ANALISIS TINGKAT KEPUASAN PETANI SAYURAN TERHADAP

Download CECEP ALI YASIN RAHMAN. Evaluasi Kemitraan PTI dan Pengaruhnya. Terhadap Pendapatan Usahatani Studi Kasus di Kelurahan Sukatani Kecamatan ...

0 downloads 429 Views 2MB Size
EVALUASI KEMITRAAN PEMUDA TANI INDONESIA DAN PENGARUHNYA TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI (Studi Kasus di Kelurahan Sukatani Kecamatan Cimanggis Depok, Jawa Barat)

Oleh

CECEP ALI YASIN RAHMAN A14103048

PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

EVALUASI KEMITRAAN PEMUDA TANI INDONESIA DAN PENGARUHNYA TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI (Studi Kasus di Kelurahan Sukatani Kecamatan Cimanggis Depok, Jawa Barat)

Oleh

CECEP ALI YASIN RAHMAN A14103048

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008

RINGKASAN CECEP ALI YASIN RAHMAN. Evaluasi Kemitraan PTI dan Pengaruhnya Terhadap Pendapatan Usahatani Studi Kasus di Kelurahan Sukatani Kecamatan Cimanggis, Depok Jawa Barat (Di bawah bimbingan ANITA RISTIANINGRUM). Sektor pertanian memiliki peranan yang besar dalam perekonomian Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan besarnya kontribusi PDB sektor pertanian yang merupakan kontribusi terbesar kedua setelah sektor industri pengolahan. Namun, sektor pertanian selama ini merupakan sektor usaha yang tingkat pertumbuhannya terendah diantara sektor usaha lainnya. Permasalahan yang paling besar di sektor pertanian adalah adanya kesenjangan ekonomi yang tinggi antara pengusaha kecil dengan pengusaha besar. Agar peningkatan pendapatan dapat berjalan dengan merata, maka pemerintah mengeluarkan kebijakan operasional berupa pelaksanaan konsep kemitraan pada setiap perusahaan besar. Salah satu contoh kemitraan adalah kemitraan yang dilaksanakan di Kelurahan Sukatani, Kecamatan Cimanggis, Depok Jawa Barat oleh Pemuda Tani Indonesia (PTI) yang berdiri di bawah naungan Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI). Sebagai lembaga sosial, PTI melaksanakan kemitraan ini bertujuan untuk meningkatkan pendapatan petani di Kelurahan Sukatani. Pada tataran lapangan, PTI sebagai pihak manajemen sekaligus sebagai perusahaan mitra mengalami masalah dalam pelaksanaan kemitraan, karena pelaksanaan konsep ini baru berjalan selama satu tahun, sehingga beberapa pelayanan yang seharusnya dilakukan tidak dapat berjalan dengan optimal. Selain itu, perusahaan mitra menghadapi masalah ketidakterbukaan petani untuk menyampaikan permasalahan yang terjadi di lapangan. Pada saat yang bersamaan, banyak petani yang melanggar kesepakatan yang telah disepakati sebelumnya. Salah satu permasalahan utamanya adalah terjadinya kredit macet. Perusahaan mitra menduga bahwa penyebab utama terjadinya permasalahan ini adalah belum puasnya petani terhadap pelaksanaan kemitraan serta belum maksimalnya pengaruh kemitraan dalam meningkatkan pedapatan petani mitra. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengidentifikasi pelaksanaan kemitraan PTI; (2) Menganalisis pengaruh pelaksanaan kemitraan PTI terhadap pendapatan petani mitra; (3) Merumuskan upaya untuk meningkatkan kualitas pelaksanaan kemitraan. Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil pengamatan langsung (observasi), dan wawancara dengan manager utama dan lapangan PTI, serta seluruh petani masyarakat. Metode pengambilan data dilakukan dengan metode sensus 18 petani mitra. Data sekunder diperoleh dari arsip-arsip PTI, Badan Pusat Statistik (BPS), Kelurahan Sukatani, dan pihak terkait serta berbagai literatur kepustakaan yang relevan. Metode analisis data menggunakan alat analisis deskriptif untuk mengetahui gambaran pelaksanaan kemitraan yang telah berjalan dan alat analisis tingkat kesesuaian atribut, Importance Performance Analysis, analisis gap, serta indeks kepuasan konsumen untuk mengetahui tingkat kepuasan petani. Alat analisis yang digunakan untuk mengetahui pengaruh kemitraan terhadap pendapatan petani adalah analisis pendapatan usahatani dan analisis rasio R/C.

Kemitraan yang berjalan antara petani sayuran dengan PTI sudah berjalan dengan baik. Hal ini terlihat dari perjanjian kemitraan yang sudah banyak terealisasi. Namun, demikian kurang tegasnya perjanjian dalam menentukan sanksi atau agunan ketika petani menunggak cicilan modal, bagi hasil dan hutang sarana produksi pertanian perlu menjadi perhatian untuk diperbaiki. Realisasi hak dan kewajiban yang telah sesuai dengan perjanjian kontrak kemitraan adalah kewajiban PTI untuk menyediakan benih yang layak tanam dan sarana produksi pertanian yang dibutuhkan oleh petani mitra dengan harga yang sesuai dengan harga pasar di toko tani, kewajiban PTI dalam memberikan biaya garap tepat waktu, kewajiban PTI untuk menyediakan dan menyelesaikan administrasi lahan, dan merespon segala keluhan petani mitra dengan melaksanakan pertemuan rutin bulanan. Realisasi kontrak perjanjian yang tidak sesuai sebesar 18,2 persen yaitu kewajiban petani mitra dalam membayar cicilan pinjaman biaya garap dan pembayaran bagi hasil. Kredit macet terjadi karena kurangnya pendapatan petani yang disebabkan oleh seringnya terjadi gagal panen akibat buruknya sistem pengairan yang menyebabkan banjir pada musim hujan dan kekeringan pada musim kemarau. Selain itu, yang menyebabkan kredit macet adalah seringnya dana bantuan biaya garap digunakan untuk kepentingan rumah tangga. Berdasarkan analisis tingkat kesesuaian atribut sebagian besar atribut kemitraan telah memuaskan petani (≥100 persen). Atribut-atribut tersebut adalah atribut kualitas benih yang diberikan (126,99 persen), keragaman penyediaan sarana produksi (120,59 persen), ketepatan waktu pemberian biaya garap (108,14 persen), lahan yang digarap (133,43 persen), pembagian penguasaan lahan (135,60 persen), respon terhadap segala keluhan (101,32 persen), sistem bagi hasil (116,39 persen), dan atribut pola pemasaran jual sendiri (132,31 persen). Atributatribut yang tidak memuaskan petani adalah atribut harga sarana produksi yang dijual (94,50 persen), bantuan biaya garap (94,48 persen), dan sistem pengairan (57,31 persen). Hasil yang sama diperoleh melalui analisis gap, hanya atribut harga sarana produksi yang dijual (0,22), bantuan biaya garap (0,23), dan sistem pengairan (1,78) yang memiliki kesenjangan. Berdasarkan analisis Importance Performance Analysis, atribut yang masuk pada kuadran A (prioritas utama) adalah atribut sistem pengairan (8). Pada kuadran B (pertahankan prestasi) terdapat atribut harga sarana produksi yang dijual (3), bantuan biaya garap (4), ketepatan waktu pemberian biaya garap (5), lahan yang digarap (6), dan atribut respon terhadap segala keluhan (9). Kuadran C (prioritas rendah) mencakup atribut keragaman penyediaan sarana produksi (2), pembagian penguasaan lahan (7), dan sistem bagi hasil (10). Sedangkan pada kuadran D (berlebihan) terdapat atribut kualitas benih yang diberikan (1) dan pola pemasaran jual sendiri (11). Secara keseluruhan, berdasarkan analisis indeks kepuasan konsumen, pelaksanaan kemitraan PTI telah memuaskan petani dengan nilai indeks kepuasan sebesar 72,4 persen. Berdasarkan analisis usahatani, kemitraan telah berpegaruh positif terhadap peningkatan pendapatan usahatani petani mitra. Selain itu, nilai rasio R/C atas biaya tunai dan biaya total meningkat setelah bermitra. Rata-rata pendapatan atas biaya tunai petani sebelum bermitra adalah Rp 320.000/bulan, sedangkan rata-rata pendapatan atas biaya totalnya adalah Rp 164.900/bulan. Setelah bermitra, rata-rata pendapatan atas biaya tunai petani bertambah sebesar Rp 256.500/bulan, sehingga pendapatannya menjadi Rp 576.500/bulan. Rata-rata

pendapatan atas biaya total setelah bermitra bertambah sebesar Rp 126.500/bulan, sehingga pendapatan atas biaya totalnya menjadi Rp 291.400/bulan. Rasio R/C atas biaya tunai sebelum bermitra adalah 1,28 dan setelah bermitra meningkat menjadi 1,51 yang berarti setiap satu rupiah yang dikeluarkan akan memberikan penerimaan sebesar Rp 1,51. Rasio R/C atas biaya total sebelum bermitra adalah 1,13 dan setelah bermitra meningkat menjadi 1,21 yang berarti setiap satu rupiah yang dikeluarkan akan memberikan penerimaan sebesar Rp 1,21. Berdasarkan analisis di atas, upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas kemitraan adalah dengan melakukan perbaikan dari semua pihak yang terlibat di dalam kemitraan. Kontrak perjanjian kemitraan perlu dikaji ulang untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Untuk menangani masalah tidak terbukanya petani dalam menyampaikan keluhan kepada PTI, dapat dilakukan pendekatan personal dalam menyelesaikan masalah-masalah kemitraan. Permasalahan kredit macet dapat ditangani dengan mencantumkan mekanisme sanksi atas bagi petani mitra yang mengalami kredit macet. Sanksi yang diterapkan dapat berupa penundaan pinjaman biaya garap sebelum hutang petani lunas. Selain itu, untuk meningkatkan kemampuan petani dalam membayar cicilan biaya garap serta pembayaran bagi hasil adalah dengan terus meningkatkan pendapatan petani. Pendapatan petani dapat ditingkatkan dengan melakukan penanganan sistem pengairan dan pembinaan terhadap petani. Perbaikan sistem pengairan dapat mengurangi kemungkinan gagal panen pada petani. Pembinaan terhadap petani dapat dilakukan dengan meningkatkan kemampuan budidaya petani dan pembukuan usahatani.. Untuk mengantisipasi kerugian satu pihak saja ketika terjadi kerugian usahatani adalah dengan merubah sistem pembayaran kredit dengan sistem bagi hasil yang menguntungkan kedua belah pihak agar resiko usahatani dapat ditanggung bersama. Usaha perbaikan lainnya yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan pengawasan kepada petani dalam penggunaan pinjaman biaya garap, membeli hasil panen petani dengan mencari pasar baru dengan harga jual lebih tinggi, melibatkan pihak pemerintah (PPL kecamatan) untuk ikut serta dalam membina petani, intensif dalam mengevaluasi kemitraan setiap kali sebelum pinjaman biaya garap diberikan, serta meningkatkan peran serta petani mitra dalam menyelesaikan masalah-masalah yang terjadi dalam kemitraan dengan mengaktifkan kelompok tani yang telah dibentuk sebelumnya

Judul

Nama NRP

: Evaluasi Kemitraan Pemuda Tani Indonesia dan Pengaruhnya Terhadap Pendapatan Usahatani (Studi Kasus di Kelurahan Sukatani Kecamatan Cimanggis, Depok Jawa Barat) : Cecep Ali Yasin Rahman : A14103048

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Ir. Anita Ristianingrum, M.Si NIP. 132 046 437

Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M. Agr. NIP. 131 124 019

Tanggal lulus: 11 Maret 2008

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL “EVALUASI KEMITRAAN PEMUDA TANI INDONESIA DAN PENGARUHNYA TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI (STUDI KASUS DI KELURAHAN SUKATANI KECAMATAN CIMANGGIS, DEPOK JAWA BARAT) ” BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI LAIN ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN.

Bogor, Maret 2008

Cecep Ali Yasin Rahman A14103048

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandung, pada tanggal 1 Oktober 1984. Penulis merupakan anak pertama dari pasangan Ayahanda Rahman Hadiat dan Ibunda Euis Ratih Malia. Penulis memulai pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 1 Ridogalih, Bandung pada tahun 1991 dan lulus pada tahun 1997. Pada tahun 1997 penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 2 Rancaekek dan lulus pada tahun 2000. Pada tahun 2000, penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Umum Negeri 1 Cicalengka dan lulus pada tahun 2003. Penulis diterima menjadi mahasiswa Institut Pertanian Bogor di Program Studi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian pada tahun 2003 melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Selama kuliah, penulis aktif di organisasi kemahasiswaan intra dan ekstra kampus. Penulis aktif pada organisasi intra kampus pada Dewan Perwakilan Mahasiswa TPB, DPM Faperta, Majelis Permusyawaratan Mahasiswa-KM IPB dan pengurus DKM Al-Hurriyah. Penulis juga aktif pada organisasi ekstra kampus yaitu KAMMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia).

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT atas segala rahmat, hidayah serta karuniaNya kepada kita semua dan Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW sebagai uswatun hasanah, keluarga, sahabat, serta para pengikutnya sampai akhir zaman. Skripsi ini diajukan untuk memenuhi syarat dalam menyelesaikan pendidikan pada program sarjana Fakultas Pertanian IPB. Topik penelitian yang diambil adalah mengenai evaluasi kemitraan dan pengaruhnya terhadap pendapatan petani peserta kemitraan. Topik ini diambil untuk mengetahui sejauh mana kemitraan dapat membantu peningkatan kesejahteraan petani di Indonesia. Topik dan judul penelitian ini didasarkan atas rasa ketertarikan yang besar dari penulis terhadap sektor pertanian. Rasa tertarik ini tidak terlepas dari besarnya potensi yang dimiliki sektor pertanian, baik dari segi letak geografis Indonesia maupun kekayaaan hayati yang dimiliki Indonesia. Namun, penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Besar harapan penulis, kiranya penelitian ini dapat menjadi sebuah wacana yang menggugah kaum elit pertanian Indonesia untuk senantiasa mengembangkan potensi yang dimiliki negara ini.

Bogor, Maret 2008

Cecep Ali Yasin Rahman

UCAPAN TERIMA KASIH Puji syukur kepada Allah SWT atas segala rahmat, hidayah serta karuniaNya kepada kita semua dan Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW sebagai uswatun hasanah, keluarga, sahabat, serta para pengikutnya sampai akhir zaman. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini tidak lepas dari kerjasama dan bantuan dari semua pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih pada: 1.

Ayahanda, Ibunda, adik-adik tercinta serta seluruh keluarga yang selalu memberikan dorongan, kasih sayang, semangat, nasehat, ilmu, kesabaran serta doa yang tiada pernah putus untuk keberhasilan penulis.

2.

Ir. Anita Ristianingrum, M.Si selaku pembimbing skripsi yang senantiasa memberikan ilmu, perhatian, bimbingan, dorongan, saran serta kesabaran yang sangat membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi.

3.

Ir. Ma’mun Sarma, MEc selaku dosen pembimbing akademik yang senantiasa memberikan motivasi serta saran yang konstruktif untuk keberhasilan penulis selama menempuh pendidikan sarjana.

4.

Ir. Popong Nurhayati, MM selaku dosen penguji utama atas kesediaannya menguji, memberi saran serta motivasi kepada penulis.

5.

Dra. Yusalina, M.S selaku dosen penguji dari komisi pendidikan atas kesediaannya menguji dan memberikan saran yang konstruktif.

6.

Pak Bimo, Ibu Naimah, Pak Anggawira dan Pak Daeng serta para petani mitra atas izin, motivasi, dan kerjasamanya dalam penyusunan skripsi.

7.

Istriku tercinta Surya Yuliawati dan putriku terkasih Shafira Aliya Azzahra serta calon putra/i-ku nanti atas seluruh kasih sayang, senyuman,

kesabaran, motivasi, perhatian, nasehat serta segenap inspirasi yang insya Allah menjadi mutiara dalam perjalanan hidup penulis. 8.

Bapak Ibu mertua di Jakarta dan seluruh keluarga yang selalu memberikan dorongan, kasih sayang, semangat, nasehat, ilmu, kesabaran serta doa yang tiada pernah putus untuk keberhasilan penulis.

9.

Muharoji Ruhayana yang telah melakukan tugas-tugas penting perusahaan (Saung Hejo Florist) pada saat penyelesaian penelitian ini.

10.

Cepi dan Ratu sebagai tim sukses pencapaian gelar sarjana atas waktu, tenaga, dan bantuannya untuk penulis.

11.

Anak-anak Agri Eleven atas pengalaman yang telah didapatkan.

12.

Sahabat-sahabatku Bram, Joe, Z3, Sofyan, Nurhery, Bambang, Yudha, Erik, Maryono, Ridwan, Tatang, Tohir dan semua rekan-rekan yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu atas persahabatan, keceriaan, kenangan serta kerinduan hati penulis, semoga tali silaturahim dapat tetap terjaga.

13.

Seluruh teman-teman AGB’39, 40, dan 41 atas persahabatan dan pertemanannya semoga tali silaturahim kita tetap terjaga.

14.

Seluruh teman-teman di DPM TPB, DPM A, MPM-KM, DKM AlHuriyyah sepanjang masa atas kepercayaan, kerjasama, pertemanan serta kenangan yang terbesit di hati sepanjang masa semoga tetap eksis dan berkembang.

15.

Teman-teman Humas atas kepercayaan, kerjasama, serta canda-tawa yang terkenang semoga tali silaturahmi kita tetap terjaga.

16.

Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang turut membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL .............................................................................................. i DAFTAR GAMBAR .................................................................. ........................ ii DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... iii I

PENDAHULUAN ...................................................................................... 1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1.2 Perumusan Masalah .............................................................................. 1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................. 1.4 Kegunaan Penelitian .............................................................................

1 1 4 7 8

II

TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 9 2.1 Konsepsi Kemitraan .............................................................................. 9 2.1.1 Definisi Kemitraan ....................................................................... 9 2.1.2 Unsur-Unsur Kemitraan ................................................... ........ ... 10 2.1.3 Tujuan Kemitraan.................................................. ................. ..... 12 2.1.4 Pola Kemitraan.............................................................. .... .......... 12 2.2 Penelitian Terdahulu ............................................................................. 14 2.2.1 Kajian Empirik Kemitraan ............................................................ 15 2.2.2 Atribut-Atribut yang Mempengaruhi Tingkat Kepuasan Terhadap Pelaksanaan Kemitraan ................................................. 19 2.2.3 Perbedaan Penelitian Terdahulu dengan Penelitian yang Dilakukan ...................................................................................... 19

III

KERANGKA PEMIKIRAN .................................................................... 22 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ................................................................ 22 3.1.1 Konsumen .................................................................................... 22 3.1.2 Kepuasan ...................................................................................... 22 3.1.3 Alat Analisis dan Teknik Mengukur Kepuasan Konsumen ......... 22 3.1.4 Konsep Pendapatan Usahatani ...................................................... 27 3.2 Kerangka Pemikiran Operasional ......................................................... 29

IV

METODE PENELITIAN ......................................................................... 35 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................ 35 4.2 Metode Pengambilan dan Pengumpulan Data ...................................... 35 4.2.1 Data Primer ................................................................................... 35 4.2.2 Data Sekunder .............................................................................. 36 4.3 Metode Pengolahan Data ...................................................................... 37 4.4 Metode Analisis Data .............................................................................37 4.4.1 Analisis Deskriptif ....................................................................... 38 4.4.2 Skala Likert ................................................................................... 38 4.4.3 Analisis Kesesuaian Atribut.......................................................... 40 4.4.4 Importance Performance Analysis................................................ 40 4.4.5 Analisis Gap/Kesenjangan ............................................................ 43 4.4.6 Indeks Kepuasan Petani ................................................................ 44 4.4.7 Analisis Usahatani......................................................................... 45

4.4.7.1 Analisis Pendapatan Usahatani .................................................. 45 4.4.7.2 Analisis Imbangan Penerimaan dan Biaya (Rasio R/C) ............ 46 4.5 Definisi Operasional................................................................................47 V

GAMBARAN UMUM DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN......... 49 5.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian ..................................................... 49 5.1.1 Letak Geografis dan Kependudukan............................................. 49 5.1.2 Pertanian di Lokasi Penelitian....................................................... 50 5.1.3 Sarana dan Prasarana..................................................................... 51 5.2 Gambaran Umum Perusahaan................................................................ 51 5.2.1 Sejarah Singkat dan Perkembangan Perusahaan........................... 51 5.2.2 Bentuk Organisasi ......................................................................... 52 5.2.3 Visi dan Misi Perusahaan.............................................................. 52 5.2.4 Program Kerja 2004-2009............................................................. 53 5.2.5 Program Terobosan ....................................................................... 54 5.2.6 Tempat dan Kedudukan ................................................................ 55 5.2.7 Lembaga Otonom.......................................................................... 56 5.2.8 Keanggotaan.................................................................................. 56 5.2.9 Kelengkapan Organisasi ............................................................... 56 5.3 Karakteristik Responden ........................................................................ 57

VI EVALUASI PELAKSANAAN KEMITRAAN ....................................... 59 6.1 Pelaksanaan Kemitraan di PTI ............................................................... 59 6.1.1 Kontrak Perjanjian PTI dengan Petani Sayuran............................ 60 6.1.2 Kelompok Tani Sukatani Makmur ............................................... 63 6.1.3 Pinjaman Sarana Produksi kepada Petani Mitra ........................... 64 6.1.4 Pinjaman Bantuan Biaya Garap .................................................... 65 6.1.5 Lahan yang Digarap ...................................................................... 66 6.1.6 Pemasaran Hasil Panen ................................................................. 67 6.1.7 Kendala-Kendala Dalam Kemitraan ............................................. 68 6.2 Realisasi Hak dan Kewajiban Pelaku Kemitraan................................... 68 6.3 Manfaat Kemitraan bagi PTI dan Petani Sayuran ................................. 70 VII ANALISIS TINGKAT KEPUASAN PETANI SAYURAN ................... 72 7.1 Analisis Kepuasan Petani....................................................................... 72 7.1.1 Tingkat Kesesuaian Atribut........................................................... 72 7.1.2 Matriks Kepentingan dan Kepuasan Petani .................................. 74 7.1.3 Analisis Gap .................................................................................. 80 7.1.4 Indeks Kepuasan Petani ................................................................ 81 7.2 Rekomendasi Strategi Meningkatkan Kualitas Kemitraan antara Petani Sayuran dengan PTI .................................................................... 82 VIII ANALISIS USAHATANI ......................................................................... 84 8.1 Analisis Usahatani Bayam dan Kangkung ............................................ 84 8.2 Analisis Pendapatan Usahatani dan Imbangan Penerimaan Terhadap Biaya (Rasio R/C) .................................................................. 88

IX

KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 92 9.1 Kesimpulan ........................................................................................... 92 9.2 Saran ...................................................................................................... 93

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 95

LAMPIRAN ........................................................................................................ 98

i

DAFTAR TABEL

Nomor

Halaman

1

Rata-rata struktur PDB menurut skala usahanya Tahun 2000-2003....

1

2

Struktur Ekonomi Indonesia ................................................................

2

3

Atribut kepuasan Petani Mitra terhadap Pelaksanaan Kemitraan......... 20

4

Interpretasi Nilai Indeks Kepuasan ...................................................... 24

5

Atribut Kepuasan Petani Mitra terhadap Pelaksanaan Kemitraan ....... 36

6

Daftar Alat Analisis dan Tujuan Penggunaan...................................... 38

7

Karakteristik Umum Responden .......................................................... 58

8

Kendala-Kendala Kemitraan Berdasarkan Atribut .............................. 69

9

Matriks Isi Perjanjian Kemitraan Berdasarkan Atribut di PTI............. 70

10

Tingkat Kesesuaian Atribut Pelaksanaan Kemitraan........................... 74

11

Penyebaran Data Petani dalam Matriks Kepuasan-Kepentingan......... 80

12

Perhitungan Indeks Kepuasan Petani ................................................... 82

13

Rekomendasi Strategi Meningkatkan Kualitas Kemitraan .................. 83

14

Rata-rata Biaya dan Penerimaan Usahatani Bayam dan Kangkung per 5.000 meter persegi di Kelurahan Sukatani.................. 88

15

Analisis Pendapatan dan Rasio R/C Usahatani Bayam dan Kangkung di Kelurahan Sukatani ......................................................................... 89

ii

DAFTAR GAMBAR

Nomor

Halaman

1

Diagram Konsep Kepuasan Konsumen ............................................... 23

2

Kerangka Pemikiran Operasional Penelitian ....................................... 34

3

Importance Performance Analysis ....................................................... 42

4

Matriks Kepentingan-Kepuasan Petani Mitra...................................... 80

5

Selisih Nilai Setiap Atribut Kepuasan-Kepentingan............................ 81

iii

LAMPIRAN Nomor

Halaman

1

Contoh Kontrak Perjanjian Antara PTI dengan Petani Mitra ................ 98

2

Contoh Surat Perjanjian Penguasaan Lahan ........................................ 100

3

Contoh Kuisioner Untuk Perusahaan ................................................... 101

4

Contoh Kuisioner Untuk Petani ........................................................... 106

5

Uraian Karakteristik Responden .......................................................... 110

6

Uraian Tingkat Kepentingan Atribut ................................................... 111

7

Uraian Tingkat Kepuasan Atribut ........................................................ 112

8

Dokumentasi Lapang ........................................................................... 113

9

Peta Kelurahan Sukatani, Cimanggis Depok ....................................... 114

BAB I. PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Indonesia memiliki prospek yang cerah dalam sektor pertanian. Hal ini

ditunjukkan dengan informasi mengenai sebaran struktur PDB Indonesia tahun 2000-2003 pada Tabel 1. yang menunjukkan komposisi sektor riil yang terjadi di Indonesia.

Tabel 1. Rata-Rata Struktur PDB Menurut Skala Usahanya Tahun 20002003 Rata-rata 2000-2003 UK UM UB 1. Pertanian, peternakan, kehutanan, dan perikanan 85,74 9,09 5,17 2. Pertambangan dan penggalian 6,75 2,96 90,30 3. Industri pengolahan 15,14 12,98 71,89 4. Listrik, gas dan air bersih 0,52 6,80 92,68 5. Bangunan 43,88 22,57 33,55 6. Perdagangan, hotel dan restoran 75,60 20,81 3,59 7. Pengangkutan dan komunikasi 36,69 26,64 36,67 8. Keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan 16,80 46,47 36,73 9. Jasa-jasa 35,59 7,16 57,25 PDB 40,55 15,22 44,24 PDB Non Migas 46,22 17,19 36,60 Sumber : BPS dan Kementrian Koperasi dan UKM (diolah) Keterangan : UK (Usaha Kecil), UM (Usaha Menengah) dan UB (Usaha Besar) No

Sektor Industri

Struktur 16,89 12,20 25,10 1,73 5,93 16,15 5,50 6,64 9,86 100 87,74

Pada tahun 2000-2003, sektor pertanian menyumbangkan sebesar 16,89 persen kepada PDB Indonesia yang disumbangkan sebagian besar oleh usaha kecil (85,74 persen), usaha menengah (9,09 persen) dan usaha besar (5,17 persen). Angka tersebut merupakan angka yang signifikan, yang berarti bahwa sektor pertanian memiliki potensi besar untuk dikembangkan. Namun demikian, menurut Ali (2007), pertumbuhan PDB UKM tahun 2006 terjadi di semua sektor ekonomi. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada sektor bangunan sebesar 8,2 persen, diikuti sektor jasa-jasa 8,1 persen dan sektor

2

pertambangan dan penggalian sebesar 7,9 persen. Sedangkan pertumbuhan terendah terjadi pada sektor pertanian yaitu sebesar 3,1 persen.1 Hambatan lain yang dihadapi dalam pengembangan sektor pertanian ini adalah kesenjangan ekonomi yang cukup tinggi diantara pengusaha kecil dengan pengusaha besar dan konglomerasi. Di satu sisi, pemerintah berkehendak untuk meningkatkan ekonomi pengusaha kecil, namun di sisi lain pada kenyataannya struktur ekonomi pertanian Indonesia sebagian besar berada pada pengusaha besar dan konglomerasi, sehingga usaha peningkatan ekonomi pertanian memiliki dampak yang tidak signifikan terhadap pengusaha kecil. Hal inilah yang menyebabkan sulitnya pemerintah dalam menjalankan programnya untuk meningkatkan kemampuan ekonomi masyarakat, khususnya masyarakat petani sebagai pengusaha kecil di sektor pertanian. Informasi mengenai sebaran struktur ekonomi Indonesia terdapat dalam Tabel 2.

Tabel 2. Struktur Ekonomi Indonesia Parameter UK, UM dan Koperasi (%) Jumlah 99,8 Kontribusi terhadap PDB 56,72 Pangsa Pasar 20 Pertumbuhan ekonomi 16,4 Sumber : Badan Pusat Statistik (2004)

Usaha Besar dan Konglomerasi (%) 0,2 43,25 80 83,6

Jumlah Usaha Kecil, Usaha Menengah dan koperasi mendominasi struktur ekonomi Indonesia (99,8%). Usaha ini telah berkontribusi terhadap PDB sedikit lebih banyak (56,72%) jika dibandingkan dengan Usaha Besar dan konglomerasi (43,25%). Berdasarkan kondisi tersebut, ternyata perkembangan ekonomi Usaha Kecil, Usaha Menengah dan koperasi bernilai sangat rendah (16,4%) dengan penguasaan pangsa pasar yang kecil (20%). Hal ini menunjukkan terjadinya

P

1

www.bi.go.id, ‘Pergerakan sektor riil Indonesia tahun 2005-2006’ (22 Agustus 2007)

3

kesenjangan ekonomi yang besar antara pengusaha kecil dengan pengusaha besar. Pengusaha kecil atau dalam hal ini petani kecil tidak memiliki modal yang cukup untuk melakukan budidaya dengan optimal. Selain itu, lemahnya akses pemasaran dan kurangnya pengetahuan akan teknologi menjadi masalah bagi petani kecil. Untuk

menyelesaikan

permasalahan

tersebut,

pemerintah

telah

mengeluarkan kebijakan dalam rangka meningkatkan usaha pertanian. Salah satu kebijakan tersebut adalah program pengembangan kemitraan. Menurut Hafsah (2000), dalam kondisi ideal, tujuan kemitraan adalah meningkatkan pendapatan, meningkatkan perolehan nilai tambah, meningkatkan efisiensi, menciptakan pemerataan, memperluas kesempatan kerja, pemberdayaan masyarakat usaha kecil, meningkatkan pertumbuhan ekonomi pedesaan, wilayah, dan nasional serta untuk menghindari kecemburuan sosial yang akan menimbulkan gejolak sosial. Kemitraan biasanya dilakukan oleh sebuah perusahaan atau lembaga lain sebagai perusahaan mitra dengan sekelompok petani sebagai petani mitra. Bagi perusahaan mitra, kemitraan berguna untuk memenuhi kebutuhan akan kontinuitas produksi yang berorientasi pada profit atau untuk kegiatan sosial yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan petani. Bagi petani mitra, kemitraan berguna untuk memperoleh modal atau biaya garap, meningkatkan teknologi budidaya, dan untuk memperoleh jaminan pemasaran hasil panen, sehingga pendapatan petani mitra meningkat. Namun demikian, pelaksanaan kemitraan dinilai masih memiliki banyak kelemahan dan kekurangan. Salah satu usaha kemitraan yang dilakukan di Indonesia adalah kemitraan yang dilakukan oleh Pemuda Tani Indonesia (PTI) yang berada dibawah naungan organisasi Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI). Pada tahun 2007, PTI

4

melaksanakan program kemitraan dengan petani sayuran bayam dan kangkung di Kelurahan Sukatani, Kecamatan Cimangis, Kota Depok, Jawa Barat. Kemitraan tersebut merupakan program kemitraan pertama yang dilakukan oleh PTI. Kondisi ekonomi petani di Kelurahan Sukatani tidak begitu baik. Untuk melakukan budidaya sayuran, modal petani terbatas, sehingga input budidaya yang digunakan tidak optimal. Kondisi tersebut menyebabkan produksi rendah, sehingga pendapatan petani pun rendah. Melalui program kemitraan, PTI berharap agar pendapatan petani meningkat. Kemitraan di Sukatani ini baru berjalan selama satu tahun, sehingga pada teknis pelaksanaannya masih banyak kelemahan dan kekurangan yang terjadi.

1.2

Perumusan Masalah Pemuda Tani Indonesia (PTI) adalah suatu lembaga resmi yang berdiri di

bawah naungan Lembaga Swadaya Masyarakat

Himpunan Kerukunan Tani

Indonesia (LSM HKTI). PTI memilih Kelurahan Sukatani sebagai tempat pelaksanaan kemitraannya, karena Sukatani memiliki banyak lahan yang tidak termanfaatkan atau lahan tidur. Menurut manajer lapang PTI, luas lahan tidur yang berpotensi untuk dimanfaatkan di Sukatani mencapai 25 ha. Akses dengan pasar modern dan biaya administrasi pemanfaatan lahan tidur juga menjadi alasan PTI dalam memilih Sukatani untuk dijadikan tempat kemitraan. Selain itu, kondisi ekonomi petani di Kelurahan Sukatani menjadi alasan utama pemilihan Sukatani menjadi objek pelaksanaan kemitraan yang dilakukan. Sukatani yang berada di Kota Depok, dekat dengan pasar-pasar modern seperti pasar swalayan dan supermarket. Target jangka panjang PTI adalah

5

meningkatkan nilai tambah hasil panen sayuran dengan menjualnya ke pasar-pasar modern. Berdasarkan kedekatan jarak antara Sukatani dengan pasar-pasar modern tersebut, biaya distribusi hasil panen menjadi lebih kecil. Penghematan biaya lainnya diperoleh dari kecilnya biaya administrasi pemanfaatan lahan tidur. PTI tidak mengeluarkan biaya sewa atau sejenisnya untuk memanfaatkan lahan tersebut mengingat PTI melakukan kemitraan tidak berorientasi pada profit semata melainkan merupakan program sosial. Dalam hal ini, PTI merupakan pelaksana teknis berjalannya kemitraan di Kelurahan Sukatani. Kemitraan yang dilakukan merupakan program sosial PTI untuk meningkatkan kesejahteraan petani. PTI sebagai perusahaan mitra merekrut petani sayuran di sekitar Kelurahan Sukatani melalui kelompok tani bernama Sukatani Makmur. PTI memanfaatkan lahan dengan status hak guna pakai kepada pemilik lahan yang potensial untuk dijadikan lahan pertanian untuk selanjutnya diserahkan kepada kelompok tani untuk digarap. Lahan potensial yang ditargetkan oleh perusahaan adalah seluas 25 ha. Pada tahap awal ini perusahaan mengolah lahan seluas 5 ha dengan harapan dalam jangka waktu kurang lebih tiga tahun seluruh lahan potensial tersebut dapat dimanfaatkan. Sebelum kemitraan dilaksanakan, PTI dengan seluruh petani mitra melaksanakan musyawarah dan mufakat untuk membahas kontrak perjanjian kemitraan. Hasil musyawarah mufakat PTI berkewajiban untuk memberikan pinjaman biaya garap maksimal Rp 800.000 setiap petani. Selain itu, PTI menyediakan toko tani sarana produksi pertanian yang khusus disediakan untuk petani mitra. Setiap bulan petani memanen hasil tanamnya dan pada saat yang sama petani mitra berkewajiban untuk membayar cicilan pinjaman biaya garap

6

yang telah diberikan oleh PTI. Batas waktu pembayaran cicilan pinjaman biaya garap adalah selama lima bulan. Hasil panen dijual oleh petani sendiri kepada pelanggannya masing-masing. Keuntungan penjualan dibagikan setiap bulan secara adil sesuai dengan kesepakatan awal dengan menggunakan sistem bagi hasil. Besar bagi hasil yang harus dibayarkan kepada PTI setiap bulannya adalah 5 persen dari besar biaya garap yang telah dipinjam, yaitu sebesar Rp 40.000/bulan. Pada awal pelaksanaan, proses kemitraan berjalan dengan baik dan lancar. Seluruh kesepakatan yang tercantum di dalam kontrak perjanjian terlaksana dengan baik. Namun, menjelang tahap akhir semester pertama mulai terlihat berbagai kendala. Perusahaan mitra belum bisa meningkatkan luas areal lahan untuk dimanfaatkan. Hal ini terjadi karena pada 5 ha lahan awal pun belum tergarap semuanya. Permasalahan lain yang terjadi adalah terdapat kesepakatankesepakatan teknis yang tidak dijalankan dengan baik oleh petani, salah satunya adalah seringnya terjadi kredit macet. Pinjaman biaya garap telah diberikan dua kali. Pada pinjaman pertama, total kredit macet dari pinjaman biaya garap, pembayaran bagi hasil, dan hutang pembelian sarana prasarana pertanian sebesar 87,5 persen yaitu sebesar Rp 8.313.000 dari Rp 9.500.000 yang seharusnya dibayarkan oleh petani. Pada pinjaman berikutnya, total kredit macet petani sebesar 60,4 persen yaitu sebesar Rp 5.550.000 dari Rp 9.200.000 yang seharusnya dibayarkan oleh petani. Besarnya kredit macet yang terjadi menunjukkan bahwa permasalahan ini harus segera diselesaikan oleh PTI.

7

Menghadapi permasalahan tersebut, perusahaan dan petani mitra telah berulang kali mengadakan rapat pertemuan besar untuk mengevaluasi dan memperbaiki permasalahan yang terjadi, namun tetap saja permasalahan tersebut tidak berakhir. Bagi perusahaan, permasalahan lain yang dihadapi adalah kurang terbukanya petani dalam menyampaikan permasalahan yang dihadapi. Hal ini menyebabkan perusahaan tidak bisa mengevaluasi pelaksanaan kemitraan ini dengan pasti. Setelah mengadakan evaluasi intern perusahaan, PTI menduga bahwa penyebab banyaknya kesepakatan yang tidak dipatuhi serta tidak terbukanya petani kepada manajemen adalah ketidakpuasan petani terhadap pelaksanaan kemitraan yang dirasakan masih baru dalam pengalaman usaha petani. Pada permasalahan kredit macet, PTI menduga penyebab permasalahan tersebut adalah belum maksimalnya pendapatan yang diperoleh petani mitra pada saat kemitraan dilakukan. Berdasarkan hal di atas dirumuskan beberapa permasalahan yang akan diteliti. Permasalahan tersebut adalah sebagai berikut : 1.

Bagaimana pelaksanaan kemitraan PTI?

2.

Bagaimana pengaruh pelaksanaan kemitraan PTI terhadap pendapatan petani mitra?

3.

Bagaimana upaya untuk meningkatkan kualitas pelaksanaan kemitraan?

1.3

Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk :

1.

Mengidentifikasi pelaksanaan kemitraan PTI.

8

2.

Menganalisis pengaruh pelaksanaan kemitraan PTI terhadap pendapatan petani mitra.

3.

Merumuskan upaya untuk meningkatkan kualitas pelaksanaan kemitraan.

1.4

Kegunaan Penelitian Penelitian ini berguna bagi :

1.

PTI dan petani mitra sebagai bahan evaluasi kinerja pelaksanaan kemitraan selama ini.

2.

Pemerintah sebagai bahan pertimbangan untuk melakukan pembinaan terhadap petani mitra.

3.

Investor atau lembaga keuangan sebagai lembaga pemberi pinjaman dana untuk dijadikan bahan pertimbangan dalam memberikan kebijakan pemberian pinjaman dana.

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Konsepsi Kemitraan Konsep kemitraan telah banyak diatur dalam peraturan pemerintah dan

beberapa pendapat para pakar ekonomi dan sosial dalam berbagai tulisan.

2.1.1

Definisi Kemitraan Menurut Hafsah (2000), kemitraan adalah suatu strategi bisnis yang

dilakukan oleh dua pihak atau lebih dalam jangka waktu tertentu untuk meraih keuntungan

bersama

dengan

prinsip

saling

membutuhkan

dan

saling

membesarkan. Karena kemitraan adalah suatu strategi bisnis, maka keberhasilan kemitraan sangat ditentukan oleh adanya kepatuhan diantara yang bermitra dalam menjalankan etika bisnis. Menurut Undang-Undang No.9 Tahun 1995, kemitraan adalah kerjasama usaha antara Usaha Kecil dengan Usaha Menengah atau dengan Usaha Besar disertai pembinaan dan pengembangan oleh Usaha Menengah atau Usaha Besar dengan memperlihatkan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat, dan saling menguntungkan. Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kemitraan merupakan strategi bisnis yang dilakukan dengan cara membangun jalinan kerjasama yang saling menguntungkan dan saling memperkuat serta dibangun dengan dasar saling memerlukan diantara kedua belah pihak.

10

2.1.2 Unsur-Unsur Kemitraan Berdasarkan definisi kemitraan, menurut Hafsah (2000) terdapat beberapa unsur pokok di dalam kemitraan, yaitu : 1.

Kerjasama Usaha Kerjasama yang dilakukan antara Usaha Besar dengan Usaha Kecil didasarkan pada kesejajaran kedudukan atau mempunyai derajat yang sama terhadap kedua belah pihak yang bermitra. Kesejajaran ini berlaku pula pada kesetaraan hak dan kewajiban timbal balik sehingga tidak ada pihak yang dirugikan, tidak ada yang saling mengeksploitasi satu sama lain dan tumbuh berkembangnya rasa saling percaya diantara pihak terkait dalam mengembangkan usahanya. Dengan konsep ini, diharapkan agar pengusaha besar atau menengah dapat menjalin hubungan kerjasama yang saling menguntungkan dengan pengusaha kecil atau pelaku ekonomi lainnya, sehingga pengusaha kecil akan lebih berdaya dan tangguh di dalam berusaha demi tercapainya kesejahteraan.

2.

Pembinaan dan Pengembangan Pada dasarnya yang membedakan antara kemitraan dengan hubungan dagang biasa adalah adanya unsur pembinaan dan pengembangan yang dilakukan dalam konsep kemitraan. Pembinaan yang dilakukan di dalam kemitraan antara lain pembinaan dalam mengakses modal yang lebih besar, pembinaan manajemen usaha, pembinaan peningkatan sumber daya manusia (SDM), pembinaan manajemen produksi, pembinaan mutu produksi serta pembinaan dalam pengembangan aspek institusi kelembagaan, fasilitas alokasi serta investasi.

11

3.

Prinsip

Saling

Memerlukan,

Saling

Memperkuat,

dan

Saling

Menguntungkan a. Prinsip Saling Memerlukan Dalam kemitraan, usaha perusahaan besar dalam mengefisienkan biaya produksinya adalah dengan cara penghematan tenaga kerja. Penghematan tenaga kerja ini dilakukan dengan cara menggunakan tenaga kerja yang dimiliki oleh perusahaan yang kecil. Sebaliknya, perusahaan kecil melakukan usaha efisiensi dengan cara menggunakan fasilitas teknologi, permodalan, dan sarana produksi dari perusahaan besar. Dengan demikian terdapat prinsip saling memerlukan diantara kedua belah pihak di dalam kemitraan. b. Prinsip Saling Memperkuat Seperti pada pelaksanaan usaha lainnya, kemitraan dilakukan agar semua pihak mendapatkan nilai tambah yang berarti. Nilai tambah tersebut dapat berupa nilai ekonomi seperti peningkatan modal, keuntungan, dan perluasan pangsa pasar. Bentuk nilai tambah lainnya dapat berupa nilai non ekonomi seperti peningkatan kemampuan manajemen dan penguasaan teknologi. Dengan melaksanakan konsep kemitraan diharapkan agar diantara kedua belah pihak terjadi saling mengisi atau saling memperkuat dari kekurangan masing-masing pihak yang bermitra. c. Prinsip Saling Menguntungkan Salah satu maksud dan tujuan kemitraan adalah terjadinya hubungan yang saling menguntungkan. Berpedoman pada kesejajaran kedudukan, tidak ada pihak yang tereksploitasi dan dirugikan, tetapi justru tercipta rasa saling

12

percaya sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan keuntungan atau pendapatan melalui pengembangan usahanya.

2.1.3

Tujuan Kemitraan Menurut Hafsah (2000), dalam kondisi yang ideal, tujuan yang ingin

dicapai dalam pelaksanaan kemitraan adalah : 1.

Meningkatkan pendapatan

2.

Meningkatkan perolehan nilai tambah

3.

Meningkatkan efisiensi

4.

Menciptakan pemerataan

5.

Memperluas kesempatan kerja

6.

Pemberdayaan masyarakat usaha kecil

7.

Meningkatkan pertumbuhan ekonomi pedesaan, wilayah, dan nasional

8.

Menghindari kecemburuan sosial yang akan menimbulkan gejolak sosial Untuk mencapai sasaran pengembangan tersebut, prioritas yang akan

ditempuh adalah mengembangkan kualitas sumberdaya manusia yang didukung oleh penerapan sistem usaha secara terpadu, sehingga pengusaha besar dan pengusaha kecil dapat memanfaatkan sumberdaya dan fasilitas prasarana sesuai skala ekonomi. Sistem ini menempatkan pengusaha kecil sebagai mitra kerja sekaligus pelaku yang handal dan mandiri.

2.1.4

Pola Kemitraan Menurut Undang-Undang No.9 Tahun 1995 pasal 27, pola kemitraan dapat

dilaksanakan dalam enam pola, yaitu :

13

1.

Inti-plasma Pola inti-plasma adalah hubungan kemitraan antara Usaha Kecil dengan Usaha Menengah atau Usaha Besar yang di dalamnya Usaha Menengah atau Usaha Besar bertindak sebagai inti dan Usaha Kecil selaku plasma. Pihak inti melaksanakan pembinaan mulai dari penyediaan sarana produksi, bimbingan teknis, sampai dengan pemasaran hasil produksi.

2.

Subkontrak Pola subkontrak adalah hubungan kemitraan antara Usaha Kecil dengan Usaha Menengah atau Usaha Besar yang di dalamnya Usaha Kecil memproduksi komponen yang diperlukan oleh Usaha Menengah atau Usaha Besar sebagai bagian dari produksinya.

3.

Dagang Umum Pola dagang umum adalah hubungan kemitraan antara Usaha Kecil dengan Usaha Menengah atau Usaha Besar yang di dalamnya Usaha Menengah atau Usaha Besar memasarkan hasil produksi Usaha Kecil atau Usaha Kecil memasok kebutuhan yang diperlukan oleh Usaha Menengah atau Usaha Besar mitranya.

4.

Waralaba Pola waralaba adalah hubungan kemitraan yang di dalamnya pemberi waralaba memberikan hak penggunaan lisensi, merek dagang, dan saluran distribusi perusahaannya kepada penerima waralaba dengan disertai bantuan bimbingan manajemen.

14

5.

Keagenan Pola keagenan adalah hubungan kemitraan yang di dalamnya Usaha Kecil diberi hak khusus untuk memasarkan barang dan jasa Usaha Menengah atau Usaha Besar mitranya.

6.

Kerjasama Operasional Agribisnis (KOA) Pola kerjasama operasional agribisnis adalah hubungan kemitraan yang di dalamnya kelompok mitra menyediakan lahan, sarana, dan tenaga kerja, sedangkan perusahaan mitra menyediakan biaya atau modal dan/atau sarana untuk mengusahakan atau membudidayakan suatu komoditi pertanian.

2.2

Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian tentang kemitraan telah dilakukan oleh para peneliti

terdahulu. Penelitian tersebut dapat dijadikan sebagai tolak ukur dan studi perbandingan bagi kesempurnaan penelitian yang akan dilakukan. Kajian empirik mengenai kemitraan menggambarkan arah penelitian dan hasil apa saja yang telah dilakukan pada penelitian terdahulu. Kajian empirik kemitraan menunjukkan metode-metode analisis apa saja yang pernah dilakukan oleh para peneliti dalam meneliti kemitraan. Selain itu, penelitian terdahulu dapat memberikan gambaran mengenai atribut-atribut apa saja yang digunakan dalam menganalisis tingkat kepuasan petani terhadap pelaksanaan kemitraan, sehingga referensi penelitian lebih lengkap dan sempurna.

15

2.2.1

Kajian Empirik Kemitraan Penelitian mengenai kemitraan telah menghasilkan banyak informasi,

diantaranya adalah : 1.

Identifikasi pola kemitraan yang dilakukan pada suatu perusahaan Penelitian yang dilakukan oleh Veronica (2001) ini dilaksanakan di PT Agrobumi Puspa Sari yang bermitra dengan petani krisan. Metode penelitian yang

digunakan

adalah

dengan

metode

deskriptif.

Penelitian

ini

menunjukkan bahwa pola kemitraan yang paling ideal dilaksanakan adalah pola kemitraan inti-plasma. Hal ini diputuskan karena perusahaan memiliki kelebihan pada kualitas sumberdaya manusia dan informasi pasar tetapi memiliki kelemahan pada kontinuitas produksi, sementara petani memiliki kekuatan pada kontinuitas produksi, tetapi lemah dalam teknologi, sumber modal, informasi pasar, dan sarana produksi pertanian. 2.

Analisis kesinambungan usaha bisnis kemitraan Penelitian ini dilakukan oleh Dewi (2006), penelitian dilaksanakan di perusahaan bernama Tunas Mekar Farm yang bermitra dengan peternak ayam ras di daerah Kabupaten Bogor. Penelitian dilakukan dengan mengambil sampel 40 peternak dari populasinya sekitar 150 orang. Metode penelitian yang digunakan adalah dengan metode deskriptif dan analisis regresi berganda. Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa pelaksanaan kemitraan pada perusahaan tersebut telah berjalan dengan baik. Beberapa peubah yang diteliti menunjukkan hasil yang positif, seperti pada peubah kepemimpinan dan motivasi bekerjasama.

16

3.

Analisis sosial ekonomi sistem kemitraan Penelitian ini dilakukan oleh Monica (2006) dan dilaksanakan di Wana Wisata Curug Nangka yang melibatkan masyarakat sebagai mitranya. Analisis yang dilakukan adalah analisis sosial ekonomi sebagai dampak dari surat perjanjian yang telah disepakati bersama. Melalui metode deskriptif, penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan kemitraan berjalan dengan baik dan menimbulkan banyak manfaat (ekonomis dan ekologis) pada semua pihak yang terlibat, namun permasalahan pun terjadi pada pelaksanaan kemitraan ini. Permasalahan kemitraan sebagian besar timbul karena kurangnya komunikasi diantara pihak yang terlibat.

4.

Analisis pelaksanaan kemitraan Penelitian yang dilakukan oleh Ros (2004) di Koperasi Agribisnis Mitra Tani yang bermitra dengan petani sayuran ini dilakukan dengan menggunakan metode regresi logistik untuk menganalisis faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi keputusan petani untuk tetap bermitra dengan perusahaan. Hasilnya menunjukkan bahwa faktor-faktor tersebut secara terurut berdasarkan tingkat kekuatan mempengaruhi adalah umur, tingkat pendidikan, dan proporsi modal sendiri. Variabel umur dan tingkat pendidikan berpengaruh secara negatif, sedangkan variabel proporsi modal sendiri berpengaruh secara positif. Secara umum, pelaksanaan kemitraan belum berjalan dengan optimal, namum ada beberapa manfaat yang dirasakan oleh petani melalui kerjasama ini, diantaranya adalah : a. petani memperoleh kemudahan pemasaran; b. petani memperoleh sistem

17

pembayaran yang cukup memuaskan; c. petani tidak perlu melakukan proses pasca panen seperti pengangkutan, pencucian, grading, dan packing; d. terjalinnya hubungan kekerabatan yang cukup baik antara petani dengan mitra maupun antar sesama petani. 5.

Analisis pengaruh penerapan sistem kemitraan terhadap efisisensi faktor produksi Penelitian ini dilaksanakan di PT Atina oleh Iftauddin (2005) dengan menggunakan

alat

analisis

efisiensi

teknis

yang

diawali

dengan

menganalisis model fungsi produksi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa luas lahan dan kapur perlu ditingkatkan, sedangkan benur dan tenaga kerja perlu dikurangi untuk meningkatkan produksi udang. Pada kondisi itu, penggunaan faktor-faktor produksi baik petani mitra maupun petani nonmitra dinilai belum mencapai kondisi efisien. 6.

Analisis pendapatan dan penyerapan tenaga kerja pada sistem kemitraan Penelitian ini dilakukan oleh Yasri (2006) di PT Perkebunan Nusantara VI dan PT Bakrie Pasaman Plantation. Informasi mengenai pendapatan diperoleh dengan menggunakan metode kuantitatif dengan menganalisis nilai R/C perusahaan, sedangkan informasi tingkat penyerapan tenaga kerja dianalisis dengan menggunakan alat analisis deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai R/C perusahaan bernilai lebih dari satu yang berarti pelaksanaan kemitraan usaha perkebunan kelapa sawit telah efisien atas biaya yang dikeluarkan. Pada perusahaan PTPN VI tenaga kerja yang dibutuhkan sekitar 1 tenaga kerja pada setiap hektar lahan kelapa sawit yang diusahakan, sedangkan pada PT Bakrie Pasaman Plantation

18

tenaga kerja yang diserap adalah 1.08 tenaga kerja pada setiap hektar usahanya. Penggunaan tenaga kerja plasma sangat berperan dalam meningkatkan kebun produksi plasma. Hasil uji regresi menunjukkan bahwa tenaga kerja berpengaruh nyata terhadap produksi kelapa sawit. 7.

Analisis kepuasan terhadap pelaksanaan kemitraan Analisis kepuasan telah dilakukan oleh Rochmatika (2006) pada perusahaan gula “XYZ” yang bermitra dengan petani tebu rakyat. Dengan menggunakan matriks kepuasan didapatkan informasi bahwa atribut yang paling mempengaruhi kepuasan konsumen adalah bantuan biaya tebang angkut dengan tingkat kesesuaian 105,12 persen, pemetaan luas areal 100,00 persen. Atribut biaya garap memiliki tingkat kesesuaian yang paling kecil. Untuk petani mitra skala menengah atribut yang paling mempengaruhi tingkat kepuasan adalah bantuan biaya tebang angkut, frekuensi bimbingan teknis dan penentuan kualitas tebu. Sedangkan petani mitra skala besar atribut yang paling mempengaruhi tingkat kepuasan adalah kualitas dan kuantitas bibit yang diberikan, respon terhadap segala keluhan, dan waktu pembayaran hasil panen. Melalui analisis indeks kepuasan menunjukkan bahwa untuk petani mitra skala kecil, menengah, dan skala besar cukup puas dengan kemitraan yang sedang dijalankan. Alat analisis Importance Performance Analysis memberikan informasi bahwa atribut informasi rendemen dan pupuk yang diberikan berada pada kuadran prioritas utama untuk dievaluasi dan diperbaiki, sedangkan atribut komunikasi yang dibangun, pemetaan luas areal kebun, frekuensi bimbingan teknis,

19

pengaturan waktu giling, dan waktu pembayaran hasil panen termasuk pada kuadran pertahankan prestasi. Penelitian mengenai analisis kepuasan juga dilakukan oleh Rhomdoni (2003) mengenai tingkat kepuasan peternak terhadap pelaksanaan kemitraan ayam ras di PT “XYZ” di Bogor. Alat analisis yang digunakan adalah indeks kepuasan terhadap pelayanan sarana produksi, pelayanan teknis budidaya dan pelayanan pasca panen. menunjukkan

Penilaian peternak plasma

bahwa pelayanan teknis budidaya dan pasca panen

memuaskan, sedangkan pelayanan sarana produksi kurang memuaskan. Penilaian peternak yang pernah bermitra menunjukkan bahwa pelayanan sarana produksi dan pasca panen kurang memuaskan, sedangkan pelayanan teknis budidaya memuaskan.

2.2.2 Atribut-Atribut yang Mempengaruhi Tingkat Kepuasan Terhadap Pelaksanaan Kemitraan

Menurut Rochmatika (2006) atribut-atribut yang mempengaruhi kepuasan petani terhadap pelaksanaan kemitraan tercantum dalam Tabel 3. Atribut-atribut dirumuskan ke dalam tiga bagian utama, yaitu pada pelayanan sarana produksi, teknik budidaya, dan pelayanan pasca panen.

2.2.3

Perbedaan Penelitian Terdahulu dengan Penelitian yang Dilakukan Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah dilakukan, belum ada penelitian

terdahulu mengenai evaluasi kemitraan PTI – HKTI dan pengaruhnya pada pendapatan petani mitra di Kelurahan Sukatani, Kota Depok. Oleh karena itu,

20

peneliti mengambil topik mengenai evaluasi kemitraan PTI – HKTI dan pengaruhnya terhadap pendapatan usahatani petani mitra.

Tabel 3. Atribut kepuasan Petani Mitra terhadap Pelaksanaan Kemitraan Jenis Pelayanan Pelayanan Sarana Produksi

Pelayanan Budidaya

Pelayanan Pasca Panen

Atribut Kepuasan 1. Kualitas dan kuantitas bibit yang diberikan 2. Bantuan biaya garap 3. Peminjaman sarana produksi 4. Pupuk yang diberikan 5. Ketepatan waktu biaya garap 6. Respon terhadap segala keluhan 7. Kejujuran dari pihak manajemen 8. Komunikasi yang dibangun 9. Pemetaan luas areal lahan 10. Frekuensi bimbingan teknis 11. Pengaturan waktu pasca panen 12. Informasi pasar 13. Penentuan kualitas produk 14. Bantuan biaya angkut 15. Waktu pembayaran hasil panen

Dimensi Kualitas Jasa Bukti langsung (Tangible) Bukti langsung (Tangible) Bukti langsung (Tangible) Bukti langsung (Tangible) Ketanggapan (Responsiveness) Ketanggapan (Responsiveness) Jaminan (Assurance) Jaminan (Assurance) Keandalan (Realibility) Empati (Emphaty) Ketanggapan (Responsiveness) Jaminan (Assurance) Jaminan (Assurance) Bukti langsung (Tangible) Jaminan (Assurance)

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif untuk menjelaskan pelaksanaan kemitraan dan metode kuantitatif untuk mengetahui tingkat kepuasan dengan alat analisis tingkat kesesuaian atribut, Importance Performance Analysis (IPA), analisis gap, dan indeks kepuasan petani mitra. Metode kuantitatif lain yang digunakan adalah metode analisis pendapatan usahatani untuk mengetahui pengaruh kemitraan terhadap pendapatan usahatani. Alat analisis tingkat kesesuaian atribut, Importance Performance Analysis (IPA), analisis gap, dan indeks kepuasan petani mitra dipilih karena masih sangat relevan dalam menjawab permasalahan tingkat kepuasan yang terjadi. Alat analisis tersebut dapat menunjukkan evaluasi kemitraan secara detail sampai pada tingkat atribut yang diteliti. Analisis deskriptif pada penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran pelaksanaan kemitraan yang telah berjalan berupa

21

pelaksanaan hak dan kewajiban diantara berbagai pihak yang terlibat serta menggambarkan kendala-kendala yang dihadapi manajemen atau perusahaan mitra di lapangan. Analisis pendapatan usahatani dilakukan pada dua periode, yaitu sebelum dan setelah kemitraan dilakukan untuk mengetahui pengaruh kemitraan terhadap pendapatan usahatani.

BAB III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1

Kerangka Pemikiran Teoritis

3.1.1 Konsumen Menurut Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen, definisi konsumen adalah setiap orang pemakai barang atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan. Konsumen bisa merupakan individu dan atau organisasi. Konsumen merupakan sasaran pemasaran. Oleh karena itu, memahami perilaku, sikap dan kepercayaan, persepsi, kebutuhan, dan keinginan konsumen merupakan kunci dari strategi pemasaran yang baik.

3.1.2

Kepuasan Kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang muncul

setelah membandingkan antara persepsi atau kesannya terhadap kinerja (atau hasil) suatu produk dan harapan-harapannya. Kepuasan merupakan fungsi dari kinerja dan harapan. Jika kinerja berada di bawah harapan berarti pelanggan tidak puas. Jika kinerja memenuhi harapan berarti pelanggan amat puas atau senang (Kotler, 2000). Konsep kepuasan konsumen diperlihatkan pada Gambar 1.

3.1.3

Alat Analisis dan Teknik Mengukur Kepuasan Konsumen Ada beberapa teknik mengukur kepuasan konsumen yaitu indeks

kepuasan,

analisis

kesenjangan,

Importance

Performance

Analysis,

23

benchmarking, analisis diskriminan, analisis klaster, structural equation modeling dan lain-lain. Pengukuran kepuasan sangat penting dilakukan oleh perusahaan.

Tujuan Perusahaan

Kebutuhan dan Keinginan Konsumen

Produk

Nilai Produk Bagi Konsumen

Harapan Konsumen terhadap Produk

Tingkat Kepuasan Konsumen

Gambar 1. Diagram Konsep Kepuasan Konsumen. Sumber : Engel et. al (1994) Kegunaan pengukuran kepuasan antara lain untuk mengevaluasi posisi perusahaan saat ini dibandingkan dengan pesaing dan pengguna akhir, serta menemukan

bagian

atau

atribut

apa

yang

membutuhkan

peningkatan.

Kemampuan memahami kepuasan pelanggan dan memenuhi harapan pelanggan dapat meningkatkan penjualan dan dapat meningkatkan loyalitas pelanggan (Rangkuti, 2003). a.

Indeks Kepuasan Cara paling sederhana untuk mewakili skor kepuasan pelanggan atau

konsumen terhadap suatu produk adalah dengan merata-ratakan semua skor kinerja tiap atribut produk tersebut. Kelemahan rata-rata ini adalah bahwa setiap atribut kinerja dianggap memiliki nilai atau bobot (tingkat kepentingan) yang sama. Sementara itu, dalam kenyataannya pelanggan sangat mungkin memberikan bobot yang berbeda untuk tiap kinerja atribut. Kelemahan rata-rata itu dapat

24

diatasi

dengan

menghitung

rata-rata

tertimbangnya,

yaitu

dengan

memperhitungkan bobotnya. Keunggulan dari indeks kepuasan yaitu perusahaan dapat mengetahui tingkat kepuasan secara keseluruhan dari atribut-atribut suatu produk. Perusahaan dapat mengetahui secara umum berada di rentang skala kriteria mana tingkat kepuasan konsumennya. Interpretasi nilai indeks kepuasan dapat dilihat pada Tabel 4. Nilai indeks kepuasaan biasanya dijadikan acuan untuk evaluasi kinerja suatu produk setiap periode. Dengan melihat nilai indeks kepuasan, suatu perusahaan dapat memantau bagaimana kinerja produk setelah diperbaiki.

Tabel 4. Interpretasi Nilai Indeks Kepuasan Rentang Skala Kriteria 0,00 – 0,34 Tidak Puas 0,35 – 0,50 Kurang Puas 0,51 – 0,65 Cukup Puas 0,66 – 0,80 Puas 0,81 – 1,00 Sangat Puas Sumber : Panduan Survey Kepuasan konsumen PT. SUCOFINDO dalam Taufik (2004)

Kelemahan indeks kepuasan yaitu nilai indeks kepuasan hanya dapat digunakan untuk mengetahui tingkat kepuasan secara keseluruhan dari kinerja suatu produk. Perusahaan tidak dapat membuat perumusan strategi yang tepat hanya dari nilai indeks kepuasan.

b.

Analisis Gap (Kesenjangan) Analisis kesenjangan dilakukan dengan membandingkan nilai kepentingan

dan kinerja tiap atribut sehingga diperoleh nilai selisih (kesenjangan). Jika nilai kinerja lebih kecil daripada nilai kepentingan berarti perusahaan tidak dapat

25

memuaskan konsumennya, dan sebaliknya. Semakin besar nilai kesenjangan manandakan konsumen semakin tidak puas. Hasil dari analisis kesenjangan dapat digunakan untuk menentukan prioritas perbaikan kualitas suatu produk. Atribut yang memiliki nilai kesenjangan paling besar perlu dijadikan prioritas utama dalam perbaikan kualitas produk. Keunggulan dari analisis kesenjangan yaitu analisis ini relatif mudah diaplikasikan dan hasil analisisnya dapat digunakan untuk melengkapi hasil analisis IPA. Kelemahan analisis kesenjangan adalah analisis ini hanya menunjukkan nilai kesenjangan antara nilai kepentingan dan kinerja produk menurut penilaian konsumen. Kita tidak dapat mengetahui atribut apa saja yang perlu dipertahankan dan atribut apa yang kinerjanya dianggap berlebihan oleh konsumen. c.

Importance Performance Analysis Analisis Importance-Performance adalah analisis yang membandingkan

antara tingkat kepentingan dan kinerja dari atribut suatu produk menggunakan gambar yang terdiri dari empat kuadran. Tingkat kepentingan suatu atribut dibuat pada sumbu horisontal dan tingkat kinerja suatu atribut pada sumbu vertikal. Keunggulan dari Importance-Performance Analysis yaitu dari hasil IPA perusahaan dapat membuat perumusan strategi yang tepat untuk memperbaiki kinerja produknya. Perusahaan memiliki sumber daya yang terbatas untuk menjalankan strategi pemasaran yang telah dirumuskan. Dari hasil IPA dapat diketahui perbaikan kinerja atribut apa saja yang perlu menjadi prioritas utama, prioritas rendah, atribut yang perlu dipertahankan, dan atribut yang kinerjanya dianggap berlebihan oleh konsumen.

26

d. Alat Analisis Lain yang Dapat Digunakan Alat analisis lain yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat kepuasan konsumen antara lain analisis diskriminan, benchmarking, analisis klaster, structural equation modeling, dan lain-lain. Analisis diskriminan pada prinsipnya bertujuan untuk mengelompokkan setiap objek atau lebih kelompok berdasar pada kriteria sejumlah variabel bebas. Pengelompokkan ini bersifat mutually exclusive, dalam artian jika objek A sudah masuk kelompok satu maka ia tidak mungkin juga dapat manjadi anggota kelompok kedua. Analisis kemudian dapat dikembangkan pada variabel mana saja yang membuat kelompok satu berbeda dengan kelompok kedua, berapa persen yang masuk kelompok satu dan berapa persen yang masuk kelompok kedua. Analisis diskriminan dapat digunakan untuk mengetahui atribut apa saja yang dapat digunakan untuk memprediksi pelanggan yang tergolong memiliki kepuasan menyeluruh yang tinggi dan yang rendah. Dalam analisis benchmarking, peneliti meminta pelanggan pesaing untuk melakukan penilaian terhadap atribut kepuasan dari produk yang diteliti dan produk pesaing. Peneliti juga meminta pelanggan produk yang diteliti untuk menilai atribut kepuasan dari produk yang diteliti dan produk pesaing. Jika keduanya dilakukan sekaligus, hasil yang diperoleh akan semakin lengkap. Data yang diperoleh mengenai produk yang diteliti maupun pesaing dapat dibandingkan untuk mengetahui kelemahan dan keunggulan produk yang diteliti. Analisis klaster digunakan untuk mengelompokkan seluruh konsumen berdasarkan atribut-atribut kepuasan. Hasil analisis klaster ini adalah kelompok-

27

kelompok konsumen. Hasil analisis klaster dapat dijadikan dasar untuk segmentasi dan perbaikan terhadap atribut kualitas yang sesuai. Analisis structural equation modeling (SEM) biasanya dilakukan dengan bantuan perangkat lunak LISREL (Linear Structural Relations) atau AMOS. Analisis ini merupakan gabungan antara analisis faktor (pengukuran) dan analisis jalur (persamaan). Dengan SEM peneliti dimungkinkan untuk melakukan prediksi atau hubungan timbal balik (resiprokal), tidak seperti pada analisis regresi maupun analisis jalur yang hanya dapat digunakan untuk memprediksi secara satu arah atau kausal.

3.1.4 Konsep Pendapatan Usahatani Pendapatan usahatani adalah selisih penerimaan dengan biaya yang dikeluarkan pada suatu periode produksi. Tujuan utama pada analisis pendapatan adalah menggambarkan keadaan sekarang dari suatu kegiatan usaha dan menggambarkan keadaan yang akan datang dari perencanaan atau tindakan (Soeharjo dan Patong, 1973). Dalam melakukan analisis pendapatan usahatani diperlukan dua data, yaitu keadaan penerimaan dan keadaan pengeluaran selama jangka waktu tertentu. Menurut Soeharjo dan Patong (1973), penerimaan usahatani adalah total nilai produk yang dihasilkan, yaitu hasil kali dari jumlah fisik output dengan harga yang terjadi. Penerimaan usahatani berwujud tiga hal, yaitu : (1) hasil penjualan produk yang akan dijual, (2) produk yang dikonsumsi pengusaha dan keluarganya selama melakukan kegiatan, (3) kenaikan nilai benda-benda inventaris yang dimiliki petani.

28

Pengeluaran atau biaya usahatani adalah semua pengorbanan sumberdaya ekonomi dalam satuan uang yang diperlukan untuk menghasilkan suatu produk dalam satu periode produksi. Biaya usahatani terdiri dari biaya tunai dan biaya tidak tunai atau biaya yang diperhitungkan. Biaya tunai adalah biaya yang dibayar dengan uang tunai, seperti biaya pembelian sarana produksi dan sewa tenaga kerja. Biaya tunai merupakan suatu cara untuk melihat seberapa besar likuiditas tunai yang dibutuhkan petani untuk menjalankan kegiatan usahataninya. Sedangkan biaya tidak tunai atau biaya yang diperhitungkan digunakan untuk menghitung berapa sebenarnya pendapatan kerja petani jikaa bunga modal dan nilai kerja keluarga diperhitungkan. Penyusutan alat juga dikategorikan sebagai biaya yang diperhitungkan. Penyusutan terjadi karena pengaruh lamanya penggunaan sehingga pada suatu saat alat tersebut tidak dapat digunakan lagi. Biaya usahatani secara umum meliputi biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variable cost). Biaya tetap adalah biaya usahatani yang tidak bergantung pada besarnya produksi, misalnya pajak tanah, bunga pinjaman, sewa tanah, penyusutan alat dan bangunan, dan lain-lain. Biaya variabel adalah biaya yang digunakan untuk produk tertentu dan jumlahnya berubah-ubah kira-kira sebanding dengan besarnya produksi produk tersebut. Biaya variabel berkaitan langsung dengan proses produksi, misalnya pengeluaran untuk pengadaan bibit, pupuk, obat-obatan, dan tenaga kerja luar keluarga (Soekartawi dkk, 1984). Pendapatan usahatani dapat dibedakan menjadi pendapatan tunai dan pendapatan total. Pendapatan tunai adalah selisih total penerimaan dengan semua pengeluaran dalam bentuk tunai. Pendapatan total adalah selisih antara total

29

penerimaan dengan semua biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi (biaya tunai dan biaya tidak tunai). Selain diukur dengan nilai mutlak, pendapatan dapat pula diukur nilai efisiensinya. Salah satu alat untuk mengukur efisiensi pendapatan tersebut adalah penerimaan untuk setiap biaya yang dikeluarkan atau imbangan penerimaan dengan biaya (rasio R/C). Perbandingan ini menunjukkan besarnya penerimaan (R) yang diperoleh untuk setiap satuan biaya yang dikeluarkan.

3.2

Kerangka Pemikiran Operasional Indonesia memiliki prospek yang cerah dalam sektor pertanian. Hal ini

ditunjukkan dengan besarnya kontribusi PDB sektor pertanian yang merupakan kontribusi terbesar kedua setelah sektor industri pengolahan. Namun, dalam pergerakan sektor riil pertumbuhan sektor pertanian terendah dibandingkan dengan sektor yang lainnya. Selain itu, sektor pertanian mengalami hambatan dengan adanya kesenjangan ekonomi yang cukup tinggi diantara pengusaha/petani kecil dengan pengusaha besar dan konglomerasi. Di satu sisi, pemerintah berkehendak untuk meningkatkan ekonomi pengusaha kecil namun di sisi lain pada kenyataannya struktur ekonomi pertanian Indonesia sebagian besar berada pada pengusaha besar dan konglomerasi, sehingga usaha peningkatan ekonomi pertanian memiliki dampak yang tidak signifikan terhadap pengusaha kecil. Untuk

menyelesaikan

permasalahan

tersebut,

pemerintah

telah

mengeluarkan kebijakan dalam rangka meningkatkan usaha pertanian. Salah satu kebijakan tersebut adalah program pengembangan kemitraan. Melalui kemitraan

30

diharapkan agar pendapatan usahatani dapat meningkat. Kemitraan biasanya dilakukan oleh sebuah perusahaan atau lembaga lain sebagai perusahaan mitra dengan sekelompok petani sebagai petani mitra. Bagi perusahaan mitra, kemitraan berguna untuk memenuhi kebutuhan akan kontinuitas produksi yang berorientasi pada profit atau untuk kegiatan sosial yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan petani. Sedangkan bagi petani mitra, kemitraan berguna untuk memperoleh modal atau biaya garap, meningkatkan teknologi budidaya, dan untuk memperoleh jaminan pemasaran hasil panen. Namun demikian, pelaksanaan kemitraan dinilai masih memiliki banyak kelemahan dan kekurangan. Salah satu usaha kemitraan yang dilakukan di Indonesia adalah kemitraan yang dilakukan oleh Pemuda Tani Indonesia (PTI) yang berada dibawah naungan organisasi Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI). Pada tahun 2007, PTI melaksanakan program kemitraan dengan petani sayuran bayam dan kangkung di Kelurahan Sukatani Kecamatan Cimangis Kota Depok Jawa Barat. Kemitraan tersebut merupakan program kemitraan pertama yang dilakukan oleh PTI. Pemuda Tani Indonesia (PTI) adalah suatu lembaga resmi yang berdiri di bawah naungan Lembaga Swadaya Masyarakat

Himpunan Kerukunan Tani

Indonesia (LSM HKTI). Dalam hal ini, PTI merupakan pelaksana teknis berjalannya kemitraan di Kelurahan Sukatani. Kemitraan yang dilakukan merupakan program sosial PTI untuk meningkatkan kesejahteraan petani. PTI sebagai perusahaan mitra merekrut petani sayuran di sekitar Kelurahan Sukatani melalui kelompok tani bernama Sukatani Makmur. PTI memanfaatkan lahan dengan status hak guna pakai kepada pemilik lahan yang potensial untuk dijadikan lahan pertanian untuk selanjutnya diserahkan kepada kelompok tani untuk

31

digarap. Lahan potensial yang ditargetkan oleh perusahaan adalah seluas 25 ha. Pada tahap awal ini perusahaan mengolah lahan seluas 5 ha dengan harapan dalam jangka waktu kurang lebih tiga tahun seluruh lahan potensial tersebut dapat dimanfaatkan. Untuk memulai budidaya sayuran, PTI memberikan pinjaman biaya garap maksimal Rp 800.000 setiap petani. Selain itu, PTI menyediakan toko tani sarana produksi pertanian yang khusus disediakan untuk petani mitra. Setiap bulan petani memanen hasil tanamnya dan pada saat yang sama petani mitra berkewajiban untuk membayar cicilan pinjaman biaya garap yang telah diberikan oleh PTI. Batas waktu pembayaran cicilan pinjaman biaya garap adalah selama 5 bulan. Hasil panen dijual oleh petani sendiri kepada pelanggannya masing-masing. Keuntungan penjualan dibagikan setiap bulan secara adil sesuai dengan kesepakatan awal dengan menggunakan sistem bagi hasil. Besar bagi hasil yang harus dibayarkan kepada PTI setiap bulannya adalah sebesar lima persen dari besar biaya garap yang telah dipinjam, yaitu sebesar Rp 40.000/bulan. Untuk meningkatkan kualitas budidaya petani mitra, PTI melakukan pelatihan yang dilaksanakan pada saat pertemuan rutin bulanan sesuai dengan keperluan petani mitra. Pada awal pelaksanaan, proses kemitraan berjalan dengan baik dan lancar, namun menjelang tahap akhir semester pertama mulai terlihat berbagai kendala. Perusahaan mitra belum bisa meningkatkan luas areal lahan untuk dimanfaatkan. Hal ini terjadi karena pada 5 ha lahan awal pun belum tergarap semuanya. Perusahaan mitra merasakan adanya kekurangan dalam pelaksanaan kemitraan ini. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya kesepakatan-kesepakatan teknis yang tidak

32

dijalankan dengan baik oleh petani, salah satunya adalah seringnya terjadi kredit macet. Menanggapi permasalahan tersebut, perusahaan mitra telah berulang kali mengadakan rapat pertemuan besar untuk mengevaluasi dan memperbaiki permasalahan yang terjadi, namun tetap saja permasalahan tersebut tidak berakhir. Setelah mengadakan evaluasi intern perusahaan, PTI menduga bahwa penyebab banyaknya kesepakatan yang tidak dipatuhi serta tidak terbukanya petani kepada manajemen adalah ketidakpuasan petani terhadap pelaksanaan kemitraan yang dirasakan masih baru dalam pengalaman usaha petani. Untuk menganalisis permasalahan tersebut dirumuskan sebuah penelitian untuk mengetahui pelaksanaan kemitraan yang telah berlangsung, mengetahui tingkat kepuasan petani mitra terhadap pelaksanaan kemitraan PTI serta untuk mengetahui pengaruh pelaksanaan kemitraan terhadap pendapatan usahatani petani mitra. Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis data yaitu data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil pengamatan langsung (observasi), dan wawancara. Data sekunder diperoleh dari dari arsiparsip PTI, Badan Pusat Statistik (BPS), Kelurahan Sukatani, dan pihak terkait serta berbagai literatur kepustakaan yang relevan. Berdasarkan kontrak perjanjian, kondisi di lapangan, dan hasil diskusi dengan pihak PTI, ditentukan atribut-atribut yang secara langsung berpengaruh kepada pelaksanaan kemitraan, yaitu atribut kualitas benih yang diberikan, keragaman penyediaan sarana produksi, harga sarana produksi yang dijual, bantuan biaya garap, ketepatan waktu pemberian biaya garap, lahan yang digarap,

33

pembagian penguasaan lahan, sistem pengairan, respon terhadap segala keluhan, sistem bagi hasil, dan pola pemasaran jual sendiri. Alat analisis yang dapat digunakan untuk penelitian tersebut adalah alat analisis deskriptif untuk mengetahui gambaran pelaksanaan kemitraan yang telah berjalan , alat analisis tingkat kesesuaian atribut, Importance Performance Analysis, analisis gap, serta indeks kepuasan konsumen untuk mengetahui tingkat kepuasan petani serta alat analisis pendapatan usahatani untuk mengetahui pengaruh kemitraan terhadap pendapatan usahatani. Pengaruh kemitraan terhadap pendapatan usahatani petani mitra dapat diketahui dengan membandingkan pendapatan usahatani sebelum dengan setelah kemitraan berlangsung. Tingkat kepuasan petani mitra terhadap pelaksanaan kemitraan dan pendapatan usahatani dapat dijadikan sebagai indikator keberhasilan dari suatu kemitraan. Dengan adanya kajian teknis pelaksanaan kemitraan, diharapkan dapat menjadi masukan bagi perbaikan kemitraan dan sebagai bahan evaluasi dari kemitraan yang telah berjalan. Ringkasan mengenai alur pemikiran operasional ini disajikan pada Gambar 2.

34

Kontribusi PDB sektor pertanian yang besar merupakan sebuah potensi

1. 2.

Pertumbuhan sektor pertanian terendah diantara sektor lainnya Kesenjangan ekonomi antara pengusaha besar dan konglomerasi dengan pengusaha kecil Pelaksanaan Kemitraan Pemuda Tani Indonesia HKTI

Permasalahan pada petani mitra : 1. Tidak terbukanya petani dalam menyampaikan keluhannya kepada PTI 2. Terjadinya kredit macet

Analisis pendapatan usahatani

Sebelum kemitraan

Setelah kemitraan

Pelaksanaan konsep kemitraan belum terlaksana sepenuhnya, sehingga beberapa pelayanan yang seharusnya diberikan belum terlaksana dengan optimal

Analisis tingkat kepuasan pada atribut : 1. Kualitas benih yang diberikan 2. Keragaman penyediaan sarana produksi 3. Harga sarana produksi yang dijual 4. Bantuan biaya garap 5. Ketepatan waktu pemberian biaya garap 6. Lahan yang digarap 7. Pembagian penguasaan lahan 8. Sistem pengairan 9. Respon terhadap segala keluhan 10. Sistem bagi hasil 11. Pola pemasaran jual sendiri

Evaluasi pelaksanaan kemitraan : 1. Realisasi Hak dan Kewajiban 2. Kendala-Kendala

Analisis kesesuaian atribut Importance Performance Analysis Analisis gap Indeks kepuasan petani

Analisis deskriptif

Upaya meningkatkan kualitas kemitraan

Gambar 2. Kerangka Pemikiran Operasional Penelitian.

BAB IV. METODOLOGI PENELITIAN

4.1

Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kelurahan Sukatani Kecamatan Cimanggis, Depok

Jawa Barat pada bulan Juni sampai dengan Oktober 2007. Kelurahan Sukatani dipilih menjadi tempat penelitian karena tempat tersebut merupakan satu-satunya tempat pelaksanaan kemitraan PTI sebagai program percontohan.

4.2

Metode Pengumpulan Data

4.2.1

Data primer Data primer diperoleh dari hasil wawancara langsung dengan pihak

manajemen dan petani pada kelompok tani Sukatani Makmur. Pihak manajemen yang diwawancarai adalah pimpinan PTI sebagai pemegang kebijakan utama dalam pelaksanaan kemitraan, serta penanggungjawab lapangan sebagai pihak manajemen yang mengalami permasalahan teknis secara langsung di lapangan. Petani sayuran yang dijadikan responden adalah seluruh petani yang terlibat dan menjadi petani mitra di dalamnya paling tidak selama dua kali musim panen (dua bulan), baik yang masih aktif ataupun yang telah keluar dari kemitraan. Jumlah petani sayuran yang memenuhi kualifikasi di atas adalah sebanyak 18 orang. Petani yang berada di sekitar Sukatani berjumlah 120 orang, namun yang terdaftar di dalam kemitraan hanyaa 18 orang. Petani mitra tersebut merupakan percontohan tahap awal kemitraan PTI. Teknik penarikan dan penentuan responden dilakukan dengan sensus karena seluruh petani mitra menjadi responden. Selain itu, data didapatkan dari

36

hasil pengamatan di lapangan dengan mengikuti perjalanan budidaya petani serta pada saat rapat evaluasi dan koordinasi bulanan berlangsung. Sebagai pedoman pengambilan data dan sebagai fokus pembahasan utama penelitian, ditentukan atribut-atribut yang secara langsung berpengaruh kepada pelaksanaan kemitraan. Atribut-atribut tersebut diperoleh berdasarkan isi kontrak perjanjian kemitraan dan kondisi yang terjadi di lapangan. Sebelum atribut-atribut tersebut ditetapkan, atribut-atribut tersebut didiskusikan dengan pihak PTI untuk menyempurnakan hasil penelitian. Atribut-atribut tersebut ditunjukkan pada Tabel 5.

Tabel 5. Atribut Kepuasan Petani Mitra terhadap Pelaksanaan Kemitraan No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

4.2.2

Atribut Kepuasan Kualitas Benih yang Diberikan Keragaman Penyediaan Sarana Produksi Harga Sarana Produksi yang Dijual Bantuan Biaya Garap Ketepatan Waktu Pemberian Biaya Garap Lahan yang Digarap Pembagian Penguasaan Lahan Sistem Pengairan Respon Terhadap Segala Keluhan Sistem Bagi Hasil Pola Pemasaran Jual Sendiri

Dimensi Kualitas Jasa Bukti Langsung (Tangible) Bukti Langsung (Tangible) Bukti Langsung (Tangible) Bukti Langsung (Tangible) Ketanggapan (Responsiveness) Bukti Langsung (Tangible) Bukti Langsung (Tangible) Bukti Langsung (Tangible) Ketanggapan (Responsiveness) Keandalan (Realibility) Keandalan (Realibility)

Data sekunder Data sekunder yang digunakan adalah berupa berita acara rutin dan hasil

rapat evaluasi manajemen serta dokumen-dokumen organisasi lain sebagai bahan penunjang yang relevan dengan penelitian. Data sekunder lain adalah data geografis, kependudukan, dan ekonomi Kelurahan Sukatani yang diperoleh dari pemerintah bersangkutan. Data sekunder ini digunakan untuk mendukung data primer yang telah didapatkan dalam melaksanakan penelitian.

37

4.3

Metode Pengolahan Data Untuk dapat mengetahui data-data yang dibutuhkan sesuai dengan butir-

butir rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, maka digunakan metode penelitian kualitatif dan kuantitatif. Menurut Sugiyono (2006), metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang sering digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah (sebagai lawannya eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci Teknik pengumpulan data dilakukan secara trigulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan pada makna daripada generalisasi. Metode penelitian kualitatif digunakan untuk memperoleh informasi yang lengkap dan mendalam sehingga diharapkan tujuan dari penelitian akan tercapai. Sedangkan metode penelitian kuantitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk mengamati suatu realitas yang dianggap konkrit, sehingga peneliti dapat menentukan hanya beberapa variabel saja dari obyek yang diteliti, dan kemudian dapat membuat instrumen untuk mengukurnya. Metode kuantitatif ini digunakan untuk mengukur tingkat kepuasan petani terhadap pelaksanaan kemitraan secara terukur melalui metode analisis tingkat kesesuaian atribut, IPA, analisis gap (kesenjangan), dan indeks kepuasan petani.

4.4

Metode Analisis Data Data yang diperoleh dari penelitian ini dianalisis secara deskriptif,

kualitatif, dan kuantitatif (Tabel 6). Alat analisis digunakan untuk menjawab tujuan dan perumusan masalah.

38

4.4.1

Analisis Deskriptif Statistika deskriptif adalah metode-metode yang berkaitan dengan

pengumpulan dan penyajian suatu gugus data sehingga memberikan informasi yang berguna (Walpole, 1995).

Tabel 6. Daftar Alat Analisis dan Tujuan Penggunaan Alat Analisis Deskriptif Tingkat Kesesuaian Atribut Analisis Importance-Performance Analisis Gap/Kesenjangan Analisis Indeks Kepuasan Pelanggan Analisis Pendapatan Usahatani Analisis Imbangan Penerimaan dan Biaya (Rasio R/C)

Tujuan Penggunaan Menggambarkan pelaksanaan kemitraan Menganalisis tingkat kesesuaian atribut dalam persentase setiap atribut Menganalisis kinerja atribut pelaksanaan kemitraan berdasarkan penilaian petani Menganalisis nilai kesenjangan atau gap antara tingkat harapan dan kenyataan yang terjadi Menganalisis tingkat kepuasan petani secara menyeluruh Menganalisis tingkat pendapatan usahatani sayuran sebelum bermitra dan sesudah menjadi petani mitra Menganalisis rasio penerimaan dan biaya untuk mengetahui tingkat keuntungan relatif kegiatan usahatani

Statistika deskriptif memberikan informasi mengenai sekumpulan data dan mendapatkan gagasan untuk keperluan analisis selanjutnya. Analisis deskriptif meliputi upaya penelusuran dan pengungkapan informasi yang relevan yang terkandung dalam data dan penyajian hasilnya dalam bentuk yang lebih ringkas dan sederhana, yang pada akhirnya mengarah pada keperluan adanya penjelasan.

4.4.2

Skala Likert Skala likert digunakan untuk mengetahui kualitas pelayanan pada PTI

dengan melihat tingkat kesesuaian pelayanan yang diberikan dengan kualitas pelayanan yang diinginkan oleh petani mitra. Responden diminta memilih salah satu dari sejumlah kategori jawaban atas pertanyaan-pertanyaan atau variabel yang diamati.

39

Untuk mengukur tingkat kualitas pelayanan PTI yang menyangkut harapan petani mitra, digunakan skala likert berikut (Supranto, 2001): 1 = Tidak Penting 2 = Kurang Penting

3 = Cukup Penting 4 = Penting

5 = Sangat Penting

Skala likert juga digunakan untuk mengukur tingkat pelaksanaan/kinerja pelayanan PTI (Supranto, 2001): 1 = Tidak Baik/Puas 2 = Kurang Baik /Puas

3 = Cukup Baik/Puas 4 = Baik/Puas

5 = Sangat Baik/Puas

Skala yang digunakan untuk menghasilkan indeks kepuasan pelanggan biasanya menggunakan skala 4,5,6,7, atau 10. Kriteria pertama dari skala yang baik adalah sensitivitas. Oleh karena itu, skala kurang dari 4, biasanya jarang digunakan karena kurang sensitif atau kurang mampu membedakan tingkat kepuasan dari pelanggan. Kriteria kedua adalah tingkat reabilitas. Dalam hal ini, banyak studi menunjukkan bahwa skala 5 dan 7 seringkali memiliki tingkat reabilitas yang cukup tinggi sehingga skala 5 dan 7 relatif lebih favorit dalam pengukuran kepuasan pelanggan dan yang paling sering digunakan oleh lembagalembaga riset terkemuka. Skala 4 dan 6 biasanya disukai untuk peneliti kepuasan pelanggan dengan panel mails sebagai cara untuk mengumpulkan data. Skala ini tidak memiliki nilai tengah yang bertujuan untuk menghindari kecenderungan responden dengan langsung memilih skor tengah dari skala yang digunakan. Beberapa model pengukuran kepuasan menggunakan skala 10. Pada skala ini, setiap skala tidak diberikan nama, namun hanya pada kedua ujung polarnya saja. Kelebihan dari

40

skala ini adalah tingkat sensitifitasnya tinggi, tetapi responden yang berpendidikan tidak tinggi akan kesulitan dalam menentukan pilihan jawaban (Irawan, 2004).

4.4.3

Analisis Kesesuaian Atribut Analisis ini digunakan untuk menghitung tingkat kesesuaian tingkat

kepentingan

dengan

kinerja

kemitraan

(Rangkuti,

2003).

Analisis

ini

membandingkan antara skor total tingkat kinerja dengan skor total tingkat kepentingan. Atribut dapat dikatakan sesuai jika nilai kesesuaian yang dihasilkan lebih/sama dengan 100 persen. Sebaliknya, jika nilai kesesuaian yang dihasilkan kurang dari 100 persen, maka atribut tersebut tidak memuaskan bagi petani mitra. Rumus yang digunakan adalah :

Nilai Kinerja Total Skor Atribut Nilai Kesesuaian Atribut =

x 100 % Nilai Kepentingan Total Skor Atribut

4.4.4

Importance Performance Analysis Analisis ini mengaitkan antara tingkat kepentingan (importance) suatu

atribut yang dimiliki obyek tertentu dengan kenyataan (performance) yang dirasakan oleh petani mitra (Rangkuti, 2003). Metode Importance-Performance Analysis dilakukan melalui tahap-tahap berikut: a.

Berdasarkan hasil penelitian tingkat kepentingan dan kinerja, maka akan dihasilkan suatu perhitungan mengenai tingkat kesesuaian antara tingkat kepentingan dan tingkat kinerja pelaksanaan program. Adapun rumus yang digunakan adalah :

41

Tki =

Xi

x 100 %

Yi Keterangan : Tki = Tingkat kesesuaian responden Xi = Skor penilaian tingkat pelaksanaan Yi = Skor penilaian kepentingan petani b.

Pada penggunaan diagram kartesius, sumbu mendatar ( X ) akan diisi oleh skor tingkat pelaksanaan atau kinerja (performance), sedangkan sumbu tegak ( Y ) akan diisi oleh skor tingkat kepentingan (importance). Rumus untuk setiap faktor tersebut, yaitu :

Xi =

∑xi

∑yi

Yi =

n

n

Keterangan : Xi = Skor rata-rata tingkat pelaksanaan/kinerja Yi = Skor rata-rata tingkat kepentingan n = Jumlah responden c.

Diagram kartesius digunakan dalam penjabaran atribut-atribut tingkat kesesuaian kepentingan dan kinerja terhadap kualitas pelaksanaan program. Diagram kartesius merupakan suatu bagan yang dibagi menjadi empat bagian dan dibatasi oleh dua buah garis yang berpotongan tegak lurus pada titik-titik ( X , Y ), titik-titik tersebut diperoleh dari rumus :

X =

∑ni=1 Xi k

Y =

∑ni=1 Yi k

Keterangan : X = Skor rata-rata dari rata-rata tingkat pelaksanaan/kinerja seluruh atribut pelaksanaan kemitraan

42

Y = Skor rata-rata dari rata-rata tingkat kepentingan seluruh atribut pelaksanaan kemitraan k = Banyaknya atribut yang dapat mempengaruhi kepuasan petani Matriks importance-performance terdiri dari empat kuadran : kuadran pertama terletak di sebelah kiri atas, kuadran kedua di sebelah kanan atas, kuadran ketiga di sebelah kiri bawah, dan kuadran keempat di sebelah kanan bawah. Gambar matriks tersebut terdapat dalam Gambar 3. a.

Kuadran A (Prioritas Utama) Wilayah ini memuat faktor-faktor yang dianggap penting oleh petani tetapi

kenyataannya faktor-faktor yang berada pada kuadran ini belum sesuai seperti yang diharapkan (tingkat kepuasan masih rendah). Atribut-atribut yang masuk dalam kuadran ini harus diperbaiki dan ditingkatkan. Tinggi

Kuadran A Prioritas Utama

Kuadran B Pertahankan Prestasi

Kuadran C Prioritas Rendah

Kuadran D Berlebihan

Kepentingan

Rendah

Kualitas Pelaksanaan

Tinggi

Gambar 3. Importance Performance Analysis. Sumber : Rangkuti, 2003

Kuadran B (Pertahankan Prestasi) Wilayah ini memuat faktor-faktor yang dianggap penting oleh petani. Faktor-faktor yang dianggap oleh mereka sudah sesuai dengan yang dirasakannya

43

sehingga tingkat kepuasannya relatif lebih tinggi. Atribut-atribut yang termasuk dalam kuadran ini harus tetap dipertahankan karena semua variabel ini menjadikan kualitas pelaksanaan kemitraan dirasakan baik oleh petani. Kuadran C (Prioritas Rendah) Wilayah ini memuat faktor-faktor yang dianggap kurang penting oleh petani dan pada kenyataannya kinerjanya tidak terlalu istimewa. Peningkatan atribut-atribut yang termasuk dalam kuadran ini dapat dipertimbangkan kembali karena pengaruhnya terhadap manfaat yang dirasakan oleh petani sangat kecil.

Kuadran D (Berlebihan) Wilayah ini memuat faktor-faktor yang dianggap kurang penting oleh petani dan dirasakan terlalu berlebihan. Atribut-atribut yang termasuk dalam kuadran ini dapat dikurangi agar pelaksanaan program dapat menghemat biaya.

4.4.5

Analisis Gap/Kesenjangan Nilai kesenjangan dapat dihitung dengan rumus : Nilai Kesenjangan = Nilai Kinerja - Nilai harapan (Kepentingan) Nilai kenyataan – tingkat harapan ini diperoleh dengan menggunakan

skala likert 1-5. Realitas – tingkat harapan dikategorikan menjadi : sangat memuaskan/melebihi

harapan,

memuaskan/memenuhi

harapan,

cukup

memuaskan/cukup memenuhi harapan, kurang memuaskan/kurang memenuhi harapan, dan tidak memuaskan/tidak memenuhi harapan dengan skor/nilai sebagai berikut :

44

a. Skor 5 untuk jawaban sangat memuaskan/melebihi harapan b. Skor 4 untuk jawaban memuaskan/memenuhi harapan c. Skor 3 untuk jawaban cukup memuaskan/cukup memenuhi harapan d. Skor 2 untuk jawaban kurang memuaskan/kurang memenuhi harapan e. Skor 1 untuk jawaban tidak memuaskan/tidak memenuhi harapan Nilai harapan dapat dibentuk dari pengalaman masa lalu, komentar, atau saran relasi, informasi dari perusahaan maupun perusahaan pesaing sejenis (Tjiptono dalam Fitriya 2005). Nilai persepsi merupakan nilai rata-rata dari persepsi seluruh responden pada setiap atribut, sedangkan nilai harapan petani merupakan nilai rata-rata harapan seluruh responden. 1.

Nilai harapan = nilai persepsi dapat dikatakan bahwa petani puas

2.

Nilai harapan < nilai persepsi maka petani sangat puas

3.

Nilai harapan > nilai persepsi maka petani tidak puas

4.4.6

Indeks Kepuasan Petani Indeks kepuasan petani digunakan untuk menentukan tingkat kepuasan

petani secara menyeluruh dengan pendekatan yang mempertimbangkan tingkat kepentingan dari atribut-atribut kualitas pelaksanaan program yang diukur. Metode pengukuran indeks kepuasan ini meliputi tahap-tahap berikut (Stafford dalam Amalia, 2005): 1.

Menghitung faktor tertimbang (weighting factors), yaitu mengubah skor kepentingan rata-rata (importance score) menjadi angka persentase, sehingga didapatkan total weighting factors 100 persen.

45

2.

Menghitung weighted score, yaitu nilai perkalian antar nilai kepuasan (satisfaction score) dengan weighting factor.

3.

Menghitung weighted average, yaitu menjumlahkan weighted score dari semua atribut kualitas produk.

4.

Menghitung satisfaction index (indeks kepuasan), yaitu weighted average dibagi skala maksimal yang digunakan (dalam penelitian ini skala maksimal adalah 5), kemudian dikali 100 persen. Adapun pedoman dalam melakukan interpretasi angka kepuasan petani

adalah seperti yang terlihat pada Tabel 4.

4.4.7

Analisis Usahatani Manfaat adanya kemitraan bagi petani dilihat dari sisi pendapatan dapat

dianalisis dari perbandingan tingkat pendapatan usahatani serta imbangan penerimaan dan biaya usahatani petani mitra sebelum dan setelah bermitra (Soekartawi dkk, 1984). Analisis pendapatan usahatani dan imbangan penerimaan dilakukan atas biaya tunai dan total.

4.4.7.1 Analisis Pendapatan Usahatani Pendapatan usahatani diperoleh dari penerimaan dikurangi dengan pengeluaran usahatani selama periode usahatani berlangsung. Penerimaan merupakan hasil kali dari total nilai produk dengan harga jual produk. Pengeluaran merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk usahataninya. Biaya terbagi menjadi biaya tunai dan biaya tidak tunai. Biaya total merupakan penjumlahan dari keduanya.

46

Biaya tunai terdiri atas pembelian benih bayam dan kangkung, pupuk, obat-obatan, peralatan, dan tenaga kerja dari luar keluarga. Sedangkan biaya tidak tunai terdiri atas biaya penyusutan alat dan tenaga kerja dari dalam keluarga. Perhitungan penyusutan dengan menggunakan metode garis lurus dengan memperhitungkan nilai sisa dari barang yang dipakai: harga pembelian – nilai sisa Penyusutan = umur pemakaian Biaya tenaga kerja dalam keluarga dihitung berdasarkan tingkat upah yang berlaku saat tenaga keluarga dipakai. Pendapatan secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut : π = Px . X – (Bt + Bd) Dimana : π Px X Bt Bd

= Pendapatan (Rp) = Harga jual bayam dan kangkung (Rp/ikat) = Jumlah bayam dan kangkung yang dijual (ikat) = Total biaya tunai yang dikeluarkan oleh petani (Rp) = Total biaya tidak tunai atau biaya yang diperhitungkan (Rp)

4.4.7.2 Analisis Imbangan Penerimaan dan Biaya (Rasio R/C) Rasio penerimaan dan biaya ini menunjukkan besarnya penerimaan yang diperoleh dari setiap biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan usahatani. Analisis rasio ini dapat digunakan untuk mengetahui tingkat keuntungan relatif kegiatan usahatani. Rasio R/C dapat dituliskan secara matematis sebagai berikut:

Rasio R/C =

PX . X Bt + Bd

47

Apabila R/C > 1, maka penerimaan yang diperoleh lebih besar dari tiap unit biaya yang dikeluarkan, hal ini berarti usahataani yang dilaksanakan menguntungkan. Apabila R/C < 1, maka penerimaan yang diperoleh lebih kecil dari tiap unit biaya yang dikeluarkan yang berarti usahatani yaang dilaksanakan tidak menguntungkan.

4.5 Definisi Operasional 1.

Kualitas benih yang diberikan adalah mutu benih yang diberikan oleh PTI kepada petani mitra.

2.

Keragaman penyediaan sarana produksi adalah banyaknya jenis sarana produksi seperti pupuk, benih, alat-alat tani, dan lain-lain yang dijual oleh PTI di toko tani PTI.

3.

Harga sarana produksi yang dijual adalah tingkat harga sarana produksi yang dijual PTI di toko tani PTI.

4.

Bantuan biaya garap adalah pinjaman dana yang diberikan PTI kepada petani mitra untuk mengolah lahan.

5.

Ketepatan waktu pemberian biaya garap adalah ketepatan datangnya biaya garap yang dibutuhkan oleh petani sesuai dengan jadwal yang telah disepakati.

6.

Lahan yang digarap adalah kualitas lahan sayuran yang disediakan oleh PTI untuk ditanam.

7.

Pembagian penguasaan lahan adalah pembagian luas lahan yang dilakukan oleh PTI kepada seluruh petani mitra.

48

8.

Sistem pengairan adalah sistem irigasi yang dibuat oleh PTI untuk menunjang usahatani petani mitra.

9.

Respon terhadap segala keluhan adalah ketanggapan PTI akan segala keluhan yang dialami petani mitra.

10.

Sistem bagi hasil adalah mekanisme bagi hasil dengan sistem bagi hasil yang

menggunakan

sistem

pembayaran

dalam

bentuk

persentase

pengelolaan sebesar 40.000,- setiap bulannya. 11.

Pola pemasaran jual sendiri adalah pola pasca panen yang memberikan keleluasaan kepada petani untuk menjual hasil panen kepada pihak manapun.

BAB V. GAMBARAN UMUM DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN

5.1

Gambaran Umum Daerah Penelitian Sukatani adalah sebuah kelurahan yang terletak di Kecamatan Cimanggis

Kota Depok. Sukatani adalah tempat yang sebagian besar wilayahnya terdiri dari perumahan. Hanya sebagian kecil saja yang masih menjadi wilayah rumah warga dan wilayah pertanian. Di daerah ini terdapat lebih dari 25 ha lahan kritis. Pada lahan kritis yang belum termanfaatkan inilah seringkali warga menjadikan tempat itu sebagai tempat bercocok tanam.

5.1.1

Letak Geografis dan Kependudukan Sukatani terletak di Kecamatan Cimanggis Depok Jawa Barat bagian

timur. Batas wilayah sebelah utara adalah Kelurahan Harjamukti, sebelah timur Kelurahan Cimatis Bekasi dan Kelurahan Tapos, batas wilayah sebelah selatan adalah Kelurahan Sukamaju Baru, dan sebelah barat dibatasi oleh Kelurahan Curug. Luas daerah Kelurahan Sukatani adalah 508 ha yang terdiri dari 107 ha sebagai perumahan dan lahan tak terpakai, 0,2 ha perusahaan, 0,5 ha pertanian, 10,5 ha sarana olah raga, 15 ha sarana ibadah, dan sisanya merupakan sarana umum, jalan umum dan sarana umum lainnya. Sukatani merupakan wilayah pengembangan pemukiman yang masih memungkinkan menjalankan usaha di sektor pertanian. Jumlah penduduk yang bermukim di Kelurahan Sukatani sebanyak 41.025 jiwa yang terdiri dari 19.408 orang laki-laki dan 19.372 orang perempuan. Berdasarkan usia kerja, penduduknya terdiri dari 7.233 orang yang berusia antara 19-25 tahun, 11.886

50

orang usia 26-45 tahun, dan 3.067 orang usia 46-59 tahun. Rata-rata tingkat pendidikan penduduk adalah 12 tahun yang sebagian besar berada pada tingkat pendidikan SD/MI (3.267 orang). Berdasarkan jenis pekerjaan, penduduk Sukatani sebagian besar berprofesi sebagai pegawai swasta (9.795 orang) dan penduduk yang berprofesi sebagai petani termasuk profesi minoritas (120 orang). Tempat pelaksanaan kemitraan ini tepatnya berada di Kampung Ciherang yang berdasarkan status ekonomi termasuk ke dalam daerah yang tingkat ekonominya lemah.

5.1.2

Pertanian di Lokasi Penelitian Pertanian di Sukatani merupakan sektor usaha yang tidak terlalu

diperhitungkan di Kecamatan Cimanggis, namun menjadi perhatian khusus di Kelurahan Sukatani. Lahan pertanian dan petaninya sedikit, namun sektor pertanian ini menjadi andalan pemerintah untuk memanfaatkan lahan kritis yang masih banyak terdapat di Kelurahan Sukatani. Salah satu instansi pelaksana program pemanfaatan lahan kritis ini adalah Pemuda Tani Indonesia (PTI) yang melakukan kemitraan dengan petani sayuran di Kelurahan Sukatani. Lahan optimal yang dimanfaatkan mencapai 25 ha. Tanaman yang ditanam petani sebagian besar adalah sayuran bayam dan kangkung. Selebihnya lahan hanya ditanami tanaman tambahan untuk memenuhi keperluan rumah tangga masing-masing. Selain bercocok tanam sayuran, pertanian yang dilakukan di Kelurahan Sukatani adalah subsektor peternakan.

51

5.1.3

Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana yang tersedia di Kelurahan Sukatani ini sebagian

besar diperuntukkan bagi pemukiman seperti sarana olahraga, perumahan, tempat ibadah, tempat pendidikan, pasar, posyandu, puskesmas, dan sebagainya. Pertanian di Kelurahan Sukatani masih memanfaatkan pasar-pasar di sekitar lahan pertanian. Pasar yang sering dijadikan tempat menjual hasil tani adalah pasar yang terdapat di Kecamatan Cimanggis.

5.2

Gambaran Umum Perusahaan

5.2.1

Sejarah Singkat dan Perkembangan Perusahaan Pemuda Tani Indonesia (PTI) berdasarkan Surat Keterangan Dirjen Sospol

Nomor 175 Tahun 1998, mempunyai status sebagai Organisasi Kepemudaan Profesi (OKP) yang bergerak di bidang pembangunan pertanian dan pedesaan. PTI berada di bawah organisasi Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI). Pada awalnya hasil Musyawarah Nasional (Munas) 1 HKTI tahun 1979, fungsi organisasi PTI berada dalam posisi ketua Biro Pemuda Tani. Pada Munas 2 HKTI tahun 1984, namanya diganti menjadi Badan Khusus Pemuda Tani. Tahun 1986, posisi PTI dikukuhkan menjadi organisasi yang independen dan merupakan subordinat HKTI. Hubungan PTI dengan HKTI bersifat historis dan ideologis. Berdasarkan perkembangan organisasi kepemudaan yang menuntut PTI lebih aktif, maka pengurus HKTI periode 1999-2004 membebaskan PTI untuk memilih bentuk dan struktur organisasinya, tetapi tetap dalam koordinasi HKTI. Secara struktural, keputusan pembebasan penyusunan program, kegiatan, bentuk, dan struktur organisasinya ditetapkan pada Pernas 2 PTI tahun 2004.

52

PTI digerakkan oleh pemuda yang memiliki komitmen terhadap pengembangan, pemberdayaan, dan penguatan institusi masyarakat tani dan pertanian dari level mikro hingga makro. Selain itu, PTI juga didukung oleh para pakar dari berbagai disiplin ilmu yang secara langsung ikut aktif dalam berbagai program yang dijalankan, serta memiliki jaringan kerja dengan institusi pemerintahan

dan

non-pemerintahan

dalam

skala

lokal,

nasional,

dan

internasional. Organisasi ini merupakan wadah penyatu potensi pemuda dari berbagai disiplin ilmu untuk berperan aktif dalam upaya pemberdayaan dan peningkatan posisi tawar masyarakat tani dari skala lokal hingga nasional dengan pendekatan partisipatori. Tujuan utama PTI adalah mewujudkan petani dan penduduk desa dari keterbelakangan dan kemiskinan serta ketidakadilan dalam rangka mewujudkan tujuan nasional sebagaimana termaktub dalam teks pembukaan Undang-Undang Dasar 1945.

5.2.2

Bentuk Organisasi PTI merupakan Organisasi Kemasyarakatan Pemuda Profesi berbentuk

kesatuan dengan ruang lingkup nasional atas dasar kesamaan kegiatan dan fungsi di bidang pembangunan pertanian dan pedesaan. Status PTI adalah independen dalam rangka merancang dan melaksanakan program dan kegiatan kepemudaan di sektor pertanian.

5.2.3 Visi dan Misi Perusahaan Visi PTI sebagai perusahaan mitra adalah menjadi pemuda tani yang profesional, sejahtera, dan mandiri untuk membangun kemandirian dan

53

kedaulatan bangsa khususnya masalah pangan dan energi yang dapat diperbaharui serta peduli kepada kehidupan dan kesejahteraan petani. Misi yang dijalankan PTI adalah : 1.

Mewujudkan program kerja PTI Indonesia 2004-2009

2.

Memperkuat organisasi PTI sampai ke desa-desa

3.

Eksis sebagai organisasi pemuda yang profesional, mandiri, dan dapat berperan aktif dalam pembangunan nasional, khususnya pertanian

4.

Membangun jaringan kerjasama dan komunikasi aktif dengan pemerintah pusat, daerah serta pihak-pihak lain yang bertujuan untuk memajukan pertanian dan peningkatan kapasitas organisasi.

5.2.4

Program Kerja 2004-2009 Program kerja enam tahunan PTI yang telah disusun adalah sebagai

berikut : a.

Penguatan dan Konsolidasi Organisasi

1.

Menyusun kelengkapan organisasi, pengurus paripurna, dan pokja-pokja

2.

Mengaktifkan

kepengurusan

PTI

dari

tingkat

pusat,

provinsi,

kabupaten/kota, kecamatan, dan desa 3.

Pembentukan Brigade PTI, Lembaga Bantuan Hukum petani dan Himpunan Mahasiswa Pemuda Tani Indonesia (Himapetani)

b.

Pemberdayaan dan Advokasi

1.

Pembentukan Koperasi Primer Nasional “Koperasi Indonesia Mandiri” dan Trading House

54

2.

Pelatihan kader organisasi dan keprofesian PTI

3.

Bekerjasama dengan pemerintah daerah dan pusat, BUMN, dan swasta untuk memajukan pertanian dan kesejahteraan petani

4.

Berperan aktif dalam keorganisasian pemuda baik di tingkat nasional atau internasional

5.

Menyelenggarakan temu usaha bagi para pelaku ekonomi di bidang agribisnis baik di dalam maupun di luar negeri

6.

Mempelopori penyediaan informasi komoditas unggulan daerah

7.

Membentuk media center sebagai sarana advokasi, sosialisasi, dan pemberdayaan masyarakat khususnya masyarakat pedesaan

8.

Mengadakan forum-forum diskusi dan dialog untuk menyikapi kebijakankebijakan pemerintah di bidang pertanian.

5.2.5

Program Terobosan

1.

Distributor pupuk nasional

2.

Pembuatan mie tani dari beras, ubi-ubian, dan labu

3.

Pembangunan sentra bibit di setiap daerah

4.

Bekerjasama dengan universitas-universitas (ITB, ITS dan IPB) serta lembaga riset pemerintah (BPPT, BBI, dan Litbang) untuk mengembangkan teknologi sistem pengairan/irigasi khususnya padi dan jagung dengan teknologi PATM (Pompa Air Tanpa Mesin), pabrik, CPO mini, pabrik gula mini

5.

Bekerjasama

dengan

Perhutani

dan

Pemerintah

Kabupaten

untuk

mendapatkan hak pengelolaan lahan khususnya untuk tebu dan kelapa sawit

55

6.

Bekerjasama dengan OISCA International (Jepang) untuk melatih pemudapemuda khususnya lulusan SLTA dan universitas untuk belajar di Jepang

7.

Pembentukan Dana Abadi Tani Indonesia yang akan memiliki badan-badan usaha untuk bergerak di bidang agroindustri

8.

Mempelopori gerakan penghijauan nasional

9.

Mempelopori gerakan minum susu segar

10.

Bekerjasama dengan Dirjen

Kesbangpol Depdagri untuk membangun

nasionalisme melalui pembinaan wawasan kebangsaan untuk PTI di daerah 11.

Bekerjasama dengan Meneg KLH untuk melakukan pelatihan Disaster Management untuk kader PTI di Kabupaten setiap kabupaten minimal 200 orang pemuda

12.

Sistem tani online

13.

Kartu tanda anggota PTI

5.2.6

Tempat dan Kedudukan Jenjang struktur PTI disesuaikan dengan luas wilayah operasi yang

bernama Dewan Pengurus dan Komisariat. Daftar struktur tersebut adalah : 1.

Dewan Pengurus Pusat berkedudukan di ibukota negara

2.

Dewan Pengurus Daerah berkedudukan di provinsi

3.

Dewan Pengurus Cabang berkedudukan di kabupaten/kota

4.

Dewan Pengurus Anak berkedudukan di kecamatan

5.

Dewan Pengurus Kelompok berkedudukan di desa/kelurahan

6.

Komisariat berkedudukan di kampus/sekolah pertanian

56

5.2.7

Lembaga Otonom PTI memiliki lembaga otonom yang dibentuk sesuai dengan kondisi dan

kebutuhan di lapangan. Lembaga otonom yang telah dibentuk adalah : 1.

Brigade PTI

2.

Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Petani

3.

Himpunan Mahasiswa Pemuda Tani Indonesia (HIMAPETANI)

5.2.8 Keanggotaan Keanggotaan PTI bersifat terbuka bagi warga negara Indonesia yang berusia 16-40 tahun, berprofesi sebagai petani (bekerja dalam sektor pertanian secara luas) atau memiliki latar belakang pendidikan pertanian, concern dan peduli terhadap permasalahan petani dan pertanian yang secara sukarela mendaftarkan diri sebagai anggota. Organisasi mahasiswa dan kepemudaan yang mempunyai keterkaitan dengan bidang pertanian (Senat Mahasiswa Pertanian, Himpunan Profesi Mahasiswa Pertanian, Organisasi Siswa Sekolah Pertanian, dan lain-lain) yang secara sukarela mendaftarkan diri sebagai anggota.

5.2.9

Kelengkapan Organisasi PTI merupakan lembaga yang formal. Bukti-bukti administratif yang

dimiliki adalah : 1.

Terdaftar di Lembaran Negara (Akte Notaris Siti Wulandari, SH No.1 Tahun 2005)

57

2.

Surat Keterangan Terdaftar Departemen Dalam Negeri melalui Dirjen Kesbangpol Nomor: 175 Tahun 1998, diperpanjang tahun 2006 untuk kepengurusan 2004-2009

3.

Surat Keterangan Domisili No. 1373/1.824.511 Kelurahan Ragunan Kecamatan Pasar Minggu

4.

NPWP No. 02.534.617.2-017.000

5.

Nomor rekening Bank Mandiri a/c. 127.0004346258 an DPP PTI HKTI KCP Ragunan

5.3

Karakteristik Responden Petani mitra yang ikut serta dalam program kemitraan PTI adalah 18

orang. Seluruh petani tersebut menjadi responden dalam penelitian ini. Responden terdiri dari 50 persen laki-laki dan 50 persen perempuan dengan usia mayoritas 40-49 tahun (44 persen) dan dengan tingkat pendidikan mayoritas SD/MI (89 persen). Jumlah tanggungan keluarga sebagian besar adalah 1-2 orang (44 persen) dengan penghasilan rata-rata perbulan Rp 1.000.000 – 1.900.000 (89 persen). Pengalaman berusahatani sayuran responden lebih dari 7 tahun (83 persen) dan merupakan pekerjaan utama (77,8 persen). Karakteristik responden lebih lengkap diuraikan pada Tabel 7.

58

Tabel 7. Karakteristik Umum Responden Karakteristik Responden Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Usia ≤ 29 tahun 30-39 tahun 40-49 tahun 50-59 tahun ≥ 60 tahun Tingkat Pendidikan Tidak sekolah SD SMP SMA Sarjana Jumlah Tanggungan Keluarga 0 orang 1-2 orang 3-5 orang >5 orang Penghasilan/bulan ≤ 500.000 510.000 – 900.000 1.000.000 – 1.900.000 ≥ 2.000.000 Pengalaman Bermitra dengan yang lain Pernah Belum pernah Lama Berusahatani Sayuran ≤ 2 tahun 3-4 tahun 5-6 tahun ≥ 7 tahun Alasan dalam Berusahatani Sayuran Mudah dalam penanganannya Pekerjaan utama Pekerjaan sampingan Usaha turun temurun Cocok ditanam di daerah penelitian

Jumlah (orang)

Persentase (%)

9 9

50 50

0 3 8 3 4

0 17 44 17 22

2 16 0 0 0

11 89 0 0 0

2 8 4 4

11 44 22 22

1 1 16 0

5,5 5,5 89 0

0 18

0 100

0 0 3 15

0 0 17 83

0 14 4 0 0

0 77,8 22,2 0 0

BAB VI. EVALUASI PELAKSANAAN KEMITRAAN

6.1

Pelaksanaan Kemitraan di PTI Kemitraaan yang dilakukan adalah kemitraan pola kerjasama operasional

agribisnis (KOA). Pada perjalanannya, pola kemitraan yang dilakukan sering mendapatkan penyesuaian sesuai dengan kondisi dan kesepakatan bersama. Pada awal pelaksanaan kemitraan, perusahaan mitra memfasilitasi lahan seluas 5 ha dengan potensi pengembangan lahan sampai dengan 25 ha dan memberikan modal kerja kepada petani untuk selanjutnya dibayar dengan dicicil kepada perusahaan mitra setiap bulannya. Selain itu, pada pola pertama ini, perusahaan mitra menyediakan sarana produksi taninya termasuk menyediakan bibit dan pupuk. Petani melakukan proses budidaya dengan menggunakan fasilitas yang telah diberikan oleh perusahaan mitra. Setiap akhir bulan, petani diharuskan membayar cicilan modal kerja serta membayar bagi hasil sesuai dengan kesepakatan. Pola kemitraan ini hanya berjalan sampai bulan Juni, yaitu selama empat bulan. Pola kemitraan yang dilakukan, dievaluasi dan mendapatkan perbaikan. Perbaikan dilakukan dengan cara melaksanakan musyawarah mitra yang dihadiri oleh pihak perusahaan mitra dan seluruh petani mitra. Pola kemitraan yang baru mendapatkan penyesuaian. Perbedaan pola kemitraan ini dengan pola lama adalah terletak pada sistem bagi hasil yang dilakukan, serta pada penyediaan sarana produksi pertanian. Sistem bagi hasil yang baru dilakukan dengan perhitungan merata. Berdasarkan modal kerja yang diberikan, setiap bulan petani harus mengembalikan cicilan modal serta bagi hasil

60

sebesar Rp 40.000/bulan setiap petaninya. Selain itu, pola penyediaan sarana produksi pertanian dilakukan dengan sistem jual beli. Perusahaan menyediakan toko penjualan sarana produksi tani dan petani membeli kepada perusahaan sesuai dengan kebutuhan. Pola kemitraan baru masih terlaksana dengan perbaikan sedikit demi sedikit pada kesepakatan pertemuan rutin. Walaupun perbaikan dilakukan terus menerus, tetapi permasalahan masih sering terjadi. Permasalahan utama adalah kredit macet petani dan hambatan budi daya.

6.1.1

Kontrak Perjanjian PTI dengan Petani Sayuran Kontrak perjanjian PTI dengan petani dibuat dengan cara musyawarah

mufakat. Pihak PTI dan seluruh petani ikut serta dalam musyawarah tersebut. Pada awalnya, kontrak perjanjian yang dibuat merupakan wujud dari pola inti plasma, namun karena petani yang sebagian besar berpendidikan rendah lebih cenderung bermitra dengan aturan yang sederhana. Kontrak perjanjian terbaru menggunakan pola kemitraan kerjasama operasional agribisnis (KOA) yang dirasa lebih sederhana dan dimengerti oleh petani. Di dalam kontrak perjanjian ini terkandung aspek-aspek perjanjian berupa identitas kedua belah pihak yang bermitra, luas areal petani sayuran, status lahan, lokasi daerah penanaman, kewajiban pihak petani untuk melunasi pinjaman modal, besarnya biaya-biaya kredit produksi petani yang disetujui oleh PTI, sistem bagi hasil, dan kewajiban PTI dalam menyediakan modal dan mendirikan toko tani sebagai tempat pembelian sarana produksi pertanian para petani.

61

Pembagian luas lahan yang bisa dimanfaatkan masing-masing petani ditentukan menurut pengusaan lahan yang dilakukan sebelum kemitraan ini dilakukan, mengingat petani dari dahulu telah memanfaatkan lahan yang statusnya sebagai hak guna kekeluargaan saja. Di dalam kontrak ditambahkan bahwa status lahan menjadi hak guna milik yang sah secara hukum. Dalam tahap pertama ini, masa hak guna pakai ini adalah tiga tahun dengan luas 25 ha, dengan harapan jika proses kemitraan ini bisa berjalan dengan baik, maka hak guna pakai lahan ini akan diperpanjang, bahkan akan dibeli. Di dalam kontrak perjanjian disebutkan bahwa petani berhak mengajukan dana pinjaman modal dengan batas maksimum yang telah ditetapkan oleh pihak PTI. Pengajuan besar pinjaman modal tersebut seterusnya diproses oleh PTI hingga disahkan dalam bentuk kontrak utang piutang. Rata-rata petani mendapatkan modal pinjaman sebesar Rp 800.000 dan dibayar dalam bentuk cicilan sebesar Rp 160.000 setiap bulannya selama lima bulan. Sistem bagi hasil yang disepakati dalam kontrak perjanjian terbaru adalah petani wajib menyerahkan uang bagi hasil sebesar 5 persen dari pinjaman modal yang didapatkan. Dengan rata-rata modal pinjaman sebesar Rp 800.000, maka rata-rata besar bagi hasil yang wajib diserahkan oleh masing-masing petani adalah Rp 40.000 setiap bulannya. Awalnya sistem bagi hasil yang dilakukan adalah bagi hasil keuntungan, bukan modal. Jika penghasilan petani besar, maka bagi hasil yang wajib diserahkan besar pula. Begitupun sebaliknya, jika penghasilan petani sedikit atau bahkan rugi, maka bagi hasil yang wajib diberikan pun kecil. Sebenarnya sistem bagi hasil pertama ini akan menguntungkan petani, namun karena petani meminta aturan yang lebih sederhana dan mudah dimengerti, maka

62

sistem bagi hasil dirubah menjadi lebih sederhana lagi. Hal ini terjadi karena petani tidak pernah mencatat keuangan selama mereka berusahatani, sehingga sulit menentukan penghasilan bersih petani. Akses pasar dari tempat pelaksanaan budidaya ini cukup jauh, oleh karena itu, kontrak perjanjian antara PTI dengan petani mewajibkan PTI untuk membangun sebuah toko penyediaan sarana produksi pertanian yang dapat memenuhi kebutuhan budidaya petani mitra. PTI menyediakan berbagai macam pupuk kandang dan pupuk sintetis seperti pupuk kotoran sapi dan ayam. Pupuk sintetis yang disediakan adalah pupuk urea, NPK dan TS. Selain itu di toko tani terdapat berbagai macam pestisida. Di toko tani ini disediakan juga berbagai peralatan pertanian seperti cangkul, penyiram air, dan lain-lain. Di luar perjanjian kesepakatan, PTI memberikan kemudahan kepada petani dengan memberikan fasilitas beli kredit yang uangnya dibayarkan betepatan dengan pembayaran cicilan modal dan bagi hasil. Di dalam kontrak perjanjian juga disepakati jalan yang akan diambil jika timbul perselisihan diantara kedua belah pihak. Jika terdapat permasalahan selama kemitraan ini berlangsung, maka akan diselesaikan secara musyawarah dan mufakat. Apabila dengan jalan tersebut permasalahan tidak dapat diselesaikan, maka masalah tersebut diselesaikan melalui jalur hukum. Di dalam kontrak perjanjian kemitraan ini tidak ada aspek sanksi atas transaksi pinjaman biaya garap ketika terjadi kredit macet. Dengan permintaan petani dan dengan pertimbangan lainnya, PTI akhirnya tidak menggunakan mekanisme sanksi dalam pengajuan kredit. Sebagai gantinya, PTI melakukan pengawasan intensif di lapangan dengan mengangkat 3 orang koordinator lapang.

63

Tugas utama koordinator lapang ini selain melakukan pengawasan intensif kepada petani juga sebagai pelaksana manajemen seluruh program kemitraan. Mekanisme pengawasan intensif ini tidak dapat menyelesaikan masalah kredit macet yang terjadi. Ketika terjadi permasalahan, PTI tidak dapat melakukan tindakan atau hukuman

yang

mencantumkan

tegas.

Selain

mekanisme

itu,

kontrak

pembinaan

perjanjian

kepada

petani

kemitraan mitra,

tidak

sehingga

permasalahan teknis dalam pelaksanaan budidaya petani tidak dapat ditanggulangi dengan intensif. Kontrak perjanjian secara lebih lengkap dilampirkan.

6.1.2

Kelompok Tani Sukatani Makmur Petani mitra yang ikut serta dalam program kemitraan ini bergabung dalam

sebuah organisasi kelompok tani. Kelompok tani tersebut dinamakan kelompok tani Sukatani Makmur. Kelompok tani ini belum berjalan dengan baik. Hal ini dibuktikan dengan belum adanya program kerja yang nyata. Selama ini, kelompok tani digunakan hanya sebagai sarana bermusyawarah diantara para petani untuk membahas permasalahan-permasalahan yang timbul. Struktur kelompok tani pun masih sederhana. Strukturnya hanya terdiri dari ketua kelompok tani dan anggota. Tugas ketua adalah memimpin musyawarah kelompok tani. Selain itu, ketua bertugas dalam mengatur jalannya budidaya petani. Selama ini, usulan pelaksanaan musyawarah dalam kemitraan selain disampaikan oleh pihak PTI, juga sering disampaikan oleh ketua kelompok tani. Pada awal dibentuknya kelompok tani oleh petani dan didorong oleh pihak PTI adalah agar pihak petani bisa terorganisir dengan baik dalam hal teknis budi daya dan dalam hubungan dengan pihak PTI. Pihak PTI sendiri berharap agar

64

kelompok tani ini dapat berjalan dengan baik, karena bagi PTI jika kelompok tani dapat berjalan dengan baik, maka permasalahan-permasalahan umum dapat diselesaikan bersama-sama seperti permasalahan irigasi yang dapat membantu PTI dalam menanganinya.

6.1.3 Pinjaman Sarana Produksi kepada Petani Mitra Sarana produksi pertanian yang disediakan oleh PTI diperuntukkan bagi petani mitra. Namun dalam pelaksanaannya tidak jarang petani lain yang ikut belanja sarana produksi pertanian ke toko ini. Petani mitra sering membeli sarana produksi pertanian dengan kredit, karena PTI pun memberikan kemudahan dalam hal itu. Bagi petani hal ini merupakan kemudahan dalam memperoleh sarana produksi, selain dapat membeli kredit juga dapat memilih barang sesuai keperluan. Pupuk yang dijual di toko ini mencapai 15 karung urea, 15 karung TS, dan 200 karung pupuk kandang setiap bulannya. Satu karung urea dan TS sama dengan 50 kg. Satu kilogram urea dijual dengan harga Rp 1.500 dan satu kilogram TS dijual dengan harga Rp 2.500. Jika total penyediaan pupuk dikonversi dalam bentuk nilai uang, maka kebutuhan pupuk perbulannya adalah Rp 1.125.000 urea dan Rp 1.875.000 setiap bulannya. Selain pupuk urea dan TS, PTI juga menyediakan pupuk kandang. Pupuk ini terjual sebanyak 200 karung setiap bulannya atau jika dikonversi ke dalam bentuk uang adalah Rp 900.000. Selain pupuk, transaksi terbesar di toko tani ini adalah benih sayuran. Benih yang disediakan dalam jumlah besar dan rutin adalah benih bayam dan kangkung. Benih bayam yang dijual di toko tani sebanyak 70 kg/ bulan,

65

sedangkan benih kangkung sebanyak 18 botol/bulan. Dalam bentuk uang, nilai benih ini adalah Rp 1.400.000 benih bayam dan Rp 306.000 benih kangkung setiap bulannya. Proses jual beli sarana produksi pertanian ini tidak dicantumkan dalam kontrak perjanjian. Di dalam kontrak perjanjian hanya menyebutkan bahwa PTI wajib mendirikan sebuah toko tani yang menjual sarana-sarana pertanian yang diperlukan oleh petani untuk melaksanakan usaha taninya.

6.1.4

Pinjaman Bantuan Biaya Garap Perjanjian utama dalam kontrak perjanjian kemitraan adalah kewajiban

PTI untuk memberikan uang pinjaman sebagai modal awal petani untuk melakukan budi daya. Besar bantuan yang didapatkan oleh petani tidak sama. Hal ini dikarenakan jumlah pinjaman yang diberikan disesuaikan dengan kebutuhan petani. Walaupun besar pinjaman tersebut diserahkan kepada petani, tetapi PTI memberikan batasan tertinggi pinjaman yang akan diberikan yaitu sebesar Rp 800.000. Dengan batasan jumlah pinjaman tersebut, sebagian besar petani mengajukan pinjaman sampai batas tersebut. Hanya sedikit saja petani yang mengajukan pinjaman lebih kecil dari batas itu. Petani yang mengajukan pinjaman lebih kecil dari batas pinjaman adalah petani yang luas lahan garapannya kecil. Pinjaman modal tersebut wajib dikembalikan oleh petani secara menyicil dalam 5 bulan. Besar cicilan modal setiap bulannya sebesar Rp 160.000. Pinjaman modal yang telah diberikan oleh PTI ini digunakan sebagian besar untuk biaya operasional pupuk dan benih. Pada awal musim tanam, uang pinjaman tersebut digunakan untuk pengolahan lahan dengan bantuan buruh upah.

66

Karena tuntutan ekonomi, selain digunakan untuk biaya budi daya, tidak sedikit petani yang menggunakan pinjaman modal tersebut untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga seperti biaya sekolah anak dan membayar hutang sebelumnya.

6.1.5

Lahan yang Digarap Lahan potensial yang dapat diolah dalam kemitraan ini adalah seluas 25

ha. Sampai saat ini lahan yang telah dimanfaatkan seluas 5 ha. Lahan seluas 5 ha tersebut dibagi sesuai dengan kesepakatan awal kepada setiap petani. Lahan yang digarap ini termasuk lahan yang cukup subur dan mudah diolah walaupun pada awal budi daya banyak ilalang yang menutupi lahan. Permasalahan lahan yang sering dihadapi oleh petani adalah masalah air. Jika musim hujan lahan menjadi tergenang sehingga sayuran rusak dan tidak dapat dipanen. Sebaliknya, jika musim kemarau tiba, petani sulit mendapatkan air. Untuk menyelesaikan permasalahan air ini, pihak PTI melakukan pendalaman, perbaikan jalur air, dan membuat sumur. PTI melakukan usaha tersebut walaupun tugas tersebut bukan merupakan kewajiban pada kontrak perjanjian kemitraan. Hal ini dilakukan atas dasar permintaan petani yang disampaikan pada pertemuan rutin bulanan. Perbaikan irigasi dan pembuatan sumur belum berjalan dengan optimal, karena PTI tidak memiliki biaya khusus untuk melakukannya. Selain itu PTI tidak memiliki dana yang cukup untuk melakukan proses tersebut. Hal ini terlihat dari belum selesainya semua saluran irigasi diperbaiki serta mesin pompa yang digunakan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan air pada saat musim kemarau.

67

Untuk menanggulangi permasalahan di atas, para petani membuat kolamkolam kecil di sekitar ladang, sehingga pada saat musim kemarau datang petani dapat mengambil air dari kolam-kolam tersebut. Walaupun begitu, permasalahan tergenangnya lahan pada saat musim hujan belum dapat diatasi.

6.1.6

Pemasaran Hasil Panen Hasil panen yang didapatkan setiap bulannya dijual oleh petani sendiri.

Hal ini dilakukan sesuai dengan kesepakatan di awal bahwa hasil panen dijual sendiri oleh masing-masing petani. Sebagian besar

petani telah memiliki

langganan pembeli di pasar. Hasil panen bayam dan kangkung dikemas dalam bentuk ikatan. Rata-rata hasil panen bayam dan kangkung adalah 5.000-7.000 ikat setiap panennya. Harga bayam dan kangkung hampir sama yaitu Rp 250-Rp 300/ikat. Jika dikonversi ke dalam bentuk uang, maka penjualan setiap petani adalah Rp 1.250.000 sampai dengan Rp 2.100.000. Terkait dengan pola pemasaran ini, sebenarnya PTI memiliki target jangka panjang untuk mewajibkan petani menjual hasil panennya kepada PTI. Tujuan utama dari target jangka panjang ini adalah untuk meningkatkan keuntungan PTI dengan meningkatkan marjin hasil panen dengan cara menjualnya ke supermarket. Target jangka panjang ini belum dilaksanakan oleh PTI karena setiap petani telah memiliki langganan tetap masing-masing, sehingga petani masih enggan menjual hasil panen pada pihak lain.

68

6.1.7

Kendala-kendala dalam Kemitraan Program kemitraan tidak selalu berjalan dengan lancar karena banyak

kendala yang ditemui di lapangan. Kendala-kendala pada pelaksanaan kemitraan ini terjadi karena lemahnya perjanjian kemitraan yang dilakukan oleh PTI, baik dengan petani sayuran maupun dengan petugas di lapang. Berulang kali perjanjian kemitraan diperbaiki dengan cara musyawarah mufakat tanpa adanya ikatan hukum yang kuat. Selain itu, kontrak perjanjian tidak terdapat mekanisme sanksi ketika petani tidak dapat membayar hutang-hutangnya. Di sisi lain, permasalahan sosial petani pun menjadi masalah utama. Dana pinjaman yang diberikan oleh PTI seringkali dianggap sebagai hibah semata, sehingga mengakibatkan minimnya tanggung jawab petani untuk mengembalikan cicilan modal. Secara ekonomi, petani seringkali menggunakan uang penjualan hasil panen untuk keperluan rumah tangga, sehingga uang yang seharusnya dibayarkan kepada PTI tidak terpenuhi. Berikut diuraikan kendala-kendala kemitraan berdasarkan pendekatan atribut pada Tabel 8.

6.2

Realisasi Hak dan Kewajiban Pelaku Kemitraan Pelaksanaan kemitraan antara PTI dengan petani hanya didasarkan atas

rasa saling percaya. Lemahnya perjanjian kontrak merupakan salah satu faktor penyebab tidak sinergisnya kemitraan di PTI. Kontrak perjanjian tidak mencantumkan mekanisme sanksi ketika petani tidak dapat membayar hutang tepat waktu. Secara ringkas realisasi hak dan kewajiban dapat dilihat pada matriks evaluasi dan realisasi yang disajikan berdasarkan atribut. Pada matriks tersebut

69

terlihat bahwa kewajiban petani untuk membayar cicilan modal dan bagi hasil tidak sesuai dengan perjanjian. Hampir seluruh petani menunggak membayar cicilan modal dan bagi hasil yang seharusnya dibayarkan pada setiap bulan Penilaian realisasi hak dan kewajiban ini diperoleh dari pengamatan di lapangan dan wawancara dengan pihak-pihak yang terkait dalam pelaksanaan kemitraan ini. Matriks evaluasi dan realisasi tersebut disajikan pada Tabel 9.

Tabel 8. Kendala-Kendala Kemitraan Berdasarkan Atribut No 1.

Perihal Pemberian Benih

2.

Pengadaan Toko Tani

Atribut Kualitas benih yang Diberikan Keragaman Penyediaan Sarana Produksi

Harga Sarana Produksi yang Dijual 3.

4.

Pemberian Biaya Garap

Lahan Garapan

Bantuan Biaya Garap Ketepatan Waktu Pemberian Biaya Garap Lahan yang digarap Pembagian Penguasaan Lahan Sistem Pengairan

5.

Respon terhadap Keluhan Petani

Respon Terhadap Segala Keluhan

6.

Sistem Bagi Hasil

Sistem Bagi Hasil

7.

Pola Pemasaran

Pola Pemasaran Sendiri

Jual

Kendala Tidak bermasalah. Modal yang tersedia kurang mencukupi karena ada beberapa hal yang tidak masuk dalam rencana kerja, perhitungan dan pembengkakan biaya seperti pembuatan gudang/toko, perbaikan pengairan dan penggalian kolam ikan, sehingga penyediaan sarana produksi pun tidak banyak. Tidak bermasalah. Harga sarana produksi yang dijual oleh PTI sesuai dengan harga pasar dan tidak memberatkan petani. Tidak bermasalah. Tidak bermasalah. Tidak bermasalah. Tidak bermasalah. Besarnya biaya pengairan yang tidak diimbangi dengan besarnya modal, sehingga sistem pengairan selalu menjadi kendala. Kekeringan pada musim kemarau dan banjir pada musim hujan. Keluhan petani sebagian besar adalah masalah air dan tidak ada uang untuk membayar cicilan modal, bagi hasil dan hutang sarana produksi pertanian yang dibeli. Tunggakan tersebut sering terjadi walaupun petugas lapang PTI menagih uang pada saat panen. Hal ini dikarenakan uang yang didapatkan saat panen digunakan untuk keperluan rumah tangga dan untuk membayar hutang lainnya. Kredit macet Pihak PTI sebenarnya menginginkan agar hasil panen wajib dijual kepada PTI. Dengan bagi hasil sebesar 5% dari modal secara komersil PTI hanya mendapatkan keuntungan yang kecil.

70

Tabel 9. Matriks Isi Perjanjian Kemitraan Berdasarkan Atribut di PTI Atribut Perjanjian Kewajiban Pihak 1 (PTI) Kualitas Benih yang Menyediakan benih yang baik di Diberikan toko tani dengan persentase pertumbuhannya lebih dari 80%. Keragaman Penyediaan Produksi

Sarana

Harga Sarana Produksi yang Dijual

Ketepatan Pemberian Garap

Waktu Biaya

Lahan yang digarap

Pembagian Penguasaan Lahan Sistem Pengairan

Respon Terhadap Segala Keluhan

Menyediakan berbagai macam benih, pupuk dan peralatan pertanian di toko tani sesuai dengan keperluan petani. Harga sarana produksi yang disediakan di toko tani tidak melebihi harga pasar. Memberikan bantuan pinjaman biaya garap pada awal perjanjian dan setelah cicilan modal terbayar jika petani membutuhkan lagi. Memberikan pengarahan teknis budidaya termasuk pada pengolahan lahan agar layak tanam. Mengurusi administrasi hak guna pakai lahan kepada pemilik lahan. Tidak ada kewajiban

PTI memfasilitasi pertemuan rutin bulanan sebagai sarana untuk membahas permasalahan kemitraan yang muncul Kewajiban Pihak 2 (Petani sayuran) Bantuan Biaya Garap PTI menyediakan dana pinjaman dan petani mengembalikan dengan menyicil dalam batas waktu selama 5 bulan. Sistem Bagi Hasil Petani wajib memberikan uang bagi hasil sebesar 5% dari modal yang telah diberikan pada setiap bulannya. Pola Pemasaran Jual Petani berhak menjual hasil Sendiri panen sendiri dan tidak wajib menjual kepada PTI.

6.3

Realisasi

Keterangan

Benih yang disediakan cukup baik, walaupun pernah gagal tumbuh karena benih yang ada sudah kadaluarsa. Sarana produksi pertanian yang disediakan telah sesuai dengan kebutuhan petani.

Sesuai

Harga jual sarana produksi sesuai dengan harga pasar, bahkan pada beberapa barang lebih murah dari harga pasar. PTI telah memberikan bantuan biaya garap sesuai dengan jadwal.

Sesuai

Pada pertemuan bulanan, telah dilaksanakan pengarahan teknis budidaya dari PTI

Sesuai

Status lahan telah menjadi hak guna pakai.

Sesuai

Walaupun tidak berkewajiban, PTI telah mengeluarkan dana untuk memperbaiki saluran irigasi walaupun belum optimal. Pertemuan rutin telah berjalan sesuai dengan jadwal.

Sesuai

Hampir seluruh petani menunggak membayar cicilan modal.

Tidak sesuai

Hampir seluruh petani menunggak membayar uang bagi hasil.

Tidak sesuai

Hasil panen petani telah dijual sendiri kepada konsumennya masing-masing.

Sesuai

Sesuai

Sesuai

Sesuai

Manfaat Pelaksanaan Kemitraan Bagi PTI dan Petani Sayuran Bagi PTI, kemitraan ini bermanfaat untuk mendapatkan keuntungan dari

pemanfaatan lahan kritis yang ada. Dengan biaya yang rendah karena sewa hak guna pakai tidak ada, diharapkan PTI akan mendapatkan keuntungan yang besar.

71

Selain itu, PTI sebagai lembaga perkumpulan pemuda yang menaruh perhatian pada pertanian melakukan kemitraan ini sebagai program sosial untuk meningkatkan tingkat kesejahteraan petani. Manfaat kemitraan ini bagi petani antara lain adalah : 1. Mendapatkan bantuan modal Seluruh petani menyatakan bahwa manfaat utama kemitraan ini adalah pinjaman modal yang diberikan dari PTI. Dengan bantuan permodalan berupa peminjaman untuk pemenuhan sarana produksi pertanian, petani mitra terbantu dalam arus perputaran modal. 2. Tempat membeli sarana produksi pertanian lebih dekat dan terjangkau Sebanyak 50 persen petani menyampaikan bahwa kemitraan memudahkan petani dalam memperoleh sarana produksi pertanian lebih dekat dengan harga yang terjangkau. 3. Memperoleh pengetahuan mengenai budidaya sayuran yang baik Sebanyak 11 persen petani melakukan kemitraan untuk menambah pengetahuan mengenai budi daya menanam sayuran yang lebih baik. Hal ini dilakukan oleh PTI ketika mengadakan pertemuan rutin.

BAB VIII. ANALISIS USAHATANI

8.1

Analisis Usahatani Bayam dan Kangkung Analisis usahatani bayam dan kangkung didasarkan pada perbandingan

periode produksi bulan Desember 2006 – Februari 2007 yaitu sebelum kemitraan dilakukan dengan periode produksi Juli – September 2007 setelah kemitraan dilakukan. Biaya yang dikeluarkan pada usahatani ini adalah biaya pembelian benih bayam dan kangkung, pestisida, pupuk, dan tenaga kerja. Sebelum kemitraan dilakukan, sarana produksi yang digunakan petani mitra diperoleh dari pembelian ke toko sarana produksi pertanian yang terletak di pasar terdekat. Setelah kemitraan dilakukan sarana produksi tersebut diperoleh dari pembelian di toko tani PTI. Penerimaan yang diterima petani, baik sebelum maupun setelah bermitra berasal dari penjualan hasil panen sayuran bayam dan kangkung. Harga jual bayam dan kangkung sebelum dengan setelah bermitra sama. Hal ini dikarenakan hasil panen petani mitra setelah bermitra tetap dijual kepada konsumen petani mitra sebelumnya dengan harga yang sama pula. Harga bayam dan kangkung hampir sama yaitu Rp 250-Rp 300/ikat. Jenis pengeluaran atau biaya usahatani yang dikeluarkan petani sebelum dengan setelah bermitra tidak berbeda, baik biaya tunai maupun biaya tidak tunainya. Biaya tunai yang dikeluarkan meliputi benih bayam dan kangkung, pestisida, pupuk, dan tenaga kerja luar keluarga. Sedangkan biaya tidak tunai yang dikeluarkan oleh petani meliputi penyusutan peralatan dan tenaga kerja dalam keluarga. Petani tidak memperhitungkan biaya tidak tunai. Petani hanya memperhitungkan biaya tunai atau pengeluaran sesungguhnya saja.

85

a.

Benih Bayam dan Kangkung Benih bayam dan kangkung dimasukkan ke dalam biaya tunai karena

petani mengeluarkan biaya tunai untuk memperoleh benih tersebut. Benih yang digunakan setelah kemitraan lebih mahal. Hal ini dikarenakan progam PTI mencoba untuk meningkatkan jumlah hasil panen dengan meningkatkan kualitas benih yang digunakan. Sebelum kemitraan, harga benih bayam adalah Rp 20.000/kg dengan kebutuhan rata-rata sebesar 8 kg/bulan. Sedangkan harga benih kangkung adalah Rp 17.000/botol dengan kebutuhan rata-rata sebesar 2 botol/bulan. Pada saat kemitraan dilaksanakan, harga benih bayam menjadi 23.000/kg dan harga benih kangkung menjadi 19.000/botol dengan kebutuhan rata-rata sama dengan sebelum kemitraan dilakukan. b.

Pestisida Petani tidak banyak menggunakan pestisida, baik pada saat kemitraan

maupun setelah kemitraan berlangsung. Hal ini dikarenakan hampir tidak adanya gangguan hama pada proses budidaya. Biaya untuk membeli pestisida dimasukkan ke dalam komponen biaya tunai. Pestisida yang umumnya digunakan oleh petani, baik sebelum ataupun setelah bermitra dibeli dengan harga Rp 50.000/kaleng. Sebelum bermitra, rata-rata penggunaan pestisida adalah satu kaleng setiap bulannya, sedangkan setelah bermitra sedikit meningkat menjadi 1,2 kaleng/bulan. c.

Pupuk Pembelian pupuk dimasukkan ke dalam biaya tunai. Perbedaan

penggunaan pupuk sebelum dengan setelah bermitra adalah setelah bermitra penggunaan pupuk kandang pada proses budidaya meningkat. Pupuk kandang

86

yang digunakan pada saat bermitra adalah 20 karung/bulan dengan harga Rp 4.500/karung. Sebelum bermitra pengunaan pupuk kandang adalah 5 karung/bulan dengan harga beli yang sama. Rata-rata penggunaan pupuk urea dan TS sebelum dengan setelah bermitra sama, yaitu 1,6 karung urea dan TS setiap bulannya dengan harga beli urea Rp 1.500/kg dan TS Rp 2.500/kg. Satu karung urea ataupun TS sama dengan 50 kg. d.

Tenaga Kerja Tenaga kerja dibagi menjadi tenaga kerja dalam keluarga dan tenaga kerja

luar keluarga. Tenaga kerja luar keluarga dimasukkan ke dalam biaya tunai, sedangkan tenaga kerjaa dalam keluarga dimasukkan ke dalam biaya tidak tunai atau biaya yang diperhitungkan. Sebelum kemitraan berlangsung, petani sering menggunakan tenaga kerja luar keluarga untuk melakukan aktivitas budidaya sehari-hari seperti menyiram dan membersihkan rumput atau gulma lainnya, sedangkan tenaga kerja dalam keluarga digunakan sebagai pembantu tenaga kerja luar keluarga pada saat penanaman dan saat panen dan sekaligus sebagai pengawas kegiatan budidaya. Pada saat bermitra pekerjaan tersebut lebih banyak dilakukan oleh tenaga kerja dalam keluarga. Tenaga kerja luar keluarga digunakan pada saat menanam dan panen saja. Upah tenaga kerja sebelum dan setelah bermitra adalah Rp 20.000/HKP. Sebelum bermitra, petani menghabiskan 30 HKP tenaga kerja luar keluarga dan 7 HKP tenaga kerja dalam keluarga. Setelah bermitra, petani menghabiskan 13,05 HKP tenaga kerja luar keluarga dan 14 HKP tenaga kerja dalam keluarga.

87

Biaya tenaga kerja merupakan persentase terbesar dalam biaya total usahatani bayam dan kangkung, baik pada saat sebelum bermitra maupun setelah bermitra. Total biaya tenaga kerja yang dikeluarkan sebelum bermitra adalah Rp 740.000 (57,03 persen) dengan perincian Rp 600.000 (46,24 persen) biaya tunai dan 140.000 (10,79 persen) biaya tidak tunai. Setelah bermitra, total biaya tenaga kerja yang dikeluarkan adalah Rp 541.100 (38,41 persen) dengan perincian Rp 261.100 (18,54 persen) biaya tunai dan Rp 280.000 (19,88 persen) biaya tidak tunai. e.

Alat-Alat Pertanian Sayuran Alat-alat yang digunakan untuk usahatani bayam dan kangkung adalah

cangkul dan emrat (alat untuk menyiram). Jumlah cangkul dan emrat setiap petani tidak banyak. Hal ini dikarenakan, peralatan lain untuk proses budidaya telah dimiliki oleh setiap tenaga kerja luar keluarga. Cangkul memiliki nilai sisa sebesar Rp 10.000 dengan umur ekonomis 12 bulan. Rata-rata nilai penyusutan cangkul sebelum dan setelah bermitra adalah Rp 1.700/bulan. Emrat adalah alat untuk menyiram. Alat ini digunakan oleh petani untuk memudahkan petani menyiram dengan hasil yang merata. Nilai sisa emrat adalah Rp 10.000 dengan umur ekonomis 12 bulan, sehingga rata-rata nilai penyusutannya adalah Rp 3.400/bulan. Perincian rata-rata biaya dan penerimaan usahatani bayam dan kangkung sebelum dan setelah bermitra per 5.000 meter persegi untuk periode produksi ratarata selama tiga bulan dapat dilihat selengkapnya pada Tabel 14.

88

Tabel 14. Rata-rata Biaya dan Penerimaan Usahatani Bayam dan Kangkung per 5.000 meter persegi di Kelurahan Sukatani Pra-Mitra (Desember 2006 -Februari Uraian

Setelah Bermitra (Juli-September 2007)

2007) Nilai (Rp)

Persentase (%)

Nilai (Rp)

Persentase (%)

Biaya Tunai Benih Bayam dan Kangkung Pestisida

225.000

17,34

395.300

28,06

50.000

3,85

75.500

5,36

Pupuk

187.500

14,45

308.300

21,89

80.000

6,16

83.300

5,91

600.000

46,24

261.100

18,54

1.142.500

88,82

1.123.500

79,76

Penyusutan Peralatan

5.100

0,39

5.100

0,36

Tenaga Kerja Dalam Keluarga Total

140.000

10,79

280.000

19,88

155.100

11,18

285.100

20,24

Total Biaya

1.297.600

100

1.408.600

100

Total Penerimaan

1.462.500

Peralatan Tenaga Kerja Luar Keluarga Total Biaya Tidak Tunai

8.2

1.700.000

Analisis Pendapatan Usahatani dan Imbangan Penerimaan Terhadap Biaya (Rasio R/C) Dari data penerimaan dan pengeluaran atau biaya usahatani dapat

diperoleh nilai pendapatan usahatani dengan mengurangi penerimaan dengan biaya yang dikeluarkan oleh petani. Pendapatan usahatani terdiri dari pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total. Pendapatan atas biaya tunai diperoleh dari selisih antara penerimaan total dengan biaya tunai, sedangkan pendapatan atas biaya total diperoleh dari selisih antara penerimaan total dengan biaya total. Berdasarkan Tabel 14, rata-rata penerimaan total petani sebelum bermitra adalah Rp 1.462.500 dan setelah bermitra sebesar Rp 1.700.000 setiap bulannya. Total biaya tunai yang dikeluarkan petani sebelum bermitra adalah Rp 1.142.500 dan setelah bermitra adalah Rp 1.123.500 setiap bulannya. Total biaya

89

yang dikeluarkan petani sebelum bermitra adalah Rp 1.297.600 dan setelah bermitra sebesar Rp 1.408.600 setiap bulannya. Dari penerimaan tersebut di atas diperoleh pendapatan atas biaya tunai dan pendapatan atas biaya total sebelum dan setelah bermitra. Pendapatan atas biaya tunai sebelum bermitra adalah Rp 320.000, sedangkan setelah bermitra bertambah sebesar Rp 256.500, sehingga menjadi Rp 576.500 setiap bulannya. Sedangkan pendapatan atas biaya total sebelum bermitra adalah Rp 164.900 dan setelah bermitra bertambah sebesar Rp 126.500, sehingga menjadi Rp 291.400 setiap bulan. Imbangan penerimaan atas biaya atau rasio R/C adalah jumlah penerimaan untuk setiap rupiah yang dikeluarkan. Dengan analisis ini dapat diketahui apakah suatu usahatani yang dilakukan efisien atau tidak. Apabila rasio R/C lebih besar atau sama dengan satu, maka usahatani tersebut efisien. Sebaliknya, apabila nilai rasio R/C kurang dari satu, maka usahatani tersebut tidak efisien.

Tabel 15. Analisis Pendapatan dan Rasio R/C Usahatani Bayam dan Kangkung di Kelurahan Sukatani Uraian

Pra-Mitra (Januari-Februari 2007)

Setelah Bermitra (Mei-Juli 2007)

A. Penerimaan

1.462.500

1.700.000

B. a) Biaya Tunai

1.142.500

1.123.500

155.100

155.100

1.297.600

1.408.600

C. Pendapatan atas Biaya Tunai

320.000

576.500

D. Pendapatan atas Biaya Total

164.900

291.400

E. Rasio R/C atas Biaya Tunai

1,28

1,51

F. Rasio R/C atas Biaya Total

1,13

1,21

b) Biaya Tidak Tunai Biaya Total

Dari nilai penerimaan dan nilai biaya pada Tabel 15, dapat diketahui rasio R/C sebelum dan setelah bermitra. Rasio R/C yang dihitung terdiri dari rasio R/C

90

atas biaya tunai (penerimaan dibagi dengan biaya tunai) dan rasio R/C atas biaya total (penerimaan dibagi dengan biaya total). Rasio R/C atas biaya tunai sebelum bermitra adalah 1,28 yang berarti setiap satu rupiah biaya total yang dikeluarkan akan memberikan penerimaan sebesar Rp 1,28. Rasio R/C atas biaya tunai setelah bermitra menjadi 1,51 yang berarti setiap satu rupiah yang dikeluarkan akan memberikan penerimaan sebesar Rp 1,51. dari kedua rasio R/C atas biaya tunai tersebut dapat disimpulkan bahwa usahatani bayam dan kangkung yang dilakukan sebelum dan setelah bermitra telah efisien karena jumlah penerimaan yang diperoleh mampu menutupi biaya tunai yang dikeluarkan. Sedangkan rasio R/C atas biaya total sebelum bermitra adalah 1,13 yang berarti setiap satu rupiah biaya total yang dikeluarkan akan memberikan penerimaan sebesar Rp 1,13. Rasio R/C atas biaya tunai setelah bermitra menjadi 1,21 yang berarti setiap satu rupiah yang dikeluarkan akan memberikan penerimaan sebesar Rp 1,21. dari kedua rasio R/C atas biaya tunai tersebut dapat disimpulkan bahwa usahatani bayam dan kangkung yang dilakukan sebelum dan setelah bermitra telah efisien karena jumlah penerimaan yang diperoleh masih mampu menutupi biaya total yang dikeluarkan. Nilai rasio R/C setelah bermitra lebih tinggi dibandingkan sebelum bermitra. Hal ini berarti usahatani bayam dan kangkung yang dilakukan setelah bermitra lebih efisien dibandingkan usahatani yang dilakukan sebelum bermitra. Usahatani bayam dan kangkung setelah bermitra menghasilkan tingkat penerimaan yang lebih tinggi dari pada sebelum bermitra. Oleh karena itu,

91

kemampuan petani setelah bermitra untuk menutupi biaya-biaya yang dikeluarkan lebih besar dibandingkan dengan sebelum bermitra. Perbedaan nilai rasio R/C baik atas biaya tunai maupun atas biaya total yang diperoleh petani setelah bermitra dikarenakan hasil panen yang diperoleh setelah bermitra lebih banyak. Hal ini dikarenakan benih yang digunakan lebih baik. Walaupun benih yang digunakan lebih mahal, namun petani dapat mengurangi biaya tenaga kerja luar keluarga. Dengan demikian, berdasarkan perbedaan nilai rasio R/C atas biaya tunai dan biaya total dapat disimpulkan bahwa kemitraan yang dilakukan telah efisien dan telah meningkatkan efisiensi usahatani.

95

DAFTAR PUSTAKA

Amalia, N. 2005. Analisis Tingkat Kepuasan Pelanggan Terhadap Mutu Layanan Jasa Lembaga Kursus Bahasa Inggris International Language Program (ILP), Bogor. Skripsi. Departemen Manajemen. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Instutut Pertanian Bogor. Bogor. Badan Pusat Statistik. 2004. Struktur Ekonomi Indonesia. BPS. Jakarta Badan Pusat Statistik dan Kementrian Koperasi dan UKM. 2003. Rata-rata struktur PDB menurut skala usahanya Tahun 2000-2003. BPS. Jakarta Dewi, Intani. 2006. Kesinambungan Usaha Bisnis Kemitraan Ayam Ras Pedaging (Kasus di Mekar Farm Bogor). Skripsi. Program Studi Sosial Ekonomi Peternakan. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor Engel, J.F, Roger D.B, Paul W.M. 1994. Perilaku Konsumen. Edisi keenam. Jilid 1. Binarupa Aksara. Jakarta. . 1994. Perilaku Konsumen. Edisi keenam. Jilid 2. Binapura Aksara. Jakarta. Fitriya, Citra. 2004. Analisis Kepuasan Pelanggan Terhadap Produk kosmetik Merek Wardah. Skripsi. Institut pertanian Bogor. Hafsah, MJ. 2000. Kemitraan Usaha, Konsepsi dan strategi. Jakarta. Pustaka Sinar Harapan. Iftauddin. 2005. Kajian Pelaksanaan Kemitraan serta Pengaruhnya Terhadap Pendapatan Usahatani dan Efisiensi Faktor Produksi (Kasus Kemitraan Petani Udang Windu di Desa Banjar Panji, Kecamatan Tanggulangin, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur dengan PT. Atina). Skripsi. Program Studi Manajemen Agribisnis. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor Irawan, H. 2004. 10 Prinsip Kepuasan Pelanggan. Jakarta. PT Elex Media Komputindo Kotler, P. 2000. Manajemen Pemasaran 2 Edisi Milinium. Jakarta. Prentice Hall Monica, Dina. 2006. Analisis Sosial Ekonomi Sistem Kemitraan Pengelolan Wana Wisata Curug Nangka. Skripsi. Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor Rangkuti, F. 2003. Measuring Consumer Satisfaction : Gaining Customer Relationship Strategy. Jakarta. PT Gramedia Pustaka Utama

96

Republik Indonesia. 1995. Undang-Undang Nomor 9 Tentang Usaha Kecil. Jakarta ________________. 1999. Undang-Undang Nomor 8 Tentang Perlindungan Konsumen. Jakarta Rhomdoni, Edi. 2003. Analisis Pendapatan dan Tingkat Kepuasan Peternak Terhadap Pelaksanaan Kemitraan Ayam Ras di Kabupaten Bogor. Skripsi. Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor Rochmatika, Raden Luthfi. 2006. Kajian Kepuasan Petani Tebu Rakyat terhadap Pelaksanaan Kemitraan Pabrik Gula ”XYZ”. Skripsi. Program Studi Manajemen Agribisnis. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor Ros P, Nurfadilah. 2004. Analisis Pelaksanaan Kemitraan antara Koperasi Agribisnis Mitra Tani dengan Petani Sayuran di Daerah Cipanas dan Sekitarnya. Skripsi. Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor Soeharjo, A dan Patong. 1973 Sendi-sendi Pokok Usaha Tani. Departemen IlmuIlmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Soekartawi, A. Soeharjo, john L. Dillon, J.B. Hardaker. 1984. Ilmu-Ilmu Usahatani dan Penelitian Pengembangan Petani Kecil. UI Press. Jakarta. Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Alfabeta. Bandung Supranto, J. 2001. Pengukuran Tingkat Kepuasan Pelanggan. Jakarta. Penerbit Rineka Cipta Taufik, Rizal. 2004. Analisis Respon Konsumen Terhadap Kualitas Pelayanan Hero dan Alfa Supermarket di Jakarta Selatan. Skripsi. Departemen IlmuIlmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertaniaan. Institut Pertanian Bogor. Bogor Veronica. 2001. Formulasi Pola Kemitraan PT. Agrobumi Puspa Sari dengan Petani Krisan Pasaman Sumatera Barat. Skripsi. Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor Walpole, KE. 1995. Pengantar Statistika Edisi ke-3. Jakarta. PT Gramedia

97

www.bi.go.id. 22 Agustus 2007 Yarsi, Asri. 2006. Analisis Pendapatan dan Penyerapan tenaga kerja pada sistem Kemitraan Usaha Perkebunan Kelapa Sawit (Kasus Pola Kemitraan di PT. Perkebunan Nusantara VI dan PT. Bakrie Pasaman Plantation, Kabupaten Pasaman Barat Provinsi Sumatera Barat). Skripsi. Program Studi Manajemen Agribisnis. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor

98

LAMPIRAN 1. Contoh Kontrak Perjanjian Antara PTI dengan Petani Mitra PERJANJIAN KERJASAMA TIM PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN PETANI PEMUDA TANI INDONESIA HKTI DENGAN KELOMPOK TANI SUKATANI MAKMUR TENTANG KERJASAMA PENINGKATAN PRODUKSI DAN KESEJAHTERAAN PETANI NO. 02/PKS/DPP/PTI/05/2007 Pada hari ini ...................... yang bertanda tangan dibawah ini : 1.

Anggawira Ketua Tim Pengembangan dan Pemberdayaan Petani DPP Pemuda Tani Indonesia HKTI; berkedudukan di Gedung Arsip Komplek Kantor Pusat Departemen Pertanian, Jalan RM Harsono Ragunan, Jakarta Selatan 12250; dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama DPP Pemuda Tani Indonesia Indonesia HKTI; selanjutnya disebut PIHAK PERTAMA.

2.

Faisal Petani penggarap anggota Kelompok Tani Sukatani Makmur.;berkedudukan di JL. Ciherang Sukatani RT 01/RW 02 No. 33 Cimanggis- Depok dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama pribadi selanjutnya disebut PIHAK KEDUA.

Kedua belah pihak telah setuju dan bermufakat untuk mengadakan perjanjian kerjasama dalam rangka peningkatan produktifitas dan kesejahteraan petani. TUJUAN KERJASAMA Pasal 1 Kerjasama ini bertujuan untuk meningkatkan produktifitas dan kesejahteraan petani RUANG LINGKUP PEKERJAAN Pasal 2 Ruang lingkup pekerjaan sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 perjanjian ini meliputi bagian dari hamparan tanah JL. Ciherang Sukatani RT 01/RW 02 No.Cimanggis- Depok sesuai dengan surat pernyataan pemilik kepada saudara Nelly S Edi.

1. 2. 3. 4. 5.

1. 2. 3. 4. 5.

1. 2.

HAK DAN KEWAJIBAN Pasal 3 PIHAK PERTAMA melakukan kunjungan dan pengumpulan data PIHAK PERTAMA menyediakan lahan garapan PIHAK PERTAMA menyediakan toko sarana produksi pertanian dan kebutuhan penunjang lainya untuk perlaksanaan usaha pertanian PIHAK PERTAMA memberikan pinjaman biaya garap PIHAK PERTAMA dapat mengundang PIHAK KEDUA untuk mengadakan pembahasan kegiatan usaha pertanian. Pasal 4 PIHAK KEDUA mempersiapkan hal-hal teknis yang berhubungan dengan pelaksanan usaha pertanian PIHAK KEDUA menjadi tenaga penggarap dan bertanggung jawab atas lahan yang telah tersedia PIHAK KEDUA menyampaikan laporan perkembangan usaha pertanian kepada PIHAK PERTAMA. PIHAK KEDUA wajib memberikan bagi hasil usaha kepada PIHAK PERTAMA sebesar 5% dari pinjaman modal setiap bulannya. PIHAK KEDUA wajib membayar cicilan pinjaman biaya garap paling lambat selama 5 bulan. HASIL PANEN Pasal 5 Hasil panen (hasil usaha pertanian); maka hasil usaha pertanian itu menjadi hak PIHAK KEDUA. Proses Penjualan hasil panen di lakukan oleh PIHAK KEDUA

99

PEMBAYARAN BAGI HASIL Pasal 6 1. Pembayaran bagi hasil dapat dilakukan secara bertahap mulai tangal 1 hingga selambatlambatnya tanggal 5 setiap bulannya.

1. 2.

JANGKA WAKTU Pasal 7 Perjanjian ini mulai terhitung sejak ditanda tangani oleh kedua belah pihak sampai semua hak dan kewajiban kedua belah pihak dapat diselesaikan. keseluruhan jangka waktu kerjasama dimaksud selama tiga tahun .............. – ..............

FORCE MAJOR Pasal 8 Apabila dalam pelaksanaan project terjadi bencana alam seperti banjir, gempa bumi, dan serangan hama yang diluar kewajaran, maka kerugian menjadi tanggung jawab bersama baik PIHAK PERTAMA maupun PIHAK KEDUA.

1. 2.

1. 2.

PENYELESAIAN PERSELISIHAN Pasal 9 Apabila dalam pelaksanaan perjanjian timbul perbedaan pendapat atau perselisihan, kedua belah pihak sepakat untuk menyelesaikannya secara musyawarah dan mufakat. Dalam hal tercapainya permufakatan dalam musyawarah tersebut , maka kedua belah pihak sepakat untuk menyelesaikan perselisihan tersebut melalui pengadilan dan kedua belah pihak memilih kediaman hukum tetap di Kepaniteraan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. PENUTUP Pasal 10 Semua ketentuan dalam perjanjian ini berlaku mengikat bagi kedua belah pihak. Adapun hal lain yang berada di luar ketentuan tersebut di atas dapat dibicarakan kemudian Perjanjian kerja sama ini dibuat rangkap 2 (dua) yang masing-masing mempunyai kekuatan hukum yang sama dan telah ditandatangani oleh wakil-wakil para pihak yang sah serta para saksi pada tanggal tersebut di atas

PIHAK PERTAMA Tim Pemberdayaan dan Pengembangan Petani

(Anggawira)

PIHAK KEDUA

(

Saksi Kuasa Pemilik Lahan / Ketua RW 02 Kel Sukatani

(Nelly S EDY)

Faisal

)

100

LAMPIRAN 2. Contoh Surat Perjanjian Penguasaan Lahan

SURAT PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama

: Bambang Sugeng

Alamat : Jln. Teratai No. 34 RT 03 RW 02 PD. Terubuk Pekan Baru Dalam hal ini bertindak selaku pemilik lahan seluas 25 ha di Kelurahan Sukatani, Kecamatan Cimanggis, Kota Depok dengan ini memberikan kuasa kepada : Nama

: Nelih S. Edi Cq DPP Pemuda Tani Indonesia HKTI

Alamat : Ciherang Sukatani RT 01 RW 05 No. 33 Cimanggis Depok. Untuk melakukan pemanfaatan lahan yang saya miliki untuk kegiatan pertanian produktif dengan melibatkan masyarakat sekitar. Pemanfaatan lahan tersebut dapat dilangsungkan selama 3 tahun dimulai pada 1 Maret 2007 hingga 1 Maret 2010 dan setelah batas waktu yang ditentukan dapat diperpanjang.

Depok, 28 Januari 2007 Pemberi kuasa

Penerima Kuasa

Bambang Sugeng

Nelih S. Edi

Mengetahui,

Lurah Sukatani

101

LAMPIRAN 3. Contoh Kuisioner Untuk Perusahaan

KUISIONER Untuk Mengetahui Kondisi Petani Mitra dan Perusahaan

Peneliti : Cecep Ali Yasin Rahman A14103048

PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007

102

KUISIONER PENELITIAN UNTUK MENGETAHUI PELAKSANAAN KEMITRAAN PEMUDA TANI INDONESIA SEBAGAI MITRA PETANI No: ……………… Tgl: ……………... Responden No A.

Nama :

Pertanyaan Kondisi Pemuda Tani Indonesia (PTI) Apakah tujuan yang ingin dicapai PTI dalam melaksanakan kemitraan ini? Apakah visi dan misi PTI?

Jawaban

Bagaimana struktur organisasi PTI?

Perlu arsip profil PTI : sudah

Pihak/bagian yang terkait dengan program kemitraan?

B

Jabatan :

Pelaksanaan Kemitraan Bagaimana bentuk pembinaan/bimbingan yang diberikan kepada petani? Bagaimana bentuk permodalan kepada petani? Bagaimana penyediaan sarana dan prasarana produksi untuk petani mitra? Adakah pendampingan secara teknis maupun non-teknis dari perusahaan mitra?

Perlu arsip profil PTI : sudah Perlu arsip profil PTI : sudah

103

Apakah petani mitra dilibatkan dalam pembuatan peraturan dan kontrak kemitraan? Apakah dalam pelaksanaanya, seluruh petani mitra patuh terhadap peraturan dan kontrak kemitraan? Apa saja hak dan kewajiban untuk masingmasing pelaku kemitraan? Apa peran pemerintah dalam kemitraan ini? Apa saja yang menjadi kendala di dalam kemitraan?

Perlu arsip kontrak kemitraan terbaru

Kualitas dan Kuantitas Bibit yang Diberikan Keragaman Penyediaan Sarana Produksi Harga Sarana Produksi yang Dijual Bantuan Biaya Garap Ketepatan Waktu Pemberian Biaya Garap Lahan yang digarap Pembagian Penguasaan Lahan Sistem Pengairan Respon Terhadap Segala Keluhan

104

Kejujuran Dari Pihak Manajemen Sistem Bagi Hasil Pola Pemasaran Jual Sendiri

C

Sistem Produksi Apakah PTI memiliki target produksi tahunan dalam kemitraan ini? Upaya apa yang dilakukan PTI untuk meningkatkan penguasaan teknologi bagi petani? Solusi apa yang dilakukan PTI untuk mengatasi kendala teknis berupa faktor cuaca yang menyebabkan produksi sayuran menjadi kurang baik?

D

Pemasaran Hasil Bagaimana sistem pemasaran sayuran yang dilakukan di kemitraan ini? Bagaimana saluran distribusi sayuran hasil petani mitra PTI?

pemasaran

Berapa harga rata-rata yang diterima petani dalam menjual hasil sayurannya? E

Pembiayaan/pendanaan Apakah PTI mempunyai perencanaan khusus sebagai bentuk analisa pembiayaan yang dibutuhkan? Lembaga

mana

saja

yang

memberikan

Perlu arsip keuangan Maret s.d. Oktober 2007

105

pinnjaman dana? Bagaimana bentuk kerjasama PTI dengan pihak penyedia dana? Bagaimana aliran dana dari pihak penyedia dana hingga sampai ke petani? Bagaimana bentuk pengawasan dilakukan atas dana yang diberikan?

yang

Bagaimana sistem pengembalian kredit yang dilakukan petani? F

Keterlibatan Petani Berapa banyak petani yang menjadi mitra PTI? Perlu daftar nama petani mitra terbaru Bagaimana keterlibatan petani dalam setiap unit usaha PTI

Dalam satuan kepala keluarga (KK) : Dalam satuan petani perorangan : Unit Usaha Bayam-Kangkung Petani sebagai: Jumlah yang terlibat : Unit Usaha Saprotan Petani sebagai: Jumlah yang terlibat : Unit Usaha Pepaya Petani sebagai: Jumlah yang terlibat : Unit Usaha Ikan Petani sebagai: Jumlah yang terlibat :

106

LAMPIRAN 4. Contoh Kuisioner Untuk Petani

KUISIONER Untuk Mengetahui Kondisi Petani Mitra dan Perusahaan

Peneliti : Cecep Ali Yasin Rahman A14103048

PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007

107

KUISIONER PENELITIAN UNTUK MENGETAHUI TINGKAT KEPUASAN PETANI MITRA TERHADAP PELAKSANAAN KEMITRAAN PEMUDA TANI INDONESIA - HKTI No: ……………… Tgl: ……………... Saya Cecep Ali Yasin Rahman, mahasiswa Manajemen Agribisnis IPB sedang melakukan penyusunan skripsi dengan judul “Analisis Tingkat Kepuasan Petani Sayuran Terhadap Pelaksanaan Kemitraan Pemuda Tani Indonesia - Himpunan Kelompok Tani Indonesia (HKTI)”. Dimohon kesediaan Bapak/Ibu untuk meluangkan waktu untuk mengisi kuisioner ini secara lengkap. Kerahasiaan saudara sebagai responden terjamin. Atas bantuan dan kerjasamanya, saya ucapkan terima kasih. Petunjuk umum: Isilah/Berilah tanda (√ ) pada tempat yang sudah disediakan. IDENTITAS RESPONDEN Nama

: ………………………........................................

Jenis Kelamin

: □ Laki-laki

Alamat

: ……………………………………………........... ……………………………………………………

Usia

: □ ≤ 29 tahun □ 30-39 tahun □ 40-49 tahun □ SMP

□ Perempuan

□ 50-59 tahun □ ≥ 60 tahun

Alasan Berusahatani Sayuran

: □ Mudah dalam penanganannya □ Pekerjaan utama □ Pekerjaan sampingan □ Usaha turun temurun □ Cocok ditanam di daerah penelitian

Komoditas sayuran yang ditanam

: ……………………............................................ .........................................................................

Luas lahan yang digarap : ………. Meter Persegi

Pendidikan terakhir

: □ SD

□SMA

□Sarjana

Jumlah tangggungan keluarga

: □ 0 orang □ 1-2 orang

□ 3-5 orang □ >5 orang

Penghasilan/bulan

: □ ≤ 500.000 □ 510.000-900.000

□1.000.000-1.900.000 □ ≥ 2.000.000

Pengalaman bermitra dengan yang lain

: □ Pernah, selama ………… tahun □ Belum pernah

Pengalaman bermitra dengan PTI Lama berusahatani sayuran

Rata-rata produksi Perbulan

: ………. Ikat

Periode panen

: ………. Hari

Biaya garap perbulan

: ………………………………

Penghasilan perbulan

: ………………………………

: ……….. bulan

Alasan anda mengikuti kemitraan

: ………………………………………………........ …………………………………………………….

: □ ≤ 2 tahun □ 3-4 tahun

Adakah pekerjaan lain yang dilakukan selain usahatani ini

: □ Tidak ada □ Ada, sebagai ...............................

□ 5-6 tahun □ ≥ 7 tahun

108

PELAKSANAAN KEMITRAAN Alasan Anda dalam mengikuti kemitraan : o Ingin mendapat bantuan modal o Ingin menambah pengetahuan/keterampilan dalam bidang pertanian o Ingin keuntungan meningkat o Ingin mendapat jaminan pasar o Lainnya………………………………………………………… Apakah dalam kemitraan ini Anda mengetahui dan memahami peraturan kemitraan (perjanjian kontrak dengan PTI) ? □ Ya

Masalah/kendala selama mengikuti kemitraan: 1. ………………………………………………………………………………………….. 2. …………………………………………………………………………………............. 3. …………………………………………………………………………………………. 4. ………………………………………………………………………………………….. Data Keuangan Maret-Oktober 2007

□ Tidak

Apakah Anda ikut terlibat dalam membuat peraturan/kontrak kemitraan dengan PTI? □ Ya □Tidak,alasannya…………………………... Apakah dalam kemitraan Anda mendapat bantuan sarana produksi (benih, pupuk, alat-alat) ? □ Ya, dalam bentuk (bahan/uang)* □ Tidak Apakah Anda mendapat bantuan pendanaan (modal awal) ? □ Ya, sebutkan jumlahnya…………………………………….. □ Tidak Fasilitas apa saja dalam kemitraan ini yang diberikan PTI kepada Anda: 1. …………………………………………………………………………. 2. ………………………………………………………………………… 3. …………………………………………………………………………

Bulan

Penjualan (Rp)

Biaya Budi Daya (Rp) Peralatan

Upah

Benih/Bibit

Pestisida

Pupuk

Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober

Saran Anda terhadap PTI: …………………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………

109

TINGKAT KEPENTINGAN DAN KEPUASAN A. Petunjuk A Tingkat Kepentingan Di bawah ini terdapat pernyataan-pernyataan yang berkaitan dengan harapan Anda terhadap pelaksanaan kemitraan PTI dengan petani mitra. Berilah tanda ( √ ) pada kolom jawaban yang Anda pilih. B. Petunjuk B Tingkat Kepuasan Di bawah ini terdapat pernyataan pernyataan yang berkaitan dengan yang Anda rasakan terhadap pelaksanaan kemitraan yang telah Anda terima dari PTI. Berilah tanda ( √ ) pada kolom jawaban yang Anda pilih.

No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

Atribut Kualitas Benih yang Diberikan Keragaman Penyediaan Sarana Produksi Harga Sarana Produksi yang Dijual Bantuan Biaya Garap Ketepatan Waktu Pemberian Biaya Garap Lahan yang Digarap Pembagian Penguasaan Lahan Sistem Pengairan Respon Terhadap Segala Keluhan Sistem Bagi Hasil Pola Pemasaran Jual Sendiri Hasil Panen

1 Tidak Penting

2 Kurang Penting

KEPENTINGAN 3 4 Cukup Penting Penting

5 Sangat Penting

1 Tidak Puas

2 Kurang Puas

KEPUASAN 3 Cukup Puas

4 Puas

5 Sangat Puas

110

LAMPIRAN 5. Uraian Karakteristik Responden Kriteria

1

Laki-laki Perempuan



2

3



4



5

6





30-39 tahun 40-49 tahun 50-59 tahun ≥ 60 tahun

√ √

√ √

7

8

9

10

11

Jenis Kelamin √ √ √ √ √ Usia √ √ √ √ √



12

13

√ √

14

15

16





√ √

17

18





9 9



3 8 3 4





2 16







√ √



√ √





Pendidikan terakhir Tidak sekolah SD SMP SMU Sarjana

√ √





























√ √

Jumlah tanggungan keluarga 0 orang 1-2 orang 3-5 orang > 5 orang

√ √ √

√ √

≤ 500.000 510.000-900.000 1.000.000-1.900.000 ≥ 2.000.000 1-2 tahun 2-3 tahun > 3 tahun





√ √ √ Penghasilan perbulan



√ √

√ √ √

1 1 16





18







18

√ √





3 15





√ √





























2 8 4 4











Lama bermitra dengan PTI √ √ √ √ √ √























√ √

Pengalaman bermitra dengan yang lain Pernah Belum pernah





≤ 2 tahun 3-4 tahun 5-6 tahun ≥ 7 tahun









Karena modal Ingin maju



Bayam dan kangkung Pepaya Tanaman tambahan

√ √ √

≤ 2.000 m2 2.100-4.000 m2 4.100-6.000 m2 ≥ 6.100 m2 Nedi Satiman Dedeh Kartun Hakim





Pekerjaan utama Pekerjaan sampingan

1. 2. 3. 4. 5.



√ √













√ √



√ √ √ √ √ √ Lama berusahatani sayuran

√ √ √ √ √ √ √ Alasan berusahatani sayuran √ √ √ √ √ √ √ Alasan bermitra dengan PTI √ √ √ √ √ √ √ Sayuran yang ditanam √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ Luas lahan yang digarap √

√ √







6. Mariyah 7. Rohati 8. Aminah 9. Faisal 10. Ata





√ √

11. Ai 12. Sumarno 13. Neni 14. Hamid 15. Anih

16. Sanih 17. Naid 18. Sariyah





14 4













17 1



√ √











18 4 7



√ √







√ √







√ √ √

2 2 12 2

111

LAMPIRAN 6. Uraian Tingkat Kepentingan Atribut Nilai (n)

1 1 2 3 4 5

2

3

4



5

6

7 8 9 10 11 12 Kualitas Benih yang Diberikan

√ √

√ √



13

14

√ √





15

16

√ √



17

18



√ √







∑xn 52 6 8 4

Keragaman Penyediaan Sarana Produksi 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5





















√ √









√ √





√ Bantuan Biaya Garap







































√ Lahan yang Digarap √ √ √







√ √











√ √

11 3 2 2 72

22 9 8 10

5 8 5

15 32 25



Pembagian Penguasaan Lahan √ √ √ √ √ √ √

3 9 6

√ √

√ √













√ √

1 2 3 4 5 1 2 3 4 5



√ √









√ √

√ √ Respon Terhadap Segala Keluhan













33 24 5

1 7 10

2 21 40

√ √









√ √













√ √



√ √



350

1 9 6 2

2.50 1 18 18 8



4 7 7

4.17

12 28 35 68

√ Sistem Bagi Hasil

Pola Pemasaran Jual Sendiri Hasil Panen 1





√ √





√ √

3.44

75



√ √

9 36 30

45





4.17

11 6 1 63

Sistem Pengairan 1 2 3 4 5

4.00

62

√ √









2.72

75

√ √ √ √ Ketepatan Waktu Pemberian Biaya Garap













√ √

√ √





√ Harga Sarana Produksi yang Dijual

√ √

√ √

√ √

12 24 16 49

√ √

∑xn/r 2.89







3.78

5 12 1 55

15 48 5

7 3 8

14 9 32 53

3.05

2.94

112

LAMPIRAN 7. Uraian Tingkat Kepuasan Atribut Nilai (n)

1 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5

2

3

4

5

6

7 8 9 10 11 12 Kualitas Benih yang Diberikan

√ √ √ √







15

16

18

















√ √











∑xn 66 3 6 3 6











1 2 3 4 5 1 2 3 4 5







√ √









√ √







√ √ Bantuan Biaya Garap

√ √















√ √ √ √ √ Ketepatan Waktu Pemberian Biaya Garap

√ √















√ √

√ √

√ √



√ √ √







√ √



1 5 9 3



√ √



√ √







1 2 3 4 5







√ √

√ √













√ √

√ √

√ √ √ √

Sistem Pengairan √ √ √ √







√ √











√ √

























√ Sistem Bagi Hasil

1 2 3 4 5 1

√ √ √











3.72

18 44 5

3 6 9

15 24 45

4.67

1 10 6 1 43 6 5 4 3





√ √

√ Pola Pemasaran Jual Sendiri Hasil Panen

3.39 2 30 24 5 2.39 6 10 12 15

69

√ √

2 15 24 30

6 11 1 84

Respon Terhadap Segala Keluhan 1 2 3 4 5

3.94

61 √



2 15 36 15

1 5 6 6

Pembagian Penguasaan Lahan 1 2 3 4 5

3.78

67

√ √





Lahan yang Digarap 1 2 3 4 5

8 15 36

71

√ √

3.28

68

√ √

6 18 12 30

4 5 9

Harga Sarana Produksi yang Dijual 1 2 3 4 5

∑xn/r 3.67

59

√ √

17



√ √ Keragaman Penyediaan Sarana Produksi

√ √

14



√ √

13



√ √





3.83

1 3 12 2 64

2 9 48 10

1 8 7 2

2 24 28 10 70

3.55

3.89

113

LAMPIRAN 8. Dokumentasi Lapang

114

LAMPIRAN 10. Peta Kelurahan Sukatani, Cimanggis Depok