ANALISIS KOHESI DAN KOHERENSI PADA WACANA BULETIN JUMAT

Download ANALISIS KOHESI DAN KOHERENSI. PADA WACANA BULETIN JUMAT. Oleh: Wardah Hanafiah. Jurusan Teknik Mesin PNJ, Kampus UI Depok 16425 wardah @g...

0 downloads 509 Views 97KB Size
135

ANALISIS KOHESI DAN KOHERENSI PADA WACANA BULETIN JUMAT Oleh: Wardah Hanafiah Jurusan Teknik Mesin PNJ, Kampus UI Depok 16425 [email protected]

ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penggunaan kohesi dan koherensi dalam Buletin Jum’at).Ada dua buletin yang dianalisis dalam penelitian yaitu As-Salam dan An-Nadwah. Penelitian ini untuk mengetahui bagaimana penggunaan kohesi dan koherensi dalam teks buletin jumat, karena kohesi dan koherensi merupakan kriteria dan prinsip yang penting salam suatu teks. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap perkembangan kualitas penulisan buletin.Sehingga buletin dapat dipahami dan bermanfaat bagi para pembaca.Dengan demikian, tujuan dari penulisan buletin dapat membangun karekter muslin yang baik. Metode yang digunakan untuk menganalisis kohesi dan koherensi adalah analisis deskriptif yang dilihat dari setiap paragraf. Aspek-aspek kohesi yang dianalisis adalah aspek kohesi leksikal dan gramatikal.Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa buletin As-Salam dan An-Nadwah memilki aspek kohesi leksikal, gramatikal dan koherensi.Aspek-aspek kohesi dan koherensi membangun yang suatu wacana dapat menyampaikan pesan kepada para pembaca. Dengan cara ini, tujuan dari buletin untuk membangun karakter muslim dapat tercapai.

Keywords: Analisa, Bulletin, Jum’at, Membangun Karakter, Kualitas Penulisan ABSTRACT This research aimed to analyze the use of cohesion and coherence signs in “Buletin Juma’at. There were two bulletins analyzed in this research,” As-Salam and An-Nadwah”. In order to see how cohesive and coherence the texts within the bulletins are, since the cohesion and coherence are the most important principle and criteria of textuality. It is expected that this research can contribute to the development of the writing to enhance the quality of the bulletins, so that it can be an understandable and be more beneficial for the readers, so that the purpose of the bulletins to build a good character of Moslems can be fulfilled.The method used is descriptive analysis by ways of grouping paragraph each based on cohesion and coherence. The cohesiveness is analyzed through the aspect of lexical and grammatical cohesion.The research finding shows that both “As-Salam and An-Nadwah bulletins had shown that there are already cohesion lexical, grammatical, and coherence as well. The existence of those aspects formed the cohesiveness and coherence of the discourse, so that it can convey its meaning to the readers. This way, the purpose of the bulletin to build the good character of Moslems is expected can be achieved.

Keywords: discourse, bulletin, cohesion, coherence, Writing, Magazine PENDAHULUAN Istilah kohesi mengandung arti kepaduan dan keutuhan. Kohesi merupakan aspek penting dalam penyusunan suatu wacana, disusun secara terpadu untuk menghasilkan keterkaitan hubungan antar kalimat. Kohesi adalah suatu alat pengikat yang membuat sesuatu menjadi teks atau wacana.Kohesilah yang

membedakan apakah sesuatu itu adalah teks atau bukan.Tanpa kohesi sesuatu bukan teks hanya berupa rangkaian kalimat saja yang sulit untuk dipahami atau ditafsirkan maknanya. Koherensi adalah jalinan antar bagian dalam teks atau wacana; kepaduan semantis yang dapat dicapai oleh faktor-faktor di luar wacana atau hubungan yang terkait dengan faktor-faktor di luar teks, Epigram, Vol.11 No. 2 Oktober 2014:135-152

136

misalnya latar belakang budaya, kemampuan interpretasi pembaca.Wacana adalah komunikasi verbal; percakapan; keseluruhan tutur yang merupakan suatu kesatuan. Sebuah wacana yang baik terdiri dari rangkaian kalimat yang memiliki saling keterkaitan arti, antara satu kalimat bertaut makna dengan kalimat lainnya dari awal hingga akhir. Dengan kata lain wacana adalah suatu kesatuan bahasa yang lengkap yang mengandung suatu gagasan yang memiliki unsur kohesi dan koherensi. Suatu wacana benar-benar kohesi bila terdapat kesesuaian bentuk bahasa terhadap konteks. Wacana dapat disampaikan secara lisan maupun tertulis.Buletin Jumat termasuk salah satu karangan tertulis dalam bentuk artikel karena isi karangan membahas satu masalah atau tema secara ringkas dan sederhana agar mudah dicerna oleh pembaca dengan tujuan meningkatkan pengetahuan keagamaan dan pembentukan kepribadian yang islami.Dengan demikian Buletin Jumat dapat dogolongkan sebuah wacana.Sebagai sebuah wacana diduga bahwa Buletin Jumat disampaikan secara kohesi dan koherensi sehingga mudah dipahami oleh pembaca.Dari pesan yang disampaikan dalam Buletin Jumat diharapkan akan terbentuk masyarakat yang agamis, berakhlak tinggi. Permasalahan yang timbul apakah Buletin Jumat disampaikan sesuai dengan kriteria sebuah wacana yang baik yaitu mengandung kalimat-kalimat yang kohesi dan koherensi dan apakah pesan agamis yang disampaikan dapat dipahami dengan baik oleh pembaca masyarakat muslim? Peneliti tertarik untuk menganalisis Buletin Jumat karena penulisan Buletin Jumat umumnya disesuaikan dengan kondisi lingkungan dan masyarakat pada saat diterbitkan.Selain itu Buletin Jumat yang terbit tiap pekan dan tersebar hampir kepada seluruh umat Islam terutama bagi kaum laki-laki yang melaksanakan ibadah

shalat jumat, hendaknya tercipta umat Islam yang berkepribadian tinggi. Oleh karena itu tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kualitas penulisan Buletin Jumat melalui analisis kohesi dan koherensi.Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah untuk mengetahui aspek-aspek dalam kohesi dan koherensi yang digunakan dalam buletin jum’at. Sedangkan manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Menambah pengetahuan bagi penulis dan pembaca dalam memahami dan menganalisis penggunaan unsur wacana kohesi dan koherensi. 2. Memperkaya penelitian tentang kohesi dan koherensi sekaligus menjadi bahan referensi bagi penelitian lain dalam bidang analisis wacana Diharapkan dengan analisis kohesi dan koherensi ini, wacana Buletin Jumat menjadi sebuah wacana yang berkualitas dan menjadi lebih bermanfaat sehingga pesan disampaikan dapat dengan mudah dipahami oleh masyarakat khususnyaumat islam yang akhirnya akan terbentuk umat yang mempunyai kepribadian yang tinggi. Setelah penelitian tentang analisis kohesi dan koherensi ini peneliti akan melakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui apakah pesan yang disampaikan dalam Buletin-buletin Jumat tersampaikan dan dapat diterapkan dalam kehidupan umat Islam sehari-hari yang akhirnya akan terbentuk kepribadian yang lebih baik lagi. Tinjauan Pustaka Kohesi Sebuah tulisan dapat dikatakan mudah dibaca dan dipahami bila memiliki kerapian bentuk.dan kepaduan makna. Tarigan memberi definisi kohesi sebagai berikut: Kohesi merupakan aspek bentuk yang mengacu kepada aspek formal bahasa yakni bagaimana proposisiproposisi berhubungan satu sama lainnya untuk membentuk suatu teks (Tarigan, Wardah Hanafiah Analisis Kohesi Dan Koherensi Pada….

137

2009: 92). Artinya kohesi merupakan organisasi sintaktik dimana kalimatkalimat disusun secara terpadu untuk menghasilkan wacana, baik dari segi tingkat gramatikal maupun tingkat leksikal tertentu. Sementara Halliday dan Hasan mengatakan kohesi memungkinkan terjalinnya keteraturan hubungan semantik antar unsur-unsur dalam wacana. (Halliday & Hasan,1976: 4) Artinya kohesi juga merupakan organisasi semantik, yang merujuk kepada perkaitan kebahasaan yang didapati pada suatu ujaran yang membentuk wacana. Lebih jauh Halliday dan Hasan membagi kohesi makna menjadi dua bagian yakni secara gramatikal dan leksikal yang harus memilki keterpaduan yang terdapat dalam suatu kesatuan teks. (1976: 5 - 6) Sejalan dengan pendapat Halliday dan Hasan Richards berpendapat bahwa kohesi merupakan hubungan gramatikal dan leksikal antara berbagai unsur yang berbeda dalam satu teks yang dapat berbentuk hubungan antara kalimat ang berbeda atau yang berbeda dalam satu kalimat. (Richards, dkk. 2002: 148). Dengan demikian kohesi adalah salah satu standar yang menandai bahwa sebuah teks atau wacana itu dianggap komunikatif, tanpa kohesi teks atau wacana tidak dianggap komuikatif.Sebagaimana telah disebutkan di atas bahwa Halliday dan Hasan (1976: 6) membagi kohesi kepada dua jenis, yakni kohesi gramatikal dan kohesi leksikal. Kohesi gramatikal merupakan segi bentuk atau struktur lahir wacana yang mencakup kohesi pengacuan atau referen (reference), kohesi penggantian atau substitusi (substitution), kohesi pelesapan (ellipsis), dan hubungan atau perangkaian (conjunction), Referen (reference) atau pengacuan adalah satuan lingual tertentu yang mengacu pada satuan lingual lainnya baik yang di depan maupun yang di belakang. Menurut Achmad aspek leksikal adalah kata atau frasa yang

menghubungkan kalimat-kalimat dengan pemarka leksikal.dan dapat membentuk suatu wacana yang utuh. Sependapat dengan Halliday, Achmad mengatakan bahwa aspek leksikal dapat diwujudkan dengan reiterasi dan kolokasi. Reiterasi atau pengulangan digunakan untuk mengulang suatu preposisi atau bagian dari preposisi untuk menciptakan hubungan kohesif. Reiterasi dirinci menjadi; 1) Repetisi yakni pengulangan satuan lingual (bunyi, suku kata, kata atau bagian kalimat) yang dianggap penting untuk memberi tekanan dalam sebuah konteks yang sesuai. 2) Sinonim secara semantik mengandung makna istilah atau ungkapan (kata, frasa, atau kalimat) yang maknanya kurang lebih sama dengan makna ungkapan lain. (Chaer 2002) 3) Hiponim secara adalah kata atau frasa yang maknanya termasuk dalam makna kata atau frasa lain. (Chaer 2005:98) 4) Metonim bagian dari pengulangan yang bermakna sebutan bagi orang, benda, tempat atau nama tertentu yang dianggap popular dan dekat dengan masyarakat. 5) Antonim adalah nama lain untuk benda atau hal lain yang maknanya berlawanan, beroposisi dengan kata atau frasa lain dapat digunakan untuk menghubungkan kalimat yang satu dengan kalimat yang lain di dalam suatu tuturan (Chaer, 2002:88) Aspek leksikal berikutnya ialah kolokasi. Kolokasi artinya makna yang sama yang ada dalam lingkungan yang sama. Semua hal yang selalu berdekatan dengan yang lain biasanya diasosiasikan membentuk suatu kesatuan. Kolokasi dirinci menjadi: 1. Kolokasi penuh yakni pengulangan kata atau frasa pada kalimat sebelumnya yang ada dalam lingkungan yang sama. Epigram, Vol.11 No. 2 Oktober 2014:135-152

138

2.

Ekuivalensi yakni hubungan pengulangan pada kalimat sebelumnya dengan kalimat sesudahnya yang sebandig atau sepadan.

Koherensi Bila kohesi berkaitan dengan pembentukan teks, maka koherensi adalah aspek makna yang mengacu pada aspek ujaran atau yang menggambarkan bagaimana proposisi-proposisi yang tersirat dapat ditafsirkan dan disimpulkan.(Tarigan, 2009 : 92). Menurut Renkema (2004) koherensi adalah jalinan antar bagian dalam wacana; kepaduan semantis yang dapat dicapai oleh faktor-faktor di luar wacana.Jadi koherensi adalah kesinambungan informasi. Menurut Keraf dalam Mulyana (2005 : 30) koherensi adalah keserasian hubungan timbal balik antar unsur-unsur dalam kalimat serta kekompakan hubungan kalimat-kalimat dalam wacana. Beaugrande dan Dressler (1981 : 4) mengatakan “… coherence concerns the way in which components of the textual words; the configuration of concepts and relations which underlie the surface text are mutually accessible and relevant”. Jadi koherensi mengacu pada bagaimana komponen tekstual, seperti konfigurasi konsep dan hubungan yang mendasari sebuah teks saling berterima dan berkaitan. Dengan kata lain koherensi adalah pemahaman tentang makna yang dimilki oleh pendengar atau pembaca. Berdasarkan definisi-definisi tentang kohesi dan koherensi di atas, dapatlah disimpulkan bahwa; kohesi adalah penyusunan kalimat-kalimat yang saling berhubungan secara rapi dan terpadu baik secara gramatikal maupun secara leksikal untuk menghasilkan suatu ujaran. Sementara koherensi bagaimana ungkapan, ide, gagasan atau fakta yang bertalian atau berhubungan satu sama lainnya sehingga dapat dipahami dengan mudah. Jadi dapatlah dikatakan bahwa

kohesi dan koherensi saling menunjang untuk membentuk suatu wacana yang utuh. Kohesi dapat diungkapkan secara eksplisit melalui penanda koherensi yang berupa penanda hubungan antar kalimat.Penanda tersebut berfungsi untuk menghubungkan kalimat serta menambah kejelasan hubungan antar kalimat dalam wacana.Karena koherensi mengacu pada aspek makna yang memerlukan interpretasi, maka koherensi dapat terjadi secara implisit.Dengan menyimpulkan hubungan antar proposisi dalam tubuh wacana, maka hubungan koherensi dapat dipahami. Dengan demikian perbedaan antara kohesi dan koherensi adalah sebagai berikut: Keduanya memilki keterpaduan. Kohesi unsur keterpaduannya adalah unsur lahiriah teks, baik secara gramatikal maupun leksikal.Koherensi unsur keterpaduannya adalah unsur batiniah (makna, konsep dan pengetahuan). Wacana Wacana terdiri dari rangkaian kalimat yang utuh yang saling berjalinan untuk menghubungkan proposisi yang satu dengan dengan proposisi lain yang merupakan satuan bahasa yang lengkap sehingga terjadi komunkasi yang baik dan logis. Untuk lebih jelas tentang definisi wacana, kita lihat definisi yang dinyatakan oleh Kridalaksana, bahwa wacana merupakan satuan gramatikal yang tinggi atau terbesar,demikian juga dalam satuan kebahasaan, wacana berada pada posisi besar dan paling tinggi.karena wacana sebagai satuan gramatikal mengandung semua unsur kebahasaan yang diperlukan dalam segala bentuk komunikasi.(Kridalaksana, 2008:204, 334). Wacana menurut Tarigan adalah satuan bahasa yang terlengkap dan tetinggi atau terbesar di atas kalimat atau klausa dengan koherensi dan kohesi tinggi yang berkesinambungan yang mempunyai awal dan akhir yang nyata disampaikan Wardah Hanafiah Analisis Kohesi Dan Koherensi Pada….

139

secara lisan atau tertulis. (Tarigan, 2009 :26) Tarigan mengutip pendapat van de Velde yang mengatakan bahwa, untuk dapat memahami wacana dengan baik, diperlukan pengetahuan kohesi yang baik pula, yang tidak saja bergantung pada pengetahuan kita tentang kaidah-kaidah bahasa, tetapi juga pada proses penalaran atau penyimpulan sintaktik. (Tarigan, 2009 : 93). Moeliono mensyaratkan sebuah wacana yang baik dan utuh dengan memiliki kalimat-kalimat yang kohesif sebgai kepaduan bentuk yang secara struktural membentuk ikatan sintaksis kalimat.(2004 :96). Jadi untuk menyusun wacana harus memiliki keterkaitan secara padu dan utuh yaitu kalimat-kalimat yang kohesif dan koherensif. Menurut Alwi wacana adalah rangkaian kalimat yang saling berkaitan yang menghubungkan proposisi yang satu dengan preposisi lainnya dan membentuk suatu kesatuan sehingga mudah dipahami dan dicerna oleh pembaca atau pendengar. (2000 : 419.) Achmad memberikan definisi yang sangat singkat tentang wacana yaitu rekaman kebahasaan yang utuh tentang peristiwa komunikasi. Junaiyah dan Z. Arifin (2010:1) mengatakan wacana atau yang disebut discourse adalah wacana yang isi dan susunannya memperlihatkan usaha pembicara atau penulis untuk mempengaruhi atau memaksa pendapatnya kepada pendengar atau pembacanya, untuk menunjukkan perasaan atau sesuatu tentang pribadi pemakai bahasa, dan untuk menegaskan adanya komunikasi diantara pembicara atau penulis dengan pendengar atau pembaca. Sementara Marainne Louise (2007:214) memberi definisi wacana sebagai pengguna bahasa dalam pembicaraan dan teks sehari-hari, merupakan bentuk dinamis praktis social yang mengkonstruk dunia social, identitas dan diri individu.

Dengan demikian wacana merupakan satu kesatuan dari peristiwa komunikasi yang memiliki keterkaiatan hubungan antara unsur-unsur bahasa dan unsurunsur makna yang menghasilkan wacana yang utuh. Buletin Dalam bahasa Indonesia buletin mengandung arti: 1. Media cetak berupa selebaran atau majalah, berisi warta singkat atau pernyataan tertulis yg diterbitkan secara periodik oleh suatu organisasi atau lembaga untuk kelompok profesi tertentu; 2. Siaran kilat resmi tentang perkembangan atau hasil-hasil penyelidikan (pertandingan, dsb.). (artikata.com/arti-32262buletin.html/kbbi.web.id/buletin.) Jadi buletin adalah naskah atau pernyataan tertulis berupa selbaran yang diterbitkan oleh lembaga atau badan tertentu secara periodik.Bila perode terbitnya pada hari Jumat dan beredar pada waktu pelaksanaan sholat Jumat, maka disebut buletin Jumat. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif deskriptif.Penelitian ini mengkaji aspek-aspek kohesi dan koherensi yang ada dalam wacana buletin jumat. Kemudian mendeskripsikannya secara sistematis Pengumpulan data pada penelitian ini, yaitu menggunakan teknik pustaka, observasi dan teknik catat.Banyak buletin jumat yang beredar di kalangan masyarakat.Namun, peneliti hanya menggunakan sumber tunggal dengan menyeleksi data yang layak digunakan yang bertemakan pembentukan karakter.Jumlah data yang digunakan adalah 2 wacana teks dalam 2 buletin jumat yang berbeda. Teknik analisis data yang digunakan dalam menganalisis kohesi dan koherensi Epigram, Vol.11 No. 2 Oktober 2014:135-152

140

pada bulletin jum’at ini adalah metode simak. Metode simak yaitu metode yang dipergunakan dalam suatu penelitian dengan cara menyimak penggunaan Bahasa. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data tulisan. Dalam hal ini, peneliti menyimak data melalui proses membaca keseluruhan isi buletin dan memahami kalimat demi kalimat yang ada dalam setiap paragraf. Selanjutnya peneliti menggunakan teknik catat.Mencatat dan mengelompokkan data-data ke dalam masing kelompok bahasan untuk menemukan aspek-aspek yang ada dalam kohesi dan koherensi. Kemudian mengidentifikasikan kalimat tersebut ke dalam jenis kohesi yang dibagi menjadi; kohesi gramatikal dengan klasifikasi: a) rujukan (reference), b) pengganti (substitution), c) pelesapan (ellipsis), d) penghubung (conjunction). Kohesi leksikal menjadi; a) reiterasi yang terdiri dari: 1 repitisi, 2 sinonimi, 3 hiponimi, 4 metonimi dan 5 antonimi. b) kolokasi yang terdiri dari: 1 kolokasi penuh 2 ekuivalensi leksikal. HASIL DAN PEMBAHASAN Aspek–aspek Kohesi dan Koherensi pada Buletin As-Salam Edisi 1003/Th.21, 16 Syawal 1434 H Paragraf 1: Setiap orang tua (Ortu), kita semua sebagai ortu, tentu menginginkan anak keturunan menjadi orang yang baik sholih-sholihat, rajin ibadah & berbakti kepada ortunya.Namun bila didapati anak kita tidak sesuai dengan harapan, maka terlebih dahulu hendaknya kita melihat diri kita masing-masing.Boleh jadi pada diri kita ada kesalahan atau dosa yang sering dilakukan. Karena sesungguhnya amalan-amalan yang dilakukan ortu akan memberi pengaruh terhadap keshalihan anak. Kohesi Gramatikal Referensi - Referensi Eksofora adalah pengacuan terhadap anteseden di luar bahasa

seperti manusia, hewan, alam sekitar pada umumnya atau acuan kegiatan. Pada paragraf di atas tidak ditemukan referensi eksofora. - Referensi endofora adalah pengajuan terhadap enteseden yang terdapat di dalam teks. Endofora dibedakan menjadi dua, yaitu referensi anafora dan katafora. Kata “kita” pada paragraf di atas merupakan referensi endofora anaphora, yang merujuk pada kata “orangtua (ortu)”.Dalam paragraf 1 terdapat banyak pengacuan endofora yang bersifat anaphora. Sedangkan untuk kata “nya dalam kata ortunya ” pada kalimat 1 merupakan referensi endofora katafora yang mempertegas kepada fungsi kata “anak keturunan”. Karena dalam paragraf tersebut bermaksud menegaskan pada apa prilaku orang tua sebagai cerminan dan harapan bagi anak keturunan. Substitusi Dalam kalimat 3 terdapat substitusi yaitu dapat dilihat dari kata “Boleh jadi”.Substitusi tersebut merupakan substitusi kausal. Substitusi kausal menggantikan apa yang dimaksudkan dalam seluruh kalimat ke-2. Konjungsi Kata “Namun” dalam kalimat ke-2 merupakan konjungsi adversatif yang menghubungkan kalimat 1 dan 2. Penulis menegaskan mengenai apa yang diinginkan oleh orang tua tidak ada. Kemudian kata “maka” dalam kalimat 2 tersebut memberikan akibat dari kalimat sebelumnya. Sehingga, dari konjungsi tersebut dimaksudkan bahwa jika hal-hal yang diinginkan orang tua tidak ada pada anak maka seharusnya orangtua mengkoreksi apa yang telah dilakukan. Kohesi Leksikal Reiterasi 1. Repetisi Dalam paragraf pertama terjadi pengulangan yaitu kata “ortu” yang Wardah Hanafiah Analisis Kohesi Dan Koherensi Pada….

141

ada dalam kalimat ke-1 mengalami pengulangan pada kalimat ke-4. Jenis pengulangan ini adalah pengulangan sama tepat. Hal ini menunjukkan bahwa kata yang membangun paragraf saling berkaitan dengan padu atau kohesif. 2. Sinonim Kata “kesalahan” adalah sinonim dengan kata “dosa”. Dalam konteks paragraf tersebut bermakna sama yaitu perbuatan keliru yang dilakukan dan menyimpang dari peraturan yang telah ditetapkan. Kolokasi Dalam paragraf pertama terdapat frase “sholih-sholihat, rajin ibadah, berbakti, dan amalan-amalan” adalah saling berkolokasi. Seperti ketika mendengar rajin beribadah akan diasosiasikan dengan amalan atau perbuatan baik yang dilakukan. Koherensi Hubungan yang bersifat kausal Kata “Namun” dalam kalimat ke-2 merupakan konjungsi adversatif yang menghubungkan kalimat 1 dan 2. Kata “namun” akan memberikan konsekuensi terhadap kalimat berikutnya yang ditandai melalui kata “maka” dalam kalimat 2. Kalimat 1 dan 2 saling berkaitan dengan adanya hubungan sebab akibat.Dalam hubungan kedua kaiat tersebut jelas bahwa pada saat orangtua tidak memperoleh harapan yang sesuai dengan keinginan dari anaknya, hal yang seharusnya dilakukan adalah introspeksi diri apakah prilaku orangtua sudah sesuai dengan peraturan yang ada. Paragraf 2: Seorang anak yang melihat anaknya selalu berdzikir, mengucapkan tahlil, tahmid, tasbih, dan takbir niscaya akan menirunya mengucapkan kalimat-kalimat tsb. Demikian juga seorang anak yang diutus orang tuanya untuk memberi sedekah kepada orang miskin di rumah

berbeda dengan seorang anak yang disuruh orang tuanya membeli rokok & barang-barang memabukkan. Seorang anak melihat ayahnya berpuasa senin, kamis & melakukan shalat berjama’ah, tidak sama dengan anak yang melihat kebiasaan ayahnya nongkrong di kafe, diskotik & bioskop. Kohesi Gramatikal Referensi - Referensi Eksofora adalah pengacuan terhadap anteseden di luar bahasa seperti manusia, hewan, alam sekitar pada umumnya atau acuan kegiatan. - Referensi endofora adalah pengajuan terhadap enteseden yang terdapat di dalam teks. Endofora dibedakan menjadi dua, yaitu referensi anafora dan katafora. Kata “ayahnya” dalam kalimat pertama merujuk pada anak yang dimaksudkan akan bercermin dari prilaku ayah. Sedangkan kata “ nya dalam menirunya” merujuk pada ayah. Maksud dari kata “menirunya” bahwa seorang anak akan melakukan kegiatan berdzikir ketika seorang ayah melakukan juga sebagai kebiasaan. Jadi, kata “nya” merupakan referensi endofora anaphora. Ellipsis (Pelepasan) Untuk kata “tersebut” dalam kalimat pertama adalah ellipsis yang merujuk pada ucapan dzikir yaitu tahlil, tahmid, tasbih dan takbir.Namun, kata-kata tersebut tidak dituliskan kembali untuk menjadikan kalimat pertama lebih efektif dan praktis. Kata “melakukan” dalam kalimat ke-3 merupakan ellipsis. Dalam kalimat ke-3 memiliki dua kalimat setara denga subjek ayah yang dihubungan dengan konjungsi “dan”, sehingga apak yang dimaksudkan dalam kallimat “melakukan shalat berjamaa” adalah kegiatan yang dilakukan ayah.

Epigram, Vol.11 No. 2 Oktober 2014:135-152

142

Konjungsi Kata “demikian juga” dalam kalimat kedua merupakan konjungsi antarkalimat yang menghubungkan maksud dari kalimat pertama. Dalam kalimat kedua bermakna sama dengan kalimat pertama dengan menggunakan jenis perbuatan tidak baik. Kata “dan” dalam paragraf tersebut adalah konjungsi koordinatif yang menghubungkan kalimat setara. Kohesi Leksikal Reiterasi 1. Repetisi Kata “anak” yang ada dalam kalimat ke-1 diulang dalam kalimat ke-2 dan ke-3.Sehingga terjadi pengulangan kata yang memiliki keterkaitan makna antar kalimat. 2. Sinonim Kata “meniru” dalam kalimat pertama bersinonim dengan kata “melakukan, melihat” dalam kalimat ketiga. Karena keduanya memiliki makna yang sama yaitu sama-sama mengerjakan apa yang telah dilihatnya. 3. Hiponim Pada paragraf 2 terdapat kata dzikir, tahlil, tahmid, tasbih, dan takbir yang merupakan hiponim.Dzikir adalah superordinat sedangkan tahlil, tahmid, tasbih, dan takbir adalah hiponimnya. Kolokasi Kata “kafe, diskotik” adalah kolokasi yang saling berkaitan. Ketika seseorang menggambarkan kafe sama halnya dengan diskotik yang merupakan tempat untuk nongkrong dan bersenang-senang. Koherensi Hubungan yang bersifat aditif Kata “dan” dalam kalimat terakhir merupakan kalimat setara yang menghilangkan unsur Bahasa lainnya.Terdadap dua kalimat yang dihubungkan dengan kata “dan” sebagai bentuk penambahan terhadap kalimat

inti.Jadi dalam kalinat terakhir tersebut terdapat dua kalimat yaitu 1) seorang anak yang melihat ayahnya berpuasa senin kamis, dan 2) seorang anak yang melihat ayahnya melakukan shalat berjama’ah.Jadi jelas terlihat bahwa dalam kalimat tersebut terdapat hubungan penambahan. Paragraf 3: Kita bisa membedakan antara seorang anak yang sering mendengar adzan dengan seorang anak yang sering mendengar ayahnya bernyanyi. Anakanak itu pasti akan meniru apa yang sering mereka dengar. Kohesi Gramatikal Referensi - Referensi eksofora Kata “kita” dalam kalimat ke-1 adalah referensi eksofora yang acuannya ada di luar teks.Kata “kita” merujuk pada kata “orangtua” yang ada dalam paragraf sebelumnya. Namun, dalam konteks paragraf 3 menjadi tidak jelas rujukan bahasa. Kata “itu” merujuk pada acuan di luar bahasa yang tidak jelas, siapa dan apa yang dimaksudkan kata “itu.” Namun, kata tersebut bisa saja ditafsirkan sebagai penegas untuk keberadaan kata “anak-anak.” - Referensi endofora Kata “nya” dalam kalimat pertama adalah referensi endofora katafora yang mengacu pada kata yang telah disebutkan sebelumnya yaitu seorang anak. Kata “mereka” dalam kalimat kedua merupakan referensi endofora anaphora yang mengacu pada kata “anak-anak”. Ellipsis Frase “ mendengar adzan, mendengar ayahnya bernyayi” dilepaskan dalam kalimat kedua. Pada kalimat kedua terdapat dua kalimat setara yang salah satunya mengandung ellipsis yaitu “mereka dengar”.Apa yang didengar oleh Wardah Hanafiah Analisis Kohesi Dan Koherensi Pada….

143

anak sama dengan apa yang dimaksudkan dalam kalimat pertama. Kohesi Leksikal Reiterasi 1. Repetisi Dalam paragraf ke-3 terdapat pengulangan kata yaitu mendengarkan. Selain kata mendengarkan, kata anak juga diulang dalam kalimat berikutnya. Hal ini dimaksudkan untuk membangun makna yang utuh. Kolokasi Dalam paragraf ke-3 terdapat kata adzan dan bernyanyi. Kedua kata tersebut memiliki hubungan kohesif karena adzan merupakan suatu alunan nyanyian yang mengumandangkan seruan Tuhan, sama halnya dengan bernyanyi lagu-lagu lain. Koherensi Tidak terdapat hubungan koherensi Paragraf 4: Bila seorang ayah selalu berbuat baik kepada orang tuanya, mendoakan dan memohonkan ampunan bagi mereka, selalu berusaha tahu kabar, menenangkan dan memenuhi kebutuhan mereka, memperbanyak berdoa, “rabbigfir li wa li wali dayya…”, berziarah ke kuburan mereka bila telah meninggal & bersedekah untuk mereka, serta tetap menyambung hubungan dengan temanteman mereka dan memberi hadiah dengan orang-orang yang biasa diberi hadiah oleh mereka dulu. Maka, anak yang melihat akhlak ayahnya seperti ini dengan seizin Allah akan mencontohnya, juga akan memohonkan ampunan untuk orang tuanya. Kohesi Gramatikal Referensi - Referensi eksofora Kata “ini” dalam kalimat kedua adalah referensi eksofora.Karena referensi tersebut tidak memiliki

-

rujukan. Kata “ini” adalah pronominal penunjuk dan tidak dijelaskan maksud akhlak seorang ayah yang seperti apa yang akan menjadi pedoman bagi seorang anak. Referensi endofora Kata “nya” dalam kalimat pertama adalah referensi endofora katafora yang merujuk pada kata ayah. Kata “mereka” dalam kalimat pertama adalah referensi endofora katafora yang mengacu pada orangtua ayah.Dalam kalimat tersebut dimaksudkan bahwa seorang ayah yang melakukan kebaikan untuk orangtua.

Konjungsi Kata “maka” dalam kalimat kedua adalah konjungsi kausal.Konjungsi tersebut memberikan penegasan terhadap kalimat pertama sebagai perumpaan. Kohesi Leksikal Reiterasi 1. Repetisi Pada paragraf ke-4 terdapat pengulangan kata yaitu ayah, hadiah, memohonkan, dan ampunan.Satu kata telah diulang dalam kallimat berikutnya agar tekanan makna yang dimaksudkan dalam paragraf ini jelas acuan unsur bahasanya. 2. Sinonim Kata mendoakan bersinonim dengan kata memohonkan. Karena dalam proses berdoa berarti seseorang sedang meminta atau memohon sesuatu. 3. Hiponim Pada paragraf ke-4 terdapat hiponim yaitu orangtua dan ayah. Kata orangtua merupakan superordinate sedangkan untuk ayah disebut hiponim. Sehingga jelas dalam paragraf ini saling terkait sau sama lain untuk memiliki makna yang jelas dari etiap unsur Bahasa. Epigram, Vol.11 No. 2 Oktober 2014:135-152

144

Kolokasi Pada paragraf ke-4 terdapat satuan lingual kata yaitu ayah, anak, mendoakan, ampunan, sedekah, dan akhlak. Jika mendengar kata ayah akan diasosiasikan dengan kata anak karena seseorang ayah memiliki hubungan horizontal dengan anak. Sedangkan pada saat seseorang mendengar kata berdoa akan berasosiasi dengan kata ampunan. Karena dalam proses berdoa setiap orang akan memohonkan ampunan terhadap akhlak atau perbuatan yang telah dilakukan baik melalui perbuatan baik seperti bersedekah. Koherensi Hubungan yang bersifat aditif Kata “dan, serta ” dalam kalimat pertama bersifat hubungan penambahan yang menunjukkan penekananterhadap apa yang dilakukan seorang anak. Hubungan yang bersifat kausal Kata “maka” dalam kalimat kedua merupakan hubungan sebab akibat. Kalimat kedua yang dihubungkan dengan menggunakan kata “maka” menunjukkan akibat dari kalimat pertama, bahwa apa yangtelah dilakukan orangtua akan dicontoh oleh seorang anak Paragraf 5: Seorang anak yang diajari shalat dan agama, tidak sama dengan anak yang dibiasakan nonton film, music, main games atau gemerlapnya dunia. Seorang anak yang melihat ayahnya shalat di malam hari, menangis karena takut kepada Allah, membaca Al-quran, pasti ia akan berfikir, “Mengapa ayah menangis, mengapa ayah shalat, untuk apa ayah tidur meninggalkan ranjangnya yang enak lalu berwudhu dengan iar dingin di tengah malam seperti ini? Untuk apakah ayah sedikit tidur dan berdoa dengan penuh pengharapan dan diliputi rasa kecemasan?” Semua pertanyaan ini akan berputar-putar dibenaknya dan akan selalu hadir dalam pikirannya. Dan akan

mencontoh apa yang dilakukan ayahnya itu. Kohesi Gramatikal Referensi - Referensi eksofora Kata “ini” dalam kalimat kedua adalah referensi eksofora yang belum jelas acuannya.Padahal kalau dilihat lebih mendalam bahwa kata “ini” mempertegas kegiatan yang dilakukan soerang ayah di malam hari.Kata “itu” dalam kallimat terakhir tidak menjelaskan acuannya.Apa yang dimaksudkan contoh dari ayah tidak dijelaskan lebih jelas. Sehingga kata “itu” berada di luar teks. - Referensi endofora katafora Kata “nya” dan “ia” dalam kalimat kedua merujuk pada seorang anak yang telah disebutkan diawal kalimat sebagai subjek.Sehingga termasuk pada referensi endofora katafora.Sedangkan kata “nya” yang ada dalam kata “ranjangnya” pada kalimat kedua merujuk pada ayah.Kata “nya” dalam kata “benaknya dan pikirannya” merujuk pada anak. Ellipsis Kalimat “Semua pertanyaan ini akan berputar-putar dibenaknya dan akan selalu hadir dalam pikirannya” yang khusus dihitamkan merupakan ellipsis. Karena kalimat tersebut menghilangkan subjek yaitu “semua pertanyaan”. Konjungsi Kata “dan” adalah konjungsi koordinatif yang memiliki hubungan setara dengan kalimat sebelumnya. Kohesi Leksikal Reiterasi 1. Repetisi Terdapat pengulangan kata dari kalimat pertama dengan kalimat berikutnya yaitu kata ayah, anak, dan Wardah Hanafiah Analisis Kohesi Dan Koherensi Pada….

145

shalat. Karena penekanan dalam paragraf ini terdpat dalam unsur Bahasa yaitu ayah yang diturunkan kedalam kata anak untuk tindakan seperti shalat. Sehingga setiap unsur kata yang membangun paragraf tersebut saling berkaitan. 2. Metonim Metonim digunakan untuk mendeskripsikan hubungan bagiankeseluruhan (part to whole) antar unsur leksikal.Kata shalat dan membaca Al-Quran adalah bagian dari unsur kegiatan yang ada dalam agama yang harus dilakukan oleh umatnya. Kolokasi Kolokasi adalah penanda kohesif wacana yang ditunjukkan oleh adanya kesamaan asosiasi kata atau kemungkinan adanya beberapa kata dalam lingkungan yang sama pada kalimat yang satu dengan yang lain. Dalam paragraf ke-5 terdapat kata yang saling berasosiasi. Kata shalat dan membaca Al-Quran akan berhubungan dengan kata agama sebagai penanda atau ciri dari kegiatan yang ada dalam suatu ajaran agaman Islam. Frase gemerlapnya dunia akan berhubungan dengen beberapa kegiatan yang sering dilakukan oleh setiap orang seperti menonton fim, mendengarkan music, dan bermain games. Hal ini tentunya kegiatan yang berkaitan dengan kesenangan yang ada di dunia. Koherensi Hubungan yang bersifat aditif Kata “dan” adalah hubungan koordinatif yang bersifat penambahan.Kata “dan” dalam kalimat pertama dengan kedua berbeda.Kata “dan” dalam kalimat pertama merupakan penambahan terhadap objek.Sedangkan kata “dan” dalam kalimat kedua lebih bersifat memberikan hubungan konsekuensi terhadap kalimat sebelumnya.

Aspek–aspek Kohesi dan Koherensi pada Buletin An-Nadwah Edisi 904/Thn XVIII 15 Agustus 2014 – 17 Dzul Qa’dah 1435 H Paragraf 1. “Qalbu yang sehat memiliki beberapa tanda, sebagaimana yang disebutkan oleh al-Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyah di dalam kitab “Ighatsatul Lahfan min Mashyid asy-Syaithan” Dan di antara tanda-tanda tersebut adalah mampu memilih segala sesuatu yang bermanfaat dan memberikan kesembuhan. Dia tidak memilih hal-hal yang berbahaya serta menjadikan sakitnya qalbu.Sedangkan tanda qalbu yang sakit adalah sebaliknya.Santapan qalbu yang paling bermanfaat adalah keimanan dan obat yang paling manjur adalah al-Quran”. Kohesi Gramatikal Referensi Pada paragraf 1 kata “dia” adalah referensi persona anfora eksofora yang mengacu pada kata “qalbu” yang dapat diartikan dengan “hati sanubari”. Kata “nya’ yang pertama adalah katafora endofora yang juga mengacu pada kata “qalbu” dan kata “nya” yang kedua adalah anafora endofora yang mengacu pada clausa “dia tidak memilih hal-hal yang berbahaya” artinya qalbu akan memilih hal-hal berbahaya yang menyebabkan qalbu sakit. Elipsis Pada paragraph 1 “… sebagaimana yang disebutkan oleh al-Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyah di dalam kitab “ Ighatsatul Lahfan min Mashyid asySyaithan” merupakan ellipsis atau pelesapan dari klausa sebelumnya yakni “tanda-tanda qalbu yang sehat”. Konjungsi. Pada paragraf 1 kalimat yang didahului oleh kata “sedangkan” ,“ Sedangkan tanda qalbu yang sakit adalah sebaliknya” adalah konjungsi penambahan yang menghubungkan Epigram, Vol.11 No. 2 Oktober 2014:135-152

146

kalimat pertama yaitu tentang qalbu yang sehat. Penulis memberikan informasi ingin menambahkan informasi tentang tanda-tanda qalbu yang sakit. Kohesi Leksikal Reiterasi 1. Repetisi Repetisi yang terdapat pada paragraf 1 adalah kata “ tanda” diulang dengan kata yang sama pada kalimat kedua dan ketiga. Kata “qalbu” diulang pula dengan kata yang sama pada kalimat ketiga, kalimat keempat dan kalimat kelima. Kata “memilih yang terdapat pada kalimat kedua diulang pada kalimat ketiga. “memilih”, dan kata “sakit” di ulang dengan kata yang sama pada kalimat ketiga dan keempat. 2. Antonim Pada paragraf 1 kata “sehat” berlawanan dengan kata “sakit” dan kata “bermanfaat” berlawanan dengan kata “berbahaya”. Penulis ingin menjelaskan bahwa qalbu yang “sehat” memberi “manfaat” kepada pemilik qalbu sedangkan qalbu yang “sakit’ “berbahaya” bagi pemilik qalbu. Koherensi Hubungan yang bersifat aditif atau penambahan Kata “Dan” pertama pada kalimat kedua pada paragraf 1 “tidak” memliki hubungan yang bersifat aditif “Dan di antara tanda-tanda tersebut adalah mampu memilih segala sesuatu yang bermanfaat dan memberikan kesembuhan”. Karena kata “Dan” diawal kalimat merupakan penempatan yang tidak benar, selain itu tidak jelas sebagai penghubung apa. Kata “dan” kedua sebagai penghubung aditif kata “bermanfaat” dengan frasa “memberi kesembuhan” yakni memberi tambahan informasi bahwa qalbu yang sehat akan bermanfaat dan memberi kesembuhan. Kata penghubung aditif “dan” pada kalimat kelima yang terdapat pada

paragraf 1 “Santapan qalbu yang paling bermanfaat adalah keimanan dan obat yang paling manjur adalah al-Quran” Paragraf 2: Maka qalbu tersebut akan selalu mengajak dan mendorong pemiliknya untuk menemukan ketenangan dan ketentraman bersama Allah sembahanNya. Sehingga tatkala itulah ruh benar-benar merasakan kehidupan, kenikmatan dan menjadikan hidup lain daripada yang lain, bukan kehidupan yang penuh kelalaian dan berpaling dari tujuan pencipataan manusia. untuk tujuan menghamba kepada Allah subhanahu wata’ala inilah surge dan neraka diciptakan, para rasul diutus dan kitab-kitab diturunkan. Aspek Gramatikal Referensi Kata “nya” dalam kata pemiliknya mengacu pada qalbu yang termasuk dalam referensi endofora anaphora. Kata “itulah” adalah referensi eksofora yang belum ada acuan unsur bahasa. Kata tersebut tidak menjelaskan kondisi qalbu seperti apa yang akan dirasakan oleh pemiliki. Substitusi Kata “bukan” dalam kalimat kedua adalah penggantian unsur bahasa dari kondisi ruh dan qalbu. Konjungsi Kata “maka” adalah konjungsi kausal.Dalam paragraf ke-4 kata “maka” merupakan akibat dari penjelasan dalam paragraf 1. Ketika seseorang memiliki qalbu yang sehat akan selalu membantu pemilik qalbu taat. Kata “dan” dalam kalimat pertama adalah konjungsi penambahan yang menyetarakan kalimat.Ada dua kalimat setara dalam kalimat pertama tersebut.Konjungsi penambahan tersebut memberikan pilihan aktivitas dari subjek yaitu qalbu. Kata “dan” dalam kalimat “….. menemukan ketenangan dan ketentraman” adalah Wardah Hanafiah Analisis Kohesi Dan Koherensi Pada….

147

konjungsi aditif yang menambahkan kata sifat.

ada dalam hati yang selalu mengingat sang pencipta.

Aspek Leksikal Reiterasi 1. Antonim Kata “surga” berlawanan dengan kata “neraka” yang diartikan bahwa Allah memberikan kehidupan yang berbeda antara di surga dan di neraka, sehingga manusia harus berlombalomba mengamalkan perintah Allah dengan memiliki qalbu yang sehat.

Substitusi Kata “bukan” dalam kalimat terakhir adalah penggantian dari unsur bahasa dalam kalimat. Pada paragraf ini “bukan” diacukan pada kehidupan yang nikmat tidak akan lupa akan keberadaan Allah.

Kolokasi Dari paragraf ke-4 terdapat pilihan kata yang saling berasosiasi yaitu jika mendengar kata ketenangan akan berasosiasi dengan kata ketentraman. Karena dalam jiwa yang tenang akan memiliki jiwa yang tentram dan sabar. Koherensi Hubungan yang bersifat aditif Dalan paragraf 4 memiliki hubungan penambahan yang ditunjukkan oleh kata “dan” dalam kalimat pertama berupa kata sifat. Hubungan yang bersifat kausal Kata “maka” menunjukkan hubungan akibat dari penjelasan dalam paragraf 1. Ketika seseorang memiliki qalbu yang sehat akan selalu membantu pemilik qalbu taat. Paragraf 3: Abdul Husain al-Warraq berkata, “Hidupnya qalbu adalah dengan mengingat Dzat Yang Maha Hidup dan Tak Pernah Mati, dan kehidupan yang nikmat adalah kehidupan bersama Allah, bukan selain-Nya. Kohesi Gramatikal Referensi Kata “nya” adalah referensi endofora anaphora yang mengacu pada qalbu. Keberadaan hidup suatu qalbu seseorang

Konjungsi Kata “dan” dalam kalimat pertama adalah konjungsi penambahan yang bersifat sebagai aditif yang menggambarkan sifat Tuhan. Kohesi Leksikal Reiterasi 1. Repetisi Kata “hidup” mengalami pengulangan dalam paragraf tersebut.Hal ini bertujuan untuk menekankan pesan yang ingin disampaikan dalam buletin. 2. Antonim Kata “mati” memiliki lawan kata “hidup” yang menunjukkan tentang sifat Allah sebagai Dzat yang tidak pernah mati dan selalu hidup. Kolokasi Kata hidup mengalami pengulangan dalam tingkatan kalimat yang sama yaitu dengan kata kehidupan. Kata hidup mengacu pada Dzat Allah yang berkaitan dengan kehidupan.Sehingga dalam hal ini, terjadi pembentukan paragraf yang kohesif. Koherensi Hubungan yang bersifat aditif Dalam paragraf 5 ada hubungan aditif yang merujuk pada frase mengenai sifat Tuhan. Paragraf 4: Oleh karena itu terputusnya seseorang dari Allah subhanahu wata’ala lebih dahsyat bagi orang-orang arif yang mengenal Allah daripada kematian, Epigram, Vol.11 No. 2 Oktober 2014:135-152

148

karena terputus dari Allah adalah terputus dari al-Haq, sedang kematian adalah terputus dari sesama manusia. Kohesi Gramatikal Referensi Kata “nya” mengacu pada seseorang yang menggambarkan hilangnya qalbu dalam diri manusia berarti lepas juga dari Allah.Kata ini temrasuk dalam referensi endofora anaphora. Konjungsi "Kata “oleh karena itu” dan “karena” adalah konjungsi kausal yang menggambarkan sebab seseorang yang terputus hubungan dengan Allah. Sehingga dari dalam paragraf ini menegaskan bahwa qalbu seseorang yang baik akan selalu bersama Allah sebagaimana dijelaskan juga dalam paragraf sebelumnya. Kohesi Leksikal Reiterasi 1. Repetisi Kata “terputusnya” mengalami pengulangan dalam kalimat kedua dan ketiga.Sehingga dapat terlihat jelas kata-kata yang saling membangun teks untuk memiliki makna yang jelas agar dapat kohesif. Koherensi Hubungan yang bersifat kausal "Kata “oleh karena itu” dan “karena” memiliki hubungan sebab akibat yang menggambarkan sebab seseorang yang terputus hubungan dengan Allah. Sehingga dari dalam paragraf ini menegaskan bahwa qalbu seseorang yang baik akan selalu bersama Allah sebagaimana dijelaskan juga dalam paragraf sebelumnya. Paragraf 5: Dapat disimpulkan bahwa qalbu yang sehat dan selamat adalah qalbu yang himmah (kemauan) kepada sesuatu yang menuju Allah subhanahu wata’ala,

mencintai-Nya dengan sepenuhnya, menjadikan-Nya sebagai tujuan.Jiwa raganya untuk Allah, amalan, tidur, bangun dan bicaranya hanyalah untukNya. Dan ucapan tentang segala yang diridhai Allah lebih dia sukai daripada segenap pembicaraan yang lain, pikirannya selalu tertuju kepada apa saja yang diridhai dan dicintai-Nya. Kohesi Gramatikal Referensi Kata “nya” adalah referensi endofora anaphora yang mengacu pada qalbu yang himmah.Apa yang ada dalam jiwa seseorang akan dijaga dengan sepenuh hati. Kata “dia” dalam kalimat ke-3 merupakan referensi eksofora yang belum jelas acuan bahasa.Namun, bila dipahami kembali dari awal bahwa dia di sini adalah qalbu. Substitusi “Dapat disimpulkan” adalah penggantian unsur bahasa.Dari kalimat ini dapat dipahami bahwa penjelasan dalamparagraf sebelumnya dapat disimpulkan dalam paragraf 14. Konjungsi Kata “dan” dalam kalimat ke-3 adalah konjungsi penambahan yang mempertegas keberadaan kalimat sebelumnya. Kohesi Leksikal Kolokasi Ketika mendengar kata sehat akan berasosiasi dengan kata selamat. Begitupun dengan kata jiwa akan berdampingan dengan kata raga. Untuk kata bicara mengalami pengulangan dalam kalimat berikutnya yaitu pembicaraan dalam tingkatan yang sepadan sehingga disebut sebagai ekuivalen leksikal. Dengan demikian, kata-kata tersebut saling membangun satu sama lain membentuk wacana yang kohesif.

Wardah Hanafiah Analisis Kohesi Dan Koherensi Pada….

149

Koherensi Hubungan yang bersifat aditif (penambahan) Kata “dan” dalam kalimat ke-3 memiliki hubungan penambahan yang mempertegas keberadaan kalimat sebelumnya KESIMPULAN DAN SARAN Buletin As-Salam mempertimbangkan keberadaan yang berkaitan dengan unsur pembentuk teks yaitu kohesi dan koherensi.Kohesi gramatikal dalam buletin As-Salam memiliki pengacuan (referensi) yang didominasi oleh penggunaan pengacuan persona, yang khususnya muncul dalam persona pertama yaitu kita (orangtua).Setiap paragraf memiliki pengacuan.Adapun kesimpulan dari hasil analisis ini adalah aspek gramatikal jenis referensi yang muncul adalah referensi eksofora dan referensi endofora baik katafora maupun anaphora.Namun, pengacuan didominasi oleh referensi endofora katafora yang diikuti oleh referensi endofora anaphora.Hal ini terjadi karena dalam wacana buletin As-salam bersifat deskriptif yang menggambarkan suatu fakta mengenai sikap dan prilaku orangtua yang harus dipelihara ketika menginginkan adanya pengaruh yang baik terhadap anak. Untuk aspek gramatikal berupa pelepasan atau ellipsis ditemukan sebanyak 6 paragraf yang bersifat pelepasan kausal.Sehingga hal ini mengindikasikan bahwa pelepasan kausal ditemukan dalam wacana tulis yang bersifat informal.Aspek gramatikal berikutnya adalah konjungsi.Hampir disetiap paragraf memiliki konjungsi dan hanya ada 1 paragraf yang tidak memiliki konjungsi yaitu paragraf ke-3.Kesimpulan yang diperoleh bahwa jenis konjungsi yang muncul didominasi oleh konjungsi kausal.Meskipun demikian, ada juga konjungsi aditif atau penambahan, pilihan, koordinatif, dan adversatif.

Untuk aspek kohesi leksikal dalam buletin As-salam diwujudkan dalam bentuk repetisi, sinonim, hiponim, antonym, metonim dan kolokasi.Dalam wacanan buletin memiliki unsur pembentuk kohesi dalam tingkat hubungan itu sendiri.Dari data hasil analisis ditemukan bahwa semua paragraf memiliki repetisi atau pengulangan berupa kata orang, benda, dan aktivitas. Karena tujuan dari repetisi untuk mempertags alur cerita atau maksud yang ingin penulis sampaikan kepada pembaca. Kedua adalah unsur sinonim hanya ditemukan dalam 7 paragraf yaitu paragraf 1,2,4,6,8,10, dan 13. Relasi makna berupa sinonim merujuk pada acuan yang ada sebelumnya. Namun, tidak semua sinonim merujuk pada acuan yang sama. Sehingga relasi makna terjadi dalam wacana. Sedangkan hiponim dan metonim dalam wacana buletin ditemukan berupa frasa atau kata yang identik dengan topik.Dalam hiponim yang ditemukan didominasi oleh ibu, ayah.Untuk metonim yang muncul bervariasi.Selain itu, wacana juga memiliki antonym atau lawan kata yang muncul dalam kata amal baik dan amal buruk.Sebagai kesatuan yang utuh dalam aspek kohesi leksikal, wacana dalam buletin As-Salam juga memiliki kolokasi yang ada dalam setiap paragraf. Untuk buletin An-Nadwah memiliki kohesi dan koherensi.Adapun dalam aspek kohesi gramatikal, buletin AnNadwah memiliki referensi yang didominasi oleh endofora anaphora yaitu “dia, nya.”Sedangkan untuk referensi eksofora hanya muncul sebanyak tiga kali dengan menggunakan kata “itu”.Buletin An-Nadwah hanya memiliki sedikit ellipsis seperti pelepasan subjek.Untuk penggunaan substitusi hanya terdapat dalam satu paragraf yaitu penggantian unsur seperti merujuk pada penggambaran kondisi ruh atau qalbu.Adapun untuk konjungsi yang digunakan adalah konjungsi penambahan, kausal, pilihan atau alternative, dan Epigram, Vol.11 No. 2 Oktober 2014:135-152

150

kondisional.Konjungsi yang sering muncul adalah penambahan seperti kata “dan”. Aspek leksikal yang ada dalam buleti An-Nadwah didominasi oleh repetisi seperti ( kata Allah, qalbu, hidup, kikir, dan rindu) serta kolokasi. Untuk sinonim hanya terdapat dalam 3 paragraf seperti kata jemu – bosan, dan kikir-pelit.Untuk antonym seperti surga-nereka, dan matihidup.Buletin An-Nadwah tidak memiliki hiponim dan metonim.Sedangkan untuk aspek koherensi didominasi oleh hubungan aditif atau penambahan yang muncul dalam 8 paragraf.Namun, hal ini dapat disimpulkan bahwa buletin AnNadwah memiliki unsur-unsur kebahasaan kohesi dan koherensi yang saling membangun sehingga memudahkan pembaca memahami konteks isi wacana. Jadi, penulisan buletin As-Salam dan An-Nadwah yang cenderung sederhana belum pasti tidak mengandung unsurunsur pembangun suatu wacana yang baik. Penelitian ini merupakan sebagian kecil yang berupaya dalam menganalisis tentang kewacanaan dalam buletin jumat.Dalam penelitian ini masih banyak aspek-aspek kewacanaan yang belum digali.Karena dalam penelitian ini hanya menganalisis unsur kohesi dan koherensi saja, padahal seperti diketahui bahwa unsur-unsur pembangun wacana masih banyak. Media yang digunakan juga masih dalam lingkup kecil yaitu dua buletin jumat. Sehingga diharapkan ada penelitian lanjutan mengenai aspek kewacanaan yang dikaitkan dengan pembangunan karakter masyarakat.

Chaer, Abdul. 2002. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Chaer,

Abdul. 2005. Sosiolinguistik. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Halliday, M.A.K. dan R. Hassan, 1976, Cohesion in English. London: Longman Hasan Alwi. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Putaka Jorgensen W. Marianne dan J. Philips Louise, 2007. Analisis Wacana, Jakarta: Gramedia. Jorgensen, Marianne W. dan Louise J. Phillips. 2007. Analisis Wacana: Teori dan Metode.ed. Abdul Syukur Ibrahim. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Kridalaksana, H. (2008). Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. M.H. Junaiyah dan E Zainal Arifin, 2010. Keutuhan Wacana, Jakarta: Gramedia. Moeliono Anton, dkk. 1988. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka. Mulyana. 2005. Kajian Wacana: Teori, Metode, dan Aplikasi PrinsipPrinsip Analisis Wacana. Yogyakarta: Tiara Wacana

DAFTAR PUSTAKA Nunan, Achmad, HP. 2005. Modul Aspek Kohesi Wacana. Jakarta: UNJ Beaugrande, Robert Alain dan Wolfgang Ulrich Dressler. 1981. Introduction to Text Linguistics. London, New York: Longman.

D. (1993). Introduction to Discourse Analysis.London: Penguin Goup.

Pusat Bahasa, 2008, Kamus Besar Bahasa Indonesia , Jakarta: Gramedia.

Wardah Hanafiah Analisis Kohesi Dan Koherensi Pada….

151

Renkema, J., 2004, Introduction to Discourse Studies. Second Edition: Amsterdam/Philadelphia: John Benyamins Richard, C. Jack, Richard Schmidt, Kendriicks dan Yongkyu Kim. Longman Dictionary of Language Teaching and Applied Linguistic.Pearson Education Limited. Sri Wirdiyati, Ali. 2010. Tesis; Penanda Kohesi Gramatikal dan Leksikal dalam cerpen ”Theckillers” karya Ernest Hemingway. Tarigan Henry Guntur, 1987. Pengajaran Wacana, Bandung: Angkasa Tarigan, Henry Guntur. 2009. Pengajaran Wacana. Bandung: Angkasa

Epigram, Vol.11 No. 2 Oktober 2014:135-152

152

Wardah Hanafiah Analisis Kohesi Dan Koherensi Pada….