perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ANALISIS KOMPARATIF USAHATANI TUMPANGSARI JAGUNG DAN KACANG TANAH DENGAN MONOKULTUR JAGUNG DI KABUPATEN WONOGIRI
SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis
Oleh : Marlina Perdana Putri H 0307058
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit to user 2011
i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur ke hadirat Allah SWT Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, yang telah begitu besar memberikan limpahan hidayah-Nya kepada penulis hingga karya ini dapat terselesaikan. Shalawat serta salam senantiasa terlimpah kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW, para keluarga, sahabat, dan orang-orang yang senantiasa berjuang di jalan-Nya. Usaha dan upaya untuk senantiasa melakukan yang terbaik atas setiap kerja menjadikan akhir dari pelaksanaan penelitian terwujud dalam bentuk penulisan skripsi dengan judul “Analisis Komparatif Usahatani Tumpangsari Jagung dan Kacang Tanah dengan Monokultur Jagung di Kabupaten Wonogiri”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini, antara lain : 1. Allah SWT atas segalanya yang telah diberikan kepada penulis. 2. Bapak Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, MS. selaku Dekan Fakultas Pertanian Sebelas Maret surakarta. 3. Ibu Dr. Ir. Sri Marwanti MS. selaku Ketua Jurusan/Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret surakarta 4. Ibu Ir. Sugiharti Mulya Handayani, MP. selaku Ketua Komisi Sarjana Jurusan/Prodi Sosial Ekonomi Pertanian/Agrobisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta 5. Ibu Wiwit Rahayu SP. MP selaku pembimbing utama yang dengan sabar memberikan masukan, nasehat dan bimbingannya dalam penyusunan skripsi ini, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. 6. Ibu Erlyna Wida Riptanti SP. MP selaku Pembimbing Akademik dan Pembimbing Pendamping yang benar-benar berperan sebagai ibu di kampus yang dengan sabar telah memberikan bimbingan dan arahannya sehingga commit to user penulis lebih matang dalam menghadapi masalah.
iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
7. Ibu Prof. Dr. Ir Suprapti, MP. selaku penguji skripsi atas diskusi, bimbingan, serta arahannya kepada penulis. 8. Kepala BPS Kabupaten Wonogiri beserta staf atas bantuan dalam menyediakan data yang penulis butuhkan. 9. Kepala BAPPEDA Kabupaten Wonogiri beserta staf atas bantuan dalam menyediakan data yang penulis butuhkan. 10. Kantor Kecamatan Ngadirojo, Kepala Desa, Penyuluh lapangan Kecamatan Ngadirojo dan responden di Desa Gedong Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Wonogiri atas bantuan kepada penulis selama penelitian. 11. Seluruh Dosen Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan yang bermanfaat bagi penulis. 12. Bapak Mandimin, Bapak Syamsuri dan Mbak Ira yang dengan sabar membantu menyelesaikan segala urusan administrasi berkenaan dengan studi dan skripsi penulis. 13. Kedua orang tuaku Bapak Rina Mulato dan Ibu Winarti atas pengorbanan, doa dan restunya semoga Allah Subhanahu Wa Ta’ala dapat memberikan balasan kebaikan, cinta, dan surga-Nya . 14. Kakak-kakakku semuanya (Mbak Hesti, Mbak Novi, Mas Bagas, Mas Tri,), adikku (Pranata dan Azka), terima kasih atas kasih sayang, senyum, canda dan semua pengorbanan kalian semoga mendapat balasan kebaikan dari Alloh Subhanahu Wa Ta’ala. 15. Sahabat-sahabatku SMA (Diar, Riska, Etik, Dina, Wahyu, Nuning, Tunjung, Joko, dan Isna) terima kasih atas nasehat, kebaikan, curhatannya, kasih sayang, perhatian, bantuan, motivasi dan persahabatan yang sudah kalian berikan kepadaku. Terima kasih sudah bersedia mendengarkan keluh kesahku selama aku kuliah, meskipun kita tidak satu kampus, selamanya kita bersahabat. Sahabat segalanya untukku, jangan putus ya, semoga ini selamanya,,, Amin 16. Sahabat-sahabatku kuliah (Feri, Ida, Yeni, Devi, Nurana, Isti, Riska, Maria dan Reni), terima kasih atas kasih sayang, gurauan, kebersamaan yang indah dan motivasinya yang telah mewarnai hidupku dan tetep semangat “SKRIPSI”nya ya…!!!!!.
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
17. Temen-temen Agrobisnis 2007, kalian telah memberikan nuansa persaudaraan yang penuh kenangan di Fakultas Pertanian. 18. Seluruh Karyawan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan bantuan. 19. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu, trima kasih. Penulis sadari bahwa sesungguhnya karya ini hanya sedikit memberikan kontribusi bagi pihak pemerintah Kabupaten Wonogiri maupun bagi almamater. Namun begitu besar memberikan kemanfaatan bagi penulis. Dengan segala kerendahan hati penulis berharap di balik kekurangsempurnaan karya ini masih ada manfaat yang bisa diberikan baik bagi penulis sendiri, bagi pihak almamater dapat menjadi tambahan referensi, dan bagi pembaca semoga bisa dijadikan tambahan pengetahuan.
Surakarta,
Juli 2011
Penulis
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL .......................................................................................
i
HALAMAN PENGESAHAN .........................................................................
ii
KATA PENGANTAR .....................................................................................
iii
DAFTAR ISI
vi
................................................................................................
DAFTAR TABEL ........................................................................................... viii DAFTAR GAMBAR .......................................................................................
x
RINGKASAN ..................................................................................................
xi
SUMMARY ..................................................................................................... xiii I. PENDAHULUAN...................................................................................... A. Latar Belakang ...................................................................................... B. Perumusan Masalah .............................................................................. C. Tujuan Penelitian .................................................................................. D. Kegunaan Penelitian .............................................................................
1 1 5 6 7
II. LANDASAN TEORI................................................................................. A. Penelitian Terdahulu ............................................................................ B. Tinjauan Pustaka ................................................................................... 1. Jagung ............................................................................................ 2. Kacang tanah ................................................................................... 3. Monokultur dan tumpangsari .......................................................... 4. Biaya, Penerimaan dan Pendapatan Usahatani ............................... 5. Efisiensi Usahatani .......................................................................... C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah ................................................... D. Hipotesis................................................................................................ E. Asumsi ................................................................................................. F. Pembatasan Masalah ............................................................................. G. Definisi Operasional dan Konsep Pengukuran Variabel.......................
8 8 8 8 10 12 14 12 19 21 21 22 22
III. METODE PENELITIAN ........................................................................ A. Metode Dasar Penelitian ....................................................................... B. Metode Pengambilan Lokasi Penelitian................................................ 1. Metode pengambilan daerah sampel ............................................... 2. Metode Pengambilan sampel responden ......................................... C. Jenis dan Sumber Data .......................................................................... D. Teknik Pengumpulan Data.............................................................. ...... E. Metode Analisis Data ............................................................................ 1. Analisis pendapatan ......................................................................... 2. Analisis Efisiensi .............................................................................
24 24 24 24 25 26 26 27 27 29
IV.KEADAAN UMUM DAERAH commit to user A. Keadaan Geografi ……………………………………………………… 32
vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
B. Keadaan Penduduk …………………………………………………….. 34 C. Keadaan Pertanian ……………………………………………………... 37 D. Kondisi Sarana Perekonomian...……………………………………… 39 V.HASIL DAN PEMBAHASAN A. Usahatani Monokultur Jagung dan Tumpangsari Jagung-Kacang Tanah…………..................................................................................... B. Identitas Petani Sampel ……………………………………………..... C. Penggunaan Sarana Produksi dan Tenaga Kerja .…..………………… D. Biaya Usahatani Monokultur Jagung dan Tumpangsari Jagung-Kacang Tanah…………………………………………………………………... E. Produktivitas, Penerimaan, dan Pendapatan Usahatani Monokultur Jagung dan Tumpangsari Jagung-Kacang Tanah…................................ F. Efisiensi Usahatani Monokultur Jagung dan Tumpangsari JagungKacang Tanah………………………………………………………….. G. Efisiensi……………………………………………………………….. H. Analisis Perbandingan Pendapatan ………………………………….. I. Analisis Perbandingan Efisiensi ………………………………………. VI.PEMBAHASAN A. Biaya Usahatani Monokultur Jagung dan Tumpangsari Jagung-Kacang Tanah…………………………………………………………………... B. Produktivitas, Penerimaan, dan Pendapatan Usahatani Monokultur Jagung dan Tumpangsari Jagung-Kacang Tanah…................................ C. Efisiensi Usahatani Monokultur Jagung dan Tumpangsari JagungKacang Tanah………………………………………………………….. D. Kekurangan dan kelebihan Usahatani Monokultur Jagung dan tumpangsari Jagung-kacang tanah……………………………………...
41 47 50 69 71 72 67 68 69
69 71 72 72
VII.KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ……………………………………………………………. 74 B. Saran……………………………………………………………………. 74 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL No
Judul
Halaman
Tabel 1. Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Bahan Makanan di Kabupaten Wonogiri Tahun 2010 .............................................. Tabel 2. Produksi Tanaman Jagung Dan Kacang Tanah Pada Setiap Kecamatan Di Kabupaten Wonogiri Tahun 2010 ............... Tabel 3. Kadar Kalori, Protein dan Kadar Karbohidrat pada Berbagai Bahan Makanan Mentah ................................................. Tabel 4. Produksi Jagung dan Kacang tanah tiap Desa/Kelurahan di Kecamatan Ngadirojo Tahun 2008 ............................................ .Tabel 5. Tinggi Wilayah Perkecamatan di Kabupaten Wonogiri Tahun 2009 .................................................................................... Tabel 6. Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin di Kabupaten Wonogiri Tahun 2009 .............................................. Tabel 7. Komposisi Penduduk Kabupaten Wonogiri Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2009 ................................................... Tabel 8. Tata Guna Lahan di Kabupaten Wonogiri Tahun 2009 ................. Tabel 9. Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Bahan Makanan di Kabupaten Wonogiri Tahun 2009 .............................................. Tabel 10. Sarana Perekonomian di Kabupaten Wonogiri Tahun 2009.......... Tabel 11. Identitas Petani Sampel Usahatani Monokultur Jagung dan Tumpangsari Jagung-Kacang Tanah MT November 2010 sampai Februari 2011 di Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Wonogiri ...................................................................... Tabel 12. Rata-rata Penggunaan Sarana Produksi Pada Usahatani Monokultur Jagung dan Tumpangsari Jagung-Kacang Tanah MT November 2010 sampai Februari 2011 di Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Wonogiri .................................. Tabel 13. Rata-rata Penggunaan Tenaga Kerja Pada Usahatani Monokultur Jagung MT November 2010 sampai Februari 2011 di Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Wonogiri ..................... Tabel 14. Rata-rata Penggunaan Tenaga Kerja Usahatani Tumpangsari Jagung-Kacang Tanah MT November 2010 sampai Februari 2011 di Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Wonogiri ...................................................................... Tabel 15. Rata-rata Biaya Sarana Produksi pada Usahatani Monokultur Jagung dan Tumpangsari Jagung-Kacang Tanah MT November 2010 sampai Februari 2011 di Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Wonogiri .................................. Tabel 16. Rata-rata Biaya Penggunaan Tenaga Kerja Usahatani Monokultur Jagung MT November 2010 sampai Februari 2011 di Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Wonogiri ..................... commit to user
viii
2 4 9 26 33 35 37 38 39 39
48
51
53
55
57
59
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tabel 17. Rata-rata Biaya Penggunaan Tenaga Kerja Usahatani Tumpangsari Jagung-Kacang Tanah MT November 2010 sampai Februari 2011 di Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Wonogiri ...................................................................... Tabel 18. Rata-rata Biaya Lain-lain Usahatani Monokultur Jagung dan Tumpangsari Jagung-Kacang Tanah MT November 2010 sampai Februari 2011 di Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Wonogiri ..................................................... Tabel 19. Rata-rata Biaya Total Usahatani Monokultur Jagung dan Tumpangsari Jagung-Kacang Tanah MT November 2010 sampai Februari 2011 di Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Wonogiri ...................................................................... Tabel 20. Rata-rata Penerimaan Total Usahatani Monokultur Jagung dan Tumpangsari Jagung-Kacang Tanah MT November 2010 sampai Februari 2011 di Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Wonogiri ...................................................................... Tabel 21. Rata-rata Pendapatan Total Usahatani Monokultur Jagung dan Tumpangsari Jagung-Kacang Tanah MT November 2010 sampai Februari 2011 di Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Wonogiri ..................................................... Tabel 22. Rata-rata Efisiensi Total Usahatani Monokultur Jagung dan Tumpangsari Jagung-Kacang Tanah MT November 2010 sampai Februari 2011 di Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Wonogiri ......................................................................
commit to user
ix
61
63
64
65
67
68
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Kerangka Teori Pendekatan Masalah ............................................... 21 Gambar 2. Pola Tanam Pada Lahan Sawah di Kecamatan Ngadirojo ................ 42
commit to user
x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ANALISIS KOMPARATIF USAHATANI TUMPANGSARI JAGUNG DAN KACANG TANAH DENGAN MONOKULTUR JAGUNG DI KABUPATEN WONOGIRI Marlina Perdana Putri H0307058 RINGKASAN Marlina Perdana Putri. H0307058. Analisis Komparatif Usahatani Tumpangsari Jagung-Kacang Tanah dan Monokultur Jagung di Kabupaten Wonogiri. Dibimbing oleh Wiwit Rahayu SP. MP dan Erlyna Wida Riptanti SP. MP. Fakultas Pertanian. Universitas Sebelas Maret. Surakarta. Skripsi ini disusun berdasarkan hasil penelitian yang bertujuan mengetahui besarnya biaya, penerimaan, dan pendapatan usahatani tumpangsari jagungkacang tanah dan monokultur jagung, serta mengkaji dan membandingkan usahatani mana yang memberikan pendapatan dan efisiensi lebih tinggi. Metode dasar penelitian adalah metode deskriptif analitik dan pelaksanaannya dengan teknik survei. Pengambilan daerah penelitian dilakukan purposive sampling. Sampel kecamatan diambil dengan kriteria produksi kacang tanah di daerah tersebut merupakan yang terbesar di Kabupaten Wonogiri, serta memiliki produksi jagung yang cukup besar dan dengan pertimbangan di Kecamatan tersebut terdapat petani yang membudidayakan jagung dan kacang tanah. Berdasarkan kriteria tersebut terpilih Kecamatan Ngadirojo. Sampel Desa dipilih dengan kriteria produksi jagung dan kacang tanah di Desa tersebut yang paling tinggi di Kecamatan Ngadirojo sehingga terpilih Desa Gedong. Sampel dalam penelitian ini diambil 30 petani dari setiap usahatani monokultur jagung dan tumpangsari jagung-kacang tanah di Desa Gedong. Teknik pengambilan petani sampel dengan menggunakan metode pengambilan simple random sampling dengan cara undian. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Metode analisis yang digunakan antara lain analisis pendapatan dengan konsep biaya mengusahakan. Analisis komparatif pendapatan dan efisiensi menggunakan uji t. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendapatan usahatani tumpangsari jagung-kacang tanah (Rp 8.449.479,00/Ha/MT) lebih besar daripada pendapatan usahatani monokultur jagung yang besarnya (Rp 5.893.727,00/Ha/MT). Hasil uji t antara pendapatan usahatani monokultur jagung dan tumpangsari jagung-kacang tanah menunjukkan bahwa thitung sebesar 6,264, berarti usahatani tumpangsari jagung kacang-tanah memberikan pendapatan yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan usahatani monokultur jagung. Nilai R/C Ratio pada usahatani monokultur jagung besarnya 1,70, sedangkan R/C Ratio pada usahatani tumpangsari jagungkacang tanah 1,90. Hasil uji t antara efisiensi usahatani monokultur jagung dan tumpangsari jagung-kacang tanah menunjukkan bahwa thitung besarnya 4,672, Hal ini dapat diartikan bahwa usahatani tumpangsari jagung-kacang tanah lebih efisien untuk dikembangkan daripada usahatani monokultur jagung. Berdasarkan hasil penelitian, pemerintah daerah Kabupaten Wonogiri diharapkan lebih aktif memberikan penyuluhan tentang pertanian terutama tentang budidaya tumpangsari jagung-kacang tanah agar kedua tanaman dapat tumbuh dengan optimal dan berproduksi lebih tinggi. commit to user
xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
COMPARATIVE ANALYSIS OF CORN-PEANUT INTERCROPPING AND CORN MONOCULTURE FARMING IN WONOGIRI REGENCY Marlina Perdana Putri H0307058 SUMMARY Marlina Perdana Putri. H0307058. Comparative Analysis of corn-peanut Intercropping and Corn Monoculture farming in Wonogiri Regency. Guided by Wiwit Rahayu SP. MP and Erlyna Wida Riptanti SP. MP. Faculty of Agriculture. Universities Sebelas Maret. Surakarta This paper was prepared based on research results for the thesis that aims are to assess and to compare the income of corn-peanut intercropping and monokulture corn, farming as well as to assess and to compare the farm which provides income and higher efisiency. The basic method is a descriptive study using survey techniques and their implementation taking the area of research is done deliberately or purposive sampling. Sub-sample taken with the criteria of peanut production in the area is the largest in Wonogiri, as well as having a fairly large corn produktion and with consideration in the are included farmers who grow corn and peanut. Based on these criteria, was elected Ngadirojo district. Furthermore, selected villagers in one village there is a farmers corn and peanut, so that the elected Gedong village. Sample in the this study were drawn 30 farmers of corn-peanut intercropping and corn monokulture. The sample of villages was done using purposive sampling. Type of data used are primary and secondary data. Analitical methods used include analysis of revenue by the concept of effort and cost comparative analysis of income and the comparatif efficiency by using t test. Results showed that farm income corn-peanut intercropping (Rp 8.449.478,00/Ha/MT) is greater than corn monoculture farm income in the amount (Rp 5.893.727,00/Ha/ MT). T test results showed that thitung magnitude of 6.264, meaning peanut-corn intercropping farm land provide a higher income when compared with corn monoculture farming. R / C Ratio on farming corn monokultur magnitude 1.70, while the R / C Ratio on the farm corn-peanut intercropping 1.90. t test results showed that thitung magnitude of 4.672, This may imply that the corn-peanut intercropping farming land to be developed more efficiently than corn monoculture farming. From the research, local governments should Wonogiri expected tobe more actively providing information about agriculture, especially the cultivation corn-peanut intercropping because of potential areas suitable for development of corn and peanuts so that both crops can be grown with optimal and high production.
commit to user
xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya hidup dengan mata pencaharian sebagai petani. Hal ini menunjukkan bahwa sektor pertanian merupakan sektor penting yang mendukung kehidupan penduduk. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki sumber daya alam berupa lahan yang cukup luas dan subur. Keadaan iklim, suhu, dan kelembaban yang cocok untuk kebutuhan pertumbuhan tanaman pangan pokok, sehingga hampir seluruh tanaman pangan pokok (biji-bijian, umbiumbian, dan kacang-kacangan) dapat diusahakan sebagai usahatani dan tumbuh dengan relatif baik. Pengembangan sektor pertanian dapat dilakukan pada berbagai jenis tanaman, baik tanaman holtikultura, perkebunan maupun tanaman palawija. Tanaman palawija yang dikembangkan di Indonesia diantaranya seperti jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang-kacangan, dan sebagainya. Kabupaten Wonogiri merupakan salah satu daerah yang memiliki potensi besar dalam bidang pertanian, tanah yang subur dan luas merupakan salah satu faktor yang mampu mendukung kemajuan pertanian di Kabupaten Wonogiri. Beragam jenis tanaman bahan pangan telah dibudidayakan, baik pada lahan tegalan maupun lahan sawah. Tanaman yang sering ditanam pada lahan sawah adalah padi sawah, jagung, kedelai dan kacang tanah. Produksi tanaman bahan pangan di Kabupaten Wonogiri cukup besar, hal tersebut dapat dilihat pada luas panen, rata-rata produksi dan produktivitas bahan makanan di Kabupaten Wonogiri yang disajikan pada Tabel 1.
commit to user
1
2 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 1. Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Bahan Makanan di Kabupaten Wonogiri No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Jenis Komoditi Padi sawah Padi gogo Jagung Ubi kayu Kacang tanah Kedelai Kacang hijau Sorghum Ketela rambat
Luas Panen (ha) 47.970 12.569 64.976 63.337 44.078 25.739 551 687 173
Produktivitas (kw/ha) 59,73 38,26 58,04 170,08 12,46 13,65 7,37 57,35 180,57
Produksi (kw) 2.865.267 123.898 3.771.109 10.772.082 549.227 351.241 4.064 6.894 31.239
Sumber: BPS Kabupaten Wonogiri, 2010 Berdasarkan data Tabel 1 dapat diketahui bahwa produksi tanaman jagung, ubi kayu, kacang tanah dan kedelai cukup besar bila dibandingkan dengan tanaman lainmya. Tanaman ubi kayu memiliki nilai produksi terbesar jika dibandingkan tanaman lainnya. Selain ubi kayu, tanaman jagung dan kacang tanah juga memiliki produksi yang cukup besar. Jagung banyak dibudidayakan di Kabupaten Wonogiri, sehingga Kabupaten Wonogiri termasuk salah satu sentral produksi jagung di Jawa Tengah. Pada tahun 2008 Kabupaten Wonogiri mampu menghasilkan 311.300 ton jagung dari luas panen sebesar 71.259 Ha yang menunjukkan tingkat produktifitasnya sebesar 43.69 Ku/Ha. Produksi jagung tertinggi di Jawa Tengah adalah Kabupaten Grobogan yaitu sebesar 605.004 ton diikuti Kabupaten Wonogiri sebesar 311.300 ton sedangkan Kabupaten Blora menempati posisi ketiga dengan produksi sebesar 258.251. Dari data ini dapat diketahui bahwa produksi jagung di Kabupaten Wonogiri menduduki urutan kedua setelah Kabupaten Grobogan (Jawa Tengah Dalam Angka 2009). Tanaman jagung sering ditanam oleh petani baik pada lahan tegalan maupun lahan sawah. Sistem tanam yang digunakan petani dalam bercocok tanam pada lahan sawah sangat beranekaragam baik secara tumpangsari maupun monokultur. Sistem tanam tumpangsari yang biasa dilakukan oleh petani pada tanaman jagung antara lain tumpangsari jagung dan kacang tanah, commit to user jagung dan kacang hijau maupun jagung dan kedelai. Sistem tanam
3 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tumpangsari sering dilakukan oleh petani untuk memanfaatkan jarak tanam dan menambah pendapatan. Sistem tanam monokultur juga masih banyak dilakukan oleh petani di Kabupaten Wonogiri, sistem tanam monokultur sering dilakukan petani antara lain monokultur jagung, monokultur kacang tanah dan monokultur kedelai. Sistem tanam monokultur ini memerlukan biaya yang lebih rendah jika dibandingkan dengan biaya usahatani sistem tumpangsari. Petani di Kabupaten Wonogiri menanam jagung dengan sistem monokultur jagung maupun sistem tumpangsari, salah satunya dengan sistem tumpangsari jagung-kacang tanah. Tumpangsari jagung-kacang tanah dipilih karena kacang tanah memiliki produksi yang tinggi dan kacang tanah mampu mengikat nitrogen sehingga mampu menyuburkan tanah. Kacang tanah dipilih oleh petani karena memiliki banyak manfaat. Kacang tanah merupakan salah satu sumber protein nabati, kacang tanah juga mempunyai masa depan yang baik untuk mengisi kekurangan cadangan minyak nabati karena kadar minyaknya yang tinggi dan produksinya mudah ditingkatkan. Selain itu kacang tanah mempunyai nilai ekonomi yang penting untuk bahan eksport (Adisarwanto, 2003: 22-25). Produksi jagung dan kacang tanah di Wonogiri sampai saat ini cukup besar, jika dibandingkan dengan produksi tanaman palawija lainnya. Produksi tanaman jagung dan kacang tanah pada setiap Kecamatan di Kabupaten Wonogiri dapat dilihat pada Tabel 2.
commit to user
4 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 2. Produksi Tanaman Jagung Dan Kacang Tanah Pada Setiap Kecamatan Di Kabupaten Wonogiri No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Kecamatan Pracimantoro Paranggupito Giritontro Giriwoyo Batuwarno Karangtengah Tirtomoyo Nguntoronadi Baturetno Eromoko Wuryantoro Manyaran Selogiri Wonogiri Ngadirojo Sidoharjo Jatiroto Kismantoro Purwantoro Bulukerto Puhpelem Slogohimo Jatisrono Jatipurno Girimarto
Produksi Jagung (kw) 363.648 67.689 84.769 224.715 123.341 341.883 156.517 79.908 85.150 174.002 116.208 159.512 34.066 97.049 283.976 178.201 187.187 84.829 182.356 95.053 105.354 162.647 117.050 71.856 194.143
Produksi Kacang tanah (kw) 42.152 25.365 14.019 38.712 29.213 36.410 17.603 11.817 12.127 20.012 22.898 34.196 9.940 67.730 93.783 28.918 14.365 947 1.243 1.081 5.678 8.023 1.590 11.406
Sumber : Wonogiri dalam Angka 2010 Sistem tanam monokultur jagung mempunyai kelebihan salah satunya yaitu petani akan lebih mudah mengelola usahataninya karena hanya mengusahakan satu jenis tanaman dan hasil yang diperoleh juga maksimal, selain itu biaya untuk proses usahatani lebih kecil jika dibandingkan dengan pertanian tumpangsari. Pertanian monokultur juga mempunyai kendala yakni apabila terjadi fluktuasi harga jagung, maka akan menyebabkan resiko yang fatal yaitu petani akan mengalami kerugian karena harga jagung rendah sehingga pendapatan petani juga rendah atau bahkan mengalami kerugian dalam usahataninya. Sistem tanam tumpangsari merupakan usaha mengurangi commit user tumbuh kurang optimal masih resiko, maksudnya apabila salah satutotanaman
perpustakaan.uns.ac.id
5 digilib.uns.ac.id
didapat jenis tanaman lain yang diharapkan dapat menghasilkan dan memberikan pendapatan bagi petani. Pengunaan sistem tanam tumpangsari ini akan memberikan pendapatan yang lebih besar bagi petani dibandingkan jika petani menerapakan sistem tanam monoklutur, karena dalam sistem tanam tumpangsari, petani memanfaatkan lahan secara optimal. B. Rumusan Masalah Usahatani adalah suatu bentuk organisasi faktor-faktor produksi untuk memperoleh pendapatan bagi keluarga petani yang sebesar-besarnya dan kontinu. Usahatani merupakan suatu usaha yang kompleks dan unik. Salah satu faktor penting yang menjadi pertimbangan dalam usahatani adalah menentukan usahatani apa yang akan diusahakan. Petani berusaha untuk mengalokasikan penggunaan sumber daya yang sudah ada dengan sebaikbaiknya agar diperoleh pendapatan yang besar. Petani dalam melakukan usahataninya selalu mengadakan perhitungan ekonomis mengenai biaya dan penerimaan usahataninya. Petani akan membandingkan antara hasil yang diharapkan pada waktu panen dengan biaya yang dikeluarkan selama proses budidaya, petani akan berusaha untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Hal ini juga yang dialami oleh petani palawija, khususnya petani jagung yang mengusahakan usahataninya di lahan sawah. Petani di Kabupaten Wonogiri menanam jagung dengan sistem tumpangsari dan monokultur. Sistem tanam yang dilakukan oleh petani ini dilatarbelakangi oleh beberapa pertimbangan salah satunya adalah biaya dalam proses usahatani. Sistem tanam yang akan digunakan pada usahatani secara langsung akan mempengaruhi biaya yang dikeluarkan oleh petani. Biaya yang dikeluarkan petani menggunakan sistem tanam tumpangsari berbeda dengan sistem tanam monokultur. Petani sistem tanam tumpangsari akan mengeluarkan biaya yang lebih besar karena petani mengelola dua tanaman. Sistem tanam juga akan mempengaruhi penerimaan petani yang nantinya juga akan mempengaruhi pendapatan petani. Penerimaan yang besar commit to user
6 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
belum tentu memberikan pendapatan yang besar juga, karena besarnya pendapatan dipengaruhi oleh besarnya biaya yang dikeluarkan. Petani dihadapkan pada pilihan usahatani mana yang menguntungkan.. Tumpangsari adalah salah satu cara menambah pendapatan petani dengan cara penganekaragaman tanaman pada lahan pertanian yang terbatas. Tumpangsari juga merupakan upaya pemanfaatan lahan secara maksimal dengan memanfaatkan jarak tanam. Penerapan sistem tanam tumpangsari akan memberikan pendapatan yang lebih tinggi jika dibandingkan penerapan sistem tanam monokultur. Bertitik tolak dari masalah diatas, permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah: 1. Berapa besarnya biaya, penerimaan, dan pendapatan dari usahatani tumpangsari jagung-kacang tanah dan usahatani monokultur jagung? 2. Apakah pendapatan usahatani tumpangsari jagung-kacang tanah lebih tinggi daripada usahatani monokultur jagung? 3. Apakah efisiensi usahatani tumpangsari jagung-kacang tanah lebih tinggi daripada usahatani monokultur jagung? C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian yang dilakukan sebagai berikut : 1. Mengetahui besarnya biaya, penerimaan, dan pendapatan dari usahatani tumpangsari jagung-kacang tanah dan usahatani monokultur jagung. 2. Mengkaji dan membandingkan apakah pendapatan usahatani tumpangsari jagung-kacang tanah lebih tinggi daripada usahatani monokultur jagung. 3. Mengkaji dan membandingkan apakah efisiensi usahatani tumpangsari jagung-kacang tanah lebih tinggi daripada usahatani monokultur jagung. D. Kegunaan Penelitian 1. Bagi peneliti, penelitian ini dilaksanakan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. commit to user
7 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Bagi pemerintah, penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran dan bahan pertimbangan dalam menyusun kebijaksanaan pertanian di masa yang akan datang. 3. Bagi petani, penelitian ini diharapkan dapat membantu petani menentukan usahatani mana yang memberikan pendapatan maksimal. 4. Bagi pihak lain, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan kajian dan pembanding bagi pemecahan masalah yang sama.
commit to user
8 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
commit to user
8 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
II.
LANDASAN TEORI
A. Penelitian Terdahulu Andrianie (2006: 64-68) dalam penelitiannya tentang ”Analisis Usahatani Tumpangsari Wijen dan Jagung pada Lahan Tegalan ditinjau Dari Segi Peningkatan Pendapatan Petani di Kabupaten Sragen” menyatakan bahwa usahatani tumpangsari jagung dan wijen memiliki rata-rata pendapatan sebesar Rp. 3.946.476,90Ha/MT sedangkan usahatani monokultur jagung memiliki rata-rata penndapatan sebesar Rp. 2.527.554,00Ha/MT. Hasil analisis R/C ratio usahatani tumpangsari jagung dan wijen adalah sebesar 1,86, sedangkan R/C ratio pada usahatani monokultur jagung sebesar 1,66. Berdasarkan hasil analisis R/C ratio tersebut menunjukkan bahwa usahatani tumpangsari jagung dan wijen lebih efisien dibandingkan usahatani monokultur jagung. Penelitian Mardiyanti (2003: 59-64) yang berjudul ”Studi Komparatif Usahatani
Jagung
Sistem
Tanam
Tumpangsari
Jagung-Kedelai
dan
Monokultur Jagung di Kabupaten Wonogiri” menghasilkan kesimpilan bahwa biaya usahatani tumpangsari jagung dan kedelai Rp. 1.460.329/Ha/MT sedangkan untuk monokultur jagung sebesar Rp. 1.373.691/Ha/MT. Dari hasil analisis juga diperoleh bahwa penddapatan usahatani tumpangsari jagung dengan kedelai Rp. 2.347.063Ha/MT dan pendapatan usahatani monokultur jagung sebesar Rp. 1.704.367Ha/MT. Pada usahatani tumpangsari jagung dengan kedelai diperoleh nilai R/C ratio sebesar 2,6 dan R/C ratio usahatani monokultur jagung sebesar 2,2 yang berarti bahwa usahatani tumpangsari jagung dengan kedelai lebih efisien daripada usahatani monokultur jagung. Menurut hasil penelitian Ekwasita (2007: 102-104) “Kajian Kelayakan Usahatani Sambiloto dengan Jagung” menunjukkan bahwa pada usahatani monokultur sambiloto membutuhkan biaya sebesar Rp. 4.232.300 dengan penerimaan sebesar Rp. 5.368.985, pendapatan bersih Rp. 1.136.685 dengan nilai B/C 1,27. Pada usahatani tumpangsari sambiloto dan jagung dengan jarak tanam 90 cm x 20 cm membutuhkan biaya commit to userRp. 2.644.813 dengan penerimaan
9 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Rp. 3.833.173, pendapatan bersih Rp. 1.188.360 dan nilai B/C 1,5. Biaya pada usahatani tumpangsari jagung-sambiloto dengan jarak 90 cm x 20 cm lebih rendah dari pada biaya usahatani monokultur sambiloto. Penurunan biaya ini juga diikuti dengan penurunan penerimaan, usahatani tumpangsari jagungsambiloto memberikan pendapatan yang lebih besar. Usahatani tumpangsari jagung-sambiloto juga membrikan nilai B/C yang lebih tinggi. B. Tinjauan Pustaka 1. Jagung Jagung
merupakan
salah
satu
mengandung sumber hidrat arang
jenis
bahan
makanan
yang
yang dapat digunakan untuk
menggantikan (mensubstitusi) beras sebab: a. Jagung memiliki kalori yang hampir sama dengan kalori yang terkandung pada padi (lihat Tabel 3). b. Kandungan protein di dalam biji jagung sama dengan biji padi, sehingga jagung dapat pula menyumbang sebagian kebutuhan protein yang diperlukan manusia. Kandungan karbohidratnyapun mendekati mendekati karbohidrat pada padi (lihat Tabel 3), berarti jagung juga memiliki nilai gizi yang hampir mendekati nilai gizi padi. c. Jagung dapat tumbuh pada berbagai macam tanah, bahkan pada kondisi tanah yang agak keringpun masih dapat ditanam. Di daerahdaerah tertentu jagung digunakan sebagai makanan pokok, karena jagung mudah diperoleh. Tabel 3. Kadar Kalori, Protein dan Kadar Karbohidrat pada Berbagai Bahan Makanan Mentah Bahan Mentah
Beras/padi Jagung Ubi kayu basah Gaplek tepung Ketela rambat Kentang Sagu
Kadar Kalori 350 Kal 320 Kal 136 Kal 352 Kal 125 Kal 85 Kal commit to user 341 Kal
Kadar Protein (gram) 8 8 1,22 1,5 1,8 2 -
Kadar Karbohidrat (gram) 73 63 32 85 28 19 85
10 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Cantel
304 Kal
9
58
Sumber: (AAK, 1993: 11-12) Jagung merupakan tanaman yang berasal dari daerah-daerah tropis, tetapi karena banyak sekali tipe-tipe jagung dengan variasi sifat-sifat yang dimilikinya, maka jagung ini dapat menyebar luas dimana-mana dan dapat hidup baik di berbagai macam iklim. Dengan perkataan lain jagung mempunyai daya adaptasi lebih tinggi dibanding dengan tanaman serealia lainnya. Pertanaman jagung yang luas adalah pada daerah-daerah beriklim sedang dimana jagung ditanam pada waktu-waktu musim panas dan daerah-daerah beriklim subtropis dan tropis yang basah, dimana sinar matahari dan air optimal untuk pertumbuhannya. Pada umumnya jagung dapat ditanam disemua belahan bumi kecuali pada daerah yang terlalu dingin atau daerah yang musim pertumbuhannya terlalu singkat. Jagung merupakan tanaman yang menghendaki keadaaan cuaca yang cukup panas bagi pertumbuhannya, dimana tanaman jagung memerlikan panas dan lembab dari waktu tanam sampai pada periode mengakhiri pembuahan (Effendi, 1991: 15-18). 2. Kacang tanah Kacang tanah (Arachis hypogeae L) termasuk famili Leguminosae (kacang-kacangan). Dalam spesies Arachis hypogaea sendiri terdapat dua sub-species, yakni Arachis hypogeae sub species hypogeae dan Arachis hypogaea sub species fastigiata. Kacang tanah sub species hypogaea atau disebut juga tipe Virginia, tumbuhnya menjalar atau ada juga yang tegak, dan mempunyai biji besar. Cabang dan bunganya terbentuk secara berselingan pada cabang primer dan sekunder, tetapi batang utama tidak mengandung bunga. Cabang umumnya terbentuk banyak, 5-15 cabang dari satu batang. Kacang tanah sub-species fastigiata, terdiri dari tipe Valensia dan tipe Spanis, tumbuhnya tegak dan bijinya kecil. Bunga terbentuk pada ruas commit cabang to user relatif sedikit (3-8 cabang) dan batang yang berurutan. Jumlah
11 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
cabang tumbuh sama tinggi dengan batang utama. Walaupun terdiri dari dua sub-species, tetapi nama botani kacang tanah adalah Arachis hypogeae L, dan berlaku bagi kedua sub species tersebut. Taxonomi secara lengkapnya adalah sebagai berikut: Divisi
: Spermatophyta
Sub-divisi
: Angiospermae
Kelas
: Dikotiledon
Ordo
: Polipetales
Famili
: Leguminosae
Genus
: Arachis
Species
: Hypogaea
Sub-species
: 1. Fastigiata 2. Hypogaea
Varietas
: Gajah, Macan, Rusa, Anoa, Tupai, dan lain-lain
(Sumarno, 1987: 21-26) Kacang tanah selain dapat langsung dimakan, juga merupakan tanaman industri. Bijinya mengandung 25-30% protein yang berkualitas tinggi. Disamping mengandung lemak yang tinggi (40-50%), juga mengandung mineral-mineral seperti Ca, P dan Fe, serta vitamin A dan B. Kacang tanah juga merupakan sumber vitamin B1 dan B2. Tabel 4. Nilai Gizi Kacang Tanah untuk Setiap 100 gram Bahan yang dapat Dimakan. Kalori (kal) Protein (g) Lemak (g) Hidrat arang (g) Serat (g) Abu (g) Kalsium (mg) Vit A (S.I) Besi (mg) Fosfor (mg) Thiamin (mg) Riboflavin (mg)
Kacang goreng Mentega 585 26 49,8 18,8 2,4 3,8 74 2,1 401 0,32 0,32 commit to user
589 25,2 50,6 18,8 1,8 3,7 59 1,9 380 0,12 0,12
Kacang mentah 687 9,2 71,2 14,6 2,3 1,6 73 130 2,4 289 0,86 0,13
12 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Niacin (mg)
17,2
14,7
9
Sumber: (Suprapto,1989) Untuk mendapatkan hasil panen yang memuaskan, faktor yang perlu diperhatikan oleh para petani tidak hanya pemelihaaraan tempat dan waktu tetapi juga persyaratan tumbuh yang meliputi : 1) Tanah Kondisi tanah yang mutlak diperlukan adalah tanah yang gembur. Tanah yang gembur ini tidak hanya baik bagi tumbuhnya kacang tanah tetapi juga menguntungkan bagi petani pada masa panen. Dalam kondisi tanah yang gembur ini para petani mudah melakukan pencabutan tanaman kacang tanah pada saat pemungutan hasil tanpa resiko bahwa banyak buah tertinggal di dalam tanah. 2) Iklim Kacang tanah menghendaki keadaan iklim yang keadaan iklim yang panas tetapi lembab, rata-rata 65-75 %, dan curah hujan tidak terlalu tinggi, yaitu sekitar 800-1300 mm/tahun (disesuaikan dengan perhitungan yang dikehendaki di lokasi tersebut), dan musim kering rata-rata sekitar 4 bulan/tahun. Pada waktu berbunga tanaman kacang tanah menghendaki keadaan yang lembab dan cukup udara, sehingga kuncup bunga dapat menembus tanah dengan baik, dan pembentukan polong dapat berjalan dengan leluasa. Pada saat buah kacang tanah menjelang tua, tanah harus diupayakan menjadi kering. (AAK, 1990: 16-19) 3. Sistem Tanam Monokultur dan Tumpangsari Pemilikan lahan yang sempit apabila tidak diusahakan secara intensif serta hanya dengan sistem monokultur akan berakibat rendahnya produksi persatuan luas dan persatuan waktu, resiko kegagalan, pengangguran musiman dan pengurangan kesuburan tanah. Pada usaha monokultur distribusi tenaga kerja sering tidak merata, dimana ada masa-masa tidak ada pekerjaan sama sekali. Tetapi pada sistem tumpang gilir didapat commit to user
13 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
adanya
distribusi
tenaga
kerja
yang
merata
sepanjang
tahun
(Thahir, 1999: 19-22). Pola tanam merupakan bagian atau subsistem dari sistem budidaya tanaman, maka dari sistem budidaya tanaman ini dapat dikembangkan satu atau lebih sistem pola tanam. Pada sistem budidaya tanaman di sawah tadah hujan dapata dilakukan pola tanam tunggal, misalnya jagung saja. Dapat pula ditanam beberapa macam tanaman seperti seperti jagung dan padi gogo dengan sistem tumpangsari. Pola tanam ini diterapkan dengan tujuan memanfaatkan sumberdaya secara optimal dan untuk menghindari resiko kegagalan. Syarat yang penting dalam tumpangsari adalah persyaratan tumbuh antara kedua tanaman atau lebih terhadap lahan yang digunakan, hendaknya mendekatai kesamaan, walaupun seringkali pola tanam ini diterapkan pada lingkungan yang kurang stabil, misalnya hara, air dan sinar matahari (AAK, 1993: 120). Penanaman tumpangsari sama umur adalah penanaman lebih dari satu jenis tanaman yang seumur pada waktu dan tempat yang sama dengan barisan-barisan teratur. Usaha pertanian ini mempunyai susunan barisan untuk tiap barisan teratur, sehingga perlakuaan untuk tiap jenis tanaman seperti halnya penyiangan, pemupukan, penyemprotan hama dan aktivitas lainnya lebih teratur. Umur dari jenis tanaman yang ditanam dalam usaha ini sama atau hampir bersamaan, misalnya penanaman kacang tanah diantara barisan-barisan jagung, kacang kedelai diantara barisan jagung, padi diantara barisan jagung, kacang kedelai diantara barisan sorghum, kacang hijau diantara barisan sorghum, kubis diantara barisan tomat, bawang diantara barisan jagung dan kombinasi lainnya (Thahir, 1992: 38) 4. Biaya, Penerimaan, dan Pendapatan Usahatani a. Biaya Usahatani Biaya menurut Prasetya (1996: 9-10) adalah nilai dari suatu masukan ekonomik yang diperlukan, yang dapat diperkirakan dan dapat diukur untuk menghasilkan suatu produk. Menurut sifatnya, commitmenjadi to user : biaya usahatani digolongkan
perpustakaan.uns.ac.id
14 digilib.uns.ac.id
1) Biaya tetap dan biaya variabel Biaya tetap yaitu biaya yang sifatnya tidak dipengaruhi oleh besarnya produksi seperti pajak, penyusutan alat produksi, sewa tanah, dan lain-lain. Sedangkan biaya variabel adalah biaya yang dipengaruhi oleh besarnya produksi yang dikehendaki seperti bibit, pakan ternak, biaya pembelian sarana produksi, dan sebagainya. 2) Biaya yang dibayarkan dan biaya yang tidak dibayarkan Biaya yang dibayarkan adalah biaya yang benar-benar dikeluarkan oleh petani untuk usahataninya seperti pupuk, pakan ternak, upah tenaga luar keluarga, dan lain-lain. Sedangkan biaya yang tidak dapat dibayarkan dapat berupa penggunaan tenaga kerja keluarga, bunga modal sendiri, dan penyusutan modal. 3) Biaya langsung dan biaya tidak langsung Biaya langsung adalah biaya yang secara langsung digunakan dalam proses produksi seperti pembelian pupuk, obat-obatan, bibit, pajak, upah tenaga kerja luar, makanan ternak, dan makanan tenaga kerja luar. Biaya tidak langsung adalah biaya yang secara tidak langsung digunakan dalam proses produksi seperti penyusutan modal tetap dan biaya makan tenaga kerja keluarga. Menurut Hadisapoetra (1973: 6-8), biaya yang dipergunakan dalam usahatani meliputi : 1) Biaya alat-alat luar adalah semua pengorbanan yang diberikan dalam usahatani untuk memperoleh pendapatan kotor kecuali bunga seluruh aktiva yang dipergunakan dan biaya untuk kegiatan si pengusaha dan upah tenaga kerja keluarga sendiri. 2) Biaya mengusahakan adalah biaya alat-alat dari luar ditambah dengan tenaga kerja keluarga sendiri, yang diperhitungkan berdasarkan upah yang dibayarkan kepada tenaga kerja luar. commit to user
15 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3) Biaya menghasilkan adalah biaya mengusahakan ditambah dengan bunga dari aktiva yang dipergunakan di dalam usahatani. Biaya produksi dapat dibagi menjadi dua yaitu biaya-biaya yang berupa uang tunai misalnya upah tenaga kerja untuk biaya persiapan atau penggarapan tanah, termasuk untuk upah ternak, biaya untuk membeli pupuk dan pestisida dan lain-lain. Sedangkan biaya-biaya panen, bagi hasi dan sumbangan dibayar dalam bentuk in-natura. Besar kecilnya bagian biaya produksi yang berupa uang tunai ini sangat mempengaruhi pengembangan usahatani. Terbatasnya jumlah uang tunai yang dimiliki petani lebih-lebih masalah pengkreditan tidak ada, sangat
menentukan
berhasil
tidaknya
pembangunan
pertanian
(Mubyarto, 1989: 71-72). b. Penerimaan Usahatani Penerimaan usahatani menurut Prasetya (1996: 13-14) dapat berujud 3 hal yaitu : 1) Nilai dari produk yang dikonsumsi sendiri oleh petani dan keluarganya selama melakukan kegiatan usahanya seperti telur, sayuran, dan buah-buahan sering dikonsumsi keluarga petani karena dibutuhkan. 2) Nilai dari keseluruhan produksi usahatani yang dijual baik dari hasil pertanaman, ternak, ikan, maupun produk lainnya. 3) Kenaikan nilai inventaris; nilai benda-benda inventaris yang dimiliki petani akan berubah-ubah setiap tahunnya, karena ada perbedaan nilai pada awal tahun dengan nilai pada akhir tahun perhitungan.
Apabila
terdapat
kenaikan
nilai
benda-benda
inventaris yang dimiliki petani, maka selisih antara nilai akhir tahun dari benda inventaris dengan nilai awal tahun perhitungan merupakan penerimaan dari usahatani. Penerimaan yang disebut juga dengan pendapatan kotor menurut Hadisapoetra (1973: 5) merupakan keseluruhan pendapatan yang commitdan to user diperoleh dari semua cabang sumber dalam usahatani selama satu
16 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tahun, yang dapat diperhitungkan dari hasil penjualan, pertukaran, atau penaksiran kembali. Pendapatan kotor ini di dalamnya mencakup : 1) Jumlah uang yang diterima dari hasil penjualan dengan mengingat akan adanya penerimaan pada permulaan dan akhir tahun. 2) Nilai dari pengeluaran-pengeluaran berupa bahan dari usahatani kepada rumah tangga dan keperluan-keperluan pribadi dari petani dan kepada usaha-usaha yang tidak termasuk usahatani. 3) Nilai dari bahan yang dibayarkan sebagai upah kepada tenaga kerja luar. 4) Nilai dari hasil bahan uang yang dihasilkan dalam usahatani yang dipergunakan lagi di dalam usahatani sendiri sebagai bangunanbangunan tetap. 5) Tambahan nilai dari persediaan, modal ternak, dan tanaman. c. Pendapatan Usahatani Pendapatan merupakan selisih penerimaan dengan biaya yang dikeluarkan.
Pendapatan
mempunyai
fungsi
untuk
digunakan
memenuhi kebutuhan sehari-hari dan melanjutkan kegiatan usaha petani. Sisa dari pendapatan usahatani akan merupakan tabungan dan juga sebagai sumber dana untuk memungkinkan petani mengusahakan kegiatan sektor lain. Besarnya pendapatan usahatani dapat digunakan untuk menilai keberhasilan petani dalam mengelola usahataninya (Prasetya, 1996: 13). Menurut Hadisapoetra (1973:9), pendapatan petani dapat diperhitungkan dengan mengurangi pendapatan kotor dengan biaya alat-alat luar dan dengan modal dari luar. Sedangkan pendapatan bersih dapat diperhitungkan dengan mengurangi pendapatan kotor dengan biaya mengusahakan. Biaya mengusahakan adalah biaya alatalat luar ditambah upah tenaga kerja keluarga sendiri yang diperhitungkan berdasarkan upah yang dibayarkan kepada tenaga kerja commit to user luar.
17 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Menurut Hadisapoetra (1973), pendapatan dari suatu jenis usahatani merupakan salah satu penilaian keberhasilan kegiatan usahatani
tersebut.
Sekurang-kurangnya suatu
usahatani
dapat
dikatakan berhasil apabila memenuhi syarat-syarat sebagai berikut : 1) Usahatani tersebut harus dapat menghasilkan cukup pendapatan yang dipergunakan untuk membayar semua alat-alat yang dipergunakan. 2) Usahatani
harus
dapat
menghasilkan
pendapatan
yang
dipergunakan untuk membayar bunga modal yang dipakai dalam usahatani tersebut, baik modal sendiri maupun modal yang dipinjam dari pihak lain. 3) Usahatani harus dapat menghasilkan pendapatan untuk membayar upah tenaga kerja petani dan keluarganya yang dipergunakan di dalam usahatani secara layak. 4) Usahatani harus dapat membayar tenaga petani sebagai manajer yang harus mengambil keputusan mengenai apa yang harus dijalankan, bilamana, dimana, dan bagaimana. Hadisapoetra
(1973:9)
menyatakan
bahwa
untuk
memperhitungkan nilai biaya dan pendapatan usahatani pada umumnya dibedakan menjadi 3 yaitu : 1) Memperhitungkan keadaan keuangan usahatani dan petani pada suatu waktu. 2) Memperhitungkan besarnya biaya dan pendapatan usahatani selama satu tahun. 3) Memperhitungkan
hubungan
antara
biaya
dan
pendapatan
usahatani pada akhir tahun 5. Efisiensi Usahatani Menurut Astuti (2006) efisiensi usahatani adalah nisbah penerimaan dengan biaya usahatani yang merupakan salah satu ukuran apakah usahatani tersebut apakah efisien atau tidak. Nilai R/C yang lebih besar commit to user dari 1 menunjukkan bahwa usahatani tersebut efisien. Efisiensi usahatani
18 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
perlu diperhatikan karena pendapatan usahatani yang tinggi tidak selalu mencerminkan efisiensi usahatani yang tinggi pula. Menurut Soekartawi (1995: 62), penghitungan efisiensi usahatani yang sering digunakan adalah Return Cost Ratio (R/C Ratio). R/C Ratio adalah perbandingan antara penerimaan dan biaya, dirumuskan : R
C
Ratio =
R C
Keterangan : R = Besarnya penerimaan usahatani C = Besarnya biaya usahatani yang dikeluarkan Semakin besar nilai R/C Ratio maka semakin besar keuntungan yang diperoleh petani. C. Kerangka Teori Pendekatan Masalah Usahatani merupakan himpunan dari sumber-sumber alam yang terdapat di suatu tempat, yang diperlukan untuk produksi pertanian, seperti sinar matahari dan air serta perbaikan-perbaikan yang telah dilakukan terhadap tanah. Proses usahatani ini membutuhkan adanya input, petani yang membudidayakan usahatani jagung secara monokultur akan membutuhkan input yang berbeda dengan usahatani jagung secara tumpangsari. input yang digunakan dalam usahatani ini merupakan biaya yang dikeluarkan petani selama proses usahatani. Biaya adalah nilai dari semua masukan ekonomik yang diperlukan untuk menghasilkan suatu produk, yang dapat diperkirakan serta diukur. Dalam penelitian ini, biaya usahatani yang digunakan adalah biaya mengusahakan. Biaya mengusahakan adalah biaya alat-alat luar (meliputi upah tenaga kerja luar, bibit, pupuk, obat-obatan, pajak, pengangkutan, selamatan, biaya penyusutan alat-alat, dan lain-lain) ditambah dengan upah tenaga kerja sendiri, yang diperhitungkan berdasarkan upah yang dibayarkan kepada tenaga kerja luar. Output usahatani akan diperoleh setelah proses usahatani. Ouput yang dihasilkan dari usahatani monokultur juga akan berbeda dengan ouput yang commit to user dihasilkan dari usahatani tumpangsari jagung-kacang tanah. Ouput disini
19 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
merupakan hasil produksi yang akan diperoleh petani dalam proses usahataninya. Pada usahatani monokultur jagung, petani memperoleh output berupa jagung, sedangkan pada usahatani tumpangsari jagung kacang tanah, petani akan memperoleh output berupa jagung dan kacang tanah. Penerimaan adalah nilai yang diterima petani yang merupakan hasil perkalian antara jumlah produk yang dihasilkan dikalikan dengan harga jual produk dinyatakan dalam rupiah. Usahatani ini bertujuan untuk memperoleh pendapatan bagi keluarga petani. Besarnya pendapatan untuk masing-masing usahatani dapat diketahui setelah besarnya penerimaan dan biaya masing-masing usahatani juga telah diketahui. Selisih antara penerimaan dengan biaya yang dikeluarkan merupakan pendapatan usahatani. Besarnya pendapatan usahatani monokultur jagung dan tumpangsari jagung-kacang tanah akan berbeda, untuk mengetahui usahatani mana yang lebih besar memberikan pendapatan dilakukan uji perbandingan atau uji komperatif pendapatan dengan uji t. Pendapatan yang tinggi belum tentu bahwa usahatani tersebut efisien, maka dari itu perlu dilakukan uji efisiensi. Efisiensi usahatani yang dapat diketahui dengan menggunakan rumus R/C. R/C ratio adalah perbandingan antara penerimaan usahatani dengan biaya usahatani. Apabila nilai R/C > 1 maka suatu usahatani tumpangsari jagung maupun monokultur jagung dapat dikatakan efisien. Jika nilai R/C = 1 maka suatu usahatani tumpangsari jagung maupun monokultur jagung dapat dikatakan belum efisien, dan jika nilai R/C < 1 maka suatu usahatani tumpangsari jagung maupun monokultur jagung tidak efisien. Analisis perbandingan efisiensi usahatani tumpangsari jagungkacang tanah dengan monokultur jagung menggunakan uji t (t-test) digunakan untuk menguji usahatani mana yang memiliki efisiensi tertinggi. Kerangka teori pendekatan masalah dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar berikut:
commit to user
20 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Usahatani tumpangsari jagung kacang tanah dan monoklutur jagung
Input
Tumpangsari jagungkacang tanah - Benih jagung dan kacang tanah - Pupuk kandang, urea, SP 36 dan phonska - Pestisida
Monokultur jagung: - Benih jagung - Pupuk urea, SP 36 dan phonska - Pestisida
Output
Tumpangsari jagungkacang tanah - Produksi jagung - Produksi kacang tanah
- Biaya saprodi - Biaya tenaga kerja - Biaya lain-lain
Monokultur jagung: - Produksi jagung
Penerimaan Usahatani
Analisis usahatani
Pendapatan usahatani tumpangsari jagungkacang tanah
Pendapatan usahatani monokultur jagung
Analisis komparatif pendapatan
Efisiensi usahatani tumpangsari jagungkacang tanah
Efisiensi usahatani monokultur jagung
Analisis komparatif efisiensi
Gambar 1. Kerangka Teori Pendekatan Masalah D. Hipotesis 1. Pendapatan usahatani tumpangsari jagung-kacang tanah diduga lebih tinggi daripada pendapatan usahatani monokultur jagung. 2. Efisiensi usahatani tumpangsari jagung-kacang tanah diduga lebih tinggi daripada efisiensi usahatani monokultur jagung. E. Asumsi 1. Petani bertindak rasional dalam berusahatani, artinya selalu berusaha memperoleh pendapatan yang paling tinggi. commit to user
21 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Keadaan daerah penelitian seperti iklim, keadaan tanah, dan serangan hama penyakit yang berpengaruh terhadap kegiatan usahatani tumpangsari jagung-kacang tanah/ monokultur jagung bersifat normal atau tidak berpengaruh terhadap penelitian. 3. Teknologi yang digunakan dalam usahatani dianggap tetap selama masa penelitian. 4. Semua faktor produksi yang digunakan petani diperoleh dari pembelian. F. Pembatasan Masalah 1. Penelitian dilakukan dengan menggunakan data usahatani pada satu kali musim tanam yaitu pada bulan November 2010 – Februari 2011. 2. Harga faktor produksi dan hasil diperhitungkan sesuai dengan harga yang diterima oleh petani di daerah setempat pada saat penelitian dilakukan. G. Definisi Operasional dan Konsep Pengukuran Variabel 1. Usahatani tumpangsari adalah penanaman lebih dari satu jenis tanaman yang berumur sama ataupun beda umur pada lahan yang sama dengan barisan teratur. 2. Usahatani monokultur adalah usahatani yang hanya membudidayakan satu komoditas pada satu lahan. 3. Petani sampel adalah petani pemilik penggarap yang mengusahakan usahatani jagung dengan sistem tanam tumpangsari jagung-kacang tanah atau monokultur jagung. 4. Luas lahan adalah lahan yang digunakan untuk usahatani tumpangsari jagung-kacang tanah/ monokultur jagung, lahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah lahan sawah pada luasan tertentu dihitung dalam satuan hektar (Ha). 5. Benih
adalah
bagian
dari
tanaman
yang
digunakan
untuk
mengembangbiakkan tanaman. Benih yang digunakan dalam usahatani ini adalah benih jagung dan kacang tanah yang digunakan baik pada usahatani tumpangsari jagung-kacang tanah maupun monokultur jagung dihitung dalam satuan kilogram (Kg) dan dinilai dengan rupiah (Rp/Ha/MT). commit to user
22 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
6. Tenaga kerja adalah keseluruhan tenaga kerja yang digunakan, baik dalam usahatani monokultur jagung maupun tumpangsari jagung-kacang tanah dalam satu musim tanam, baik tenaga kerja keluarga maupun tenaga kerja luar. Semua tenaga kerja dikonversikan ke dalam tenaga kerja pria dan diukur dalam HKP, sedangkan nilai tenaga kerja berdasarkan upah dan dinyatakan dalam rupiah (Rp/ HKP). 7. Produksi adalah jumlah hasil panen yang dihasilkan dari usahatani pada satu kali musim tanam yang dinyatakan dalam satuan kilogram (Kg). 8. Biaya usahatani adalah biaya mengusahakan yang merupakan biaya alatalat luar yang dikeluarkan oleh petani dalam kegiatan usahataninya yang meliputi benih, pupuk, pestisida, upah tenaga kerja luar, alat–alat, pajak, pengangkutan, selamatan, ditambah dengan biaya tenaga kerja keluarga sendiri, dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp/Ha/MT). 9. Penerimaan usahatani adalah nilai uang yang diterima petani dari hasil produksi usahatani monokultur jagung maupun tumpangsari jagung kacang tanah, merupakan hasil perkalian antara jumlah produksi dengan harga jual produk per kilogram (Kg), dinyatakan dalam rupiah (Rp/Ha/MT). 10. Pendapatan usahatani adalah pendapatan dari usahatani jagung dengan sistem tanam tumpangsari jagung-kacang tanah atau monokultur jagung yang diperhitungkan dari selisih antara penerimaan usahatani jagung dengan sistem tanam tumpangsari jagung-kacang tanah atau monokultur jagung (TR) dengan biaya usahatani jagung dengan sistem tanam tumpangsari jagung-kacang tanah atau monokultur jagung (TC) selama satu musim tanam dengan satuan rupiah per hektar per musim tanam (Rp/Ha/MT). 11. Efisiensi
adalah
sejumlah
konsep
yang
terkait
pada
kegunaan
pemaksimalan serta pemanfaatan seluruh sumber daya dalam proses produksi. 12. Analisis komparatif usahatani tumpangsari jagung-kacang tanah dan commit to user perbandingan antara usahatani monokultur jagung adalah analisis
23 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tumpangsari
jagung-kacang tanah
dan
monokultur jagung untuk
mengetahui usahatani mana yang memberikan pendapatan dan efisien lebih tinggi dengan menggunakan uji t.
commit to user
24 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
III. METODE PENELITIAN
A. Metode Dasar Penelitian Metode dasar penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif analitik. Metode deskriptif mempunyai ciri bahwa metode ini memusatkan diri pada pemecahan-pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang, masalah-masalah yang aktual, dan data yang dikumpulkan disusun, dijelaskan, dan dianalisis (Surakhmad, 1994). Teknik pelaksanaan penelitian ini menggunakan teknik survey, yaitu pengumpulan data dari sejumlah unit atau individu dalam jangka waktu yang bersamaan dengan menggunakan beberapa daftar pertanyaan berbentuk kuesioner. Jumlah itu biasanya cukup besar (Singarimbun dan Effendi,1995). B. Metode Pengumpulan Data 1. Metode pengambilan daerah sampel Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Wonogiri, Kabupaten Wonogiri dipilih karena kabupaten Wonogiri merupakan sentra produksi jagung. Pada tahun 2008 produksi jagung di Kabupaten Wonogiri sebesar 311.300 ton. Produksi jagung di Kabupaten Wonogiri menduduki urutan kedua setelah Kabupaten Grobogan. Pengambilan Desa sebagai daerah sampel penelitian dilakukan dengan cara purposive sampling atau sengaja. Sampel kecamatan diambil dengan kriteria produksi kacang tanah di daerah tersebut merupakan yang terbesar di Kabupaten Wonogiri, serta memiliki produksi jagung yang cukup besar dan dengan pertimbangan di Kecamatan tersebut terdapat petani yang membudidayakan jagung dan kacang tanah. Berdasarkan kriteria tersebut terpilih Kecamatan Ngadirojo. Data luas lahan serta produksi jagung dan kacang tanah di Kabupaten Wonogiri pada tahun 2009 dapat dilihat pada Tabel 2. Sampel Desa dipilih dengan kriteria produksi jagung dan kacang tanah di Desa tersebut yang paling tinggi di Kecamatan Ngadirojo sehingga terpilih Desa Gedong sebagai lokasi penelitian. Desa Gedong ini dipilih karena memiliki produksi jagung dan kacang tanah yang paling commit to user
25 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
besar. Data mengenai produksi jagung dan kacang tanah di Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Wonogiri dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Produksi Jagung, Produksi Kacang Tanah, Luas Lahan Jagung dan Luas Lahan Kacang Tanah tiap Desa/Kelurahan di Kecamatan Ngadirojo Tahun 2008. No
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Desa/Kelurahan
Gedong Gemawang Kerjo Kidul Kerjo Lor Pondok Ngadirojo Kidul Mlokonanis Wetan Ngadirojo Lor Mlokomanis Kulon Jatimarto Kasihan Jumlah
Produksi Jagung (Kw) 2.834,1 1.992,0 1.943,7 2.102,9 2.576,7 2.007,0 2.186,0 1.510,3 1.047,0 1.357,0 456,6 20.013,2
Produksi Kacang Tanah (Kw) 1.162,1 1.120,2 794,8 800,8 1.132,9 852,6 807,6 804,8 370,0 421,4 208,3 8475,6
Luas lahan Jagung (Ha) 641 482 433 450 535 450 473 350 237 300 97 4448
Luas lahan Kacang Tanah (Ha) 1020 990 754 725 982 758 753 68 342 393 187 6972
Sumber: Kecamatan dalam angka 2008 2. Metode Pengambilan Sampel Responden Data yang dianalisis harus menggunakan jumlah sampel yang cukup besar sehingga dapat mengikuti distribusi normal. Sampel yang besar dan mengikuti distribusi normal adalah sampel yang jumlahnya lebih besar atau sama dengan 30. Berdasarkan pertimbangan tersebut, jumlah sampel pada penelitian ini adalah 60 orang yang terdiri dari petani 30 petani tumpangsari jagung-kacang tanah dan 30 petani monokultur jagung (Singarimbun dan Effendi, 1995). Populasi dalam penelitian ini adalah petani yang menanam jagung dengan sistem tanam tumpangsari jagung-kacang tanah dan petani yang menanam jagung dengan sistem tanam monokultur jagung yang berada di Desa Gedong. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa ketua kelompok tani di Desa Gedong diketahui bahwa jumlah petani usahatani tumpangsari jagung-kacang tanah sebanyak 194 petani, sedangkan jumlah commit to user petani yang menanam jagung dengan sistem tanam monokultur sebanyak
perpustakaan.uns.ac.id
26 digilib.uns.ac.id
107 petani. Sampel dalam penelitian ini diambil 30 petani dari setiap usahatani monokultur jagung dan tumpangsari jagung-kacang tanah di Desa Gedong. Pengambilan sampel petani tumpangsari jagung-kacang tanah dan monokultur jagung dilakukan dengan menggunakan metode simple random sampling. Sampel acak sederhana adalah sebuah sampel yang diambil sedemikian rupa sehingga tiap unit penelitian atau satuan elementer dari populasi mempuyai kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel (Singarimbun dan Effendi, 1995). Metode pengambilan sampel responden secara acak sederhana dilakukan dengan cara undian. Setiap petani mempunyai peluang yang sama untuk terpilih menjadi petani sampel. Nama-nama petani tumpangsari jagung-kacang tanah dan petani monokultur jagung yang menjadi populasi dalam penelitian disusun pada daftar kerangka sampling dan diberi nomor. Setiap nomor unit penelitian dari kerangka sampling ditulis dalam secarik kertas. Kertas-kertas tersebut kemudian digulung dan dimasukkan ke dalam kotak dan diundi. Jumlah sampel diambil sebanyak 30 petani pada usahatani tumpangsari jagungkacang tanah, serta 30 petani pada usahatani monokultur jagung. Nomornomor yang terambil menjadi unit penelitian yang terpilih menjadi sampel. C. Jenis dan Sumber Data 1. Data Primer Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari petani yang mengusahakan kacang tanah maupun pihak lain yang berhubungan dengan usahatani jagung dan kacang tanah misalnya ketua kelompok tani dan pedagang saprodi. Data primer ini berupa data mengenai hasil produksi, masukan yang digunakan, biaya, penerimaan, serta proses produksi yang dilakukan. Data ini diperoleh melalui wawancara sebanyak 60 petani yang terdiri dari petani 30 petani tumpangsari jagung-kacang tanah dan 30 petani monokultur jagung. 2. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui pencatatan terhadap laporan maupuncommit dokumen dari instansi-instansi yang berkaitan to user
27 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dengan penelitian, yaitu Kantor Kepala Desa Gedong, Kantor Kecamatan Ngadirojo, Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Kabupaten Wonogiri, dan Badan Pusat Statistik Kabupaten Wonogiri. D. Teknik Pengumpulan Data 1. Observasi Pengumpulan data yang dilakukan melalui kegiatan pemusatan perhatian terhadap sesuatu obyek dengan menggunakan seluruh alat indera (Wirartha, 2006). 2. Wawancara Wawancara (interview) atau kuesioner lisan adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara (interviewer) untuk memperoleh informasi dari yang diwawancarai (Wirartha, 2006). Teknik wawancara ini dilakukan dengan bantuan kuesioner (daftar pertanyaan). 3. Pencatatan Teknik ini dilakukan untuk mengumpulkan data sekunder yaitu dengan melakukan pencatatan terhadap data yang ada pada instansiinstansi yang berhubungan dengan penelitian. E. Metode Analisis Data 1. Analisis Pendapatan Usahatani Pd U = R - C = H x Y – Bm Keterangan : PdU
=
Pendapatan usahatani tumpangsari jagung-kacang tanah/ monokultur jagung (Rp)
R
=
Penerimaan usahatani tumpangsari jagung-kacang tanah/ monokultur jagung (Rp)
C
=
Biaya
usahatani
tumpangsari
jagung-kacang
tanah/
monokultur jagung (Rp) H
=
Harga produk usahatani tumpangsari jagung-kacang tanah/ monokultur jagung (Rp) commit to user
28 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Y
=
Hasil produksi usahatani tumpangsari jagung-kacang tanah/ monokultur jagung (Kg)
Bm
=
Biaya mengusahakan usahatani tumpangsari jagung-kacang tanah/ monokultur jagung (Rp)
Analisis statistika untuk menguji perbandingan pendapatan usahatani tumpangsari jagung-kacang tanah/monokultur jagung menggunakan uji t (t-test). Adapun tahap pengujiannya sebagai berikut: a. Formulasi H0 dan H1 H0
: µ1 = µ2
H1
: µ1 > µ2
Keterangan : µ1
: Pendapatan usahatani tumpangari jagung-kacang tanah
µ2
: Pendapatan usahatani monokultur jagung
H0
: Pendapatan usahatani tumpangsari jagung-kacang sama dengan usahatani monokultur jagung.
H1
: Pendapatan usahatani tumpangsari jagung-kacang tanah lebih tinggi daripada usahatani monokultur jagung.
b. Menentukan level of significance (α) dalam penelitian ini ditentukan nilai α = 5 % sehingga nilai t – tabel sebesar 1,699 c. Menentukan kriteria pengujian
Daerah Terima
Daerah Tolak
t (α; n-1)
H0 diterima apabila : t hitung ≤ t tabel H0 ditolak apabila : t hitung > t tabel d. Perhitungan nilai t hitung t=
ëX
1
- X2û
(n1 - 1)Sd1 + (n2 - 1)Sd 2 2 é 1 + 1 ù ú (n1 + n2 ) - 2 commitêë nto n2 û 1 user 2
29 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Keterangan : X 1 = Rata-rata pendapatan pada usahatani tumpangsari jagung-kacang
tanah (Rp)
X 2 = Rata-rata pendapatan pada usahatani monokultur jagung (Rp) Sd12 = Varian pendapatan pada usahatani tumpangsari jagung-kacang tanah Sd22 =
Varian pendapatan pada usahatani monokultur jagung
n1
= Jumlah petani sampel usahatani tumpangsari jagung-kacang tanah
n2
= Jumlah petani sampel usahatani monokultur jagung
Dengan kriteria sebagai berikut : a. Jika t hitung > t tabel, maka pendapatan usahatani tumpangsari jagungkacang tanah lebih tinggi daripada usahatani monokultur jagung. b. Jika t hitung ≤ t tabel, maka pendapatan usahatani tumpangsari jagungkacang tanah
lebih kecil atau sama dengan usahatani monokultur
jagung. 2. Analisis Efisiensi Usahatani Efisiensi usahatani =
R C
Keterangan : R
:
Besarnya penerimaan usahatani tumpangsari jagung-kacang tanah/ monokultur jagung (Rp)
C
:
Besarnya biaya yang dikeluarkan dalam usahatani tumpangsari jagung-kacang tanah/ monokultur jagung (Rp) Analisis statistika untuk menguji perbandingan efisiensi usahatani
tumpangsari jagung-kacang tanah/ monokultur jagung menggunakan uji t (t-test). Adapun tahap pengujiannya sebagai berikut: a. Formulasi H0 dan H1 H0
: e 1= e 2
H1
:
e 1> e 2
Keterangan :
e 1 : Efisiensi usahatani tumpangari jagung-kacang tanah commit to user e 2 : Efisiensi usahatani monokultur jagung
30 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
H0 : Efisiensi usahatani tumpangsari jagung-kacang tanah sama dengan usahatani monokultur jagung. H1 : Efisiensi usahatani tumpangsari jagung-kacang tanah
lebih
tinggi daripada usahatani monokultur jagung. b. Menentukan level of significance (α) dalam penelitian ini ditentukan nilai α = 5 % sehingga nilai t – tabel sebesar 1,699 c. Menentukan kriteria pengujian
Daerah Terima
Daerah Tolak
t (α; n-1)
H0 diterima apabila : t hitung ≤ t tabel H0 ditolak apabila : t hitung > t tabel d. Perhitungan nilai t hitung t=
ëe
1
-e2û
(n1 - 1)Sd12 + (n2 - 1)Sd 2 2 é 1 + 1 ù ê ú (n1 + n2 ) - 2 ë n1 n2 û
Keterangan :
e 1 = Rata-rata efisiensi pada usahatani tumpangsari jagung-kacang tanah
e 2 = Rata-rata efisiensi pada usahatani monokultur jagung Sd12 = Varian efisiensi pada usahatani tumpangsari jagung-kacang tanah Sd22 = Varian efisiensi pada usahatani monokultur jagung n1
= Jumlah petani sampel usahatani tumpangsari jagung-kacang tanah
n2
= Jumlah petani sampel usahatani monokultur jagung
Dengan kriteria sebagai berikut : a. Jika t hitung > t tabel, maka usahatani tumpangsari jagung-kacang tanah lebih efisien daripada usahatani monokultur jagung. b. Jika t hitung ≤ t tabel, maka usahatani tumpangsari jagung-kacang tanah lebih efisien atau sama dengan usahatani monokultur jagung. commit to user
31 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN
A. Keadaan Geografi 1. Letak dan Batas Wilayah Kabupaten Wonogiri dengan luas daerah 182.236,02 ha berada 32 Km disebelah Selatan Kota Solo dengan wilayah berupa dataran pegunungan maupun pantai. Wilayah pegunungan memanjang dari sisi Selatan sampai Timur yang juga wilayah yang berbatasan dengan Provinsi Jawa Timur . Kabupaten Wonogiri terletak pada garis lintang 7°32’ - 8°15’ Lintang Selatan dan garis bujur 110°41’ - 111°18’ Bujur Timur. Keadaan alamnya sebagian besar terdiri dari pegunungan yang berbatu gamping, terutama dibagian selatan, termasuk jajaran Pegunungan Seribu yang merupakan mata air dari Bengawan Solo. Kabupaten Wonogiri secara administrasi terbagi menjadi 25 Kecamatan. Batas-batas administratif wilayah Kabupaten Wonogiri adalah sebagai berikut : Sebelah Selatan
: Kabupaten Pacitan dan Samudra Indonesia
Sebelah Utara
: Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Karanganyar
Sebelah Timur
: Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Ponorogo
Sebelah Barat
: Daerah Istimewa Yogyakarta
2. Topografi Daerah Wilayah Kabupaten Wonogiri terletak pada ketinggian mulai dari 101 meter di atas permukaan laut sampai dengan ketinggian 601 meter di atas permukaan laut. Perincian pembagian wilayah Kabupaten Wonogiri menurut ketinggian tempat dapat dilihat pada Tabel 6.
commit to user
32 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 6. Tinggi Wilayah per Kecamatan di Kabupaten Wonogiri Tahun 2009 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Kecamatan Selogiri Wonogiri Nguntoronadi Baturetno Wuryantoro Eromoko Giriwoyo Tirtomoyo Giritontro Paranggupito Bulukerto Manyaran Ngadirojo Jatipurno Puhpelem Pracimantoro Batuwarno Purwantoro Sidoharjo Kismantoro Jatisrono Slogohimo Girimarto Jatiroto Karangtengah
Tinggi dari Permukaan air laut 106 141 146 154 165 166 169 171 195 195 235 238 243 245 245 250 274 296 348 348 411 470 497 536 600
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Wonogiri Tahun 2010 Berdasarkan data tersebut, mayoritas wilayah Kabupaten Wonogiri terletak pada ketinggian antara 101 – 200 mdpl yang meliputi 11 kecamatan di Kabupaten Wonogiri. Jenis tanah yang terdapat di Kabupaten Wonogiri ada beberapa macam, mulai dari litosol, regosol sampai dengan grumusol beserta asosiasi perubahannya. Macam tanah di Kabupaten Wonogiri juga berasal dari bahan induk yang beranekaragam baik dari endapan, batuan maupun
volkan
Kondisi
tanah
yang
demikian
penganekaragaman penggunaan tanah yang berbeda pula.
commit to user
mengakibatkan
33 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3. Keadaan Iklim Keadaan iklim suatu daerah dapat ditentukan atas dasar jumlah hari hujan, jumlah curah hujan, rata-rata bulan kering, rata-rata bulan basah, ketinggian tempat dari permukaan laut, dan suhu udara. Tipe iklim di Kabupaten Wonogiri diketahui dengan menggunakan perhitungan berdasarkan metode Schmit Ferguson, yaitu dengan cara membagi iklim berdasarkan jumlah bulan kering (BK) dengan bulan basah (BB) dari data curah hujan selama 10 tahun terakhir, yaitu sejak tahun 2000 sampai dengan tahun 2009. Berdasarkan hasil analisis data pada Lampiran 30 Kabupaten Wonogiri termasuk wilayah bertipe iklim D atau beriklim sedang dengan nilai Q sebesar 85,9 persen. Tanaman jagung dapat tumbuh di berbagai tempat karena dapat dengan mudah menyesuaikan dengan lingkungannya (AAK,
1990),
sehingga
usahatani
jagung
tentunya
juga
dapat
dikembangkan di daerah ini.
B. Keadaan Penduduk 1. Keadaan Penduduk menurut Kelompok Umur Komposisi penduduk menurut umur digunakan untuk mengetahui jumlah penduduk yang produktif dan yang non produktif. Menurut Badan Pusat Statistik Kabupaten Wonogiri golongan umur non produktif adalah golongan umur antara 0-14 tahun dan golongan umur lebih dari atau sama dengan 65 tahun, sedangkan golongan umur produktif adalah golongan umur 15-64 tahun. Komposisi penduduk menurut jenis kelamin digunakan untuk mengetahui angka rasio jenis kelamin (Sex Ratio/SR). Komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin di Kabupaten Wonogiri dapat dilihat pada Tabel 7.
commit to user
34 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 7. Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin di Kabupaten Wonogiri Tahun 2009 Kelompok Umur (Tahun) 0-14 15-64 ≥ 65 Jumlah
No. 1. 2. 3.
Lakilaki (orang) 121.003 437.743 61.639 620.385
Perempuan (orang) 113.328 425.648 75.519 614.495
Jumlah (orang) 234.331 863.391 137.158 1.234.880
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Wonogiri Tahun 2010 Berdasarkan Tabel 7 diketahui bahwa di Kabupaten Wonogiri, penduduk usia produktif memiliki jumlah tertinggi. Penduduk usia produktif di Kabupaten Wonogiri sebanyak 863.391 orang yang terdiri dari 437.743 penduduk laki-laki dan 425.648 penduduk perempuan. Banyaknya
penduduk
usia
produktif
ini
mendukung
untuk
dikembangkannya sektor pertanian, karena umumnya usia produktif mempunyai tenaga yang lebih baik daripada usia non produktif dalam melakukan kegiatan usahatani. Pada penduduk usia produktif ini, masih dimungkinkan adanya keinginan untuk meningkatan ketrampilan dan menambah pengetahuan dalam mengelola usahataninya serta penyerapan teknologi baru untuk memajukan usahataninya. Komposisi penduduk menurut umur dapat dipakai sebagai ukuran perbandingan beban tanggungan atau rasio ketergantungan (Angka Beban Tanggungan/ABT), yaitu suatu bilangan yang menunjukkan perbandingan usia non produktif dengan produktif. Adapun Angka Beban Tanggungan di Kabupaten Wonogiri dapat diketahui dengan rumus sebagai berikut : ABT =
Penduduk (0 - 14 th) + Penduduk(65 tahun ke atas) x 100% Penduduk (15 - 64 th)
ABT Kabupaten Wonogiri =
234.331 + 137.158 x 100% 863.391
= 43,03% » 43% Berdasarkan perhitungan di atas, dapat diketahui bahwa Angka Beban Tanggungan di Kabupaten Wonogiri sebesar 43% yang berarti setiap 100 orang penduduk umur to produktif commit user di Kabupaten Wonogiri harus
35 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
menanggung 43 orang penduduk umur non produktif di Kabupaten tersebut. Berdasarkan Tabel 7 dapat pula dilihat bahwa, di Kabupaten Wonogiri mempunyai jumlah penduduk laki-laki dan perempuan yang hampir sama jumlahnya. Angka Sex Ratio di Kabupaten Wonogiri dapat diketahui dengan rumus sebagai berikut : SR =
Jumlah Penduduk Laki - laki x 100 Jumlah Penduduk Perempuan
SR Kabupaten Wonogiri =
620.385 x100 614.495
= 100,96 » 101 Angka Sex Ratio menunjukkan perbandingan antara jumlah penduduk laki-laki dan perempuan di suatu wilayah pada suatu waktu. Nilai sex ratio Kabupaten Wonogiri sebesar 101%, artinya jika di kabupaten tersebut terdapat 100 orang penduduk perempuan maka terdapat 101 penduduk laki-laki. Sebagian besar penduduk memiliki matapencaharian sebagai petani. Besarnya angka beban tanggungan tentunya akan berpengaruh secara tidak langsung terhadap pendapatan petani, sehingga apabila produktivitas jagung meningkat, namun peningkatan tersebut belum tentu dapat meningkatkan kesejahteraan keluarga petani karena besarnya angka beban tanggungan tersebut. 2. Komposisi Penduduk menurut Tingkat Pendidikan Pendidikan merupakan faktor penting dalam menentukan kemajuan suatu masyarakat. Tingkat pendidikan yang ditempuh oleh penduduk suatu wilayah akan menentukan kualitas dari tenaga kerja yang ada di wilayah tersebut. Penduduk yang memiliki pendidikan tinggi akan lebih dalam berpikir dan lebih terbuka menerima informasi dan inovasi baru. Komposisi penduduk menurut tingkat pendidikan di Kabupaten Wonogiri dan Kecamatan Jatiroto dapat dilihat pada Tabel 8. commit to user
36 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 8. Komposisi Penduduk Kabupaten Wonogiri Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2009 No. 1 2 3 4 5 6
Kabupaten Wonogiri Jumlah (jiwa) %
Pendidikan Tdk/Blm Pernah Sekolah Tdk/Blm Tamat SD Tamat SD/MI Tamat SLTP Tamat SLTA Tamat Akademi/PT JUMLAH
218.674
17,71
185.202 461.546 187.309 150.755 31.394 1.234.880
14,99 37,38 15,17 12,21 2,54 100,00
Sumber : BPS Kabupaten Wonogiri, 2010 Berdasarkan data pada Tabel 8. jumlah penduduk di Kabupaten Wonogiri paling banyak
berpendidikan Sekolah Dasar yakni sebesar
461.546 atau 37,38% dan paling sedikit berpendidikan tamat Akademi atau Perguruan tinggi, yaitu sebanyak 31.394 orang atau 2,54 %. Rendahnya tingkat pendidikan penduduk di Kabupaten Wonogiri dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya adalah tingginya biaya pendidikan,
sehingga
banyak
penduduk
yang
tidak
melanjutkan
pendidikan kejenjang yang lebih tinggi. Dalam proses usahatani biasanya petani mempelajari cara bercocok tanam secara turun-temurun, maka perlu adanya
penyuluhan
kepada
para
petani
untuk
meningkatkan
kemampuannya dalam berusahatani sehingga petani dapat mengambil keputusan yang tepat dalam usahataninya untuk mendapatkan hasil yang optimal. . C. Keadaan Pertanian 1. Luas Daerah dan Tata Guna Lahan Luas daerah dan tata guna lahan di Kabupaten Wonogiri dapat dilihat dalam Tabel 9 berikut ini :
commit to user
37 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 9. Tata Guna Lahan di Kabupaten Wonogiri Tahun 2009 No. 1.
2.
Tata Guna Lahan Lahan Sawah a. Irigasi Teknis b. Irigasi ½ Teknis c. Irigasi Sederhana d. Irigasi Desa/Non PU e. Tadah Hujan f. Pasang Surut Lahan Kering a. Pekarangan/Bangunan b. Tegalan,Kebun&Ladang c. Kolam/Rawa d. Hutan Negara e. Hutan Rakyat f. Lain-lain JUMLAH
Kabupaten Wonogiri Luas (Ha) % 32.980 5.906 6.938 9.203 1.655 7.945 1.333 149.259 24.513 66.321 506 17.411 13.270 27.235 182.236
18,10 3,24 3,81 5,05 0,91 4,36 0,73 81,90 13,45 36,39 0,28 9,56 7,28 14,94 100
Sumber : BPS Kabupaten Wonogiri, 2010 Tabel 9. di atas menunjukkan bahwa penggunaan lahan terluas di Kabupaten Wonogiri berupa lahan tegal yang mencapai 66.264 Ha atau sebesar 36,36 %. Penggunan lahan sawah di Kabupaten Wonogiri mencapai 31.925 Ha atau sebesar 17,52 %. 2. Produksi Tanaman Pangan Kabupaten Wonogiri merupakan daerah yang memiliki potensi tinggi di bidang pertanian dilihat dari penduduknya, penduduk daerah ini masih mengandalkan sektor pertanian dengan matapencahariannya sebagai petani maupun buruh tani. Luasnya lahan yang digunakan pada sektor pertanian dan mampu memproduksi bahan makanan hasil pertanian dalam jumlah yang cukup besar. Hal tersebut dapat dilihat pada luas panen, ratarata produksi dan produksi bahan makanan di Kabupaten Wonogiri yang disajikan pada Tabel 10.
commit to user
38 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 10. Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Bahan Makanan di Kabupaten Wonogiri Tshun 2009 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Jenis Komoditi Padi sawah Padi gogo Jagung Ubi kayu Kacang tanah Kedelai Kacang hijau Sorghum Ketela rambat
Luas Panen (ha) 47.970 12.569 64.976 63.337 44.078 25.739 551 687 173
Produktivitas (kw/ha) 59,73 38,26 58,04 170,08 12,46 13,65 7,37 57,35 180,57
Produksi (kw) 2.865.267 123.898 3.771.109 10.772.082 549.227 351.241 4.064 6.894 31.239
Sumber: Wonogiri dalam Angka 2010 Dari data tersebut dapat diketahui bahwa ubi kayu memiliki produksi tertinggi hal ini karena ubi kayu hampir ditanam disemua lahan di Kabupaten Wonogiri, tidak hanya pada lahan tegalan, tetapi juga pada lahan pekarangan yang tidak terpakai, dimanfaatkan petani dengan ditanami ubu kayu. Produksi jagung di Kabupaten Wonogiri juga cukup besar, hal ini karena keadaan tanah dan lingkungan sangat mendukung untuk pertumbuhan jagung, sehingga tanaman jagung dapat berproduksi dalam jumlah yang cukup besar. Hal ini menunjukkan bahwa Kabupaten Wonogiri merupakan daerah penghasil jagung yang cukup potensial.
D. Kondisi Sarana Perekonomian Jumlah sarana perekonomian yang ada di Kabupaten Wonogiri dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11. Sarana Perekonomian di Kabupaten Wonogiri Tahun 2009 No. 1. 2. 3. 4.
Sarana KUD (Koperasi Unit Desa) Bank Umum BPR (Bank Perkreditan Rakyat) Pasar a. Umum b. Desa c. Hewan
Sumber : BPS Kabupaten Wonogiri, 2010 commit to user
Kabupaten Wonogiri 25 12 13 28 68 9
39 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Sarana perekonomian yang tersedia, berhubungan dengan kemudahan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan ekonominya. Berdasarkan Tabel 11 dapat diketahui bahwa sarana perekonomian yang paling banyak terdapat di Kabupaten Wonogiri adalah pasar. Di Kabupaten Wonogiri terdapat 28 pasar umum, 68 pasar Desa dan 9 pasar hewan. Pasar merupakan salah satu sarana perekonomian yang paling penting, terutama bagi petani karena pasar merupakan tempat terjadinya transaksi jual-beli hasil pertanian. Koperasi Unit Desa (KUD) berperan dalam menyediakan saprodi maupun kebutuhan lain terutama yang berkaitan dengan kegiatan pertanian. Selain itu, KUD juga berperan sebagai tempat jual beli hasil pertanian bagi petani di daerah setempat. KUD di Kabupaten Wonogiri sampai saat ini berjumlah 25 unit. Sarana perekonomian lain yang tidak kalah penting adalah lembaga perkreditan, dalam hal ini bank. Bank, baik Bank Umum maupun Bank Perkreditan, memiliki peranan yang sangat penting bagi masyarakat. Kurangnya modal petani sering menjadi kendala dalam mengelola usahataninya, oleh karena itu dengan tersedianya bank di wilayah kabupaten maupun kecamatan, akan sangat membantu terutama sebagai penyedia kredit bagi masyarakat.
commit to user
40 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Budidaya Monokultur Jagung dan Tumpangsari Jagung-Kacang Tanah Usahatani jagung merupakan usahatani yang diusahakan secara turuntemurun oleh petani di Kabupaten Wonogiri. Upaya peningkatan produksi jagung senantiasa dilakukan petani di Kabupaten Wonogiri, misalnya saja penggunaan varietas unggul dan penerapan sistem tanam. Tanaman jagung sering ditanam sengan sistem tanam tumpangsari maupun sistem tanam monokultur. Sistem tanam tumpangsari yang sering dilakukan misalnya tumpangsari
jagung-kacang
tanah,
tumpangsari
jagung-kedelai
dan
tumpangsari jagung-kacang hijau. Sistem tanam tumpangsari jagung kacangtanah adalah salah satu sistem tanam yang sering diterapkan oleh petani di Kabupaten Wonogiri terutama di Kecamatan Ngadirojo. Usahatani monokultur jagung memiliki kekurangan dan kelebihaannya masing-masing. Misalnya saja kelebihan sistem tanam monokultur jagung diantaranya, biaya sarana produksi yang kecil, penanaman dan perawatan lebih mudah, serta proses usahatani dapat dilakukan secara bersamaan. Kekurangan pada sistem tanam monokultur ini yaitu apabila produksi jagung rendah dan harga jual jagung pada saat panen juga rendah, pendapatan petani akan turun atau bahkan petani akan mengalami kerugian. Lain halnya dengan sistem tanam tumpangsari jagung kacang tanah, sistem tanam ini memiliki kelebihan yaitu, apabila harga jagung rendah atau produksinya rendah, petani masih memiliki tanaman kacang tanah yang dapat menambah pendapatan. Sistem tanam tumpangsari ini juga memiliki beberapa kekurangan diantaranya biaya sarana produksi yang besar, proses budidaya yang lebih rumit karena petani menanam dua tanaman, memerlukan tenaga kerja dalam jumlah yang banyak. Misalnya saja pada saat penanaman dan pemanenan harus dilakukam dua kali atau tidak bersamaan, harus menunggu waktu yang tepat, sehingga lebih banyak membutuhkan tenaga kerja. commit to user
41 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Penggunaan benih varietas unggul adalah salah satu cara yang dilakukan untuk meningkatkan produksi tanaman. Pada daerah penelitian varietas jagung sering digunakan petani adalah varietas Bisi 2, P4 dan P7 dengan jumlah terbanyak adalah penggunaan varietas Bisi-2. Hal ini karena varietas Bisi-2 harga benihnya murah, pada satu batang tanaman terdapat dua tongkol sehingga dapat meningkatkan produksi dan cukup tahan terhadap serangan penyakit bulai. Varietas unggul benih kacang tanah juga beragam jenisnya, pada daerah penelitian varietas kacang tanah yang sering digunakan adalah varietas lokal, banteng dan macan, jumlah terbanyak adalah penggunaan varietas lokal dan macan. Benih kacang yang digunakan oleh petani biasanya diperoleh dari membeli di toko saprodi atanu membeli dari petani lain. Pola pergiliran tanam adalah salah satu cara untuk menjaga kesuburan tanah terutama pada lahan sawah. Pada lahan sawah di daerah penelitian pola tanam yang sering digunakan petani adalah padi-padi-palawija atau padipalawija-palawija. Pola tanam responden di daerah penelitian dalam satu tahun dapat dilihat pada gambar di bawah ini: Bulan
3
4
Monokultur
- Padi
5
6
7
8
9
10
- Padi
11
12
1
2
- Jagung
- Jagung Tumpangsari - Padi
- Jagung-kacang tanah
- Jagung-kacang tanah
- Padi Gambar 2. Pola Pergiliran Tanam Pada Lahan Sawah di Kecamatan Ngadirojo Berdasarkan Gambar 2 dapat diketahui bahwa tanaman jagung di tanam pada musim tanam kedua dan ketiga. Jagung ditanam pada bulan Juli dan November. Kacang tanah ditanam oleh petani pada musim tanam kedua dan ketiga yakni pada bulan Juli dan November. Tehnik penanaman monokultur jagung dan tumpangsari jagung-kacang tanah yang biasa dilakukan petani di Kecamatan Ngadirojo pada lahan sawah adalah:
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
42 digilib.uns.ac.id
1) Persiapan Lahan Persiapan lahan terdiri dari pengolahan tanah, pemberiaan pupuk kandang dan pembuatan bidang penanaman. Pengolahan tanah merupakan salah satu upaya penyesuaian kondisi lahan yang tepat bagi tanaman dan pembersihan lahan dari gulma. Dengan adanya proses pengolahan tanah maka akan memperbaiki struktur tanah sehingga menjadi gembur dan mempermudah akar dalam menyerap air dan unsur hara serta upaya memperbaiki aerasi dan drainasenya. Pengolahan tanah pertama kali dilakukan dengan membalik tanah menjadi bongkahan-bongkahan besar kemudian dilanjutkan pemecahan bongkahan-bongkahan menggunakan cangkul hingga tanah menjadi gembur. Pada lahan yang sudah gemburdiberi pupuk kandang dan dilakukan pembuatan guludan. Pupuk kandang yang diberikan adalah pupuk kandang yang sudah kering dan disebarkan merata di seluruh areal tanam dan dicampur dengan tanah, pemberian pupuk kandang ini bertujuan untuk menambah unsur hara dalam tanah. 2) Penanaman Penanaman tanaman jagung menggunakan benih jagung baru bukan dari hasil panen sebelumnya. Jarak tanam yang digunakan petani satu dengan petani lainnya terkadang berbeda. Pengaturan jarak tanam ini perlu dilakukan agar jarak antar tanaman tidak terlalu rapat dan tidak terjadi perebutan unsar hara antar tanaman serta untuk menjaga pertumbuhan tanaman agar tanaman dapat tumbuh dengan subur. Penanaman jagung dilakukan dengan cara ditugal dengan jarak antar baris 70 cm dan jarak antar tanaman dalam baris 20 cm tetapi ada pula petani yang menanam jagung dengan jarak antar baris 80 cm dan jarak antar tanaman dalam baris 30 cm dan lubang tanam sedalam 5 cm. Benih yang ditanam per lubangnya cukup satu butir, tetapi ada juga petani yang menanam dua butir benih setiap lubang untuk mengantisipasi bila benih tidak tumbuh. Penanaman jagung dan kacang tanah pada sistem tanam tumpangsari commitdengan to user cara ditugal. Penanaman jagung jagung-kacang tanah dilakukan
perpustakaan.uns.ac.id
43 digilib.uns.ac.id
secara tumpangsari memakai jarak tanam 200 cm x 50 cm atau 150 cm x 40 cm. Penanaman kacang tanah pada sistem tanam tumpangsari dengan jarak 20 cm x 20 cm atau 25 cm x 20 cm. Jumlah benih kacang tanah per lubang tanam cukup 1 atau 2 biji. Pada sistem tumpangsari jagung-kacang tanah ini, petani menanam jagung dan kacang tanah secara tidak bersamaan. Benih kacang tanah ditanam setelah tanaman jagung berusia 7-10 hari. 3) Pemeliharaan Pemeliharaan tanaman monokultur jagung mencakup pemupukan, penyiangan, pembumbunan dan pengendalian hama dan penyakit. Pemupukan adalah salah satu pemeliharaan tanaman jagung yang sangat penting, pemupukan merupakan upaya pemberian unsur hara bagi tanamam jagung agar tanaman jagung dapat tumbuh subur dan meningkatkan hasil panen. Pemupukan tanaman jagung biasanya dilakukan tiga kali yakni pada saat awal tanam diberikan pupuk kandang dan pupuk SP36 atau Phonska, pupuk susulan pertama (pada saat umur jagung 20 hari) diberikan pupuk urea dan phonska dengan perbandingan 1:2 dan pemupukan susulan kedua (pada saat umur jagung 40 hari) diberikan pupuk urea. Pemupukan sebaiknya dilakukan pada saat tanah dalam keadaan lembab agar pupuk mudah diserap tanaman. Pemberian pupuk dengan cara dibenamkan disetiap tanaman jagung pada jarak 5-10 cm dari tanaman dan diusahakan tidak terkena tanaman langsung karena akan menjadikan tanaman terbakar atau mati. Pemupukan jagung pada sistem tanam monokultur jagung sama dengan pemupukan jagung pada sistem tanam tumpangsari jagung kacang tanah, jenis pupuk dan dosis pupuk yang digunakan petani juga hampir sama. Pemupukan tanaman kacang tanah pada sistem tanam tumpangsari jagung-kacang tanah hanya dilakukan sebanyak dua kali yaitu pada saat awal penanaman dan pemberiaan pupuk susulan pertama. Pada saat awal penanaman tanaman kacang tanah diberikan pupuk SP 36 atau phonska. commit to user Setelah kacang tanah berusia 20-25 hari dilakukan pemupukan susulan
perpustakaan.uns.ac.id
44 digilib.uns.ac.id
pertama menggunakan pupuk phonska dan urea atau hanya menggunakan pupuk urea saja. Pemberian pupuk pada tanaman kacang tanah ini cukup disebarkan saja tanpa harus dibenamkan seperti pada tanaman jagung. Penyiangan gulma pada tanaman monokultur jagung sama halnya dengan penyiangan pada tanaman tumpangsari jagung-kacang tanah jagung. Gulma yang sering menyerang berupa rerumputan atau rumput teki dan alang-alang. Penyiangan biasanya dilakukan setiap 20 hari sekali dengan menggunakan cangkul atau sabit. Penyiangan dilakukan agar tidak terjadi perebutan unsur hara antara tanaman pokok dengan gulma sehingga tanaman dapat tumbuh dengan optimal dan berproduksi tinggi. Kegiatan penyiangan biasanya dilakukan bersamaan dengan dengan pembumbunan pada tanaman jagung yaitu upaya untuk menimbun akar tanaman jagung yang muncul di permukaan tanah agar tanaman tetap dapat berdiri dengan kokoh. Tanaman jagung dan kacang tanah merupakan tanaman yang cukup membutuhkan air untuk pertumbuhannya. Penanamannya tanaman jagung dan kacang tanah biasanya dilakukan pada saat musim penghujan, sehingga kebutuhan air dapat terpenuhi. Petani di daerah penelitian tidak melakukan kegiatan pengairan secara khusus, karena mereka hanya pengandalkan air hujan. Pengendalian hama dan penyakit tanaman yang menyerang tanaman jagung biasanya dilakukan petani dengan cara manual dan kimiawi. Hama yang sering menyerang tanaman jagung di daerah penelitian adalah belalang dan ulat daun. Saat populasi hama jumlahnya sedikit biasanya petani menanganinya secara manual, misalnya tanaman yang diserang ulat daun langsung dicabut dan membunuh ulat daun secara manual. Penyakit pada tanaman jagung di daerah penelitian tidak begitu banyak dan tidak begitu menghambat pertumbuhan tanaman jagung. Penyakit yang biasa menyerang tanaman jagung yaitu bercak daun dan layu, apabila tanaman yang diserang penyakit jumlahnya kecil, maka petani menanggulanginya commit to usertanaman, dan jika tanaman yang dengan cara manual yakni mencabut
45 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
terserang penyakit dalam jumlah besar, biasanya petani menggunakan obat kimia. Sama halnya dengan tanaman jagung yang ditanam secara monokultur, tanaman jagung yang ditanam secara tumpangsari dengan kacang tanah juga tidak ditemui adanya kendala pada hama dan penyakit yang menyerang tanaman. Sedangkan hama yang menyerang pada tanaman kacang tanah biasanya berupa ular dan belalang, petani menanggulanginya dengan penyemprotan pestisida. Penyakit yang sering menyerang tanaman kacang tanah adalah sapu setan, bercak daun dan karat daun. 4) Pemanenan Tanaman jagung sudah siap panen pada umur berkisar antara 105 – 110 hari. Ciri-ciri jagung yang sudah siap panen yaitu kelobot (bungkus biji jagung) mulai mengering, biji cukup keras, mengkilat dan apabila ditekan tidak membekas. Tahap pemanenan pertama yang biasanya dilakukan adalah menghilangkan daun jagung yang telah mengering. Panen dilakukan dengan bantuan sabit sebagai alat untuk memotong batang tanaman jagung, kemudian tongkol diputar sampai putus dari tangkainya dengan menggunakan tangan, buah jagung dipetik dalam kondisi masih berklobot, karena proses pengupasan dilakukan setelah jagung dibawa pulang. Tanaman kacang tanah sudah siap panen pada usia 90 - 100 hari. Pada sistem tanam tumpangsari jagung kacang tanah, petani terlebih dahulu memanen kacang tanah, setelah kacang tanah selesai dipanen, petani akan menunggu waktu yang tepat untuk memanen jagung. Kacang tanah sudah siap panen dengan ciri-ciri sebagian besar polomg (80%) sudah tua, kulit polong sudah cukup keras dan berwarna cokelat kehitaman, rongga polong sudah berisi biji penuh serta kulit biji tipis dan mudah dikupas. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
46 digilib.uns.ac.id
5) Penanganan Pasca Panen Proses pasca panen dapat menambah nilai jual dari harga jagung. Proses pasca panen jagung meliputi pengeringan dan pemipilan buah jagung. Pengeringan jagung dilakukan secara alami dengan penjemuran yang memanfatkan sinar matahari, jika matahari bersinar terik jagung dapat kering dalam waktu 3-4 hari, ciri-cirinya biji mengkilap, sudah cukup keras dan mudah dipipil, apabila bijinya ditusuk dengan kuku ibu jari sudah tidak meninggalkan bekas. Dalam proses pengeringan ini susut berat pada buah jagung dapat mencapai 40%-50% Setelah jagung cukup kering maka dilakukan pemipilan, pemipilan jagung menggunakan alat yang disebut kokrok. Apabila jagung yang sudah dipipil belum kering sempurna, maka dapat dilakukan pengeringan jagung dalam bentuk pipilan. Pasca panen untuk kacang tanah sama halnya dengan jagung, yakni dilakukan pengeringan dengan bantuan sinar matahari kurang lebih selama 4-5 hari. Setelah kacang tanah kering, dengan ciri polong kacang sudah keras atau kering,polong kacang mudah dikupas, sedangkan jika sudah dibuka biji kacang tanah sudah mengeras. Pemisahkan kacang tanah dengan kulitnya masih menggunakan alat manual atau dibuka langsung dengan tangan. Kacang tanah dari polong basah hingga menjadi ose akan mengalami penyusutan berat berkisar 50%-60%. Petani menjual hasil panennya ke pasar, toko dan tengkulak. B. Hasil Penelitian 1. Identitas Petani Sampel Identitas petani sampel merupakan gambaran secara umum tentang keadaan dan latar belakang petani sampel. Hal ini meliputi luas lahan yang diusahakan, umur petani, pendidikan petani, jumlah anggota keluarga petani, jumlah keluarga yang aktif dalam usahatani, serta pengalaman petani dalam budidaya jagung baik secara monokultur atau tumpangsari. Identitas petani sampel dapat dilihat pada Tabel 12 berikut. commit to user
47 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 12. Identitas Petani Sampel Usahatani Monokultur Jagung dan Tumpangsari Jagung-Kacang Tanah MT November 2010 sampai Februari 2011 di Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Wonogiri No . 1. 2. 3. 4. 5. 6.
7.
8.
Uraian Jumlah petani responden (orang) Rata-rata umur petani (th) Rata-rata pendidikan petani (th) Rata-rata luas lahan sawah yang digarap (m2) Rata-rata jumlah anggota keluarga petani (orang) Rata-rata jumlah anggota keluarga yang aktif dalam usahatani monokultur jagung/tumpangsari jagung-kacang tanah (orang) Rata-rata prosentase jumlah anggota keluarga yang aktif dalam usahatani (%) Rata-rata pengalaman dalam usahatani monokultur jagung/tumpangsari jagungkacang tanah (th)
30 52,00 7,00 2613,33
Tumpangsari jagungkacang tanah 30 54,00 9,00 3025
4,00
4,00
2,00
2,00
48,50
46,22
18,00
17,00
Monokultur jagung
Sumber : Analisis Data Primer (Lampiran 1 dan 2) Bedasarkan Tabel 12 dapat diketahui bahwa rata-rata umur petani yang mengusahakan usahatani monokultur jagung sebesar 52,00 tahun sedangkan rata-rata umur petani pada usahatani tumpangsari jagungkacang tanah sebesar 54,00 tahun. Rata-rata umur petani pada kedua usahatani berada pada usia produktif, sehingga memungkinkan untuk penyerapan teknologi baru dan berusaha untuk meningkatkan pendapatan usahataninya. Rata-rata pendidikannya, petani yang mengusahakan sistem tanam tumpangsari jagung-kacang tanah memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi yakni tamat SMP sedangkan petani yang mengusahakan sistem tanam monokultur jagung rata-rata telah menempuh pendidikan dasar. Tingkat pendidikan secara langsung akan mempengaruhi pola pikir petani, commit to user
48 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
namun lamanya pengalaman berusahatani juga sangat berpengaruh dalam hal pengambilan keputusan dalam bercocok tanam. Rata-rata luas lahan petani yang mengusahakan sistem tanam tumpangsari
jagung-kacang
tanah
sebesar
3025
m2
lebih
luas
dibandingkan dengan luas lahan petani yang mengusahakan sistem tanam monokultur yang luas lahannya hanya sebesar 2013,33 m2. Luas lahan yang dimiliki petani akan mempengaruhi sistem tanam yang akan digunakan. Kebanyakan petani yang memiliki lahan yang luas akan menggunakan sistem tanam tumpangsari. Rata-rata jumlah anggota keluarga pada kedua usahatani sebanyak 4 orang. Rata-rata jumlah anggota keluarga yang aktif dalam kedua usahatani sama, yaitu hanya dua orang yakni istri dan suami petani. Kecilnya jumlah anggota keluarga yang aktif dalam usahatani ini disebabkan karena anak-anak petani cenderung memilih pekerjaan diluar pertanian, misalnya sebagai pegawai swasta, buruh atau merantau. Kecilnya jumlah anggota keluarga yang aktif dalam usahatani akan mempengaruhi banyaknya penggunaan tenaga kerja luar keluarga. Ratarata prosentase jumlah anggota yang aktif untuk usahatani monokultur jagung sebesar 48,50% lebih besar dari pada prosentase jumlah anggota yang aktif untuk usahatani tumpangsari jagung-kacang tanah yakni sebesar 46,22%. Petani dapat mengelola usahataninya dengan baik, meskipun tingkat pendidikannya rendah karena didukung lamanya pengalaman dalam berusahatani. Rata-rata pengalaman petani monokultur jagung dalam kegiatan usahataninya adalah selama 18,07 th sedangkan rata-rata pengalaman petani tumpangsari jagung-kacang tanah dalam kegiatan usahataninya adalah selama 17,33 th. Semakin lama dalam berusahatani, maka akan menambah pengetahuan dan pengalaman petani dalam meningkatkan pendapatan usahataninya. Kelompok tani merupakan salah satu wahana bagi petani untuk commit to user Setiap satu bulan sekali, petani menambah wawasan dibidang pertanian.
49 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
melakukan pertemuan kelompok tani. Dalam pertemuan ini antar petani dapat saling bertukar informasi, selain itu petani juga mendapatkan informasi dan penyuluhan dari penyuluh atau ketua kelompok tani tentang pertanian yang dapat meningkatkan produksi usahataninya. Tidak semua kelompok tani aktif mengadakan pertemuan rutin ini, misalnya saja kelompok tani “Tani Makmur“ dan “Tani Mulyo” tidak rutin mengadakan pertemuan karena tenaga penyuluh pertanian tidak selalu hadir dalam pertemuan sehingga petani malas melakukan pertemuan kelompok tani. Penyuluhan tentang budidaya tanaman jagung dengan sistem tanam tumpangsari jagung-kacang tanah dirasakan masih kurang oleh petani atau hampir tidak ada. Penyuluhan biasanya hanya memberikan informasi tentang varieatas benih yang tahan terhadap hama dan penyakit serta penyuluhan tentang pestisida yang baik bagi tanaman. Hal ini mengakibatkan petani kurang mendapatkan pengetahuan tentang budidaya tumpangsari jagung-kacang tanah, sehingga masih banyak dijumpai petani yang menanam jagung dengan sistem tanam monokultur jagung. Peran pemerintah dalam kemajuan dibidang pertanian masih dirasakan kurang oleh petani di daerah penelitian, terutama kaitannya dengan tenaga penyuluh pertanian yang kurang aktif memberikan informasi bidang pertanian. Distribusi pupuk yang kurang stabil juga membuat harga pupuk menjadi mahal. Petani di daerah penelitian mengusahakan tanaman jagung pada lahan sawah dengan beberapa alasan diantaranya belakangan ini tanaman padi tidak dapat tumbuh dengan baik karena serangan wereng. Petani memilih menanam jagung karena keadaan wilayah mendukung untuk pertumbuhan jagung, sehingga tanaman jagung dapat tumbuh dengan baik. Sebagian petani memilih menerapkan sistem tanam tumpangsari jagung dengan kacang tanah, kacang tanah dipilih karena proses budidaya yang cukup mudah dan kemudahan menjual hasil panen kacang tanah. commit to user
50 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Penggunaan Sarana Produksi dan Tenaga Kerja Usahatani Monokultur Jagung dan Tumpangsari Jagung-kacang tanah a. Penggunaan Sarana Produksi pada Usahatani Monokultur Jagung dan Tumpangsari Jagung-kacang tanah Sarana produksi yang digunakan pada usahatani monokultur jagung dan tumpangsari jagung-kacang tanah meliputi benih, pupuk kandang, pupuk anorganik dan pestisida. Jenis dan jumlah sarana produksi akan mempengaruhi produksi tanaman. Petani memenuhi kebutuhan saprodinya dengan membeli di toko saprodi. Benih jagung yang biasanya digunakan dalam usahatani merupakan benih baru dan terdapat beberapa varietas yang digunakan petani yaitu varietas Bisi-2, varietas P7 dan varietas P4. Pupuk anorganik yang digunakan dalam usahatani antara lain pupuk SP 36, pupuk phonska dan pupuk urea. Pestisida yang digunakan antara lain Furadan, Fastac, dan kadangkadang juga menggunakan Roundup untuk membasmi gulma. Rata-rata
penggunaan
sarana
produksi
pada
usahatani
monokultur jagung dan tumpangsari jagung-kacang tanah dapat dilihat dalam Tabel 13 berikut ini.
commit to user
51 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 13. Rata-rata Penggunaan Sarana Produksi Pada Usahatani Monokultur Jagung dan Tumpangsari Jagung-Kacang Tanah MT November 2010 sampai Februari 2011 di Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Wonogiri Monokultur jagung No
Uraian Per UT
1 Benih (Kg) a. Jagung b. Kacang tanah 2 Pupuk Tanaman Jagung a. Kandang (Kg) b. SP 36 (Kg) c. Phonska (Kg) d. Urea (Kg) 3 Pupuk Tanaman Kacang Tanah a. SP 36 (Kg) b. Phonska (Kg) c. Urea (Kg) 4. Pestisida kimia a. Furadan (Kg) b. Fastac (Ltr) c. Roundup (ltr)
Per Ha
Tumpangsari jagung-kacang tanah Per UT Per Ha
3,73 0
14,30 0
2,63 23,53
7,76 76,76
853,33 14,17 28,20 58,00
3251,85 59,52 102,14 222,59
985,00 9,67 11,77 29,67
3249,77 30,64 41,30 99,24
0,00 0,00 0,00
0,00 0,00 0,00
20,00 13,85 33,92
64,44 52,54 110,03
0,12 0,18 0,09
0,44 0,80 0,30
0,22 0,22 0,14
0,66 0,78 0,47
Sumber : Analisis Data Primer (Lampiran 3 – 6) Berdasarkan data pada Tabel 13 dapat diketahui bahwa benih yang digunakan dalam usahatani monokultur jagung sebesar 3,73 kg per usahatani atau 14,30 kg per Ha. Pada usahatani tumpangsari jagung-kacang tanah petani membutuhkan benih jagung rata-rata 7,76 kg/Ha dan benih kacang tanah rata-rata 76,76 kg/Ha. Benih dibeli oleh petani dalam bentuk kemasan satu kg atau 5 kg tergantung banyaknya kebutuhan petani. Pemupukan tanaman jagung dengan sistem tanam monokultur pada dasarnya tidak jauh berbeda dengan pemupukan tanaman jagung pada sistem tanam tumpangsari. Baik pada sistem tanam monokultur jagung maupun tumpangsari jagung kacang tanah, penggunaan pupuk kandang paling besar jika dibandingkan commit to user dengan pupuk lainnya, hal ini
52 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
karena pupuk kandang dapat memperbaiki kesuburan tanah dan cocok untuk pertumbuhan tanaman. Pupuk kandang yang dibutuhkan pada sistem tanam monokultur jagung rata-rata sebanyak 3251,85 kg/Ha lebih banyak dari pada rata-rata penggunaan pupuk kandang pada usahatani tumpangsari jagung-kacang tanah yakni sebesar 3249,77 kg/Ha. Petani memperoleh pupuk kandang dari hasil ternak yang juga diusahakan oleh petani. Pemberian pupuk anorganik juga dilakukan oleh petani untuk menunjang pertumbuhan tanaman. Rekomendasi dari Dinas Pertanian Kabupaten Wonogiri menyebutkan bahwa tanaman jagung yang ditanam dengan sitem tanam monokultur jagung membutuhkan pupuk urea sebanyak 200 kg/Ha dan phonska 150 kg/Ha dan pupuk kandang sebanyak 3.500 kg/Ha. Pada usahatani tumpangsari jagung-kacang tanah, tanaman jagung membutuhkan pupuk urea 100 kg/Ha dan phonska 75/Ha kg dan tanaman kacang tanah membutuhkan pupuk urea sebanyak 30 kg/Ha dan phonska 50 kg/Ha dan pupuk kandang sebanyak 3.500 kg/Ha. Penggunaan pupuk pada tanaman jagung oleh petani
di
Kecamatan
Ngadirojo,
jika
dibandingkan
dengan
rekomendasi pupuk oleh Dinas Pertanian jumlahnya lebih besar. Berdasarkan data tabel 13 dapat diketahui bahwa total penggunaan pupuk anorganik untuk tanaman tumpangsari jagungkacang tanah yakni sebanyak 398,19 kg/Ha yang terdiri dari SP-36 95,08 kg/Ha, phonska 93,84 kg/Ha, urea 209,27 kg/Ha lebih banyak jika dibandingkan dengan penggunaan pupuk tanaman monokultur jagung sebanyak 384,25 kg/Ha yang terdiri dari SP-36 59,52 kg/Ha, phonska 102,14 kg/Ha dan pupuk urea 222,59 kg/ha. Sistem tanam tumpangsari jagung-kacang tanah membutuhkan pupuk dalam jumlah besar karena petani harus memenuhi kebutuhan pupuk untuk dua tanaman sekaligus. Penyemprotan pestisida biasanya dilakukan sebanyak 2-3 dalam satu kali tanam. Petani biasanya menggunakan pestisida apabila jumlah hama, gulma atau penyakit jumlahnya banyak, apabila jumlahnya commit to user dengan cara manual. Petani sedikit petani menanggulanginya
53 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
menggunakan pestisida dalam jumlah sedikit juga disertai alasan yaitu daun sisa panen jagung nantinya akan dijadikan pakan ternak, maka sedapat mungkin penggunaan pestisida harus dikurangi. Rata-rata total penggunaan pestisida pada sistem tanam tumpangsari jagung kacang tanah sebanyak 1,91 ltr/Ha lebih banyak dari pada sistem tanam monokultur jagung yakni sebesar 1,54 ltr/Ha. Petani tumpangsari jagung-kacang tanah lebih banyak menggunakan pestisida untuk mengendalikan hama dan penyakit pada tanaman jagung dan kacang tanah. Serangan hama dan penyakit pada tanaman jagung dan kacang tanah waktu dan jenisnya berbeda, hal ini menyebabkan penggunaan pestisida pada sistem tanam tumpangsari jagung-kacang tanah lebih banyak daripada penggunaan pestisida pada sistem tanam monokultur jagung. Pestisida yang digunakan yaitu furadan, fastac dan roundup. Roundup sering digunakan petani untuk mengendalikan ilalang pada saat tanaman jagung atau kacang tanah masih berusia muda. Pestisida furadan dan fastac sering digunakan untuk mengendalikan hama dan penyakit yang menyerang tanaman jagung dan kacang tanah. Hama yang sering menyerang tanaman jagung adalah belalang dan ulat daun, sedangkan hama yang menyerang tanaman kacang tanah yang ditanam secara tumpangsari adalah belalang dan kumbang daun. Pada tanaman jagung jarang sekali terserang penyakit, penyakit yang sering menyerang adalah layu dan karat daun. Penyakit yang sering menyerang tanaman kacang tanah adalah sapu setan. b. Penggunaan Tenaga Kerja pada Usahatani Monokultur Jagung dan Tumpangsari Jagung-Kacang Tanah Tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi yang sangat menentukan keberhasilan usahatani. Tenaga kerja dalam proses usahatani dapat dipenuhi dari tenaga kerja keluarga petani sendiri atau menambah tenaga kerja dari luar keluarga untuk membantu kegiatan dalam usahatani yang tidak dapat diselesaikan sendiri oleh petani. Tenaga kerja luar keluarga biasanya digunakan petani dalam kegiatan commit to user pengolahan tanah, penanaman dan pemanenan.
54 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Rata-rata penggunaan tenaga kerja dalam usahatani monokultur jagung dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14. Rata-rata Penggunaan Tenaga Kerja Pada Usahatani Monokultur Jagung MT November 2010 sampai Februari 2011 di Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Wonogiri TKD (HKP) No . 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Keterangan Pengolahan tanah Penanaman Pemupukan Pemeliharaan Pengendalian hama dan penyakit Pemanenan dan pengangkutan Pengeringan Pemipilan JUMLAH
TKL (HKP)
Per UT 6,67 3,18 6,16 3,02 0,57
Per Ha 25,51 14,13 23,79 12,44 2,22
Per UT 2,00 1,75 0,00 0,00 0,00
Per Ha 7,65 5,37 0,00 0,00 0,00
Jumlah (HKP) Per Per UT Ha 8,67 33,16 4,93 19,50 6,16 23,79 3,02 12,44 0,57 2,22
5,72
21,88
2,83 10,83
8,55 32,71
7,11 27,27 6,06 23,26 38,49 150,50
0,00 0,00 0,00 0,00 6,58 23.85
7,11 27,27 6,06 23,26 45,07 174,35
Sumber: Analisis Data Primer (11 dan 13) Keterangan: TKD : Tenaga Kerja Dalam/Keluarga TKL : Tenaga Kerja Luar HKP : Hari Kerja Pria UT Perhitungan
: Usahatani penggunaan
tenaga
kerja
dalam
penelitian
menggunakan satuan HKP (Hari Kerja Pria). Tenaga kerja didaerah penelitian diberi upah sebesar Rp 30.000 untuk tenaga kerja pria dan Rp. 25.000 untuk tenaga kerja wanita, dengan jam kerja selama 8 jam. Dari besarnya nilai upah didaerah penelitian tersebut dapat diketahui bahwa 1 HKW sama dengan 0,83 HKP. Berdasarkan Tabel 14 dapat diketahui bahwa proses pengolahan tanah membutuhkan tenaga kerja dalam jumlah yang paling besar yakni sebanyak 8,67HKP/UT atau 33,16 HKP/Ha. Pengolahan tanah membutuhkan tenaga kerja dalam jumlah banyak karena pengolahan tanah dilakukan dengan cangkul dari proses pembokahan tanah hingga pembentukan bidang tanam, commitsehingga to user membutuhkan tenaga dan waktu
55 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
yang banyak. Pemberantasan hama dan penyakit membutuhkan tenaga kerja paling sedikit yakni sebanyak 0,57 HKP/UT atau 2,22 HKP/Ha. Sedikitnya jumlah penggunaan tenaga kerja pada pemberantasan hama dan penyakit ini karena serangan hama dan penyakit pada tanaman jagung tidak terlalu banyak, sehingga penanggulangan hama dan penyakit dapat dilakukan dalam waktu yang singkat dan tidak membutuhkan banyak tenaga kerja. Penggunaan tenaga kerja dalam keluarga lebih banyak jika dibandingkan dengan penggunaan tenaga kerja luar keluarga. Petani biasanya menyelesaikan proses usahatani menggunakan tenaga kerja dalam keluarga, walaupun prosesnya memakan waktu yang lebih lama. Hal ini dilakukan petani untuk mengurangi biaya dalam usahataninya. Proses budidaya pada usahatani tumpangsari jagung-kacang tanah sedikit berbeda dengan budidaya pada usahatani monokultur jagung. Jumlah tenaga kerja dan curahan waktu kerja pada usahatani tumpangsari jagung-kacang tanah juga lebih besar daripada usahatani monokultur jagung, hal ini karena pada usahatani tumpangsari jagungkacang tsnsh, ada beberapa kegiatan usahatani yang tidak dilakukan secara bersamaan, misalnya pada penanaman dan pemanenan. Rata-rata penggunaan tenaga kerja pada usahatani tumpangsari jagung-kacang tanah dapat dilihat pada Tabel 15.
commit to user
56 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 15. Rata-rata Penggunaan Tenaga Kerja Usahatani Tumpangsari Jagung-Kacang Tanah MT November 2010 sampai Februari 2011 di Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Wonogiri No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
9.
10. 11. 12. 13.
Keterangan
TKD (HKP) TKL (HKP) Per Per Per Per UT Ha UT Ha 7,40 25,62 2,87 8,88 2,57 8,20 0,33 1,30 3,25 10,61 0,92 3,21
Pengolahan tanah Penanaman jagung Penanaman kacang tanah Pemupukan jagung 5,32 17,53 Pemupukan 1,53 5,06 kacang tanah Pemeliharaan 2,90 10,32 Pengendalian 0,69 2,29 hama dan penyakit Pemanenan dan 4,42 15,65 Pengangkutan jagung Pemanenan dan 4,27 14,99 pengangkutan kacang tanah Pengeringan 4,25 14,31 jagung Pengeringan 2,31 7,47 kacang tanah Pemipilan 5,15 17,57 Pasca panen 2,14 6,99 kacang tanah JUMLAH 46,19 156,61
Jumlah (HKP) Per UT Per Ha 10,27 2,90 4,17
34,50 9,50 13,82
0,00 0,00
0,00 0,00
5,32 1,53
17,53 5,06
0,00 0,00
0,00 0,00
2,90 0,69
10,32 2,29
1,67
4,57
6,09
20,22
1,30
3,43
5,57
18,42
0,00
0,00
4,25
14,31
0,00
0,00
2,31
7,47
0,00 0,00
0,00 0,00
5,15 2,14
17,57 6,99
7,09 21,39
53,28
178
Sumber: Analisis Data Primer (Lampiran 12 dan 14) Berdasarkan Tabel 15 dapat diketahui bahwa total tenaga kerja yang digunakan dalam proses pemanenan pada usahatani tumpangsari jagung-kacang tanah sebanyak 38,64 HKP/Ha yang terdiri dari pemanenan dan pengangkutan jagung sebanyak 20,22 HKP/Ha dan pemanenan dan pengankutan kacang tanah sebanyak 18,42 HKP/ Ha. Proses pemanenan dan pengangkutan membutuhkan tenaga kerja paling banyak, hal ini karena proses pemanenan jagung dan kacang tanah pada usahatani tumpangsari jagung-kacang tanah tidak dilakukan secara bersamaan sehingga membutuhkan tenaga kerja yang lebih commit to user banyak.
57 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pada usahatani tumpangsari jagung-kacang tanah penggunaan tenaga kerja paling sedikit adalah pada proses pengendalian hama dan penyakit. Hal ini karena pada saat penelitian serangan hama dan penyakit pada tanaman jagung dan kacang tanah tidak terlalu banyak. Penanggulaangan hama dan penyakit tanaman lebih banyak dilakukan secara manual dan apabila dilakukan penyemprotan pestisida hanya membutuhkan waktu 1-2 jam sekali penyemprotan. Proses pemupukan tanaman jagung dan tanaman kacang tanah pada usahatani tumpangsari jagung-kacang tanah
membutuhkan
jumlah tenaga kerja sebanyak 22,59 HKP/Ha. Meskipun pemupukan jagung dan kacang tanah tidak dilakukan secara bersamaan, namun jumlah tenaga kerja pemupukan pada usahatani tumpangsari jagungkacang tanah lebih sedikit dibandingkan pemupukan monokultur jagung. Hal ini karena pada usahatani tumpangsari jagung kacang tanah pemupukan pada tanaman kacang tanah hanya dilakukan sebanyak dua kali dan pemupukannya cukup disebarkan, sehingga tidak membutuhkan waktu yang lama. Pemupukan pada tanaman jagung dengan membenamkan pupuk pada setiap tanaman jagung. Pada sistem tanam monokultur jagung jarak tanam jagung lebih rapat dari pada jarak tanam jagung pada sistem tanam tumpangsari jagungkacang tanah, sehingga jumlah tanaman jagung pada sistem tanam monokultur juga lebih banyak. Hal ini menyebabkan pemupukan tanaman
jagung
pada
sistem
tanam
monokultur
jagung
ini
membutuhkan waktu yang lama. Berdasarkan Tabel 14 dan Tabel 15 dapat diketahui bahwa total penggunaan tenaga kerja tumpangsari jagung kacang tanah secara keseluruhan tidak jauh berbeda dengan usahatani monokultur jagung. Pada usahatani monokultur jagung total tenaga kerja 174,35HKP/Ha, sedangkan tumpangsari jagung kacang tanah membutuhkan rata-rata total tenaga kerja 178 HKP/Ha. Hal ini karena pada usahatani tumpangsari jagung kacang tanah, sebagian besar petani tidak melakukan proses pengeringan dan pasca panen kacang tanah, to user sehingga biaya tenaga commit untuk proses ini dapat ditekan.
58 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3. Biaya, Penerimaan dan Pendapatan Usahatani a. Biaya-biaya Konsep biaya yang digunakan dalam analisis usahatani monokultur jagung dan tumpangsari jagung-kacang tanah adalah biaya mengusahakan. Adapun komponen biaya yang dikeluarkan petani antara lain biaya sarana produksi, biaya tenaga kerja, biaya pajak tanah, biaya penyusutan alat, dan biaya pengangkutan hasil panen. 1)
Biaya Sarana Produksi Usahatani Monokultur Jagung dan Tumpangsari Jagung-Kacang Tanah Macam sarana produksi serta besar biayanya dapat dilihat pada Tabel 16: Tabel 16. Rata-rata Biaya Sarana Produksi pada Usahatani Monokultur Jagung dan Tumpangsari Jagung-Kacang Tanah MT November 2010 sampai Februari 2011 di Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Wonogiri Monokultur jagung No
Uraian Per UT
1 Benih (Rp) a. Jagung b. Kacang tanah Jumlah 2 Pupuk Tanaman Jagung a. Kandang (Rp) b. SP 36 (Rp) c. Phonska (Rp) d. Urea (Rp) Jumlah 3 Pupuk Tanaman Kacang Tanah a. SP 36 (Rp) b. Phonska (Rp) c. Urea (Rp) Jumlah 4. Pestisida kimia a. Furadan (Rp) b. Fastac (Rp) c. Roundup (Rp) Jumlah Total
Per Ha
141.100,00
559.779,00
141.100,00
Tumpangsari jagung-kacang tanah Per UT Per Ha
559.779,00
88.942,00 353.000,00 441.942,00
291.677,00 1.151.384,00 1.443.060,00
426.667,00 31.167,00 67.680,00 92.800,00 618.314,00
1.700.926,00 130.953,00 245.132,00 365.144,00 2.433.155,00
492.500,00 21.267,00 28.240,00 47.467,00 589.474,00
1.624.883,00 67.418,00 99.121,00 158.784,00 1.950.206,00
0,00 0,00 0,00 0,00
0,00 0,00 0,00 0,00
44.000,00 33.240,00 54.267,00 131.507,00
141.778,00 126.094,00 176.043,00 443.915,00
2960,00 7333,00 5300,00 15.593,00
10.499,00 31.842,00 17.922,00 60.263,00
5.160,00 9.933,00 8.400,00 22.493,00
15.826,00 31.389,00 29.231,00 75.396,00
775.007,00
2.978.197,00
1.185.416,00
3.912.577,00
Sumber: Analisis Datacommit Primer to (Lampiran 7 – 10) user
59 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Berdasarkan Tabel 16 dapat diketahui bahwa pada usahatani monokultur jagung dan tumpangsari jagung-kacang tanah biaya pengadaan pupuk membutuhkan biaya paling besar jika dibndingkan dengan biaya sarana produksi lainnya. Hal ini karena petani membutuhkan pupuk dalam jumlah besar selama proses usahataninya. Jenis pupuk yang digunakan dalam proses usahatani adalah pupuk kandang, SP-36, Phonska dan urea. Petani mendapatkan pupuk kandang dari hasil ternak sendiri dan apabila jumlahnya tidak mencukupi maka petani akan membeli dari luar. Petani membeli pupuk kandang dengan harga Rp.500,00/kg sudah temasuk biaya angkut. Harga pupuk SP 36 di pasaran yang umumnya dibeli petani adalah Rp.110.000,00/sak, dan berat satu sak pupuk urea adalah 50 kg, sehingga harga pupuk SP 36 sebesar Rp. 2.200 /kg. Harga pupuk phonska
di
pasaran
yang
umumnya
dibeli
petani
adalah
Rp.120.000,00/sak, dan berat satu sak pupuk phonska adalah 50 kg, sehingga harga pupuk phonska sebesar Rp. 2.400 /kg. Harga pupuk urea di pasaran yang umumnya dibeli petani adalah Rp.80.000,00/sak, dan berat satu sak pupuk urea adalah 50 kg, sehingga harga pupuk urea sebesar Rp. 1.600/kg. Selisih biaya pengadaan benih pada usahatani monokultur jagung dan tumpangsari jagung kacang tanah cukup besar. Pada usahatani
monokultur
jagung
membutuhkan
biaya
benih
Rp.559.779,00/Ha/MT, sedangkan pada usahatani tumpangsari jagung kacang
tanah
membutuhkan
biaya
pengadaan
benih
sebesar
Rp. 1.443.066,00/Ha/MT, hal ini karena pada usahatani tumpangsari jagung-kacang tanah membutuhkan benih dalam jumlah banyak. Pada sistem tanam tumpangsari jagung-kacang tanah kacang tanah ditanam pada jarak yang cukup rapat sehingga kebutuhan benih per hektarnya juga banyak. Komponen biaya sarana produksi terkecil yang dikeluarkan oleh to userpestisida yakni pada usahatani petani adalah biaya commit pengadaan
60 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
monokultur jagung sebesar Rp 60.263,00/Ha/MT dan pada usahatani tumpangsari jagung kacang-tanah sebesar Rp 75.395,00/Ha/MT. Biaya untuk pestisida pada usahatani tumpangsari jagung-kacang tanah lebih besar dari pada biaya pada usahatani monokultur jagung. Hal ini karena hama dan penyakit yang menyerang tanaman jagung dan kacang tanah pada sistem tanam tumpangsari jagung-kacang tanah waktu dan jenisnya berbeda, pestisida yang digunakan untuk kedua tanaman ini jenisnya juga berbeda. Hal ini menyebabkan biaya pengadaan pestisida pada sistem tanam tumpangsari jagung-kacang tanah lebih banyak daripada biaya pestisida pada sistem tanam monokultur jagung. Rata-rata total biaya yang dikeluarkan untuk usahatani tumpangsari jagung-kacang tanah Rp. 3.912.577,00/Ha/MT, lebih besar dari pada biaya untuk usahatani monokultur jagung yang hanya sebesar Rp. 2.978.197,00/Ha/MT. Hal ini karena pada usahatani tumpangsari jagung-kacang tanah petani membutuhkan biaya sarana produksi pengadaan benih dalam jumlah besar, terutama untuk benih kacang tanah selain itu komonen pestisida membutuhkan biaya yang lebih banyak. 2) Biaya Tenaga Kerja a) Biaya Tenaga Kerja Usahatani Monokultur Jagung Rata-rata biaya penggunaan tenaga kerja dalam usahatani monokultur jagung dapt dilihat pada Tabel 17.
commit to user
61 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 17. Rata-rata Biaya Penggunaan Tenaga Kerja Usahatani Monokultur Jagung MT November 2010 sampai Februari 2011 di Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Wonogiri No
Keterangan
1. 2. 3. 4. 5.
Pengolahan tanah Penanaman Pemupukan Pemeliharaan Pengendalian hama dan penyakit Pemanenan dan pengangkutan Pengeringan Pemipilan JUMLAH
6. 7. 8.
Biaya Tenaga Kerja (Rp) Per UT Per Ha 260.000,00 994.899,00 147.680,00 585.267,00 164.840,00 713.586,00 90.680,00 373.241,00 16.970,00 66.478,00 256.410,00
981.162,00
18,76
213.330,00 181.660,00 1.351.570,00
818.103,00 697.806,00 5.230.542,00
15,84 13,34 100
Sumber: Analisis Data Primer (15 dan 17) Upah per hari kerja di daerah penelitian ini sebesar Rp.30.000,00 untuk tenaga kerja pria, dan Rp.20.000,00 untuk tenaga kerja wanita. Tenaga kerja dari dalam keluarga petani juga diperhitungkan dalam analisis dan diperhitungkan sama dengan tenaga kerja dari luar. Berdasarkan data Tabel 17 dapat dilihat bahwa total biaya tenaga kerja yang digunakan pada usahatani monokultur jagung adalah sebesar Rp. 5.230.542,00/Ha/MT, kegiatan pengolahan tanah merupakan
% 19,02 11,19 13,64 7,14 1,27
komponen yang membutuhkan biaya paling
besar yaitu rata-rata sebesar Rp. 994.899,00/Ha/MT untuk 33,16 HKP atau 19,02% dari total biaya tenaga kerja. Biaya tenaga kerja paling sedikit dikeluarkan untuk pemberantasan hama dan penyakit yaitu sebesar Rp. 66.478,00/Ha/MT untuk 2,22 HKP. Kegiatan pengolahan tanah membutuhkan biaya besar karena kegiatan ini juga memerlukan tenaga kerja dalam jumlah yang banyak. Sedangkan kegiatan pengendalian hama dan penyakit membutuhkan biaya kecil karena kegiatan ini tidak banyak memakan waktu, selain itu hama dan penyakit yang menyerang commit totidak userterlalu banyak. tanaman jagung jumlahnya
62 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b) Biaya Tenaga Kerja Usahatani Tumpangsari Jagung-Kacang Tanah Rata-rata biaya penggunaan tenaga kerja dalam usahatani tumpangsari jagung-kacang tanah dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 18. Rata-rata Biaya Penggunaan Tenaga Kerja Usahatani Tumpangsari Jagung-Kacang Tanah MT November 2010 sampai Februari 2011 di Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Wonogiri No.
Keterangan
1. 2. 3.
Pengolahan tanah Penanaman jagung Penanaman kacang tanah Pemupukan jagung Pemupukan kacang tanah Pemeliharaan Pengendalian hama dan penyakit Pemanenan dan Pengangkutan jagung Pemanenan dan pengankutan kacang tanah Pengeringan jagung Pengeringan kacang tanah Pemipilan Pasca panen kacang tanah JUMLAH
4. 5. 6. 7. 8.
9.
10. 11. 12. 13.
Biaya Tenaga Kerja (Rp) Per UT Per Ha 308.000,00 1.035.229,00 87.170,00 284.825,00 125.220,00 414.779,00
% 19,39 5,33 7,77
159.500,00 46.000,00
525.947,00 151.728,00
9,85 2,84
87.000,00 20.700,00
309.512,00 68.560,00
5,80 1,28
182.500,00
606.478,00
11,36
167.180,00
552.589,00
10,35
127.480,00
429.206,00
8,04
69.180,00
224.032,00
4,20
154.400,00 64.160,00
527.004,00 209.566,00
9,87 3,92
1.598.490,00
5.339.485,00
100
Sumber: Analisis Data Primer (Lampiran 16 dan 18) Berdasarkan Tabel 18 dapat dilihat bahwa total biaya tenaga kerja yang digunakan adalah sebesar Rp. 5.339.486,00/Ha/MT, kegiatan pemanenan dan pengangkutan merupakan paling
besar
membutuhkan
biaya
yaitu
komponen
rata-rata
sebesar
Rp. 1.159.067,00/Ha/MT atau 21,71% dari total biaya tenaga kerja yang terdiri dari biaya pemanenan dan pengangkutan jagung commit to user sebesar Rp. 606.478,00 dan biaya pemanenan dan pengangkutan
63 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kacang tanah sebesar Rp. 552.589,00/Ha/MT. Biaya tenaga kerja paling sedikit dikeluarkan untuk pemberantasan hama dan penyakit yaitu sebesar Rp. 68.560,00/Ha/MT. Berdasarkan Tabel 17 dan 18 dapat diketahui bahwa rata-rata biaya total penggunaan tenaga kerja pada usahatani tumpangsari jagung-kacang tanah lebih besar dari pada usahatani monokultur hai ini terjadi karena usahatani tumpangsari jagung-kacang tanah membutuhkan kegiatan usahatani yang lebih banyak dibandingkan usahatani monokultur jagung. Misalnya saja, pada usahatani tumpangsari
jagung-kacang
tanah,
kegiatan
penanaman,
pemupukan, dan pemanenan tidak dilakukan secara bersamaan sehingga membutuhkan tenaga kerja dalam jumlah yang lebih banyak.
Biaya
tenaga
kerja
pada
usahatani
tumpangsari
tumpangsari jagung-kacang tanah dengan usahatani monokultur jagung perbedaannya tidak terlalu jauh. Hal ini karena pada usahatani tumpangsari jagung kacang tanah, sebagian besar petani tidak melakukan proses pengeringan dan pasca panen kacang tanah, sehingga biaya tenaga untuk proses ini dapat ditekan. 3) Biaya Lain-lain Komponen biaya lain-lain yang digunakan dalam penelitian ini meliputi pajak tanah, biaya pengangkutan penjualan dan penyusauan alat-alat pertanian. Besarnya biaya pajak akan dipengaruhi oleh luasnya lahan sawah yang dimiliki oleh petani. Adapun biaya penyusutan peralatan meliputi biaya penyusutan cangkul, ember, bakul, keranjang, alat semprot, dan sabit yang diperlukan dalam usahatani jagung. Masing-masing alat tersebut mempunyai umur ekonomis yang berbeda-beda tergantung pada penggunaannya. Alatalat tersebut biasanya digunakan sampai rusak dan tidak dijual lagi, sehingga alat-alat tersebut tidak memiliki nilai sisa (sama dengan nol). Komponen biaya lain-lain yang dikeluarkan petani usahatani user monokultur jagungcommit dan to tumpangsari jagung-kacang tanah di
64 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Wonogiri dapat dilihat pada Tabel 19. Tabel 19. Rata-rata Biaya Lain-lain Usahatani Monokultur Jagung dan Tumpangsari Jagung-Kacang Tanah MT November 2010 sampai Februari 2011 di Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Wonogiri No 1 2 3
Uraian Pajak tanah Pengangkutan Penjualan Penyusutan alat a. Cangkul b. Ember c. Bakul d. Keranjang e. Kresek f. Sprayer g. Sabit Total
Usahatani Monokultur Jagung (Rp) Per UT Per Ha 3484,00 13.333,00 20.759,00 89.660,00
Usahatani Tumpangari Jagung-Kacang Tanah (Rp) Per UT Per Ha 4033,00 13.333,00 23.167,00 81.966,00
4.630,00 2.659,00 3.499,00 3.906,00 8.111,00 278,00
19.663,00 10.827,00 14.614,00 16.391,00 33.540,00 675,00
4.797,00 2.461,00 2.492,00 3.772,00 8.333,00 417,00
17.023,00 8.695,00 8.977,00 13.526,00 28.587,00 1.806,00
3019,00 50.346,00
12351,00 211.056,00
6.305,00 55.778,00
18.318,00 192.091,00
Sumber : Analisis Data Primer (Lampiran 19-22) Berdasarkan data Tabel 19 dapat diketahui bahwa total biaya lain-lain
pada
usahatani
monokultur
jagung
sebesar
Rp. 211.056,00/Ha/MT lebih besar dari total biaya lain-lain pada usahatani tumpangsari jagung-kacang tanah yang hanya mencapai Rp. 192.091,00/Ha/MT. Hal ini karena pengangkutan hasil panen pada usahatani tumpangsari jagung-kacang tanah jumlahnya lebih sedikit jika dibandingkan dengan pengangkutan hasil panen pada usahatani monokultur jagung. Pada usahatani tumpangsari jagung-kacang tanah, petani terkadang tidak mengeluarkan biaya untuik pengangkutan kacang tanah karena hasil panen kacang tanah terkadang langsung diangkut oleh tengkulak terutama saat panen raya. Hal ini juga dipengaruhi oleh kepemilikan alat-alat pertanian yang digunakan petani dalam bercocok tanam. Pada usahatani monokultur jagung komponen biaya terbesar terdapat pada biaya penyusutan alat yakni commit user dengan usahatani monokultur, sebesar Rp. 108.062,00. Samato halnya
65 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pada usahatani tumpangsari jagung-kacang tanah, komponen biaya terbesar terdapat
pada biaya penyusutan
alat
yakni
sebesar
Rp.96.792,00. Besarnya biaya pada penyusutan alat karena pada kedua usahatani ini ,menggunakan alat pertaniaan yang cukup banyak dan umur ekonomis dari barang pertaniaan yang tidak terlalu lama. 4)
Biaya Total Biaya total merupakan biaya mengusahakan yang terdiri atas biaya untuk pembelian sarana produksi, upah tenaga kerja luar dan keluarga, dan biaya lain-lain yang dikeluarkan petani untuk pembiayaan usahataninya. Biaya total yang dikeluarkan dalam usahatani monokultur jagung dan tumpangsari jagung-kacang tanah di Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Wonogiri dapat dilihat pada Tabel 20. Tabel 20. Rata-rata Biaya Total Usahatani Monokultur Jagung dan Tumpangsari Jagung-Kacang Tanah MT November 2010 sampai Februari 2011 di Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Wonogiri No
Uraian
1 2
Biaya saprodi Biaya tenaga kerja Biaya lain-lain Total
3
Usahatani Monokultur Usahatani Tumpangari Jagung (Rp) Jagung-Kacang Tanah (Rp) Per UT Per Ha Per UT Per Ha 775.007,00 2.978.197,00 1.185.415,00 3.912.577,00 1.351.570,00 5.230.542,00 1.598.490,00 5.339.486,00 50.346,00 211.056,00 55.778,00 192.091,00 2.176.923,00 8.419.795,00 2.839.683,00 9.444.154,00
Sumber : Analisis Data Primer (Lampiran 23 - 26) Dari Tabel 20 dapat diketahui bahwa komponen biaya terbesar yang dikeluarkan dalam usahatani monokultur jagung dan tumpangsari jagung-kacang tanah adalah biaya tenaga kerja. Tenaga kerja yang digunakan di daerah penelitian adalah tenaga kerja luar (buruh tani) dan tenaga kerja dalam (keluarga). Besarnya biaya tenaga kerja yang dikeluarkan oleh petani karena banyaknya kegiatan usahatani yang membutuhkan banyak tenaga kerja dan curahan waktu kerja yang cukup lama. Selain itu, proses usahatani dari pengolahan lahan hingga commit to user proses pasca panen semuanya menggunakan tenaga manusia
66 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Rata-rata total biaya pada usahatani tumpangsri jagung kacang tanah adalah Rp. 9.444.154,00/Ha/MT lebih besar daripada usahatani monokultur Jagung Rp. 8.419.795,00/Ha/MT. Hal ini disebabkan karena biaya untuk pengadaan saprodi dan upah tenaga kerja pada usahatani tumpangsri jagung kacang tanah lebih besar. Usahatani tumpangsri jagung kacang tanah membutuhkan biaya saprodi yang cukup banyak, terutama untuk pembelian benih karena membutuhkan benih jagung dan kacang tanah. Usahatani tumpangsri jagung kacang tanah membutuhkan keuletan dan pemeliharaan yang lebih banyak daripada usahatani monokultur jagung. Misalnya pada kegiatan penanaman petani membutuhkan tenaga dan curahan waktu yang lebih lama karena menanam dua tanaman, selain itu perlu ketelian khusus mengatur jarak tanam agar kedua tanaman dapat tumbuh dengan baik. selain itu kegiatan pemupukan dan pemanenan juga tidak dilakukan secara bersamaan sehingga membutuhkan tenaga kerja yang lebih banyak. b. Peneriman Total Usahatani Monokultur Jagung dan Tumpangsari Jagung-Kacang Tanah Penerimaan usahatani dalam penelitian ini merupakan nilai uang yang diterima petani dari hasil produksi usahatani, diperoleh dari hasil perkalian antara jumlah produksi dengan harga jual produk per kilogram. Rata-rata penerimaan usahatani monokultur jagung dan tumpangsari jagung-kacang tanah di kecamatan Ngadirojo, Kabupaten Wonogiri dapat dilihat pada Tabel 21.
commit to user
67 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 21. Rata-rata Produksi, Harga dan Penerimaan Total Usahatani Monokultur Jagung dan Tumpangsari Jagung-Kacang Tanah MT November 2010 sampai Februari 2011 di Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Wonogiri Usahatani Monokultur Jagung No
Uraian
1
Produksi (Kg) a. Jagung pipilan b. Kacang polong basah c. Kacang ose Harga (Rp/ Kg) a. Jagung pipilan b. Kacang polong basah c. Kacang ose Penerimaan (Rp)
Per UT
2
3
Per Ha
Usahatani Tumpangsari Jagung-Kacang Tanah Per UT Per Ha
1223,33 0,00
4.744,66 0,00
743,33 782,61
2.460,21 2.613,29
0,00
0,00
371,43
1.192,40
3016,00 0,00
3.017,00 0,00
3010,00 3.500,00
3010,00 3.500,00
0,00 3.691.167,00
0,00 14.313.521,00
12.500,00 5.423.000,00
12.500,00 17.893.633,00
Sumber : Analisis Data Primer (Lampiran 23 – 26) Berdasarkan Tabel 21, dapat diketahui bahwa rata-rata produksi jagung yang diperoleh petani pada usahatani monokultur jagung adalah 4.744,66 kg/Ha, dengan harga jagung Rp.3.017,00/kg. Seluruhnya jagung dijual petani dalam bentuk pipilan, harganya berkisar dari Rp.2.900,00/kg sampai Rp. 3.000,00/kg. Sedangkan pada usahatani tumpangsari jagung-kacang tanah, rata-rata produksi jagung yang diperoleh petani adalah 2.460,21kg/Ha dimana semua jagung juga dijual dalam bentuk pipilan dengan harga Rp 3.010,00/kg. Hasil panen kacang tanah pada usahatani tumpangsari jagung-kacang tanah dijual dalam bentuk kacang polong basah dan kacang tanah ose. Rata-rata produksi kacang tanah dalam bentuk polong basah adalah sebesar 2.613,29 kg/Ha dengan harga Rp. 3500,00/kg, sedangkan rata-rata produksi kacang tanah yang dijual dalam bentuk ose adalah 1.192,40kg/Ha dengan harga Rp.12.500,00/kg. Penerimaan
usahatani
tupangsari
jagung-kacang
tanah
Rp. 17.893.633,00/Ha/MT lebih besar daripada usahatani monokultur jagung Rp. 14.313.521,00/Ha/MT. Hal ini disebabkab karena pada user tanah karena petani memperoleh usahatani tumpangsaricommit jagung to kacang
68 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
penerimaan tambahan dari hasil tanaman kacang tanah. Jika pada saat panen harga kacang tanah mahal, maka penerimaan petani akan lebih besar. Kebanyakan petani didaerah penelitian memilih menjual kacah tanah dalam keadaan polong basah atau setelah panen kacang tanah langsung dijual tanpa melakukan proses pasca panen. Terkadang pada saat panen raya kacang tanah terdapat tengkulak yang langsung membeli kacang tanah milik petani. Petani langsung menjual kacang tanahnya setelah panen dengan beberapa alasan diantaranya petani akan lebih cepat memperoleh uang dari hasil panennya, selain itu karena musim hujan yang panjang dan tidak ada panas matahari membuat petani kesulitan jika ingin menjual kacang tanah dalam bentuk ose, karena kacang tanah tidak dapat kering sempurna dan terkadang timbul jamur. c. Pendapatan Usahatani Monokultur Jagung dan Tumpangsari JagungKacang tanah Pendapatan usahatani dalam penelitian ini diperoleh dengan menghitung selisih antara penerimaan usahatani dan biaya usahatani selama satu musim tanam. Rata-rata pendapatan usahatani monokultur jagung dan tumpangsari jagung-kacang tanah dalam satu kali masa tanam dapat kita lihat dalam Tabel 22. Tabel 22. Rata-rata Total Pendapatan Usahatani Monokultur Jagung dan Tumpangsari Jagung-Kacang Tanah MT November 2010 sampai Februari 2011 di Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Wonogiri No
Uraian
1
Total penerimaan Total biaya Total pendapatan
2 3
Usahatani Monokultur Jagung (Rp) Per UT Per Ha 3.691.167,00 14.313.521,00
Usahatani Tumpangsari Jagung-Kacang Tanah (Rp) Per UT Per Ha 5.423.000,00 17.893.633,00
2.176.923,00 1.514.244,00
2.839.683,00 2.583.317,00
8.419.794,00 5.893.727,00
Sumber: Analisis Data Primer (Lampiran 23 – 26) commit to user
9.444.154,00 8.449.479,00
69 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Berdasarkan
Tabel
22
dapat
diketahui
bahwa
usahatani
tumpangsari jagung-kacang tanah memliliki pendapatan sebesar Rp. 8.449.479,00/Ha/MT lebih besar dari pada pendapatan usahatani monokultur
jagung
yang
memiliki
pendapatan
sebesar
Rp. 5.893.727,00/Ha/MT. Walaupun biaya usahatani tumpangsari jagung-kacang tanah lebih besar daripada biaya usahatani monokultur jagung, namun pendapatan usahatani tumpangsari jagung-kacang tanah lebih besar karena penerimaan tumpangsari jagung-kacang tanah yang jauh lebih besar daripada usahatani jagung dengan monokultur jagung. 4. Efisiensi Usahatani Monokultur Jagung dan Tumpangsari Jagung-Kacang Tanah Rata-rata efisiensi usahatani monokultur jagung dan tumpangsari jagung-kacang tanah dalam satu kali masa tanam dapat kita lihat dalam Tabel 23. Tabel 23. Rata-rata Efisiensi Total Usahatani Monokultur Jagung dan Tumpangsari Jagung-Kacang Tanah MT November 2010 sampai Februari 2011 di Kecamatan Ngadirojo Kabupaten Wonogiri No.
Uraian
1
Total penerimaan usahatani (Rp) Total biaya usahatani (Rp) Efisiensi
2 3
Monokultur Per Ha 14.313.521,00
Tumpangsari Per Ha 17.893.633,00
8.419.794,00 1,70
9.444.154,00 1,90
Sumber: Analisis Data Primer (Lampiran 23 – 26) Tabel 23 di atas menunjukkan bahwa R/C Ratio pada usahatani nonokultur jagung besarnya 1,70, sedangkan R/C Ratio pada usahatani tumpangsari jagung-kacang tanah 1,90. Nilai R/C Ratio kedua usahatani lebih dari 1 yang menunjukkan bahwa kedua usahatani efisien dengan nilai R/C Ratio pada usahatani tumpangsari jagung-kacang tanah lebih tinggi daripada usahatani monokultur jagung. Pada usahatani monokultur jagung, nilai R/C 1,70 hal ini berarti bahwa dengan biaya input sebesar Rp. 1,00 pada usahatani monokultur jagung akan memberikan penerimaan sebesar Rp. 1,70. Pada usahatani tumpangsari jagung-kacang tanah nilai R/C commit to user sebesar 1,90 hal ini berarti bahwa dengan biaya input sebesar Rp. 1,00
70 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pada usahatani tumpangsari jagung-kacang tanah akan memberikan penerimaan sebesar Rp. 1,90. 5. Perbandingan Pendapatan Usahatani Monokultur Jagung dan Tumpangsari Jagung-Kacang Tanah Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah pendapatan usahatani tumpangsari jagung-kacang tanah lebih tinggi daripada usahatani monokultur jagung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendapatan usahatani tumpangsari jagung-kacang tanah (Rp. 8.449.479,00) lebih besar daripada pendapatan monokultur jagung (Rp. 5.893.727,00). Hasil uji t menunjukkan bahwa thitung besarnya 6,264, sedangkan ttabel (α=0,05) besarnya 1,699. Nilai thitung lebih besar daripada ttabel,, maka pendapatan
usahatani
tumpangsari
jagung-kacang
tanah
(Rp. 8.449.479,00/Ha/MT) lebih tinggi daripada pendapatan usahatani monokultur jagung (Rp. 5.893.727,00/Ha/MT). Berdasarkan uji t, usahatani tumpangsari jagung-kacang tanah memberikan pendapatan lebih tinggi dari pada usahatani monokulktur jagung. Hal ini karena pada usahatani
tumpangsari
jagung-kacang
tanah
memiliki
penerimaan
(Rp. 17.893.633,00/Ha/MT) lebih besar dari pada penerimaan pada usahatani monokultur jagung (Rp. 14.313.521,00/Ha/MT). Penerimaan yang lebih besar ini karena pada usahatani tumpangsari jagung kacang tanah petani memperoleh output berupa jagung dan kacang tanah, sedangkan pada usahatani monokultur jagung petani hanya memperoleh output berupa jagung. Produksi jagung dengan sistem tanam tumpangsari jagung kacang tanah rata-rata hanya mencapai ½ dari produksi jagung yang ditanam dengan sistem monokultur jagung, namun karena pada usahatani tumpangsari jagung-kacang tanah ini petani memperoleh output berupa kacang tanah, maka dapat meningkatkan penerimaan petani. Produksi tanaman jagung pada sistem tanam tumpangsari jagungkacang tanah lebih tinggi dari pada produksi tanaman jagung pada sistem commit to user tanam monokultur jagung. Hal ini karena pada usahatani tumpangsari
71 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
jagung-kacang tanah. Pertumbuhan tanaman jagung lebih optimal, dimana pada tanaman jagung yang ditanam dengan sistem tanam tumpangsari jagung kacang tanah, tanaman jagung memiliki tongkol yang lebih besar dan berbuah lebih lebat jika dibandingkan dengan produksi jagung pada budidaya monokultur jagung. Pada usahatani monokultur jagung, tanaman jagung ditanam dengan jarak tanam yang cukup rapat, hal ini menyebabkan tanaman jagung banyak yang terserang penyakit serta tidak dapat tumbuh optimal dan bertongkol kecil. Harga jagung pipilan sebesar Rp. 3.000,00, sedangkan kacang tanah yaitu Rp. 3.500/kg (kacang tanah dalam bentuk polong basah) dan Rp. 12.500/kg (kacang tanah bentuk ose). Harga kacang tanah yang lebih tinggi ini mampu meningkatkan penerimaan petani tumpangsari jagungkacang tanah. Penerimaan petani dari tanaman kacang tanah yang ditanam secara tumpangsari jagung-kacang tanah sebesar Rp. 10.490.170,00 atau 58,63% dari total penerimaan (Rp. 17.893.633,00/Ha/MT). Proporsi penerimaan dari tanaman kacang tanah yang besar ini mampu meningkatkan penerimaan pada usahatani tumpangsari jagung-kacang tanah. Total biaya pada usahatani tumpangsari jagung-kacang tanah Rp.
9.444.154,00/Ha/MT,
sedangkan
total
biaya
pada
usahatani
monokultur Rp. 8.419.794,00/Ha/MT. Pada usahatani tumpangsari jagung kacang tanah, rata-rata biaya yang dikeluarkan untuk pembudidayaan kacang tanah ± 50% dari total biaya. Pada usahatani tumpangsari jagungkacang tanah proporsi biaya pembudidayaan kacang tanah yang mencapai 50% dari total biaya ternyata mampu memberikan penerimaan yang lebih tinggi dibandingkan dengan penerimaan dari tanaman jagung, sehingga hal ini mampu meningkatkan pendapatan usahatani tumpangsari jagungkacang tanah.
commit to user
72 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
6. Perbandingan Efisiensi Usahatani Monokultur Jagung dan Tumpangsari Jagung-Kacang Tanah Pendapatan yang tinggi belum tentu bahwa usahatani tersebut efisien, maka dari itu suatu usahatani perlu dihitung besarnya nilai efisiensi. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah efisiensi usahatani tumpangsari jagung-kacang tanah lebih tinggi dari pada efisiensi usahatani monokultur jagung. Pada usahatani tumpangsari jagung-kacang tanah perbandingan antara penerimaan (Rp. 17.893.633,00/Ha/MT) dan total biaya (Rp. 9.444.154,00/Ha/MT) lebih besar dari pada usahatani monokultur
jagung
dengan
perbandingan
antara
penerimaan
(Rp. 14.313.521,00/Ha/MT) dan total biaya (Rp. 8.419.794,00/Ha/MT. Usahatani tuimpangsari jagung-kacang tanah memiliki efisiensi (1,90) lebih besar dari pada efisiensi usahatani monokultur jagung (1,70). Hasil uji t menunjukkan bahwa thitung besarnya 4,672, sedangkan ttabel (α=0,05) besarnya 1,699. Nilai thitung lebih besar daripada ttabel, maka efisiensi usahatani tumpangsari jagung-kacang tanah (1,90) lebih tinggi daripada efisiensi usahatani monokultur jagung (1,70). Pada usahatani monokultur jagung, nilai R/C 1,70 hal ini berarti bahwa dengan biaya input sebesar Rp. 1,00 pada usahatani monokultur jagung akan memberikan penerimaan sebesar Rp. 1,70. Pada usahatani tumpangsari jagung-kacang tanah nilai R/C sebesar 1,90 hal ini berarti bahwa dengan biaya input sebesar Rp. 1,00 pada usahatani tumpangsari jagung-kacang tanah akan memberikan penerimaan sebesar Rp. 1,90. Efisiensi usahatani tumpangsari jagung kacang tanah lebih tinggi daripada efisiensi usahatani monokultur jagung karena dengan pengeluaran biaya input yang sama yakni sebesar Rp. 1,00 pada usahatani monokultur jagung dan tumpangsari jagung-kacang tanah akan memberikan penerimaan yang berbeda, dimana pada usahatani tumpangsari jagung-kacang tanah akan memberikan penerimaan yang lebih tinggi dari pada penerimaan usahatani monokultur jagung. commit to user
73 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Hal ini karena pada usahatani tumpangsari jagung-kacang tanah, pemanfaatan dari tenaga kerja lebih optimal. Pada usahatani tumpangsari jagung-kacang tanah kegiatan pengolahan tanah dan pemeliharaan dapat dilakukan secara bersamaan, sehingga dapat memanfaatkan tenaga kerja lebih optimal karena dapat membudidayakan dua tanaman sekaligus. Pada usahatani monokultur distribusi tenaga kerja sering tidak merata, dimana ada masa-masa tidak ada pekerjaan sama sekali. Pada sistem tanam tumpangsari kegiatan penanaman dan pemanenan dilakukan secara berangsur-angsur sehingga pembagian tenaga kerja lebih merata (Thahir,1992: 23) Tanaman kacang tanah adalah tanaman yang mampu mengikat nitrogen sehingga mampu menyuburkan tanah. Hal ini sangat bermanfaat bagi tanaman jagung dan kacang tanah karena mampu mendukung pertumbuhan, sehingga tanaman jagung dan kacang tanah mampu berproduksi tinggi. Tumpangsari jagung-kacang tanah juga merupakan salah satu upaya mengatasi fluktuasi harga jagung, maksudnya apabila tanaman jagung tumbuh jelek atau mati masih didapat jenis tananam kacang tanah yang diharapkan dapat menghasilkan dan memberikan penerimaan bagi petani. Usahatani tumpangsari jagung-kacang tanah lebih efisien dari pada mobnokultur
jagung
karena
sistem
tanam
tumpangsari
mampu
memanfaatkan input secara optimal dan akan memberikan penerimaan yang lebih tinggi dibandingkan monokultur jagung. 7. Kendala Petani dalam Usahatani Monokultur Jagung dan Tumpangsari Jagung-Kacang tanah Petani dalam membudidayakan tanaman jagung baik dengan sistem tanam tumpangsari maupun sistem tanam monokultur sering menghadapi beberapa kendala. Kendala yang sering muncul pada saat proses budidaya diantaranya yaitu terkadang sering terjadi serangan hama dan penyakit pada tanaman yang menyebabkan produksi tanaman menurun. Petani commit to user
74 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
biasanya menanggulangi hama dan penyakit ini dengan pemberian pestisida. Kendala lain yang sering muncul adalah tingginya harga saprodi serta harga jual jagung yang fluktuatif terutama pada saat panen tiba. Pada saat harga jual jagung rendah, petani mengatasinya dengan menyimpan buah jagung terlebih dahulu dan menjualnya saat harga buah jagung tinggi. Petani menyimpan tanaman jagung dalam keadaan masih bertongkol dan masih terdapat kelobot untuk menggantung buah jagung. Petani menyimpan jagung dalam keadaan masih bertongkol agar biji jagung tidak rusak dan biji jagung tidak berjamur. Pada saat harga jagung stabil atau harga jagung sudah tinggi, petani baru memipilnya dan menjualnya ke pasar.
commit to user
75 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan Dari hasil penelitian tentang analisis komparatif usahatani monokultur jagung dan tumpangsari jagung-kacang tanah di Kabupaten Wonogiri ini, kesimpulan yang dapat diambil antara lain : 1. Besarnya biaya mengusahakan pada usahatani monokultur jagung adalah Rp.
8.419.794,00/Ha/MT,
besarnya
penerimaan
adalah
Rp. 14.313.521,00/Ha/MT, sehingga pendapatan yang diperoleh petani adalah
Rp. 5.893.727,00/Ha/MT. Besarnya biaya mengusahakan pada
usahatani Rp.
tumpangsari
9.444.154,00/Ha/MT
jagung-kacang besarnya
tanah penerimaan
adalah adalah
Rp. 17.893.633,00/Ha/MT, sehingga pendapatan yang diperoleh petani adalah Rp 8.449.479,00Ha /Ha/MT. 2. Usahatani tumpangsari jagung kacang-tanah memiliki pendapatan yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan usahatani monokultur jagung (Hasil uji t pendapatan menunjukkan bahwa thitung nilainya 6,264 lebih besar dari pada ttabel yang nilainya 1,699) 3. Usahatani
tumpangsari
jagung-kacang
tanah
lebih
efisien
untuk
dikembangkan daripada usahatani monokultur jagung (Hasil uji t efisiensi menunjukkan bahwa thitung nilainya 4,672, lebih besar dapi pada ttabel yang nilainya 1,699) 2. Saran Dari hasil penelitian ini, disarankan petani dan pemerintah daerah Kabupaten Wonogiri lebih memperhatikan pengembangan usahatani jagung secara tumpangsari salah satunya tumpangsari jagung-kacang tanah. Hal ini dapat diwujudkan antara lain dengan : 1. Petani menggunakan sistem tanam tumpangsari jagung-kacang tanah daripada monokultur jagung, karena sistem tanam tumpangsari jagungkacang tanah memberikan pendapatan dan efisiensi yang lebih tinggi commit to user daripada usahatani monokultur jagung.
76 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Petugas penyuluh lapang lebih aktif untuk memotifasi petani agar mau membudidayakan tumpangsari jagung-kacang tanah serta memberikan pengetahuan tentang budidaya tumpangsari jagung-kacang tanah agar kedua tanaman dapat tumbuh dengan optimal dan berproduksi lebih tinggi.
commit to user