ANALISIS KEBANGKRUTAN METODE ALTMAN Z-SCORE PADA PERUSAHAAN

Download ABSTRACT. This research is meant to predict bankruptcy on the cigarette companies which go public in the Indonesia Stock Exchange by using ...

0 downloads 421 Views 930KB Size
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 3 (2013)

1

ANALISIS KEBANGKRUTAN METODE ALTMAN Z-SCORE PADA PERUSAHAAN ROKOK GO PUBLIC Anggi Yulia [email protected] Triyonowati Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya ABSTRACT This research is meant to predict bankruptcy on the cigarette companies which go public in the Indonesia Stock Exchange by using Altman Z-Score method. In order to make the discussion is not widening and more focus, this research is limited to the go public cigarette companies which are listed in the Indonesia Stock Exchange from 2007 to 2011 period. As many as 3 go public cigarette companies. The Altman Z-score bankruptcy prediction model is applied as the technique of analysis by using five variables which represent liquidity ratio X1, profitability X2 and X3, activity X4 and X5. By using the assessment criteria Z-score > 2.99 the company is categorized credible. 1.81 < Z-Score < 2.99 the company is categorized volatile so the possibility of a company to be safe and bankruptcy is equal which depends on the policy decision of company management as the decision maker. The Z-Score < 1.81 is categorized as a company which has high risk and big financial problem so the bankruptcy possibility is very big. The result of research indicates that 2 go public cigarette companies have been predicted in bankruptcy volatile condition or alert condition, that are PT. Gudang Garam Tbk dan PT. Bentol Internasional Investama Tbk. While, 1 go public cigarette company that is PT. Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk is predicted has low bankruptcy level and it is in health condition. Keywords: Altman Z-score, bankruptcy, go public cigarette company, IDX ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk memprediksi kebangkrutan pada perusahaan rokok go public di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan menggunakan metode Altman Z-Score. Metode ini menggunakan laporan keuangan untuk di analisis dengan menggunakan variabel dari ZScore. Agar pembahasan dapat terfokus dan tidak meluas, maka dalam penelitian ini dibatasi untuk perusahaan rokok go public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk priode 2007 sampai 2011. Dengan sampel yang diambil sebanyak 3 (Tiga) perusahaan rokok go public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Teknik analisis yang digunakan adalah model prediksi kebangkrutan Altman Z-score. Dengan menggunakan lima variabel yang mewakili rasio likuiditas X1, profitabilitas X2 dan X3, aktivitas X4 dan X5. Dengan kriteria penilaian ZScore > 2,99 dikategorikan sebagai perusahaan yang sehat. 1,81 < Z-Score < 2,99 dikategorikan rawan sehingga kemungkinan terselamatkan dan kemungkinan bangkrut sama besarnya tergantung dari keputusan kebijaksanaan manajemen perusahaan sebagai pengambil keputusan. Z-Score < 1,81 dikategorikan sebagai perusahaan yang memiliki kesulitan keuangan yang sangat besar dan beresiko tinggi sehingga kemungkian bangkrutnya sangat besar. Hasil Penelitian menunjukan bahwa 2 (Dua) perusahaan rokok go public di prediksi dalam keadaan rawan kebangkrutan atau kondisi waspada, yaitu PT. Gudang Garam Tbk dan PT. Bentol Internasional Investama Tbk. Sedangkan 1 (Satu) perusahaan rokok go public PT. Hanjaya Mandala Samperna Tbk diprediksi memiliki tingkat kebangkrutan rendah ada dalam kondisi sehat. Kata Kunci : Altman Z-score, kebangkrutan, perusahan rokok go public, BEI

Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 3 (2013)

2 PENDAHULUAN Kebangkrutan merupakan masalah yang sangat penting yang harus di waspadai oleh perusahaan. Apabila suatu perusahaan telah bangkrut berarti perusahaan tersebut benarbenar mengalami kegagalan usaha, oleh karena itu perusahaan sedini mungkin untuk melakukan berbagai analisis terutama analisis tentang kebangkrutan. Analisis kebangkrutan dilakukan untuk memperoleh peringatan awal adanya tanda - tanda kebangkrutan. Semakin awal tanda - tanda kebangkrutan tersebut, maka semakin baik bagi pihak manajemen karena pihak manajemen bisa melakukan perbaikan - perbaikan. Pihak kreditur dan juga pihak pemegang saham bisa melakukan persiapan - persiapan untuk mengatasi berbagai kemungkinan yang buruk terjadi pada perusahaan. Investor dan kreditor sebagai pihak yang berada diluar perusahaan dituntut mengetahui perkembangan yang ada dalam perusahaan untuk mengamankan investasi yang telah dilakukan. Ketidakmampuan untuk membaca sinyal - sinyal kesulitan usaha akan mengakibatkan kerugian dalam investasi yang telah dilakukan. Untuk mengatasi hal tersebut investor harus bisa mendeteksi kemungkinan kesulitan keuangan adalah sinyal dari dalam perusahaan yang berupa indikator kesulitan keuangan (Darsono dan Ashari, 2005: 101). Berbagai analisis di kembangkan untuk memprediksi awal kebangkrutan perusahaan. Analisis yang banyak digunakan adalah analisis Altman Z-Score dimana analisis ini mengacu rasio - rasio keuangan perusahaan. Rasio menggambarkan suatu hubungan atau pertimbangan antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain, dan dengan menggunakan alat analisis berupa rasio yang dapat menjelaskan atau memberi gambaran analisis Altman Z-Score tentang baik buruknya keadaan atau kondisi keuangan suatu perusahaan. Sedangkan yang digunakan dalam analisis ini yaitu laporan neraca dan laporan laba rugi. Banyaknya perusahaan rokok yang sudah berdiri di Indonesia telah menciptakan persaingan yang sangat ketat dalam industri rokok (baik yang legal dengan cukai maupun tidak). Hal ini menjadi suatu tantangan tersendiri bagi industri rokok legal yang sudah mempunyai nama besar seperti Gudang Garam, Djarum, Sampoerna, Bentoel, dan lain-lain agar tidak gagal dalam perjalanan bisnisnya. Ada dua macam kegagalan, yaitu kegagalan ekonomi dan kegagalan keuangan. Kegagalan ekonomi suatu perusahaan dikaitkan dengan ketidakseimbangan antara pendapatan dengan pengeluaran. Kegagalan ekonomi juga bisa disebabkan oleh biaya modal perusahaan yang lebih besar dari tingkat laba atas biaya histories investasi. Sementara itu, sebuah perusahaan dikategorikan gagal keuangannya jika perusahaan tersebut tidak mampu membayar kewajibannya pada waktu jatuh tempo, meskipun aktiva total melebihi kewajibannya. Keadaan ini sering didefinisikan sebagai insolvensi teknis (technical insolvency). Tentu saja, sebuah perusahaan juga akan dinyatakan pailit jika total kewajibannya melebihi nilai wajar dari aktiva totalnya. Berdasarkan pada latar belakang yang diuraikan diatas, maka rumusan masalah yang dikemukakan adalah : “Bagaimana memprediksi kebangkrutan dengan menggunakan metode Altman ZScore pada perusahaan rokok go public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?”. Berdasarkan pada latar belakang yang diuraikan diatas, Tujuan yang hendak dicapai melalui penelitian ini adalah : Untuk mengetahui aplikasi analisis kebangkrutan dengan metode Altman Z-Score untuk mempredeksi potensi kebangkrutan pada perusahaan go public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2007 – 2011.

Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 3 (2013)

3 TINJAUAN TEORITIS Go Public Pada hakekatnya Go public secara terjemahan adalah proses perusahaan yang “Go public atau pergi ke masyarakat” artinya perusahaan itu memasyarakatkan dirinya yaitu dengan jalan memberikan sarana bagi masyarakat untuk masuk dalam perusahaannya, yaitu dengan menerima peryetaan masyarakat dalam usahanya, baik dalam pemilikan maupun dalam penyertaan. Analisis Laporan Keuangan Analisis Laporan keuangan menurut Harahap (2009:333) adalah menguraikan pos pos laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil dan melihat hubungannya yang bersifat signifikan atau yang mempunyai makna antara satu dengan yang lain baik antara data kuantitatif maupun data non-kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting dalam proses menghasilkan keputusan yang tepat Analisis Rasio Keuangan Menurut Munawir (2004:37) analisis rasio adalah suatu metode analisa untuk mengetahui hubungan pos - pos tertentu dalam neraca atau laporan laba rugi secara individu atau kombinasi dari kedua laporan tersebut. Kebangkrutan Munawir (2002:288) mendefenisikan kegagalan keuangan sebagai “ketidakmampuan perusahaan dalam membayar kewajiban keuangan pada saat jatuh tempo, yang menyebabkan terjadinya perjanjian khusus dengan para debitur untung mengurangi atau menghapus utangnya”. Kebangkrutan merupakan kesulitan keuangan sangat parah sehingga perusahaan tidak mampu menjalankan kegiatan operasinya. Sedangkan kesulitan keuangan adalah kesulitan likuiditas yang dapat mengakibatkan kebangkrutan. Analisis kesulitan keuangan akan sangat membantu membuat keputusan untuk menentukan sikap terhadap perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan. Analisis Z-Score Z-Score adalah skor yang ditentukan dari hitungan standar kali nisbah-nisbah keuangan yang menunjukkan tingkat kemungkinan kebangkrutan perusahaan, Sedangkan analisa kebangkrutan Z-Score adalah alat yang digunakan untuk meramalkan tingkat kebangkrutan suatu perusahaan dengan menghitung nilai dari beberapa rasio. Formula ZScore untuk memprediksi kebangkrutan dari Altman merupakan sebuah multivariate formula yang digunakan untuk mengukur kesehatan finansial dari sebuah perusahaan (Supardi, 2003:73). Altman menemukan lima jenis rasio keuangan yang dapat dikombinasikan untuk melihat perbedaan antara perusahaan yang bangkrut dan yang tidak bangkrut. Fungsi diskriminan Z yang ditemukan oleh Altman adalah sebagai berikut : (Hanafi dan Halim, 2003:275) Zi = 0,717 X1 + 0,847 X2 + 3,107 X3 + 0,42 X4 + 0,998 X5..............(2) Dimana : X1 = X2 = X3 =

Modal Kerja / Total aktiva (Modal kerja = (Ativa Lancar - Hutang Lancar) Laba Ditahan / Total Aktiva Laba Sebelum Bunga dan Pajak / Total Aktiva

Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 3 (2013)

4 X4 = Nilai Pasar Modal Saham / Nilai Buku Hutang X5 = Penjualan / Total Aktiva Z = Index Keseluruhan Kelima rasio inilah yang akan digunakan untuk menganalisis laporan keuangan sebuah perusahaan untuk kemudian mendeteksi kemungkinan. terjadinya kebangkrutan pada perusahaan tersebut Rasio laba sebelum bunga dan pajak terhadap total aktiva memiliki bobot yang paling besar karna rasio ini dianggap paling berkontribusi dalam menilai kelangsungan hidup perusahaan. kriteria Kebangkrutan Altman Z-Score a. Z-Score > 2,99 dikategorikan sebagai perusahaan yang sangat sehat sehingga tidak mengalami kesulitan keuangan. b. 1,81 < Z-Score < 2,99 berada di daerah abu-abu sehingga dikategorikan sebagai perusahaan yang memiliki kesulitan keuangan, namun kemungkinan terselamatkan dan kemungkinan bangkrut sama besarnya tergantung dari keputusan kebijaksanaan manajemen perusahaan sebagai pengambil keputusan. c. Z-Score < 1,81 dikategorikan sebagai perusahaan yang memiliki kesulitan keuangan yang sangat besar dan beresiko tinggi sehingga kemungkinan potensi bangkrutnya sangat besar. Penelitian Terdahulu Banyak penelitian yang menganalisis kebangkrutan dengan menggunakan metode Altman Z-Score, diantaranya adalah Firdaus (2011) Firdaus melakukan penelitian dengan tujuan untuk memprediksi potensi kebangkarutan perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Eek Indonesia periode 2006 sampai 2009 dengan menggunakan metode Altman Z-Score. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan diprediksi bahwa 30% atau tiga dari sepuluh sample perusahaan perbankan diklarifikasikan bangkrut, hal ini dapat dilihat dari nilai perhitungan Z-Score yang dibawah 1,81. Sedangkan untuk perusahaan perbankan yang diklarifikasikan dalam kondisi rawan atau waspada adalah sebesar 40% atau 4 dari 10 sample, 4 perusahaan perbankan ini memiliki nilai Z-Score diatas 1,81 dan dibawah 2,99. Terdapat 30% atau 3 dari 10 sample perusahaan perbankan yang dklarifikasi dalam kondisi sehat, yang berarti bahwa nilai Z-Score yang dimiliki ketiga perusahaan ini lebih dari 2,99. Rerangka Pemikiran Setiap perusahaan memiliki kebijakan dalam berbagai aktifitas mereka. Ada berbagai keputusan yang akan diambil tapi sebelum itu pihak perusahaan akan membuat laporan keuangan mereka per periode baik perbulan pertriwulan ataupun pertahun. Dari laporan keuangan inilah akan muncul berbagai pendapat dari stakeholder. Agar perusahaan tetap berjalan dengan baik juga dapat berkembang perusahaan melakukan analisis prediksi kebangkrutan untuk menilai bagaimana perusahaan mereka pada masa sekarang dan bagaimana perusahaan mereka nantinya. Untuk itu maka digunakanlah analisis rasio keuangan dengan pendekatan metode Altman Z-Score. Dari hasilnya akan dilihat bagaimana keadaan setiap perusahaan agar dapat lebih awal mengetahui bagaimana keadaaan atau kondisi keuangan mereka.

Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 3 (2013)

5

Laporan Keuangan Perusahaan

Analisis prediksi kebangkrutan digunakan untuk memperoleh peringatan awal kebangkrutan

Analisis Rasio Keuangan

Rasio likuiditas, rasio profitabilitas dan rasio aktivitas

Analisis Altman Z-score pada perusahan rokok go public

Bangkrut

Waspada

Sehat

Simpulan

Gambar 1 Rerangka Pemikiran METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Jenis penyusunan dari skripsi ini adalah jenis penelitian studi Deskriftif (Descriptive Research) Kuantitatif, merupakan penelitian terhadap masalah-masalah burapa fakta - fakta saat ini dari suatu populasi Gambaran Populasi Penelitian Pada penelitian ini populasi yang akan digunakan sebagai obyek penelitian adalah perusahaan rokok go public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2006-2010. Jumlah perusahaan rokok yang terdaftar di BEI sebanyak 3 perusahaan. Teknik Pengambilan Sampel Sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan rokok dengan kriteria sebagai berikut: 1. Merupakan perusahaan rokok go public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia . 2. Memlliki laporan keuangan perusahaan yang telah diaudit pada tahun 2007-2011. Perusahaan yang masuk dalam kriteria sampel penelitian diatas yaitu : 1. Gudang Garam, Tbk 2. Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk 3. Bentol International Investama, Tbk

Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 3 (2013)

6 Teknik Pengumpulan Data Adapun teknik pengumpulan data yang dapat dilakukan melalui : 1. Pengumpulan Data Kuantitatif Data kuantitatif merupakan pengolahan kumpulan data – data yang bukan dalam bentuk bilangan, atau dengan kata lain data kuantitatif ini disajikan dalam bentuk uraian kata – kata yang mengandung makna. Dalam penelitian ini data kuantitatif adalah data sejarah perusahaan rokok go public. 2. Pengumpulan Data Kualitatif Data kualitatif merupakan pengolahan kumpulan data yang berupa bilangan atau berbentuk angka – angka, data kualitatif dapat dilakukan dengan operasi matematika. Dalam penelitian ini data kualitatif adalah laporan keuangan perusahaan rokok go public. Variabel dan Definisi Operasional Variabel Definisi operasional variabel adalah penentuan construct sehingga menjadi variabel yang terukur. Dalam definisi operasional ini, variabel yang digunakan yaitu : 1. Variabel Penelitian Altman menemukan lima rasiokeuangan yang dapat dikombinasikan untuk melihat perbedaan antara perusahaan yang bangkrut dan yang tidak bangkrut. Kondisi perusahaan dalam penelitian ini dibagi menjadi : a. Apabila nilai Z-Score > dari pada nilai cut off maka diprediksi sebagai perusahaan yang sangat sehat sehingga tidak mengalami kesulitan keuangan dan kebangkrutan. b. Apabila nilai Z-Score = nilai cut off maka perusahaan diprediksi sebagai perusahaan yang rawan bangkrut, namun kemungkinan terselamatkan dan kemungkinan bangkrut sama besarnya tergantung dari keputusan kebijaksanaan manajemen perusahaan sebagai pengambil keputusan. c. Apabila nilai Z-Score < dari pada nilai cut off maka diprediksi bangkrut sebagai perusahaan yang memiliki kesulitan keuangan yang sangat besar. 2. Rasio-rasio yang digunakan dalam metode Altman Z-Score Dalam manajemen keuangan, rasio-rasio yang digunakan dalam metode Altman ZScore ini dapat dikategorikan dalam tiga kelompok besar yaitu: 1. Rasio Likuiditas yag terdiri dari X1 2. Rasio Profitabilitas yang terdiri dari X2 dan X3 3. Rasio Aktivitas yang terdiri dari X4 dan X5 (Riyanto, 2001:330). 1) Rasio Modal Kerja terhadap Total Aktiva (X1) Digunakan untuk mengukur likuiditas aktiva perusahaan relative terhadap total kapitalisasinya atau untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek. Indikator yang dapat digunakan untuk mendeteksi adanya masalah pada tingkat likuiditas perusahaan adalah indikator-indikator internal seperti ketidakcukupan kas, utang dagang membengkak, dan beberapa indikator lainnya. Adapun rumus dari rasio ini adalah : X1 = Modal Kerja Total Aktiva 2) Rasio Laba ditahan Terhadap Total Aktiva (X2) Rasio ini merupakan rasio profitabilitas yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba ditahan dari total aktiva selama masa operasi perusahaan. Laba ditahan merupakan laba yang tidak dibagikan kepada para pemegang saham. Bila perusahaan merugi, maka total dan nilai laba ditahan pada perusahaan akan mengalami penurunan karena semakin kecil nilai rasio ini akan menunjukan kondisi keuangan perusahaan yang tidak sehat. Adapun rumus dari rasio ini adalah :

Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 3 (2013)

7 X2 =

Rasio Laba Ditahan Total Aktiva 3) Rasio Pendapatan sebelum Pajak dan Bunga terhadap Total Aktiva (X3) Digunakan untuk mengukur produktivitas yang sebenarnyan dari aktiva perusahaan. Rasio tersebut mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari aktiva yang digunakan. Rasio ini merupakan kontributor terbesar dari model tersebut. Beberapa indikator yang dapat kita gunakan dalam mendeteksi adanya masalah pada kemampuan profitabilitas perusahaan diantaranya adalah piutang dagang meningkat, rugi terus-menerus dalam beberapa kwartal, persediaan meningkat, penjualan menurun, dan terlambatnya hasil penagihan piutang. Adapun rumus dari rasio ini adalah : X3 = Laba sebelum pajak dan bunga Total Aktiva 4) Rasio Nilai Pasar Modal Saham terhadap Nilai Buku Hutang (X4) Digunakan untuk mengukur seberapa banyak aktiva perusahaan dapat turun nilainya sebelum jumlah hutang lebih besar daripada aktivanya dan keuangan perusahaan menjadi tidak sehat. Modal yang dimaksud adalah gabungan nilai pasar dari modal biasa dan saham preferen, sedangkan utang mencakup utang lancar dan utang jangka panjang. Adapun rumus dari rasio ini adalah : X4 = Nilai Pasar Modal Saham Nilai Buku Hutang 5) Rasio Penjualan terhadap Total Aktiva (X5) Rasio ini merupakan rasio aktivitas yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghadapi kondisi persaingan. Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan dalam menggunakan aktiva untuk meningkatkan volume penjualan dan mendapatkan laba. Semakin rendah rasio ini maka semakin kecil tingkat pendapatan perusahaan sehingga menunjukan kondisi keuangan perusahaan yangtidak sehat. Adapun rumus dari rasio ini adalah : Penjualan X5 = Total Aktiva 3.5 Teknik Analisis Data Dalam penelitian ini analisis data yang digunakan adalah analisis kuantitatif yaitu dengan menganalisis data yang telah dikumpulkan dengan cara menghitung, menganalisis, membandingkan, serta mengklarifikasikan data berupa angka yang akan digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan. Teknik analisis data yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini sebagai berikut : 1. Menghitung seluruh rasio keuangan perusahaan rokok yang terdapat di sample penelitian 2. Menghitung dan melakukan pengolahan data terhadap variabel rasio keuangan. Dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Hanafi dan Halim, 2003:275) : Zi = 0,717 X1+0,847 X2 + 3,107 X3 + 0,42 X4+0,998 X5 Dimana: X1 = Aktiva Lancar – Utang Lancar Total Aktiva X2 = Laba Ditahan Total Aktiva Laba sebelum pajak dan bunga X3 = Total Aktiva Nilai Pasar Modal Saham X4 = Nilai Buku Hutang

Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 3 (2013)

8 X5 =

Penjualan Total Aktiva 3. Menghitung nilai Z-Score dari masing - masing sampel penelitian periode 2007-2011. 4. Mengklasifikasikan sample penelitian berdasakan dengan kriteria penilaian sebagai berikut : Z-Score > 2,99 : Dikategorikan sebagai perusahaan sehat 1,81 < Z-Score < 2,99 : Berada pada potensi rawan kebangkrutan Z-Score < 1,81 : Perusahaan berpotensi bangkrut HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Rasio Modal Kerja Terhadap Total Aktiva (X1) X1 = Modal Kerja Total Aktiva a. PT. Gudang Garam Tbk Perhitungan Rasio Modal Kerja terhadap Total Aktiva PT. Gudang Garam Tbk dari tahun 2007 sampai 2011, dapat dilihat dari Tabel 1. Tabel 1 Perhitungan Rasio Modal Kerja terhadap Total Aktiva X1 Periode Modal Kerja Total Aktiva (Rp) (%) (Rp) 2007 8.349.245 23.779.951 35,1 2008

9.338.044

24.072.959

38,8

2009

11.623.254

27.230.965

42,7

2010

14.426.360

30.741.679

46,9

2011

16.847.435

39.088.705

43.1

Sumber : Laporan Keuangan Perusahaan Sampel b. PT. Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk Perhitungan Rasio Modal Kerja terhadap Total Aktiva PT. Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk dari tahun 2007 sampai 2011, dapat dilihat dari Tabel 2. Tabel 2 Perhitungan Rasio Modal Kerja terhadap Total Aktiva X1 Periode Modal Kerja Total Aktiva (Rp) (%) (Rp) 2007 4.843.772 15.680.542 30,9 2008

3.395.080

16.133.819

21,04

2009

5.941.631

17.716.447

33,5

2010

5.989.616

20.525.123

29,2

2011

6.361.563

19.376.343

32,8

Sumber : Laporan Keuangan Perusahaan Sampel

Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 3 (2013)

9 c. PT. Bentol Internasional Investama Tbk Perhitungan Rasio Modal Kerja terhadap Total Aktiva PT. Bentol Internasional Investama Tbk dari tahun 2007 sampai 2011, dapat dilihat dari Tabel 3. Tabel 3 Perhitungan Rasio Modal Kerja terhadap Total Aktiva Periode Modal Kerja Total Aktifa X1 (Rp) (Rp) (%) 2007 2.134.188.002.627 3.859.160.327.022 55,3 2008

1.821.146.541.576

4.455.531.963.727

40,9

2009

1.596.886

4.894.434

32,6

2010

1.831.843

4.902.597

37,4

2011

458.124

6.333.957

7,23

Sumber : Laporan Keuangan Perusahaan Sampel Sedangkan untuk ringkasan perhitungan rasio modal kerja terhadap total aktiva perusahaan rokok go public pada tahun 2007-2011 dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Ringkasan Perhitungan Rasio Modal Kerja Terhadap Total Aktiva (X1) No Emiten 2007 2008 2009 2010 2011 Rata(%) (%) (%) (%) (%) Rata (%) 1 PT. Gudang Garam 35,1 38,8 42,7 46,9 43.1 41,3 Tbk 2 PT. Hanjaya Mandala 30,9 21,04 33,5 29,2 32,8 29,5 Sampoerna Tbk 3 PT. Bentol 55,3 40,9 32,6 37,4 7,23 34,7 Internasional Investama Tbk Total Rata – Rata 35,2 Sumber : Laporan Keuangan Perusahaan Sampel 2.

Rasio Laba Ditahan Terhadap Total Aktiva X2 Rasio Laba Ditahan X2 = Total Aktiva a. PT. Gudang Garam Tbk Perhitungan Rasio Laba Ditahan terhadap Total Aktiva PT. Gudang Garam Tbk dari tahun 2007 sampai 2011, dapat dilihat dari Tabel 5.

Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 3 (2013)

10 Tabel 5 Perhitungan Rasio Laba Ditahan terhadap Total Aktiva Periode Laba Ditahan Total Aktiva X2 (Rp) (Rp) (%) 2007 13.010.923 23.779.951 54,7 2008

14.503.522

24.072.959

60,2

2009

17.285.793

27.230.965

63,5

2010

20.181.418

30.741.679

65,6

2011

23.382.278

39.088.705

59,8

Sumber : Laporan Keuangan Perusahaan Sampel b. PT. Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk Perhitungan Rasio Modal Kerja terhadap Total Aktiva PT. Hanjaya Mandala Tbk Sampoerna dari tahun 2007 sampai 2011, dapat dilihat dari Tabel 6. Tabel 6 Perhitungan Rasio Modal Kerja terhadap Total Aktiva Periode Laba Ditahan Total Aktifa X2 (%) (Rp) (Rp) 2007 6.988.550 15.680.542 44,6 2008

6.939.146

16.133.819

43

2009

9.396.685

17.716.447

53

2010

9.134.039

20.525.123

44,5

2011

9.134.733

19.376.343

47,1

Sumber : Laporan Keuangan Perusahaan Sampel c. PT. Bentol Internasional Investama Tbk Perhitungan Rasio Modal Kerja terhadap Total Aktiva PT. Bentol Internasional Investama Tbk dari tahun 2007 sampai 2011, dapat dilihat dari Tabel 7. Tabel 7 Perhitungan Rasio Modal Kerja terhadap Total Aktiva Periode Laba Ditahan Total Aktifa X2 (%) (Rp) (Rp) 2007 747.977.923.309 3.859.160.327.022 19,4 2008

936.659.038.658

4.455.531.963.727

21

2009

790.918

4.894.434

16,2

2010

1.512.599

4.902.597

30,9

2011

1.630.356

6.333.957

25,7

Sumber : Laporan Keuangan Perusahaan Sampel Sedangkan untuk ringkasan perhitungan rasio laba ditahan terhadap total aktiva perusahaan rokok go public pada tahun 2007-2011 dapat dilihat pada Tabel 8.

Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 3 (2013)

11 Tabel 8 Ringkasan Perhitungan Rasio laba ditahan Terhadap Total Aktiva (X2) No Emiten 2007 2008 2009 2010 2011 Rata(%) (%) (%) (%) (%) Rata(%) 1 PT. Gudang 54,7 60,2 63,5 65,6 59,8 60,8 Garam Tbk 2

3

PT. Hanjaya 44,6 43 Mandala Sampoerna Tbk PT. Bentol 19,4 21 Internasional Investama Tbk Total Rata – Rata

53

44,5

47,1

46,4

16,2

30,9

25,7

22,6

43,3

Sumber : Laporan Keuangan Perusahaan Sampel 3. Rasio Laba sebelum Bunga dan Pajak terhadap Total Aktiva (X3) Laba sebelum Bunga dan Pajak X3= Total Aktiva a. PT. Gudang Garam Tbk Perhitungan Rasio Laba sebelum Bunga dan Pajak terhadap Total Aktiva PT. Gudang Garam Tbk dari tahun 2007 sampai 2011, dapat dilihat dari Tabel 9. Tabel 9 Perhitungan Rasio Laba sebelum Bunga dan Pajak terhadap Total Aktiva Total Aktiva Periode Laba Sebelum Bunga dan X3 Pajak (Rp) (Rp) (%) 2007 2.204.841 6.655.389 33,1 2008

2.656.344

7.064.383

37,6

2009

4.828.231

27.230.965

17,7

2010

5.631.296

30.741.679

18,3

2011

6.614.971

39.088.705

16,9

Sumber : Laporan Keuangan Perusahaan Sampel b. PT. Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk Perhitungan Rasio Laba sebelum Bunga dan Pajak terhadap Total Aktiva PT. Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk dari tahun 2007 sampai 2011, dapat dilihat dari Tabel 10.

Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 3 (2013)

12 Tabel 10 Perhitungan Rasio Laba sebelum Bunga dan Pajak terhadap Total Aktiva Periode Laba Sebelum Bunga dan Total Aktiva X3 Pajak (Rp) (Rp) (%) 2007 5.345.073 15.680.542 34,1 2008

5.797.289

16.133.819

35,9

2009

7.213.466

17.716.422

40,8

2010

8.748.229

20.525.123

42,6

2011

10.911.082

19.376.343

56,3

Sumber : Laporan Keuangan Perusahaan Sampel c. PT. Bentul Internasional Investama Tbk Perhitungan Rasio Laba sebelum Bunga dan Pajak terhadap Total Aktiva PT. Bentul Internasional Investama Tbk dari tahun 2007 sampai 2011, dapat dilihat dari Tabel 11. Tabel 11 Perhitungan Rasio Laba sebelum Bunga dan Pajak terhadap Total Aktiva Periode Laba Sebelum Bunga dan Total Aktiva X3 (%) Pajak (Rp) (Rp) 2007 281.083.938.468 3.859.160.327.022 7,28 2008

244.177.185.546

4.455.531.963.727

5,48

2009

- 42.139

4.894.434

-0,86

2010

367.448

4.902.597

7,49

2011

485.337

6.333.957

7,66

Sumber : Laporan Keuangan Perusahaan Sampel Sedangkan untuk ringkasan perhitungan Rasio Laba sebelum Bunga dan Pajak terhadap Total Aktiva perusahaan rokok go public pada tahun 2007-2011 dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12 Ringkasan Perhitungan Rasio Laba sebelum Bunga dan Pajak terhadap Total Aktiva (X3) No Emiten 2007 2008 2009 2010 2011 Rata(%) (%) (%) (%) (%) Rata(%) 1 PT. Gudang 33,1 37,6 17,7 18,3 16,9 24,7 Garam Tbk 2 PT. Hanjaya 34,1 35,9 40,8 42,6 56,3 41,9 Mandala Sampoerna Tbk 3 PT. Bentol 7,28 5,48 -0,86 7,49 7,66 5,41 Internasional Investama Tbk Total Rata – Rata 24 Sumber : Laporan Keuangan Perusahaan Sampel

Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 3 (2013)

13 4. Rasio Nilai Pasar Modal Saham terhadap Nilai Buku Hutang (X4) X4 = Nilai Pasar Modal Saham Nilai Buku Hutang a. PT. Gudang Garam Tbk Perhitungan Rasio Nilai Pasar Modal Saham terhadap Nilai Buku Hutang PT. Gudang Garam Tbk dari tahun 2007 sampai 2011, dapat dilihat dari Tabel 13. Tabel 13 Perhitungan Rasio Nilai Pasar Modal Saham terhadap Nilai Buku Hutang Nilai Buku X4 Periode Nilai Pasar Modal Saham (Rp) Hutang (Rp) (%) 2007 962.044 9.640.418 9,98 2008

962.044

8.553.688

11,2

2009

962.044

8.848.424

10,9

2010

962.044

9.421.403

10,2

2011

962.044

14.537.777

6,62

Sumber : Laporan Keuangan Perusahaan Sampel b. PT. Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk Perhitungan Rasio Nilai Pasar Modal Saham terhadap Nilai Buku Hutang PT. Hanjaya Mandala SampoernaTbk dari tahun 2007 sampai 2011, dapat dilihat dari Tabel 14. Tabel 14 Perhitungan Rasio Nilai Pasar Modal Saham terhadap Nilai Buku Hutang Nilai Buku X4 Periode Nilai Pasar Modal Saham (%) (Rp) Hutang (Rp) 2007 438.300 7.614.388 5,76 2008

438.300

8.083.584

5,42

2009

438.300

7.250.522

6,04

2010

438.300

10.309.671

4,25

2011

438.300

9.174.554

4,78

Sumber : Laporan Keuangan Perusahaan Sampel c. PT. Bentol Internasional Investama Tbk Perhitungan Rasio Nilai Pasar Modal Saham terhadap Nilai Buku Hutang PT. Bentol Internasional Investama Tbk dari tahun 2007 sampai 2011, dapat dilihat dari Tabel 15.

Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 3 (2013)

14 Tabel 15 Perhitungan Rasio Nilai Pasar Modal Saham terhadap Nilai Buku Hutang Periode Nilai Pasar Modal Saham Nilai Buku Hutang X4 (Rp) (Rp) (%) 2007 336.656.250.000 2.317.640.867.481 14,5 2008

336.656.250.000

2.725.331.388.837

12,4

2009

336.656

2.983.528

11,3

2010

362.000

2.773.070

13,1

2011

362.000

4.086.673

8,86

Sumber : Laporan Keuangan Perusahaan Sampel Sedangkan untuk ringkasan perhitungan Rasio Nilai Pasar Modal Saham terhadap Nilai Buku Hutang perusahaan rokok go public pada tahun 2007-2011 dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16 Ringkasan Perhitungan Rasio Nilai Pasar Modal Saham terhadap Nilai Buku Hutang (X4) Emiten 2007 No 2008 2009 2010 2011 Rata(%) (%) (%) (%) (%) Rata(%) 1 PT. Gudang 9,98 11,2 10,9 10,2 6,62 9,78 Garam Tbk 2 PT. Hanjaya 5,76 5,42 6,04 4,25 4,78 5,25 Mandala Sampoerna Tbk 3 PT. Bentol 14,5 12,4 11,3 13,1 8,86 12 Internasional Investama Tbk Total Rata- Rats 9,01 Sumber : Laporan Keuangan Perusahaan Sampel 5. Rasio Penjualan terhadap Total Aktiva (X5) = Penjualan X5 Total Aktiva a. Gudang Garam Perhitungan Rasio Penjualan terhadap total aktiva PT. Gudang Garam Tbk dari tahun 2007 sampai 2011, dapat dilihat dari Tabel 17.

Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 3 (2013)

15 Tabel 17 Perhitungan Rasio Penjualan terhadap total aktiva Periode Penjualan Total Aktiva X5 (Rp) (Rp) (%) 2007 23.074.633 23.779.951 97 2008

25.095.136

24.072.959

104

2009

25.807.564

27.230.965

94,8

2010

28.826.410

30.741.679

93,8

2011

31.754983

39.088.705

81,2

Sumber : Laporan Keuangan Perusahaan Sampel b. PT. Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk Perhitungan Rasio Penjualan terhadap total aktiva PT. Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk dari tahun 2007 sampai 2011, dapat dilihat dari Tabel 18. Tabel 18 Perhitungan Rasio Penjualan terhadap total aktiva X5 Periode Penjualan Total Aktiva (Rp) (%) (Rp) 2007 21.025.772 15.680.542 134 2008

24.695.196

16.133.819

153

2009

27.744.232

17.716.447

157

2010

30.725.665

20.525.123

149

2011

37.661.205

19.376.343

194

Sumber : Laporan Keuangan Perusahaan Sampel c. PT. Bentol Internasional Investama Tbk Perhitungan Rasio Penjualan terhadap total aktiva PT. Bentol Internasional Investama Tbk dari tahun 2007 - 2011, dapat dilihat dari Tabel 19. Tabel 19 Perhitungan Rasio Penjualan terhadap total aktiva Periode Penjualan Total Aktiva X5 (%) (Rp) (Rp) 2007 3.581.028.758.931 3.859.160.327.022 92,8 2008

4.824.168.058.193

4.455.531.963.727

182

2009

5.903.800

4.894.434

121

2010

6.960.270

4.902.597

142

2011

7.756.010

6.333.957

122

Sumber : Laporan Keuangan Perusahaan Sampel Sedangkan untuk ringkasan perhitungan Rasio Penjualan terhadap Total Aktiva perusahaan rokok go public pada tahun 2007-2011 dapat dilihat pada Tabel 20.

Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 3 (2013)

16 Tabel 20 Ringkasan Perhitungan Rasio Penjualan terhadap Total Aktiva Hutang (X5) No Emiten 2007 2008 2009 2010 2011 Rata(%) (%) (%) (%) (%) Rata(%) 1 PT. Gudang 97 104 94,8 93,8 81,2 94,2 Garam Tbk 2 PT. Hanjaya 134 153 157 149 194 157 Mandala Sampoerna Tbk 3 PT. Bentol 92,8 182 121 142 122 132 Internasional Investama Tbk Total Rata – Rata 128 Sumber : Laporan Keuangan Perusahaan Sampel Perhitungan Nilai Altman Z-Score 1. PT. Gudang Garam Tbk Adapun rumus untuk menghitung Nilai Z-Score pada PT. Gudang Garam Tbk pada periode 2007 sampai 2011 adalah sebagai berikut : ZA = (0,717 x X1) + (0,847 x X2) + (3,107 x X3) + (0,420 x X4) + (0,998 x X5) Hasil perhitungan Nilai Z-Score pada PT. Gudang Garam Tbk pada periode 2007 sampai 2011 dapat dilihat di Tabel 21. Tabel 21 Perhitungan Nilai Z-Score pada PT. Gudang Garam Tbk X2 X3 X4 X5 Za Klarifikasi Periode X1 (%) (%) (%) (%) (%) 2007 35,1 54,7 33,1 9,98 97% 2,75 Potensi Rawan 2008

38,8

60,2

37,6

11,2

104

3,04

Sehat

2009

42,7

63,5

17,7

10,9

94,8

2,39

Potensi Rawan

2010

46,9

65,6

18,3

10,2

93,8

2,44

Potensi Rawan

2011

43.1

59,8

16,9

6,62

81,2

2,18

Potensi Rawan

Sumber : Diolah Penulis 2. PT. Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk Adapun rumus untuk menghitung Nilai Z-Score pada PT. Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk pada periode 2007 sampai 2011 adalah sebagai berikut : ZA = (0,717 x X1) + (0,847 x X2) + (3,107 x X3) + (0,420 x X4) + (0,998 x X5) Hasil perhitungan Nilai Z-Score pada PT. Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk pada periode 2007 sampai 2011 dapat dilihat di Tabel 22.

Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 3 (2013)

17 Tabel 22 Perhitungan Nilai Z-Score pada PT. Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk Periode X1 X2 X3 X4 X5 Za Klarifikasi (%) (%) (%) (%) (%) 2007 30,9 44,6 34,1 5,76 134 3,02 Sehat 2008

21,04

43

35,9

5,42

153

3,18

Sehat

2009

33,5

53

40,8

6,04

157

3,55

Sehat

2010

29,2

44,5

42,6

4,25

149

3,14

Sehat

2011

32,8

47,1

56,3

4,78

194

4,34

Sehat

Sumber : Diolah Penulis 3. PT. Bentol International Investama Tbk Adapun rumus untuk menghitung Nilai Z-Score pada PT. Bentol International Investama Tbk pada periode 2007 sampai 2011 adalah sebagai berikut : ZA = (0,717 x X1) + (0,847 x X2) + (3,107 x X3) + (0,420 x X4) + (0,998 x X5) Hasil perhitungan Nilai Z-Score pada PT. Bentol International Investama Tbk pada periode 2007 sampai 2011 dapat dilihat di Tabel 23. Tabel 23 Perhitungan Nilai Z-Score pada PT. Bentol International Investama Tbk X2 X3 X4 X5 Za Klarifikasi Periode X1 (%) (%) (%) (%) (%) 2007 55,3 19,4 7,28 14,5 92,8 1,77 Potensi Bangkrut 2008

40,9

21

5,48

12,4

182

2,51

Potensi Rawan

2009

32,6

16,2

-0,86

11,3

121

1,35

Potensi Bangkrut

2010

37,4

30,9

7,49

13,1

142

2,23

Potensi Rawan

2011

7,23

25,7

7,66

8,86

122

1,76

Potensi Bangkrut

Sumber : Diolah Penulis Adapun kesimpulan perhitungan nilai Z-Score pada perusahaan rokok go public periode 2007 sampai 2011 yang dapat dilihat di Tabel 24.

Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 3 (2013)

18

Emiten PT. Gudang Garam Tbk PT. Hanjaya Mndala Sampoerna Tbk PT. Bentol Internasional Investama Tbk

Tabel 24 Kesimpulan Perhitungan Nilai Z-Score Nilai Z-Score Rata 2007 2008 2009 2010 2011 Rata

Kesimpulan

2,75

3,04

2,39

2,44

2,18

2,56

Potensi Rawan

3,02

3,18

3,55

3,14

4,34

3,45

Sehat

1,77

2,51

1,35

2,23

1,76

1,92

Potensi Rawan

Rata – Rata

2,64

Sumber : Diolah Penulis Dari Tabel di atas dapat diinterprestasikan sebagai berikut : a. PT. Gudang Garam Tbk Nilai Z-Score PT. Gudang Garam Tbk pada tahun 207 sampai 2008 mengalami kenaikan, berarti modal kerja perusahaan ini mengalami kenaikan lebih besar dari pada total aktivanya. Di tahun 2009 mengalami penurunan yang berarti modal kerja juga ikut turun. Ditahun 2010 mengalami kenaikan kembali sedangka di tahun berikutnya 2011 mengalami penurunan kembali. Dari rata – rata nilai Z-Score yang dimiliki PT. Gudang Garam Tbk sebesar 2,56 menyatakan bahwa kondisi keuangan perusahaan yang berpotensi rawan akan kebangkrutan, dalam hal ini berarti modal kerja yang digunakan oleh perusahaan kurang efektif sehingga total aktivanya pun menjadi kurang efektif. Sedangkan, apabila dibandingkan dengan rata – rata nilai Z-Score tiga perusahaan pembanding, perusahaan ini masih dibawa rata – rata industrinya yaitu 2,64 namun juga masih diatas 1,81 yang berarti bahwa dalam metode Z-Score perusahaan ini dikatakan berpotensi rawan. b. PT. Hanjaya mandala Samporna Tbk Pada tahun 2007 sampai 2009 nilai Z-Score PT. Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk mengalami kenaikan terus menerus, hal ini menunjukan bahwa modal kerja perusahaan mengalami kenaikan lebih besar dari pada total aktivanya. Ditahun 2010 mengalami penurunan hal ini menunjukan bahwa modal kerja perusahaan mengalami penurunan tetapi pada tahun 2011 mengalami kenaikan kembali. Dari rata – rata nilai Z-Score perusahaan adalah sebesar 3,45, hal ini menyatahkan bahwa kondisi keuangan perusahaan sehat yang berarti modal kerja yang digunakan oleh perusahaan ini sangat efektif sehingga total aktivanya menjadi efektif. Sedangkan bila dibandingan dengan tiga perusahaan pembanding nilai Z-Score pada PT. Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk ini diatas rata – rata industrinya sebesar 2,64 dan lebih dari 1,81. Sehingga dalam metode Z-Score perusahaan ini dinyatakan sehat. c. PT. Bentol International Investama Tbk Pada tahun 2007 sampai 2008 nilai Z-Score perusahaan ini mengalami peningkatan berarti hal ini menunjukan bahwa modal kerja perusahaan lebih besar dari pada total aktivanya. Pada tahun 2009 mengalami penurunan yang berarti bahwa modal kerja perusahaan juga turun. Namun di tahun 2010 nilai Z-Score mengalami kenaikan kembali, sedangkan di tahun 2011 mengalami penurunan.

Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 3 (2013)

19 Secara umum kondisi perusahaan PT. Bentol International Investama ini dapat dinyatakan berpotensi rawan, hai ini dapat dilihat dari nilai rata – rata Z-Score sebesar 1,92. Hal ini menunjukkan penggunaan modal kerja perusahaan yang kurang efektif sehingga total aktivanya pun kurang efektif. Dari ke tiga perusahaan pembanding, nilai rata - rata Z-Score perusahaan ini masih diatas 1,81, namun dibawah rata – rata industrinya sebesar 2,64 . Sehingga dalam metode Z-Score perusahaan ini dinyatakan berpotensi rawan bangkrut. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil analisa dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Penelitian ini menggunakan tiga perusahaan rokok go public, yaitu : PT. Gudang Garam Tbk, PT. Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk, dan PT Bentol International Investama Tbk. 2. Tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana penerapan metode Z-Score untuk menilai kondisi keuangan perusahaan rokok go public, serta prospeknya dimasa yang akan datang sehingga perusahaan dapat memperbaiki kondisi keuangannya. 3. Metode Z-score dapat memprediksi keadaan perusahaan rokok go public di Bursa Efek Indonesia. 66,7% atau 2 dari 3 perusahaan yang dinyatakan dalam potensi rawan, yaitu : PT. Gudang Garam Tbk dan PT. Bentol Internasional Investama Tbk. Potensi rawan ini tentunya bisa mengakibatkan kebangkrutan dimasa mendatang jika pihak manajemen perusahaan tidak segera melakukan tindakan evaluasi terhadap kondisi keuangan perusahaan. Selain itu, perbaikan kinerja diperlukan setiap perusahaan agar tidak mengalami kebangkrutan di masa mendatang. 4. 33,3% atau 1 dari 3 perusahaan dinyatakan dalam kondisi sehat, perusahaan tersebut adalah PT. Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk. Hal ini dapat dilhat dari kemampuan perusahaan dalam meningkatkan kondisi kuangan perusahaa dari tahun ke tahun. 5. Sedangkan dari tiga perusahaan rokok go public ini tidak ada yang mengalami kebangkrutan hal ini menunjukkan bahwa ketiga perusahaan ini mampu mempertahankan dan meningkatkan kinerja keuangan mereka. Saran Berdasarkan kesimpulan hasil analisis data yang telah dilakukan maka dapat diajukan beberapa saran sebagai berikut : 1. Bagi perusahaan yang di klarifikasikan dalam kondisi sehat, terus meningkatkan pengambilan keputusan kebijakan perusahaan dan meningkatkan kinerja keuangan serta memanfaatkan aset yang dimiliki dengan seefektif mungkin untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal. 2. Bagi perusahaan yang diklarifikasikan dalam potensi rawan kebangkrutan atau waspada maka perusahaan perlu berhati – hati dalam mengambil keputusan kebijakan perusahaan dan terus berusaha meningkatkan kinerja keuangan serta memanfaatkan lebih baik lagi aset yang dimiliki oleh perusahaan untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar atau lebih banyak lagi 3. Bagi perusahaan yang diklarifikasikan potensi bangkrut sebaiknya melakukan perbaikkan – perbaikan dalam hal manajemen assetnya jangan sampai arus modal kerja yang dihasilkan menjadi negatif. Investasi pada piutang yang terlalu besar juga berbahaya sebab dapat mengakibatkan kinerja perusahaan menjadi terganggu. Apabila terjadi gangguan terhadap piutang maka hal tersebut akan mengganggu perusahaan karena secara tidak langsung hal tersebut akan berdampak pada penerimaan kas perusahaan di masa yang akan datang. Kemudian persediaan yang juga terlalu besar dapat menyebabkan perusahaan menjadi kurang likuid. Biaya-

Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 3 (2013)

20 biaya operasional perusahaan juga perlu diperhatikan penggunaannya agar lebih efisien jangan sampai lebih besar daripada pendapatan yang dihasilkan oleh perusahaan 4. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai tambahan referensi bagi penelitian selanjutnya dibidang yang sama yang akan datang untuk dikembangkan dan diperbaiki, misalnya dengan memperpanjang periode pengamatan dan menggunakan semple perusahaan yang lebih banyak sehingga memperoleh hasil pengujian yang lebih akurat 5. Disarankan untuk penelitian berikutnya meneliti perusahaan dari sektor lain (perbankan, asuransi, transportasi, perdagangan, dan sebagainya) agar hasil penelitian nantinya mampu menggambarkan secara menyeluruh keadaan perusahaan go public di Indonesia. DAFTAR PUSTAKA Bambang, R. 2001. Dasar – Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Cetakan Ketujuh. BPFE. Yogyakarta. Baridwan, Z. 2004. Intermediate Accounting. Edisi Kedelapan. BPFE. Yogyakarta. Brown, H. D. 1994. Principles of Language Learning and Teaching. New Jersey. Prentice Hall Regent. Dany, A. 2007. Rasio Model Altman Untuk Memulai Kondisi Kesehatan Keuangan Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Jakarta. Skirpsi. STIE Perbanas. Surabaya. Darsono dan Ashari. 2005. Pedoman Praktis Memahami Laporan Keuangan. Penerbit ANDI . Yogyakarta. Firdaus ,R. 2011. Analisis Z–Score Pada Perusahaan Perbankan Di Bursa Efek Indonesia. Skripsi. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA). Surabaya. Harahap, S. 2009. Analisis Kritisatas Laporan Keuangan. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. ________. 2007. Teori Akuntansi. PT. Raja GrafindoPersada. Jakarta. Hanafi, M. M. 2004. Manajemen Keuangan. Edisi Pertama. BPFE. Yogyakarta. ________, Abdul Halim. 2007. Analisis Laporan Keuangan Edisi Ketiga. Yogyakarta. UPP AMP YKPN. Handowo, D. 1993. Sukses Memperoleh Dana Usaha Dengan Tinjauan Khusus Modal Ventura. Cetakan II. PustakaUtama. Jakarta. Harjiti, A. Dan Martono. 2001. Manajemen Keuangan. Edisi Pertama. EKONISIA. Yogyakarta. Iflaha, D. 2008. Analisis Financial Distress Dengan Metode Z-Score Untuk Memprediksi Kebangkrutan Perusahaan. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Islam Negeri (UIN). Malang. Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). 2002. Standar Profesional Akutansi Publik. Salemba Empat. Jakarta. _____________________________. 2009. Standar Akutansi Keuangan PSAK No 2. Salemba Empat. Jakarta. Prastowo, D. R. 2005. Analisis Laporan Keuangan (Konsep) dan Aplikasi. Edisi kedua. Cetakan Pertama. UDP-ANP YKPN. Yogyakarta. Silalahi, U. 2009. Metode Penelitian Sosial. PT. Refika Aditama. Jakarta. Munawir, S. 2002. Analisis Informasi Keuangan. Liberty. Yogyakarta. _________. 2004. Analisa laporan keuangan. Edisi 4. Liberty. Yogyakarta. Slamet, S. Dan Bogat Agus Riyono. 2004. Akuntansi Pengantar 1. Salemba Empat. Jakarta. Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Alfabeta. Bandung. Sekaran, U. 2006. Metodolgi Penelitian untuk Bisnis. Salemba Empat. Jakarta.

Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol. 2 No. 3 (2013)

21 Yosep. dan Peter. 2011. Analisis Kebangkrutan dengan Metode Z-Score Altman, Springate dan Zmijewski Pada PT. Indofood Sukses Makmur Tbk periode 2005-2009 4. Jurnal Ilmia Akutansi2(4) : 4-6.