ANALISIS KUALITAS PELAYANAN PENDIDIKAN SEKOLAH INKLUSI DI KOTA SEMARANG (STUDI KASUS DI SMP NEGERI 5 SEMARANG)
Oleh : Grace Olivia Simangunsong, Nina Widowati
Jurusan Administasi Publik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Diponegoro Jalan Profesor Haji Soedarto, Sarjana Hukum Tembalang Semarang Kotak Pos 1269 Telepon (024) 7465407 Faksimile (024) 7465405 Laman: http://www.fisip.undip.ac.id email:
[email protected]
ABSTRAK Kualitas pelayanan merupakan salah satu ukuran untuk menilai pelayanan publik. Sekolah penyelenggara inklusi merupakan salah satu kebutuhan pokok masyarakat Semarang pada bidang pendidikan. SMP Negeri 5 Semarang merupakan salah satu penyelenggara sekolah inklusi di Semarang. Pelayanan pendidikan sekolah inklusi di SMP Negeri 5 Semarang belum sesuai dengan harapan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis dan mendeskripsikan kualitas pelayanan pendidikan sekolah inklusi yang ada di SMP Negeri 5 Semarang melalui lima dimensi kualitas pelayanan, yaitu berwujud, kehandalan, ketanggapan, jaminan, dan empati. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa kualitas pelayanan pendidikan sekolah inklusi di SMP Negeri 5 Semarang belum baik dikarenakan masih ada dimensi yang belum berjalan optimal, yaitu dimensi berwujud, dimensi kehandalan, dan dimensi jaminan. Kata kunci: Kualitas pelayanan, sekolah dan pendidikan inklusi, SMP Negeri 5 Semarang.
difabel menjadi komunitas yang
PENDAHULUAN
teralienasi dari dinamika sosial di
A. Latar Belakang
masyarakat.
Pendidikan kebutuhan untuk
merupakan
dasar
setiap
Masyarakat
menjadi
tidak
manusia
akrab dengan kehidupan kelompok
menjamin keberlangsungan
difabel dan sementara kelompok
hidupnya agar lebih bermartabat.
difabel
Karena
keberadaannya
itu
kewajiban
negara untuk
memiliki
sendiri
merasa
bukan
menjadi
memberikan
bagian yang integral dari kehidupan
pelayanan pendidikan yang bermutu
masyarakat di sekitarnya. Seiring
kepada
dengan
setiap
warganya
tanpa
berkembangnya
terkecuali termasuk mereka yang
kelompok
memiliki
menyuarakan
perbedaan
dalam
tuntutan
difabel
dalam
hak–haknya,
maka
kemampuan (difabel) seperti yang
kemudian muncul konsep pendidikan
tertuang pada UUD 1945 pasal 31 (1)
inklusi.
Anak–anak yang memiliki perbedaan kemampuan
(difabel)
Kemunculan
pendidikan
disediakan
inklusif sesungguhnya diawali oleh
khusus
ketidakpuasan system segregasi dan
disesuaikan dengan derajat dan jenis
pendidikan khusus yang terlebih
difabelnya
dengan
dahulu mengiringi perjalanan anak
Sekolah Luar Biasa (SLB). Secara
berkelainan dan bertunaan dalam
tidak disadari sistem pendidikan SLB
memperoleh
telah
tembok
sesuai dengan tingkat kemampuan
eksklusifisme bagi anak–anak yang
dan kebutuhan mereka. Keberhasilan
berkebutuhan
Tembok
sebuah konsep pendidikan sangat
eksklusifisme tersebut selama ini
tergantung pada komitmen dalam
tidak disadari telah menghambat
memeberikan kontribusi positif bagi
proses saling mengenal antara anak–
peningkatan
anak difabel dengan anak-anak non-
khusus. Masalah
difabel. Akibatnya dalam interaksi
dengan
sosial
merupakan isu yang sangat sensitif
fasilitas
pendidikan
yang
disebut
membangun
di
khusus.
masyarakat
kelompok
layanan
anak
pendidikan
berkebutuhan yang berkaitan
pendidikan
inklusif
bagi
anak
yang
dianggap
tidak
dapat
dipisahkan
berkelainan, karena bagaimanapun
dengan kehidupan manusia.
isu tersebut akan berdampak pada
Menurut
kepercayaan
memasuki
Sampara Lukman, pelayanan
pendidikan formal dan berkumpul
adalah setiap kegiatan yang
dengan anak formal pada umumnya.
menguntungkan dalam suatu
B. Perumusan Masalah
kumpulan atau kesatuan, dan
mereka
1. Bagaimana kualitas pelayanan
Kotlern
menawarkan
dalam
kepuasan
pendidikan inklusif di SMP
meskipun
Negeri 5 Semarang?
terikat pada suatu produk
2. Dimensi-dimensi
apa
yang
secara
hasilnya
fisik.
tidak
Selanjutnya
menghambat dan mendukung
Sampara
berpendapat,
pelayanan pendidikan inklusif
pelayanan
di SMP Negeri 5 Semarang?
kegiatan yang terjadi dalam
adalah
interaksi
C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis
sutu
langsung
antarseseorang dengan orang
kualitas
lain atau mesin secara fisik,
pelayanan pendidikan inklusif
dan menyediakan kepuasan
di SMP Negeri 5 Semarang.
pelanggan.
Sementara
itu,
2. Untuk mengetahui dimensi-
istilah publik berasal dari
dimensi yang menghambat
Bahasa Inggris publik yang
dan mendukung pelayanan
berarti umum, masyarakat,
pendidikan inklusif di SMP
negara.
Negeri 5 Semarang.
sebenarnya sudah diterima menjadi
D. Kajian Teori 1.
Kata
Bahasa
publik
Indonesia
Pelayanan Publik
Baku menjadi Publik yang
Sinambela (2010, hal:3), pada
berarti umum, orang banyak,
dasarnya
manusia
ramai. Inu dan kawan-kawan
pelayanan,
mendefinisikan publik adalah
setiap
membutuhkan
bahkan secara ekstrim dapat
sejumlah
dikatakan bahwa pelayanan
memiliki
manusia
yang
kebersamaan
2.
berpikir, perasaan, harapan,
perbaikan berkelanjutan; (4)
sikap atau tindakan yang
bebas dari kerusakan/cacat;
benar dan baik berdasarkan
(5)
nilai-nilai norma yang merasa
pelanggan sejak awal dan
memiliki. Oleh karena itu
setiap saat; (6) melakukan
pelayanan publik diartikan
segala sesuatu secara benar;
sebagai setiap kegiatan yang
(7)
dilakukan oleh pemerintah
membahagiakan
terhadap sejumlah manusia
Konsep kualitas pelayanan
yang memiliki setiap kegiatan
dapat
yang menguntungkan dalam
perilaku
konsumen,
yaitu
suatu
suatu
perilaku
yang
kumpulan
atau
pemenuhan
sesuatu
kebutuhan
yang
bisa
pelanggan.
dipahami
melalui
kesatuan, dan menawarkan
dimainkan
kepuasan meskipun hasilnya
dalam
tidak
menggunakan, mengevaluasi
terikat
pada
suatu
oleh
konsumen
mencari,
membeli,
produk secara fisik. Lebih
suatu
lanjut dikatakan pelayanan
pelayanan yang diharapkan
publik
dapat memuaskan kebutuhan
dapat
diartikan,
produk
maupun
pemberi layanan (melayani)
mereka.
keperluan
(2008:22), kualitas pelayanan
orang
atau
Menurut
Ibrahim
masyarakat yang mempunyai
publik
merupakan
suatu
kepentingan pada organisasi
kondisi
dinamis
yang
itu
aturan
berhubungan dengan produk,
pokok dan tata cara yang
jasa, manusia, proses dan
telah ditetapkan.
lingkungan dimana penentuan
Kualitas Pelayanan Publik
kualitasnya ditentukan pada
Menurut
saat
sesuai
dengan
Fandy
(1995:24)
Tjiptono
adalah:
kesesuaian
(1) dengan
terjadinya
pelayanan
pengertian
untuk
diterima,
(3)
publik
tersebut.
Pada prinsipnya pengertian-
persyaratan; (2) kecocokan pemakaian;
pemberian
tersebut namun
dapat timbul
pertanyaan atribut
ciri-ciri
apakah
Ciri-ciri
74), kualitas pelayanan dapat
ikut
diukur dari lima dimensi,
kualitas
yaitu: Tangibel (berwujud),
yang
menentukan pelayanan
atau
publik
tersebut.
Reability
atribut
tersebut
Responsiveness
menurut Tjiptono (1995:25)
(ketanggapan),
antara lain: (1) ketepatan
(jaminan),
dan
waktu
(empati).
Masing-masing
pelayanan
yang
Assurance Empathy
meliputi waktu tunggu dan
memiliki indikator, yaitu:
waktu proses; (2) akuransi
1) Dimensi
pelayanan
yang
meliputi
Tangible
(Berwujud)
bebas dari kesalahan; (3)
Dalam
kesopanan
keramahan
disini yang diperhatikan
memberikan
adalah penampilan para
(4) kemudahan
pelayan peserta dididik
dan
dalam pelayanan;
mendapatkan
pelayanan
indikator
ABK.
mendukung
kenyamanan
seperti
banyaknya
petugas
atau
tersedianya
komputer;
ini,
non-ABK dan khususnya
seperti tersedianya fasilitas
Kemudian,
melakukan
tempat pelayanan
(5)
misalnya apakah sudah
kenyamanan
dalam
tersedianya fasilitas yang
memperoleh
pelayanan
memadai untuk mereka
misaknya
tersedianya
AC,
peserta
didik
ABK,
tempat parkir, ketersediaan
seperti tersedianya jalan
informasi,
yang
dan
lain
sebagainya. 3.
(kehandalan),
Dimensi-dimensi
sengaja
dibuat
untuk peserta ABK yang Kualitas
menggunakan kursi roda.
Pelayanan Publik
Kemudanan akses bagi
Menurut Zeithaml dkk (1990)
ABK dalam melakukan
dalam
permohonan
pelayanan,
misalnya
melakukan
buku
Kualitas
Pelayanan Publik (2011:73-
permohonan izin dalam
3) Dimensi Responsiveness
hal kesehatan mereka.
(ketanggapan)
Lalu adanya kemudahan
Disini
dalam penggunaan alat
ketanggapan
bantu dalam pelayanan,
sekolah inklusif untuk
misalnya
bertindak cepat
diperbolehkannya
melayani peserta didik
memakai kursi roda atau
ABK, dimana pelayanan
alat bantu pendengaran
dilakukan dengan cepat,
untuk
tepat,
mereka
yang
dintuntut guru
dalam
cermat,
waktu
disabilitas maupun tuna
pelayanan
rungu.
serta merespon seluruh
2) Dimensi
Reliability
(kehandalan) Dalam
yang
keluhan pelanggan atau dalam hal ini keluhan
dimensi
diperhatikam
ini
adanya
peserta didik ABK. 4) Dimensi
Assurance
kecermatan para pelaku
(jaminan)
pelayananan pendidikan
Pelayan
sekolah inklusif dalam
inklusif
melayani mereka yang
memberikan
berkebutuhan
dalam
misalnya
khusus, perbedaan
di
hal
dan mereka yang normal.
pelayanan,
Lalu, adanya kemampuan
dalam
dan
memberikan
pelayan/
sekolah
inklusif
dalam menggunakan alat bantu
dalam
pelayanan
proses
jaminan ketepatan
waktu dalam pelayanan, jaminan
keahlian
sekolah dapat
perlakuan antara ABK
guru
tepat,
dalam legalitas
pelayanan,
dan
jaminan
kepastian biaya dalam pelayanan. 5) Dimensi
Empathy
(empati) Pada dimensi ini, pelayan
sekolah inklusi atau guru
yang
harus
pelayanan, karena pelayanan yang
dapat
mendahulukan kepentingan
penting
dalam
suatu
diberikan tidak dapat mencapai pemohon
titik
maksimal
apabila
tidak
atau peserta didik ABK
tersedianya fasilitas fisik yang
diatas
digunakan
kepentingan
untu
kmendukung
pribadi. Tentunya dalam
pelayanan yang maksimal. Tanpa
melayani,
pelayan
adanya ketersediaan fasilitas fisik,
sekolah inklusif melayani
koordinasi sulit untuk dilakukan,
dengan
sikap
ramah,
para pelayanan publik di lapangan
sopan
santun,
tidak
akan mengalami berbagai macam
diskriminatif (membeda-
kendala
bedakan),
dan
tidak terwujudnya pelayanan yang
setiap
baik. Begitu juga dengan SMP
menghargai pelanggan.
mengakibatkan
Negeri 5 Semarang yang sudah
Adapun yang diteliti dalam penelitian
yang
ini
mengenai
pasti memerlukan peralatan fisik untuk
memberikan
pelayanan
kualitaspelayanan
publik menurut
yang baik dan maksimal kepada
Zeithaml
yaitu
peserta didik, terkhusus ABK.,
dimensi
dkk,
berwujud,
mengenai dimensi
namun
kenyataannya
masih
kehandalan, dimensi ketanggapan,
terdapat kekurangan pada dimensi
dimensi
iniyaitu belum tersedianya tenaga
jaminan,
dan
dimensi
empati. Menurut hasil penelitian
pendidik
yang telah dilakukan dari kelima
dan psikolog yang menimbulkan
dimensi di atas masih terdapat
beberapa kesulitan bagi ABK
kekurangan dalam kualitas pelayanan
dalam proses pembelajaran.
di SMP Negeri 5 Semarang, yaitu pada
dimensi
wujud,
dimensi
khusus,
tenagamedis,
2. Dimensi Kehandalan Kesuksesan suatu unit pelayanan
kehandalan, dan dimensi jaminan.
dapatdilihat
dari
1. Dimensi Berwujud
petugasnya
terlebih
Dimensi ini merupakan unsur
kemampuan dahulu.
Berbaga upaya peningkatan SDM
yang berkualitas harus dilakukan
tersebut, namun berbeda jika kita
oleh SMP Negeri 5 Semarang.
bicara mengenai jaminan dalam
Sumber daya merupakan hal yang
hal biaya. Kepastian biaya bagi
vital
peserta
untuk
segenap
mengoptimalkan potensi
berkebutuhan
khusus.
pelayan
publik
yang
dalam
pelayanan
inklusi
harus
anak
diketahui
Para
biaya
didik
inklusi
secarapast seperti
tidak
ijaminan
apa
yang
bekerja
merekadapat, dan hal inilah yang
pendidikan
menjadi kekurangan disini.Belum
dipilih
secara
adanya kejelasan secara tertulis
selektif supayadapat memberikan
dalam
pelayanan yang maksimal, namun
menimbulkan kebingungan pihak
hal
sekolah dalam menyikapi jka ada
inilah
yang
menjadi
permasalah di SMP Negeri 5
hal
jaminan
biaya
dana yang dibutuhkan.
Semarang yaitu tenaga pendidik
E. Metode Penelitian
yang
a. Metode yang digunakan dalam
ada
belum
kehandalan khususuntuk
mempunyai
atau mendidik
keahlian
penelitian
ini
adalah
metode
peserta
penelitian kualitatif dengan desain
didik yang memiliki kebutuhan
penelitian deskriptif. Penelitian ini
khusus.
berlokasi di SMP Neegeri 5
3. Dimensi Jaminan
Semarang.
Informan
dalam
Sesuai dengan hasil penelitian
penelitian ini adalah pegawai
yang telah dilakukan, dijelaskan
SMP Negeri 5 Semarang yang
bahwa SMP Negeri 5 Semarang
dipilih dengan teknik snowball
sudah memberikan jaminan rasa
sampling.
aman
peserta
digunakan adalah data primer data
didik, khususnya peserta didik
yang diperoleh dari responden
inklusi. Tidak adanya rasa takut
melalui hasil wawancara peneliti
dalam menerima pendidikan di
dengan
sekolah ini adalah pernyataan
sekunder
yang menandakan bahwa mereka
yang dimiliki oleh SMP Negeri 5
merasa aman belajar di sekolah
Semarang. Teknik pemgumpulan
kepada
seluruh
Sumber
informan berupa
data
dan
yang
data
dokumentasi
data
yang
digunakan
adalah
pengamatan,
wawancara
dan
dokumentasi.
Data
yang
karakter aparatur pemerintah yang tidak
terpuji
bertanggung
dan
jawab.
tidak
Pelayanan
terkumpul kemudian diolah dan
yang
dianalisis
yang
tuntutan seluruh masyarakat pada
sistematis, teratur, terstruktur, dan
era modern seperti sekarang ini.
mudah
dipahami.
Oleh karena itu, pemerintah harus
Selanjutnya, menguji kualitas data
melakukan tindakan pembaharuan
dengan teknik triangulasi data
demi memberikan pelayanan yang
dengan
mendalam
efektif dan maksimal. Pelayanan
atau
pendidikan sekolah inklusi yang
antara
diberikan oleh SMP Negeri 5
menjadi
data
untuk
wawancara
dengan
informan
narasumber,
uji
silang
berkualitas
merupakan
informasi yang diperoleh dari
Semarang
untuk
informan dengan hasil informasi
pelayanan kepada peserta didik
di lapangan, konfirmasi hasil yang
inklusi
diperoleh kepada informan lain
berkebutuhan
atau sumber-sumber lain.
terdapat
atau
lima
menilai
mereka khusus
PEMBAHASAN
DAN
HASIL
(ABK),
dimensi,
tangible (berwujud), (kehandalan),
yang
yaitu
reliability
responsiveness
PENELITIAN
(daya
A. Kualitas Pelayanan Pendidikan
(jaminan), dan empathy (empati).
Sekolah Inklusi di SMP Negeri 5
tanggap),
assurance
B. Dimensi Penghambat Pelayanan
Semarang
Pendidikan Inklusif
Peningkatan kualitas pelayanan
1) Dimensi tangible (berwujud)
publik adalah termasuk dalam
Pada dimensi tangible dapat
salah
dikatakan belum baik. Hal ini
satu
agenda
reformasi
birokrasi yang bertitik tolak pada
terkait
dengan
ketersediaan
kenyataan yang tidak baik yaitu
fasilitas-fasilitas
pendukung
kondisi faktual kualitas pelayanan
untuk peserta didik inklusi
publik
besar
seperti, jalan yang landai, kursi
ditentukan oleh kualitas sikap dan
roda, tongkat, namun masih
yang
sebagian
ada beberapa fasilitas yang
PENUTUP
belum
Simpulan
tersedia
di
sekolah
tersebut, yaitu tenaga pendidik
Dari
hasil
analisis
khusus, tenaga medis, psikolog
disimpulkan
bahwa
pelayanan
yang menimbulkan beberapa
pendidikan inklusif di SMP Negeri 5
kesulitan bagi ABK dalam
Semarang belum baik. Hal tersebut
proses pembelajaran.
dibuktikan dengan penelitian yang
2) Dimensi reliability (kehandalan) Dimensi reliability dalam penelitian ini belum seperti yang diharapkan. Hal ini
telah
dilakukan
dengan
menggunakan lima dimensi kualitas pelayanan menurut Zeithaml dkk, yaitu: a. Dimensi tangible (berwujud)
dikarenakan kurangnya SDM
Belum
atau tenaga pendidik yang
pendidik
mempunyai keahlian khusus
dimensi ini belum sesuai yang
dalam memberikan pelayanan
diharapkan.
kepada peserta didik inklusi. 3) Dimensi assurance (jaminan)
terdapatnya khusus
tenaga membuat
b. Dimensi reliability (kehandalan) Kurangnya
kehandalan
Dalam penelitian pada dimensi
tenaga
assurance dapat dikatakan
mereka tidak mempunyai suatu
belum baik. Hal ini
keahlian khusus untuk menangani
dikarenakan belum adanya
peserta didik inklusi.
kejelasan secara tertulis dalam
pendidik
para
c. Dimensi
dikarenakan
responsiveness
hal jaminan biaya, sehingga
(ketanggapan)
menimbulkan kebingungan
Ketanggapan para pelayan publik
pihak sekolah dalam menyikapi
dalam dimensi ini baik, dimana
bila adanya dana yang
cepat
dibutuhkan untuk peserta didik
perubahan
inklusi.
peserta didik inklusi.
bertindak yang
terhadap terjadi
pada
d. Dimensi assurance (jaminan)
disarankan
agar
sekolah
Ketidakpastian jaminan dalam hal
menghadirkan tenaga pendidik
biaya menjadikan dimensi ini
khusus untuk peserta didik
belum baik.
inklusi,
e. Dimensi emphathy (empati)
lalu untuk
pendidik yang sudah ada,
Sikap empati yang ditunjukkan
sekolah
para
mengadakan
tenaga
pendidik
tenaga
khusus
disarankan
sudah cukup baik dengan berlaku
sarana
mengutamakan
pengadaan
kepentingan
untuk
pelatihan
atau
dan
workshop,
sertifikasi,
serta
peserta didik diatas kepentingan
pemberian izin kepada guru
pribadi.
yang
ingin
meningkatkan
kompetensinya
dalam
hal
Dari kelima dimensi diatas
pelayanan pendidikan inklusi
dapat disimpulkan bahwa dimensi
seperti melalui bersekolah lagi
responsiveness
dan tentunya sesuai dengan
dan
dimensi
emphathy sudah berjalan dengan baik,
namun
bertolak
belakang
dengan dimensi tangible, reliability,
syarat yang ditentukan. 2. Reliability (kehandalan) a. Ketepatan waktu
dan dimensi assurance.
Untuk
Rekomendasi
ketepatan
Sesuai
dengan
hasil
meningkatkan waktu
pelayanan
dalam
pendidikan
penelitian, ternyata masih terdapat
inklusi di SMP Negeri 5
beberapa hal yang perlu dibenahi
Semarang dalam memulai
dalam
proses
hal
pendidikan
kualitas di
SMP
pelayanan Negeri
5
pembelajaran,
sekolah
sebaiknya
Semarang, diantaranya:
memberikan
1. Tangible (berwujud)
peraturan
tertulis
mengenai
hal
a. Tenaga pendidik khusus
suatu
Untuk meningkatkan tenaga
keterlambatan
pendidik
pelayanan. Perturan yang
Negeri
khusus 5
di
SMP
Semarang,
akan
dibuat
dalam
ini
dapat
memuat sanksi yang akan
keahliannya
diterima
terjadi
memberikan pelayanan yang
dalam
optimal kepada anak yang
apabila
pelanggaran ketepatan
waktu
bertujuan
dalam
yang
berkebutuhan khusus.
untuk
3. Assurance (jaminan)
meningkatkan kedisiplinan
a. Jaminan biaya
tenaga pendidik. Hal ini
Akibat
perlu mendapat perhatian
kejelasan secara tertulis
karena ketepatan waktu
mengenai jaminan biaya,
dalam proses pembelajaran
pihak
sangat
Semarang
berpengaruh
terhadap peserta
hasil didik
belajar
tidak
SMP
adanya
Negeri
5
mengalami
kesulitan
dalam
terutama
menggunakan dana untuk
terhadap hasil belajar anak
pelayanan inklusi. Agar
berkebutuhan
tidak
Seseorang
khusus. yang
tepat
terjadi
kesulitan
tersebut, sebaiknya pihak
waktu menandakan bahwa
sekolah
orang itu adalah seseorang
kepada pemerintah agar
yang tekun dan disiplin
ketetapan
dalam
penggunaan
mengerjakan
pekerjaannya.
dana
dengan jelas, terperinci,
Untuk meningkatkan keahlian tenaga pendidik yang ada, sekolah
disarankan
untuk mengadakan pelatihan khusus
untuk
para
guru,
seperti
mengadakan
atau
mengkuti seminar mengenai pelayanan pendidikan inklusi untuk
mengenai
pendidikan inklusi dibuat
b. Keahlian
pihak
mengajukan
mengingkatkan
dan tertulis. DAFTAR PUSTAKA Anggriani, Hukum
Jum.
Administrasi
Jakarta: Graha Ilmu.
2012. Negara.
Damai Darmadi, Sukidin. 2011.
Administrasi
Publik.
Yogyakarta: LaksBang PRESSindo.
Setiyono,
Budi.
2012.
Birokrasi Dalam Perspektif Politik dan Administrasi. Bandung: Penerbit Nuansa
Dwiyanto, Manajemen
Agus.
2012.
Pelayanan
Publik:
Suparno. 2008. Pendidikan
Peduli, Inklusif, dan Kolaboratif.
Anak Berkebutuhan Khusus.
Yogyakarta:
Direktorat Jenderal Pendidikan
Gadjah
Mada
University Press.
Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Kustawan,
Dedy.
2013.
Mengenal Pendidikan Khusus & Pendidikan Layanan Khusus serta Implementasinya. Jakarta: Luxima.
Mikkelsen,
Britha.
1999. Metode
Pendidikan
Inklusif.
Kementrian
Pendidikan
Kebudayaan
dan
Upaya-upaya
Pemberdayaan. Jakarta:
Yayasan
Obor Indonesia.
Poltak
Jakarta:
Direktorat
dan Jenderal
Pendidikan Dasar 2012.
Penelitian
Partisipatoris
Takdir Ilahi, Mohammad. 2013. Pendidikan Inklusif (Konsep dan
Aplikasi).
Yogyakarta:
AR-
Husaini.
2013.
RUZZ MEDIA. Sinambela,
Lijan.
2008. Reformasi Pelayanan Publik (Teori Kebijakan dan Implementasi). Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Ponidi dkk. 2012. Informasi Tentang Anak Bekebutuhan Khusus. Semarang:
Suyanto. 2012. Masa Depan
Balai
Pendidikan Khusus.
Pengembangan
Wardi, Strategi
Umum
Pembudayaan
Pendidikan Inklusif di Indonesia. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan
Direktorat
Pendidikan
Dasar
Jenderal Direktorat
Pembinaan Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus Pendidikan Dasar 2013.