanggal 15 Januari 2014] Zakariah, M .A, 2012. Fermentasi Asam Laktat Pada Silase. Fakultas Peternakan. Universits Gajah Mada. Yogyakarta.

26

Lampran 1. Tabel kandungan Bahan Kering, Bahan Organik dan Protein Kasar Silase Pucuk Tebu yang dengan Penambahan Urea, Molases dan Kalsium Karbonat PERLAKUAN P0

P1

P2

P3

UANGAN

BK

BO

1

26,64

24,70

PK 8,22

2

26,81

24,87

8,93

3

26,40

24,48

8,36

1

24,41

22,76

13,96

2

24,84

23,22

13,73

3

24,18

22,57

13,95

1

23,13

21,36

14,7

2

23,30

21,59

15,06

3

23,17

21,41

14,99

1

24,89

22,61

16,07

2

24,21

22,14

15,60

3

25,36

23,00

16,11

Sumber : Hasil Analisis Laboratorium Kimia Makanan Ternak 2014.

27

Lampiran 2. Analisa Sidik Ragam Kandungan Bahan Kering Pucuk Tebu (Saccharum officnarum L) Dengan Penambahan Urea, Molases dan Kalsiu Karbonat F Tabel 5% 1%

DB

JK

KT

F Hitung

3

17,89

5,96

49,67

4,07

7,59

1

13,41

13,41

111,75

1,8

11,26

P3)

1

0,44

0,44

3,67

1,8

11,26

K3 (P2 vs P3)

1

3,93

3,79

26.00

1,8

11,26

Galat

8

0,99

0,12

Total

11

18,88

Sumber Keragaman

Perlakuan K 1 (P0 vs P1, P2 dan P3) K2 (P1 vs P2 dan

Derajat Bebas (DB)

DB Perlakuan : Perlakuan – 1 :4–1=3 DB Galat : Perlakuan x (Ulangan – 1) : 4 x (3 -1 ) = 8 DB Total : Perlakuan x Ulangan – 1 : 4 x 3 – 1 = 11 Faktor Koreksi (FK)

(Σt=1Yij)

(79,43+ ------ +74,46)2

FK = ------------------------------ = ---------------------------------- = 7367,59 rxt 12

Jumlah Kuadrat (JK) JK Perlakuan

Yi 2 + ---------- + Yj2 JK P

=

----------------------------------------- - FK

r =

=

(79,85)2 + ------------ + (74,46)2 ------------------------------------------ - 7367,59 3

22156,430 ---------------- - 7367,59 = 17,89 3

28

JK Total JKT

= = =

Σij Y2 ij2 – FK

26,64 + ----------------+ 25,362 - 7367,59 18,88

Jumlah Kuadrat Kontras (JK K) JK K1

= {- 3(79,85) + 1 (73,43) + 1 (69,60) + 1(74,46)}2 ---------------------------------------------------------------3{(-3)2 + 12 + 12 + 12} = 13,41

JK K2

=

= JK K3

=

=

{0 + (-2)(73,43) + 1 (69,60) + 1 (74,46)}2 ------------------------------------------------------3{(-2)2 + 12 + 12 0,44 {0 + (-1)(69,60) + 1 (74,46)}2 ---------------------------------------3{(-1)2 + 12} 3,93

JK Galat = = =

JK T – JK P 18,88 – 17,89 0,99

Kuadrat Tengah (KT) JK P 17,89 KTP = ------------------------ = -------------------- = 5,96 DB P 3 JK K1 13,41 KT K1 = ---------------------- = -------------------- = 13,41 DB K1 1

JK K2 0,44 KT K2 = --------------------- = --------------------- = 0,44 DB K2 1 JK K3

3,79 29

KT K3 = ---------------------- = --------------------- = 3,79 DB K3 1

KT Galat

JK G 0,99 = ----------------------- = ---------------------- = 0,12 DB G 8

F Hitung KT P 5,96 = ---------------------- = ---------------------- = 49,67 KT G 0,12

KT K1 13,41 = --------------------- = ------------------------- = 111,75 KT G 0,12

KT K2 0,44 = ---------------------- = ------------------------ = 3,67 KT G 0,12

KT K3 3,79 = ---------------------- = ------------------------ = 31,58 KT G 0,12

30

Lampiran 3. Analisa Sidik Ragam Kandungan Bahan Organik Pucuk Tebu (Saccharum officnarum L) yang Difermentasi Dengan Urea, Molases dan Kalsiu Karbonat F Tabel

DB

JK

KT

F Hitung

5%

1%

3

16,12

5,37

4,93

4,07

7,59

dan P3)

1

12,83

12,83

11,77

1,8

11,26

K2 (P1 vs P2 dan P3)

1

1,38

1,38

1,27

1,8

11,26

K3 (P2 vs P3)

1

1,92

1,92

1,76

1,8

11,26

Galat

8

8,71

1,09

Total

11

24,83

Sumber Keragaman

Perlakuan K 1 (P0 vs P1, P2

Faktor Koreksi (FK)

(Σt=1Yij)

(74,05 + -----+67,75)2

FK = ------------------------------ = rxt

------------------------------ = 6288,80

12

Jumlah Kuadrat (JK) JK Perlakuan

Yi 2 + ---------- + Yj2 JK P

=

----------------------------------------- - FK

r =

=

(74,05)2 + ------------ + (67,75)2 ------------------------------------------ - 6288.80 3 18914,7771 ---------------- - 6288,80 3

= 16,12

JK Total

31

JKT

=

Σij Yij2 – FK

=

24,70 2 + ----------------+23,002 - 6288,80

=

24,83

Jumlah Kuadrat Kontras (JK K) JK K1

= {- 3(74,05) + 1 (68,55) + 1 (64,36) + 1(67,75)}2 ---------------------------------------------------------------3{(-3)2 + 12 + 12 + 12} = 12,83

JK K2

=

= JK K3

=

=

{0 + (-2)(68,55) + 1 (64,36) + 1 (67,75)}2 ------------------------------------------------------3{(-2)2 + 12 + 12 1,38 {0 + (-1)(64,36) + 1 (67,75)}2 ---------------------------------------3{(-1)2 + 12} 1,92

JK Galat = = =

JK T – JK P 24,83 – 16,12 8,71

Kuadrat Tengah (KT) JK P 16,12 KTP = ------------------------ = -------------------- = 5,37 DB P 3 JK K1 12,83 KT K1 = ---------------------- = -------------------- = 12,83 DB K1 1

JK K2 1,38 KT K2 = --------------------- = --------------------- = 1,38

32

DB K2

1

JK K3 1,92 KT K3 = ---------------------- = --------------------- = 1,92 DB K3 1

KT Galat

JK G 8,71 = ----------------------- = ---------------------- = 1,09 DB G 8

F Hitung KT P 5,37 = ---------------------- = ---------------------- = 4,93 KT G 1,09

KT K1 12,83 = --------------------- = ------------------------- = 11,77 KT G 1,09

KT K2 1,38 = ---------------------- = ------------------------ = 1,27 KT G 1,09

KT K3 1,92 = ---------------------- = ------------------------ = 1,76 KT G 1,09

33

Lampiran 4. Analisa Sidik Ragam Kandungan Protein Kasar Pucuk Tebu (Saccharum officnarum L) yang Difermentasi Dengan Urea, Molases dan Kalsiu Karbonat F Tabel

DB

JK

KT

F Hitung

5%

1%

3

98,57

32,86

164,3

4,07

7,59

dan P3)

1

92,29

92,29

461,45

1,8

11,26

K2 (P1 vs P2 dan P3)

1

4,75

4,75

23,75

1,8

11,26

K3 (P2 vs P3)

1

1,53

1,53

7,65

1,8

11,26

Galat

8

1,63

0,20

Total

11

100,20

Sumber Keragaman

Perlakuan K 1 (P0 vs P1, P2

(Σt=1Yij)

(159,68)2

FK = ------------------------------ = ------------------ = 2124,81 rxt 12

Jumlah Kuadrat (JK) JK Perlakuan

Yi 2 + ---------- + Yj2 JK P

=

----------------------------------------- - FK

r =

(25,51)2 + ------------ + (47,78)2 ------------------------------------------ - 2124,81 3

=

6670,14 ---------------- - 2124,81 3

=

98,57

34

JK Total JKT

=

Σij Yij2 – FK

=

8,22 2 + ----------------+16,112 - 2124,81

=

100,20

Jumlah Kuadrat Kontras (JK K) JK K1

= {- 3(25,51) + 1 (41,64) + 1 (44,75) + 1(47,78)}2 ---------------------------------------------------------------3{(-3)2 + 12 + 12 + 12} = 92,29

JK K2

=

=

JK K3

=

=

{0 + (-2)(41,64) + 1 (44,75) + 1 (47,78)}2 ------------------------------------------------------3{(-2)2 + 12 + 12 4,75 {0 + (-1)(44,75) + 1 (47,78)}2 ---------------------------------------3{(-1)2 + 12} 1,53

JK Galat = = =

JK T – JK P 100,20 – 98,57 1,63

Kuadrat Tengah (KT) JK P 98,57 KTP = ------------------------ = -------------------- = 32,86 DB P 3 JK K1 92,29 KT K1 = ---------------------- = -------------------- = 92,29 DB K1 1

JK K2

4,75 35

KT K2 = --------------------- = --------------------- = 4,75 DB K2 1 JK K3 1,53 KT K3 = ---------------------- = --------------------- = 1,53 DB K3 1

KT Galat

JK G 1,63 = ----------------------- = ---------------------- = 0,20 DB G 8

F Hitung KT P 32,86 = ---------------------- = ---------------------- = 164,3 KT G 0,20

KT K1 92,29 = --------------------- = ------------------------- = 461,45 KT G 0,20

KT K2 4,75 = ---------------------- = ------------------------ = 23,75 KT G 0,20

KT K3 1,53 = ---------------------- = ------------------------ = 7,65 KT G 0,20

36

Lampiran 5. Dokumentasi Penelitian

37

38

RIWAYAT HIDUP

FAHARUDDIN Lahir pada tanggal 7 September 1992 di Maros. Anak pertama dari tiga bersaudara. Putra dari pasangan H. Rani (Alm.) dan Hafsah. Menyelesaikan pendidikan formal mulai dari, SD INP. 228 Dulang tahun (1998-2004), SMP Neg. 14 Tanralili Maros pada tahun (2004-2007), SMA Neg. 5 Tanralili Maros pada tahun (2007-2010). Melalui jalur Seleksi Nasional Perguruan Tinggi Negri (SNMPTN) tahun 2010 penulis diterima sebagai mahasiswa program Strata 1 (S-1) pada Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin, Makassar. Selama menjadi mahasiswa penulis aktif sebagai pengurus organisasi Himpunan Mahasiswa Nutrisi dan Makanan Ternak Universitas Hasanuddin (HUMANIKA-UNHAS) periode 2012/2014. Penulis juga aktif di organisasi eksternal kampus yaitu Himpunan Pemuda Mahasiswa Indonesia (HIPMI) Maros Raya periode 2013/2014 dan Ikatan Mahasiswa Muhammadiah (IMM) Kom. UNHAS periode 2013/2014.

39