ANALISIS PENAWARAN DAN PERMINTAAN JAGUNG UNTUK PAKAN DI INDONESIA I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jagung merupakan salah satu komoditas utama tanaman pangan sebagai sumber karbohidrat kedua setelah beras yang sangat berperan dalam menunjang ketahanan pangan. Fungsi demikian menempatkan posisi jagung dalam diversifikasi konsumsi dan mengurangi ketergantungan terhadap makanan pokok beras. Selain sebagai bahan komsumsi, jagung sangat berperan dalam industri pakan dan juga industri pangan yang memerlukan pasokan terbesar dibanding untuk konsumsi langsung. Kebutuhan jagung untuk industri setiap tahun terus meningkat secara signifikant. Dalam kurun lima tahun terakhir, kebutuhan jagung untuk bahan industri pakan ternak, makanan dan minuman terus meningkat sekitar 10%-15% setiap tahun. Sebagai gambaran pada tahun 2004 dibutuhkan bahan baku jagung untuk pakan ternak skala besar sekitar 4,5 juta ton dan pada tahun 2006 dibutuhkan sekitar 7 juta ton bahan baku jagung. Ketersediaan pasokan jagung akan sangat mempengaruhi industri peternakan secara luas. Bila pasokan bahan baku jagung mengalami kelangkaan akan berakibat pada stagnasi ketersediaan pakan ternak. Sebaliknya dengan adanya kecukupan bahan baku jagung akan mendorong kelancaran ketersediaan pakan ternak. Ini berarti jagung sangat berpengaruh terhadap kinerja pembangunan peternakan dan penyediaan protein hewani yang sangat dibutuhkan dalam meningkatkan kualitas sumberdaya manusia. Banyaknya keterkaitan jagung dengan usaha agribisnis yang terkait lainnya akan mendorong peningkatan penyerapan tenaga kerja serta pemerataan pembangunan dan sekaligus pengurangan kemiskinan di pedesaan. Kedepan, peranan tersebut diperkirakan akan makin meningkat seiring dengan makin berkembangnya industri pakan dan industri makanan serta usaha lainnya yang terkait dengan jagung. Mengingat pentingnya peranan jagung, maka bagi Indonesia, dengan jumlah penduduk yang banyak dan industri peternakan dan industri pakan yang berkembang cukup pesat sangat beralasan untuk memprioritaskan pengembangan jagung. Selain untuk mencukupi kebutuhan dalam negeri, juga berpeluang untuk diekspor ke pasar internasional. Pemenuhan kebutuhan jagung bila mengandalkan impor akan berisiko tinggi, dan akan berdampak terhadap indutri peternakan (pakan) dalam negeri. Fluktuasi ketersediaan dan harga pakan ternak yang sering muncul di Indonesia, salah satu penyebabnya adalah kiarena pengaruh fluktuasi pasokan bahan baku jagung. Oleh karena itu, diperlukan upaya terus menerus untuk meningkatkan produksi jagung dalam negeri. Bila dipandang dari sisi produksinya, selama periode waktu 2000-2007, perkembangan produksinya tidaklah terlalu tinggi yaitu sebesar 4,64 persen per tahun, ayitu dari 9.68 juta ton menjadi 13.28 juta ton. Oleh karena itu, untuk mencukup berbagai kebutuhan (untuk makanan konsumsi langsung, bahan baku industri olahan dan terutama bahan baku pakan ternak), maka impor jagung dilakukan yang besarnya mencapai 1,78 juta ton (1986). Masih rendahnya kinerja produksi disebabkan oleh masih rendahnya produktivitas jagung nasional yaitu sekitar 3.67 ton/ha. Sementara luas areal panen relatif tetap, dimana pada tahun 2007 seluas 273,61 ribu ha. Hal ini sebabkan oleh sebagian besar petani masih menggunakan bibit varietas lokal. Padahal dengan varietas hibrida produkitvitas usahatani jagung dapat mencapai 5-10 ton per hektar (Suryana et al., 1997). Ini berarti petani belum 1
memanfaatkan potensi produksi dan tentunya juga potensi pendapatan yang tersedia dalam teknologi jagung hibrida. Keenganan petani untuk memanfaatkan teknologi produksi jagung hibrida ini disebabkan oleh beberapa hal, antara lain (Hadi et al., 1993): (1) harga bibit hibrida mahal dan hanya dapat ditanam sekali, (2) kebutuhan pupuk lebih banyak, sehingga biaya produksinya menjadi tinggi, (3) umurnya lebih panjang, dan (4) menghendaki lahan yang relatif subur. Sementara Bastari (1988) menemukan bahwa keengganan petani menggunkan bibit hibrida disebabkan: (1) lemahnya permodalan petani sehingga tidak tersedia modal untuk membeli benih, pupuk dan obat-oabatan yang dibutuhkan, dan (2) sering terlambatnya suplai benih sehingga tidak tepat waktu tanamnya. Akibatnya produksi jagung yang dihasilkan tidak sesuai dengan yang diharapkan. Selain itu, rendahnya pertumbuhan jagung domestik tidak terlepas dari kurangnya rangsangan produksi yang diberikan oleh pasar kepada petani jagung. Harga jagung yang sering rendah dan cenderung ditentukan sepihak oleh pabrik pakan/pedagang, tidak memberi rangsangan yang cukup kepada petani untuk menggunakan teknologi produksi yang lebih baik, sehingga produktivitasnya sangat rendah. Harga jagung yang rendah juga tidak merangsang petani untuk menanam jagung dalam areal yang lebih luas. Akibatnya secara keseluruhan produksi jagung relatif stagnan, bahkan di beberapa daerah cenderung menurun. Lambatnya produksi jagung secara nasional disatu sisi dan pesatnya pertumbuhan konsumsi jagung disisi lain, akan menyebabkan terjadinya ketimpangan pemenuhan kebutuhan jagung. Keadaan ini akan mendorong terjadinya kenaikan harga jagung di pasar domestik, sehingga perbedaan antara harga domestik dan harga dunia akan semakin besar. Akibatnya impor jagung Indonesia akan cenderung meningkat, guna memenuhi kekurangan produksi atas kebutuhan dalam negeri. Bila peningkatan impor tidak terkendali, maka akan menyebabkan terkurasnya devisa negara yang saat ini cadangannya sangat terbatas, serta dapat menjatuhkan harga jagung domestik yang harganya relatif rendah. Permintaan jagung untuk pemenuhan kebutuhan pangan dan bahan baku pakan semakin meningkat dari tahun ke tahunnya. Sementara itu, poduksi jagung nasional masih belum mampu untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Untuk menutup kekurangan yang jumlahnya cukup besar, maka Indonesia melakukan impor jagung dari negara lain, yang kecenderungannya dari tahun ke tahun semakin meningkat. Jika impor jagung semakin besar, maka akan memboroskan cadangan devisa Indonesia yang jumlahnya sangat terbatas. Selain itu, tidak terkendalinya impor jagung akan dapat mematikan petani jagung Indonesia, karena usahatani jagung Indonesia yang tradisional harus menghadapi usahatani jagung negara maju (seperti negara Amerika Serikat sebagai eksportir utama jagung ). 1.2. Tujuan Kajian Kajian ini bertujuan untuk : (1) menganalisis kinerja penawaran jagung nasional, (2) menganalisis kinerja permintaan jagung melalui pendekatan populasi ternak dan produksi pabrik pakan, dan (3) memproyeksikan populasi ternak serta kebutuhan jagung untuk pakan ternak. II. KINERJA PENAWARAN JAGUNG NASIONAL 2.1. Pertumbuhan Areal dan Produksi Berdasarkan Propinsi Dalam 10 Tahun TerAkhir. Selama kurun waktu 2000-2010, trend perkembangan luas panen, produksi dan produktivitas jagung secara nasional menunjukkan peningkatan masing-masing sebesar 2,59 %/tahun, 7,16 %/tahun dan 4,44 %/tahun. Dengan demikian laju peningkatan produksi jagung 2
nasional lebih dominan terpacu karena peningkatan teknologi (produktivitas) dalam budidaya jagung nasional. Pada tahun 2010, luas panen jagung nasional mencapai 4,22 juta hektar dengan tingkat produksi dan produktivitasnya masing-masing mencapai 18,12 juta ton dan 4,29 ton/ha. Sentra produksi jagung di Indonesia yaitu terdapat di Propinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, Lampung, Sulawesi Selatan, Jawa Barat, Sumatera Utara dan NTT (Badan Litbang Pertanian, 2005). Bahkan dalam perkembangan, seperti disajikan pada Tabel lampiran 1 bahwa dalam tahun 2009 serta tahun 2010 selain sentra produksi diatas juga terdapat sentra produksi lainnya yang juga dominan yaitu Propinsi Sulawesi Utara dan Gorontalo. Di Pulau Jawa, 2 propinsi yang paling dominan luas panen jagung yaitu Propinsi Jawa Timur (1,3 juta ha) dan Jawa Tengah (681,78 ribu ha), dengan tingkat produksi masing-masing sebesar 5,23 juta ton dan 3,31 juta ton. Adapun di Luar Jawa, 2 propinsi yang paling dominan luas panen jagung adalah Propinsi Lampung (432,76 ribu ha) dan Propinsi Sulawesi Selatan (302,39 ribu ha), dengan tingkat produksinya masing-masing sebesar 2,06 juta ton dan 1,41 juta ton. Produktivitas jagung di Propinsi Jawa Timur dan Jawa Tengah masing-masing sebesar 4,06 dan 4,86 ton/ha, sedangkan Produktivitas jagung di Propinsi Lampung dan Sulawesi Selatan adalah 4,76 dan 4,68 ton/ha. Bila di lihat dari segi produktivitas jagung nasional dan di sentra-sentra pada umumnya tampaknya masih relatif rendah. Hal ini sebabkan oleh sebagian besar petani masih menggunakan bibit varietas lokal. Padahal dengan varietas hibrida produkitvitas usahatani jagung dapat mencapai 5-10 ton per hektar (Suryana et al., 1997). Ini berarti petani belum memanfaatkan potensi produksi dan tentunya juga potensi pendapatan yang tersedia dalam teknologi jagung hibrida. Demikian pulanya menurut Ditjen Tanaman Pangan (Ekonomi dan Bisnis, 2008) diungkapkan bahwa salah satu penyebab rendahnya produksi jagung dalam negeri yakni produktivitas tanaman masih minim hanya sekitar 2-3 ton per hektar karena penggunaan benih hibrida di kalangan petani masih rendah. Produktifitas jagung hibrida bisa mencapai 7-10 ton/ha, sedangkan jagung komposit kurang dari 5 ton/ha bahkan untuk jagung lokal hanya 2-3 ton/ha. Sementara itu, keenganan petani untuk memanfaatkan teknologi produksi jagung hibrida ini disebabkan oleh beberapa hal, antara lain (Hadi et al., 1993): (1) harga bibit hibrida mahal dan hanya dapat ditanam sekali, (2) kebutuhan pupuk lebih banyak, sehingga biaya produksinya menjadi tinggi, (3) umurnya lebih panjang, dan (4) menghendaki lahan yang relatif subur. Sementara Bastari (1988) menemukan bahwa keengganan petani menggunkan bibit hibrida disebabkan: (1) lemahnya permodalan petani sehingga tidak tersedia modal untuk membeli benih, pupuk dan obat-oabatan yang dibutuhkan, dan (2) sering terlambatnya suplai benih sehingga tidak tepat waktu tanamnya. Akibatnya produksi jagung yang dihasilkan tidak sesuai dengan yang diharapkan.
3
Tabel 1. Trend Perkembangan Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Jagung, Tahun 2000-2010 (Persen). Propinsi Indonesia NAD Sumatera Utara
Luas Panen 2.59 7.71 2.30
Trend Perkembangan (%/tahun) Produksi Produktivitas 7.16 4.44 11.28 4.16 6.37 4.91
Sumatera Barat
13.67
20.82
9.34
Riau Jambi
1.70 -2.02
0.67 4.89
0.44 6.11
Sumatera Selatan
1.22
6.40
4.50
Bengkulu Lampung Bangka Belitung
1.71 1.11 4.02
8.57 7.39 6.09
7.12 5.42 7.95
Kepulauan Riau
27.34
27.63
25.32
DKI Jakarta Jawa Barat
-8.14 0.36
-7.27 7.19
1.01 6.46
Jawa Tengah
2.31
7.61
5.11
DI Yogyakarta
0.62
5.89
4.80
Jawa Timur Banten Bali NTB NTT Kalbar Kaltim Kalsel Kaltim Sulut Sulteng Sulsel Sultra Gorontalo Sulawesi Barat Maluku Maluku Utara
1.38 2.77 -2.80 10.68 -1.03 8.15 -11.48 1.30 -2.88 7.29 8.55 4.12 -1.36 16.00 30.38 4.40 24.16
4.18 5.73 -1.58 18.02 0.64 14.50 -1.92 14.78 -2.07 13.79 14.19 10.11 0.86 20.10 32.78 9.71 24.65
2.74 7.70 1.13 7.42 2.11 8.25 8.20 12.47 3.34 6.52 5.61 5.67 2.33 11.08 27.74 5.57 15.71
21.04 -0.32
25.12 1.41
Papua Barat 18.56 Papua -1.76 Sumber: BPS, 2010 (Diolah)
4
Tabel. 2. Sebaran Produksi Di Sentra Dominan Jagung di Indonesia, 2000-2008. Propinsi Sumatera Utara Lampung Jawa Barat Jawa Tengah Jawa Timur NTB NTT Sulsel Gorontalo Sub Total Indonesia
2000 666764 1122954 412020 1713805 3487735 66216 527230 633020 0 8629744 9676899
Tahun 2008 1098969 1809886 639822 2679914 5053107 196263 673112 1195691 753598 14100362 16317252
2010 1282974 2061377 800363 3311596 5229478 245805 702387 1414208 665113 15713301 18115165
% 2010 Thd Indonesia 7.08 11.38 4.42 18.28 28.87 1.36 3.88 7.81 3.67 86.74 100.00
2.2. Ekspor, Impor dan Stok Jagung Bila dipandang dari aspek produksi, terlihat pada Tabel 3 bahwa selama kurun waktu 2000-2008 peningkatan produksi jagung cukup signifikan yaitu 6,30 %/tahun. Keberhasilan peningkatan produksi tentunya pemenuhan kebutuhan domestik semakin dapat terpenuhi dari produksi domestik, dan hal ini tampak konsisten dengan semakin menurunnya impor jagung yang semakin menurun pada periode tersebut (-8,63 %/tahun). Bahkan patut dicatat bahwa ekspor jagung nasional cenderung semakin meningkat dalam periode tersebut (10,88 %/tahun). Pada tahun 2008, produksi jagung nasional telah mencapai 16, 32 juta ton , sedangkan impor menurun drastis menjadi 170 ribu ton dan bahkan Indonesia telah mengekspor jagung hingga mencapai 100 ribu ton. Departemen Pertanian (Deptan) akan menghentikan impor jagung pada tahun 2009 menyusul tercapainya swasembada komoditas pangan tersebut. Upaya yang dilakukan untuk mencapai swasembada jagung dilakukan dengan peningkatan produktivitas, perluasan areal tanam, pengamanan, pemberdayaan kelembagaan pertanian dan dukungan pembiayaan. Peluang terbesar pencapaian sasaran tersebut yakni melalui peningkatan produktivitas, sehingga diperlukan penggunaan benih unggul bermutu terutama benih hibrida serta pemanfaatan pupuk berimbang dan organik. Penggunaan benih jagung hibrida pada 2009 meningkat hingga 10 persen untuk menaikkan produksi jagung nasional. Luas areal tanaman jagung yang memanfaatkan benih hibrida saat ini baru sekitar 40 persen dari total lahan jagung nasional. Dengan peningkatan areal jagung yang memanfaatkan benih hibrida sebesar 10 persen dari saat ini diharapkan produksi nasional pada 2009 naik 20 persen. .(Ekonomi dan Bisnis , 2008).
5
Tabel.3. Perkembangan Impor, Ekspor dan Penawaran Jagung di Indonesia, 2000-2008. Tahun
Produksi (Ton)
Impor (Ton)
Stok (Ton)
Ekspor (Ton)
Penawaran (Ton)
2000
9,676,899
1286466
0
28234
10,935,232
2001
9,347,192
1083702
0
90823
10,340,079
2002
9,654,105
1205086
0
16617
10,773,745
2003
10,886,442
1370857
0
34318
12,214,744
2004
11,225,243
1111638
0
52287
12,292,826
2005
12,523,894
226040
0
59732
12,690,199
2006
11,609,463
1830718
0
28930
13,411,248
2007
13,287,527
794655
0
102636
13,979,548
170000
0
100000
16,387,252
-8.63
-
10.88
5.11
2008
16,317,252
Trend (%/thn) 6.30
Sumber: BPS dan FAO (2009). Keterangan: Penawaran= Produksi + net impor. 2.3. Penawaran Jagung Nasional Penawaran jagung merupakan penjumlahan antara produksi domestik dan net impor. Penawaran jagung nasional selama periode 2000-2008 meningkat sebesar 5,11 %/tahun yaitu dari 10,94 juta ton ( 2000) menjadi 16,39 juta ton (2008). Peningkatan penawaran domestik merupakan konsekuensi logis karena produksi jagung nasional yang kian meningkat pesat. Dengan semakin meningkatnya penawaran jagung nasional terutama karena dominannya peningkatan produksi domestik diharapkan akan dapat memenuhi kebutuhan akan jagung yang semakin meningkat baik untuk bahan pangan, bahan baku industri maupun bahan baku pakan. III. KINERJA PERMINTAAN JAGUNG UNTUK PAKAN 3.1. Pendekatan Populasi Ternak 3.1.1. Populasi Ternak Komponen utama pakan ternak adalah jagung, bungkil dan tepung ikan. Dari tiga komponen ini hanya jagung yang sudah bisa diproduksi dalam jumlah memadai. Kebutuhan jagung untuk bahan baku pakan ternak mencapai 3,6-4 juta ton pertahun (Tempo interaktif, 2008). Jenis ternak yang menggunakan bahan baku pakan dari jagung yang relatif dominan adalah: ternak ungas (ayam ras petelur dan pedaging) dan ternak ruminansia (sapi potong dan babi). Oleh karena itu, sebelum menganalisis berapa kebutuhan jagung sebagai bahan baku pakannya maka perlu diketahui dulu bagaimana keadaan dan perkembangan populasi ternak yang mengkonsumsi pakan yang berbahan baku dominan dari jagung, dan dimana sebaran (lokasi) ternak tersebut yakni apakah lokasi dominasi populasi ternak bersesuaian dengan dominasi (sentra) produksi jagung eksisting.
6
Bila di lihat dari perkembangan populasi per jenis ternak di Indonesia (2005-2009) tampaknya semua jenis ternak kecuali ternak ayam buras mengalami peningkatan (Tabel 4). Untuk jenis ternak yang menggunakan pakan dengan bahan baku dominan dari jagung yaitu ayam ras petelur, pedaging, sapi potong dan babi masing-masing peningkatan populasinya sebesar 5,67; 3,96; 4,71 dan 2,63 persen/tahun.. Adapun populasi ternak keempat jenis ternak tersebut masing-masing sebanyak 110,11 juta ekor; 930,32 juta; 12,60 juta dan 7,38 juta ekor. Selanjutnya bila dilihat sebaran populasi ternak per propinsi terutama untuk ternak ayam ras petelur, pedaging, sapi potong dan babi disajikan pada Tabel 5. Populasi ayam ras petelur relatif dominan terdapat di 12 Propinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Banten, Sulsel, Sumsel, Bali, Lampung, Kalbar, dan DIY. Dengan demikian, dapat diketahui bahwa sebaran lokasi dominan ayam ras petelur juga berada pada sentra produksi jagung. Tabel 4. Perkembangan Berbagai Jenis Ternak di Indonesia, 2005-2009 (000 ekor). Jenis Ternak
2005
2006
1. Sapi Potong 10569 10875 2, Sapi Perah 361 369 3. Babi 6801 6218 4. Kuda 387 398 5. Ayam Buras 278954 291085 6. AyamRas Petelur 84790 100202 7. Ayam Ras 811189 797527 Pedaging 8. ltik 32405 32481 Sumber: Statistik Peternakan, 2009.
2007
2008
2009
11515 374 6711 401 272251 111489
12257 458 6838 393 243423 107955
12603 487 7384 398 261398 110106
Trend (%/th) 4.71 8.32 2.63 0.43 -3.07 5.67
891659
902052
930318
3.96
35867
39840
42090
7.32
Hal yang sama pada peternakan ayam ras pedaging (Tabel 6), dimana sebaran populasi dominan terdapat di 14 propinsi yaitu di Propinsi: Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Banten, Sumatera Utara, Riau, Kaltim, Kalsel, Kalbar, Sumsel, Sulsel, Lampung, Kepri, dan Jambi. Dengan demikian, juga dapat diketahui bahwa sebaran lokasi dominan ayam ras pedaging juga berada pada sentra produksi jagung. Sementara itu, ternak sapi potong paling tidak lokasi dominannya populasi terdapat di 8 propinsi (Tabel 7) yaitu di Propinsi: Jawa Timur, Jawa Barat, Bali, NAD, NTB, NTT, Sumbar dan Lampung. Dalam hal ini juga dapat diketahui, bahwa lokasi dominan populasi sapi potong berimpit dengan sentra produksi jagung sebagai bahan baku pakan ternak. Untuk ternak babi, tampaknya populasi ternak paling dominan hanya terdapat di Propinsi NTT, Bali, Sulsel dan Sumut.. Karena itu, lebih kurang separuh populasi dominan populasi babi juga terletak disentra produksi jagung nasional, yaitu Propinsi Sumut, NTT dan Sulsel.
7
Tabel 5. Sebaran Jenis Ternak Ras Petelur di Indonesia, 2005-2009 (ekor). No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Provinsi NAD Sumut Sumbar Riau Jambi Sumsel Bengkulu Lampung DKlJakarta Jabar Jateng DIY Jatim Bali NTB NTT Kalbar Kalteng Kalsel Kaltim Sulut Sulteng Sulsel Sultra Maluku Papua Babel Banten Gorontalo Malut Kepri PapuaBarat Sulbar Jumlah
2005 94211 6190175 5608482 236291 460264 4860000 32155 1661242 0 10169284 12660184 2391416 21570818 3796634 93002 86028 2520870 32017 1182555 733800 618882 376214 3751644 65670 8250 123215 262725 4638928 112127 6300 212564 45110 189354 84790411
Tahun 2006 2007 170033 172056 8080511 9777189 6177251 6460787 404335 667354 509623 491229 5134000 5157000 102510 175755 2426900 1871253 0 0 10351105 11462744 13160587 14920824 2471715 2563298 30364215 34926134 3680527 3156466 70870 84518 91290 91547 2793355 2930905 39400 40800 1983323 2216916 663800 947600 613653 753027 376733 709373 4324545 4779527 60620 81170 8935 25864 128745 60494 386910 171649 4720353 5861875 120826 115087 13231 13004 431911 433465 66193 83012 273551 286955 100201556 111488878
2008 181887 7698504 6684013 592404 492804 5051050 43903 3327847 0 10303478 15569127 2933216 31472953 3415893 104169 106695 3094621 42024 2665721 745727 747264 390888 5185362 131737 20524 56248 163802 5896314 227421 13962 450803 129719 15090 107955170
2009 190800 7702353 7397866 593186 509174 5214200 45220 3327847 0 10612582 16557198 2968542 32417142 3446293 115530 113387 3279799 43285 666450 835095 758473 728445 5229302 146100 21140 57607 168716 6073204 234270 14660 464327 158512 15543 110106248
8
Tabel 6. Sebaran Jenis Ternak Ras Pedaging di Indonesia, 2005-2009 (ekor). No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Provinsi NAD Sumut Sumbar Riau Jambi Sumsel Bengkulu Lampung DKI Jakarta Jabar Jateng DIY Jatim Bali NTB NTT Kalbar Kalteng Kalsel Kaltim Sulut Sulteng Sulsel Sultra Maluku Papua Babel Banten Gorontalo Malut Kepri Papua Barat Sulbar Jumlah
Tahun 2005 1057443 35568236 11357781 27440958 9694426 14920000 1591304 21747209
2006 1538306 42763530 12748991 20965808 11539188 15842000 1833002 21094571
2007 1692137 78152052 13308143 27491937 6804140 15914000 1904548 15033671
2008 1346308 42891621 14202592 30679920 6910116 13747390 5423379 15879617
2009 1480940 44178369 15622851 32397338 7350988 14191400 5068690 15879617
182000
124300
115000
68000
34000
352434300 62043412 20971720 142602400 5363066 8848482 625000 15139364 2436329 19964639 25828600 1459443 2238366 12765509 820100 80945 733022 4639664 6475796 379497 84325 469592
343954090 61258115 25360260 119525124 5317163 9804858 45825 14889746 3200400 20624128 26292200 1406880 2358000 12325960 896048 111202 981161 5287409 7684690 384219 269920 6284676
377549055 64552829 4834537 148854817 4846644 1727773 9397 13939332 3860420 21534508 23832200 1550396 6132829 13826056 924457 114169 1395964 6097054 26405564 1930641 147400 6206862
417373596 54643212 5128488 140005968 4975477 1339495 244101 18917875 3976233 19860813 26941660 1623420 4213929 14575840 957715 119887 1465732 5213835 40011606 1347640 129352 6878886
429894804 56282509 5224296 144206177 5312294 1440479 396013 19475770 4095520 20115034 27620590 1647771 3534029 15031116 1037260 123484 1578984 5370250 42012187 1482404 135819 7085253
774755
342125
868829
891610
932490
451001
473551
101985
67105
79121
811188684 797527446 891659345 902052418 930317847
9
Tabel 7. Sebaran Jenis Ternak Sapi Potong di Indonesia, 2005-2009 (ekor). No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Tahun 2005
2006
2007
2008
2009
NAD Sumut Sumbar Riau Jambi Sumsel Bengkulu Lampung DKlJakarta Jabar Jateng DIY Jatim Bali NTB NTT Kalbar Kalteng Kalsel Kaltim Sulut Sulteng Sulsel Sultra Maluku Papua Babel Banten Gorontalo Malut Kepri Papua Barat Sulbar
625134 288931 419353 102352 113678 449500 83196 417129 0 234840 1390408 247010 2524476 590949 451165 533710 158791 61259 182639 69024 118931 187514 594316 213840 66578 48271 4559 18838 205993 40537 10027
718623 251488 440641 108223 118160 450300 85429 401636 0 254243 1392590 251335 2584441 613241 481376 544482 160527 63300 193920 73878 114816 189145 637128 221975 67948 51054 5272 20509 210694 41115 7204
784053 384577 450823 114156 125114 451102 93659 410165 0 272264 1416464 257836 2705605 633789 507836 555383 166800 67465 202037 81746 107818 197794 696615 227265 75458 53085 14065 54887 213831 49828 7627
641093 388240 469859 161202 149042 336295 93219 425526 0 295554 1442033 269927 3384902 668065 546114 573461 168053 69152 210633 90028 108332 203893 703303 237360 74654 56064 9373 60680 227690 51485 7893
688118 394064 476263 182553 175525 351498 111238 436164 0 302943 1529991 276173 3394089 688373 567219 584620 170455 70880 211266 97897 109957 205985 703965 238900 76520 56156 9607 61900 234270 53029 8090
30149
29906
34429
35297
36180
86215
90526
101295
98182
99272
Jumlah
10569312
10875125
11514871
12256604
12603160
Provinsi
10
Tabel 8. Sebaran Jenis Ternak Babi di Indonesia, 2005-2009 (ekor). No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Provinsi NAD Sumut Sumbar Riau Jambi Sumsel Bengkulu Lampung DKlJakarta Jabar Jateng DIY Jatim Bali NTB NTT Kalbar Kalteng Kalsel Kaltim Sulut Sulteng Sulsel Sultra Maluku Papua Babel Banten Gorontalo Malut Kepri Papua Barat Sulbar Jumlah
2005 0 809705 29847 46386 13614 34743 2153 64311 0 9057 167225 10151 36199 854919 37955 1319237 372172 269113 6268 103456 254805 173538 664669 26782 109914 546455 23071 18641 7711 41236 707867
2006 0 822790 14258 54577 13255 28711 2258 60144 0 12487 153742 7861 34704 860336 35337 1385961 380969 320100 7436 68795 263160 189229 524157 29218 115627 508625 19475 17887 6780 20600 178858
Tahun 2007 0 758507 12360 31233 14329 29957 2659 63092 0 7043 139745 7907 33425 879740 39234 1457547 568926 380100 7472 71753 291572 173651 633953 27621 130393 484078 48376 3890 18963 59630 183679
27019
67762
33427
43678
57073
12479
13103
116495
152080
212189
6800698
6218202
6710758
6837528
7384126
2008 333 733864 12870 54567 14560 36347 1219 56811 0 4773 145814 8766 15582 924297 41374 1484466 444677 395304 5791 78641 340198 192722 523900 30022 154302 507169 109484 7024 12662 59490 244741
2009 321 734033 13202 68478 16871 37897 1223 59083 0 4964 181803 8991 15582 945186 45827 1531166 448100 411116 5812 93829 353806 196486 765131 33670 160474 530754 113863 7301 12900 62464 254531
3.1.2. Kebutuhan Pakan Dalam analisis ini akan disajikan analisis dan penghitungan kebutuhan pakan untuk ternak yang mengkonsumsi pakan berbahan baku jagung yaitu: ternak ras petelur, ternak ras pedaging, ternak babi dan ternak lainnya. Untuk patokan perhitungan digunakan beberapa 11
konsep dan hasil kajian dari Tangenjaya, Y.Yusdja dan N. Ilham (2003). Lebih lanjut hasil kajian tersebut, bahwa kebutuhan pakan seekor ayam dihitung berdasarkan jumlah pakan yang dibutuhkan untuk mencapai bobot atau umur optimal ternak siap dijual.. Untuk ayam petelur, kebutuhan pakan dihitung dari jumlah pakan yang dibutuhkan untuk menghasilkan 1 kg telur. Pada ternak ras broiler, untuk menghasilkan seekor ayam seekor ayam siap potong dengan rataan bobot 1,2 kg dibutuhkan pakan 2,28 kg (1,2 X 1,9) dan untuk ayam petelur dibutuhkan 2,5 kg pakan untuk 1 kg telur. Selanjutnya, rataan kebutuhan pakan ayam ras petelur selama 5 bulan sebelum berproduksi adalah 6,5 kg perekor dan kebutuhan pakan untuk periode ini dapat dihitung. Untuk babi, bobot siap jual yang diminta pasar adalah 90 kg per ekor. Untuk mengahsilkan babi dengan bobot badan tersebut dibutuhkan pakan 315 kg (3,5 X 90). Berdasarkan angka-angka tersebut dapat diketahui kebutuhan pakan lengkap (formula) ayam petelur, pedaging dan babi. Beradasarkan hasil perhitungan diperoleh bahwa kebutuhan pakan ternak ras petelur, pedaging dan babi dalam kurun waktu 2005-2009 masing-masing meningkat sebesar 8,31; 6,85 dan 5,20 persen. Pada tahun 2009, kebutuhan pakan ternak masing-masing jenis ternak tersebut sebesar 3,25 juta ton, 1,93 juta ton dan 7,70 juta ton. (Tabel 9). Tabel 9. Kebutuhan Pakan Per jenis Ternak, 2005-2009 (Ton)
Kebutuhan Pakan
Tahun
Ras Petelur
Broiler
Babi
2005
2253998
1480307
607845
2006
2693393
1636398
685997
2007
3085018
1791290
790671
2008
3091706
1935595
734220
2009
3249548
1932064
770266
8.31
6.85
5.20
Trend (%/thn)
Kebutuhan pakan dari setiap propinsi disajikan pada Tabel 10. Kebutuhan pakan ketiga jenis ternak ini tentu sepola dengan dominasi lokasi ternak, dimana untuk ternak ras petelur dominan kebutuhannya di di 12 Propinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Banten, Sulsel, Sumsel, Bali, Lampung, Kalbar, dan DIY (Tabel 10). Kebutuhan pakan untuk ternak ras pedaging dominan di 14 propinsi yaitu di Propinsi: Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Banten, Sumatera Utara, Riau, Kaltim, Kalsel, Kalbar, Sumsel, Sulsel, Lampung, Kepri, dan Jambi (Tabel 11). Sementara, kebutuhan pakan untuk ternak babi dominan hanya terdapat di Propinsi NTT, Bali, Sulsel dan Sumut.. Karena itu, lebih kurang separuh populasi dominan populasi babi juga terletak disentra produksi jagung nasional, yaitu Propinsi Sumut, NTT dan Sulsel. (Tabel 12).
12
Tabel 10. Kebutuhan Pakan Untuk Ternak Ras Petelur, 2005-2009 (Ton) No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Provinsi NAD Sumut Sumbar Riau Jambi Sumsel Bengkulu Lampung DKlJakarta Jabar Jateng Dl. Yogya Jatim Bali N TB NTT Kalbar Kalteng Kalsel Kaltim Sulut Sulteng Sulsel Sultra Maluku Papua Babel Banten Gorontalo Malut Kepri Papua Barat Sulbar Indonesia
2005 2435 178896 137408 8703 12902 113463 757 59181 0 299780 312634 54667 641893 104408 2120 1997 57223 1368 37769 18567 19185 9723 95291 1967 186 2626 2873 61883 2969 143 5144 1008
Kebutuhan Pakan (Ton) 2006 2007 2008 3608 4396 3397 174573 248282 222488 148255 165285 165791 8728 14560 15933 10748 11440 11148 127049 127661 140267 2414 4115 1808 47795 74906 57699 0 0 0 305140 337910 329588 398596 421640 438842 63709 62421 78868 903562 1039315 936539 97103 86802 93938 2253 2179 75045 2026 13625 2421 58994 72411 75345 874 1485 1541 35684 50985 55905 18460 18814 18007 17906 24662 23307 13059 24588 13046 100422 78797 125715 2127 1870 2516 218 341 666 3207 1968 2073 7580 6251 5137 119890 169992 175491 2945 3078 4076 219 300 316 9512 11143 12253 1178 1405 2443
2009 3480 229410 176921 21746 11292 145625 921 85776 0 342102 458769 80863 971954 97003 92408 2575 76656 1599 44454 19116 24303 15740 133938 2677 692 1962 5332 182128 4225 368 12716 2695
4831
5561
101
2390
98
2253998 2693393 3085018 3091706 3249548
13
Tabel 11. Kebutuhan Pakan Untuk Ternak Ras Broiler, 2005-2009 (Ton) No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Provinsi NAD Sumut Sumbar Riau Jambi Sumsel Bengkulu Lampung DKI Jakarta Jabar Jateng DIY Jatim Bali NTB NTT Kalbar Kalteng Kalsel Kaltim Sulut Sulteng Sulsel Sultra Maluku Papua Babel Banten Gorontalo Malut Kepri Papua Barat Sulbar Jumlah
2005
Kebutuhan Pakan (Ton) 2006 2007 2008
2009
2913 79378 23026 39908 18827 22245 4309 36423
2651 74205 22044 36129 17651 25711 3120 37476
3004 66686 23634 43812 27618 40234 2996 24580
6895 67038 25223 53356 23672 42152 4051 20030
7503 69719 27746 46094 26040 43837 12570 20400
127403 493523 117198 28494 243850 39007 448 11 40443 5700 38663 36659 10651 3810 19409 1100 127 790 9599 31430 770 1026 714
159159 524771 154286 43700 272922 38673 29076 57 40928 8278 35540 39796 2516 5358 20022 1685 139 1454 9111 13243 661 3274 10830
244112 531717 123549 42186 282825 35251 38070 11 42062 9738 50711 34840 10857 13507 10346 1839 203 2613 11413 56527 3430 232 11130
244112 636787 139063 43922 218867 36187 3802 264 49630 10127 65668 39178 12873 10551 18559 2092 194 2603 10055 131733 2320 1573 11353
219701 662258 144624 44568 227622 36666 3954 429 50095 10532 16418 40164 13517 10973 26670 2265 201 2804 10458 137003 2554 1606 11353
1167 589 1440 1537 1607 1286 1349 116 131 114 1480307 1636398 1791290 1935595 1932064
14
Tabel 12. Kebutuhan Pakan Untuk Ternak Babi, 2005-2009 (Ton) No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Provinsi NAD Sumut Sumbar Riau Jambi Sumsel Bengkulu Lampung DKlJakarta Jabar Jateng DIY Jatim Bali NTB NTT Kalbar Kalteng Kalsel Kaltim Sulut Sulteng Sulsel Sultra Maluku Papua Babel Banten Gorontalo Malut Kepri Papua Barat Sulbar Jumlah
0 86993 1082 3059 1404 4368 60 5257 32095 6619 5660 963 2905 246509 4102 67788 20213 14018 599 8351 43166 8120 9461 2034 6129 15152 3017 3084 25 385 4246
Kebutuhan Pakan (Ton) 2006 2007 2008 0 0 14 94780 234766 98630 1337 1614 1649 10952 1344 1656 2429 1239 277 11690 4459 4176 112 81 140 7081 3413 6486 33457 35126 42798 10224 6892 6276 6146 5968 7315 1404 662 270 2923 2909 2800 244041 262994 300552 8505 5912 1334 88253 82499 94245 20346 21830 22827 4148 10066 10469 2317 319 410 4330 3763 6531 44580 52532 54485 7511 7725 9597 36554 6202 8180 1593 2188 3143 6374 7564 9674 18165 12516 23230 4060 3311 2744 1862 2093 1159 0 0 235 193 88 133 9139 9328 9517
2009 14 102575 1642 1999 102 5068 238 6605 36551 6528 7609 273 2912 311073 1407 97213 23436 10889 49 7161 56665 10388 23506 3427 10063 24339 2856 1208 277 137 9895
277
746
921
2286
2986
714 607845
753 685997
357 790671
991 734220
1183 770266
2005
15
3.1.3. Peran Jagung Dalam Pakan Konsentrat Komponen utama pakan ternak adalah jagung, bungkil dan tepung ikan. Tingkat penggunaan jagung dalam pakan terutama untuk ternak unggas berkisar antara 45 -55 persen. Dari tiga komponen ini hanya jagung yang sudah bisa diproduksi dalam jumlah memadai. Sementara ketergantungan kita pada bungkil dan tepung ikan masih sangat tinggi. Berdasarkan hasil kajian Tangenjaya, Y.Yusdja dan N. Ilham (2003), bahwa kandungan jagung pada pakan broiler, ayam petelur dan dan babi grower masing-masing adalah 54%, 47,14% dan 49.34%. Penggunaan patokan pakan grower pada babi, karena pakan grower pada babi merupakan rataan dari pakan starter, grower dan finisher. Periode babi mencapai bobot badan 90 kg merupakan periode grower. Berdasarkan kebutuhan pakan dan persentase kandungan jagung pada masing-masing pakan dapat di hitung dan selanjutnya diproyeksikan kebutuhan jagung untuk bahan baku pakan masing-masing ternak tersebut. 3.1.4. Kebutuhan Jagung Untuk Pakan Berdasarkan uraian 3.1.3, maka diperoleh kebutuhan jagung perjenis ternak seperti disajikan pada Tabel 13. Total kebutuhan jagung tahun 2009 mencapai 3,25 juta ton, dan untuk jenis ternak ras petelur, broiler dan babi masing-masing kebutuhan jagungnya mencapai 1,53 juta ton, 1,04 juta ton dan 0,38 juta ton. Adapun tingkat pertumbuhan kebutuhan jagung secara total periode 2005-2009 mencapai 7,38 persen/tahun (Tabel 13). Selanjutnya, kebutuhan jagung per jenis ternak di setiap propinsi disajikan pada Tabel 14, Tabel 15, dan Tabel 16. Sepola dengan dominasi lokasi ternak dalam hal kebutuhan pakan, dominasi kebutuhan jagung untuk jenis ternak ras petelur, ras pedaging, dan babi adalah sebagai berikut: (1) Kebutuhan jagung untuk pakan ternak ras petelur dominannya terdapat di 12 Propinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Banten, Sulsel, Sumsel, Bali, Lampung, Kalbar, dan DIY (Tabel 14). (2) Kebutuhan jagung untuk bahan baku pakan ternak ras pedaging dominan terdapat di 14 propinsi yaitu di Propinsi: Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, Banten, Sumatera Utara, Riau, Kaltim, Kalsel, Kalbar, Sumsel, Sulsel, Lampung, Kepri, dan Jambi (Tabel 15). (3) Kebutuhan jagung untuk bahan baku pakan ternak babi dominan hanya terdapat di Propinsi NTT, Bali, Sulsel dan Sumut.. Karena itu, lebih kurang separuh populasi dominan populasi babi juga terletak disentra produksi jagung nasional, yaitu Propinsi Sumut, NTT dan Sulsel. (Tabel 16). Tabel 13. Kebutuhan Jagung Per Jenis Ternak , 2005-2009 (Ton) Tahun 2005 2006 2007 2008 2009 Trend (%/thn)
Ras Petelur 1062535 1269665 1454277 1457430 1531837
Kebutuhan Jagung Broiler Babi 799366 299911 883655 338471 967296 390117 1045221 362264 1043315 380049
Lainnya 216181 249179 281169 286492 295520
Total 2377992 2740970 3092860 3151407 3250721
8.31
6.85
7.38
7.38
5.20
16
Tabel 14. Kebutuhan Jagung Untuk Ternak Ras Petelur, 2005-2009 (Ton) No
Provinsi
Kebutuhan Jagung (Ton) 2006 2007 2008 1701 2072 1601 82294 117040 104881 69887 77915 78154 4114 6864 7511 5066 5393 5255 59891 60179 66122 1138 1940 852 22530 35311 27199 0 0 0 143843 159291 155368 187898 198761 206870
2009 1641 108144 83401 10251 5323 68648 434 40435 0 161267 216264
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
NAD Sumut Sumbar Riau Jambi Sumsel Bengkulu Lampung DKlJakarta Jabar Jateng
2005 1148 84332 64774 4103 6082 53486 357 27898 0 141316 147376
12
DIY
25770
30032
29425
37179
38119
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
Jatim Bali N TB NTT Kalbar Kalteng Kalsel Kaltim Sulut Sulteng Sulsel Sultra Maluku Papua Babel Banten Gorontalo Malut Kepri
302588 49218 999 941 26975 645 17804 8753 9044 4583 44920 927 88 1238 1354 29172 1400 68 2425
425939 45775 1062 955 27810 412 16821 8702 8441 6156 47339 1002 103 1512 3573 56516 1388 103 4484
489933 40918 1027 6423 34134 700 24034 8869 11626 11591 37145 882 161 928 2947 80134 1451 141 5253
441485 44283 35376 1141 35518 726 26353 8489 10987 6150 59262 1186 314 977 2422 82726 1921 149 5776
458179 45727 43561 1214 36136 754 20956 9011 11456 7420 63138 1262 326 925 2513 85855 1992 173 5994
32
Papua Barat
475
555
662
1152
1271
33
Sulbar
2277 1062535
2621 1127 1269665 1454277
46 1457430
48 1531837
Indonesia
17
Tabel 15. Kebutuhan Jagung Untuk Ternak Ras Broiler, 2005-2009 (Ton) No
Provinsi
2005
Kebutuhan Jagung (Ton) 2006 2007 2008
2009
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
NAD Sumut Sumbar Riau Jambi Sumsel Bengkulu Lampung DKI Jakarta Jabar Jateng DIY Jatim Bali NTB NTT Kalbar Kalteng Kalsel Kaltim Sulut Sulteng Sulsel Sultra Maluku Papua Babel Banten Gorontalo Malut Kepri
1573 42864 12434 21550 10167 12012 2327 19668
1431 40070 11904 19509 9532 13884 1685 20237
1622 36011 12762 23659 14914 21727 1618 13273
3723 36200 13620 28812 12783 22762 2187 10816
4052 37648 14983 24891 14061 23672 6788 11016
68797 266502 63287 15387 131679 21064 242 6 21839 3078 20878 19796 5752 2057 10481 594 69 427 5183 16972 416 554 386
85946 283376 83314 23598 147378 20883 15701 31 22101 4470 19191 21490 1358 2893 10812 910 75 785 4920 7151 357 1768 5848
131820 287127 66717 22780 152725 19035 20558 6 22714 5258 27384 18814 5863 7294 5587 993 110 1411 6163 30525 1852 125 6010
131820 343865 75094 23718 118188 19541 2053 143 26800 5469 35461 21156 6951 5697 10022 1130 105 1406 5430 71136 1253 850 6130
118638 357619 78097 24067 122916 19800 2135 232 27052 5687 8866 21689 7299 5925 14402 1223 109 1514 5647 73982 1379 867 6130
32
Papua Barat
33
Sulbar Jumlah
630 695 799366
318 728 883655
778 63 967296
830 71 1045221
868 62 1043315
18
Tabel 16. Kebutuhan Jagung Untuk Ternak Babi, 2005-2009 (Ton) No
Provinsi
2005
Kebutuhan Jagung (Ton) 2006 2007 2008
2009
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
NAD Sumut Sumbar Riau Jambi Sumsel Bengkulu Lampung DKlJakarta Jabar Jateng DIY Jatim Bali NTB NTT Kalbar Kalteng Kalsel Kaltim Sulut Sulteng Sulsel Sultra Maluku Papua Babel Banten Gorontalo Malut Kepri
0 42922 534 1509 692 2155 29 2594
0 46764 660 5403 1198 5768 55 3494
0 115834 796 663 611 2200 40 1684
7 48664 813 817 136 2060 69 3200
7 50610 810 986 50 2501 117 3259
15836 3266 2792 475 1433 121627 2024 33447 9973 6916 295 4120 21298 4006 4668 1003 3024 7476 1489 1521 12 190 2095
16507 5044 3032 692 1442 120410 4196 43544 10038 2046 1143 2136 21996 3706 18036 786 3145 8963 2003 919 0 95 4509
17331 3400 2944 326 1435 129761 2917 40705 10771 4967 157 1856 25919 3811 3060 1079 3732 6175 1634 1033 0 43 4602
21117 3096 3609 133 1382 148292 658 46500 11263 5165 202 3222 26883 4735 4036 1551 4773 11461 1354 572 116 66 4695
18034 3221 3754 135 1437 153483 694 47965 11563 5372 24 3533 27959 5125 11598 1691 4965 12009 1409 596 136 67 4882
32
Papua Barat
33
Sulbar Jumlah
136 352 299911
368 371 338471
454 176 390117
1128 489 362264
1473 584 380049
19
3.2. Pendekatan Produksi Pakan 3.2.1. Produksi Pakan dan Sebarannya Industri pakan ternak di dalam negeri sangat berperan mendukung industri peternakan dalam menyediakan ketersediaan konsumsi daging dan produk turunannya bagi masyarakat sebagai tambahan sumber protein. Pakan memiliki kontribusi 70% dari total biaya produksi peternakan. Menurut Gabungan Pengusaha Makanan Ternak (GPMT) industri pakan ternak nasional rata-rata mampu menyuplai 5 juta ton pakan ternak per tahun dari kebutuhan sekitar 7 juta ton per tahun. Industri pakan ternak juga terpengaruh oleh kasus flu burung tahun lalu, sebab dari total produksi pakan ternak sekitar 90% diserap oleh para peternak ayam petelur dan pedaging yang terkena imbas langsung dan merugi karena permintaan serta harga jual ayam merosot tajam (Datacon, 2008) Menurut data dari GPMT (Datacon, 2008) di Indonesia terdapat 42 pabrik pakan ternak yang masih aktif hingga 2008 (Tabel 17). Sebelumnya terdapat 50 perusahaan, namun 8 diantaranya sudah menghentkan operasionalnya. Sampai saat ini, industri pakan ternak nasional masih didominasi asing seperti Charoen Pokphand, Japfa Comfeed, Sierad Produce, CJ Feed, Gold Coin, dan Sentra Profeed. Produsen besar tersebut umumnya terintegrasi dengan industri peternakan dan pengolahan produk ternak. Dalam periode lima tahun terakhir dari 2002-2006 kapasitas produksi industri pakan ternak nasional meningkat dengan pertumbuhan rata-rata 2,5% per tahun. Kapasitasnya tercatat sebesar 10,0 juta ton per tahun pada 2003, kemudian meningkat hingga menjadi 11,0 juta ton pada 2007. Dari 2003 hingga 2007 kapasitas produksi stabil dan tak mengalami perkembangan berarti. Meskipun ada penambahan kapasitas dari sejumlah produsen besar seperti Charoen Pokphand, CJ Feed dan lainnya namun sebaliknya ada produsen lain yang terpaksa tutup karena terkena imbas flu burung pada 2005 dan 2007. Meningkatnya konsumsi daging oleh masyarakat, memicu meningkatnya produksi peternakan yang pada akhirnya permintaan terhadap pakan ternak juga meningkat. Saat ini sebaran industri pakan ternak berskala besar tersebar di Indonesia terdapat di delapan provinsi. Sumatera Utara memiliki 8 pabrik, Lampung ada 4 pabrik, Banten ada10 pabrik dan DKI Jakarta empat pabrik. Di Jawa Barat terdapat empat pabrik, di Jawa tengah 3 pabrik dan Sulawesi Selatan dua pabrik. Produsen pakan ternak paling banyak terdapat di Jawa Timur mencapai 15 pabrik. Wilayah Jawa Timur merupakan sentra industri pakan ternak dan peternakan terbesar di Indonesia. Lingkup agribisnis Jatim cukup kuat dengan dukungan tak kurang dari 15 pabrik besar pakan ternak, Menurut Destiana (2010) bahwa industri peternakan di dalam negeri masih didominasi oleh investor asing besar, seperti Charoen Pokphand, Japfa Comfeed, Sierad Produce dan Cheil Jedang Feed. Produsen berskala besar tersebut umumnya terintegrasi dengan industri pakan ternak dan pengolahan produk ternak yang tersebar di lima belas provinsi di atas. Sebaran industri pakan ternak di Indonesia masih terfokus di Jawa Timur dengan share sebesar 35.2%. Lingkup agribisnis Jawa Timur memang cukup kuat dengan dukungan 15 pabrik besar pakan ternak, 52 industri rumahan pakan ternak, 4 pabrik pengolah susu, 201 pasar hewan, 99 TPA (Tempat Pemotongan Ayam), 8 RPA (Rumah Pemotongan Ayam-Kelas A), 1 RPH-A (Rumah Pemotongan Hewan-Kelas A), 33 RPH-C dan 49 RPH-D. Diikuti oleh propinsi Banten yang menjadi daerah dengan share hampir mencapai 26% serta menghasilkan produksi pakan 2 juta ton setiap tahunnya. Jawa Barat dengan share 12,2% (total produksi pakan 0,94 ton/tahun) turut serta menjadi daerah sentra peternakan dengan dukungan jumlah produksi pembibit ayam ras pedaging final stock (ayam siap jual) mencapai 429,6 juta ekor pada tahun 2009. Sedangkan untuk wilayah luar pulau Jawa, industri ini banyak terdapat di wilayah Sumatera Utara dengan share produksi 12,1%. 20
Dari 81 perusahaan pakan yang saat ini ada di Indonesia, PT. Charoen Pokphand Indonesia (CPI) adalah perusahaan utama dalam industri ini dengan market share sebanyak 31,2% dari total industri pakan Indonesia dengan fokus bisnis pada pakan ayam dan ikan. Hal ini dikarenakan CPI adalah perusahaan pakan asing yang paling awal memasuki industri pakan Indonesia dengan struktur permodalan yang kuat yang ditopang oleh grup besarnya di Thailand dengan office area di seluruh dunia. Tetapi market share ini semakin tahun semakin menurun direbut industri pakan lainya seperti Cheil Jedang dan Sierad dengan ekspansi kapasitas produksi yang signifikan serta penambahan pabrik untuk memperluas jangkauan pasar. Tabel 17. Jumlah Pabrik Pakan Berdasarkan Sebaran Lokasinya di Indonesia, 2007. No.
Propinsi
Jumlah Pabrik Produksi Pakan (juta ton) 0,93 8 0,25 4 2,00 10 0,27 4 0,94 4 0,13 2 2,71 15 0,48 3
Sumatera Utara Lampung Banten DKI Jakarta Jawa Barat Sulawesi Selatan Jawa Timur Jawa Tengah Total 50 7,70 Sumber: Datacon (2008) dan Destiana, M (2010) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Share (%) 12,19 3,30 25,90 3,40 12,20 1,60 35,20 6,20
Kapasitas Produksi (juta ton) 1,33 0,66 2,71 0,60 1,11 0,14 3,64 1,12
100
11,30
21
Tabel 18. Sebaran Produksi dari Pabrik Pakan Menurut Propinsi di Indonesia, 2004-2008 (Ton). No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Provinsi NAD Sumut Sumbar Riau Jambi Sumsel Bengkulu Lampung DKI Jakarta Jabar Jateng Dl. Yogyakarta Jatim Bali NTB NTT Kalbar Kalteng Kalsel Kaltim Sulut Sulteng Sulsel Sultra Maluku Papua Banten Babel Gorontalo Malut Kepri Papua Barat Sulbar Indonesia
2004 0 707306 0 0 0 0 0 324800 235674 761982 350910
2005 0 692796 0 0 0 0 0 335491 245304 770347 363421
Tahun 2006 0 803395 0 0 0 0 0 251617 258509 906662 456196
0
0
0
1945999 0 0 0 0 0 0 0 0 0 59708 0 0 0 1589023 0 0 0 0
2051228 0 0 0 0 0 0 0 0 0 74065 0 0 0 1694230 0 0 0 0
2547117 0 0 0 0 0 0 0 0 0 100201 0 0 0 1876933 0 0 0 0
0
0
0
0
0
0
5975402
6226882
7200630
2007
2008
932851
953541.51 96000
251243 265305 937691 479443
465000 215474.41 946867.72 487118.95
2713070
2689059.37
36000
125080
223043.8
1995350
2043759
7700033
8155865
3.2.2. Kebutuhan Jagung Untuk Pakan Hingga kini industri pakan ternak nasional masih didominasi pemain asing termasuk Charoen Pokphand, Japfa Comfeed, Sierad Produce, CJ Feed, Gold Coin, dan Sentra Profeed. Produsen besar tersebut masih menggantungkan kebutuhan bahan baku impor. Kebutuhan bahan baku masih tergantung impor, terutama jagung dari Amerika dan Brasil. Tingginya harga bahan baku impor, mengakibatkan harga pakan ternak dipasar domestik melambung. 22
Pemerintah dalam jangka pendek akan mendorong pabrik pakan ternak yang selama ini masih menggunakan bahan baku impor sebagai campuran, untuk menggunakan bahan baku lokal guna menurunkan harga pakan ternak di dalam negeri. Berdasarkan hasil kajian Tangenjaya, Y.Yusdja dan N. Ilham (2003), bahwa pada industri pakan, jagung merupakan salah satu bahan baku pakan penting dari sekitar 30 jenis bahan baku yang digunakan. Proporsi jagung dalam pakan rata-rata mencapai 51% terutama untuk pakan ayam broiler dan petelur. Penggunaan jagung yang relatif tinggi ini disebabkan oleh harganya yang relatif murah, mengandung kalori yang tinggi, mempunyai protein dengan kandungan asam amino yang lengkap, mudah diproduksi, dan digemari oleh ternak. Upaya untuk mengantikan jagung dengan biji-bijian lain tampaknya belum berhasil sehingga jagung tetap menjadi bahan baku utama pakan diseluruh dunia. Berdasarkan uraian diatas, maka dari data Tabel 18 dapat dihitung kebutuhan jagung untuk pakan ternak. Secara nasional trend peningkatan konsumsi jagung (periode 2004-2008 sebagai bahan baku pada pada pabrik pakan 8,27 persen/tahun (Tabel 19), yaitu meningkat dari 3,05 juta ton dari yang tersebar di 8 propinsi ( Sumut, lampung, DKI Jakarta, Jabar, Jateng, Jatim, Banten dan Sulsel) menjadi 4,16 juta ton tersebar di 10 propinsi (Sumut, lampung, DKI Jakarta, Jabar, Jateng, Jatim, Banten , Sulsel, Sumbar, dan Kalsel). Tabel. 19. Konsumsi Jagung Bahan Baku Pakan Pada Pabrik Pakan Ternak, 2004-2008. No
Provinsi
Tahun
Trend
2004
2005
2006
2007
2008
%/thn
1
Sumut
360726
353326
409731
475754
486306
8.96
2
Sumbar
0
0
0
0
48960
-
3
Lampung
165648
171100
128325
128134
237150
6.02
4
DKI Jkt
120194
125105
131840
135306
109892
-0.84
5
Jabar
388611
392877
462398
478222
482903
6.21
6
Jateng
178964
185345
232660
244516
248431
9.09
7
Jatim
992459
1046126
1299030
1383666
1371420
8.99
8
Kalsel
0
0
0
0
18360
-
9
Sulsel
30451
37773
51103
63791
113752
32.44
10
Banten
810402
864057
957236
1017629
1042317
6.58
Indonesia
3047455
3175710
3672321
3927017
4159491
8.27
3.2.3. Pewilayahan Produksi dan Konsumsi Jagung Untuk Pakan Berdasarkan data produksi jagung, maka dapat dipetakan yaitu terdapat 9 propinsi sentra produksi jagung nasional yaitu: Jatim (30,97%), Jateng (16,42%), Lampung (11,09%), Sulsel (7,33%), Sumut (6,74%), Gorontalo (4,62%), NTT (4,13%), Jawa Barat (3,92%) dan NTB (1,20). Sementara sentra konsumsi jagung adalah terdapat di Propinsi :Sumut, lampung, DKI Jakarta, Jabar, Jateng, Jatim, Banten , Sulsel, Sumbar, dan Kalsel (Tabel 20). Dengan demikian, sesungguhnya sentra konsumsi dan produksi jagung sudah hampir bersesuaian, kecuali untuk Sumatera Barat, DKI Jakarta, Banten dan Kalsel. Dalam hal 23
kebutuhan jagung pada pabrik pakan yang letaknya tidak berada di sentra produksi, maka peroleh jagung di ambil dari sentra terdekat. Untuk Pabrik pakan di Jakarta dan Banten maka dapat memperoleh dari Jawa Barat atau Jawa Tengah. Untuk pabrik pakan di Sumbar dapat memperoleh jagung dari Sumut atau Lampung, dan pabrik pakan di Kalsel dapat memperoleh jagung dari sentra jagung dari Sulsel atau Gorontalo. Tabel 20. Pemetaan Sentra Produksi dan Konsumsi Jagung nasional, 2008.
Tahun Propinsi 2008 Sumut Lampung Jawa Barat Jawa Tengah Jawa Timur NTB NTT Sulsel Gorontalo Sub Total Indonesia
1098969 1809886 639822 2679914 5053107 196263 673112 1195691 753598 14100362
Sentra Produksi (Ton) % 2008 Thd Indonesia 2010 1282974 2061377 800363 3311596 5229478 245805 702387 1414208 665113 15713301
6.74 11.09 3.92 16.42 30.97 1.20 4.13 7.33 4.62 86.41
16317252 18115165 100.00
Sentra Konsumsi (Ton)
Propinsi Sumut Sumbar Lampung DKI Jakarta Jabar Jateng Jatim Kalsel Sulsel Banten
2008 486306 48960 237150 109892 482903 248431 1371420 18360 113752 1042317
Indonesia
4159491
IV. PROYEKSI POPULASI TERNAK SERTA KEBUTUHAN PAKAN DAN KEBUTUHAN JAGUNG UNTUK PAKAN 4.1. Proyeksi Populasi Ternak Pada Tabel 21 disajikan proyeksi populasi ternak ras petelur, ras pedaging dan babi di Indonesia. Pada tahun 2009 populasi ternak ras petelur mencapai 110,11 juta ekor dan diperediksi tahun 2015 mencapai 153,29 juta ekor dan tahun 2020 mencapai 201,97 juta ekor. Selanjutnya untuk ras pedaging pada tahun 2009 populasi ternak ras pedaging mencapai 93,03 juta ekor dan diperediksi tahun 2015 mencapai 117,44 juta ekor dan tahun 2020 mencapai 142,61 juta ekor. Sementara untuk ternak babi, pada tahun 2009 populasinya mencapai 7,38 juta ekor dan diperediksi tahun 2015 mencapai 8,63 juta ekor dan tahun 2020 mencapai 9,82 juta ekor.
24
Tabel 21. Proyeksi Ternak Ras Petelur di Indonesia, 2010-2020 (ekor) Tahun 2005 2006 2007 2008 2009 Trend (%/thn) 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Ras Petelur 84790411 100201556 111488878 107955170 110106248
Ras Pedaging 811188684 797527446 891659345 902052418 930317847
Babi 6800698 6218202 6710758 6837528 7384126
5.67 116349272 122946276 129917330 137283642 145067625 153292959 161984670 171169201 180874495 191130078 201967154
3.96 967158434 1005457908 1045274041 1086666893 1129698902 1174434978 1220942603 1269291931 1319555891 1371810304 1426133992
2.63 7578329 7777639 7982190 8192122 8407575 8628694 8855629 9088532 9327560 9572875 9824642
5.2. Proyeksi Kebutuhan Pakan Berdasarkan hasil proyeksi (Tabel 22) diperoleh hasil bahwa total kebutuhan pakan untuk ketiga jenis ternak (ras petelur, pedaging dan babi) misalnya pada tahun 2010 bahwa total kebutuhan pakan dengan pendekatan populasi sebesar 6,39 juta ton dan kebutuhan pakan sesuai hasil pabrik pakan mencapai 8,83 juta ton. Selanjutnya pada tahun 2020 diprediksi, kebutuhan pakan sesuai pendekatan populasi sebesar 13,17 juta ton dan sesuai hasil pabrik pakan mencapai 19,55 juta ton. Tabel 22. Proyeksi Kebutuhan Pakan Per jenis Ternak, 2010-2020 (Ton) (Pendekatan Populasi dan Pabrik Pakan) Tahun 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Ras Petelur 3519586 3812063 4128846 4471953 4843572 5246073 5682021 6154197 6665611 7219523 7819466
Kebutuhan Pakan Broiler Babi 2064411 810320 2205823 852456 2356922 896784 2518371 943417 2690879 992475 2875205 1044083 3072156 1098376 3282599 1155491 3507457 1215577 3747718 1278787 4004436 1345284
Total Pend. Populasi 6394317 6870342 7382552 7933741 8526926 9165361 9852553 10592287 11388645 12246028 13169186
Tot. Pend. Pabrik 8830355 9560625 10351289 11207341 12134188 13137685 14224172 15400511 16674133 18053084 19546074
25
5.2. Proyeksi Kebutuhan Jagung Berdasarkan hasil proyeksi (Tabel 23) diperoleh hasil bahwa total kebutuhan jagung untuk bahan baku pakan untuk ketiga jenis ternak (ras petelur, pedaging dan babi) misalnya pada tahun 2010 bahwa total kebutuhan jagung dengan pendekatan populasi sebesar 3,49 juta ton dan kebutuhan pakan sesuai hasil pabrik pakan mencapai 4,50 juta ton. Selanjutnya pada tahun 2020 diprediksi, kebutuhan pakan sesuai pendekatan populasi sebesar 7,11 juta ton dan sesuai hasil pabrik pakan mencapai 9,96 juta ton. Dengan Demikian dapat disimpulkan bahwa sesungguhnya bila menggunakan pendekatan populasi ternak yang ada maka kebutuhan jagung untuk bahan baku pakan jauh lebih kecil antara 29 - 40 persen dibanding dengan kebutuhan jagung sesuai yang diminta pabrik pakan. Permasalahannya apakan konsumsi pakan diluar sub sektor peternakan juga tinggi sehingga kebutuhan produksi pakan begitu besar. Oleh karena itu perlu kajian komprehensif dengan melibatkan sektor lainnya seperti sektor perikanan dan kelautan. Tabel 23. Proyeksi Kebutuhan Jagung Per jenis Ternak, 2010-2020 (Ton) (Pendekatan Populasi Ternak). Kebutuhan Jagung (Sesuai pend. Populasi) Tahun 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
Ras Petelur 1659133 1797007 1946338 2108078 2283260 2472999 2678505 2901089 3142169 3403283 3686096
Broiler 1130014 1207420 1290128 1378502 1472930 1573825 1681632 1796824 1919907 2051420 2191943
Babi 399812 420602 442473 465482 489687 515151 541939 570119 599766 630953 663763
Lainnya 317329 340748 365896 392899 421895 453030 486464 522365 560916 602311 646762
Total 3490624 3748232 4024852 4321886 4640841 4983335 5351105 5746017 6170073 6625424 7114381
Kebut. jagung Pend. Konsumsi pabrik 4503481 4875919 5279157 5715744 6188436 6700219 7254328 7854260 8503808 9207073 9968498
26