Document not found! Please try again

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGGILINGAN PADI

Download Proses penggilingan ini penting karena menentukan kualitas dan kuantitas beras yang dihasilkan. Dalam hal ini penggunaan mesin penggilingan...

4 downloads 582 Views 2MB Size
ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGGILINGAN PADI MENETAP DI DESA MESJID BARO KECAMATAN SAMATIGA KABUPATEN ACEH BARAT

SKRIPSI

OLEH

SAFRIZAL 07C20101193

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS TEUKU UMAR MEULABOH, ACEH BARAT 2015

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGGILINGAN PADI MENETAP DI DESA MESJID BARO KECAMATAN SAMATIGA KABUPATEN ACEH BARAT

SKRIPSI

OLEH

SAFRIZAL 07C20101193

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS TEUKU UMAR MEULABOH, ACEH BARAT 2015

i

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGGILINGAN PADI MENETAP DI DESA MESJID BARO KECAMATAN SAMATIGA KABUPATEN ACEH BARAT

SKRIPSI

OLEH

SAFRIZAL 07C20101193

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Pada Fakultas Ekonomi Universitas Teuku Umar

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS TEUKU UMAR MEULABOH, ACEH BARAT 2015

ii

ABSTRAK

SAFRIZAL Analisis Kelayakan Usaha Penggilingan Padi Menetap di Desa Mesjid Baro Kecamata Samatiga Kabupaten Aceh Barat di bawah bimbingan Bapak Mahrizal,SE,M.Si dan Bapak Alisman,SE,M.Si. Beras adalah komoditas strategis dan merupakan makanan pokok bangsa Indonesia. Konsumsi beras setiap tahun selalu meningkat seiring dengan laju pertambahan penduduk. Seiring dengan laju konsumsi beras yang terus meningkat, maka pihak produsen utama (petani) dan ditunjang dengan usaha penggilingan padi (Rice Milling Unit) mengalami kenaikan pesat. Metode penelitian adalah studi kasus dengan penentuan RMU secara sengaja (purposive) dengan pendekatan daerah sentra padi. Alat analisis data terdiri dari payback period,net present value dan break event point. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) nilai net present valueadalah 399.133.919 yang menunjukkan nilai positif dan lebih besar dari pada nol maka usaha penggilingan padi ditinjau dari pendekatan NPV sangat layak untuk dikembangkan, (2) nilai PP sebesar 1,2 tahun bermakna pengembalian nilai investasi terjadi pada tahun kedua dan BEP terjadi pada saat perusahaan melakukan produksi dengan nilai kuantitasnya mencapai 266,018 ton atau pada saat jumlah biaya yang dikeluarkan pada nilai Rp.1.063.679.493. Dengan pendekatan ketiga indikator NPV, PP dan BEP dalam kondisi normal pada saat pengkajian usaha ini layak dan memberikan manfaat nyata bagi usaha RMU di Desa Mesjid Baro Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat. Kata Kunci: RMU, Padi, Kelayakan Usaha

iii

HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING

Judul Skripsi

: ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGGILINGAN PADI MENETAP DI DESA MESJID BARO KECAMATAN SAMATIGA KABUPATEN ACEH BARAT.

Nama Mahasiswa

: SAFRIZAL

NIM

: 07C20101193

Program Studi

: EKONOMI PEMBANGUNAN

Menyetujui, Komisi Pembimbing Ketua

Anggota

MAHRIZAL, SE, M.Si

ALISMAN, SE, M.Si

Menyetujui, Dekan Fakultas Ekonomi

Ketua Prodi Ekonomi Pembangunan

DR. ISHAK HASAN, M.Si

YAYUK EW,SE, M.Si

iv

HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI

Skripsi dengan judul : ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGGILINGAN PADI MENETAP DI DESA MESJID BARO KECAMATAN SAMATIGA KABUPATEN ACEH BARAT Yang disusun oleh Nama NIM Fakultas Program Studi

: SAFRIZAL : 07C20101193 : Ekonomi : Ekonomi Pembangunan (EKP)

Telah dipertahankan didepan Dewan Penguji pada tanggal 27 Agustus 2015 dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diterima. SUSUNAN DEWAN PENGUJI 1. DR. Ishak Hasan, M.Si (Ketua Penguji)

……………………….

2. Mahrizal,SE,M.Si (anggota Penguji I)

……………………….

3. Alisman,SE.M.Si (Anggota Penguji II)

……………………….

4. Zulbaidi, SP,MM (Anggota Penguji III)

……………………….

Alue Peunyareng, 27 Agustus 2015 Ketua Program Studi Ekonomi Pembangunan

Yayuk EW, SE,M.Si

v

RIWAYAT HIDUP

Nama

: SAFRIZAL

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Tempat/Tanggal Lahir

: Cot Pluh, 19 Oktober 1986

Agama

: Islam

Status

: Menikah

Alamat rumah

: Jl. Alinur, Gampong Seuneubok, Kecamatan Johan Pahlawan, Kabupaten Aceh Barat.

Pendidikan Formal SD (1999)

: SDN Cot Darat

SMP (2002)

: MTsN Blang Balee

SMA (2005)

: MAN 1 Meulaboh

Perguruan Tinggi

: Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Teuku Umar Meulaboh tahun masuk 2007.

Pengalaman Organisasi -

Organisasi Siswa Intra Madrasah (OSIM) MAN 1 Meulaboh.

-

Kesatuan Aksi Pelajar Musli Indonesia (KAPMI) Aceh Barat.

-

Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Teungku Dirundeng Meulaboh.

-

Lembaga Dakwah Kampus Al-Iqtishod.

-

Yayasan Aceh Madani.

-

Lembaga Tapak Adventure.

vi

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

"Barangsiapa bertawakkal pada Allah, maka Allah akan memberikan kecukupan padanya dan sesungguhnya Allah lah yang akan melaksanakan urusan (yang dikehendaki)-Nya" (QS. Ath-Thalaq : 3).

"Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan sebaliknya jika kamu berbuat jahat, maka kejahatan itu untuk dirimu sendiri pula" (QS. Al-Isra’: 7).

"Sesungguhnya perbuatan baik itu dapat menghapus perbuatan buruk" (QS. Hud:114).

"Waktu itu bagaikan sebilah pedang, kalau engkau tidak memanfaatkannya, maka ia akan memotongmu" (Ali bin Abu Thalib).

Penulis mempersembahkan karya tulis ini untuk kedua orang tua penulis, Ayahanda yang mulia Jailani Usman dan Ibunda tercinta Cut Abidah yang telah merawat, mengasuh, mendidik, membimbing, terus mendukung dan mendoakan penulis setiap waktu, serta seluruh keluarga besar penulis yang telah memberikan cinta kasih sayangnya dan membantu penulis dalam penyusunan karya tulis ini baik secara moril maupun materil.

vii

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis ucapkan hanya kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karuniaNya, sholawat dan salam penulis sanjungkan kepada baginda Rasulullah Muhammad SAW, keluarga dan sahabat yang mulia dan menjadi teladan bagi penulis sehingga penulis berhasil menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Analisis Kalayakan Usaha Penggilingan Padi Menetap di Desa Mesjid Baro Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat”. Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari tanpa bantuan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, penulis tidak dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan benar. Maka dari itu penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1.

Bapak Mahrizal,SE, M.Si selaku pembimbing ketua dan Bapak Alisman, SE, M.Si selaku pembimbing anggota yang telah membimbing penulis dalam penulisan dan penyusunan skripsi ini.

2.

Ibu Yayuk EW, SE,M.Si selaku Ketua Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Teuku Umar.

3.

Bapak Dr. Ishak Hasan, M.Si selaku Plt.Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Teuku Umar.

4.

Seluruh Dosen dan Staf Fakultas Ekonomi Universitas Teuku Umar yang telah banyak membimbing penulis selama masa kuliah.

5.

Kedua orang tua penulis, Ayahanda yang mulia Jailani Usman dan Ibunda tercinta Cut Abidah yang telah merawat, mengasuh, mendidik, membimbing, terus mendukung dan mendoakan penulis setiap waktu.

viii

6.

Seluruh saudara dan saudari serta ahli famili yang turut memberikan dukungan baik moril maupun materil kepada penulis.

7.

Teman-teman seperjuangan yang telah memberikan motivasi dan dukungan kepada penulis.

8.

Seluruh pihak yang ikut serta memberikan semangat dan dukungan kepada penulis yang tidak dapat semuanya penulis sebutkan satu persatu. Penulis menyadari dalam penulisan dan penyusunan skripsi ini masih jauh

dari kesempurnaan dan masih terdapat banyak kekurangan ataupun kesilapan.Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak. Hanya kepada Allah SWT penulis berserah diri. Semoga skripsi ini bisa diterima dan disetujui pembimbing, amin.

Meulaboh, 27 Agustus 2015 Penulis

SAFRIZAL

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..........................................................................

Halaman i

HALAMAN TUJUAN .......................................................................

ii

ABSTRAK ...........................................................................................

iii

HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING .................................

iv

HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ..........................................

v

RIWAYAT HIDUP ............................................................................

vi

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ....................................................

vii

KATA PENGANTAR .........................................................................

viii

DAFTAR ISI .......................................................................................

x

DAFTAR TABEL ...............................................................................

xiii

DAFTAR GRAFIK .............................................................................

xiv

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................

xv

I.

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang .....................................................................

1

1.2. Rumusan Masalah ...............................................................

6

1.3. Tujuan Penelitian .................................................................

6

1.3.1. Tujuan Umum ..........................................................

6

1.3.2. Tujuan Khusus .........................................................

6

1.4. Manfaat Penelitian ................................................................

7

1.4.1. Manfaat Secara Teoritis ............................................

7

1.4.2. Manfaat Secara Praktis ............................................

7

1.5. Sistematika pembahasan ......................................................

7

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Padi dan Usaha Penggilingan Padi .......................................

9

2.1.1. Pengertian Padi .........................................................

9

2.1.2. Usaha Penggilingan Padi ..........................................

9

2.1.3. Proses Penggilingan Padi ..........................................

10

2.2. Studi Kelayakan Bisnis .........................................................

16

x

2.2.1. PengertianStudi Kelayakan Bisnis ............................

16

2.2.2. Aspek-Aspek Studi Kelayakan Bisnis ......................

18

2.2.3. Aspek Keuangan .......................................................

20

2.2.4. Manfaat Studi Kelayakan Bisnis ...............................

21

2.3. Analisis Investasi ..................................................................

22

1. Metode Net Present Value ............................................

23

2. Metode Internal Rate of Return......................................

23

3. Metode Profitability Index.............................................

24

4. Metode periode pengembalian modal (payback period)..

24

5. Metode rasio manfaat dan biaya (benefit cost ratio).......

24

6. Metode Titik Pulang Pokok (Break Event Point)............

25

III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi, Objek dan Ruang Lingkup Penelitian ......................

26

3.2. Data Penelitian ......................................................................

26

3.2.1. Jenis dan Sumber Data ..............................................

26

3.2.2. Teknik Pengumpulan Data ........................................

26

3.3. Model Penelitian ...................................................................

27

3.4. Analisis Data .........................................................................

28

3.4.1. Payback Period .........................................................

28

3.4.2. Net Present Value .....................................................

28

3.4.3. Break Event Point .....................................................

29

3.5. Definisi Operasional Variable...............................................

31

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian .....................................

32

4.2. Analisis Kelayakan Finansial ...............................................

33

4.2.1. Analisis Biaya ...........................................................

33

4.2.2. Analisis Investasi ......................................................

33

4.2.3. Arus Kas Keluar (Cash Outflow) ..............................

35

4.2.3.1. Biaya Tetap (Fixed Cost) ............................

35

4.2.3.2. Biaya Tidak Tetap (Variable Cost) .............

36

4.2.4. Arus Kas Masuk (Cash Inflow) .................................

38

4.2.5. Perbandingan Jumlah Arus Kas ................................

40

xi

5

4.2.6. Total Aset/Aktiva ......................................................

41

4.3. Analisis Investasi ..................................................................

42

4.3.1. Analisis Metode Net Present Value (NPV) ...............

42

4.3.2. Analisis Metode Payback Period (PP) .....................

43

4.3.3. Analisis Metode Break Event Poin (BEP) ................

44

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ...........................................................................

46

5.2. Saran .....................................................................................

47

DAFTAR PUSTAKA

.......................................................................

48

LAMPIRAN ........................................................................................

50

xii

DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman

1.

Statistik Tanaman Pangan Aceh Barat ......................................

4

2.

Peranan Sektor Pertanian dalam PDRB, Tahun 2012 ...............

5

3.

Rincian Kebutuhan Investasi Usaha Penggilingan Padi di Desa Mesjid Baro Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat...

4.

Biaya Tetap Usaha Penggilingan Padi di Desa Mesjid Baro Kecamatan Samatiga Aceh Barat..............................................

5.

40

Aset Usaha Penggilingan Padi di Desa Mesjid Baro Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat .......................................

9.

39

Analisis Laba/Rugi Usaha Penggilingan Padi di Desa Mesjid Baro Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat .................

8.

37

Rincian Penerimaan Usaha Penggilingan Padi di Desa Mesjid Baro Kecamatan Samatiga Aceh Barat ..............................

7.

36

Biaya Tidak Tetap Usaha Penggilingan Padi di Desa Mesjid Baro Kecamatan Samatiga Aceh Barat.....................................

6.

34

42

Analisis Net Present Value (NPV) Usaha Penggilingan Padi di Desa Mesjid Baro Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat ........................................................................................

xiii

42

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1.

Halaman Rincian Kebutuhan Investasi Penggilingan Padi di Desa Mesjid Baro Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat..............

2.

Biaya Tetap Usaha Penggilingan Padi di Desa Mesjid Baro Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat ...........................

3.

36

Biaya Tidak Tetap Usaha Penggilingan Padi di Desa Mesjid Baro Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat ..................

4.

35

37

Rincian Penerimaan Usaha Penggilingan Padi di Desa Mesjid Baro Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat...................

xiv

39

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1.

Halaman

Rincian Kebutuhan Investasi Usaha Penggilingan Padi Menetap di Desa Mesjid Baro Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat .......................................................................................

2.

50

Akumulasi Biaya Tetap dan Biaya Tidak TetapUsaha Penggilingan Padi Menetap di Desa Mesjid Baro Kecamatan SamatigaKabupaten Aceh Barat .........................................................

51

3.

Tabel perhitungan NPV ………………………………………..

52

4.

Dokumentasi kegiatan Usaha Penggilingan Padi Menetap di Desa Mesjid Baro Kecamatan SamatigaKabupaten Aceh Barat..

xv

53

BAB I PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang Swasembada beras terjadi tahun 1984 dan dapat dipertahankan pada tahun

1990. Setelah itu peningkatan konsumsi beras tidak sebanding lagi dengan laju peningkatan produksi dan areal panen (Kasryno et al. 2001). Sejak tahun 1994 Indonesia mulai mengimpor beras lagi, dan setiap tahun ada kecenderungan peningkatan impor. Ini sebenarnya merupakan peluang bagi petani dan usaha penggilingan padi (RMU) dalam peningkatan produksi dan kualitas beras. Pangsa pasar tersedia luas, hanya keberpihakan pemerintah terhadap petani khususnya padi sangat diharapkan dalam peningkatan pendapatan dan nilai jualnya sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan petani. Keberpihakan pemerintah pada petani diharapkan mampu memberikan spirit dan motivasi sehingga para petani lebih bergairah dalam memproduksi padi. Sektor pertanian merupakan salah satu hal penting yang harus diperhatikan sebagai penyuplai makanan pokok bagi masyarakat. Peningkatan produksi yang harus seimbang dengan laju pertumbuhan penduduk dapat dicapai melalui peningkatan pengelolaan usaha tani secara intensif. Oleh karena itu, pengetahuan dan dukungan dari pemerintah tentang cara pengelolaan suatu usahatani mutlak dibutuhkan agar dapat meningkatkan produktifitas dan pendapatan sehingga kesejahteraan petani dapat meningkat.

Padi merupakan komoditas yang sangat penting bagi kehidupan bangsa di Indonesia. Produksi, prossesing dan distribusi padi merupakan salah satu sumber pendapatan dan lapangan kerja dalam perekonomian Indonesia.

2

Menurut Suprayono dan Setyono (1997), penanganan pascapanen adalah tindakan yang dilakukan atau disiapkan pada tahap pascapanen agar hasil pertanian, khususnya tanaman pangan (padi) siap dan aman digunakan oleh konsumen atau diolah lebih lanjut oleh industri. Penanganan pascapanen meliputi semua kegiatan perlakuan dan pengolahan langsung terhadap hasil pertanian yang karena sifatnya harus segera ditangani agar hasil pertanian mempunyai daya simpan dan daya guna yang tinggi. Penggilingan gabah menjadi beras merupakan salah satu rangkaian utama penanganan pascapanen. Teknologi penggilingan sangat menentukan kuantitas dan kualitas beras yang dihasilkan. Perbandingan antara beras giling dan kehilangan hasil serta mutu beras hasil penggilingan tergantung pada tingkat kematangan biji saat dipanen (Suprayono dan Setyono, 1997). Penggilingan padi memiliki peran yang sangat penting dalam sistem agribisnis padi/beras di Indonesia. Penggilingan padi merupakan pusat pertemuan antara produksi, pascapanen, pengolahan dan pemasaran gabah dan beras sehingga merupakan mata rantai penting dalam suplai beras nasional yang dituntut untuk dapat memberikan kontribusi dalam penyediaan beras, baik dari segi kuantitas maupun kualitas untuk mendukung ketahanan pangan nasional. Penggilingan padi menjadi beras dimulai dengan pengupasan kulit gabah. Syarat utama proses pengupasan gabah adalah kadar keringnya gabah yang akan digiling. Bila diukur dengan alat pengukur kadar air (moisture tester) kekeringan ini mencapai angka 14 – 14,5 %. Pada kadar ini gabah akan mudah digiling/dikupas kulitnya (Hardjosentono, dkk, 2000). Ilmu mengenai mekanisasi dan teknologi pertanian di Indonesia telah banyak dipraktekkan atau dilaksanakan untuk mendukung berbagai jenis usaha pembangunan pertanian, terutama di bidang usaha swasembada pangan. Menurut Hardjosentono,

3

dkk (2000), peralatan pertanian perlu ditingkatkan ukuran dan efisiensinya, sehingga petani dapat menghasilkan lebih banyak dengan tenaga kerja dan biaya yang lebih rendah. Bermacam-macam peluang dan kesempatan yang ada dalam kegiatan dunia usaha, telah menuntut perlu adanya penilaian sejauh mana kegiatan/kesempatan tersebut dapat memberikan manfaat (benefit) bila suatu usaha dijalankan atau dikembangkan. Pengambilan keputusan investasi untuk mengembangkan suatu usaha lama maupun mendirikan usaha baru membutuhkan dasar studi kelayakan untuk mendapatkan hasil (output) yang maksimal dan mengurangi resiko kegagalan yang mugkin terjadi (Kasmir danJakfar, 2003). Salah satu upaya yang dilakukan dalam memenuhi kebutuhan pangan masyarakat adalah dengan melaksanakan usaha penggilingan padi seperti yang dilakukan oleh penduduk di Desa Mesjid Baro Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat. Usaha penggilingan padi yang dijalankan adalah penggilingan padi menetap. Sama halnya dengan pelaksanaan usaha lainnya, dalam pelaksanaan usaha penggilingan padi menetapperlu dilakukan analisis kelayakan. Tujuan dari diadakannya analisis kelayakan adalah untuk menghindari keterlanjutan penggunaan modal yang terlalu besar untuk kegiatan yang ternyata tidak menguntungkan (Husnan danSuwarsono, 1994). Usaha jasa penggilingan padi umumnya tidak berjalan penuh sepanjang tahun atau bersifat musiman, sebab gabah tidak tersedia sepanjang tahun. Kegiatan usaha jasa penggilingan padi berjalan hanya pada musim panen dan beberapa bulan setelahnya, tergantung pada besarnya hasil panen di wilayah sekitar penggilingan padi berada. Oleh karena itu, hari kerja suatu penggilingan padi dalam setahun ditentukan oleh volume hasil dan frekuensi panen di wilayah sekitarnya. Pada masamasa di luar musim panen, biasanya pemilik dan pekerja usaha jasa penggilingan padi

4

akan mengisi waktu mereka dengan jenis kegiatan lainnya seperti bertani dan berdagang ( Anonimous,2008 ). Kabupaten Aceh Barat merupakan salah satu daerah penghasil produk kebutuhan pangan. Dari tabel dibawah ini terlihat bahwa padi merupakan produk unggulan di Aceh Barat dengan luas panen tahun 2013 seluas 14.783 ha dan produksi 67.734 ton. Tabel 1 Statistik Tanaman Pangan Aceh Barat

Komoditi

2011

2012

Padi - Luas panen(ha) 13.585 11.765 - Produksi (ton) 56.569 49.847 Kacang Tanah - Luas panen(ha) 1975 582 - Produksi (ton) 3258 954,62 Ubi Kayu - Luas panen(ha) 95 86 - Produksi (ton) 944 1249,61 Jagung - Luas panen(ha) 232 173 - Produksi (ton) 473 356,06 Ubi Jalar - Luas panen(ha) 23 51 - Produksi (ton) 311 688,73 Sumber: Statistik Daerah Kabupaten Aceh Barat 2014; BPS Aceh Barat

2013 14.783 67.734 983 1662 74 1075 211 520,28 54 716

Urutan kedua ditempati kacang tanah dengan luas area panen 983 ha dan produksi 1.662 ton. Sementara urutan ketiga ditempati oleh komoditas ubi kayu dengan luas area panen 74 ha dan produksi 1.075 ton. Sektor pertanian juga merupakan sektor yang paling berperan penting dalamperekonomian di Kabupaten Aceh Barat. Hal ini terlihat jelas dalam tabel berikut.

5

Tabel 2 Peranan Sektor Pertanian dalam PDRB Kabupaten Aceh Barat, Tahun 2012 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

Sektor Ekonomi Pertanian Pertambangan Industri Listrik Konstruksi Perdagangan Pengankutan Keuangan Jasa-jasa

% 37,88 % 0,66 % 1,46 % 0,47 % 13,01 % 18,36 % 8,63 % 1,85 % 17,68 %

Sumber: Produk Domestik Regional Bruto menurut Lapangan Usaha Kabupaten Aceh Barat 2013; BPS Aceh Barat

Berdasarkan tabel 2 dapat dilihat bahwa sektor pertanian merupakan sektor yang paling besar peranannya dalam perekonomian Aceh Barat sebesar 37,88%. Sedangkan peranan paling kecil diberikan oleh sektor listrik sebesar 0,47%. Sektor industri penggilingan padi memiliki peranan penting bagi para petani. Pada umumnya industri yang dijalankan masyarakat masih bersifat tradisional. Industri penggilingan padi kebanyakan dimiliki dan dikelola oleh perorangan dengan menggunakan teknologi rendah dan lebih banyak memakai tenaga kerja manusia serta sistem keuangan yang minimal. Salah satu usaha penggilingan padi di Aceh Barat adalah usaha penggilingan padi di Desa Mesjid Baro yang terletak di desa Mesjid Baro kecamatan Samatiga kabupaten Aceh Barat. Usaha penggilingan padi menetap di Desa Mesjid Baro Kecamatan Samatiga juga tidak berjalan sepanjang tahun. Penggilingan padi tersebut hanya beroperasi pada musim panen dan beberapa bulan setelahnya. Di daerah penelitian ada dua kali musim panen dalam setahun. Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian terhadap usaha penggilingan padi dengan judul “Analisis Kelayakan

6

Usaha Penggilingan Padi Menetap di Desa Mesjid Baro Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat”.

1.2.

Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka dapat dirumuskan rumusan

masalah adalah “Apakah usaha penggilingan padi menetap di Desa Mesjid Baro Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat layak untuk dikembangkan?”.

1.3.

Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan dari pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1.3.1. Tujuan Umum

Secara umum tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kelayakan usaha penggilingan padi menetap di Desa Mesjid Baro Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat.

1.3.2. Tujuan Khusus a.

Untuk mengetahui nilai Net Present Value (NPV) usaha penggilingan padi menetap di Desa Mesjid Baro Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat.

b.

Untuk mengetahui kapan modal atau investasi yang ditanamkan pada usaha penggilingan padi menetap di Desa Mesjid Baro Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Baratdapat kembali.

c.

Untuk mengetahui kapan usaha penggilingan padi menetap di Desa Mesjid Baro Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat mencapai titik pulang pokok (BEP).

7

1.4.

Manfaat Penelitian

1.4.1. Manfaat Secara Teoritis 1.

Bagi Penulis Menambah wawasan penulis sebagai bahan perbandingan antara teori yang telah dipelajari selama perkuliahan dengan fakta yang terjadi dilapangan.

2.

Lingkungan Akademik Sebagai bahan bacaan bagi para mahasiswa dan sebagai bahan referensi dan perbandingan bagi peneliti berikutnya yang hendak melakukan pengkajian masalah yang relevan dengan penelitian ini.

1.4.2 Manfaat Secara Praktis a.

Sebagai tugas akhir penulis untuk menyelesaikan pendidikan sarjana di Fakultas Ekonomi Universitas Teuku Umar.

b.

Sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi pemilik usaha penggilingan padi menetap di Desa Mesjid Baro Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat yang dapat digunakan sebagai dasar dalam membuat kebijakan mengenai pengembangan usaha selanjutnya.

1.5.

Sistematika Pembahasan Sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah : Bagian pertama yaitu pendahuluan yang terdiri atas latar belakang,

rumusan masalah, tujuan penelitian yang terdiri dari tujuan umum dan tujuan khusus. Manfaat penelitian yang terdiri dari manfaat teoritis dan manfaat praktis. Serta sistematika pembahasan.

8

Bagian kedua yaitu tinjauan pustaka yang terdiri atas padi dan usaha penggilingan, studi kalayakan bisnis, dan analisis investasi. Bagian ketiga yaitu metode penelitian yang terdiri darilokasi, objek, dan ruang lingkup penelitian, data penelitian, model penelitian, analisis datadan definisi operasional variable. Bagian keempat hasil dan pembahasan yang terdiri dari gambaran umum lokasi penelitian, analisis kelayakan finansial terdiri dari analisis biaya, analisis investasi, arus kas keluar (cash Outflow), arus kas masuk (Cash Inflow) perbandingan arus kas, total aset/aktiva.dan analisis investasi yang terdiri atas analisis metode net present value (NPV), analisis metode payback period (PP), dan analisis metode break event point (BEP). Bagian kelima kesimpulan dan saran yang terdiri atas kesimpulan dan saran.

9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1.

Padi dan Usaha Penggilingan Padi

2.1.1. Pengertian Padi Padi (Oryza sativa L.) adalah salah satu makanan pokok yang hampir sebagian besar masyarakat Indonesia mengkonsumsinya dan merupakan komoditi strategis yang tetap mendapat prioritas penanganan dalam pembangunan pertanian. Peningkatan produksi padi antara lain dapat ditempuh dengan cara perbaikan penanganan pascapanen. Penanganan pascapanen tanaman padi merupakan salah satu faktor penting dalam menentukan kuantitas dan kualitas beras yang dihasilkan. Salah satu aspek penting penanganan pascapanen padi adalah penggilingan padi. Proses penggilingan ini penting karena menentukan kualitas dan kuantitas beras yang dihasilkan. Dalam hal ini penggunaan mesin penggilingan padi diharapkan dapat meningkatkan rendemen dan mutu dari beras giling yang dihasilkan.

2.1.2. Usaha Penggilingan Padi Penggilingan padi memiliki peran yang sangat penting dalam sistem agribisnis padi/perberasan nasional. Peranan ini tercermin dari besarnya jumlah penggilingan padi dan sebarannya yang hampir merata diseluruh daerah sentra produksi padi di indonesia. Penggilingan padi merupakan pusat pertemuan antara produksi, pasca panen, pengolahan dan pemasaran gabah/beras sehingga merupakan mata rantai penting dalam suplai beras nasional yang dituntut untuk dapat memberikan kontribusi dalam penyediaan beras baik dari segi kuntitas

10

maupun kualitas untuk mendukung ketahanan pangan nasional (Anonymous 2012). Usaha jasa penggilingan padi umurnya tidak berjalan penuh sepanjang tahun atau bersifat musiman, sebab gabah tidak tersedia sepanjang tahun. Kegiatan usaha jasa penggilingan padi berjalan hanya pada musim panen dan beberapa bulan setelahnya, tergantung pada besarnya hasil panen di wilayah sekitar penggilingan padi berada. Oleh karena itu, hari kerja suatu penggilingan padi dalam setahun ditentukan oleh volume hasil dan frekuensi panen diwilayah sekitarnya. Pada masa-masa diluar musim panen, biasanya pemilik dan pekerja usaha jasa penggilingan padi akan mengisis waktu mereka dengan jenis kegiatan lainnya seperti bertani dan berdagang. Oleh karena itu, banyak diantara pemilik penggilingan padi juga berprofesi sebagai pedagang beras untuk mengisis kekosongan kegiatan penggilingan padi, bila mereka mempunyai modal yang cukup untuk itu (Anonymous 2012). Pengusaha jasa penggilingan padi yang juga berprofesi sebagai pedagang beras melakukan jual beli gabah/beras. Pembelian gabah dilakukan dari petani dan tengkulak atau pedagang pengumpul. Setelah digiling, beras yang dihasilkan dijual kepada masyarakat, tengkulak, pasar-pasar sekitar atau ke Dolog setempat.

2.1.3.Proses Penggilingan Padi Menurut Patiwiri (2006), penggilingan padi adalah salah satu tahapan pascapanen yang terdiri dari rangkaian beberapa proses untuk mengolah gabah menjadi beras siap konsumsi. Gabah yang dimasukan pada proses penggilingan padi adalah gabah kering giling (GKG) dan hasilnya berupa beras sosoh berwarna

11

putih yang siap dikonsumsi. Menurut Esmay et al. (1979), operasi penggilingan yang baik akan menghasilkan kualitas beras yang baik, susut rendah dan biaya pengolahan yang rendah pula Berat biji padi akan berkurang sedikit demi sedikit selama proses penggilingan akibat dari pengelupasan dan penyosohan. Dari proses penggilingan padi akan dihasilkan beras kepala (head rice), beras patah (broken rice), dan menir (Luh, 1980). BULOG memberikan klasifikasi ukuran yang berbeda, yaitu menir memliki ukuran lebih kecil dari 2/10 bagian beras utuh atau melewati lubang ayakan 2.0 mm, beras patah memiliki ukuran 2/10 sampai 6/10 bagian beras utuh, sedangkan beras kepala memiliki ukuran lebih besar dari 6/10 bagian beras utuh. Hasil utama proses penggilingan padi adalah beras sosoh, yaitu beras kepala dan beras patah besar. Beras patah kecil atau menir disebut sebagai hasil sampingan karena tidak dikonsumsi sebagai nasi. Jadi hasil samping proses penggilingan padi berupa sekam, bekatul, dan menir. Hasil samping ini masih memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi. Sekam dipakai sebagai bahan bakar atau media tumbuh tanaman hidroponik, bekatul dipakai sebagai bahan pakan ternak, dan menir biasanya diolah lebih lanjut menjadi tepung beras atau pakan ternak. Persentase sekam dan bekatul semata-mata disebabkan oleh perbedaan varietas padi, sedangkan persentase beras patah dan beras kepala banyak dipengaruhi oleh kinerja mesin yang dipakai. Semakin baik kinerja mesin penggilingan padi semakin sedikit persentase beras patah sedangkan persentase beras kepala semakin besar.

12

Untuk menjalankan rangkaian penggilingan padi diperlukan rangkaian mesin/alat yang keselurahannya disebut sistem penggilingan padi. Rangkaian mesin-mesin tersebut berfungsi mengupas kullit gabah (sekam), memisahkan gabah yang belum terkupas dengan beras yang telah terkupas (beras pecah kulit), melepaskan lapisan bekatul dari beras pecah kulit dan terakhir memoles beras hingga siap dikonsumsi dan memiliki penampakan yang menarik. Terdapat dua sistem kerja panggilingan padi, yaitu one pass dan two pass. One pass yaitu sistem penggilingan padi yang menggunakan satu alat yang berfungsi ganda yaitu memecah kulit sekaligus sebagai alat penyosoh , sedangkan two pass adalah sistem penggilingan padi dengan menggunakan dua alat yang terdiri dari alat pemecah kulit dan alat penyosoh (Kobarsih et al, 2006)

Mesin-mesin yang

dipakai dalam sistem penggilingan padi dapat berupa rangkaian yang lengkap atau hanya rangkaian beberapa buah mesin. Kelengkapan rangkaian mesin akan mempengaruhi kualitas akhir penggilingan. 1.

Pemecahan Kulit (Husking, Hulling, Shelling) Pemecahan atau pengelupasan kulit bertujuan untuk melepaskan kulit gabah dengan kerusakan sekecil mengkin pada butiran beras. Bagianbagian yang akan dilepaskan adalah palea, lemma dan glume atau keseluruhannya disebut sekam. Mesin yang dipakai adalah husker, huller atau sheller. Sebagian besar gabah yang dimasukan ke dalam mesin pemecah kulit akan terkelupas dan masih ada sebagian kecil yang belum terkelupas. Butiran gabah yang terkelupas akan terlepas menjadi dua bagian, yaitu beras pecah kulit dan sekam. Gabah yang belum terkelupas dapat berupa

13

gabah utuh atau gabah yang telah pecah kulitnya, namun sekam belum terlepas dari butiran berasnya. Selanjutnya butiran gabah yang belum terkelupas harus dipisahkan dari beras pecah kulit dan sekam untuk dimasukan kembali ke dalam mesin pemecah kulit. 2.

Pemisahan Sekam Pemisahan sekam dilakukan setelah pemecahan kulit. Tujuan pemisahan sekam adalah memisahkan sekam dari beras pecah kulit dan gabah utuh yang belum terkupas selama proses pemecahan kulit. Sekam harus dipisahkan karena penyosohan tidak akan berfungsi baik apabila beras pecah kulit masih bercampur sekam. Disamping itu, tanpa pemisahan sekam persentase beras patah pada penyosohan akan lebih tinggi dan kualitas beras sosoh akan menjadi rendah. Mesin yang digunakan untuk pemisahan ini disebut huskaspirator atau aspirator. Prinsip pemisahan sekam sangat sederhana, yaitu memisahkan sekam dari beras pecah kulit dan gabah utuh berdasarkan perbedaan berat jenisnya. Pada umumnya mesin pemisah sekam dilengkapi dengan kipas yang berfungsi mengisap sekam dan debu. Beras pecah kulit dan gabah akan tetap mengalir ke bawah karena tidak terisap oleh kipas akibat gaya beratnya.

3.

Pemisahan Gabah dan Beras Pecah Kulit Setelah proses pemecahan kulit dan pemisahan sekam akan dihasilkan campuran beras pecah kulit dan gabah yang masih utuh. Beras pecah kulit dan gabah utuh harus dipisahkan karena memerlukan penanganan yang berbeda. Beras pecah kulit akan diteruskan ke mesin

14

penyosoh, sedangkan gabah utuh akan dikirim kembali ke mesin pemecah kulit. Mesin yang digunakan adalah paddy separator atau separator. Semakin tinggi effiensi mesin pemecah kulit maka semakin tinggi jumlah beras pecah kulit yang dihasilkan dan semakin rendah jumlah gabah utuh yang tidak terkelupas (Partiwi, 2006). 4.

Penyosohan Beras pecah kulit yang dihasilkan pada proses pemecahan kulit (husking) masih mengandung lapisan bekatul yang membuat beras berwarna

gelap

kecoklatan

dan

tidak

bercahaya.

Disamping

penampakannya yang kurang menarik, adanya bekatul pada beras juga membuat rasa nasi kurang enak meskipun bekatul memiliki nilai gizi tinggi. Untuk membuang lapisan bekatul dari butiran beras dilakukan suatu tahap kegiatan yang disebut penyosohan. Tahap ini disebut juga tahap whitening atau polishing. Disebut whitening karena tahap ini berfungsi merubah beras menjadi beras putih, sedangkan disebut polishing karena permukaan beras digosok untuk membuang lapisan bekatul sehingga didapat beras putih. Hasil dari tahap ini adalah beras sosoh yang berwarna putih dan hasil sampingan berupa dedak dan bekatul. Untuk mendapatkan hasil yang baik, tahap ini biasanya dilakukan beberapa kali, baik pada mesin yang sama atau mesin yang berbeda. Mesin-mesin yang dipakai dalam kegiatan penyosohan disebut whitener atau polisher dan dapat ditambah dengan mesin pengkilap serta pencuci (refiner) yang berfungsi mengkilapkan dan mencuci permukaan beras. Proses penyosohan dapat dilakukan sekali atau

15

beberapa kali bergantung pada kualitas beras sosoh yang diinginkan. Makin sering proses penyosohan dilakukan maka beras sosoh yang dihasilkan makin putih dan beras patah yang dihasilkan makin banyak (Partiwi, 2006). 5.

Pemisahan Beras Berdasarkan Ukuran Beras hasil penyosohan berupa campuran butiran beras yang memiliki berbagai ukuran. Adanya berbagai ukuran tersebut disebabkan oleh adanya butiran-butiran beras yang patah selama pemecahan kulit dan penyosohan. Untuk memisahkan beras kepala dan beras patah diperlukan proses tersendiri yang disebut grading. FAO membedakan ukuran beras berdasarkan panjang butirannya menjadi tiga, yaitu menir, beras patah, dan beras kepala. Menir adalah beras yang ukuran butirannya dapat melewati lubang ayakan 1.4 mm. Beras patah adalah beras yang ukuran butirannya antara 3/8 sampai 6/8 bagian beras utuh. Sedangkan beras kepala adalah beras yang ukuran butirannya lebih besar dari 6/8 bagian butiran panjang butir beras utuh. Keseragaman ukuran beras yang keluar dari mesin polisher sangat bervariasi meliputi campuran beras kepala, beras patah, dan menir. Porsi beras kepala, beras patah dan menir pun dapat bervariasi. Untuk mendapatkan keseragaman ukuran beras yang sesuai dengan keinginan, beras sosoh perlu dipisahkan terdahulu menurut ukuran-ukuran partikelnya dan kemudian dicampur kembali sesuai dengan keseragaman yang diinginkan.

16

2.2.

Studi Kelayakan Bisnis

2.2.1. Pengertian Studi Kelayakan Bisnis Penanaman modal dalam suatu usaha atau proyek, naik usaha baru maupun yang sudah ada, biasanya disesuaikan dengan tujuan dan bentuk badan usahanya. Salah satu tujuan perusahaan didirikan adalah mencari keuntungan, dalam arti seluruh aktifitas perusahaaan hanya untuk mencari keuntungan semata. Tujuan lainnya adalah bersifat sosial. Bagi perusahaan yang didirikan untuk tujuan total profit, yang paling utama perlu dipikirkan adalah seberapa lama pengembalian dana yang ditanam dalam proyek tersebut agar segera kembali. Artinya sebelum perusahaan dijalankan, maka terlebih dahulu dihitung apakah proyek atau usaha yang akan dijalankan benar-benar dapat mengembalikan uang yang telah diinvestasikan dalam proyek tersebut dalam jangka waktu tertentu. Investasi ddalam arti luas menurut William F.Sharpe adalah pengorbanan dollar sekarang untuk dollar dimasa yang akan datang. Dari pengertian ini terkandung dua (2) atribut penting di dalam investasi, yaitu resiko dan tenggang waktu. Mengorbankan uang arinya menanamkan sejumlah dana (uang) dalam suatu usaha saat sekarang atau saat investasi dimulai. Kemudian mengharapkan pengembalian investasi dengan keuntungan yang diharapkan dimasa yang akan datang (dalam waktu tertentu). Pengorbanan sekarang mengandung suatu kepastian bahwa uang digunakan untuk investasi sudah pasti dikeluarkan. Sedangkan hasil dimasa yang akan datang bersifat tidak pasti, tergantung dari kondisi dimasa yang akan datang.

17

Kemudian pengertian bisnis adalah kegiatan suatu usaha yang dilakukan untuk memperoleh keuntungan sesuai dengan tujuan dan target yang diinginkan dalam berbagai bidang, baik jumlah maupun waktunya. Keuntungan merupakan tujuan utama dalam dunia bisnis, terutama bagi pemilik bisnis, baik keuntungan dalam jangka pendek maupun panjang. Bentuk keuntungan yang diharapkan lebih banyak dalam bentuk finansial. Besarnya keuntungan telah ditetapkan sesuai dengan target yang diinginkan dengan batas waktunya. Bidang usaha yang dapat digeluti beragam, mulai dari perdagangan, industri, pariwisata, agribisnis atau jasa-jasa lainnya. Untuk menjelaskan perbedaan pengertian perusahaan dan bisnis, penulis menggunakan pendapat Raymond E. Glos dalam bukunya Business: its nature and environment: An Introduction. Perusahaan diartikan sebagai sebuah organisasi yang memproses perubahan keahlian dan sumber daya ekonomi menjadi barang dan/atau jasa yang diperuntukkan bagi pemuasan kebutuhan para pembeli, serta diharapkan akan memberikan laba kepada para pemiliknya. Fokusnya lebih kepada organisasi. Sedangkan bisnis diartikan sebagai seluruh kegiatan yang diorganisasikan oleh orang-orang yang berkecimpung dalam bidang perniagaan (produsen, pedagang, konsumen, dan industri dimana perusahaan berada) dalam rangka memperbaiki standar serta kualitas hidup mereka. Dengan kedua istilah diatas, dapat disimpulkan bahwa pengertian bisnis lebih luas dari perusahaan karena perusahaan merupakan bagian dari bisnis. Kelayakan artinya penelitian yang dilakukan secara mendalam untuk menentukan apakah usaha yang akan dijalankan memberikan manfaat yang lebih besar dibandingkan dengan biaya yang akan dikeluarkan. Dengan kata lain

18

kelayakan dapat diartikan bahwa usaha yang akan dijalankan dapat memberikan keuntungan baik finansial dan non finansial sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengertian studi kelayakan bisnis adalah suatu kegiatan yang mempelajari secara mendalam tentang suatu kegiatan atau usaha atau bisnis yang akan dijalankan, dalam rangka menentukan layak atau tidak suatu usaha tersebut dijalankan. Ibrahim (2003), mengatakan bahwa studi kelayakan bisnis merupakan bahan pertimbangan dalam mengambil suatu keputusan, apakah menerima atau menolak suatu gagasan usaha yang direncanakan. Pengertian layak dalam penilaian ini adalah kemungkinan dari gagasan suatu usaha yang akan dilaksanakan memberikan manfaat, baik dalam hal financial benefit maupun social benefit. Siagian dan Asfaliani (2001), mengatakan bahwa analisis kelayakan bisnis merupakan suatu analisis formal (resmi) terhadap suatu rencana investasi dari suatu peluang usaha yang bertujuan untuk mengetahui apakah manfaat investasi tersebut lebih besar dibandingkan dengan biayanya. Kelayakan usaha dibuat sebagai alat untuk memutuskan apakah suatu rencana dan investasi usaha dapat dilanjutkan atau dihentikan.

2.2.2. Aspek-Aspek Studi Kelayakan Bisnis Ada

beberapaaspek

yangperludikajiuntukmenentukankelayakansuatuusaha.Secaraumumprioritasaspek -aspek yang perludilakukandalamstudikelayakanadalahsebagaiberikut :

19

1.

AspekHukum Aspek hukum digunakan untuk meneliti kelangkapan dan keaslian dari dokumen-dokumen yang dimiliki mulaui dari badan usaha, izin-izin dan dokumen lainnya.

2.

AspekPasar dan Pemasaran Aspek pasar dan pemasaran adalah meneliti seberapa besar pasar yang akan dimasuki dan seberapa besar kemampuan perusahaan untuk menguasainya. Pengkajian aspek pasar penting dilakukan karena tidak ada proyek bisnis yang berhasil tanpa adanya permintaan atas barang/jasa yang dihasilkan.

3.

Aspek Teknik dan Produksi Aspek teknik dan teknologi adalah untuk menentukan lokasi, lay-out gedung dan ruangan serta teknologi yang akan dipakai. Lokasi yang menjadi perhatian adalah lokasi yang akan dijadikan sebagai kantor pusat, lokasi pabrik dan lokasi gudang.

4.

Aspek Manajemen Aspek manajemen adalah untuk mengukur kesiapan dan kemampuan pihak pengelola perusahaan dalam menjalankan ushanya.

5.

Aspek Sumber Daya Manusia (SDM) Aspek manajemen dan organisasi digunakan untuk meneliti kesiapan sumber daya manusia yang akan menjalankan usaha tersebut. Kemudian mencari bentuk organisasi yang akan dijalankan.

20

6.

Aspek Keuangan Aspek keuangan adalah untuk menilai kemapuan perusahaan dalam memperoleh pendapatan serta besarnya biaya yang dikeluarkan.

7.

AspekEkonomi,Sosial, Politik dan lingkungan alam sekitar. Analisis tentang lingkungan usaha merupakan hal penting yang harus dilakukan untuk mengetahui apakah lingkungan dimana usaha dijalankan akan menimbulkan masalah atau sebaliknya membuka peluang usaha lainnya, baik dari sisi ekonomi, sosial, politik dan lingkungan alam.

2.2.3. Aspek Keuangan Studi aspek keuangan bertujuan untuk mengetahui perkiraan pendanaan dan aliran kas proyek bisnis, sehingga dapat diketahui layak atau tidaknya rencana bisnis. Aspek ini berbicara tentang bagaimana penghitungan kebutuhan dana, baik kebutuhan dana untuk aktiva tetap maupun dana untuk modal kerja. Analisis aspek finansial juga membahas mengenai sumber dana yang akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan jumlah dana tersebut, sekaligus pengalokasiannya secara efisien sehingga memberikan tingkat keuntungan yang menjanjikan (Husnan dan Suad, 2000). Pada aspek keuangan akan menyajikan informasi tentang biaya investasi, modal kerja, cash flow dan biaya operasional yang terdiri atas fixed cost dan variable

cost.

Besarnyainvestasiberartijumlahdana

yang

akandibutuhkan,

baikuntuk modal investasipembelianaktivatetapmaupun modal kerja. Selainitu, jugabiaya-biaya yang diperlukanselamaumurinvestasidanpendapatan.

21

Cashflow merupakan aliran kas yang terdiri dari penerimaan (inflow) dan pengeluaran (outflow). Alian kas disusun untuk menunjukkan perubahan kas selama periode waktu tertentu serta memberikan alasan mengenai perubahan kas tersebut dengan menunjukkan dari mana sumber kas dan penggunaanpenggunaanya.

2.2.4. Manfaat Studi Kelayakan Bisnis Seperti diketahui, hasil dari studi kelayakan bisnis adalah untuk laporan tertulis. Isi laporan studi kelayakan bisnis menyatakan bahwa suatu rencana bisnis layak direalisasikan. Adapun pihak-pihak yang membutuhkan laporan studi kelayakan bisnis adalah sebagai berikut. 1.

Pihak Investor Jika hasil studi kelayakan bisnis yang telah dibuat ternyata layak untuk direalisasikan, pemenuhan kebutuhan akan dana dapat mulai dicari. Misalnya dengan mencari investor atau pemilik modal yang mau turut serta menanamkan modalnya pada proyek yang akan dikerjakan.

2.

Pihak Kreditor Pendanaan proyek dapat juga dipinjam dari bank. Pihak bank, sebelum memutuskan untuk memberikan kredit atau tidak, perlu mengkaji ulang studi kelayakan bisnis yang telah dibuat, termasuk mempertimbangkan sisi lainnya.

3.

Pihak Manajemen Perusahaan Studi kelayakan bisnis dapat dibuat oleh pihak eksternal perusahaan maupun pihak internal perusahaan. Pembuatan proposal merupakan upaya

22

dalam rangka merealisasikan ide proyek yang bermuara pada peningkatan usahauntuk meningkatkan laba perusahaan. 4. Pihak Pemerintah dan Masyarakat Penyusunan studi kelayakan bisnis perlu memperhatikan kebijakankebijakan yang telah ditetapkan oleh pemerintah karena bagaimanapun pemerintah dapat secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi kebijakan perusahaan. 5. Bagi Tujuan Pembangunan Ekonomi Dalam menyusun studi kelayakan bisnis perlu juga menganalisis manfaat yang akan didapat dan biaya yang akan ditimbulkan oleh proyek terhadap perekonomian nasional. Aspek-aspek yang perlu dianalisis untuk mengetahui biaya dan manfaat tersebut antara lain ditinjau dari aspek rencana pembangunan nasional, distribusi nilai tambah pada seluruh masyarakat, nilai investasi per tenaga kerja, pengasuh sosial serta analisis kemanfaatan dan beban sosial.

2.3.

AnalisisInvestasi Terdapat banyak metode yang dapat digunakan untuk menilai kelayakan

ekonomi suatu investasi usaha. Beberapa metode yang sering digunakan antara lain yaitu : Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk menilai suatu investasi, yaitu Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return(IRR),Profitability Index(PI),Payback Period(PP), Benefit Cost Ratio, dan Break Event Point (BEP).

23

1. Metode ”Net PresentValue ” Metode ini menghitung selisih antara nilai sekarang investasi dengan nilai sekarang penerimaan-penerimaan kas bersih (operasional maupun terminal aliran kas) di masa yang akan datang bernilai positif.Metode ekivalensi nilai sekarang (present worth analysis) atau lebih dikenal dengan istilah umum PNV atau Net Present Value. Metode ini didasarkan atas nilai sekarang bersih dari hasil perhitungan nilai sekarang aliran dana masuk (penerimaan) dengan nilai sekarang investasi selama jangka waktu analisis dan suku bunga tertentu. Kriteria kelayakannya adalah apabila nilai sekarang bersih atau NPV > 0, yang dirumuskan dengan : NPV = PV Kas Bersih – PV Investasi + Bersih 22 NPV= Kas Bersih 1Kas (1+r) (1+r)

N - Investasi + ....... + Kas Bersih n (1+r)

2. Metode ”Internal Rate of Return ” Metode ini menghitung tingkat bunga yang menyamakan nilai sekarang investasi dengan nilai sekarang penerimaan-penerimaan kas bersih di masa-masa yang akan datang. Apabila tingkat bunga ini lebih besar daripada tingkat bunga yang relevan (tingkat keuntungan yang disyaratkan ”MARR”) Metode tingkat suku bunga pengembalian modal (rate of return analysis) atau lebih dikenal dengan nama IRR (Internal Rate of Return).IRR adalah suatu nilai petunjuk yang identik dengan seberapa besar suku bunga yang dapat diberikan oleh investasi tersebut dibandingkan dengan suku bunga bank yang berlaku umum (suku bunga pasar atau Minimum Attractive Rate of

24

Return/MARR). Pada suku bunga IRR akan diperoleh NPV = 0, dengan perkataan lain bahwa IRR tersebut mengandung makna suku bunga yang dapat diberikan investasi, yang akan memberikan NPV = 0. Syarat kelayakannya yaitu apabila IRR > suku bunga MARR. 3. Metode ”Profitability Index ” Metode ini menghitung perbandingan antara nilai sekarang penerimaanpenerimaan kas bersih di masa datang dengan nilai sekarang investasi. Kalau PI lebih besar dari 1, maka proyek diterima atau layak.

PI =

PV Kas masuk PV Kas keluar

4. Metode periode pengembalian modal (payback period) Metode periode pengembalian modal ini berbeda dengan metode-metode lainnya. Pada metode ini tidak digunakan perhitungan dengan menggunakan rumus bunga, akan tetapi yang dianalisis adalah seberapa cepat modal atau investasi yang telah dikeluarkan dapat segera kembali dengan menggunakan aliran kas. Kriteria penilaiannya adalah semakin singkat pengembalian investasi akan semakin baik. PP =

5.

Nilai Investasi x 1 tahun Kas masuk bersih

Metode rasio manfaat dan biaya (benefit cost ratio) Metode BC Ratio pada dasarnya menggunakan data ekivalensi nilai

sekarang dari penerimaan dan pengeluaran, yang dalam hal ini BC Ratio adalah merupakan perbandingan antara nilai sekarang dari penerimaan atau pendapatan yang diperoleh dari kegiatan investasi dengan nilai sekarang dari pengeluaran

25

(biaya) selama investasi tersebut berlangsung dalam kurun waktu tertentu. Kriteria kelayakannya adalah bila nilai BC Ratio > 1 dan dirumuskan dengan : BCR = ( Nilai Sekarang Pendapatan) : ( Nilai Sekarang Pengeluaran)

6. Metode Titik Pulang Pokok (Break Event Point) Metode titik polang pokok adalah suatu analisis yang digunakan untuk mengetahui kapan terjadinya keadaan dimana penerimaan pendapatan perusahaan (total revenue) sama dengan biaya yang dikeluarkan (total cost). TR = TC Rumus yang digunakan untuk analisis Break Event Point ini terdiri dari dua macam sebagai berikut: 1. Dasar Unit yaitu berapa unit jumlah barang/jasa yang harus dihasilkan untuk mendapat titik impas: BEP = FC /(P-VC) 2. Dasar Penjualan yaitu berapa rupiah nilai penjualan yang harus diterima untuk mendapat titik impas: BEP=FC/ (1 – (VC/P)) Dimana : BEP

: Break Even Point

FC

: Fixed Cost

P

: Price (harga per unit)

VC

: Variable Cost

26

III.

3.1

METODE PENELITIAN

Lokasi, Objek dan Ruang Lingkup Penelitian Penelitian dilaksanakan di Desa Mesjid Baro Kecamatan Samatiga

Kabupaten Aceh Barat. Penetuan lokasi dilakukan dengan sengaja (Purposive) dengan pertimbangan daerah ini merupakan salah satu daerah sentra produksi padi di Kecamatan Samatiga. Objek penelitian ini adalah Usaha Penggilingan Padi menetap yang terdapat di Desa Mesjid Baro Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat. Ruang

lingkup

penelitian

terbatas

padaAspek

Keuangan

Usaha

Penggilingan Padi Menetap di Desa Mesjid Baro Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat.

3.2

Data Penelitian

3.2.1 Jenis dan Sumber Data Adapun jenis dan sumber data yang digunakan dalam penitian ini adalah data primer dan data sekunder, dimana : 1. Data primer adalah data yang diperoleh langsung baik melalui observasi dan wawancara langsung dengan responden. 2. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari studi kepustakaan, instansi tertentu dan literatur yang terkait dengan masalah ini.

3.2.2 Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini, data diperoleh dari kejadian atau kenyataan yang terjadi dalam Usaha Penggilingan Padi Menetap di Desa Mesjid Baro Kecamatan

27

Samatiga Kabupaten Aceh Barat. Teknik pengumpulan data yang digunakanj dalam penelitian ini adalah : 1. Wawancara adalah percakapan antara dua orang yang salah satunya bertujuan untuk menggali dan mendapatkan informasi untuk tujuan tertentu (Golden, 2009, h.118). 2. Observasi (Observation)merupakan suatu kegiatan mencarai data yang dapat digunakan untuk memberikan suatu kesimpulan atau diagnosis (Herdiansyah, 2012). Observasi adalah memperhatikan dan mengikuti dalam arti mengamati dengan teliti dan sistemis sasaran perilaku yang dituju (Banister, et al, 1994). Menurut Herdiansyah (2012,h.118) dalam penelitian kualitatif, wawancara menjadi metode pengumpulan data yang utama, sebagian besar data diperoleh melalui wawancara. Dan metode pengumpulan data kualitatif lainnya yang sangat sering digunakan adalah observasi.

3.3

ModelPenelitian Model penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus.

Menurut Herdiansyah (2012, h.76) studi kasus adalah suatu model penelitian kualitatif yang terperinci tentang individu atau suatu unit sosial tertentu selama kurun waktu tertentu. Salah satu ciri khas dari studi kasus adalah adanya sistem terbatas (bounded system) yaitu adanya batasan dalam hal waktu dan tempat serta batasan dalam hal kasus yang diangkat (dapat berupa program, kejadian, aktivitas, atau subjek penelitian).

28

3.4

Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Payback

Period (PP), Net Present Value (NPV), dan Break Event Poin (BEP).

3.4.1 Payback Period (PP) Payback Period (PP) merupakan teknik penilaian terhadap jangka waktu (periode) pengembalian investasi suatu proyek atau usaha. Perhitungan ini dapat dilihat dari perhitungan kas bersih (proceed) yang diperoleh setiap tahun. Nilai kas bersih merupakan penjumlahan laba setelah pajak ditambah dengan penyusutan (dengan catatan jika investasi 100% menggunakan modal sendiri). Ada 2 macam model perhitungan yang akan digunakan dalam menghitung masa pengembalian investasi sebagai berikut : a. Apabila kas bersih setiap tahun sama PP = Investasi. Kas Bersih/Tahun

x 1 tahun

b. Apabila kas bersih setiap tahun berbeda PP = Investasi - Kas Bersih tahun 1 - ...... - kas bersih tahun(n-1) Kas masuk bersih tahun n

x 12 bulan

Dimana : 

Jika PP lebih kecil dari umur investasi, maka usaha tersebut dinyatakan layak untuk dijalankan.

3.4.2 Net Present Value (NPV) Net Present Value (NPV) atau nilai bersih sekarang merupakan perbandingan antara PV kas bersih (PV of proceed) dengan PV investasi (capital outlays) selama umur investasi. Selisih antara kedua PV tersebutlah yang dikenal dengan Net Present Value (NPV).

29

Untuk menghitung NPV, terlebih dahulu kita harus tahu berapa PV kas bersih. PV kas bersih dapat dihitung dengan jalan membuat dan menghitung dari cash flow perusahaan selama umur investasi tertentu. Rumus yang biasa digunakan dalam menghitung NPV adalah : 2 + Bersih NPV= Kas Bersih 1Kas 2 (1+r) (1+r) dimana :

Kas Bersih N - Investasi + ....... + n (1+r)

NPV = Net Present Value r

= Tingkat bunga pengembalian

Kas Bersih 1 = Kas bersih tahun ke-1 Kas Bersih 2 = Kas bersih tahun ke-2 Kas Bersih N = Kas bersih tahun ke-n

3.4.3 Break Event Poin (BEP) Break Event Poin (BEP) ialah titik impas di mana posisi jumlah pendapatan dan biaya sama atau seimbang sehingga tidak terdapat keuntungan ataupun kerugian dalam suatu perusahaan. Break Even Point ini digunakan untuk menganalisis proyeksi sejauh mana banyaknya jumlah unit yang diproduksi atau sebanyak apa uang yang harus diterima untuk mendapatkan titik impas atau kembali modal. Break Event Point memerlukan komponen penghitungan dasar seperti berikut ini: 1. Fixed Cost. Komponen ini merupakan biaya yang tetap atau konstan jika adanya tindakan produksi atau meskipun perusahaan tidak berproduksi. Contoh biaya ini yaitu biaya tenaga kerja, biaya penyusutan mesin, dll.

30

2. Variabel Cost. Komponen ini merupakan biaya per unit yang sifatnya dinamis tergantung dari tindakan volume produksinya. Jika produksi yang direncanakan meningkat, berarti variabel cost pasti akan meningkat. Contoh biaya ini yaitu biaya bahan baku, biaya listrik, dll. 3. Selling Price. Komponen ini adalah harga jual per unit barang atau jasa yang telah diproduksi. Rumus yang digunakan untuk analisis Break Event Point ini terdiri dari dua macam sebagai berikut: 1. Dasar Unit yaitu berapa unit jumlah barang/jasa yang harus dihasilkan untuk mendapat titik impas: BEP = FC /(P-VC) 2. Dasar Penjualan yaitu berapa rupiah nilai penjualan yang harus diterima untuk mendapat titik impas: BEP=FC/ (1 – (VC/P)) Dimana : BEP

: Break Even Point

FC

: Fixed Cost

P

: Price (harga per unit)

VC

: Variable Cost

* Penghitungan (1 – (VC/P)) biasa juga disebut dengan istilah Margin Kontribusi Per Unit.

31

3.5

Definisi Operasional Variable Untuk menghindari kesimpangsiuran persepsi pada penelitian ini, maka perlu dijelaskan kembali definisi dari variable dan istilah yang digunakan. 1. Biaya adalah seluruh modal yang dikeluarkan untuk menjalankan usaha. 2. Biaya terdiri dari biaya tetap/investasi (dapat digunakan berulang kali) dan biaya tidak tetap (hanya bisa dipakai untuk sekali proses produksi). 3. Payback Period (PP) merupakan teknik penilaian terhadap jangka waktu (periode) pengembalian investasi suatu proyek atau usaha, yaitu metode menghitung waktu berapa lama investasi bisa kembali. 4. Net Present Value (NPV) merupakan kelebihan benefit (manfaat) dibandingkan dengan biaya (cost). 5. Break Event Poin (BEP) ialah titik impas atau titik pulang pokok di mana posisi jumlah pendapatan (total revenue) dan total biaya (total cost) adalah sama atau seimbang sehingga tidak terdapat keuntungan ataupun kerugian dalam suatu perusahaan.

32

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum LokasiPenelitian Samatiga merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Aceh Barat yang mempunyai luas daerah 140.69 KM persegi dengan persentase kepadatan penduduk adalah 4,8 persen. Kecamatan ini terdiri dari 6 mukim dan 32 desa. Berbatasan dengan lautan hindia dan pergunungan, sehingga kecamatan ini mempunyai area pertanian seperti sawah, ladang dan juga mempunyai bibir pantai yaitu laut. Sumber pencaharian utama masyarakat adalah petani, Pegawai Negeri Sipil (PNS), pedagang dan nelayan.

Persawahan di Kecamatan Samatiga tergolong persawahan tadah hujan, petani sangat mengandalkan hujan untuk bisa menggarap lahan sawahnya. Beberapa petani ada yang menarik air dari sungai dengan mesin jika air hujan tidak cukup maupun tidak ada.Sebagian besar sistem pertanaman padi di Kecamatan Samatiga dilakukan dengan cara sebar langsung ke lahan yang telah diolah, dalam artian hanya sebagian kecil dari petani yang melakukan tanam pindah.

Sistem pengelolaan persawahan di Kecamatan Samatiga dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya: (1) Mengerjakan sendiri, dalam artian semua anggota keluarga ikut terlibat dalam kegiatan persawahan tersebut. (2) Mulai dari pembajakan serta pemanenan pemilik lahan tersebut membiayai petani lain untuk mengerjakan lahan sawahnya, ini biasanya dilakukan oleh petani yang juga

33

berprofesi sebagai Pegawai Negeri sipil (PNS). (3) Sistem bagi hasil antara pemilik lahan dengan petani yang mengerjakan lahan tersebut.

4.2

Analisis Kelayakan Finansial

4.2.1. Analisis Biaya Setiap usaha yang telah beroperasi pasti mengeluarkan sejumlah biaya untuk menjalankannya dan menjual suatu barang atau jasa untuk memperoleh keuntungan temasuk dalam menjalankan usaha pengilinggan padi. Berdasarkan pengamatan dan wawancara terhadap pihak-pihak yang terkait dengan usaha penggilingan padi di Desa Mesjid Baro Kecamatan Samatiga dapat dianalisis total biaya yang dikeluarkan, penerimaan, biaya pokok penggilingan dan titik impas. Selama usaha penggilingan padi berjalan terdapat sejumlah biaya yang harus dikeluarkan oleh pemilik penggilingan padi antara lain biaya tetap dan biaya tidak tetap. Biaya tetap adalah biaya yang secara rutin dikeluarkan setiap tahun dan nilainya relatif sama. Biaya tetap yang terdapat pada usaha penggilingan padi antara lain penyusutan bangunan, lantai jemur, mesin-mesin penggilingan, timbangan, dan pajak bumi dan bangunan (PBB).

4.2.2. Analisis Investasi Investasi merupakan kegiatan jangka panjang dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan yang jauh lebih besar dimasa mendatang. Investasi selalu melihat berbagai aspek diantaranya tingkat pengembalian modal, daya beli, kondisi ekonomi dan berbagai aspek lainnya yang mampu diukur dengan manfaat jangka panjang.

34

Investasi ini bersifat jangka panjang sehingga proses pengembalian modal juga harus di ukur dalam jangka waktu yang panjang. Selanjutnya mesin-mesin dan gedung yang bersifat jangka panjang akan terjadi penyusutan. Sehingga dalam jangka panjang juga harus di hitung nilai jangka panjang penyusutan mesin dan penyusutan gedung. Kebutuhan investasi disini berjumlah Rp. 250.000.000 yang terdiri dari biaya pembelian tanah seluas 1400 meter, biaya bangunan, mesin diesel, kewa padi, mesin jahit karung, timbangan duduk, mobil Pick Up L300,lantai jemuran, pemasangan listrik, modal kerja dan biaya lain-lainnya.Untuk lebih lanjut dapat dilihat pada tabel. 3 dibawah ini: Tabel 3. Rincian Kebutuhan InvestasiUsaha Penggilingan Padi Menetap di Desa Mesjid Baro Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat. No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 12

Uraian Investasi Tanah Bangunan Mesin Diesel Mesin Diesel (komplit) Kewa padi Mesin jahit karung Timbangan duduk Mobil Pick up L300 bekas Lantai jemuran Pemasangan Listrik Modal kerja awal Izin Usaha Alat Perlengkapan Lainnya Total investasi

Jumlah

Satuan

1400 153 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1

Meter Meter Unit Paket Unit Unit Unit Unit Paket Paket Paket Paket Paket

Sub Total Rp 49.000.000 Rp 30.000.000 Rp 8.500.000 Rp 40.000.000 Rp 9.000.000 Rp 2.835.000 Rp 3.250.000 Rp 55.000.000 Rp 3.000.000 Rp 1.500.000 Rp 40.000.000 Rp 1.350.000 Rp 6.565.000 Rp 250.000.000

Sumber: Data primer (Diolah, 2015)

Data pada Tabel 3 menunjukkan bahwa nilai investasi usaha penggilingan padi di Desa Mesjid Baro Kecamatan Samatiga adalah Rp.250.000.000. Untuk

35

kebelangsungan kegiatan penggilingan padi dengan penggunaan modal investasi itu akan dibelanjakan untuk pembelian aset yang bersifat bergerak dan tidak bergerak. Sebagaimanadijelaskan pada kurvadi bawah ini: Grafik1. Rincian Kebutuhan Investasi Usaha Penggilingan Padi di Desa Mesjid Baro Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat. 60,000,000 50,000,000 40,000,000 30,000,000 20,000,000 10,000,000 -

22%

20% 16%

16%

12% 3%

4%

1%

1%

1%

1%

1%

3%

Sumber: Data primer (Diolah, 2015)

4.2.3. Arus Kas Keluar (Cash Out Flow) 4.2.3.1 Biaya Tetap (Fixed Cost) Biaya tetap adalah biaya yang selalu dikeluarkan dengan jumlah nilai yang tetap untuk kegiatan perusahaan, biaya ini terdiri dari biaya tenaga kerja yang rutin dikeluarkan tiap hari, minggu atau bulanan dan biaya pembelian gabah yang akan di giling dan distribusikan kepada konsumen. Oleh karena itu setiap bulannya menghabiskan biaya tenaga kerja sebesar Rp 8,9 juta dengan penggunaaan tenaga kerja berjumlah 5 orang dan pembelian gabah sebesar 250 ton dengan biaya yang dikeluarkan sebesar Rp. 1 Miliyar perbulan. Biaya ini

36

sangat tergantung pada harga gabah dan volume rata-rata pekerja untuk biaya tenaga kerja. Untuk lebih terperinci dijelaskan dalam tabel 4.2 dibawah ini: Tabel 4. Biaya Tetap Usaha Penggilingan Padi di Desa Mesjid Baro Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat. Biaya Tetap (Fixed Cost) 1. Biaya Tenaga Kerja 2. Pembelian gabah dari masyarakat Total Biaya Tetap

Volume Satuan 5 Orang 250 Ton

Harga Rp 8.900.000,Rp 1.000.000.000,Rp 1,008.900.000,-

Sumber: Data primer (Diolah, 2015)

Untuk melihat besarnya persentase biaya tenaga kerja dengan biaya pembelian gabah dapat dilihat pada grafik dibawah ini. Grafik 2. Biaya Tetap Usaha Penggilingan Padi di Desa Mesjid Baro Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat. Biaya Tenaga Kerja 1%

Pembelian gabah 99%

1 Biaya Tenaga Kerja 5 Orang

2 Pembelian gabah dari masyarakat 250 Ton

Sumber: Data primer (Diolah, 2015)

4.2.3.2 Biaya Tidak Tetap (Variable Cost) Biaya Tidak Tetap (Variable Cost) adalah biaya yang besar kecilnya sangat tergantung kepada tingkat dan kuantitas jumlah produksi, semakin tinggi

37

kuantitas produksi maka biaya tidak tetap juga semakin tinggi juga sebaliknya.Adapun biaya tidak tetap usaha penggilingan padi di Desa Mesjid Baro Kecamatan Samatiga terdiri dari makanan dan minuman tenaga kerja, bahan bakar minyak (BBM), biaya listrik,

biaya pemeliharaan bangunan, dan biaya

pemeliharan mesin. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel 4.3 dibawah ini: Tabel 5 Biaya Tidak Tetap Usaha Penggilingan Padi di Desa Mesjid Baro Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat. Biaya Tidak Tetap (Variable Cost) Volume Satuan Harga 1 Makan minum Tenaga Kerja 6 Bulan Rp 1.800.000 2 Bahan Bakar Minyak (BBM)/Oil 6 Bulan Rp 13.500.000 3 Listrik 6 Bulan Rp 600.000 4 Biaya PemeliharaanBangunan 6 Bulan Rp 6.600.000 5 Biaya Permeliharaan Mesin 6 Bulan Rp 29.350.000 Subtotal Biaya Tidak Tetap (Variabel cost) Rp 51.850.000 Sumber: Data primer (Diolah, 2015)

Untuk lebih lanjut persentase ditribusi biaya tiidak tetap disajikan dalam grafik dibawah ini: Grafik 3 Biaya Tidak Tetap Usaha Penggilingan Padi Di Desa Mesjid Baro Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat. 3% 26% 57%

1% 13%

1 Makan minum Tenaga Kerja 6 Bulan

2 BBM Mesin 6 Bulan

3 Listrik 6 Bulan

4 Biaya Pemeliharaan 6 Bulan

5 BBM Mobil dan Permeliharaan 6 Bulan

38

4.2.4. Arus Kas Masuk(Cash InFlow) Tujuan utama dari kegiatan usaha adalah memperoleh pendapatan. Pendapatan yang diperoleh harus lebih besar dari pada penerimaan, sebab tujuan bisnis adalah untuk mencari keuntungan baik secara keuangan maupun secara sosial. Jika aktivitas usaha yang dilakukan tidak memiliki manfaat secara keuangan maka bukanlah kegiatan bisnis. Kas Masuk atau permintaan kas (Cash inflow) yaitu aliran kas yang diterima oleh perusahaan selama waktu tertentu sesuai dengan interval perhitungan (sehari, sebulan, triwulan dan seterusnya). Penerimaan atau pendapatan adalah hasil dari jumlah produksi yang dikalikan dengan satuan harga. Semakin tinggi jumlah produksi dan harga maka semakin tinggi juga total penerimaan. Usaha penggilingan padi memproduksi dua jenis barang yaitu beras dan dedak, keduanya menjadi barang yang siap untuk dipasarkan ke masyarakat. Kualitas beras sangat tergantung pada bahan baku berupa gabah. Perkembangan produksi gabah sangat dipengarui oleh aktivitas petani dalam memproduksi padi di sawah. Saat musim panen biasanya kecenderungan produksi jauh lebih besar dibandingkan sebelum masa musim panen. Saat belum musim panen juga ada sebagian masyarakat yang menggilingkan padinya untuk kebutuhan harian yang disimpan dari sisa yang disisihkan dari gabah yang dijual saat musim panen, hal ini merupakan kebiasaan masyarakat yang sudah menjadi sebuah kebudayaan. Selanjutnya untuk melihat lebih rinci total penerimaan dapat dilihat pada tabel 6 di bawah ini:

39

Tabel6 Rincian Penerimaan Usaha Penggilingan Menetap Padi di Desa Mesjid Baro Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat. No. 1. 2. 3.

Uraian Penjualan beras ke rekan bisnis Penjualan beras ke masyarakat Penjualan dedak

Jumlah

Satuan

Sub Total

146,7

Ton

Rp 1.026.900.000,-

20

Ton

Rp

150.000.000,-

40

Ton

Rp

92.000.000,-

Rp 1.268.900.000,-

Total Penerimaan Sumber: Data primer (Diolah, 2015).

Untuk lebih lanjut melihat total penerimaan antara yang diperoleh dari penjualan beras ke rakan bisnis, penjualan beras ke masyarakat dan penjualan dedak bisa dilihat pada grafik dibawah ini. Grafik 4. Rincian Penerimaan Usaha Penggilingan Padi di Desa Mesjid Baro Kecamatan Samatiga. 80.93 % 90.00 80.00 70.00 60.00 50.00 40.00 30.00 20.00 10.00 -

11.82 % 7.25 %

Penjualan beras ke rekan bisnis

Penjualan beras ke masyarakat

Penjualan dedak

Sumber: Data primer (Diolah, 2015)

Dari grafik diatas dapat disimpulkan bahwa total penerimaan yang paling besar terjadi pada penjulan beras dengan rekan bisnis yaitu berjumlah Rp.1.026.900.000 atau sebesar 80,93 persen, selanjutnya penjualan beras kepada

40

masyarakat dengan jumlah pendapatan Rp.150.000.000 atau sebesar 11,82 persen dan penerimaan dari dedak yaitu sebesar Rp.92.000.000 atau sebesar 7 persen. 4.2.5 Perbandingan Jumlah Arus Kas Untuk melihat jumlah pendapatan dan pengeluaran kita bisa melihat secara studi akuntansi mengenai analisa laporan laba/rugi. Dalam analisa laporan laba/rugi maka jumlah penerimaan dikurangi dengan jumlah biaya-biaya yang dikeluarkan. Biaya yang dimaksud dalam kajian akuntansi adalah suatu pengeluaran yang dikeluarkan untuk aktivitas perusahaan yang bukan bersifat pengadaan aset namun lebih bersifat pengeluaran operasional. Dalam akuntansi biaya terdiri dari biaya gaji, biaya telpon, listrik, air, iklan, biaya penyusutan mesin dan biaya lainnya dalam kegiatan operasional. Dalam kajian akuntansi perbedaan biaya dan pendapatan dapat dilihat pada Tabel 4.4 mengenai laporan analisa laba/rugi. Tabel 7. Analisis Laba/Rugi Usaha Penggilingan Padi di Desa Mesjid Baro Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat. No A. 1 2 3

Keterangan Pendapatan Penjualan beras ke rekan bisnis Penjualan beras ke masyarakat Penjualan dedak

B. Biaya 1 Honor tenaga kerja Pembelian gabah dari 2 masyarakat 3 Makan minum Tenaga Kerja 4 BBM Mesin 5 Listrik 6 Biaya Pemeliharaan 7 BBM Mobil dan Permeliharaan Total Laba Sumber: Data primer (Diolah, 2015)

Pendapatan

Pengeluaran

Rp 1.026.900.000 Rp 150.000.000 Rp 92.000.000 Rp

Rp Rp

1.268.900.000 208.150.000

8.900.000

Rp 1.000.000.000 Rp 1.800.000 Rp 13.500.000 Rp 600.000 Rp 6.600.000 Rp 29.350.000 Rp 1.060.750.000

41

Dari analisis laporan laba/rugi dapat disampaikan bahwa kegiatan perusahaan ini secara akuntansi dapat disimpulkan bahwa penerimaan lebih besar dari pada biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan atau perusahaan ini mengalami keuntungan sebesar Rp. 208.150.000,- dalam kurun waktu 6 bulan dan secara ekonomi maka jika ada investasi dalam kurun waktu 5 tahun maka kegiatan investasi ini akan memberikan keuntungan jika kondisi penerimaan stabil.

4.2.6 Total Aset/Aktiva Pengertian aset/aktiva atau sering disebut sebagai harta adalah nilai dari sesuatu yang dimiliki oleh perusahaan. Yang dapat dimasukkan ke dalam asset salah satunya adalah gedung atau bangunan, mesin, kendaraan, tanah dan lain sebagainya. Nilai aset bisa diukur dengan uang misalnya tanah masih bisa diperjual belikan dalam nilai uang, demikian juga dengan gedung dan mesinmesin. Aset memiliki berbagai sifat ada yang bersifat berwujud dan ada pula yang tidak berwujud.Contoh yang berwujud adalah bangunan, mobil, tanah, mesin dan lainnya yang nampak.Namun ada juga yang tidak berwujud seperti hak cipta, hak paten dan lainnya. Adapun aset pada usaha penggilingan padi di Desa Mesjid Baro Kecamatan Samatiga adalah semua bentuk peralatan, gedung dan tanah yang digunakan untuk produksi dan bersifat jangka panjang. Adapun asat dengan nilai tertinggi pada usaha penggilingan padi di mesjid baro adalah tanah yang berjumlah 1.400 meter persegi dengan total nilai Rp 49.000.000, selanjutnya bangunan dengan luas 153 meter persegi dengan nilai Rp 30.000.000. selanjutnya nilai aset terrendah adalah Mesin jahit karung yaitu Rp. 2.835.000. Untuk lebih jelas lihat pada tabel dibawah ini.

42

Tabel 8. Aset Usaha Penggilingan Menetap Padi di Mesjid Baro Kecamatan SamatigaKabupaten Aceh Barat. No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 11

Uraian Tanah Bangunan Mesin Diesel Mesin Diesel (komplit) Kewa padi Mesin jahit karung Timbangan duduk Mobil Pick up L300 bekas Lantai jemuran Modal kerja awal Total

Jumlah Satuan 1400 153 1 1 1 1 2 1 1 1

Meter Meter Unit Paket Unit Unit Unit Unit Paket Paket

Sub Total Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp

49.000.000 30.000.000 8.500.000 40.000.000 9.000.000 2.835.000 3.250.000 55.000.000 3.000.000 40.000.000 242.085.000

Sumber: Data primer (Diolah, 2015)

4.3

Analisis Investasi

4.3.1 AnalisisisMetode Net Present Value (NPV) Analisis Net Present Value (NPV) merupakan perbandingan antara PV kas (PV of Proceed) dengan PV investasi (capital outlays) selama umur investasi. Selisih antara kedua PV tersebut yang dikenal dengan nilai Net Present Value (NPV). Pada usaha penggilingan padi menetap yang berada di Desa Mesjid Baro Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat nilai NPVnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel 9. Analisis Net Present Value (NPV) Usaha Penggilingan Padi di Desa Mesjid Baro Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat. PV kas Tahun Benefit Kas Bersih DF (20%) Bersih 1 0.8333 147,433,686 Rp208,150,000 Rp 176,927,500 2 0.6944 122,858,456 Rp 208,150,000 Rp 176,927,500 3 0.5787 102,387,944 Rp 208,150,000 Rp 176,927,500 4 Rp 208,150,000 Rp 176,927,500 0.4823 85,332,133 5 Rp208,150,000 Rp176,927,500 0.4019 71,107,162 Total PV Kas Bersih 529,119,382 Sumber: Data primer (Diolah, 2015)

43

Untuk melihat kelayakan investasi maka kas bersih dikurangi dengan nilai investasi maka jika hasilnya positif dapat disimpulkan bahwa usaha penggilingan padi layak dikembangkan untuk itu maka dapat di cari Total PV kas bersih Total PV investasi NPV

Rp. 529,119,382 Rp. 250.000.000 Rp.279,119,382

Hasil NPV adalah Rp. 279,119,382,-yang menunjukkan nilai positif dan lebih besar dari pada nol maka usaha penggilingan padi ditinjau dari pendekatan NPV sangat layak untuk dikembangkan. Pengukuran nilai NPV ini dilihat berdasarkan kajian selama

lima tahun dengan nilai investasi sebesar

Rp.250.000.000 dan dengan tingkat bunga DF sebesar 20%. Asumsi DF 20% adalah jika lembaga keuangan meminjamkan uang dengan tingkat suku bunga sebesar 20% dan tingkat pinjaman sebesar 250.000.000 maka dalam jangka waktu 5 tahun usaha penggilingan padi akan memperoleh keuntungan sebesar Rp.279,119,382,-diluar pengembalian modal pinjaman.

4.3.2 Analisis Metode Payback Period (PP) Payback period adalah suatu metode berapa lama investasi akan kembali atau periode yang diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran investasi (initial cash investment) dengan menggunakan aliran kas, dengan kata lain payback period merupakan rasio antara initial cash investment dengan cash flownya yang hasilnya merupakan satuan waktu. Suatu usulan investasi akan disetujui apabila payback period-nya lebih cepat atau lebih pendek dari payback period yang disyaratkan.

44

. x 1 tahun PP = . Investasi Kas Bersih/Tahun Dapat di cari nilai PP adalah: PP =

250.000.000. 176,927,500

x 1 tahun= 1,41 tahun

Hasil analisis di atas dapat disimpulkan bahwa usaha penggilingan padi di Desa Mesjid Baro Kecamatan Samatiga tingkat pengembalian investasinya adalah selama 1,41 tahun atau masuk pada tahun kedua nilai investasi sudah mampu dikembalikan.

4.3.3 Analisis Metode Break Event Poin (BEP)

Break Even Point (BEP) ialah titik impas di mana posisi jumlah pendapatan dan biaya sama atau seimbang sehingga tidak terdapat keuntungan ataupun kerugian dalam suatu perusahaan. BEP ini digunakan untuk menganalisis proyeksi sejauh mana banyaknya jumlah unit yang diproduksi atau sebanyak apa uang yang harus diterima untuk mendapatkan titik impas atau kembali modal. Umumnya yang digunakan untuk analisis Break Event Point ini terdiri dari dua macam yaitu sebagai berikut:

1. Dasar Unit Berapa unit jumlah barang/jasa yang harus dihasilkan untuk mendapat titik impas: BEP = FC /(P-VC) 2. Dasar Penjualan Berapa rupiah nilai penjualan yang harus diterima untuk mendapat titik impas: FC/ (1 – (VC/P))* Penghitungan (1 – (VC/P)) biasa juga disebut dengan istilah Margin Kontribusi Per Unit.

45

Dari data penelitian kita ketahui bahwa nilai fixed cost (FC) Rp.1.008.900.000,-. Selanjutnya nilai Variable Cost per 1 Ton (VC/1ton) adalah Rp.207.400 dan harga gabah untuk setiap 1 ton adalah Rp. 4.000.000 maka dapat diketahui nilai BEP adalah: 1. BEP = FC/ (P – VC) BEP = 1008.900.000/(4.000.000 – 207.400) BEP = 266,018 Ton 2. BEP = FC/ (1 – (VC/P)) BEP = 1.008.900.000/ 1-(207.400 – 4.000.000) BEP = Rp.1.063.679.493 Dapat dianalisis bahwa BEP terjadi pada saat perusahaan melakukan produksi dengan nilai kuantitasnya mencapai 266,018 ton atau pada saat jumlah biaya yang dikeluarkan pada nilai Rp. 1.063.679.493. jika masih dibawah nilai tersebut maka masih dalam kategori belum impas modal dan jika melewati batas produksi 266,018 ton maka perusahaan sudah dikatakan untung.

46

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1.

KESIMPULAN Adapun yang menjadi kesimpulan dalam penelitian mengenai studi

kelayakan untuk usaha penggilingan padi menetap di Desa Mesjid Baro Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat adalah: 1. Nilai Net Prsent Value (NPV) diperoleh sebesar Rp.279,119,382,-. Nilai ini lebih besar dari 1 yang berarti bahwa usaha penggilingan padi di Desa Mesjid Baro Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Baratlayak untuk diusahakankarena memiliki keuntungan ditinjau dari segi aktivitas bisnis. 2. Nilai Payback Period (PP) sebesar 1,41 Tahun yang artinya tingkat pengembalian investasi akan dicapai selama dalam kurun waktu satu tahun lebih atau memasuki tahun kedua. Jika aktivitas usaha penggilingan padi menggunakan pinjaman dari pihak lembaga keungan dengan volume produksi 250 ton pertahun dan tingkat bunga 20% maka dalam kurun waktu 1,41 tahun pinjaman sudah kembali. 3. Untuk mencapai Break Event Point (BEP) maka usaha penggilingan padi harus melakukan penggilingan sebesar 266 Ton atau pada saat pengeluaran pembelian gabah sebesar Rp 1.063.679.493jika nilai harga gabah bersifat tetap. 4. Usaha penggilingan padi di Desa Mesjid Baro kecamatan Samatiga layak untuk beroperasi.

47

5.2

SARAN Adapun saran yang dari peneliti mengenai studi kelayakan usaha

penggilingan padi menetap di Desa Mesjid Baro Kecamatan Samatiga Kabupaten Aceh Barat adalah: 1. Kepada pemilik usaha penggilingan padi disarankan untuk mengganti atau menggunakan peralatan-peralatan yang baru. Karena umur peralatan dapat mempengaruhi efisiensi kinerja mesin dan produksi. 2. Kepada pemerintah disarankan untuk memberikan bantuan berupa subsidi untuk bahan bakar mesin dan meringankan biaya pajak agar pendapatan usaha menjadi lebih besar. 3. Kepada peneliti selanjutnya disarankan untuk melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kelayakan usaha penggilingan padi.

48

DAFTAR PUSTAKA

BPS Aceh Barat. 2013.Produk Domestik Regional Bruto menurut Lapangan Usaha Kabupaten Aceh Barat 2009-2012. BPS Aceh Barat. BPS Aceh Barat. 2014.Statistik Daerah Kabupaten Aceh Barat 2014. BPS Aceh Barat. Chalil, Syahrizal. 2010. Studi Kelayakan Bisnis. Citapustaka Media Perintis. Bandung.

Departemen Pertanian. 2001. Teknologi penanganan pasca panen padi. Hardjosentono, M. Dkk. 2000. Mesin- Mesin Pertanian. Penerbit Bumi Aksara. Jakarta. Harmaizar, Zaharuddin. 2006. Menangkap Peluang Usaha, Ed. II. CV. Dian Anugerah Prakasa. Bekasi. Herdiansyah, Haris. 2012. Motodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu Sosial. Salemba Humanika. Jakarta Selatan. Husnan, Suad. 2000. Dasar-Dasar Teori Fortofolio dan Analisis Sekuritas, Edisi Kedua. UPP-AMP YKPN. Yogyakarta Ibrahim, Yacob. 2003. Studi Kalayakn Bisnis.Rineka. Jakarta. Jogiyanto. 2005. Analisis dan Desain Sistem Informasi. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Kasmir dan Jakfar. 2003. Studi Kelayakan Bisnis, Edisi Revisi.Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Nurendah.et.al. 2011. Kewirausahaan Pengembangan Usaha. Tugas Kelompok. Artikel Siagian dan Asfaliani. 2001. Studi Kelayakan Bisnis. Nusa Buana. Jakarta. Soeharno,TS,SU.2007. Teori Mikro Ekonomi. CV.Andi Offset. Yogyakarta. Sukirno, Sadiono. 2006. Mikro Ekonomi Teori Pengantar. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Suprayono dan A. Setyono. 1997. Budi Daya Padi. Penebar Swadaya, Jakarta. Umar, Husein. 2009. Studi Kelayakan Bisnis Edisi-3. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama http://bina ukm.com/2010/11/ciri-khas-usaha-penggilingan-padi/. Diakses pada 9 Mei 2015. http://id.wikipedia.org/wiki/Beras.Diakses pada 9 Mei 2015

49

http://pengusahamuslim.com/cara-menghitung-break-even-point-dalam-akuntansi/ #.VVthr47pRCs, diakses 18 Mei 2015. http://id.wikipedia.org/wiki/Padi, diakses pada 18 Mei 2015 http://web.ipb.ac.id/~tepfteta/elearning/media/Teknik%20Pasca%20Panen/tep440 _files/Penangananpadi.htm, diakses pada 20 Mei 2015. http://www.kamusq.com/2013/04/analisa-adalah-definisi-dan-arti-kata.html, diakses pada 21 Mei 2015