ANALISIS PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHA PENGGILINGAN PADI MENETAP

Download Jumlah Penggilingan padi. 1 Johan pahlawan. 1942. 4. 2 Samatiga. 7450. 12. 3 Bubon. 3806. 11. 4 Arongan lambalek. 5040. 22. 5 Woyla. 4818. ...

0 downloads 402 Views 962KB Size
ANALISIS PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHA PENGGILINGAN PADI MENETAP DI KECAMATAN KAWAY XVI KABUPATEN ACEH BARAT

SKRIPSI

OLEH

KHAIRIL ANWAR NIM : 07C20101070

PROGRAM STUDI EKONOMIPEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS TEUKU UMAR MEULABOH, ACEH BARAT 2015

1

1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah Padi merupakan komoditas yang sangat penting bagi kehidupan bangsa di Indonesia, dapat dikaji peranannya dalam aspek budaya, sosial, ekonomi, bahkan politik. Produksi, prossesing dan distribusi padi merupakan salah satu sumber pendapatan dan tenaga kerja besar dalam perekonomian Indonesia. Sebagian petani memanfaatkan padi sebagai makanan pokok yang diolah menjadi beras dan juga dijual untuk mencukupi kebutuhan keluarga. Padi yang dijual biasanya melalui pedagang pengumpul dan pedagang besar yang khusus membeli padi yang pada akhirnya dijual ke pabrik atau kilang padi. Setelah itu padi diolah menjadi beras, biasanya pihak pengelola kilang padi menjual sebagian berasnya kepada masyarakat setempat dan dipasarkan ke daerah-daerah lain. Penggilingan padi merupakan pusat pertemuan antara produksi, paska panen, pengolahan dan pemasaran gabah/beras sehingga merupakan mata rantai penting dalam suplai beras nasional yang dituntut untuk dapat memberikan kontribusi dalam penyediaan beras, baik dari segi kuantitas maupun kualitas untuk mendukung ketahanan pangan nasional. Penggilingan padi memiliki peran yang sangat penting dalam system agribisnis padi di Indonesia. Peranan ini tercemin dari besarnya jumlah penggilingan padi dan sebarannya yang hampir merata diseluruh daerah sentral produksi padi di Indonesia. Berdasarkan

data

BadanPusatStatistik

(BPS)

Propinsi

Aceh,

produksipadipadatahun 2012 diperkirakanhanyatercapaisekitar 1,79 juta ton, dari

2

target

yang

telahditetapkanPemerintah

Aceh

1,9

juta

ton.

Target

Propinsi

Aceh.

produksipadipadatahuninidiprediksitidaktercapai, karenakemarauberkepanjanganmelandabeberapadaerah

di

(BadanPusatStatistik Propinsi Aceh).Rata-rata produksi perhektardiperkirakan 46,19 Kw, mengalamipenurunan 0,81% dibandingkan rata-rata produksi perhektartahun

2011.

tahun

2012

produksipadi

Aceh

1,79

juta

ton

merupakanproduksiterbesarselama 10 tahunterakhir. Kalautidakterjadigagalpanen di beberapa daerah, mungkinproduksipadi di Aceh bisalebihbesar lagi.JanuariAgustus tahun 2012, telahterealisasiluaspanenpadi 287.300 hektare, dengan perkiraan

produksi1

34juta

ton

GKG.

JikadibandingkanrealisasiluaspanenperiodeJanuari-Agustustahun

2012,

iniberartimengalami peningkatan 25.200 hektar atau 9,6%.SelamaperiodeJanuariAgustus 2012 jugaterjadipeningkatanproduksi padidibandingkanperiode yang samapadatahun sebelumnya, dari 1,24 juta ton padaJanuari-Agustus 2011 menjadi 1,34 juta ton padaJanuari-Agustus 2012 ataunaiksebesar 7,65%," . (Badan Pusat statistik Provinsi Aceh 2012). Produksi padi di Kabupaten Aceh Barat pada tahun 2009 diperkirakan hanya mencapai 4,23 ton, dengan luas panen pada tahun tersebut seluas 100,10 hektar. Target produksi pada tahun itu belum tercapai. Pada tahun 2012 produksi padi mencapai 4,29 ton ini meningkat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Pada tahun 2012 ini diperkirakan terealisasi panen padi seluas 113,45 hektar, yang mengalami peningkatan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Dalam wilayah Kabupaten Aceh Barat yang merupakan salah satu daerah di propinsi Aceh. Usaha penggilingan padi di Aceh Barat telah tumbuh dan berkembang itu di karenakan

3

tingginya produksi padi yang dihasikan.Data produksi penggilingan padi menetap dan data pendapatan masyarakat di Kabupaten Aceh Barat dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 1 Jumlah Produksi Padi dan Jumlah Penggilingan Padi Menetap di Kabupaten Aceh Barat Tahun 2013 No

Nama Kecamatan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Johan pahlawan Samatiga Bubon Arongan lambalek Woyla Woyla Barat Woyla Timur Kaway XVI Meureubo Pante Ceureumen Pantoen Reu Sungai Mas

Jumlah Pruduksi (Ton) 1942 7450 3806 5040 4818 4408 308 6146 5275 6859 1295 1660

Jumlah Penggilingan padi 4 12 11 22 20 11 14 31 13 12 9 15

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Aceh Barat (Maret 2014)

Berdasarkan latar belakang diatas, penulis ingin melakukan analisa terhadap produksi penggilingan padi menetap yang akan penulis tuangkan dalam karya ilmiah yang berjudul : “Analisis Produksi dan Pendapatan Usaha Penggilingan Padi Menetap Di Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat’’.

1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan apa yang telah diuraikan pada latar belakang diatas, maka permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalahproduksidan

4

Pendapatan Usaha penggilingan padi menetapdi Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat. 1.3. Tujuan Penelitian Sesuai dengan latar belakang dan batasan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan penelitian adalah Untuk mengetahuiproduksi dan pendapatan usaha penggilingan padi menetap di Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat.

1.4. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini terdiri dari manfaat teoritis dan mamfaat praktis, yaitu : 1.4.1. Manfaat Teoritis a.

Sebagai bahan informasi bagi Pemerintah, instansi/lembaga yang terkait dalammenentukan kebijakan usahatani padi di Kabupaten Aceh Barat.

b.

Sebagai bahan studi banding dan tambahan ilmu pengetahuan bagi mahasiswaFakultas Ekonomi terutama program studi Ekonomi Pembangunan UniversitasTeuku Umar yang ingin melakukan penelitian di masa yang akan datang.

1.4.2. Manfaat Praktis a. Sebagai masukan kepada pengusaha penggilingan padi mengenai kebijakan untuk meningkatkan proses produksi

penggilingan padi menetap

di

Kabupaten Aceh Barat dalam rangka meningkatkan pendapatan masyarakat yang efisien sehingga dapat berpengaruh terhadap pendapatan petani. b. Sebagai bahan perbandingan untuk penelitian relevan yang telah ada dan sebagai acuan kepada peneliti yang hendak meneliti penelitian yang serupa.

5

1.5. Sistematika Pembahasan Secara garis besar sistematika pembahasan dalam penelitian ini akan dibagi dalam 5 bab dan setiap bab dibagi atas beberapa sub bab sesuai dengan kebutuhan pembahasan dan uraiannya. Sedangkan dalam pengajuan proposal, sistematika pembahasannya sebagai berikut : a. Bagian pertama

Pendahuluan, dalam bahagian ini penulis mengemukakan

secara ringkas latar belakang permasalahan, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika pembahasan. b. Bahagian kedua Tinjauan Pustaka, dalam bagian ini penulis mengutip dan menguraikan konsep teoritis yang menunjang penelitian antara lain pengertian produksi, pengertian pandapatan, penggilingan padi, pengertian usaha, pengertian biaya, penerimaan, harga, kerangka berpikir, dan hipotesis. c. Bagian ketiga Metode Penelitian, metode penelitian menjelaskan tentang : populasi dan sampel penelitian, data penelitian, model analisis data, definisi operasional variabel dan pengujian hipotesis. d. Bagian keempat hasil dan pembahasan yang terdiri dari deskriptif objek penelitian, variabel produksi penggilingan padi menetap, pendapatan usaha. e. Bagian kelima Simpulan yang terdiri dari Simpulan dan Saran.

6

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Produksi 2.1.1. Pengertian Produksi Produksi adalah suatu kegiatan yang mengubah input menjadi output. Kegiatan tersebut dalam ekonomi biasa dinyatakan dalam fungsi produksi. Fungsi menunjukkan jumlah maksimum output yang dapat dihasilkan dari pemakaian sejumlah input dengan menggunakan teknologi tertentu. (Sugiato 2007, h. 248). Menurut M. Frank kegiatan produksi adalah kegiatan yang menciptakan manfaat (Utility) baik dimasa kini maupun dimasa yanga akan datang (Nasution 2006, h. 102) Sugiarto dkk (2000, h. 56) berpendapat bahwa produksi adalah setiap kegiatan yang mengubah input menjadi ouput, kegitan tersebut dalam ekonomi biasa dinyatakan dalam fungsi produksi. a. Faktor Produksi Faktor

produksi

adalah

segala

sesuatu

yang

diperlukan

untuk

menghasilkan produksi. Faktor produksi ini meliputi antara lain bahan baku, bahan penolong, teknologi dan peralatan produksi, tenaga kerja (manusia), dan energi. Untuk dapat melakukan produksi dengan menggunakan faktor produksi ini, perusahaan memerlukan pengorbanan, yang dikenal dengan biaya. (Rosyidi 2003, h. 56) b. Produksi jangka pendek (Short run production) Produksi jangka pendek adalah masa periode produksi di mana ada satu atau beberapa jenis input yang penggunaannya tetap (fixed input). Oleh karena itu,

7

maka produksi jangka pendek berlaku selama teknologi dan kapasitas produksinya maka masa itu dikatakan produksi jangka pendek.

d. Produksi jangka panjang (Long Run Production) Produksi jangka panjang adalah masa atau periode produksi di mana semua input produksi adalah variabel atau bisa berubah. Oleh karena itu, maka produksi jangka panjang berlaku bila teknologi dan kapasitas produksinya belum berubah. Usaha Petani sesungguhnya tidak

sekedar

hanya terbatas pada

pengambilan hasil melainkan nyata merupakan suatu usaha produksi. Dalam hal ini akan berlangsung pendayagunaan tanah, modal, tenaga kerja, dan keterampilan sebagai faktor produksi tersebut. Jika pendayagunaannya dilakukan dengan baik akan menghasilkan hasil yang baik pula dan sebaliknya jika pengelolaanya tidak berjalan dengan baik maka hasilnya tidak dapat diandalkan. Jika hasil-hasilnya tersebut sangat baik ditinjau dari segi kuantitas dan kualitas akan menghasilkan suatu kepuasan bagi produsen itu sendiri. Dengan demikian dalam produksi komoditi pertanian terdapat berbagai kegiatan dan hubungan antara sumber-sumber produksi yang digunakan dengan hasil komoditasnya. (Daniel 2002, h. 157).

2.1.2. Teori produksi Produksi adalah suatu kegiatan yang mengubah input menjadi output. Kegiatan tersebut dalam ekonomi biasa dinyatakan dalam fungsi produksi. Fungsi produksi menunjukkan jumlah maksimum output yang dapat dihasilkan dari pemakaian sejumlah input dengan mengubah teknologi tertentu.

8

Untuk menghasilkan jumlah output tertentu, suatu usaha harus menentukan kombinasi pemakaian input yang sesuai. Jangka waktu analisis terhadap suatu usaha yang melakukan kegiatan produksi dapat dibedakan menjadi jangka pendek dan jangka panjang. Analisis terhadap kegiatan produksi dikatakan berada dalam jangka pendek apabila sebagian dari faktor produksi dianggap tetap jumlahnya (fixed input). Dalam jangka pendek tersebut suatu usaha tidak dapat menambah jumlah faktor produksi yang dianggap tetap. Faktor produksi yang dianggap tetap biasanya adalah modal seperti mesin dan peralatannya, bangunan, dan lain-lain. Sedangkan faktor produksi yang dapat mengalami perubahan (variable input) misalnya adalah tenaga kerja. Dalam jangka panjang semua faktor produksi dapat mengalami perubahan. Berarti dalam jangka panjang setiap faktor produksi dapat ditambah jumlahnya kalau memang diperlukan. Dalam jangka panjang suatu usaha dapat melakukan penyesuaian terhadap perubahan-perubahan yang terjadi di pasar. Jumlah alat-alat produksi dapat ditambah, penggunaan mesin-mesin dapat dirombak dan ditingkatkan efisiensinya, jenis-jenis komoditi baru dapat dihasilkan, dan sebagainya. Hubungan tersebut secara grafis disajikan dalam gambar berikut :

9

Gambar 2.2. Fungsi Produksi Padi.

Output Padi (kg) Output Max

TPP

2.200 Output Dasar

125 Output Padi (kg)

40

30

20

10

0

APP

125 MPP

Pupuk X1(Kg)

10

Menurut Daniel (2002. h. 239), Hubungan fisik antara output dan input pertanian seringkali tidak dapat menggambarkan secara langsung fenomena yang ada. Pada dasarnya fungsi produksi adalah pola hubungan yang menunjukkan respon output terhadap penggunaan input. Contoh produksi padi tergantung pada penggunaan pupuk N. Secara umum diketahui bahwa output akan meningkat seiring dengan penambahan input pupuk hingga tingkat penggunaan pupuk tertentu. Penggunaan input yang lebih banyak output akan menurun karena terjadi ketidakseimbangan unsur hara di dalam tanah. Menurut Noor (2008, h. 148) Teori produksi adalah prinsip ilmiah dalam melakukan produksi yang meliputi : a.

Bagaimana memilih kombinasi penggunaan input untuk menghasilkan output dengan produktivitas dan efisien tinggi.

b.

Bagaimana menentukan tingkat output yang optimal untuk tingkat penggunaan input tertentu.

c.

Bagaimana memilih teknologi yang tepat sesuai dengan kondisi perusahaan.

2.1.3. Fungsi Produksi Fungsi produksi merupakan sifat hubungan antara faktor-faktor produksi dan tingkat produksi yang dihasilkan. Jadi fungsi produksi adalah suatu persamaan yang menunjukkan jumlah maksimum output yang dihasilkan dengan kombinasi input tertentu yang selalu dinyatakan dalam bentuk persamaan Q = f(K, I, R, T), (Sukirno 2006, h. 197). Fungsi produksi menetapkan bahwa suatu perusahaan tidak bisa mencapai suatu output yang lebih tinggi tanpa menggunakan input yang lebih banyak, dan

11

suatu perusahaan tidak bisa menggunakan lebih sedikit input tanpa mengurangi tingkat outputnya. Dalam pembahasan teori ekonomi produksi, maka telaahan yang banyak diminati dan dianggap penting adalah telaahan fungsi produksi ini. Hal tersebut disebabkan karena beberapa hal, antara lain: a. Dengan fungsi produksi, maka peneliti dapat mengetahui hubungan antara faktor produksi (input) dan produksi (output) secara langsung dan hubungan tersebut dapat lebih mudah dimengerti. b. Dengan fungsi produksi, maka peneliti dapat mengetahui hubungan antara variabel yang dijelaskan (dependent variable), Y, dan variabel yang menjelaskan (independent variable), X, serta sekaligus mengetahui hubungan antar variabel penjelas. Secara matematis, hubungan ini dapat dijelaskan dan dirumuskan sebagai berikut: Y = f (X1, X2,… Xn) Dengan fungsi produksi seperti tersebut di atas, maka hubungan Y dan X dapat diketahui dan sekaligus hubungan X1, X2,… Xn juga dapat diketahui.

2.1.4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Produksi Menurut Mubyarto (2006, h. 234), Dalam suatu kegiatan usahatani selalu melibatkan faktor-faktor produksi (input) untuk menghasilkan suatu produk (output). produksi pertanian dalam pengusahaanya selalu menggunakan input untuk menghasilkan output, dimana input merupakan segala sesuatu yang diikutsertakan dalam proses produksi seperti penggunaan tanah (lahan), tenaga kerja, modal, sarana produksi, dan pengelolaan. Oleh karena itu, perkembangan

12

usahatani atau tingkat dari suatu produksi tidak terlepas dari perkembangan faktor-faktor tersebut. Kegiatan produksi tentunya memerlukan unsur-unsur yang dapat digunakan dalam proses yang disebut faktor produksi, faktor-faktor produksi yang bisa digunakan dalam proses produk terdiri dari(Sugiarto 2000, h. 79): a.

Sumber daya alam Sumber daya alam adalah segala sesuatu yang disediakan oleh alam yang dapat dimanfaatkan manusia untuk memenuhi kebutuhannya. Sumber daya alam ini meliputi segala sesuatu yang ada didalam bumi seperti tanah, tumbuhan, hewan, udara, sinar matahari, hujan, tambang dan lain sebagainya.

b.

Sumber daya manusia (Tenaga Kerja Manusia) Tenaga kerja manusia adalah segala kegiatan manusia baik jasmani maupun rohani yang dicurahkan dalam proses produksi untuk menghasilkan barang dan jasa maupun faedah suatu barang. Tenaga kerja manusia dapat diklasifikasikan menurut tingkatannya yang terbagi atas tenaga kerja terdidik, tenaga kerja terlatih, tenaga kerja tidak terdidik.

c.

Sumber daya modal Barang dan hasil produksi yang digunakan untuk menghasilkan produk lebih lanjut, misalnya orang membuat jalan mencari ikan dalam hal ini jala merupakan barang modal karena jala merupakan hasil produksi yang digunakan untuk menghasilkan produk lain didalam proses produksi modal dapat berupa peralatan-peralatan dan bahan-bahan.

d.

Sumber daya pengusaha Sumber daya ini disebut juga kewirausahaan, pengusaha berperan mengatur dan mengkombinasikan fakto-faktor produksi dalam rangka meningkatkan

13

kegunaan barang atau jasa secara efektif dan efisien. Pengusaha berkaitan dengan manajemen sebagai pemicu proses produksi, pengusaha perlu memiliki kemampuan yang dapat diandalkan, untuk mengatur dan mengkombinasikan faktor-faktor produksi.

2.1.5. Efisiensi Produksi Efisiensi produksi adalah penghematan proses produksi yang dilakukan dengan berbagai penggunaan kombinasi input yang efisien, informasi mengenai berbagai kombinasi input ini diperlukan manajemen guna memilih sistem produksi yang tepat dalam menjalankan usaha dengan efisien. Efisiensi produksi ini bermuara pada semakin rendahnya biaya perunit produksi yang dikeluarkan perusahaan. Manajeman produksi adalah kegiatan pengambilan keputusan yang berkaitan dengan pengelolaan masukan atau faktor produksi berupa bahan baku, bahan penolong, teknologi, dan manajerial, menjadi produk berupa barang dan jasa yang bernilai lebih dengan produktivitas dan efisiensi yang optimal.

2.2. Pendapatan 2.2.1. Pengertian pendapatan Pendapatan merupakan salah satu unsur yang paling utama dari pembentukan laporan laba rugi dalam suatu perusahaan. Banyak yang masih bingung dalam penggunaan istilah pendapatan. Hal ini disebabkan pendapatan dapat diartikan sebagai revenue dan dapat juga diartikan sebagai income. pendapatan adalah “Keuntungan (gans) merupakan kenaikan aktiva bersih perusahaan yang berasal dari transaksi-transaksi sampingan atau insidentil dan

14

semua kejadian lainnya selama

periode tertentu,

kecuali kejadian-kejadian

yang bermuara dari pendapatan ataui investasi dari pemilik” (Simmamora 2005,h.115). Secara garis besar konsep pendapatan dapat ditinjau dari dua sisi yaitu sebagai berikut : 1. Konsep pendapatan menurut Ilmu Ekonomi Pendapatan merupakan nilai maksimum yang dapat dikonsumsi oleh seseorang dalam seminggu dengan mengharapkan keadaan yang sama pada akhir periode seperti keadaan semula. Pengertian tersebut menitikberatkan pada pola kuantitaif pengeluaran terhadap konsumsi selama satu periode. Secara garis besar, pendapatan adalah jumlah harta kekayaan awal periode ditambah keseluruhan hasil yang diperoleh selama satu periode, bukan hanya yang dikonsumsi. Defenisi pendapatan menurut ilmu ekonomi menutup kemungkinan perubahan lebih dari total. harta kekayaan, badan usaha awal peeriode dan menekankan pada jumlah nilai yang statis pada akhir periode. Pendapatan bagi masyarakat (upah, bunga, sewa dan laba) muncul sebagai akibat jasa produktif (productive service) yang diberikan kepada pihak business. Pendapatan bagi pihak business diperoleh dari pembelian yang dilakukan oleh masyarakat untuk memperoleh barang dan jasa yang dihasilkan atau diproduksi oleh pihak business, maka konsep pendapatan (income) menurut ekonomi pada dasarnya sangat berbeda dengan konsep pendapatan (revenue) menurut akuntansi. 2. Konsep pendapatan menurut Ilmu Akuntansi Defenisi pendapatan antara para akuntan dengan para ahli ekonomi sangat jauh berbeda, demikian juga sesama para akuntan, yang mendefinisikan pendapatan berbeda satu sama lainnya. Akan tetapi pada umumnya definisi ini

15

menekankan kepada masalah yang berkenaan dengan pendapatan yang dinyatakan dalam satuan uang. Pandangan akuntansi memiliki keanekaragaman dalam memberikan defenisi pendapatan. Ilmu akuntansi melihat pendapatan sebagai sesuatu yang spesifik dalam pengertian yang lebih mendalam dan lebih terarah. Konsep ini sebagian besar mengikuti prinsip – prinsip pendapatan, prinsip biaya, prinsip penandingan dan pernyataan periode akuntansi.

2.2.2. Pendapatan Usaha Menurut Ramlan (2006,h.13) pendapatan usaha adalah jumlah uang yang diterima oleh perusahaan dari aktivitasnya, kebanyakan dari penjualan produk atau jasa kepada pelanggan yang telah dilaksanakan dalam kurun waktu tertentu. Menurut Ramlan (2006, h.41) pendapatan dibagi dua yaitu pendapatan bersih dan pendapatan kotor. Pendapatan bersih adalah pendapatan yang telah mengalami pengurangan dari hasil produksi. Sedangkan pendapatan kotor yaitu pendapatan dari hasil usaha dikurangi kebutuhan selama mengadakan usaha serta penggunaan bahan bakar dan tenaga pembantu lainnya. Analisis pendapatan berfungsi untuk mengulur berhasil tidaknya suatu kegiatan usaha, menentukan komponen utama pendapatan dan apakah komponen itu masih dapat ditingkatkan atau tidak.

2.2.3. Jenis-Jenis Pendapatan Menurut Sukirno Pendapatan terdiri dari beberapa jenis yaitu (Sukirno 2008, h.33) a.

Pendapatan Nasional Neto (NNI)

16

b.

Pendapatan Nasional Neto (Net National Income) adalah pendapatan yang dihitung menurut jumlah belas jasa yang diterima oleh masyarakat sebagai pemilik faktor produksi.Besarnya NNI dapat diperoleh dari NNI dikurangi pajak tidak langsung. Yang dimaksud pajak tidak langsung adalah pajak yang bebannya dapat dialihkan kepada pihak lain seperti pajak penjualan, pajak hadiah.

c.

Pendapatan Perseorangan (PI) Pendapatan Perseorangan (Personal Income) adalah jumlah pendapatan yang diterima oleh rumah tangga dan usaha yang bukan perusahaan.Tidak seperti

pendapatan

nasional,

pendapatan

perseorangan

tidak

mengikutsertakan pendapatan tertahan (etained earnings), yaitu pendapatan yang

diperoleh

perusahaan,

namun

tidak

dibagikan

kepada

pemiliknya.Pendapatan perseorangan juga mengurangi pajak pendapatan perusahan dan kontribusi pada tunjangan sosial (Mankiew 2006, h.9). d. Pendapatan yang siap dibelanjakan (DI) Pendapatan yang siap dibelanjakan (Disposable Income) adalah pendapatan yang siap untuk dimanfaatkan guna membeli barang dan jasa konsumsi dan selebihnya menjadi tabungan yang disalurkan menjadi investasi.Disposable Income (DI) ini diperoleh dari Personal Income (PI) dikurangi dengan pajak langsung.Pajak langsung (direct tax) adalah pajak yang bebannya wajib pajak,contohnya pajak pendapatan. e. Pendapatan Nasional Riel Pendapatan Nasional Riel adalah pendapatan nasional yang dihitung atau ditentukan berdasarkan harga-harga yang tidak berubah atau tetap dari tahun ke tahun.

17

f. Pendapatan Nasional Menurut Harga Yang Berlaku Pendapatan Nasional Menurut Harga Yang Berlaku adalah pendapatan nasional yang dihitung atau ditentukan berdasarkan harga-harga yang berlaku pada tahun dimana produksi nasional yang sedang dinilai diproduksikan. g. Pendapatan Nasional Menurut Harga Tetap Pendapatan Nasional Menurut Harga Tetap adalah harga yang berlaku pada suatu tahun tertentu dan seterusnya digunakan untuk menilai barang dan jasa yang dihasilkan pada tahun-tahun yang lain.

2.2.4. Jenis dan Sumber Pendapatan Sumber dan jenis pendapatan ini merupakan suatu unsur yang perlu mendapat perhatian penting sebelum membahas masalah pengakuan dan pengukuran pendapatan lebih lanjut. Kesalahan dalam menentukan sumber dan jenis pendapatan yang kurang tepat dapat mempengaruhi besarnya pendapatan yang akan diperoleh dan berhubungan erat dengan masalah pengukuran pendapatan tersebut. Menurut Soemarsono (2003,h.130), pendapatan dalam perusahaan dapat diklasifikasikan sebagai pendapatan dan non operasi. Pendapatan operasi adalah pendapatan yang diperoleh dari aktivitas uama perusahaan. Sedangkan, pendapatan non opearsi adalah pendapatan yang diperoleh bukan dari kegiatan utama perusahaan. Jumlah nilai nominal aktiva dapat bertambah melalui berbagai transaksi tetapi tidak semua transaksi mencerminkan timbulnya pendapatan. Dalam

18

penentuan laba adalah membedakan kenaikan aktiva yang menunjukkan dan mengukur pendapatan kenaikan jumlah nilai nominal aktiva dapat terjadi dari: 1. modal atau pendapatan yang mengakibatkan adanya tambahan dana yang ditanamkan oleh pemegang saham. 2. Laba dari penjualan aktiva yang bukan berupa “barang dagangan” seperti aktiva tetap, surat-surat berharga, atau penjualan anak atau cabang perusahaan. 3. Hadiah, sumbangan, atau penemuan. 4. Revaluasi aktiva. 5. Penyerahan produk perusahaan, yaitu aliran penjualan produk Pengakuan mencakup uraian pos dalam kata – kata dan angka, dengan jumlah tercakup dalam laporan keuangan. Pengakuan tidak sama dengan realisasi, meskipun keduanya kadang – kadang digunakan bergantian di dalam literatur dan praktek akuntansi. Realisasi adalah proses pengubahan sumber daya bukan kas dan hak menjadi uang dan paling tepat digunakan dalam akuntansi dan pelaporan keuangan untuk penjualan aktiva secara tunai atau klaim atas kas.

2.3. Penggilingan Padi Langkah awal pada tahap ini adalah menyiapkan gabah yang akan digiling. Gabah yang telah dimasukkan dalam karung dikeluarkan untuk kemudian dijemur. Proses ini dilakukan di lantai jemur khusus yang telah dibuat. Saat penjemuran gabah dibolak-balik secara kontinu. Tujuannya adalah memperoleh tingkat kekeringan yang seragam. Hal ini biasanya dilakukan sebanyak dua kali dengan masing-masingnya berdurasi 6 jam atau disesuaikan dengan keadaan cuaca. Setelah gabah kering, yaitu dengan kadar air ideal kurang lebih sebesar 14% gabah telah siap untuk digiling. Penggilingan padi adalah salah satu tahapan

19

paska panen padi yang terdiri dari rangkaian beberapa proses untuk mengolah gabah menjadi beras siap konsumsi. Gabah yang dimasukkan pada proses penggilingan padi adalah gabah kering giling (GKG). Gabah kering giling (GKG) adalah gabah yang memiliki kadar air kurang lebih 14% dan hasilnya berupa beras sosoh berwarna putih yang siap dikonsumsi.(Patiwiri 2006,h.19) Proses penggilingan padi akan dihasilkan beras kepala (nead rice), beras patah (broken rice), dan menir. BULOG memberikan klasifikasi ukuran yang berbeda, yaitu menir memliki ukuran lebih kecil dari 2/10 bagian beras utuh atau melewati lubang ayakan 2.0 mm, beras patah memiliki ukuran 2/10 sampai 6/10 bagian beras utuh, sedangkan beras kepala memiliki ukuran lebih besar dari 6/10 bagian beras utuh. Hasil utama proses penggilingan padi adalah beras sosoh, yaitu beras kepala dan beras patah besar. Beras patah kecil atau menir disebut sebagai hasil sampingan karena tidak dikonsumsi sebagai nasi. Jadi hasil samping proses penggilingan padi berupa sekam, bekatul, dan menir.(Patiwiri 2006, h. 20). Penggilingan padi menetap dan penggilingan padi keliling yaitu salah satu sektor industri yang dipakai oleh masyarakat setempat.

Distribusi beras

merupakan salah satu sumber pendapatan dan tenaga kerja yang besar dalam perekonomian Indonesia. Beras dikonsumsi oleh masyarakat meningkat tajam. Beberapa hal yang memicu peningkatan kebutuhan beras, yaitu peningkatan konsumsi perkapita, peningkatan populasi dan perbaikan ekonomi yang mendorong bergesernya pola makan.

20

2.4. Usaha 2.4.1. Pengertian Usaha usaha adalah suatu organisasi yang menjual barang atau jasa kepada konsumen untuk mendapatkan laba. usaha merupakan suatu kegiatan untuk menghasilkan atau menambah nilai guna sesuatu, Jika usaha tersebut di lakukan secara ekonomi, pelakunya akan mendapatkan upah, keuntungan atau laba. sistem yang memproduksi barang dan jasa untuk memuaskan kebutuhan masyarakat. Bisnis merupakan suatu organisasi yang menyediakan barang atau jasa yang bertujuan untuk mendapatkan keuntungan. Upaya pemberdayaan usaha sebagai pelaku kegiatan ekonomi dapat dipercepat oleh instansi pemerintah melalui kebijakan serta strategi dan program yang dilaksanakan.(Feriyanto 2008,h.3). Analisis usaha merupakan pendekatan yang sangat penting bagi usaha. Melalui hasil analisis ini dapat dicari langkah pemecahan berbagai kendala yang dihadapi. Analisis usaha bertujuan untuk mencari titik tolak untuk memperbaiki hasil dari usaha tersebut. Hasil analisis ini dapat digunakan sebagai pedoman dalam perencanaan pengelola usaha, baik menambah maupun mencari pemecahan terhadap berbagai kendala (Feriyanto 2008,h.4).

2.4.2. Teknologi penanganan Pasca Panen Usaha jasa penggilingan padi umumnya tidak berjalan penuh sepanjang tahun atau bersifat musiman, sebab gabah tidak tersedia sepanjang tahun. Kegiatan usaha jasa penggilingan padi berjalan hanya pada musim panen dan beberapa bulan setelahnya, tergantung pada besar hasil panen diwilayah sekitar penggilingan padi berada, oleh karena itu hari kerja suatu penggilingan padi

21

dalam setahun ditentukan oleh volume hasil dan frekuensi panen diwilayah sekitarnya. Pada masa-masa diluar musim panen, biasanya pemilik dan pekerja usaha jasa penggilingan padi akan mengisi waktu mereka dan jenis kegiatan lainnya seperti bertani dan berdagang. oleh karena banyak diantara pemilik penggilingan padi juga berprotesi sebagai pedagang beras untuk mengisi kekosongan kegiatan penggilingan padi, bila mereka memiliki modal yang cukup untuk itu, hal ini tidak menjadi masalah dalam pengembangan desa ekologi. Secara umum mesin-mesin yang digunakan dalam usaha industri jasa penggilingan padi adalah mesin pemecah kulit/sekam (huller atau huster) mesin pemisah gabah dan beras pemecah kulit (brown rice separator), mesin penyosoh atau mesin pemutih (polisher), mesin penyayak bertingkat (sifter), mesin atau alat bantu pengemasan (timbangan dan penjahit karung). Usaha jasa penggilingan padi tidak terlalu rumit untuk dijalankan, maka resiko terbesar adalah sedikitnya pemgguna atau rendahnya produktivitas padi perhektar sehingga kapasitas giling terpasang tidak terpenuhi karena volume gabah yang digiling setiap harinya kecil dan jumlah hari operasional penggilingan padi juga kecil, resiko lainnya adalah kerusakan mesin-mesin penggilingan padi sehingga menyebabkan penurunan kapasitas giling hasil gilingan.

2.4.3. Peran Penggilingan padi Padi merupakan komoditas yang sangat penting bagi kehidupan bangsa Indonesia. Dapat dikaji peranannya dalam aspek budaya, sosial, bahkan politik. Produksi prossesing dan distribusi padi merupakan salah satu sumber pendapatan dan tenaga kerja besar dalam perekonomian Indonesia. Sebagian petani memanfaatkan padi sebagai makanan pokok yang diolah menjadi beras dan juga

22

dijual untuk mencukupi kebutuhan keluarga. Penggilingan padi ikut menentukan jumlah ketersediaan pangan mutu pangan yang dikonsumsi masyarakat, tingkat harga dan pendapatan yang diperoleh petani dan tingkat harga yang harus dibayar konsumen serta turut menentukan ketersediaan lapangan kerja diperdesaan. Disamping itu penggilingan padi dapat berperan sebagai saluran bagi penyebaran teknologi pertanian dikalangan petani. (Patiwiri 2006, h. 187). Penggilingan padi menjadi muara antara produksi, pengelolaan primer, dan pemasaran beras, dalam kegiatan ini didapatkan nilai tambah gabah sebesar 400-600 persen dalam bentuk beras giling (Patiwiri 2006, h. 188).

2.4.4. Pengertian Biaya Biaya penggilingan padi perlu diketahui, baik pada tahap perencanaan maupun dalam tahap pelaksanaan. Pada tahap perencanaan, biaya penggilingan perlu dihitung untuk mengetahui kelayakan proyek tersebut, sedangkan dalam tahap pelaksanaan biaya penggilingan akan dipakai sebagai patokan untuk menentukan harga jual jasa penggilingan kepada konsumen. Harga jual jasa penggilingan, yang disebut ongkos penggilingan, nantinya berupa biaya penggilingan ditambah dengan margin keuntungan yang ditentukan oleh pihak penggilingan. (Patiwiri 2006,h.28). 2.4.5. Analisis Biaya Untuk menghitung biaya suatu tahap kegiatan,terlebih dahulu perlu dilakukan perhitungan setiap komponen biaya tetap dan biaya tidak tetap.Jumlah dari biaya

tetap dengan biaya tidak tetap merupakan biaya tahap kegiatan

tersebut.Biaya ini dapat dinyatakan dalam biaya total atau biaya pokok.(Patiwiri 2006,h.30).

23

Menurut patiwiri (2006,h.30) Biaya digolongkan sebagai berikut: 1). Menurut objek pengeluaran. Penggolongan ini merupakan penggolongan yang paling sederhana, yaitu berdasarkan penjelasan nai suatu objek pengeluaran, misalnya pengeluaran yang berhubungan dengan telepon. 2). Menurut fungsi pokok dalam perusahaan. Biaya dapat digolongkan menjadi tiga kelompok yaitu : a. Produksi, yaitu semua biaya yang berhubungan dengan fungsi produksi atau kegiatan biaya pengolahan bahan baku menjadi produk selesai.

Biaya

produksi dapat digolongkan kedalam biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik. b. Biaya pemasaran, adalah biaya yang terjadi untuk melaksanakan kegiatan pemasaran produk. c. Biaya administrasi dan umum, adalah biaya untuk mengkoordinasikan kegiatankegiatan produksi dan pemasaran produk. 3) Biaya terbagi dari 2 golongan yaitu : a. Biaya langsung, merupakan biaya yang terjadi dimana penyebab satu-satunya adalah karena ada sesuatu yang harus dibiayai.

Dalam kaitannya dengan

produk biaya langsung terdiri dari biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. b. Biaya tidak langsung, adalah biaya yang terjadi tidak hanya disebabkan oleh sesuatu yang dibiayai, dalam hubungannya dengan produk, biaya tidak langsung dikenal dengan biaya pabrik. 4) Menurut prilaku dalam kaitannya dengan perubahan volume kegiatan. Biaya dibagi menjadi 3 yaitu:

24

a. Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya tetap konstan tidak dipengaruhi perubahan volume kegiatan atau aktivitas sampai tingkat kegiatan tertentu. b. Biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah secara sebanding dengan perubahan volume kegiatan atau aktivitas. c. Biaya semi variabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah tidak sebanding dengan perubahan volume kegiatan.

2.6.Perumusan Hipotesis Berdasarkan latar belakang penelitian, rumusan permasalahan, dan studi kepustakaan yang telah penulis uraikan diatas, maka dapat diajukan hipotesis bahwa produksi dan pendapatan usaha penggilingan padi menetap di Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat yang diperoleh relatif tinggi.

25

III. METODE PENELITIAN

3.1. Populasi dan Sampel Populasi merupakan keseluruhan jumlah objek yang akan diteliti. Populasi dalam penelitian ini yang diambil berjumlah keseluruhan yaitu sebanyak 30 penggilingan Padi menetap di Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat. Sampel merupakan sebagian dari seluruh objek penelitian yang di ambil yang mewakili seluruh populasi. Sampel yang di ambil sebanyak 12 Penggilingan Padi Menetap di Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan Boring sampling (secara acak sederhana), karena Objek teralu luas. hal ini dilakukan karena keterbatasan waktu penelitian.

No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Tabel 2 Jumlah Populasi dan Sampel Produksi Penggilingan Padi Menetap di Kecamatan Kaway XVI kabupaten Aceh Barat Tahun 2013 Nama Desa Nama Usaha Sampel Meunasah Buloh Kp. Madu 1 Meunasah Ara Kp. Sahabat 1 Pasi Jambu Kp. Naninda 1 Meunasah Rayeuk Kp. Muna 1 Pasi Teungoh Kp. Syafi’i Jamal 1 Padang mancang Permai 1 Pungki Juprizal 1 Pasi Kumbang Kp. Sahim 1 Sawang teube Usaha tani 1 Padang Sikabu Fauzan 1 Pasie Teungoh Kp. Rimo Tani 1 Pasie Kembang Kp. T. Hamdani 1 Jumlah 12

Sumber Data: Produksi penggilingan padi Menetap di Kabupaten Aceh Barat, 2013

26

No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22

Tabel 3 Jumlah desa yang ada di Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat Tahun 2013 Nama Desa di Kecamatan Kaway XVI Alue Lhok 23 muku Alue On 24 Padang Mancang Alue Peudeung 25 Padang Sikabu Alue Tampak 26 Palingbungan Alue lhee 27 Pasi Ara Babah meulaboh 28 Pasi Jambu Batu jaya 29 Pasi jempa Beuregang 30 Pasi Kumbang Blang Dalam 31 Pasi meugat Blang Genang 32 Pasi Teungoh Drien Cale 33 Peunia Keude Aroen 34 Pucok Pungkie Keude Tanjong 35 Pungkie Keramat 36 Putim Marek 37 Puuk Menuang Tanjong 38 Sawang Teube Mesjid 39 Simpang Meunasah Ara 40 Tanjong Bunga Meunasah Buloh 41 Tanjong Meulaboh Menasah Gantung 42 Teuladan Menasah Rambot 43 Teupin Panah Meunasah Rayek 44 Tumpok Ladang

Sumber Data: Badan Pusat Statisti Kabupaten Aceh Barat

3.1.1. Metode Pengumpulan Data Data yang diperoleh dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara langsung dengan pemilik penggilingan padi menetap di Kecamatan Kaway XVI dengan menggunakan kuisioner yang telah disiapkan. Sedangkan data sekunder merupakan data pelengkap yang diperoleh dari berbagai instansi yang berhubungan seperi BPS, Dinas Pertanian dan literature yang mendukung penelitian ini.

27

1. Teknik Sampling. Adapun teknik pengambilan sampel dalam penelitian skripsi ini menggunakan Stratifikasi random sampling (secara acak sederhana), karena objeknya terlalu luas dan homogen. Hal ini dilakukan karena keterbatasan waktu penelitian. Teknik ini dilakukan dengan cara mengidentifikasikan karakter umum objek penelitian.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Observasi merupakan salah satu teknik operasional pengumpulan data melalui proses pencatatan secara cermat dan sistematis terhadap obyek yang diamati secara langsung. Dalam metode ini pihak pengamat melakukan pengamatan dan pengukuran dengan teliti terhadap obyek yang diamati, bagaimanakah keadaannya, kemudian dicatat secara cermat dan sistematis peristiwa-peristiwa yang diamati, sehingga data yang telah diperoleh tidak luput dari pengamatan. b. Wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan bertanya langsung. Dalam wawancara ini terjadi interaksi komunikasi antara pihak peneliti selaku penanya dan responden selaku pihak yang diharapkan memberikan jawaban. c. Kuisioner merupakan suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara menyebarkan daftar pertanyaan kepada responden yang telah disusun secara sistematis dan sesuai dengan rencana jawaban yang diperlukan. 3.2. Model Analisis Data 1. Biaya Produksi Biaya Produksi dapat dihitung dengan rumus : ( Suharno 2007, h. 100) TC = FC + VC…………………………………………………………1

28

Dimana : TC = Biaya Total ( total cost) FC = Biaya Tetap (fexed cost) VC = Biaya Variabel (variable cost) 2. Penerimaan Usaha Penerimaan Usaha dapat dihitung dengan rumus : ( Irawati 2006, h. 120) TR = Y. PY……………………………………………………………2 Dimana : TR = Total Penerimaan (total revinue) Y = Produksi yang di peroleh (ton) PY = Harga Jual (Rp) 3. Pendapatan Usaha dapat dihitung dengan rumus : ( Soekartiwi, 2002. h. 123) Pd = TR-TC…………………………………………………………3 Dimana : Pd = Pendapatan Usaha TR = Total Penerimaan (Total revuneu) Tc = Total biaya ( total cost)

3.3. Definisi Operasional Variabel Dalam penelitian ini di definisi operasional variabel dalam análisis ini sebagai berikut : a. Penerimaan Usaha adalah jumlah produksi usaha penggilingan padi menetap dikalikan harga jual yang diterima oleh petani

29

b. Pendapatan bersih adalah penerimaan yang diperoleh dari usaha penggilingan padi menetap dikurangi seluruh biaya produksi yang dikeluarkan untuk usaha. c. Kelayakan Usaha adalah ukuran suatu usaha dapat dihasilkan keuntungan yang proposional dengan membandingkan jumlah penerimaan dengan seluruh biaya produksi dalam pengelolaan.

3.4.

Pengujian Hipotesis Untuk menguji Hipotesis yang telah diturunkan, maka digunakan beberapa

analisis usaha sebagai berikut : B/C ratio (Benefit Cost Ratio), dengan menggunakan, sebagai berikut: (Sutrisno 2008, h. 125) : Py. y BC =

a.

………………………………………………4

TC Apabila B/C ratio > 1, maka usaha penggilingan padi menetap tersebut layak dilaksanakan dan menguntungkan.

b. Apabila B/C ratio < 1, maka usaha penggilingan padi menetap tersebut tidak layak dilaksanakan Kriteria uji hipotesa yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah : Pendapatan usaha dikatakan tinggi apabila pendapatan usaha penggilingan padi menetap perhari lebih tinggi dari biaya produksi.

30

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Tingkat Pendidikan Pemilik Usaha Penggilingan Padi Menetap di Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat. Pendidikan

merupakan

salah

satu

faktor

penting

yang

dapat

mempengaruhi pola pikir dari usaha yang dilakukan dalam mengelola usahanya. Tingkat pendidikan akan sangat mempengaruhi pada kemampuan suatu usaha untuk memajukan usahanya dalam menerapkan informasi baru dalam bidang pengelolaan usaha, dan dalam mengambil keputusan serta dalam memecahkan masalah

yang

dihadapi

mengingat

semakin

kuatnya

persaingan usaha

penggilingan padi yang ada di Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat. Secara rinci tingkat pendidikan dapat dilihat ditabel dibawah ini : Tabel 5 Pendidikan Pemilik Usaha Penggilingan Padi Menetap di Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh BaratTahun 2013 No Tingkat Pendidikan Jumlah Pemilik Usaha Persentase (jiwa) 1 Tamat SD 2 2% 2 Tamat SLTP 4 4% 3 Tamat SLTA 6 6% Jumlah 12 Sumber : Sumber : Usaha Penggilingan Padi Menetap di Kecamatan Kaway XVI (2013)

Berdasarkan tabel 5 diatas dapat kita lihat bahwa tingkat pendidikan formal yang ditempuh oleh responden usaha Penggilingan padi menetap di Kecamatan Kaway XVI mulai dari tingkat SD sampai dengan tingkat SLTA. 2 orang pemilik usaha yang tamat SD, 4 orang pemilik usaha tamatan SLTP, dan 6 orang tamatan SLTA. dan keseluruhan ada 12 pemilik usaha penggilingan padi menetap di Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat.

31

4.1.2. Tanggungan Keluarga Usaha Penggilingan Padi Menetap di Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat Jumlah tanggungan keluarga secara langsung akan akan menjadikan petani lebih giat dalam berusaha tani disamping juga akan menambah tenaga kerja keluarga, tanggungan keluarga pemilik usaha terdiri dari istri, anak dan keluarga lainnya. Untuk lebih jelas dapat dilihat tabel dibawah ini : Tabel 6 Tanggungan Keluarga Pemilik Usaha Penggilingan Padi Menetap di Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh BaratTahun 2013 No Tanggungan Jumlah Petani (jiwa) Persentase Keluarga 1 2 2 2% 2 3 4 4% 3 4 6 6% Jumlah 12 Sumber : Sumber : Usaha Penggilingan Padi Menetap di Kecamatan Kaway XVI (2013)

Berdasarkan tabel 6 diatas menunjukkan bahwa jumlah responden yang memiliki tanggungan keluarga 2 orang adalah sebanyak 2 orang, dan yang memilki tanggungan 3 orang adalah sebanyak 4 orang dan tanggungan sebanyak 4 orang sebanyak 6 orang. Jumlah tanggungan keluarga juga merupakan salah satu faktor penting yang dapat mempengaruhi cara petani dalam mengelola usahanya. Semakin besar tanggungan keluarganya bearti semakin besar beban yang harus ditanggung untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya.

4.2. Produksi Penggilingan padi Menetap Praktik penggilingan padi ikut menentukan jumlah ketersediaan pangan (beras), mutu pangan atau beras yang dikonsumsikan masyarakat, tingkat harga, pendapatan petani dan tingkat harga konsumen serta turut menentukan ketersediaan lapangan kerja diperdesaan, selain itu juga menjadi industrilisasi

32

pertanian di perdesaan. Penggilingan padi dihimpun dalam satu wadah agar dapat berperan secara utuh dalam meningkatkan produksi beras daerah maupun nasional. Penggilingan padi ini memudahkan dalam memajukan koordinasi dan pembinaan kombinasi dengan pemerintah. Kegiatan usaha kilang padi menetap yang ada di Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat, menggiling padi, memproduksi beras, memasarkan beras dan melakukan kerjasama dengan beberapa kilang padi di Kabupaten Aceh Barat, Nagan Raya, dan Blang pidie, serta dengan petani yang disekitar tempat usaha tersebut. Untuk pembelian 1 gunca biaya yang dikeluarkan oleh pemilik usaha penggilingan padi menetap Kecamatan di Kaway XVI sebesar Rp. 700.000 pergunca atau sekitar Rp. 4000 perkilo. Produksi penggilingan padi menetap di Kecamatan Kaway XVI dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Tabel 6 Hasil Produksi Penggilingan Padi Menetap di Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat Nama Usaha Harga Banyak Total Banyaknya Padi/Gunca Produksi/Hari produksi/Bulan Beras/Hari Kp. Madu 700.000 26 gunca 728 gunca 234 sak Kp. Sahabat 700.000 26 gunca 728 gunca 234 sak Kp. Naninda 700.000 30 gunca 840 gunca 270 sak Kp. Muna 700.000 24 gunca 672 gunca 216 sak Kp. Syafi’i Jamal 700.000 24gunca 672 gunca 216 sak Permai 700.000 24 gunca 672 gunca 216 sak Juprizal 700.000 20 gunca 560 gunca 180 sak Kp. Sahim 700.000 20 gunca 560 gunca 180 sak Usaha tani 700.000 20 gunca 560 gunca 180 sak Fauzan 700.000 16gunca 448 gunca 144 sak Kp. Rimo Tani 700.000 16 gunca 448 gunca 144 sak Kp. T. Hamdani 700.000 16 gunca 448 gunca 144 sak

Sumber Data : Usaha Penggilingan Padi Menetap di Kecamatan Kaway XVI, (2013)

Berdasarkan tabel diatas penggilingan padi Madu dan penggilingan padi Sahabat memperoleh produksi padi 26 gunca perhari dan perbulan memperoleh padi sebanyak 728 gunca, dan beras yang diperoleh 234 sak perhari, dan pada

33

pengggilingan padi menetap di Kp. Naninda, adalah produksi penggilingan padi tertinggi dari usaha penggilingan padi lainnya, yaitu sebesar 30 gunca perhari dan 840 gunca perbulan dengan banyaknya beras diperoleh 270 sak perhari, dan pada Kp. Muna, Kp. Syafi’i Jamal dan Kp. Permai produksi penggilingan padi sebesar 24 gunca perhari dan 672 gunca perbulan dan beras yang diperoleh sebanyak 216 sak perhari. dan produksi sebesar 20 gunca perhari dan 560 gunca perbulan dengan beras yang diperoleh sebanyak 180 sak perhari diperoleh oleh penggilingan padi menetap yaitu pada Kp.Juprizal, Kp. Sahim, Usaha tani, dan penggilingan padi Kp. Fauzan, Kp. Rimo Tani, Kp. T. Hamdani menghasilkan produksi padi sebesar 16 gunca perhari dan 448 gunca perbulan dengan beras yang didapatkan sebanyak 144 sak perhari. Hal-hal yang menyebabkan Tinggi rendahnya produksi padi yang diperoleh oleh setiap tempat penggilingan padi menetap ini disebabkan oleh keterbatasan bahan baku yang diperoleh oleh tempat penggilingan padi tersebut yang mengakibatkan berbedanya produksi penggilingan padi menetap yang ada di Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat. penjelasan diatas kita dapat

melihat bermacam-macam hasil produksi

padi yang didapatkan oleh penggilingan padi menetap di Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat mulai dari 16 gunca sampai 30 gunca perhari.

4.3. Biaya Yang di Keluarkan oleh Usaha Penggilingan Padi Menetap di Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat. Didalam usaha penggilangan padi menetap diperlukan biaya yang dikeluarkan demi berjalannya usaha tersebut berupa biaya langsung terdiri dari

34

semua bahan yang membentuk bagian dari barang jadi seperti padi sebagai bahan baku pembuatan beras, gaji tenaga kerja, biaya minyak, dan biaya transfortasi. Tabel 7 Biaya yang di Keluarkan Utuk Produksi Penggilingan Padi Menetap di Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat No Nama Minyak Gaji Karyawan Biaya Jumlah Penggilingan Transportasi 1 Kp. Madu 400.000 3 orang/2.000.000 3.000.000 9.400.000 2 Kp. Sahabat 400.000 3 orang/2.000.000 3.000.000 9.400.000 3 Kp. Naninda 420.000 3 orang/2.000.000 3.200.000 9.620.000 4 Kp. Muna 370.000 3 orang/2.000.000 2.800.000 9.170.000 5 Kp. Syafi’I Jamal 370.000 3 orang/2.000.000 2.800.000 9.170.000 6 Permai 370.000 3 orang/2.000.000 2.800.000 9.170.000 7 Juprizal 320.000 3 orang/2.000.000 2.200.000 8.520.000 8 Kp. Sahim 320.000 3 orang/2.000.000 2.200.000 8.520.000 9 Usaha tani 320.000 3 orang/2.000.000 2.200.000 8.520.000 10 Fauzan 300.000 2 orang/2.000.000 2.000.000 6.300.000 11 Kp. Rimo Tani 300.000 2 orang/2.000.000 2.000.000 6.300.000 12 Kp. T. Hamdani 300.000 2 orang/2.000.000 2.000.000 6.300.000 Sumber Data : Usaha Penggilingan Padi Menetap di Kecamatan Kaway XVI, (2013)

Berdasarkan tabel 7 diatas dapat kita lihat biaya pengeluaran yang dikeluarkam oleh usaha penggilingan padi menetap yang ada di Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat, pada Kp. Madu dan Sahabat mengeluarkan biaya untuk membeli minyak sebesar Rp. 400.000 karyawan sebanyak 3 orang dengan gaji masing-masing 2 juta rupiah, dan biaya transpotasi sebesar Rp. 3.000.000, dengan keseluruhan biaya yang dikeluarkan sebesar Rp. 9.400.000, dan pada Kp. Nadinda mengeluarkan biaya untuk membeli minyak sebesar Rp. 420.000 karyawan sebanyak 3 orang dengan gaji masing-masing 2 juta rupiah, dan biaya transpotasi sebesar Rp. 3.200.000, dengan keseluruhan biaya yang dikeluarkan sebesar Rp. 9.620.000, dan pada Kp. Muna, Kp. Syafi’I Jamal dan Kp. Permai biaya yang dikeluarkan untuk membeli minyak sebesar Rp. 370.000 dan gaji karyawan sebesar Rp. 2.000.000 sebanyak 3 orang karyawan, dan biaya traspotasi yang dikeluarkan sebesar Rp. 2.800.000 dengan keseluruhan

35

pengeluaran sebesar Rp. 9.170.000. dan pada Kp. Juprizal, Kp. Sahim dan Kp. Usaha Tani biaya yang dikeluarkan untuk membeli minyak sebesar Rp. 320.000 dan gaji karyawan sebesar Rp. 2.000.000 sebanyak 3 orang karyawan, dan biaya traspotasi yang dikeluarkan sebesar Rp. 2.200.000 dengan keseluruhan pengeluaran sebesar Rp. 8.5200.000. pada Kp. Fauzan, Kp Rimotani, dan Kp. T. Hamdani mengeluarkan biaya untuk membeli minyak sebesar

Rp. 300.000

karyawan sebanyak 2 orang dengan gaji masing-masing 2 juta rupiah, dan biaya transpotasi sebesar Rp. 2.000.000, dengan keseluruhan biaya yang dikeluarkan sebesar Rp. 6.300.000.

4.4. Pendapatan Usaha Pendapatan Usaha penggilingan padi menetap di Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat sangat bervariasi, tempat penggilingan padi menetap yang ada di Kecamatan Kaway XVI yang bekerja sama dengan daerah lain pendapatannya lebih tinggi. Besar kecilnya pendapatan yang diperoleh seseorang turut menentukan besar kecilnya usaha yang dimiliki, Berikut ini merupakan Pendapatan usaha penggilingan padi menetap di Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat yang diperoleh berdasarkan hasil pengurangan jumlah modal yang dikeluarkan, upah untuk tenaga kerja yang dikeluarkan, biaya minyak yang dikeluarkan serta biaya transportasi selama perhitungan satu bulan.

36

Tabel 8 Jumlah Pendapatan Usaha Penggilingan Padi Menetap di Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat No Nama Penggilingan Pendapatan Kotor Pendapatan Bersih 1 Kp. Madu 65.520.000 5.160.000 2 Kp. Sahabat 65.520.000 5.160.000 3 Kp. Naninda 75.600.000 7.180.000 4 Kp. Muna 60.480.000 4.270.000 5 Kp. Syafi’I Jamal 60.480.000 4.270.000 6 Permai 60.480.000 4.270.000 7 Juprizal 50.400.000 2.680.000 8 Kp. Sahim 50.400.000 2.680.000 9 Usaha tani 50.400.000 2.680.000 10 Fauzan 40.320.000 2.660.000 11 Kp. Rimo Tani 40.320.000 2.660.000 12 Kp. T. Hamdani 40.320.000 2.660.000 Sumber Data : Usaha Penggilingan Padi Menetap di Kecamatan Kaway XVI, (2013)

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat pendapatan usaha penggilingan padi menetap yang ada di Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat. Penggilingan padi Kp. Madu dan Sahabat dalam satu hari bisa melakukan penggilingan padi sebesar 26 gunca perhari jika dikalikan satu bulan bearti dikalikan 28 hari karena tidak setiap hari penggilingan padi yang ada di Kecamatan Kaway XVI melakukan penggilingan, berarti 26 gunca dikali 28 hari penggilingan padi pada Kp. Madu dan Kp. Sahabat sebesar 728 gunca perbulan dengan hasil pengeluaran beras sebesar 9 sak ukuran 15 kg pergunca dan harga jual yang dipasarkan Rp. 100.000 persaknya. Jika dikalikan 26 gunca maka hasil yang didapatkan adalah 234 sak perhari, maka pendapatan yang didapatkan sebesar Rp. 22.230.000 x 28 hari sama dengan Rp. 65.520.000 pendapatan kotor dan pendapatan bersih berarti Rp. 65.520.000 – biaya pengeluaran sebesar Rp. 9.400.000 dan biaya pembelian bahan baku (padi) sebesar Rp. 50.960.000 perbulan maka pendapatan bersih yaitu sebesar Rp. 5.160.000 perbulan.

37

Kp. Nadinda dalam satu hari bisa melakukan penggilingan padi sebesar 30 gunca perhari jika dikalikan satu bulan rata-rata dikali 28 hari karena tidak setiap hari penggilingan padi yang ada di Kecamatan Kaway XVI melakukan penggilingan, bearti 30 gunca dikali 28 hari penggilingan padi pada Kp. Nadinda sebesar 840 gunca perbulan dengan hasil pengeluaran beras sebesar 9 sak ukuran 15 kg pergunca dan harga jual yang dipasarkan Rp. 100.000 persaknya. Jika dikalikan 30 gunca maka hasil yang didapatkan adalah 270 sak perhari, maka pendapatan yang didapatkan sebesar Rp. 27.000.000 x 28 hari samadengan Rp. 75.600.000 pendapatan kotor dan pendapatan bersih bearti Rp. 75.600.000 – biaya pengeluaran sebesar Rp. 9.620.000 dan biaya pembelian bahan baku (padi) sebesar Rp. 58.800.000 perbulan maka pendapatan bersih yaitu sebesar Rp. 7.180.000 perbulan. Kp. Muna, Kp. Syafi’i Jamal dan Kp. Permai dalam satu hari bisa melakukan penggilingan padi sebesar 24 gunca perhari jika dikalikan satu bulan rata-rata dikali 28 hari karena tidak setiap hari penggilingan padi yang ada di Kecamatan Kaway XVI melakukan penggilingan, berarti 24 gunca dikali 28 hari penggilingan padi pada Kp. Muna, Kp. Syafi’i Jamal dan Kp. Permai sebesar 672 gunca perbulan dengan hasil pengeluaran beras sebesar 9 sak ukuran 15 kg pergunca dan harga jual yang dipasarkan Rp. 100.000 persaknya. Jika dikalikan 24 gunca maka hasil yang didapatkan adalah 216 sak perhari, maka pendapatan yang didapatkan sebesar Rp. 21.600.000 x 28 hari sama dengan Rp. 60.480.000 pendapatan kotor dan pendapatan bersih pengeluaran sebesar Rp. 9.170.000

bearti Rp. 75.600.000 – biaya

dan biaya pembelian bahan baku (padi)

38

sebesar Rp. 47.040.000 perbulan maka pendapatan bersih yaitu sebesar Rp. 4.270.000 perbulan. Kp. Juprizal, Kp. Sahim dan Kp. Usaha Tani dalam satu hari bisa melakukan penggilingan padi sebesar 20 gunca perhari jika dikalikan satu bulan rata-rata dikali 28 hari karena tidak setiap hari penggilingan padi yang ada di Kecamatan Kaway XVI melakukan penggilingan, berarti 20 gunca dikali 28 hari penggilingan padi pada Kp. Muna, Kp. Syafi’i Jamal dan Kp. Permai sebesar 560 gunca perbulan dengan hasil pengeluaran beras sebesar 9 sak ukuran 15 kg pergunca dan harga jual yang dipasarkan Rp. 100.000 persaknya. Jika dikalikan 20 gunca maka hasil yang didapatkan adalah 180 sak perhari, maka pendapatan yang didapatkan sebesar Rp. 18.000.000 x 28 hari sama dengan Rp. 50.400.000 pendapatan kotor dan pendapatan bersih pengeluaran sebesar Rp. 8.520.000

berarti Rp. 50.400.000 – biaya

dan biaya pembelian bahan baku (padi)

sebesar Rp. 39.200.000 perbulan maka pendapatan bersih yaitu sebesar Rp. 2.680.000 perbulan. Kp. Fauzan, Kp Rimotani, dan Kp. T. Hamdani dalam satu hari bisa melakukan penggilingan padi sebesar 16 gunca perhari jika dikalikan satu bulan rata-rata dikali 28 hari karena tidak setiap hari penggilingan padi yang ada di Kecamatan Kaway XVI melakukan penggilingan, berarti 16 gunca dikali 28 hari penggilingan padi pada Kp. Muna, Kp. Syafi’i Jamal dan Kp. Permai sebesar 448 gunca perbulan dengan hasil pengeluaran beras sebesar 9 sak ukuran 15 kg pergunca dan harga jual yang dipasarkan Rp. 100.000 persaknya. Jika dikalikan 16 gunca maka hasil yang didapatkan adalah 180 sak perhari, maka pendapatan yang didapatkan sebesar Rp. 14.400.000 x 28 hari sama dengan Rp. 40.320.000

39

pendapatan kotor dan pendapatan bersih pengeluaran sebesar Rp. 40.320.000

berarti Rp. 50.400.000 – biaya

dan biaya pembelian bahan baku (padi)

sebesar Rp. 31.360.000 perbulan maka pendapatan bersih yaitu sebesar Rp. 2.660.000 perbulan.

V. KESIMPULAN

5.1. Simpulan Berdasarkan dari hasil penelitian dan pembahasan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dan disimpulkan secara komprehensif bahwa pendapatan usaha penggilingan padi menetap pada tahun 2013 produksi penggilingan padi menetap di Kecamatan Kawai XVI Kabupaten Aceh Barat yang diperoleh sangat bervariasi produksi yang dihasilkan berkisar 16-30 gunca perhari dan 448-788 gunca perbulan.

2.

Pendapatan Usaha yang diperoleh oleh usaha penggilingan padi menetap di Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh barat juga bervariasi, dengan pendapatan bersih rata-rata sekitar Rp. 2.660.000- Rp. 7.180.000 perbulan.

3.

produksi yang diperoleh

oleh usaha penggilingan padi menetap di

Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat ada yang memperoleh produksi tinggi, dan ada yang memperoleh produksi rendah walaupun dengan harga jual beras sama Rp. 100.000. persak. 4.

Biaya pengeluaran yang dikeluarkan untuk membeli bahan baku dan biaya gaji karyawan, biaya minyak dan biaya transportasi sebesar Rp.37.660.000 – Rp. 68.420.000 perbulan.

41

5.2. Saran Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan maka penulis menyarankan : 1.

diharapkan kepada pemilik usaha dalam melakukan proses produksinya betulbetul memperhatikan keluhan masyarakat yang menjual hasil panennya kepada pemilik usaha, dengan demikian akan bertambah produksi sehingga pendapatan usahapun bertambah.

2.

Apa yang dicapai saat ini agar kiranya dipertahankan oleh usaha penggilingan di Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat dan terus meningkatkan pelayanan dimasa yang akan datang.

3.

Kepada pemerintah daerah khusus pemerintah Aceh Barat melalui Dinas perindustrian dan pertanian agar lebih memperhatikan jenis usaha ini, dengan memberikan pinjaman modal usaha, mengingat semakin banyaknya petani yang menjual hasil panennya kepada pemilik usaha sehingga dengan demikian usaha penggilingan padi menetap dapat dikembang lebih baik lagi dan pada akhirnya juga akan meningkatkan taraf hidup para memilik usaha penggilingan padi menetap di Kecamatan Kaway XVI Kabupaten Aceh Barat.

DAFTAR PUSTAKA

BPS. 2012. Aceh Dalam Angka. Kabupaten Aceh Barat. Meulaboh. Daniel, M. 2002. Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta: PT Buni Aksara. Feryanto, Agung. 2008. Mengenal Badan Usaha Di Indonesia. Cempaka Putih. Jakarta. Noor, Faizal Hendry. 2007. Ekonomi Manajerial. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Simammora, Henry. 2000. Akuntansi Basis Pengambilan Keputusan Bisnis. Selemba Empat: Jakarta. Irawati Susan, 2006. Manajemen Keuangan. PT. Gramedia. Jakarta. Mankiw, N. Gregory. 2006. Pengantar Ekonomi Makro. Edisi ketiga. Selemba Empat. Jakarta. Moehar, Daniel. 2004. Pengantar Ekonomi Pertanian. Cetakan Keempat. Bumi Aksara. Jakarta. Mubyarto. 2002. Pengantar Ekonomi Pertanian edisi III. Jakarta: LP3S. Nurba, Diswandi. Et. al. 2010. Pedoman Penulisan Skripsi dan Tugas Akhir. Universitas Teuku Umar. Meulaboh. Nasution, Mustafa Edwin. Et al. 2006. Pengenalan Eklusif Ekonomi. Kencana Prenada Group. Jakarta. Partiwiri. 2006. Ekonomi Pertanian. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Rosyidi, Suherman. 2003. Pengantar teori ekonomi : Pendekatan kepada teori ekonomi mikro dan makro. PT. Raja Grafindo Perkasa. jakarta. Soekartiwi, 2003. Teori Ekonomi Produksi. Rajawali. Jakarta. Sukirno, Sadono. 2006. Mikroekonomi : Teori Pengantar, Edisi Ketiga Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. __________ 2008. Teori Pengantar Ekonomi Makro. Edisi ketiga. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

43

Syahyunan. 2003. Analisis Modal Kerja Dan Modal Tetap. Edisi Ketiga. Cetakan Pertama. Gajah Mada Press. Yokyakarta. Sugiarto.et.al.2000.Ekonomi Mikro. PT. Gramedia Pustaka utama.jakarta. __________ 2007. Ekonomi Mikro. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Sumarsono, Sonny. 2003. Ekonomi Manajemen Sumber daya Manusia dan Ketenagakerjaan. Graha Ilmu. Jakarta. Suharno, 2007. Teori Mikro Ekonomi. Percetakan Andi Offset. Jogyakarta. Theodorus. Tuanokotta. 2000. Teori Akuntansi. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta.