ANALISIS KANDUNGAN MERKURI DAN HIDROKUINON

Download 24 Okt 2013 ... Kadar merkuri dianalisis dengan menggunakan mercury analyzer. Hasil pemeriksaan terhadap 4 sampel menunjukkan krim A mengan...

0 downloads 464 Views 3MB Size
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

ANALISIS KANDUNGAN MERKURI DAN HIDROKUINON DALAM KOSMETIK KRIM RACIKAN DOKTER

SKRIPSI

GIANTI NIM: 109102000058

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI FARMASI JAKARTA OKTOBER 2013

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

ANALISIS KANDUNGAN MERKURI DAN HIDROKUINON DALAM KOSMETIK KRIM RACIKAN DOKTER

SKRIPSI

Diajukan sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana farmasi

GIANTI NIM: 109102000058

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI FARMASI JAKARTA OKTOBER 2013

ii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar

Nama

: Gianti

NIM

: 109102000058

Tanda Tangan

:

Tanggal

: 24 Oktober 2013

iii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

Nama

:

Gianti

NIM

:

109102000058

Program Studi

:

Farmasi

Judul Skripsi

:

Analisis kandungan merkuri dan hidrokuinon dalam kosmetik krim racikan dokter

Disetujui Oleh:

Pembimbing I

Pembimbing II

Drs. Umar Mansur, M.Sc., Apt

Sabrina, M.Farm., Apt NIP: 19790222200702001

Mengetahui, Kepala Program Studi Farmasi FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Drs. Umar Mansur, M.Sc., Apt

iv

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini diajukan oleh :

Nama

: Gianti

NIM

: 109102000058

Program Studi

: Strata-1 Farmasi

Judul Skripsi

: Analisis kandungan merkuri dan hidrokuinon dalam kosmetik krim racikan dokter

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Program Studi Farmasi, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

DEWAN PENGUJI

Pembimbing I

: Drs. Umar Mansur, M.Sc., Apt

( )

Pembimbing II

: Sabrina, M.Farm., Apt ( )

Penguji I

: Zilhadia, M.Si., Apt

(

)

v

Penguji II

: Lina Elfita, M.Si., Apt ( )

Ditetapkan di

: Jakarta

Tanggal

: 24 Oktober 2013

vi

ABSTRAK Nama

: Gianti

NIM

: 109102000058

Program Studi

: Strata-1 Farmasi

Judul Skripsi

: Analisis kandungan merkuri dan hidrokuinon dalam kosmetik krim racikan dokter

Hidrokuinon dan merkuri banyak digunakan dalam kosmetik untuk menghilangkan bercak-bercak hitam pada wajah. Kadar hidrokuinon melebihi 5% dapat menimbulkan kemerahan dan rasa terbakar pada kulit. Merkuri dalam kadar terkecil dapat bersifat racun, mulai dari perubahan warna kulit, bintik-bintik hitam, alergi serta iritasi. Pada pemakaian dosis tinggi dapat menyebabkan kerusakan permanen otak, ginjal dan gangguan perkembangan janin. Empat sampel racikan dokter yang diambil dari beberapa wilayah, dianalisis dengan menggunakan HPLC untuk mengetahui kadar hidrokunon. Kadar merkuri dianalisis dengan menggunakan mercury analyzer. Hasil pemeriksaan terhadap 4 sampel menunjukkan krim A mengandung 3,499 % hidrokuinon dan 0,1833 % merkuri, krim B mengandung 3,561 % hidrokuinon dan 0,1708 % merkuri, krim C mengandung 3,754 % hidrokuinon dan 0,1324 % merkuri, krim D mengadung 3,541 % hidrokuinon.

Kata kunci : krim, hidrokuinon, merkuri, HPLC, mercury analyzer

.

vi

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

ABSTRACT Name

: Gianti

NIM

: 109102000058

Study program

: 1-strata pharmacy

Title

: Determining of mercury and hydroquinone in cosmetic of doctor’s formulation.

Hydroquinones and mercury is widely used in cosmetics to eliminate black spots on the face. Levels of hydroquinones, which exceeded the 5% can cause redness and burning feeling on the skin. Meanwhile, in the levels of that a little mercury can sort of poison. Ranging from skin discoloration, dark spots, allergies, irritation, as well as on the use of high doses can cause permanent damage to the brain, kidneys and impaired fetal development.four samples of doctor’s formulations those taken from several areas, analyzed by HPLC (High Perform Liquid Chromatography) to know the levels of hydroquinone. The levels of mercury analyzed by mercury analyzer. 4 samples that analyzed ,cream A containing 3,499 % hidroquinone and 0,1833 % mercury, cream B containing 3,561 % hidroquinone and 0,1708 % mercury, cream C containing 3,754 % hidroquinone and 0,1324 % mercury and cream D containing 3,541 % hidroquinone.

Keywords : cream, hidroquinone, mercury, HPLC, mercury analyzer

vii

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa mencurahkan segala rahmat-Nya kepada kita semua, khususnya saya sebagai penulis sehingga dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul “Analisis Kandungan Merkuri Dan

Hidrokuinon Dalam Kosmetik Krim Racikan Dokter” ini. Shalawat serta salam senantiasa terlimpahkan kepada junjungan kita nabi muhammad SAW, yang telah membawa kita dari kegelapan menuju dunia yang terang benderang yang penuh dengan ilmu pengetahuan. Semoga kita mendapat syafa’atnya di hari kiamat. amin Skripsi ini disusun berdasarkan hasil penelitian di laboratorium penelitian II dan laboratorium kimia obat UIN syarif hidayatullah jakarta. Skripsi ini juga disusun berdasarkan dari berbagai sumber. Dalam menyelesaikan masa perkuliahan sampai penulisan ini tentu banyak berbagai halangan serta kesulitan yang menyertai, sehingga penulis tidak terlepas dari do’a, dorongan, bantuan, dan bimbingan dari banyak pihak. Oleh karena itu, izinkan menulis untuk menghaturkan ucapan terimakasih yang mendalam kepada : 1.

Bapak Drs. Umar Mansur, M.Sc., Apt sebagai Pembimbing I sekaligus sebagai ketua Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan yang telah bersedia memberikan ilmu, waktu, tenaga, nasehat, serta arahan selama penelitian dan penulisan skripsi ini.

2.

Ibu Sabrina, M.Farm, Apt sebagai Pembimbing II sekaligus sebagai pembimbing akademik yang telah bersedia memberikan ilmu, waktu, tenaga, nasehat, serta arahan selama masa perkuliahan, penelitian dan penulisan skripsi ini.

3.

Ibu Zilhadia, M.Si., Apt sebagai penguji I dan ibu Lina Elfita M.Si., Apt sebagai penguji II yang telah banyak sekali mengoreksi kesalahan saya dan membantu saya dalam menyelesaikan skripsi ini.

4.

Bapak Prof. Dr. (hc). dr. MK. Tadjudin, Sp.And selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

5.

Bapak dan Ibu staf pengajar, serta karyawan yang telah memberikan bimbingan dan bantuan selama menempuh pendidikan di Program Studi

viii

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 6.

Kedua orang tua tercinta, Ayahanda Tugiman dan Ibunda Boniyem yang selalu ikhlas tanpa pamrih memberikan kasih sayang, dukungan moral, material, nasehat-nasehat, serta lantunan doa di setiap waktu.

7.

Kakanda tercinta Sarmoko S.Pdi dan ayunda tersayang Ummi kaltsum S.Pdi yang turun mendoakan dan menuntut saya untuk lebih giat belajar demi mencapai cita-cita yang saya inginkan.

8.

Teman-teman di Program Studi Farmasi khususnya 2009 serta adik-adik yang tidak bisa di sebutkan satu persatu.

9.

Sahabat special, seperjuangan sekaligus sekamar dengan saya Astuti Puji Utami Bachtiar yang selalu menemani saya dikala suka maupun duka.

10.

Calon suami saya tercinta Omika Asnadi S.Pdi yang turut mendoakan dan memotivasi saya untuk semangat belajar dan siap menjadi teman hidup saya di dunia dan insha allah di akhirat

11.

Semua pihak yang telah membantu penulis selama melakukan penelitian dan penulisan yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Semoga semua bantuan yang telah diberikan mendapatkan balasan dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan ini, oleh karena itu kritik dan saran sangat diharapkan demi perbaikan skripsi ini. Dan semoga skripsi ini bisa bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan.

Jakarta, 24 Oktober 2013

Penulis

ix

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK

Sebagai sivitas akademik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama

: Gianti

NIM

: 109102000058

Program studi

: Farmasi

Fakultas

: Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK)

Jenis Karya

: Skripsi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui skripsi/ karya ilmiah saya dengan judul: ANALISIS KANDUNGAN MERKURI DAN HIDROKUINON DALAM KOSMETIK KRIM RACIKAN DOKTER Untuk dipublikasikan atau ditampilkan di internet atau media lain yaitu Digital Library Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta untuk kepentingan akademik sebatas sesuai dengan Undang-Undang Hak Cipta. Dengan demikian persetujuan publikasi karya ilmiah ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di : Ciputat Pada Tanggal : 24 Oktober 2013

Yang menyatakan,

(Gianti)

X

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JU HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ........................................ HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................... HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... ABSTRAK ..................................................................................................... ABSTRACT ................................................................................................... KATA PENGANTAR ................................................................................... HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH .............. DAFTAR ISI ................................................................................................... DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... DAFTAR TABEL ......................................................................................... DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. BAB 1. PENDAHULUAN ............................................................................ 1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1.2 Batasan Masalah ......................................................................... 1.3 Perumusan Masalah .................................................................... 1.4 Tujuan Penelitian ........................................................................ 1.5 Hipotesis ..................................................................................... 1.6 Manfaat Penelitian ...................................................................... BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 2.1 Kosmetik ..................................................................................... 2.1.1 Definisi Kosmetik............................................................. 2.1.2 Penggolongan Kosmetik................................................... 2.2 Krim ............................................................................................ 2.2.1 Definisi Krim .................................................................... 2.2.2 Contoh Formula krim ...................................................... 2.2.3 Beberapa Data Kelarutan Komponen Dalam Krim .......... 2.3 HPLC .......................................................................................... 2.3.1 Definisi HPLC................................................................. 2.3.2 Kelebihan HPLC ............................................................. 2.3.3 Komponen HPLC ............................................................ 2.4 Mercury Analyzer ....................................................................... 2.4.1 Definisi ........................................................................... 2.4.2 Prinsip Kerja ................................................................... 2.5 Hidrokuinon ................................................................................ 2.5.1 Identitas ............................................................................ 2.5.2 Persyaratan Kadar ........................................................... 2.5.3 Data Fisikokimia .............................................................. 2.5.4 Metode Analisis Hidrokuinon .......................................... 2.6 Merkuri ........................................................................................ 2.6.1 Identitas ............................................................................ 2.6.2 Sifat Fisikokimia .............................................................. 2.6.3 Metode Analisis Merkuri ................................................. 2.7 Kulit............................................................................................. 2.7.1 Definisi Kulit .................................................................... xi

iii iv v vii viii ix x xi xii xiii xiv 1 1 3 3 4 4 4 5 5 5 5 5 5 6 7 8 8 9 9 10 10 10 10 11 11 11 13 15 15 16 17 19 20

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.7.2 Struktur Kulit .................................................................... 2.7.3 Jenis Kulit ......................................................................... 2.7.4 Faktor yang Mempengaruhi Jenis Kulit ........................... 2.8 Tekhnik Sampling ....................................................................... 2.8.1 Definisi Sampel dan Sampling ........................................ 2.8.2 Tekhnik Pengambilan Sampel ........................................ 2.9 Validasi Metode ......................................................................... BAB 3. KERANGKA KONSEP.................................................................... BAB 4. METODE PENELITIAN ................................................................. 4.1 Pengambilan Sampel .................................................................... 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................... 4.3 Alat dan Bahan ............................................................................. 4.3.1 Alat ...................................................................................... 4.3.2 Bahan .................................................................................. 4.4 Prosedur Penelitian ...................................................................... 4.4.1 Analisis Hidrokuinon ........................................................... 4.4.2 Analisis Merkuri ................................................................... BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................... 5.1 Hasil Percobaan ........................................................................... 5.2 Pembahasan.................................................................................. BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 6.1 Kesimpulan .................................................................................. 6.2 Saran ............................................................................................ DAFTAR REFERENSI ................................................................................

xii

20 20 21 22 22 22 23 25 26 26 26 26 26 27 27 28 29 30 30 32 37 37 37 38

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Struktur Hidrokuinon .................................................................... 10 Gambar 2. Kurva Kalibrasi Standar Hidrokuinon ........................................... 30 Gambar 3. Kurva Kalibrasi Standar Merkuri .................................................. 31

xiii

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. Uji Linieritas dan Pembuatan Kurva Kalibrasi Hidrokuinon ...... 42 Lampiran 2. Data Parameter Uji LOD dan LOQ ............................................. 43 Lampiran 3. Uji Perolehan Kembali ................................................................ 44 Lampiran 4. Penentuan Kadar HQ Sampel Krim Racikan Dokter .................. 46 Lampiran 5. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Hidrokuinon .......... 47 Lampran 6. Kromatogram Larutan Standar Hirokuinon ................................. 48 Lampiran 7. Kurva Kalibrasi Standar Hidrokuinon ......................................... 51 Lampiran 8. Kromatogram Krim Simulasi Hidrokuinon ................................. 52 Lampiran 9. Kromatogram Sampel Krim Racikan Dokter ............................. 55 Lampiran 10. Alat HPLC ................................................................................. 57 Lampiran 11. Sertifikat Analisis Standar Hidrokuinon ................................... 58 Lampiran 12. Kurva Kalibrasi Standar Merkuri .............................................. 59 Lampiran 13. Data Parameter Uji LOD Dan LOQ Pada Standar Merkuri ..... 60 Lampiran 14. Hasil Pengukuran Kadar merkuri .............................................. 61 Lampiran 15. Alat Mercury Analyzer .............................................................. 62 Lampiran 16. Sampel krim racikan dokter ....................................................... 63

xiv

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR ISTILAH UV-VIS HQ HPLC LOD LOQ MA RD CVAAS PPT PPB PPM ODS PG TEA

: Ultra Violet Visible : Hidrokuinon : High Perform Liquid Chromatography : Limit of Detection : Limit of Quantification : Mercury Analyzer : Racikan Dokter : Cold Vapour Atomic Absorbtion Spectrofotometer : Part Per Triliun : Part Per Billion : Part Per Million : Okta Desil Silica : Propilen Glikol : Tri Etanol Amin

xv

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

xvi

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

1

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Maraknya kosmetik racikan dokter yang diberikan kepada pasien dinilai dapat membahayakan konsumen. Dua zat kimia yang sering ditambahkan dalam kosmetik adalah hidrokuinon dan merkuri, karena kemampuan zat tersebut untuk menghambat pembentukan melanin pada permukaan kulit dan menjadikan kulit putih mulus dalam waktu yang relatif singkat (Syafnir et al., 2011). Kosmetik berbentuk krim yang mengandung hidrokuinon banyak digunakan untuk menghilangkan bercak-bercak hitam pada wajah. Daya kerja pemucatan hidrokuinon sangat lambat dan akan lebih cepat dengan kadar yang lebih tinggi, tetapi kadar yang tinggi akan memberikan efek samping yang tidak diinginkan (Ibrahim et al., 2004). Hidrokuinon lebih dari 2% merupakan golongan obat keras yang penggunaannya berdasarkan resep dokter. Kadar hidrokuinon yang melebihi 5% dapat menimbulkan kemerahan dan rasa terbakar pada kulit. Bahaya pemakaian obat keras ini tanpa pengawasan dokter dapat menyebabkan iritasi kulit, kulit kemerahan, rasa terbakar, kelainan ginjal, kanker darah dan kanker hati. Pemakaian yang berlebih dapat menyebabkan iritasi kulit, namun jika dihentikan seketika akan berefek lebih buruk. Kadar hidroquinon dalam krim yang beredar di pasaran hanya diperbolehkan 2%, lebih dari itu dipergunakan sebagai obat (BPOM RI, 2007). Merkuri adalah unsur yang mempunyai nomor atom 80 dengan berat molekul relatif 200,59. Merkuri diberikan simbol kimia Hg yang berasal dari bahasa yunani hydrargyricum yang berarti cairan berwarna perak (SPU, 2007) Dalam kosmetik krim biasanya digunakan merkuri anorganik, yaitu ammoniated mercury, merkuri juga dapat ditemukan dalam kosmetik yang lain, misalnya dalam produk pembersih make up mata dan maskara. Ammoniated mercury 1-10 % digunakan sebagai bahan pemutih kulit dalam sediaan krim karena berpotensi sebagai bahan pemucat warna kulit. Daya pemutih pada kulit sangat kuat. Karena toksisitasnya terhadap organ-organ

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2

ginjal, saraf dan otak sangat kuat maka pemakaiannya dilarang dalam sediaan kosmetik (WHO, 2011). Menurut Peraturan Mentri Keseharan RI No. 445/MENKES/PER/V/1998 tentang bahan, zat warna, substrat, zat pengawet dan tabir surya pada kosmetik. Dalam kadar yang sidikitpun merkuri dapat bersifat racun. Mulai dari perubahan warna kulit, bintik-bintik hitam, alergi, iritasi, serta pada pemakaian dosis tinggi dapat menyebabkan kerusakan permanen otak, ginjal dan gangguan perkembangan janin. Bahkan, paparan jangka pendek dalam dosis tinggi dapat menyebabkan muntah-muntah, diare dan kerusakan paruparu serta merupakan zat karsinogenik (BPOM RI, 2007) Karena masyarakat percaya sepenuhnya kepada dokter spesialis yang menanganinya, seringkali tidak peduli apakah kosmetik yang diberikan telah terdaftar di BPOM atau belum. Kesadaran dokter juga diperlukan sehingga tidak hanya mendahulukan profit tapi juga keamanan. Masyarakat yang hanya melihat hasil tanpa melihat efek juga tidak pernah tahu bahwa ternyata kosmetik yang digunakan mengandung zat kimia yang berbahaya. Banyaknya dokter yang memberikan kosmetik racikan untuk konsumen yang tidak diketahui dengan jelas kandungan dalam sediaan krim kosmetik tersebut, diduga dapat membahayakan konsumen. Hal ini diakibatkan kecenderungan penggunaan hidrokuinon dan merkuri dalam sediaan kosmetik racikan dokter. Untuk menghindari terjadinya efek yang tidak diinginkan, maka peneliti menguji kosmetik racikan dokter untuk dianalisis kandungan hidrokuinon dan merkuri dalam krimm sediaannya. Karena kedua zat tersebut dapat membahayakan kesehatan konsumen. Terdapat beberapa metode pada penentuan kadar merkuri. Yaitu dengan spektrofotometri serapan atom dan titrasi ditizon (DepKes, 1995), CVAAS (Irianto, 1998 & Parenkuan et al., 2013),dan metode kompleksometri (RAY & Underwood, 2002). Penetapan kadar hidrokuinon ada beberapa metode yang dapat digunakan, diantaranya dengan Titrasi Redoks (DepKes, 1995), Spektrofotometri UV (Pedro et al., 2007), Kolorimetri (Ibrahimet al., 2004), Thin Layer Chromatography

(Siddique

et

al.,

2012),

High

Perform

Liquid

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3

Chromatography

(BPOM,

2005),

Gas

Chromatography

Mass

Spectrofotometry (Saito et al., 1994), Miselar Elektro Kromatografi (Jangseokim

dan

Youngseong

Kim,

2005)

dan

Capillary

Electrochromatography (Desiderio et al., 2000). Penelitian ini dilakukan pengukuran kadar merkuri dengan alat Mercury Analyzer karena alat ini dapat mendeteksi hingga konsentrasi ppt, spesifik untuk merkuri, preparasi yang sederhana, dan aman (Akaojicho, 2003). Sedangkan untuk analisis hidrokuinon menggunakan alat HPLC karena dapat dilakukan pada suhu ruang, kolom dapat digunakan berulang, cepat, dan mudah dioperasikan secara otomatis (Harmita, 2005).

1.2 Batasan Masalah Pada penelitian ini, masalah hanya dibatasi pada : 1. Sampel yang diteliti adalah krim malam pada beberapa merk yang diracik oleh dokter di wilayah Cileduk, Cirendeu, Bintaro dan Depok 2. Zat yang akan ditetapkan kadarnya adalah hidrokuinon dan merkuri

1.3 Rumusan Masalah 1. Apakah dalam 4 sampel krim racikan dokter mengandung hidrokuinon ? 2. Apakah dalam 3 sampel krim racikan dokter mengandung merkuri ? 3. Berapakah kadar hidrokuinon yang terdapat dalam 4 sampel yang diuji ? 4. Berapakah kadar merkuri yang terdapat dalam 3 sampel yang diuji ? 5. Apakah kadar hidrokuinon dan merkuri yang terdapat dalam krim racikan dokter tersebut masih berada pada batas yang diizinkan pemerintah ?

1.4 Tujuan Penelitian 1. Menganalisis kadar hidrokuinon dalam kosmetik racikan dokter 2. Menganalisis kadar merkuri dalam kosmetik racikan dokter 3. Menilai apakah krim racikan dokter yang dianaisis masih dalam taraf aman

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4

1.5 Hipotesa Penelitian 1. Diduga beberapa krim kosmetik racikan dokter yang banyak digunakan mengandung hidrokuinon dan atau merkuri. 2. Diduga adanya kandungan hidrokuinon yang melebihi batas yang diperbolehkan dalam krim kosmetik racikan dokter

1.6 Manfaat Penelitian 1. Manfaat umum a.

Memberi informasi pada masyarakat agar berhati-hati dalam menggunakan kosmetik yang digunakan terutama yang tidak teregistrasi di BPOM

b.

Masyarakat lebih berhati-hati dalam menggunakan kosmetik racikan dokter

2. Manfaat khusus a.

Memperdalam ilmu peneliti tentang analisa

b.

Memberi masukan kepada pemerintah supaya lebih ketat untuk mengawasi keamanan kosmetik racikan dokter

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1

Kosmetik

2.1.1

Definisi Kosmetik Kosmetik adalah sediaan atau paduan bahan yang untuk digunakan pada bagian luar badan (kulit, rambut, kuku, bibir dan organ kelamin bagian luar), gigi dan rongga mulut untuk membersihkan, menambah daya tarik, mengubah penampilan, memperbaiki bau badan, melindungi atau memelihara tubuh pada kondisi baik (BPOM RI, 2011).

2.1.2 Penggolongan Kosmetik (Iswari, 2007) Kosmetik dapat digolongkan berdasarkan kegunaan bagi kulit : 1.

Kosmetik perawatan kulit (skin-care cosmetic) a.

Kosmetik untuk membersihkan kulit (cleanser), misalnya sabun, susu pembersih wajah dan penyegar kulit (freshner)

b.

Kosmetik

untuk

melembabkan

kulit

(mouisturizer),

misalnya

mouisterizer cream, night cream c.

Kosmetik pelindung kulit, misalnya sunscreen cream dan sunscreen foundation, sun block cream/lotion

d.

Kosmetik untuk menipiskan atau mengampelas kulit (peeling), misalnya scrub cream yang berisi butiran-butiran halus yang berfungsi sebagai pengampelas (abrasiver)

e.

Kosmetik untuk membersihkan kulit (cleanser), misalnya sabun, susu pembersih wajah dan penyegar kulit (freshner).

2.

Kosmetik riasan (dekoratif atau make-up) Jenis ini diperlukan untuk merias dan menutup cacat pada kulit sehingga menghasilkan penampilan yang lebih menarik. Dalam kosmetik riasan, peran zat pewarna dan zat pewangi sangat besar.

2.2

Krim

2.2.1

Definisi Krim Krim merupakan suatu sediaan berbentuk setengah padat mengandung satu atau lebih bahan kosmetik terlarut atau terdispersi dalam

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

6

bahan dasar yang sesuai, berupa emulsi kental mengandung tidak kurang 60 % air ditujukan untuk pemakaian luar (Anief, 2000). Formulasi krim ada dua, yaitu krim air dalam minyak (A/M), misalnya cold cream dan minyak dalam air (M/A), misalnya vanishing cream (Yanhendri, 2012). 2.2.2

Contoh Formula Krim Contoh krim A/M (Yahendri, 2012 dan Katsure et al., 2008)

R/

Cerae alba

5

Cetacei

10

Olei olivarum

60

Aquadest R/

add

100

liquid parafin

60

White bees wax

20

Borax

0,1

Parfum

ad

Aquadest

add

19 ml

Contoh krim M/A (Anief, 2000) R/

2.2.3

acedi stearinici

15

Cerae albi

2

Vaselini albi

8

Triethanolamine

1,5

Propylene glycoli

8

aquadest

65,5

add

Beberapa Data Kelarutan Komponen Dalam Krim

Cera alba :

Praktis tidak larut dalam air, agak sukar larut dalam etanol 95% dingin, larut dalam kloroform, eter hangat, minyak lemak dan minyak atsiri (DepKes, 1979).

Parafin liquid :

Praktis tidak larut dalam air, dan etanol 95%, larut dalam kloroform dan eter (DepKes, 1979).

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

7

Hard paraffin :

Praktis tidak larut dalam air, dan etanol 95%, larut dalam kloroform (DepKes, 1979).

Cetaceum :

Praktis tidak larut dalam air, dalam etanol 95% dingin, larut dalam 20 bagian etanol 95% mendidih, koroform, eter, karbon disulfida, minyak lemak dan minyak atsiri (DepKes, 1979).

Olive oil :

Sukar larut dalam etanol 95%, mudah larut dalam kloroform dalam eter dan minyak tanah (DepKes, 1979)

Triethanolamine :

Mudah larut dalam air, kloroform dan etanol 95% (DepKes, 1979)

Vaselin album :

Praktis tidak larut dalam air, dan etanol, larut dalam kloroform, eter, minyak tanah (DepKes, 1979)

Asam stearat :

Praktis tidak larut dalam air, larut dalam 20 bagaian etanol 95%, 2 bagian klroform dan 3 bagian eter (DepKes, 1979)

Propilen glikol :

Bercampur dengan air, etanol 95% dan kloroform, larut dalam 6 bagian eter, tidak bercampur dengan minyak tanah dan minyak lemak (DepKes, 1979)

Setil alkohol :

Tidak larut dalam air, larut dalam etanol dan eter, kelarutan bertambah dengan naiknya suhu (DepKes, 1995)

Gliserin :

Bercampur dengan air dan etanol, tidak larut dalam eter, korofor, minyak lemak dan minyak atsiri (DepKes, 1995)

Gom arab :

Larut dalam 2 bagian air, praktis tidak larut dalam etanol dan eter (DepKes, 1979)

Karbomer :

Larut dalam air, etanol dan gliserol (DepKes, 1995)

Tokoferol :

Praktis tidak larut dalam air, sukar larut dalam alkali, larut dalam etanol 95%, eter, aseton dan miyak nabati,sangat mudah larut dalam kloroform (DepKes, 1979)

Niasin amida :

Mudah larut alam air, etanol dan gliserol (DepKes, 1979)

Krim tipe A/M biasanya menggunakan surfaktan seperti, sabun polivalen, span, adeps lannae dan cera. Sedangkan untuk krim dengan tipe M/A biasanya menggunakan sabun monovalen seperti, trietanolamin stearat, Na stearat, kalium

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

8

stearat, amonium stearat, tween, natrium lauril sulfat, kuning telur, CMC, emulgidum, pectinum dan gelatin (Anief, 2000). 2.3

HPLC (High Performance Liquid Chromatography)

2.3.1 Definisi HPLC Kromatografi cair berperforma tinggi (High Performance Liquid Chromatography, HPLC) merupakan salah satu teknik kromatografi untuk zat cair yang disertai dengan tekanan tinggi. Dilihat dari peralatannya HPLC termasuk kromatografi kolom karena fase diam terpacking dalam kolom. HPLC digunakan untuk memisahkan molekul berdasarkan perbedaan afinitasnya terhadap zat padat tertentu. Cairan yang akan dipisahkan merupakan fasa cair dan zat padatnya merupakan fasa diam (stasioner). Teknik ini sangat berguna untuk memisahkan beberapa senyawa sekaligus karena setiap senyawa mempunyai afinitas selektif antara fasa diam tertentu dan fasa gerak tertentu. Dengan bantuan detektor serta integrator kita akan mendapatkan kromatogram. Kromatogram memuat waktu tambat serta tinggi puncak suatu senyawa (Ketut, 2010). 2.3.2 Kelebihan HPLC (Ketut, 2010) HPLC dapat digunakan untuk analisis kualitatif dan kuantitatif. Kelebihan HPLC dibandingkan dengan jenis kromatografi lain adalah : a.

Dapat dilakukan pada suhu kamar

b.

Kolom dan pelarut pengembang dapat digunakan berkali-kali

c.

Detektor HPLC dapat divariasikan dan mempunyai banyak jenis

d.

Waktu analisis pada umumnya relatif singkat

e.

Ketepatan dan ketelitian relatif tinggi

f.

Mudah dioperasikan secara otomatis

2.3.3 Komponen HPLC (Ketut, 2010) Secara garis besar instrumentasi HPLC terdiri dari : a. Pelarut Pelarut merupakan fase gerak. Pemilihan fase gerak berdasarkan pada sampel yang digunakan.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

9

b. Kolom Kolom berisi fase diam. Fasa diam yang biasa digunakan adalah kolom C18 yang bersifat non polar dan fasa geraknya bersifat polar. Jenis pemisahan ini disebut dengan kromatografi partisi fasa terbalik. Senyawa yang polar akan keluar terlebih dahulu sehingga memiliki waktu retensi yang relatif kecil sedangkan senyawa non polar akan ditahan lebih lama oleh fasa diamnya c. Pompa Pompa berfungsi untuk mengalirkan fase gerak melewati fase diam untuk membawa sampel yang ada dalam fase diam. d. Detektor Detektor yang digunakan dalam HPLC adalah detektor UV, radiasi UV, fluoresens, refraktif index dan detektor NMR yang baru dikembangkan. e. Injektor Injektor HPLC yang dipakai secara umum adalah :

2.4 2.4.1

1.

Injektor dengan memakai diafragma (septum injector)

2.

Injektor tanpa memakai diafragma (septumless injection system)

3.

Injektor dengan pipa dosis (loop valve)

4.

Sistem injeksi otomatis (autoinjector)

Mercury Analyzer (Yusnizam, 2008) Definisi Mercury analyzer merupakan alat untuk menganalisa merkuri yang cepat, mempunyai sensitivitas yang tinggi, dapat menentukan jumlah merkuri pada sampel padat, cair dan gas dengan operasi yang mudah. Merupakan metode otomatis di mana sampel disuntikkan ke dalam aliran kontinu cairan pembawa yang mencampur dengan larutan lain yang terus mengalir sebelum mencapai detektor. Flow injection analysis salah satunya adalah FIMS (Flow Injection Mercury Spectrometer).

2.4.2

Prinsip Kerja Sampel dipanaskan

untuk mengubah senyawa merkuri dalam

bentuk atomnya atau dinamakan proses atomisasi, Kemudian atom

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

10

tersebut akan ditangkap oleh amalgam sehingga yang tinggal hanya uap merkuri. Analisa dengan instrumentasi dilakukan pada panjang gelombang 253.7 nm. Gas merkuri yang dihasilkan akan dilewatkan pada cell tube yang ditembakkan sinar/cahaya dari lampu merkuri. Besarnya konsentrasi yang dihasilkan sebanding dengan konsentrasi merkuri yang terkandung dalam sampel dan sebanding dengan nilai absorban yang dihasilkan. 2.5

Hidrokuinon

2.5.1 Identitas Rumus kimia

: C6H6O2 (DepKes, 1995)

Rumus bangun

: (DepKes, 1995)

Gambar 1.Struktur Senyawa Hidrokuinon Sinonim

:Alpha-hydroquinone; Hydroquinol; Quinol;Benzoquinol; 1,4-Benzenediol; Dihydroxybenzene;

1,4-Dihydroxybenzene; p-Hydroxyphenol;

1,4-Dihydroxybenzene;

p-

p-Dioxobenzene;

Dihydroquinone;

Pyrogentistic

acid; Quinnone; Aida; Tecquinol; Tenox HQ; Tequinol. (BPOM, 2011) BM

: 110,11 (DepKes, 1995)

Golongan

: Kuinon (BPOM, 2011)

2.5.2 Persyaratan Kadar Bahan baku hidrokuinon mengandung tidak kurang dari 99% dan tidak lebih dari 10,5% C6H4(OH)2 dihitung terhadap zat anhidrat (Depkes, 1995)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

11

2.5.3 Data Fisikokimia Pemerian

:Berbentuk jarum halus, putih, mudah menjadi

gelap

dengan adanya paparan cahaya dan udara (DepKes, 1995) Jarak lebur

:172 - 1740 C (DepKes, 1995)

Titik didih

:285 0C – 287 0C (DHHS, 2009)

Kelarutan

:Mudah larut dalam air, alkohol dan eter (DepKes, 1995)

Stabilitas

:Stabil pada tekanan dan suhu normal stabil, tidak menyatu dengan oksidator kuat, basa kuat, O2, Fe. Sensitif terhadap cahaya dan udara (BPOM, 2011)

Efek samping :Efek

samping

hidrokinon

dapat

menimbulkan

dermatitis kontak dalam bentuk bercak warna putih pada wajah

atau

hiperpigmentasi. kulit

ringan,

sebaliknya. Gejala panas,

merah,menyengat, eritmia,

Menimbulkan

awal

dapat

menyebabkan

reaksi

berupa

iritasi

luka

bakar,

gatal, atau hitam pada

wajah akibat kerusakan sel melanosit (BPOM RI, 2011). 2.5.4

Metode Analisis hidrokuinon a. Titrasi redoks Hidrokuinon merupakan suatu reduktor dengan potensial elektrokimia E0. +268 mV. Pada titrasi oksidasi reduksi, hidrokuinon akan melepaskan elektron (mengalami oksidasi) sementara titran akan mengalami reduksi karena mengikat elektron. Prosedur analisis hidrokuinon secara titrasi redoks menurut Farmakope Indonesia edisi IV: Timbang seksama sampel sebanyak 250 mg, larutkan dalam campuran 100 ml air dan 10 ml asam sulfat 0,1 N, tambahkan 3 tetes difenilamin dan titrasi dengan serium IV sulfat 0,1 N hingga warna merah lembayung. Lakukan penetapan blanko

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

12

dengan 1 ml serium IV sulfat 0,1 N setara dengan 5,506 mg C6H6O2 (DepKes, 1995). b. Spektrofotometri UV-Vis (Garcia et al., 2007 ) Hidrokuinon memiliki gugus kromofor sehingga dapat dianalisa dengan menggunakan alat spektrofotometri UV-Vis. Cara yang dilakukan untuk analisa hidrokuinon dengan metode ini adalah : Diukur

panjang

gelombang

secara

spektrofotometri

ultraviolet pada panjang gelombang 200 - 400 nm. Sedangkan untuk menghitung kadar hidrokuinon dalam sampel dihitung dengan menggunakan kurva baku dengan persamaan regresi : y = a ± bx c. Kromatografi Lapis Tipis (Siddique et al., 2012) Analisis hidrokuinon menggunakan fase diam yang bersifat polar dan fase diam yang bersifat nonpolar. Kuantitas hidrokuinon dihitung dengan membandingkan luas puncak bercak sampel terhadap bercak standar menggunakan alat densitometri

yang

diukur

pada

panjang

gelombang

maksimumnya. Fase gerak yang dapat digunakan adalah : 1. Metanol-kloroform (50:50) (DepKes,1995) 2. Heksana-aseton (3:2) (Siddique et al., 2012) d. HPLC (High Permormance Liquid Chromatography) Sistem kromatografinya merupakan kromatografi fase terbalik. dimana fase diam bersifar non polar dengan fase gerak bersifar polar. Berikut merupakan contoh kondisi kromatografi untuk penetapan kadar hidrokuinon menggunakan HPLC : Fase gerak

: Etanol-air (55:45)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

13

Sistem kromatografi

:Detektor 295 nm, kolom ODS (Oktadesil Silika) (25cm x 4,6 mm), laju alir 1,5 ml/menit

Kadar hidrokuinon dalam sampel diperoleh dengan membandingkan luas puncak larutan sampel dengan standar hidrokuinon (siddique et al., 2012) . e. Misellar Electrokinetic Chromatography Metode ini menggunakan surfaktan seperti SDS (Sodium Dodesil Sulfat) dan CTAB (Cetil Trimetil Ammonium Bromida) untuk menigkatkan resolusi dengan interaksi hidrofobik antara inti hidrofobik dalam misel dengan analit. Sistem kromatografinya menggunakan kolom kapiler fused silica dengan detector UV (Jangseokminet al., 2005). f. Capillary Electrochromatography (Desiderio et al., 2000) Merupakan tekhnik analisis terbaru yang menggunakan kapiler

fused

silica

dengan

kombinasi

mekanisme

elektroporetik dan kromatografi. Analit dapat dipisahkan berdasarkan perbedaan partisi dalam fase gerak dan fase diam. Metode ini dapat digunakan untuk menganalisa analit netral maupun analit yang bermuatan. g. Kolorimetri (Ibrahim et al., 2004) Metode ini menggunakan pereaksi floroglusin untuk penentuan kadar hidrokuinon dalam krim pemucat. Kondisi pengukuran dioptimumkan berdasarkan penentuan pengaruh konsentrasi natrium hidroksida, penentuan pengaruh lama pemanasan dan suhu optimum serta penentuan pengaruh jumlah pereaksi floroglusin. Hasil yang diperoleh kemudian diambil sebagai prosedur baku dalam reaksi warna. Teknik kolorimetri mempunyai keunggulan karena senyawa yang bersama dengan hidrokuinon yang mengabsorbsi radiasi di

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

14

daerah ultraviolet tidak akan mengganggu pengukuran serapan radiasi pada sinar tampak. 2.6 Merkuri 2.6.1 Identitas No CAS

:7487-94-7(MercuricChloride); Acetate);

1344-48-5

(Mercuric

1600-27-7

(Mercuri

Sulfide);

21908-53-2

(Mercuric Oxide) (EPA, 2007) No atom

: 80 (SPU, 2007)

Nama kimia

: Hg/ Hydrargyrum (SPU, 2007)

Sinonim

:Raksa,

mercuric

chloride,

mercuric

acetate,

mercuric sulfide, mercuric oxide, mercury bichloride, corrosive

sublimate,

mercuric(II)chloride,

mercury

perchloride, mercurous (I) chloride. (EPA, 2007) 2.6.2

Sifat fisikokimia Pemerian

: Cairan berat mengkilat, putih keperakan (DepKes, 1979)

Titik lebur

: 234.32 K, -38.83 °C, -37.89 °F (Horas, 1985)

Titik didih

: 629.88 K, 356.73 °C, 674.11 °F (Horas, 1985)

Berat jenis

: 13,55 (Horas, 1985)

Kelarutan

:Praktis tidak larut dalam air, etanol dan asam klorida, larut sempurna dalam asam nitrat pekat dan asam sulfat pekat (DepKes, 1979)

Jenis 1.

: Uap merkuri (unsur merkuri), mempunyai tekanan uap yang tinggi dan sukar larut dalam air. Paparan kronis uap merkuri ialah akibat kontaminasi yang tidak disengaja dalam ruangan dengan ventilasi yang buruk, misalnya dalam laboratorium

2.

Merkuri anorganik (Hg2+ dan Hg22+), Hg2+ lebih reaktif yang dapat membentuk kompleks dengan ligan organik. Contoh

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

15

HgCl2 sangat larut dalam air dan sangat toksik sedangkan HgCl tidak larut dan kurang toksik. 3.

Merkuri organik, mengandung merkuri dengan satu ikatan kovalen dengan atom karbon. Contoh ; metil merkuri. Dianggap lebih berbahaya dan dapat larut dalam lapisan lemak yang menyelimuti korda syaraf (Zulalfian, 2006)

2.6.3 Metode Analisis merkuri a. AAS (Atomic Absoption Spectrophotometry) Tekhnik AAS ini berdasarkan pada penguraian molekul menjadi atom (atomisasi) dengan energi dari api atau arus listrik (Harmita, 2006). Dalam mendeteksi merkuri digunakan AAS yang khusus, dilengkapi dengan perekam respon cepat dan dapat mengukur radiasi yang diserap oleh uap merkuri pada garis resonansi merkuri pada panjang gelombang 253,6 nm. berikut merupakan prosedur menurut farmakope indonesia edisi IV. Pasang alat erasi dan labu perangkap dalam keadaan kosong, dan kran pada posisi langsung ke labu perangkap. Hubungkan alat dengan sel penyerap dan atur laju aliran udara atau nitrogen sehingga diperoleh penyerapan dan reprodusibilitas maksimum tanpa busa berlebih dalam larutan uji. Usahakan pembacaan garis dasar yang lurus pada 253,6 nm, sesuai petunjuk penggunaan alat. perlakukan larutan baku dan larutan uji dengan cara yang sama sebagai berikut : Hilangkan kelebihan permanganat dengan penambahan tetes demi tetes larutan hidroksilamina hidroklorida sampai larutan tidak berwarna. segera masukkan larutan kedalam bejana aerasi, bilas dan encerkan dengan air hingga 100 ml. tambahkan 2 ml larutan timah II klorida, dan segera hubungkan kembali bejana dengan alat aerasi, putar kran dari posisi langsung ke labu perangkap ke posisi aerasi dan teruskan aerasi sampai puncak serapan telah terlampaui dan pena pencatat kembali ke garis dasar. Lepaskan bejana aerasi dari alat dan cuci

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

16

alat setelah digunakan. Setelah dikoreksi dengan blanko pereaksi, serapan larutan uji tidak boleh lebih dari larutan baku (DepKes, 1995). b. Spektrofotometer UV-Vis (Harmita, 2006). Sampel yang sering dianalisis dengan UV-Vis adalah senyawa organik. Dimana senyawa organik dapat memberikan serapan adalah senyawa yang mempunyau gugus kromofor dan auksokrom. Gugus kromofor adalah gugus fungsional tidak jenuh yang dapat memberikan serapan pada daerah UV atau cahaya tampak. Hampir semua kromofor mempunyai ikatan rangkap seperti alkena (C=C), C=O,NO2, benzene dan lain-lain. sedangkan auksokrom adalah gugus fungsional seperti OH, NH2,X, yaitu gugus

yang

mempunyai

elektron

nonbonding

dan

tidak

mengabsorbsi radiasi pada lamda diatas 200 nm, akan tetapi mengabsorbsi sinar UV jauh. Metode

analisis

kuantitatif

yang

menggunakan

spektrofotometer pada daerah tampak/visible (380 - 780 nm) sering disebut dengan kalorimetri. Kalorimetri dapat didefinisikan sebagai metode analisis kuantitatif suatu zat berdasarkan intensitas warna yang timbul dari konsentrasi yang berbeda. Pada kalorimetri yang ditentukan adalah serapan cahaya oleh larutan yang berwarna. panjang gelombang dalam suatu sistem berwarna spesifik. c. Titrasi ditizon Untuk menentukan kadar merkuri dengan titrasi ditizon, pertama-tama dilakukan dengan pembuatan pereaksi, lalu dibuat larutan hidroksilamina hidroklorida, larutan baku raksa, larutan pengekstrasi ditizon dan pembakuan titran ditizon. Setelah itu buat larutan uji dengan menimbang 2 g, lalu masukkan kedalam labu erlenmeyer 250 ml bersumbat kaca, tambahkan 20 ml campuran asam nitrat spekat dan asam sulfat pekat dengan volume yang sama, hubungkan dengan pendingin yang sesuai, refluks campuran selama 1 jam, dinginkan, encerkan hati-hati dengan air dan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

17

didihkan sampai asam nitritnya habis. Dinginkan larutan, encerkan hati-hati dengan air, pindahkan kedalam labu 200 ml, encerkan hingga tanda batas, campur kemudian saring. Masukkan 50 ml larutan uji kedalam corong pisah 250 ml, ekstraksi beberapa kali dengan sedikit kloroform pekat, sampai ekstrak kloroform terakhir tidak berwarna. Buang ekstrak klorofrom dan tambahkan 50 ml asam sulfat 1 N pada larutan yang tertinggal, ditambah 90 ml air, 1 ml asam asetat glasial dan 10 ml larutan hidroksilamina hidroklorida pekat (1 dalam 5). Hitung jumlah merkuri (DepKes, 1995). d. Kompleksometri (Day dan Underwood, 2002) Untuk menentukan merkuri dapat dilakukan dengan metode kompleksometri dengan cara, pertama ion Hg2 ditentukan dengan cara titrasi kembali, larutan uji direaksikan dengan larutan natrium EDTA berlebih dan kelebihannya dititrasi dengan larutan seng klorida atau larutan seng sulfat. Sehingga ion merkuri yang bervalensi dua yang ada merupakan atom pusat khelat melalui penambahan suatu bahan terselubung didesak dari kompleks. Dengan penambahan kalium iodida akan terjadi kompleks tetraiodida merkurat(II) yang stabil. Pada titrasi pertama dan kedua secara teoritis harus digunakan jumlah larutan EDTA yang sama atau jumlahnya harus ditentukan. perhitungan ditentukan dari larutan garam seng yang digunakan pada titrasi kedua. Pada penentuan raksa (II) klorida sebagai reduktor ditambahkan kalium iodida. Sedangkan untuk penentuan raksa dalam salep presipitatum ditambahkan natrium tiosulfat sebagai bahan penyelubung. 2.7

Kulit

2.7.1 Definisi Kulit Kulit adalah organ terbesar pada tubuh manusia dan merupakan garis pertahanan utama dari serangan infeksi yang berasal dari luar. Merupakan organ yang paling terlihat dari tubuh (Davies, 1998).

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

18

2.7.2 Struktur Kulit ( Sloane, 2003) Secara garis besar kulit tersusun atas 3 lapisan : a. Lapisan epidermis Lapisan epidermis adalah bagian terluar kulit. Tersusun dari jaringan epitel bertingkat yang mengalami keratinasi Berdasarkan ketebalan epidermis, dapat dibedakan kulit tebal dan kulit tipis. Turunan epidermis meliputi rambut, kuku, kelenjar sebasea dan kelenjar keringat. Lapisan epidermis terdiri dari stratum korneum, stratu lusidum, stratum granulosum, stratum spinosum, stratum basal. b. Lapisan dermis Lapisan dermis dipisahkan dari lapisan epidermis dengan adanya membran dasar atau lamina yang merupakan suatu lapisan jaringan ikat yang berasal dari mesoderm, terletak di bawah lapisan epidermis dan jauh lebih tebal dari epidermis. Lapisan ini terdiri dari lapisan elastik dan fibrosa padat dengan elemen-elemen selular dan folikel rambut. Secara garis besar, lapisan dermis dibagi menjadi dua bagian yaitu pars papilar dan pars retikular. Pada lapisan ini tedapat sel-sel saraf dan pembuluh darah. c. Lapisan subkutis atau hipodermis Lapisan ini terdiri atas jaringan ikat longgar yang mengikat kulit secara longgar pada organ-organ di bawahnya, yang memungkinkan kulit di bagian atas bergeser. Lapisan ini mengandung sel-sel lemak. 2.7.3 Jenis Kulit (Tresna, 2010) Kulit digolongkan menjadi 4 jenis yang pokok yaitu : kulit normal, berminyak, kering dan campuran. a. Kulit normal Kulit jenis ini merupakan kulit yang sehat dimana kelenjar lemak memproduksi minyak tidak berlebihan, sehingga tidak menimbulkan penyumbatan pada pori-pori kulit. Tanda-tanda kulit normal antara lain : kulit lembut, halus, segar, bercahaya, sehat, poripori tidak

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

19

kelihatan, tonus (daya kenyal) kulit bagus. Kulit normal biasanya dijumpai pada anak-anak sampai menjelang remaja. b. Kulit berminyak Kulit berminyak disebabkan oleh sekresi kelenjar sebasea yang berlebihan. Ciri ciri kulit berminyak adalah kulit kelihatan basah dan mengkilat, pori-pori jelas terlihat,sering terdapat jerawat atau acne, kulit terlihat pudar dan kusam. Kulit berminyakumumnya terdapat pada usia remaja dan dewasa. c. Kulit kering Kulit kering sering terdapat pada orang dewasa dan orang-orang yang

telah

lanjutusianya.

Penyebabnya

adalah

akibat

ketidakseimbangan sekresi sebum. Ciri-ciri kulit kering antara lain: bagian tengah muka normal, disekitar pipi dan dahi kering,tidak lembab dan tidak berminyak, halus, tipis dan rapuh. Kulit kering cepat menjadi tua karena kelenjar lemak tidak berfungsi dengan baik. d. Campuran Jenis kulit campuran, yakni bagian tengah muka (sekitar hidung,dagu dan dahi) kadang-kadang berminyak atau normal. Sedangkan bagian lain normal atau kering. Dapat terjadi pada semua umur, tetapi lebih sering terdapat pada usia 35 tahun keatas. 2.7.4

Faktor Yang Mempengaruhi Jenis Kulit (Tresna, 2010) Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi perubahan jenis kulit, antara lain sebagai berikut :. 1. Usia Usia dapat mempengaruhi perubahan jenis kulit seseorang. Suatu contoh, seseorang yang pada masa anak-anak mempunyai jenis kulit normal setelah remaja kulitnya menjadi berminyak. Demikian pula pada masa muda mempunyai jenis kulit berminyak setelah tua kulitnya menjadi kering. 2. Makanan dan minuman Perubahan jenis kulit, dapat disebabkan jenis makanan yang dikonsumsi. Misalnya makanan berlemak, panas, pedas, atau

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

20

minuman es dapat mengubah kulit dari normal menjadi berminyak. Sebaliknya makan masam, minuman keras atau beralkohol dapat mengubah kulit normal menjadi kering 3. Iklim Iklim dapat menyebabkan perubahan jenis kulit. Pada iklim panas, kulit bisa berubah menjadi berminyak, sedangkan pada iklim dingin kulit bisa menjadi kering. 2.8

Tekhnik Sampling

2.8.1 Definisi Sampel dan Sampling Sampel adalah bagian dari populasi yang menjadi sebagian dari keseluruhan objek penelitian yang dianggap mewakili seluruh populasi. Sedangkan sampling merupakan proses dalam menyeleksi porsi dari populasi untuk mewakili populasi (Nasution R, 2003) 2.8.2 Tekhnik Pengambilan Sampel (Setiawan, 2005) Teknik pengambilan sampel dibagi atas 2 kelompok besar, yaitu : 1.

Random sampling atau sampel acak/probability sampling Pada pengambikan sampel secara random, setiap unit populasinya mempunyai kesempayan yang sama untuk diambil sebagai sampel. keuntungan tekhnik ini adalah : a. Derajat kepercayaan sampel dapat ditentukan b. Beda penaksiran parameter populasi dengan statistik sampel dapat diperkirakan c. Besar sampel yang akan diambil dapat dihitung secara statistik Lima cara pengambilan sampe secara random, yaitu sebagai berikut : 1. Sampel random sederhana Dilakukan dengan memberi kesempatan yang sama pada setiap anggota populasi untuk menjadi anggota sampel. Cara ini mempunyai keuntungan prosedur yang lebih mudah namun membutuhkan daftar seluruh populasi dan biaya transportasi yang cukup besar.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

21

2. Sampel random sistematik Proses pengambilan sampel, setiap urutan dari titik

awal

yang dipilih secara random. Pengambilan sampel dengan cara ini membutuhkan perencanaan dan penggunaan yang mudah karena

sampel

tersebar

pada

daerah

populasi

namun

membutuhkan daftar populasi yang lengkap 3. Sampel random berstrata Populasi dibagi strata-strata (sub populasi), kemudian pengambilan sampel dilakukan dalam setiap strata baik secara simple random sampling maupun secara sistematik. Cara ini bisa mendapatkan taksiran mengenai karakteristik populasi lebih tepat namun harus membutuhkan daftar populasi setiap strata 4. Sampel random berkelompok Dilakukan terhadap sampling unit, dimana sampling unit terdiri dari satu kelompok (cluster) yang setiap individu dalam kelompok yang dipilih akan diambil sebagai sampel. Cara pengambilan sampel ini tidak memerlukan daftar populasi namun prosedur pengambilan tergolong lebih sulit. 5. Sampel bertingkat Proses pengambilan sampel dilakukan secara bertingkat, bertingkat dua ataupun lebih. Cara ini hanya membutuhkan sedikit biaya transportasi namun mempunyai prosedur kerja yang sulit dan perencanaan yang lebih cermat 2.

Non probability sampling (selected sample) Cara ini dipergunakan apabila biaya sangat sedikit, hasil yang diminta segera, dan tidak memerlukan ketepatan yang tinggi. Ada 3 cara sampling ini : 1. Purposive sampling Atas dasar pertimbangan peneliti yang menganggap unsur unsur yang dikehendaki telah ada dalam anggota sampel yang diambil.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

22

2. Accidental sampling Atas dasar perandaian, tanpa direncanakan terlebih dahulu. Jumlah sampel yang dikehendaki tidak berdasarkan pertimbangan yang dapat dipertanggungjawabkan, asal memenuhi keperluan saja. kesimpulan yang diperoleh bersifat kasar dan sementara. 3. Quota sampling Berdasarkan pertimbangan peneliti, namun besar dan kriteria sampel telah ditentukan terlebih dahulu. cara ini dilakukan jika peneliti benar-benar mengenal daerah dan situasi dimana penelitian akan dilakukan. 2.9

Validasi Metode (Harmita, 2004) Validasi metoda analisis adalah suatu tindakan penilaian terhadap parameter

tertentu,

berdasarkan

percobaan

laboratorium,

untuk

membuktikan bahwa parameter tersebut memenuhi persyaratan untuk penggunaannya. Beberapa parameter analisis yang harus dipertimbangkan dalam validasi metode analisis diuraikan dan didefinisikan sebagaimana cara penentuannya diantaranya adalah sebagai berikut : 1. Kecermatan (accuracy) Kecermatan adalah ukuran yang menunjukkan derajat kedekatan hasil analis dengan kadar analit yang sebenarnya. Kecermatan dinyatakan sebagai persen perolehan kembali (recovery) analit yang ditambahkan. Kecermatan hasil analis sangat tergantung kepada sebaran galat sistematik di dalam keseluruhan tahapan analisis. Oleh karena itu untuk mencapai kecermatan yang tinggi hanya dapat dilakukan dengan cara mengurangi galat sistematik tersebut seperti menggunakan peralatan yang telah dikalibrasi, menggunakan pereaksi dan pelarut yang baik, pengontrolan suhu, dan pelaksanaannya yang cermat, taat asas sesuai prosedur.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

23

2. Keseksamaan (precision) Keseksamaan adalah ukuran yang menunjukkan derajat kesesuaian antara hasil uji individual, diukur melalui penyebaran hasil individual dari rata-rata jika prosedur diterapkan secara berulang pada sampelsampel yang diambil dari campuran yang homogen. 3. Selektivitas (Spesifisitas) Selektivitas atau spesifisitas suatu metode adalah kemampuannya yang hanya mengukur zat tertentu saja secara cermat dan seksama dengan adanya komponen lain yang mungkin ada dalam matriks sampel. Selektivitas seringkali dapat dinyatakan sebagai derajat penyimpangan (degree of bias) metode yang dilakukan terhadap sampel yang mengandung bahan yang ditambahkan berupa cemaran, hasil urai, senyawa sejenis, senyawa asing lainnya, dan dibandingkan terhadap hasil analisis sampel yang tidak mengandung bahan lain yang ditambahkan. 4. Linearitas dan rentang Linearitas adalah kemampuan metode analisis yang memberikan respon yang secara langsung atau dengan bantuan transformasi matematik yang baik, proporsional terhadap konsentrasi analit dalam sampel. Rentang metode adalah pernyataan batas terendah dan tertinggi analit yang sudah ditunjukkan dapat ditetapkan dengan kecermatan, keseksamaan, dan linearitas yang dapat diterima. 5. Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi Batas deteksi adalah jumlah terkecil analit dalam sampel yang dapat dideteksi yang masih memberikan respon signifikan dibandingkan dengan blangko. Batas deteksi merupakan parameter uji batas. Batas kuantitasi merupakan parameter pada analisis renik dan diartikan sebagai kuantitas terkecil analit dalam sampel yang masih dapat memenuhi kriteria cermat dan seksama. 6. Ketangguhan Metode (ruggedness) Ketangguhan metode adalah derajat ketertiruan hasil uji yang diperoleh dari analisis sampel yang sama dalam berbagai kondisi uji

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

24

normal, seperti laboratorium, analisis, instrumen, bahan pereaksi, suhu, hari yang berbeda, dan lain-lain. Ketangguhan biasanya dinyatakan sebagai tidak adanya pengaruh perbedaan operasi atau lingkungan kerja pada hasil uji. Ketangguhan metode merupakan ukuran ketertiruan pada kondisi operasi normal antara laboratorium dan antar analis.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 3 KERANGKA KONSEP

Kosmetik krim racikan dokter

Sampling investigatif (berdasarkan banyaknya pemakaian)

Preparasi sampel

Metode HPLC dan Mercury Analyzer

Kualitas dan kuantitas hidrokuinon dan merkuri

Persyaratan BPOM RI NO 445/MENKES/PER/1998

kesimpulan

25

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

26

BAB 4 METODE PENELITIAN

1.1

Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium kimia obat dan laboratorium penelitian II di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang berlangsung dari bulan Maret 2013 hingga bulan September 2013.

1.2

Tekhnik Pengambilan Sampel Sampel krim kosmetik yang digunakan untuk penelitian diambil sebanyak 4 sampel secara acak. Sampel diambil dari beberapa wilayah di daerah Cirendeu, Cileduk, Bintaro dan Depok berdasarkan kecenderungan pemakaian konsumen yang tinggi terhadap produk tersebut.

1.3

Alat dan Bahan

1.3.1 Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : a. Analisis hidrokuinon HPLC Dionex yang dilengkapi dengan detektor UV, volume injeksi 20 μL , kolom analitik ODS/C18 dengan dimensi 4,6 mm x 150 mm. waterbath dengan temperatur 600 C, vortex, membran filter 0,2 µm, syring filter 0,2 µm, sentrifuge, spatula, pipet ukur, pipet tetes, spuit, mikro pipet 500 μL – 1 ml, batang pengaduk, timbangan analitik dan alat-alat gelas. b. Analisis merkuri Mercury analyzer NIC MA 3000, neraca analitik, pipet ukur, mikro pipet 20 – 200 µL , batang pengaduk, spatula, penangas listrik dan alat-alat gelas. 1.3.2 Bahan a. Analisis hidrokuinon Standar hidrokuinon, As.stearat, TEA, cera alba, vaselin album, PG, aquades, aquabides, metanol, 4 sampel krim racikan dokter.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

27

b. Analisis merkuri Standar baku merkuri, HNO3 pekat, aquades, 3 sampel krim racikan dokter. 1.4

Prosedur Penelitian

1.4.1 Analisis Hidrokuinon 1.

Pembuatan fase gerak Air : metanol (40 : 60), 60 ml metanol dicampurkan dengan 40 ml air 2. Penentuan panjang gelombang maksimum Larutan standar hidrokuinon dengan konsentrasi 10 ppm, dibuat spektrum serapan dari panjang gelombang 200 - 400 nm dengan spektrofotometri UV-Vis. Tentukan panjang gelombang maksimumnya (ASEAN, 2005) 3. Pembuatan standar hidrokuinon Sebanyak 50 mg standar hidrokuinon ditimbang dan dimasukkan kedalam labu ukur 50 mL, ditambahkan dengan 25 mL fase gerak kemudian dikocok dan dicukupkan volumenya hingga tanda batas. Dipipet 5 mL dari larutan induk dimasukkan dalam 50 mL labu ukur dan ditambahkan fase gerak hingga tanda batas. Dibuat standar dengan konsentrasi 20 ppm, 30 ppm, 40 ppm, 50 ppm dan 60 ppm. Diinjeksikan kedalam alat HPLC dengan panjang gelombang 290 nm, laju alir 1 mL/menit dan volume injeksi 20 µL. Dibuat kurva kalibrasinya dengan memplotkan peak area vs konsentrasi, dihitung nilai LOD dan LOQ (ASEAN, 2005) 4. Pembuatan krim simulasi R/

Hidrokuinon

12,5 mg

Asam stearat

229 mg

Cera alba

30 mg

Vaselin

122 mg

Propilen glikol

122 mg

TEA

23 mg

Aquades

ad

1g

Lelehkan asam stearat, cera alba dan vaselin diatas water bath dengan suhu 600 C (M1) sebagai fase minyak. TEA, propilen glikol

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

28

dan aquades dipanaskan sebagai fase air (M2). Campurkan M2 pada M1, digerus hingga homogen hingga dapat membentuk massa krim kemudian ditambakan hidrokuinon kedalam krim dan digerus hingga homogen. (Anief, 2000) 5. Preparasi krim simulasi Sebanyak 12,5 mg krim simulasi ditimbang kemudian dimasukkan dalam beaker glass 25 mL. dibilas dengan fase gerak hingga tidak ada basis yang tersisa. Larutan dimasukkan kedalam labu ukur 50 mL, divortex selama 1 menit, diletakkan diatas water bath dengan suhu 600 C selama 15 menit, dinginkan dalam temperatur ruangan. Ditambah fase gerak hingga tanda batas 50 mL dalam labu ukur, kemudian dikocok hingga homogen. Larutan disentrifuge dan disaring dengan membran filter 0,2 µm kemudian diinjeksikan kedalam alat HPLC dengan panjang gelombang 290 nm, laju alir 1 mL/menit dan volume injeksi 20 µL. hasil yang diperoleh dianalisis dan dihitung % perolehan kembalinya (ASEAN, 2005). 6. Preparasi sampel krim racikan dokter Sebanyak 1 g sampel krim ditimbang kemudian dimasukkan dalam beaker glass 25 mL, ditambahkan fase gerak hingga basis tidak ada yang tertinggal dalam beker sambil dipanaskan. Larutan dimasukkan kedalam labu ukur 50 mL, divortex selama 1 menit, diletakkan diatas water bath dengan suhu 60 0

C selama 15 menit, dinginkan dalam temperatur ruangan. Ditambah fase

gerak hingga tanda batas 50 mL dalam labu ukur kemudian dihomogenkan. Larutan disentrifuge selama 10 menit pada kecepatan 5000 rpm kemudian disaring dengan membran filter 0,2 µm. Filtrat diinjeksikan kedalam alat HPLC dengan panjang gelombang hingga 290 nm, laju alir 1 mL/menit dan volume injeksi 20 µL. Hasil yang didapat dianalisis kadarnya. Perlakuan tersebut dilakukan secara duplo (ASEAN, 2005).

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

29

1.4.2 Analisis Merkuri (Akaojicho et al, 2003) 1. Pembuatan larutan L-sistein Timbang L-systein sebanyak 10 mg, kemudian larutkan dengan aquades 10 mL dan masukkan kedalam labu ukur 1 L, dicukupkan dengan aquades hingga 500 mL. tambahkan asam nitrat pekat sebanyak 2 mL dan dicukupkan dengan aquades hingga 1 L. 2. Pembuatan kurva kalibrasi Pipet 5 mL larutan Hg(NO3) dengan konsentrasi 1000 ppm kedalam labu ukur 50 mL, dicukupkan dengan larutan adisi L-sistein sehingga konsentrasinya 100 ppm, encerkan larutan dari 100 ppm ke 1 ppm ke 100 ppb ke 50 ppb dan 5 ppb. 3. Pengukuran kadar merkuri pada sampel Masing-masing sampel dimasukkan kedalam boat alat Mercury Analyzer dengan menggunakan tusuk gigi kedalam alat.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

30

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil percobaan 5.1.1

Hidrokuinon

5.1.1.1 Penentuan panjang gelombang maksimum hidrokuinon Hidrokuinon memberikan serapan maksimum pada panjang gelombang 290 nm. Spektrum serapan larutan hidrokuinon 10 ppm dapat dilihat pada lampiran 5. 5.1.1.2 Pemilihan fase gerak dan kondisi optimum HPLC Fase gerak yang digunakan pada penelitian ini berdasarkan hasil orientasi yaitu metanol : air (60 : 40), dengan laju alir 1 mL/menit, volume injeksi 20 µL pada panjang geombang 290 nm, menggunakan kolom C-18 dengan lampu detektor UV. 5.1.1.3 Pembuatan Kurva Kalibrasi Hidrokuinon 14 y = 0.2042x - 0.2246 R² = 0.9999

12 10 AUC

5.1

8 Series1

6

Linear (Series1)

4 2 0 0

20

40

60

80

konsentrasi

Gambar 2. Kurva Kalibrasi Standar Hidrokuinon Keterangan : a = -0,2246 b = 0,2042 r = 0,9999 5.1.1.4 Uji Perolehan Kembali Hasil perolehan kembali dari krim simulasi didapat 92,5 % (Lampiran 3 dan 7).

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

31

5.1.1.5 Penentuan Kadar Hidrokuinon Dalam Krim Racikan Dokter Krim A mengandung hidrokuinon sebesar 3,51%, krim B 3,54%, krim C 3,74% dan krim D 3,47%. (Lampiran 4 dan 8) 5.1.2

Merkuri

5.1.2.1 Pembuatan Kurva Kalibrasi Merkuri Dari konsentrasi 0 ppb, 5 ppb, 50 ppb dan 100 ppb didapat absorbansinya sebesar 0,000010, 0,000563, 0,005525, 0,010747. (Lampiran 12)

Gambar 3. Kurva Kalibrasi Standar Merkuri Keterangan : a = 1,0798333 b = 1,00 r = 0,9999 5.1.2.2 Penentuan kadar merkuri pada krim racikan dokter Dari 3 sampel yang diuji, semuanya mengandung merkuri. Krim A mengandung merkuri sebesar 0,1833 %, sampel B mengandung 0,1708 % dan sampel C mengandung 0,1324 % (Lampiran 14)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

32

5.2

Pembahasan

5.2.1 Hidrokuinon Hidrokuinon merupakan senyawa kimia berupa Kristal putih berbentuk jarum, tidak berbau, memiliki struktur kimia C6H6O2 dengan nama kimia 1,4 benzendiol dan mengalami oksidasi terhadap cahaya dan udara. Senyawa ini digunakan sebagai bahan pemutih dan pencegahan pigmentasi yang bekerja menghambat enzim tirosinase yang berperan dalam penggelapan kulit (Ibrahim et al., 2004). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kadar hidrokuinon dalam kosmetik racikan dokter juga menilai apakah krim racikan dokter mengandung kadar hidrokuinon yang melebihi batas. Analisa ini menggunakan alat HPLC dengan sampel krim racikan dokter yang diambil dengan cara sampling investigatif. Penggunaan alat HPLC untuk penetapan kadar hidrokuinon dalam krim ini karena waktu analisis yang relatif cepat, mempunyai ketelitian yang tinggi dan mudah. Kondisi optimum alat yang digunakan untuk penelitian adalah dengan menggunakan kolom ODS C18 (Oktadesil Silica), detector UV, fase gerak air : metanol (40 : 60), dilakukan pada panjang gelombang 290 nm, dengan laju alir 1 mL/menit, dan volume injeksi 20 µL. Penelitian

dimulai

dengan

penentuan

panjang

gelombang

maksimum hidrokuinon menggunakan alat spektrofotometri UV-VIS karena hidrokuinon selain mempunyai gugus fungsi OH juga mempunyai gugus

kromofor

sehingga

dapat

ditentukan

menggunakan

alat

spektrofotometri UV-VIS (Harmita, 2006). Berdasarkan hasil pengukuran panjang gelombang maksimum hidrokuinon diperoleh 290,5 nm dengan konsentrasi 10 ppm. Namun pada alat HPLC digunakan pada panjang gelombang 290 nm karena alat HPLC tidak bisa menggunakan tanda koma. Pembuatan kurva kalibrasi dibuat dengan lima konsentrasi yang berbeda, yaitu 20 ppm, 30 ppm, 40 ppm, 50 ppm dan 60 ppm. Diperoleh nilai r 0,9999 dengan menggunakan persamaan regresi linier y = -0,2246 + 0,2042x. Nilai r 0,9999 menunjukkan bahwa nilai koofisien korelasi lebih

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

33

besar dari 0,999 sehingga kurva kalibrasi hidrokuinon memberikan nilai linieritas yang baik, dan penetapan kadar dengan kurva kalibrasi terjamin kebenarannya (Mulja, 2003). Batas deteksi untuk hidrokuinon adalah 0,396 µg/mL, sedangkan batas kuantitasinya adalah 1,322 µg/mL. perhitungan dilakukan secara statistik melalui garis regresi linier dari kurva kalibrasi. Batas deteksi merupakan batas minimum suatu analit yang dapat dideteksi sedangkan batas kuantisasi merupakan batas minimum analit yang dapat dihitung kadarnya (Mulja, 2003). Penentuan akurasi dapat ditentukan dengan uji perolehan kembali menggunakan krim yang ditambahkan standar hidrokuinon yang telah diketahui kadarnya. Lalu uji perolehan kembali diperoleh dengan membandingkan kadar hasil analisis dengan kadar hidrokuinon yang sebenarnya. Persen perolehan kembali yang diperoleh adalah 92,5 %. Kriteria ini tidak masuk dalam rentang yang diperbolehkan, namun karena pada penelitian ini menggunakan ekstraksi sehingga % perolehan kembalinya lebih sulit didapatkan dengan sempurna. Hal ini dikarenakan zat hidrokuinon terperangkap dalam basis yang tidak larut dalam pelarut. Kriteria penerimaan untuk akurasi pada penetapan kadar komponen dalam sediaan farmasi adalah 98 – 102 %. Sehingga hasil uji perolehan kembali yang dilakukan telah memenuhi syarat (Harmita, 2006). Hidrokuinon merupakan senyawa polar, untuk menarik senyawa tersebut maka dapat diekstraksi dengan menggunakan senyawa polar. Tahap preparasi sampel krim racikan dokter adalah dengan menimbang masing-masing sampel sebanyak 1 g kemudian dimasukkan kedalam beker glass 25 mL dan ditambah fase gerak metanol : air (60 : 40) kedalam beker glass, diaduk merata dengan fase gerak hingga 25 mL dan kemudian dipindahkan kedalam labu ukur 50 mL. sampel kemudian divortex selama 1 menit hingga homogen dan dipanaskan diatas water bath dengan suhu 600 C selama 15 menit. Sehingga basis krim terpisah dengan fase gerak. Setelah dingin larutan dicukupkan dengan fase gerak hingga 50 mL dan dikocok. Kemudian larutan disentrifuge dengan kecepatan 5000 rpm

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

34

selama 10 menit. Diambil larutan diatas dan disaring menggunakan membrane filter 0,45 µm kemudian filtratnya diinjeksikan kedalam alat HPLC. Filtrat sampel diinjeksikan sebayak 20 µL dengan waktu retensi hingga 3 menit dan laju alir 1 mL/menit. Hasil analisa yang didapat dari sampel dihitung kadarnya dengan menggunakan persamaan kurva kalibrasi. Hasil yang didapat dari pengukuran menggunakan HPLC didapat nilai AUC untuk krim simulasi sebesar 46,9612. Sehingga didapat konsentrasinya sebesar 231,189 ppm. Sedangkan konsentrasi krim simulasi yang sebenarnya adalah 250 ppm. Sehingga didapat nilai UPK sebesar 92,5 %. Hasil pengukuran kadar krim racikan dokter didapat, krim A mengadung hidrokuinon sebesar

3,499 %. Krim B mengandung

hidrokuion sebesar 3,561 %. Krim C mengadung hidrokuinon sebesar 3,754 % dan krim D mengadung hidrokuinon sebesar 3,541 %. Dari 4 sampel krim racikan dokter yang diuji semuanya masih dalam range yang diperbolehkan selama penggunaanya dibawah pegawasan dokter (BPOM, 2007). Hasil pengujian pada 4 sampel krim racikan dokter didapat konsentrasi yang terlalu tinggi dari konsentrasi standar, hal ini terjadi karena ketidaktahuan peneliti tentang kualitas dan kuantitas hidrokuinon dalam sampel. Hasil % kadar yang didapat tersebut tidak bisa dipercayai 100 %. Sampel seharusnya diencerkan agar masuk dalam rentang kurva kalibrasi sehingga angka bias dari hasil yang didapat relative lebih besar dari yang sebenarnya, namun demikian tidak menutup kesimpulan jika kadar hidrokuinon memang tinggi. Penelitian ini tidak bisa diulang karena adanya kendala pada alat yang tidak bisa dioperasikan kembali. Kecurangan distributor seringkali terjadi, sehingga tanpa ada izin dari dokter konsumen dapat membeli krim secara bebas, padahal walaupun krim yang digunakan adalah racikan dari dokter, jika penggunaannya tanpa pengawasan dokter hal buruk dapat terjadi. Seperti kemerahan dan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

35

rasa terbakar pada kulit karena adanya kadar hidrokuinon yang tinggi dalam krim (BPOM, 2007). 5.2.2 Merkuri Merkuri digunakan sebagai bahan kosmetik untuk pemutih kulit. Akan tetapi penggunaan merkuri pada sediaan krim pemutih dapat menimbulkan berbagai hal mulai dari perubahan warna kulit yang akhirnya dapat menyebabkan bintik-bintik hitam pada kulit, alergi,dan iritasi kulit. Pada pemakaian dosis tinggi dapat menyebabkan kerusakan permanen pada otak, ginjal, dan gangguan perkembangan janin (BPOM, 2007). Untuk mengetahui adanya senyawa merkuri dalam sediaan krim kosmetik racikan dokter dilakukan analisis penetapan kadar merkuri dengan menggunakan alat mercury analyzer. Penggunaan alat ini karena lebih spesifik, canggih dan cepat. Penentuan linieritas diawali dengan pembuatan kurva kalibrasi. Untuk pembuatan kalibrasi, mula-mula ditimbang L-sistein 10 mg dimasukkan kedalam labu ukur 1000 mL. ditambahkan aquades hingga 500 ml dan asam nitrat pekat 2 mL. dikocok hingga L-sistein terlarut kemudian dicukupkan dengan aquades hingga 1000 mL. pembuatan larutan L-sistein ini digunakan sebagai larutan pengganti aquades pada saat pembuatan larutan standar. Pada pembuatan kurva kalibrasi dibuat 3 konsentrasi. Yaitu 5 ppb, 50 ppb dan 100 ppb. Hasil plot antara konsentrasi dan absorbansi pada pembuatan kurva kalibrasi didapat nilai r sebesar 0,9999 dengan menggunakan persamaan regresi linier y = 1,0798333 + 1,00x. Nilai LOD didapat18 µg/L dan nilai LOQ didapat 60 µg/L. Untuk menentukan kadar senyawa merkuri yang terdapat pada krim racikan dokter, sampel langsung diambil dengan menggunakan tusuk gigi dan digoreskan kedalam boat pada alat mercury analyzer. Hasil pengukuran yang telah dilakukan, 3 sampel racikan dokter yang diperiksa mengandung kadar merkuri yang cukup tinggi. Sampel A mengandung

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

36

kadar merkuri 0,1833 %, sampel B mengandung 0,1708 % dan sampel C mengandung 0,1324 %. Menurut PP no.445/MenKes/Per/V/1998 tentang bahan, zat warna, substrat, zat pengawet dan tabir surya pada kosmetik. Dalam kadar sedikitpun merkuri dapat bersifat racun. Sehingga penggunaan merkuri dalam kosmetik dilarang (BPOM, 2007).

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1

Kesimpulan 1. Hasil penetapan kadar hidrokuinon pada 4 sampel krim racikan dokter menunjukkan adanya hidrokuinon dengan kadar 3,499 % pada krim A, 3,561 % pada krim B, 3,754 % pada krim C dan 3,541 % pada krim D 2. Dari 4 sampel krim racikan dokter yang telah dianalisis semuanya mengandung hidrokuinon yang masih diperbolehkan penggunaanya dalam krim (maksimal 5%) 3. Hasil penetapan kadar merkuri pada 3 sampel krim racikan dokter menunjukkan adanya merkuri dengan kadar 0,1833 % pada krim A, 0,1708 % pada krim B dan 0,1324 % pada krim C 4. Dari data analisis yang telah dilakukan, 3 sampel krim racikan dokter yang diuji semuanya tidak aman karena mengandung merkuri.

6.2

Saran Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan jumlah sampel yang representatif untuk penetapan kadar hidrokuinon dan merkuri dalam sediaan krim kosmetik racikan dokter.

37

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

38

DAFTAR PUSTAKA

Akaojicho et al., 2003. Fully Automatic Thermal Voparation Mercury Analysis System. NIC instruments corporation : japan Anief, M. 2000. Ilmu Meracik Obat Teori dan Praktek. Gajah Mada University Press: Yogyakarta. ASEAN. 2005. Identification and Determination Of Hydroquinone In Cosmetic Products By TLC and HPLC. ACM INO 03, Hal 3 – 5. Badan Pengawas Obat Dan Makanan. 2004. Peraturan Perundang-Undangan di Bidang Kosmetik : Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia No.HK.00.05.4.1745 Tanggal 5 Mei 2003: Jakarta. Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2007. Kosmetik Mengandung Bahan Berbahaya dan Zat Warna Yang Dilarang : Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia No. HK.00.01.432.6081, 1 Agustus 2007. Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2011. Persyaratan Tekhnis Bahan Kosmetik : Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia No. HK.00.03.1.23.08.11.07517. Badan Pengawasan Obat dan Makanan. 2011. Hidrokuinon. Sentra Informasi Keracunan Nasional : Jakarta Davies, Tony. 1998. Mengatasi Masalah Kulit .Yayasan Spiritia. Departemen Kesehatan RI. 1995. Farmakope Indonesia : Edisi Keempat, Direktorat Jendral Pengawasan Obat Dan Makanan : Depkes RI. Departemen Kesehatan RI. 1979. Farmakope Indonesia : Edisi Ketiga, Direktorat Jendral Pengawasan Obatdan Makanan : Depkes RI. Department of Health and Human Services. 2009. Hydroquinone . Supporting Information for Toxicological Evaluation by the National Toxicology Program : U.S. Food & Drug Administration. Desiderio, Claudia. 2000. Analysis Of Hydroquinone and Some Of Its Ethers By Using Capillary Electrochromatography. Journal of chromatography volume 887, issues 1-2, 28 juli 2000. http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0021967399011978. EPA. 2007. Inorganic Mercury. Unites State.at http://www.epa.gov/teach/.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

39

Farmawati, Aishah dan Dwi Susiawati. 2008. Analisis Logam Berat dalam perona Kelopak Mata Yang Beredar Di Kota Makassar Dengan Metode Spektrofotometri Serapan Atom (Vol 12 n0-2 juli 2008). Gao, Wenhui,. Cristina Legido Quigley. 2011. Fast and Sensitive High Performance Liquidchromatography Analysis Of Cosmetic Cream For Hidroquinone, Phenol and Six Preservatives. Journal Of Chromatography A, xxx (2011) xxx-xxx, no of page : 5,www.elsevier.com/locate/chroma Harmita. 2004. Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol. I, No.3, Desember,Petunjuk Pelaksanaan Validasi Metode dan Cara Perhitungannya. departemen farmasi FMIPA-UI : jakarta. 117 – 135 issn : 1693-9883 Harmita. 2006. Analisa Fisikokimia .UI Press : Jakarta. 2006;17, 144-152. Haswell, S.J. 1991. Atomic Absorption Spectrometry Theory, Design And Applicatios. Elsevier :Amsterdam, 201-224. Horas, Hutagalung. 1985. Raksa (Hg),Oseana, Volume X, Nomor 3 : 93-105, 1985. ISSN0216-1877. http://adysetiadi.files.wordpress.com/2012/05/bab-9-sampling-desain.pdf Ibrahim Slamet, dkk. 2004. Penetapan Kecermatan dan Keseksamaan Metode Kalorimetrimenggunakan Pereaksi Floroglusin Untuk Penetapan Kadar Hidroquinon Dalam Krim Pemucat. ITB : bandung. Irianto , Irianto. 1998. Penentuan Kadar Raksa (II) Dalam Krim Pemutih Kulit Dengan Metoda Aas Uap Dingin. Undergraduate thesis, FMIPA : UNDIP. Iswari, Retno dan Fatma, Latifa. 2007. Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik. gramedia pustaka utama : jakarta. Jang Seokmin dan Yongseong Kim. 2005. Analysis of Hydroquinone and Its Ether Derivativesby Using Micellar Electrokinetic Chromatography (MEKC). Department of Chemistry, Kyungnam University, Kyungnam 631-701 : Korea. Korean Chem. Soc. 2005, Vol. 26, No. 5. Judith. 1979. Isolation and Identifications of Drugs : volume 1. The pharmaceutical press :London. Katsure et al., 2008. Practical Pharmaceutics – 1. nirali prakashan : pune. Ketut Sari, ni. 2010. Analisa Instrumentasi. Yayasan Humaniora : Klaten Mulja M, Hanwar D. 2003. Prinsip-prinsip cara berlaboratrium yang baik. (good laboratory practice). Majalah Farmasi Airlangga III (2) : 71 – 76

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

40

Nasution. 2003. Tekhnik Sampling. FKM : Universitas Sumatra Utara. Odumosu dan Ekwe. 2010. Identification and Spectrophometric Determination Ofhydroquinone Levels In Some Cosmetic Creams. African Journal Of Pharmacy And Pharmacology Vol. 4(5), Pp. 231-234, May 2010. Available Online http://www.academicjournals.org/ajpp Parenkuan, Kissi et al., 2013. Analisis Kandungan Merkuri Pada Krim Pemutih Yang Beredar Di Kota Manado. Pharmacon Jurnal Ilmiah Farmasi – UNSRAT vol.2 no.01 februari 2013 ISSN 2302-2493 Pedro Lopez Garcia et al., 2007. Determination Of Optimum Wavelength and Derivative Order Inspectrophotometry For Quantitation Of Hydroquinone In Creams. Revista Brasileira De Ciências Farmacêuticasbrazilian Journal Of Pharmaceutical Sciences. R.A.Day,JR dan Underwood. 2002. Kimia Analisis Kuantitatif, Erlangga , Jakarta. Saito, et al., 1994. Detection Of Hydroquinone In A Poisoning Case, Journal Of Forensic Science. JFSCA, Vol.39, No.1, Januari 1994, Pp.266-270. Sardi, Setiawan dkk. 2011. Alat Analisis Spektrofotometer Serapan Atom (Atomic Absorbtion Spektrofotometer). UMI : Makassar. Setiawan, Nugroho. 2005. Tekhnik Samping. Diklat Metodologi Penelitian Sosial : ITB. Siddique, Saima dkk. 2012. Qualitative and Quantitative Estimation Of Hydroquinone In Skinwhitening Cosmetics. Scientific Research : Pakistan. Journal Of Cosmetics, Dermatological Sciences And Applications, 2012, 2, 224-228 Doi:10.4236/Jcdsa.2012.23042 Published Online September 2012 (http://www.SciRP.org/journal/jcdsa) Sloane, Ethel. 2003. Anatomi Dan Fisiologi Untuk Pemula. EGC : Jakarta. Anonim. 2007. Sistem Periodik Unsur. Poliyama Widya Pustaka : Jakarta. Syafnir, Livia dan Arlina, Prima Putri. 2011. Pengujian Kandungan Merkuri Dalam Sediaankosmetik Dengan Spektrofotometri Serapan Atom. Prosiding snapp 2011 Sains, Teknologi Dan Kesehatan ISSN:2089-3582. Tresna, Pipin. 2010. Modul 1 Dasar Rias : Perawatan Kulit Wajah (Facial). Universitas pendidikan Indonesia : Bandung. Wijayanti, dkk. 2011. Polarografimetri. Universitas Negri Malang : Malang.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

41

World Health Organization. (2011). Mercury In Skin Lightening Products. Public Health Andenvironment, 20 Avenue Appia, 1211 Geneva 27, Switzerland. Yanhendri, Satya Wydya Yenny. (2012). Berbagai Bentuk Sediaan Topikal dalam Dermatologi. Bagian Ilmu Kesehatan Kulit Dan Kelamin Fakultas Kedokteran ; Universitas Andalas. CDK-194/vol.39 n0.6 th.2012. ok.indd Yusnizam, Moh. 2008. Effects Of Ph In Mercury Nitrate Treatment Using Membrane System With Biological Pretreatment. A report submitted in partial fulfillment of the requirements for the award of the degree of Bachelor of Chemical Engineering. Faculty of Chemical & Natural Resource Engineering. University Malaysia Pahang Zulalfian. 2006. Merkuri : Antara Manfaat dan Efek Penggunaanya Bagi Kesehatan Manusia Dan Lingkungan . Universitas Sumatra Utara : Medan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

42

Lampiran 1. Uji Linieritas dan Pembuatan Kurva Kalibrasi Standar Hidrokuinon NO

Konsentrasi (µg/mL)

Luas puncak (µv/s)

1

20

3,831

2

30

5,920

3

40

7,949

4

50

10,017

5

60

11,990

Y = a+bx Keterangan : a = -0,2246 b = 0,2042 r = 0,9999 Kondisi analisis : Fase gerak

: Metanol : air (60 : 40)

Kolom

: C-18

Pelarut

: Fase gerak

Volume injeksi

: 20 µL

Laju alir

: 1 mL/menit

Panjang gelombang

: 290 nm

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

43

Lampiran 2. Data Parameter Uji LOD dan LOQ Standar Hidrokuinon Luas puncak

Y’(y=a+bx)

Y – Y’

(y-y’)2

20

3,831

3,857

-0,026

0,000676

30

5,920

5,898

0,022

0,000484

40

7,949

7,939

0,010

0,0001

50

10,017

9,980

0,037

0,000136

60

11,990

12,021

-0,031

0,00096

Konsentrasi (µg/mL)

∑ 0,00235

Sb





= 0,027

LOD = 3. Sb/b = 0,396 µg/mL

LOQ = 10.Sb/b = 1,322 µg/mL

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

44

Lampiran 3. Uji Perolehan Kembali

Krim yang dibuat dimasukkan dalam beker glass 25 mL LLml+fase gerak

Dipanaskan diatas water bath dengan suhu 600 C selama 15 menit

Didinginkan, dicukupkan hingga 50 mL fase gerak. Dan disentrifuge 5000 rpm selama 10 menit

Dimasukkan dalam labu ukur 50 mL

Divortex 1 menit

Disaring dengan membran filter 0,45 µm

Filtrat yang dihasilkan diinjeksikan kedalam alat HPLC dengan volume injeksi 20 µL

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

45

(lanjutan) Hasil uji perolehan kembali Diketahui : Konsentrasi yang sebenarnya = 250 ppm AUC analit

= 46,9612

Sehingga X

=

= = 231,189 ppm UPK HQ

=

=

x 100 %

= 92,5 %

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

46

Lampiran 4. Penentuan Kadar Hidrokuinon Pada Sampel Krim Racikan Dokter Sampel

Berat

Waktu

AUC

Konsentrasi

% kadar

sampel

retensi

A1

1,001 g

0,813

143,099

699,860

3,499 %

A2

1,001 g

0,813

142,135

ppm

B1

1,003 g

0,827

144,390

712,393

B2

1,003 g

0,827

145,960

ppm

C1

1,001 g

0,700

152,603

750,828

C2

1,001 g

0,700

153,436

ppm

D1

1,002 g

0,787

141,602

708,278

D2

1,002 g

0,787

147,068

ppm

3,5619 %

3,754 %

3,541 %

Perhitungan kadar sampel menggunakan persamaan lambert beer y = a+bx

atau

x=

% kadar HQ =

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

47

Lampiran 5. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Senyawa Hidrokuinon

Panjang gelombang hidrokuinon pada 290,5 nm

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

48

Lampiran 6. Kromatogram Larutan Standar Hidrokuinon Standar 20 ppm

Standar 30 ppm

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

49

(lanjutan) Standar 40 ppm

Standar 50 ppm

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

50

(lanjutan) Standar 60 ppm

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

51

Lampiran 7. Kurva Kalibrasi Standar Hidrokuinon 14 y = 0.2042x - 0.2246 R² = 0.9999

12

AUC

10 8 Series1

6

Linear (Series1)

4 2 0 0

20

40

60

80

konsentrasi

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

52

Lampiran 8. Kromatogram Krim Simulasi Hidrokuinon

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

53

Lampiran 9. Kromatogram Sampel Krim Racikan Dokter Sampel A1

Sampel A2

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

54

(lanjutan) Sampel B1

Sampel B2

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

55

(lanjutan) Sampel C1

Sampel C2

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

56

(lanjutan) Sampel D1

Sampel D2

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

57

Lampiran 10. Alat HPLC (High Perform Liquid Chromatography)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

58

Lampiran 11. Sertifikat Analisis Standar Hidrokuinon

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

59

Lampiran 12. Data Kurva Kalibrasi Standar Merkuri No

Konsentrasi (ppb)

Absorbansi (ABS)

1

0

0,000010

2

5

0,000523

3

50

0,004516

4

100

0,010747

Kurva Kalibrasi Standar Merkuri

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

60

Lampiran 13. Data Parameter Uji LOD dan LOQ Standar Merkuri Y’ (y=a+bx)

Y – Y’

(Y-Y’)2

0,000010

0,000044

-0,000034

1,15 x 10-9

5

0,000563

0,000544

0,000019

3,61 x 10-10

50

0,005525

0,00504

0,000485

2,35 x 10-7

100

0,010747

0,01004

0,000707

4,99 x 10-7

Konsentrasi

Absorban

(µg/L)

(ABS)

0

∑ 7,21 x 10-7

Sb

Sb





= 0,0006

LOD = 3. Sb/b = 3. 0,0006/ 1,00 = 0,008 µg/L

LOQ = 10. Sb/b = 10. 0,0006 / 1,00 = 0,006 µg/L

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

61

Lampiran 14. Hasil Pengukuran Kadar Merkuri Pada Sampel Krim RD No

Nama

SVOL

Peak

(mg)

MEAS

CONS

(ng)

(ppm)

% Kadar

1

Krim A

5.000

0,989731

9165,498 1833,100

0,1833 %

2

Krim B

5.000

0,922657

8544,346 1708,869

0,1708 %

3

Krim C

5.000

0,715284

6623,930

0,1324 %

1324,76

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

62

Lampiran 15. Alat Mercury Analyzer

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

63

Lampiran 16. Sampel Krim Racikan Dokter

Analisis merkuri

Analisis hidrokuinon

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta