ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI CABAI DI LAHAN PANTAI

Download 14 Okt 2009 ... mempengaruhi pendapatan petani. Biaya dalam usahatani merupakan jumlah komponen biaya tetap(fixed cost) dan biaya variable(...

0 downloads 425 Views 88KB Size
Seminar Nasional PENINGKATAN DAYA SAING AGRIBISNIS BERORIENTASI KESEJAHTERAAN PETANI Bogor, 14 Oktober 2009

Analisis Kelayakan Usahatani Cabai di Lahan Pantai (Studi Kasus di Pantai Pandan Simo, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta) oleh

Triwara Buddhi Satyarini

PUSAT ANALISIS SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN DEPARTEMEN PERTANIAN 2009

ANALISIS USAHATANI CABAI DI LAHAN PANTAI (Studi Kasus di Pantai Pandan Simo, Bantul, DIY) Analysis of Chilli Planting on Coastal Land (the Case study in Pandan Simo,Bantul, DIY) Triwara Buddhi Satyarini, Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian UMY

ABSTRACT This research purpose was to know the thecnical description of plants conducting, the cost, prosperity and to know feasibility chilli planting on sand land that in Poncosari village Srandakan Bantul regency. The primary and secondary Data were used in this research. Result of chilli planting analysis can explained that income Rp. 15.040.132 and profit Rp.14.169.139, per hectare.The value of Capital Productivity is 3,665so higher than banking interest, and the Labour Productivity is Rp. 161.345 so higher than Minimum Province Wage or Minimum Regional Wage. The analysis of feasibility conclusion that the break event point of price Rp. 2135 ,break event point of production volume 608 kg and value of R-C ratio is 3.96. Based on that result can conclude if chilli planting on coastal land was feasible. Key words : chilli, productivity,feasibility, R/C

PENDAHULUAN Seiring bertambahnya jumlah penduduk, kebutuhan akan hasil pertanian khususnya tanaman pangan semakin meningkat, hal ini juga dibarengi dengan berkurangnya lahan pertanian akibat terjadinya alih fungsi lahan. Kondisi demikian menyebabkan diversifikasi lahan semakin diperlukan, sehingga lahan marjinal yang semula tidak biasa untuk usaha pertanian akhirnya menjadi alternatif yang banyak dilakukan, seperti usahatani di lahan pantai. Lahan pantai pada dekade yang lalu belum dimanfaatkan sebagai lahan pertanian, mengingat sifat lahan yang sebagian besar terdiri dari pasir, sistem irigasi belum ada, selalu bersentuhan dengan udara laut yang mengandung garam, berangin cukup besar, tidak cocok untuk usaha di bidang pertanian terutama tanaman pangan. Seperti kita ketahui bersama bahwa usahatani, terutama untuk tanaman pangan, membutuhkan air yang cukup. Namun pada dekade akhir ini lahan pantai sudah mulai dimanfaatkan sebagai lahan pertanian tanaman pangan. Pada awalnya pemanfaatan lahan pantai sebagai lahan pertanian tanaman pangan masih sebatas penelitian oleh beberapa perguruan tinggi saja, tetapi sekarang sudah benarbenar dimanfaatkan dalam skala usahatani bahkan sudah melibatkan perusahaan1

perusahaan pendamping dalam pengembangannya. Untuk kelanjutannya, intensifikasi dan diversifikasi produknya terus dikembangkan sampai sekarang. Namun demikian konsep pertanian ramah lingkungan tetap harus diperhatikan demi kelestarian lingkungan dan kesejahteraan masyarakat, sehingga usahatani/pertanian organik juga perlu dikembangkan di lahan-lahan marjinal termasuk lahan pantai. Di daerah pantai Pandansimo, kecamatan Srandakan, Bantul,terdapat usahatani yang sifatnya terpadu antara tanaman pangan, hortikultura, tanaman industri, ternak dan perikanan. Tanaman pangan terdiri dari tanaman bahan makanan pokok seperti padi dan hortikultura seperti cabai ataupun bawang merah, tanaman industri yang ada berupa tanaman jarak. Sedangkan untuk ternak, di daerah tersebut saat ini dikembangkan usaha pengadaan bibit sapi potong dengan sistem kandang kelompok. Berdasarkan uraian di atas, dalam penelitian ini akan dicari informasi mengenai usahatani cabai yang diusahakan oleh masyarakat setempat, besarnya biaya dan keuntungan usahatani di daerah setempat, kendala-kendala apa yang dihadapi masyarakat dalam berusahatani di lahan pantai, serta seberapa besar manfaat terbentuknya kelompok tani terhadap pengembangan usahatani cabai di lahan pantai. Selain itu juga akan dianalisis besarnya produktivitas lahan, tenaga kerja dan produktivitas modalnya serta upaya yang dilakukan masyarakat petani untuk mengoptimalkan daya guna lahan pantai sehubungan dengan kondisi alamnya. Agribisnis merupakan suatu cara lain untuk melihat pertanian sebagai suatu sistem bisnis yang terdiri dari beberapa subsistem yang terkait satu sama lain. Dalam agribisnis dikenal konsep agribisnis sebagai suatu sistem dan agribisnis sebagai suatu usaha (perusahaan). Beberapa azas yang perlu diterapkan dalam pengembangan agribisnis, antara lain adalah: terpusat (centrality), efisien (efficiency), menyeluruh dan terpadu (holistic and integrated), dan kelestarian lingkungan (sustainability ecosystem). Menurut Technical Advisory Committee of the CGIAR (TAC/CGIAR 1988) dalam Coen Reijntjes (1999), pertanian berkelanjutan adalah pengelolaan sumber daya yang berhasil untuk usaha pertanian guna membantu kebutuhan manusia yang berubah sekaligus mempertahankan atau meningkatkan kualitas lingkungan dan melestarikan sumber daya alam. Usaha Tani di Lahan Pantai Usaha tani adalah suatu kegiatan dalam pertanian yang mengorganisir berbagai macam faktor produksi yang tersedia guna mendatangkan pendapatan yang sebesarbesarnya dan kontinyu bagi petani beserta keluarganya (Thamrin et al 2002). Usaha tani yang ada di negara berkembang yang khususnya Indonesia terdapat dua corak dalam pengelolaannya yaitu usaha tani subsistem dan usaha tani komersial. Salah satu cara yang memodernisasikan usaha tani yang bersifat subsisten adalah dengan

2

merubah melalui usaha tani komersial. Usaha tani komersil di cirikan adanya suatu usaha tani untuk mencari laba atau profit yang sebesar-besarnya.(Mosher 1991) Kegiatan usahatani di lahan pantai yang pada awalnya merupakan upaya mengatasi kebutuhan lahan pertanian yang kian menyempit, ternyata menjadi alternatif yang layak dikembangkan. Tentu saja perlu perlakuan yang berbeda dibandingkan dengan usahatani di lahan pertanian pada umumnya, mengingat sifat-sifat lahan pantai yang mempunyai kendala alam yang lebih beragam. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode deskriptif, yaitu suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu pemikiran atau suatu peristiwa pada masa sekarang dengan tujuan menggambarkan atau melukiskan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena-fenomena yang diselidiki (Nazir, 2003). Teknik pelaksanaan penelitian ini dilakukan dengan metode survey lapangan yaitu metode dengan mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan kuisioner sebagai alat bantu pengumpulan data yang pokok (Singarimbun, 1995). Daerah yang menjadi objek penelitian diambil secara sengaja (purposive sampling) yaitu di Kecamatan Srandakan Kabupaten Bantul. Alasan mengambil sampel di daerah tersebut adalah karena Kecamatan Srandakan memiliki lahan pantai yang sudah dipergunakan untuk usahatani terpadu dan sudah ada perusahaan yang selama ini bermitra dengan petani setempat dalam pengembangan usahatani di lahan pantai. Dari observasi awal yang dilakukan di Kecamatan Srandakan diketahui bahwa jumlah anggota kelompok tani yang mengelola usahatani di lahan pantai Pandan Simo yang melaksanakan usahatani tanaman pangan/hortikultura di lahan pantai dan bergabung dalam pemeliharaan ternak dengan sistem kandang kelompok hanya ada di desa Poncosari. Semua anggota kelompok yang mengusahakan cabai digunakan sebagai responden dan data yang dianalisis adalah data semusim terakhir. Biaya usahatani adalah merupakan nilai penggunaan faktor-faktor produksi, yang besarnya mempengaruhi pendapatan petani. Biaya dalam usahatani merupakan jumlah komponen biaya tetap(fixed cost) dan biaya variable(variable cost). Biaya produksi bisa juga dikelompokkan menjadi biaya eksplisit dan implisit (Gilarso.1993). Biaya implisit ialah biaya yang tidak secara nyata dikeluarkan oleh petani selama proses produksi, misalnya biaya tenagakerja dalam keluarga. Sedang biaya eksplisit ialah biaya yang secara nyata dikeluarkan oleh petani selama proses produksi, misalnya biaya pengadaan sarana produksi. Rumus biaya total (Soekartawi,2002) dipergunakan dalam penelitian adalah: TC = TFC + TVC

3

Keterangan: TC : Total cost (biaya total) TFC : Total fixed cost(biaya tetap) TVC : Total variable cost(biaya variabel) Biaya alat-alat dapat dihitung berdasarkan biaya penyusutan dengan menggunakan metode garis lurus dengan rumus : NB – NS D = ----------------A Keterangan : D : depreciation cost (biaya penyusutan) A : umur ekonomis NB : nilai beli NS : nilai sisa Menurut Soekartawi,dkk(2002), secara garis besar pendapatan adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya.Untuk pendapatan bersih dapat dihitung berdasarkan: NR = TR – TC Keterangan : NR : Net revenue (pendapatan bersih) TR : Total revenue (penerimaan total) TC : Total cost (biaya total) Penerimaan total merupakan nilai penjualan output total, yaltu merupakan hasil kali output dengan harga output per unit. Kelayakan usahatani dapat diukur dengan melihat produktivitasnya. Produktivitas yang seringkali menjadi tolok ukur suatu kelayakan usahatani adalah produktivitas lahan, tenaga kerja dan modal. Dalam penelitian ini kelayakan hanya akan diukur berdasarkan produktivitas tenaga kerja dan produktivitas modal, karena untuk produktivitas lahan sulit untuk diukur mengingat lahan yang dipakai untuk usahatani adalah lahan pantai yang pada dasarnya tidak terlalu cocok untuk tanaman pangan. Para ahli ekonomi menggunakan pengertian produktivitas output untuk setiap unit input bukannya biaya per unit output(Kartasapoetra,1988). Tujuan pengukuran produktivitas antara lain untuk membandingkan : pertambahan produksi dari waktu ke waktu, pertambahan pendapatan dari waktu ke waktu, pertambahan kesempatan kerja dari waktu ke waktu, jumlah tenaga kerja sendiri dengan orang lain, komponen prestasi utama sendiri dengan komponen yg sama untuk komposisi atau orang lain. Faktor produksi tenaga kerja merupakan faktor penting dan perlu diperhatikan dalam usahatani, secara matematis menurut Arfida(2003) , produktivitas tenagakerja adalah sebagai berikut Penerimaan – TCekspl –TCimpl(kec biaya TKDK) Produktivitas tenaga kerja = ---------------------------------------------------------------Jumlah tenaga kerja dlm keluarga

4

Modal adalah barang atau uang yang bersama-sama digunakan dengan faktor produksi lain serta pengelolaan, menghasilkan barang-barang baru yakni produk pertanian (Mubyarto,1989). Modal berdasarkan sumbernya dapat dikelompokkan menjadi modal sendiri dan modal pinjaman. Suatu modal dikatakan produktif apabila modal tersebut dapat menyumbangkan hasil total sebanyak biaya. Jika produktivitas modal yang digunakan tersebut lebih menguntungkan untuk usaha disbanding bila ditabung maka usaha bias dikatakan layak. Secara matematis menurut Arfida(2003) produktivitas modal adalah sebagai berikut: Penerimaan – TCekspl – TCimpl(kec bunga modal sendiri) Produktivitas modal = ----------------------------------------------------------------------TCekspl Keterangan : TCekspl : biaya total eksplisit TCimpl : biaya total implisit HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Desa Poncosari merupakan daerah yang mempunyai luas Desa 1.186.1220 ha yang terbagi dalam 19 dusun Jenis tanah dan Keadaan Iklim.Jenis tanah yang terdapat di Desa Poncosari adalah lahan pasir. Lahan pasir dicirikan memiliki tekstur pasiran (regosol pantai), sangat sulit menahan air, kandungan bahan organiknya rendah dan tingkat kesuburannya rendah. Dengan demikian lahan ini kurang dapat menyediakan lingkungan tumbuh dengan baik bagi pertumbuhan tanaman. Untuk itu perlu diupayakan agar kesuburan dapat di tingkatkan sehingga produktivitas lahan tersebut menjadi lebih baik.Petani di Desa Poncosari umumnya melakukan usahatani cabai hasil dari informasi ketua kelompok tani. Adapun cara budidaya cabai merah di lahan pasir sebagai berikut: lahan di cangkul sedalam 30-40 cm dan diberi pupuk kandang kemudian didiamkan selama 10 hari lalu di buat bedengan, selanjutnya dicampur dengan media pasir, dan diberi pupuk kimia seperti Ponska dan Urea, dan di siram dengan air dan didiamkan lahan 3-7 hari agar PH tanah netral, selanjutnya tanaman cabai baru bisa ditanam. Pada waktu awal musim cabai, tanah harus tersedia unsur hara yang cukup, maka bedengan –bedengan yang telah disiapkan diberi pupuk kandang yang telah selesai periraiannya. Pupuk tersebut disebarkan di seluruh permukaan bedengan dicampur pada saat pengolahan tanah atau dapat diberikan ditempat yang akan ditanami cabai kemudian pada saat pertumbuhan disusul dengan pupupk buatan seperti NPK dan Urea. Penyiraman pada tanaman cabai dilahan pasir diberikan pada awal tanam 1 hari 1 kali sampai umur 39 hari. Tanaman cabai sudah mengalami berbuah pada umur 40 hari dilakukan 2 kali penyiraman pada waktu pagi dan sore hari. Cara penyiraman yang dilakukan oleah petani menggunakan mesin pompa air. Penyiraman dicampur dengan pupuk susulan seperti NPK Mutiara, KNO dan Urea. Pupuk yang diberikan untuk 5

merangsang pertumbuhan bunga dan buah. Sistem kocoran ini dilakukan pada awal tanam sampai umur 50 hari, sistim ini memberikan manfaat begi petani karena dapat menghemat dari segi waktu dan tenaga kerja. Petani mempunyai strategi dalam pengendalian hama dan penyakit, hama penyebab kerusakan pada daun, buah dan bunga pada tanaman cabai. Penyemprotan dilakukan dengan segera pada saat tanaman terserang penyakit, dilakukan pada pagi hari setelah tanaman disiram. Penyakit yang sering menyerang tanaman cabai di Desa Poncosari diantarany busuk buah dan jamur. Pengendalian dilakukan petani terlebih dahulu yaitu disemprot dengan peptisida seperti sistemik dapat dilakukan 1 minggu 1 kali dan kontak dapat dilakukan 3 hari 1 kali. Apabila hama yang meyerang tanaman tersebut tidak dapat diatasi, petani akan mencabut tanaman yang terserang penyakit agar tidak menyerang atau menular tanaman yang lain. Salah satu cara untuk meningkatkan produksi cabai adalah dengan pemakain benih / bibit yang berkualitas dan unggul. Bibit yang digunakan untuk ditanam berumur antara 17-23 hari atau bibit yang sudah mempunyai 2-4 helai daun. Waktu tanam dilakukan pada pagi hari atau sore hari. Bedengan dibuat lubang tanam terlebih dahulu, kemudian bibit baru ditanam. Jarak yang digunakan 40 × 60 cm. Penggunaan bibit dalam usahatani cabai di lahan pasir sebanyak 3000 bt/ha dengan harga Rp 150/bt. Pupuk yang digunakan terdiri dari pupuk kandang serta pupuk buatan seperti NPK, TS, Ponska, ZA, KCL, dan Urea. Untuk lebih jelasnya rata-rata penggunaan pupuk dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 1. Rata-rata penggunaan pupuk oleh petani cabai per musim tanam di Desa Poncosari Uraian NPK TS Ponska ZA KCL Urea Kandang Foliar (ltr) Total

Jumlah (kg) 48.33 3.33 3,33 40 25.33 50.66 2000 9.8

Harga (Rp) 4500 1550 800 1100 3000 1800 120 26000

Biaya (Rp) 217500 5167 267 44000 76000. 91200 240000 254.800. 598134

Dari Tabel 1 dapat diketahui rata-rata penggunaan pupuk kandang cukup besar yaitu sebanyak 2000 kg per 1 ha. Pupuk kandang digunakan oleh petani sebagai dasar dengan cara mencampurkannya secara merata pada saat pengolahan tanah. Pencampuran pupuk kandang saat pengolahan lahan, dilakukan kurang lebih 2 minggu sebelum tanam maksudnya agar antara pasir dengan pupuk kandang tercampur sempurna. Pupuk kandang diperlukan untuk memperbaiki struktur tanah agar menjadi remah, menambah bahan 6

organik dan unsur hara yang diperlukan tanaman serta meningkatkan kemampuan tanah menahan air. Pupuk anorganik diberikan ke tanaman sebagai pupuk susulan, prmupukan dilakukan 5-7 hari setelah tanam. Pemupukan selanjutnya dilakukan setiap 7-10 hari sekali. Penggunaan biasanya hanya disebarkan di permukaan pasir sehingga banyak pupuk yang hilang atau menguap akibatnya penggunaannya ditambah terus dan akhirnya berlebihan. Pestisida merupakan bahan kimia yang digunakan untuk memberantas hama dan penyakit pada tanaman. Hama yang menyerang tanaman cabai adalah seperti Antrak / antraknosa ( kering buah), Thrips ( keriting daun), bercak daun dan kutu daun. Adapun pestisida yang digunakan anatara lain confidor, akarisida/batoksin, foliar dan agrimex. Rata-rata penggunaan pestisida oleh petani di Desa Poncosari dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 2. Rata-rata penggunaan pestisida oleh petani cabai permusim tanam lahan (1 ha) bulan Maret - September 2007 di Desa Poncosari (ltr) Uraian Confidor Baktosin Agrimex Total

Jumlah (ltr) 9.73 4.86 5.33

Harga (Rp) 37.000 30.000 110.000

Biaya (Rp) 360.133 146.000 586.300 1.092.433

Dari tabel 2 terlihat bahwa rata – rata penggunaan pestisida paling banyak adalah oleh petani adalah confidor yaitu sebanyak 9.73 ltr. Pestisida ini digunakan untuk pencegahan hama penyakit tungau. Rata-rata frekuensi penyemprotan yang dilakukan petani adalah 10 kali. Tenaga kerja sangat dibutuhkan untuk melakukan semua kegiatan usahatani mulai dari pengolahan tanah sampai panen. Untuk mengetahui jumlah tenaga kerja dan biaya yang digunakan dalam usahatani cabai merah dapat dilihat pada tabel 3. Berdasarkan tabel 3 diketahui bahwa usahatani cabai merah tenaga kerja yang paling banyak dibutuhkan adalah penyiraman karena lahan pasir membutuhkan air lebih banyak berhubung sifatnya kurang bisa menahan air. Penyiraman dilakukan satu sampai dua kali dalam sehari yaitu pagi dan sore oleh tenaga kerja dalam keluarga sampai panen ke-4, setelah itu penyiraman dilakukan satu kali sehari sampai panen habis.

7

Tabel 3. Rata-rata penggunaan tenaga kerja usahatani cabai merah di Desa Poncosari (1 ha) tahun 2007 Uraian Pengolahan Tanam Pemeliharaan a. Penyulaman b. Pemupukan c. Penyiraman d.Penyemprotan e. Pemanenan Jumlah

TKDK(HOK) Upah Jumlah (Rp) 4 25000 3 25000 2 25000 2 25000 2 25000 7 25000 3 25000 4 25000 92

Biaya (Rp) 100000 75.000 50.000 50.000 50.000 175.000 75.000 100.000 675.000

Jumlah 15 3 2 2 2 3 3 3 31

TKLK (HOK) Upah Biaya (Rp) (Rp) 25000 375.000 25000 75.000 25000 50.000 25000 50.000 25000 50.000 25000 75.000 25000 75.000 25000 75.000 830.000

Macam peralatan pertanian yang dibutuhkan antar lain cangkul, mesin pompa air, selang, cepor dan peralon. Biaya peralatan yang diperlukan diperhitungan sebagai biaya penyusutan alat .Biaya penyusutan alat pada usahatani cabai merah di lahan pasir dapat dilihat pada tabel 4. Tabel 4. Biaya penyusutan alat pada usahatani cabai merah di lahan pasir Desa Poncosari permusim tahun 2007 per (ha) Jenis alat Mesin Pompa air Peralon Selang Cangkul Cepor Jumlah

Biaya (Rp) 143518 39467 21289 5739 3356 213.368

% 67,26 18,49 9,97 2,68 1,57 100,00

Berdasarkan tabel 4 diketahui bahwa secara keseluruhan biaya penyusutan alat rata-rata yang dimilki 191,563. Biaya alat yang mengalami penyusutan besar adalah terjadi pada mesin pompa air sebesar 67,26 %, karena pompa air adalah alat yang sangat penting bagi usahatani di lahan pantai yang sangat memerlukan penyiraman mengingat sifat tanahnya , sehingga walaupun harganya mahal alat tersebut diprioritaskan untuk diadakan. Sedangkan biaya penyusutan yang paling sedikit adalah cepor. Hal ini disebabkan karena harga beli cepor relatif murah dengan umur pemakaian lama dan tidak mudah rusak sehingga menyebabkan biaya penyusutannyakecil. Demikian juga halnya dengan pralon yang sangat dibutuhkan dalam proses pengairan pada usahatani ini, merupakan peralatan yang biaya penyusutannya cukup tinggi, karena bahan pralon yang dari plastic menyebabkan umur pakainya tidak lama padahal harganya cukup mahal.

8

Biaya usahatani cabai merah meliputi biaya eksplisit dan biaya implisit. Total biaya sarana produksi usahatani cabai merah di lahan pasir Desa Poncosari dapat dilihat pada tabel 5 Tabel 5.

No

Rata-rata biaya eksplisit dan implisit usahatani cabai merah di lahan pasir musim tanam bulan Maret sampai Oktober 2007 di Desa Poncosari Uraian

Macam biaya

Bibit Pupuk Pestisida Tenaga kerja LK (HKO) Tenaga kerja DK (HKO) Bunga modal sendiri Penyusutan Oli Bensin Eksplisit Biaya Implisit Total biaya

Eksplisit Eksplisit Eksplisit Eksplisit Implisit Implisit Eksplisit Lain-lain (eksplisit) Eksplisit

Rp 450.000 598134 1.092.433 830.000 675.000 195.993 213.368 102.333 633.600 3.919.868 870.993 4.790.861

Berdasarkan tabel 5 dapat diketahui biaya eksplisit dan implisit yang dikeluarkan oleh petani pada waktu tanam cabai di lahan pasir. Petani menanam cabai merah di lahan pasir pada bulan Maret- Oktober memerlukan biaya eksplisit yaitu Rp. 3.919.868 sedangkan biaya implisit yang dikeluarkan yaitu Rp.870.993. Biaya eksplisit yang terbesar yaitu pada pengadaan pestisida, hal ini terjadi karena selama budidaya tanaman cabai hama dan penyakit yang menyerang cukup banyak sehingga macam dan jumlah pestisida yang diperlukan menjadi tinggi jumlahnya. Sedangkan biaya yang terendah dalam biaya eksplisit yaitu biaya penyusutan alat, hal ini terjadi karena seperti pada umumnya petani Indonesia, dalam memanfaatkan alat-alat pertanian cukup trampil sehingga peralatan relatif tahan lama. Untuk biaya implisit biaya yang dikeluarkan yaitu cukup besar biaya yang berupa biaya tenaga kerja dalam keluarga karena rata-rata tenaga kerja keluarga meliputi suami istri yang saling bahu membahu melakukan kerja bakti untuk usahatani cabai merah dari penanaman sampai panen. Mengingat biaya yang dikeluarkan untuk usahatani cabai merah sangat besar, sebaiknya petani memperhatikan dalam penggunaan faktor-faktor produksi yang berorientasi pada keuntungan yang diperoleh dapat maksimal. Penggunaan sarana produksi berupa pestisida yang bersifat ramah lingkungan dapat digunakan petani karena akan merberikan lebih banyak manfaat dibandingkan dengan penggunaan pestisida an organik. Manfaat yang diperoleh yaitu menghasilkan produksi yang sehat untuk dikonsumsi dan berkualitas. Hal inilah yang selalu disampaikan pada petani yang 9

merupakan anggota kelompok tani, yang sering mendapat penyuluhan dari pemerintah via instansi yang berkompeten. Penerimaan usahatani merupakan hasil produksi dikalikan dengan harga produk tersebut yang dinyatakan dalam rupiah. Besarnya penerimaan rata-rta untuk usahatani cabai merah di lahan pasir dapat dilihat pada tabel 6. Tabel 6. Besarnya penerimaan rata-rata untuk usahatani cabai merah di lahan pasir tanam bulan Maret – Oktober 2007 di Desa Poncosari Uraian

Per hektar

Produksi (kg) Harga (Rp) Penerimaan (Rp)

2280 8000 18.960.000

Per usahatani 0.93 (ha) 2250 8000 18.000.000

Dalam usahatani cabai pemanenan dikenal dengan istilah petik. Panen cabai merah keriting dapat dipetik hingga beberapa kali, bahkan apabila tanamannya bagus maka bisa sampai 36 kali petik. Pada petik pertama menghasilkan produksi sebanyak 2-4 kg. dan terus meningkat sampai pada saat panen raya. Panen raya terjadi yaitu pada saat petik ke 12 sampai petik 16 produksi bisa mencapai ± 1 kuintal dan selanjutnya produksi akan berkurang pada pemetikan terakhir hingga mencapai 2 kg. Harga jual dari petani sama, hal ini disebabkan karena petani bermitra dengan dengan kelompok tani kemudian kelompok tani menyalurkan hasil produksi ke pedagang besar yang berada di daerah muntilan. Harga jual petani bermitra lebih tinggi karena produknya di jual langsung ke pedang antar provinsi. Untuk petani yang bermitra dengan harga 8000 dari petani bermitra.Besarnya rata-rata pendapatan dan keuntungan petani cabai merah di lahan pasir dapat dilihat pada tabel 7 Tabel 7. Rata-rata pendapatan dan keuntungan pada usahatani cabai merah di Lahan Pasir tanam bulan Maret – Oktober 2007 di Desa Poncosari. Uraian Penerimaan Biaya eksplisit Biaya implicit Produktivitas modal Produktivitas Tenagakeja Pendapatan Keuntungan

Jumlah (Rp) 18.960.000 3.919.868 870.993 3,665 161.349 15.040.132 14.169.139

Berdasarkan tabel 7 bahwa menurut hasil perhitungan pendapatan rata-rata dari usahatani cabai merah di lahan pantai yaitu: sebesar Rp. 14.706.246 per hektar. Sedangkan

10

keuntungan rata-rata dari usahatani cabai merah di lahan pantai yaitu: sebesar Rp. 14.092.913 per hektar. Analisis kelayakan digunakan dalam penelitian ini adalah analisis R-C Ratio dan Break Event Point (BEP). Analisis kelayakan R-C Ratio merupakan perbandingan antara total penerimaan dengan total biaya yang dikeluarkan petani (biaya eksplisit dan biaya implisit). Hasil analisis R-C Ratio usahatani cabai di Desa Poncosari yaitu sebesar 3.89 yang mempunyai arti bahwa setiap Rp 1 biaya yang dikeluarkan akan didapatkan penerimaan sebesar Rp 3.89 Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada usahatani cabai merah dilahan pantai layak diusahakan.Break event point adalah merupakan perencanaan usahatani yang berdasarkan pada hubungan biaya dan penjualan. Hasil analisis break event point dapat dilihat pada tabel 8. Tabel 8. BEP harga dan volume produksi cabai di lahan pasir luas lahan 1 (ha) Desa Poncosari tahun 2007 Uraian Total biaya produksi (Rp) Harga jual (Rp) BEP Volume produksi (kg) Total produksi (kg) BEP harga produksi (Rp)

Jumlah 4.867.087 8.000 608 2.280 2.135

Berdasrkan tabel 8 dapat disimpulkan bahwa pada usahatani cabai merah dilahan pantai layak diusahakan karena harga jual > dari BEP harga dan volume produksinya juga > dari BEP volume produksi. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dari hasil penelitian tentang usahatani terpadu di lahan pantai Desa Poncosari, serta analisis kelayakan usahatani lahan pantai di desa Poncosari, kecamatan Srandakan kabupaten Bantul dapat disimpulkan bahwa : 1. Pendapatan pada usahatani cabai merah di lahan pantai sebesar Rp 14.706.246 per hektar dan keuntungan Rp 14.092.913 per hektar. Pendapatan perusahatani dengan luas lahan 0,93 ha Rp. 13.746.246 sedangkan keuntungannya Rp. 13.132.913 per usahatani. 2. Usahatani di Lahan Pasir tanaman cabai merah diperoleh BEP volume produksi sebesar 608 kg, BEP harga produksi sebesar Rp 2135, sedangkan nalisis R/C diperoleh hasil 3.89. Berdasarkan kedua analisis kelayakan tersebut maka usahatani cabai di lahan pasir layak untuk di usahakan. 11

Saran 1. Petani harus pandai membaca peluang pasar, untuk menjual produknya agar harganya ketika panen stabil atau tinggi, petani tidak hanya menjalin 1 kerjasama dengan pedagang pengumpul untuk membeli produknya, tetapi harus menjalin kerjasama dengan pedagang pengumpul lain sehingga ketika petani panen cabai, petani bisa melihat pedagang mana yang akan membeli produk dengan harga tinggi dan berlanjut. DAFTAR PUSTAKA Arfida, 2003. Ekonomi Sumber Daya Manusia. Ghalia Indonesia Davis, J. and Goldberg. 1957. A Concept of Agribusiness. Harvard University. Boston. Damodar, N.G. 2003. Basic Econometrics. International Fourth Edition. Mc. Graw Hill. Kartasapoetra,AG,1988. Pengantar Ekonomi Produksi Pertanian. Bina Aksara Jakarta. Mosher. 1983. Menggerakkan dan Membangun Pertanian. Yasaguna, Jakarta. Mubyarto, 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES. Jakarta Nazir. 2003. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia, Jakarta. Safuan,L.O,dkk,2000.Pertanian Terpadu Suatu Strategi untuk Mewujudkan Pertanian Berkelanjutan. http:/Rudyet.tipod.com. Soekartawi,2002.Ilmu Usahatani.Universitas Indonesia Press, Jakarta Soetrisno, dan Ameriana. 1995. Analisis Usahatani dan Pemasaran Produksi Bawang Merah. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura. Badan Litbang Pertanian. Bogor .Sutanto, R. 2002. Pertanian Organik Menuju Pertanian Alternatif dan Berkelanjutan. Kanisius, Yogyakarta. Technical Advisory Committee of the CGIAR (1998) dalam Reijntjes, C, Haverkort, B, dan Bayer, A. W. 1999. Pertanian Masa Depan Pengantar Untuk Pertanian Berkelanjutan Dengan Input Luar Rendah. Kanisius, Yogyakarta. Van den Ban dan Hawkins. 1998. Penyuluhan Pertanian. Kanisius, Yogyakarta.

12