ELASTISITAS PERMINTAAN PRODUK PAKAN DARI KEDELAI DI INDONESIA

Download Karena produksi pakan ayam selalu lebih besar dibandingkan pakan lain, harga jagung dan harga bahan dari ikan dipilih untuk dicakupkan dida...

0 downloads 405 Views 263KB Size
ELASTISITAS PERMINTAAN PRODUK PAKAN DARI KEDELAI DI INDONESIA1) I Ketut Arnawa2), I Made Tamba2) 1) Penelitian Hibah Fundamental 2) Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Mahasaraswati Denpasar E-mil : [email protected] ABSTRACT The main purpose of this study was to determine the elasticity and the factors that affect demand of soybean product feed in Indonesia. The study was conducted in the province of East Java. East Java with the basic judgement is the center of a large feed manufacturers and livestock in Indonesia. The data used are statistics Time series (1989-2008). The data are estimated using OLS (Ordinary Least Square). The results of the study found the elasticity of demand for soybean product feed in Indonesia e = - 0.9025 elastic. Factors affecting demand for soybean product feed in Indonesia is the price of feed, the price of corn, the price of fishmeals, and time trends. Keywords: Elasticity, soybeans, feed, livestock I.

PENDAHULUAN Kedelai tetap dipandang penting oleh pemerintah dan telah dimasukan dalam program

pangan nasional. Alasannya tidak sulit untuk diketahui, karena komoditas ini mengandung protein nabati yang tinggi, sumber lemak, vitamin dan mineral sehingga kalau tersedia cukup di dalam negeri akan mampu memperbaiiki gizi masyarakat yaitu melalui konsumsi kedelai segar maupun melalui konsumsi barang olahan yang berasal dari kedelai seperti tahu, tempe, tauco dan kecap ( Adisarwanto, T. 2008) Pertumbuhan permintaan kedelai cukup pesat selama beberapa tahun terakhir, terutama karena meningkatnya konsumsi manusia, bertambahnya permintaan kedelai untuk bahan baku berbagai industri seperti tahun, tempe, tauco dan kecap, serta meningkatnya permintaan terhadap pakan ternak akibat berkembangnya industri perunggasan. Selanjutnya bila dilihat dari sudut produksi justru produktivitas, produksi kedelai menunjukkan tren menurun (BPS, 2006). Sehingga dapat diduga bahwa, peningkatan produksi kedelai di masa mendatang akan semakin sulit karena adanya persaingan antar komoditas yang menjadi pilihan petani (kedelai vs padi, sayuran atau palawija lain) Hal ini juga diduga akibat semakin mahalnya upah tenaga kerja dan

545

semakin minimnya lahan pertanian yang produktif akibat konversi penggunaan lahan ke sector non pertanian seperti industri dan property yang perkembangannya semakin luas setiap tahunnya. Kebutuhan nasional kedelai dewasa ini telah mencapai 2,3 juta ton per tahun, sementara produksi dalam negeri baru mampu memenuhi kebutuhan 35-40 persen sehingga kekurangannya dipenuhi dari impor. Perkembangan impor biji kedelai selama sepuluh tahun (1992-2001) menunjukkan kenaikan cukup besar. Mulai tahun 2000, kebutuhan impor biji kedelai telah melebihi satu juta ton. Khusus impor bungkil kedelai untuk pakan telah mencapai angka sebesar US$ 242 juta atau hampir mencapai angka 30 persen pangan total impor biji-bijian pangan dan diperkirakan impor bungkil kedelai akan terus meningkat setiap tahunnya (Beddu Amang dan M. Husein Sawit, 1996) Dalam periode tahun 1997-2000 permintaan kedelai diperkirakan meningkat sekitar 2,92 persen per tahun. Di Jawa tingkat pertumbuhan permintaan diperkirakan masih lebih tinggi di banding di luar Jawa. Dengan tingkat pertumbuhan permintaan tersebut, mengingat kemampuan produksi kedelai dalam negeri masih rendah, impor kedelai diperkirakan meningkat dari 1,04 juta ton tahun 2000 menjadi 1,22 juta ton tahun 2010 (Sudaryanto, Tahlim, 1996). Ketersedian pasokan kedelai sangat berpengaruh terhadap perkembangan industri peternakan secara luas. Bila pasokan kedelai sebagai bahan baku pakan mengalami kelangkaan, maka ketersediaan pakan juga mengalami stagnan. Dan sebaliknya adanya kecukupan bahan baku kedelai sebagai pakan, akan mendorong kelancaran ketersediaan pakan ternak. Mengingat semakin pentingnya peranan kedelai di Indonesia, penduduk besar, industri peternakan dan industri pakan berkembang sangat pesat, sangat beralasan untuk memperioritaskan pengembangan kedelai sebagai program nasional. Fluktuasi harga pakan yang cendrung naik salah satunya disebabkan karena fluktuasi ketersediaan kedelai sebagai bahan baku pakan. Oleh karena itu, diperlukan upaya secara terus menerus untuk meningkatkan produksi kedelai di dalam negeri. Sementara itu di masa depan kebijaksanaan untuk melindungi petani kedelai di dalam negeri semakin terbatas peluangnya karena tuntutan perdagangan bebas. Untuk melakukan proyeksi permintaan pakan dari kedelai dimasa depan sebagai akibat dari fluktuasi harga, parameter penting yang diperlukan adalah elastisitas harga. Parameter tersebut menunjukkan persentase perubahan jumlah yang diminta sebagai akibat dari perubahan harga satu persen. Dengan mengetahui perikiraan perubahan harga di masa datang, maka perubahan permintaan dapat diproyeksikan. Elastisitas harga permintaan pakan dari kedelai 546

juga dapat menjelaskan bagaimana perilaku peternak dalam mengantisipasi harga pakan yang cendrung semakin meningkat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar elastisitas harga, dan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan pakan dari kedelai di Indonesia.

II. METODE PENELITIAN Lokasi penelitian ditetapkan provinsi Jawa Timur dengan dasar pertimbangan Jawa Timur merupakan daerah sentra produsen pakan dari kedelai dan peternakan besar di Indonesia. Data yang digunakan adalah data statistik Time series (1989-2008) yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik, Kementrian Pertanian dan instansi yang terkait di Jawa Timur. Data diestimasi dengan menggunakan OLS (Ordinary Least Square). Model Analisis

Bentuk fungsional permintaan pakan dari kedelai menggunakan elastisitas harga konstan tipe Cobb-Douglas. Persamaan (1) secara eksplisit menunjukkan permintaan pakan dari kedelai (M + Mimp) = f(Ps, Pmz, Pfm, T, eo)

(1)

dimana: M = permintaan total pakan dari kedelai yang dihadapi oleh perusahaan Mimp= jumlah pakan dari kedelai yang diimpor Ps = harga grosiran pakan dari kedelai Pmz = harga grosiran jagung Pfm = harga bahan dari ikan (fishmeal) T = Tren waktu eo = besaran error/kekeliruan Fungsi permintaan persamaan (1) dapat ditulis secara logaritma sebagai persamaan (2). (M + Mimp) =

a P P 1

t

s

2 mz

3 4 5 Pfm T e

.(2)

Dimana : at = konstanta β i= parameter yang dikaitkan dengan penentu/determinan permintaan Elastisitas harga permintaan diperoleh dengan mengalikan bentukan (2) yang berkaitan dengan harga pakan dari kedelai (Ps) dengan harga itu sendiri. Persamaan (3) menunjukkan elastisitas harga permintaan pakan dari kedelai 547

er = β1

( 3)

III. HASIL DAN PEMBAHASAN Permintaan Pakan dari Kedelai

Sektor ternak membutuhkan kedelai untuk produksi pakan. Di samping harga pakan itu sendiri, faktor-faktor lain dapat mempengaruhi permintaan pakan dari kedelai. Input mentah lainnya untuk produksi pakan mencakup beras pecah, bahan dari ikan (fishmeal), dan jagung. Beras pecah dan jagung merupakan sumber karbohidrat, sementara bahan pakan dari kedelai dan dari ikan merupakan sumber protein. Bahan pakan tersebut diganti dalam kelompok-kelompok pada level tertentu, namun bersifat melengkapi/komplementer di antara kelompok. Jagung merupakan komponen utama dalam produksi pakan ayam, sementara beras pecah merupakan komponen utama dalam pakan ternak lain. Karena produksi pakan ayam selalu lebih besar dibandingkan pakan lain, harga jagung dan harga bahan dari ikan dipilih untuk dicakupkan didalam analisis. Produksi pakan dari kedelai belum mampu sepenuhnya dapat dipenuhi dari produksi domestik, sehingga dilakukan impor. Permintaan total atas pakan dari kedelai sama dengan produksi domestik ditambah impor. Pada Gambar 1 tampak kesenjangan impor dengan produksi domestik pakan dari kedelai di Jawa Timur periode 1989-2008 cukup tinggi, hal ini perlu diantisipasi untuk menjaga pertumbuhan industri peternakan nasional, dengan mendorong produksi pakan domestik dengan cara meningkatkan produksi kedelai di dalam negeri sebagai bahan baku melalui kebijakan harga kedelai yang mampu memotivasi petani untuk menanam kedelai dan meningkatkan produktitasnya, sehingga ketergantungan dari impor dapat dikurangi.

Elastisitas Permintaan Pakan Dari Kedelai Model ekonomitrika yang menggambarkan elastisitas harga terhadap permintaan produk Pakan ternak dari kedelai diestimasi dengan menggunakan OLS (Ordinary Least Square). Sebelum dilakukan estimasi, setiap variabel diuji kondisi stationary-nya dengan menggunakan Uji ADF (Augmented Dickey-Fuller Test). Selanjutnya dilakukan uji autokorelasi dan

uji

heteroskedastisitas Hasil analisis menunjukkan bahwa data permintaan pakan dari kedelai dari setiap variabel bersifat stasioner. Uji autokorelasi menunjukkan probabilitas dari Obs*R-squared memiliki 548

nilai > ,05 ( =5%), maka dapat disimpulkan tidak terdapat autokorelasi. Uji heteroskedastisitas juga menunjukkan probabilitas dari Obs*R-squared emiliki nilai > ,05 ( =5%), , hasil ini memastikan bahwa model estimasi permintaan pakan dari kedelai tidak mengalami heteroskedastisitas

Gambar 1 Produksi domestik dan impor pakan dari Kedelai di Jawa Timur Periode Tahun 1989-2008

Tabel 1. Hasil Uji Stationary (Unit Root Test) Data Permintaan Pakan Ternak dari Kedelai No

Variabel

Permintaan pakan dari kedelai yang dihadapi perusahaan 2 Jumlah pakan dari kedelai yang diimpor 3 Harga grosiran pakan dari kedelai 4 Harga grosiran jagung 5 Harga bahan dari ikan Keterangan : S = data stationary NS = data tidak stationary

t-Stat -3,5627

Nilai Uji Kritis (Tingkat 1 %) -2,7549

Hasil Uji S

-4,2831

-2,7282

S

Ps

-10,5280

-2,7080

S

Pmz Pfm

-5,31299 -5,31299

-2,7175 -2,7175

S S

1

M Mimp

549

Untuk memperoleh elastisitas harga terhadap permintaan pakan dari kedelai diestimasi dari fungsi permintaan pakan dari kedelai. Permintaan pakan dari kedelai dispesifikasikan sebagai fungsi dari harga grosiran pakan dari kedelai grosiran (Ps), harga grosiran jagung (Pmz), harga bahan dari ikan (Pfm). Hasil estimasi diperoleh F-hitung 67,3871 berbeda nyata pada taraf nyata 1 persen. Koefisien determinasi R-squared 0,9473, berarti 94,73 persen permintaan pakan ternak dari kedelai dapat dijelaskan oleh model yang dibangun, dan sisanya dijelaskan oleh variabel lain yang tidak ada dalam model. Variabel harga pakan dari kedelai menunjukkan pengaruh nyata terhadap permintaan pakan ternak dari kedelai, memiliki tanda koefisien yang negatif. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi harga pakan ternak akan menyebabkan penurunan terhadap permintaan pakan ternak atau elastisitas harga terhadap permintaan pakan ternak adalah elastis dengan koefisien negatif 0,9025 . Elastisitas harga permintaan pakan dari kedelai yang elastis, menunjukkan kekuatan pasar mempengaruhi harga pakan di pasar output relatif kecil. Semakin tingginya harga pakan ternak, seperti nampak pada Gambar 2 telah menyulitkan peternak, terutama peternakan ayam ras, untuk itu pemerintah telah melakukan beberapa kebijakan diantaranya berupa penurunan tarif impor, subsidi nilai kurs rupiah dan sebagainya. Variabel harga grosiran jagung, menunjukkan pengaruh nyata terhadap permintaan pakan ternak. Semakin tinggi harga jagung, maka semakin tinggi permintaan terhadap pakan ternak dari kedelai, hal ini menunjukkan bahwa jagung merupakan salah satu bahan baku atau bahan komplementer pakan ternak, selain kedelai/bungkil kedelai dan tepung ikan. Pada Gambar 3 tampak harga jagung

selama periode Tahun 1989-2008 berfluktuasi naik turun, tetapi ada

kecendrungan semakin meningkat. Variabel harga tepung ikan berpengaruh nyata terhadap permintaan pakan ternak dari kedelai, namun koefisien negatif, hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi harga tepung ikan, permintaan pakan peternak semakin menurun. Naiknya harga tepung ikan, sangat terkait dengan naiknya kurs dollar terhadap rupiah, karena tepung ikan yang digunakan sebagai bahan baku pakan tenak di Jawa timur diperoleh dari impor. Pada Gambar 4 selama periode 1989-1996 nampak harga tepung ikan stabil, dan periode selanjutnya ada kecendrungan harga tepung ikan naik semakin tajam, mengikuti kenaikan kurs dollar terhadap rupiah.

550

Tabel 2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Permintaan Pakan dari Kedelai Variabel Konstanta Harga pakan dari kedelai (LnPs) Harga grosiran jagung (LnPs) Harga bahan dari ikan (LnPfm) Tren waktu (T) R-squared 0,9472 Adjusted R-squared 0,9332 S.E. of regression 0,3282 Sum squared resid 1,6164 Log likelihood -3,2239 F-statistic 67,3871 Prob(F-statistic) 0,0000

Koefisien - 4319,7110 -0,9025 1,2470 -1,5065 572,6821

Prob (t-statistik) 0,0006 0,0299 0,0126 0,0005 0,0006

Gambar 2 Harga Pakan Ternak di Jawa Timur Periode Tahun 1989-2008

551

Gambar 3 Harga Jagung grosiran di Jawa Timur Periode Tahun 1989-2008

Gambar 4 Harga Tepung Ikan (Fishmeal) di Jawa Timur Periode Tahun 1989-2008

Sehingga diperlukan upaya untuk mengoptimalkan potensi sektor perikanan yang sangat besar sebagai pemasok tepung ikan di dalam negeri Variabel tren waktu menunjukkan pengaruh sangat nyata terhadap permintaan pakan ternak, permintaan pakan ternak dari tahun ketahun semakin naik, hal ini disebabkan 552

perkembangan peternakan khususnya peternakan unggas ayam yang semakin pesat. Peternakan unggas ayam merupakan program unggulan pemerintah dalam mengembangkan usaha peningkatan konsumsi protein hewani. Selain harganya yang relatif lebih murah dibandingkan dengan sumber-sumber protein hewani lainnya, lama waktu dan proses produksi yang relatif lebih pendek dan sederhana merupakan kelebihan lain yang dianggap dapat membantu meningkatkan pendapatan masyarakat. IV. KESIMPULAN Kesimpulan 1.

Elastisitas permintaan

pakan dari kedelai di Indonesia adalah elastis dengan

koefisen, e = - 0,9025 2.

Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan produk pakan dari kedelai di Indonesia adalah harga pakan, harga jagung, harga bahan dari ikan, dan tren waktu.

Saran Pemerintah dalam mengantisipasi kecendrungan permintaan pakan dari kedelai yang cendrung meningkat di masa mendatang, perlu mengambil kebijakan harga kedelai yang dapat memotivasi petani untuk menanam kedelai dan meningkatkan produktivitasnya serta mengoptimalkan potensi sektor perikanan sebagai pemasok tepung ikan (fishmeal) di dalam negeri untuk mengurangi impor UCAPAN TERIMA KASIH Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat Direktur Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (DP2M) Dikti yang telah mendanai penelitian ini, LPPM Unmas yang telah memfasilitasi penelitian ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Kepala BPS Pusat Jakarta dan BPS Provinsi Jawa Timur, yang telah membantu penulis dalam memperoleh data penelitian dan kepada semua pihak yang telah membantu penulisan peper ini.

DAFTAR PUSTAKA Adisarwanto, T. 2008. Budi Daya Kedelai Tropika, Penerbit Penebar Swadaya Amang, B dan Sawit. H. 1996. Ekonomi Kedelai di Indonesia. Dalam Ekonomi Kedelai di Indonesia Disunting oleh Amang, B, Sawit. H dan M R. Anas. IPB Press BPS. 1996. Keragaan Impor Biji Kedelai di Indonesia, BPS, Jakarta BPS. 2006. Keragaan Impor Biji Kedelai di Indonesia, BPS, Jakarta 553

BPS. 2006. Perkembangan Luas panen, Produktivitas dan Produksi Kedelai di Indonesia (19922005), BPS, Jakarta Sudaryanto, Tahlim. 1996. Konsumsi Kedelai. Ekonomi Kedelai di Indonesia. Diterbitkan atas kerjasama Badang Urusan Logistik dengan IPB Press

554