ANALISIS Z-SCORE UNTUK MEMPREDIKSI FINANCIAL DISTRESS PADA

Download ABSTRACT. The purpose of this research is to find out the financial distress based on the analysis result by using Z-score at. Pulp and Pap...

0 downloads 535 Views 893KB Size
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 2 (2013)

1

ANALISIS Z-SCORE UNTUK MEMPREDIKSI FINANCIAL DISTRESS PADA PERUSAHAAN PULP AND PAPER Maria Ulfah Febriani [email protected]

Lailatul Amanah Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya ABSTRACT The purpose of this research is to find out the financial distress based on the analysis result by using Z-score at Pulp and Paper company which is listed in Indonesia Stock Exchange. The research type is using qualitative descriptive research. The population in this research is pulp and Paper Company which is listed in Indonesia Stock Exchange for 2 years period which are in the year of 2011 until 2012, the sample selection is using purposive sampling and the numbers of samples in this research are 7 pulp and paper companies. The data analysis technique is using qualitative descriptive method which are collecting, processing, and interpreting the data obtained theoretically. Based on the research result and the discussion by using Altman Z Score method at the pulp and paper company can be found that the financial condition of each company can be explained as follows: The company which has not indicated value of Z > 2.99 are: PT PKTK Tbk with the prediction value of Z in the year of 2013 is 8.359 and PT AN Tbk with the prediction value of Z in the year of 2013 is 3.713, there are five, it can be said that those two pulp and paper companies are in good condition; (2) The companies which have value of Z 1.20-2.99 are PT FSW with the prediction value of Z in the year of 2013 is 1.170, is followed by PT S Tbk with the prediction value of Z in the year 2013 is 2.073 and PT IKPP with the prediction value of Z in the year of 2013 is 2.044 as a result that all three companies can be categorized in the warning category; (3) The companies which have value of Z < 1.20 are PT TPL Tbk with the prediction value of Z in the year of 2013 is 5.716 and PT SAIP Tbk with the prediction value of Z in the year of 2013 is -1.775, both companies can be included financial distress. Keywords: financial report, z-score and financial distress.

ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui financial distress berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan Z-Score pada perusahaan Pulp and Paper yang listing di Bursa Efek Indonesia.Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan pulp and paper yang listing di Bursa Efek Indonesia selama periode 2 tahun yaitu tahun 2011 sampai dengan tahun 2012, dengan pemilihan sampel menggunakan purposive sampling dengan jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 7 perusahaan pulp and paper. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian adalah metode deskriptif kualitatif yaitu mengumpulkan, mengolah dan menginterprestasikan data yang diperoleh dengan teoritis.Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dengan menggunakan metode Altman Z Score pada perusahaan pulp and paper dapat diketahui kondisi keuangan masing-masing perusahaan dengan penjelasan sebagai berikut: (1) Perusahaan yang memiliki nilai Z > 2,99 antara lain: PT PKTK Tbk dengan nilai Z prediksi 2013 sebesar 8,359 dan PT AN Tbk dengan nilai Z prediksi 2013 sebesar 3,713, sehingga dua perusahaan pulp and paper tersebut dapat dikatakan sehat; (2) Perusahaan yang memiliki nilai Z 1,20-2,99 diantaranya PT FSW dengan nilai Z prediksi tahun 2013 sebesar 1,170, diikuti PT S Tbk dengan nilai Z prediksi tahun 2013 sebesar 2,073 dan PT IKPP dengan nilai Z prediksi tahun 2013 sebesar 2,044 sehingga ketiga perusahaan masuk kategori waspada.; (3) Perusahaan yang memiliki nilai Z < 1,20 diantaranya adalah PT TPL Tbk dengan nilai Z prediksi tahun 2013 sebesar -5,716 dan PT SAIP Tbk dengan nilai Z prediksi tahun 2013 sebesar -1,775, kedua perusahaan tersebut termasuk perusahaan yang tidak sehat (financial distress). Kata kunci: laporan keuangan, Z-score dan financial distress

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 2 (2013)

2

PENDAHULUAN Dalam memasuki pasar bebas perdagangan dunia, aktivitas perekonomian di Indonesia sedang gencar dilaksanakan. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi persaingan yang semakin ketat antara pasar dalam negri dan luar negri dalam memperebutkan pangsa pasar yang ada. Oleh karena itu, perusahaan dituntut untuk tanggap terhadap peluang maupun permasalahan yang timbul pada saat ini maupun di masa yang akan datang. Persaingan yang semakin ketat ini perusahaan dituntut untuk dapat bekerja lebih efektif dan efisien sehingga dapat meningkatkan daya saing. Kebangkrutan merupakan masalah yang sangat esensial yang harus di waspadai oleh perusahaan. Apabila suatu perusahaan telah bangkrut berarti perusahaan tersebut benar-benar mengalami kegagalan usaha, oleh karena itu perusahaan sedini mungkin untuk melakukan berbagai analisis terutama analisis tentang kebangkrutan. Analisis kebangkrutan dilakukan untuk memperoleh peringatan awal kebangkrutan (tanda-tanda awal kebangkrutan). Semakin awal tanda-tanda kebangkrutan tersebut, semakin baik bagi pihak manajemen karena pihak manajemen bisa melakukan perbaikanperbaikan. Pihak kreditur dan juga pihak pemegang saham bisa melakukan persiapan-persiapan untuk mengatasi berbagai kemungkinan yang buruk (Hanafi dan Halim, 2007:263). Saat ini perusahaan yang go public memanfaatkan keberadaan pasar modal sebagai sarana untuk mendapatkan sumber dana atau alternatif pembiayaan. Adanya pasar modal dapat dijadikan sebagai alat untuk merefleksikan kinerja dan kondisi keuangan perusahaan. Pasar akan merespon positif melalui peningkatan harga saham perusahaan jika kondisi keuangan dan kinerja perusahaan bagus. Para investor dan kreditur sebelum menanamkan dananya pada suatu perusahaan akan selalu melihat terlebih dahulu kondisi keuangan perusahaan tersebut. Investor dan kreditor sebagai pihak yang berada diluar perusahaan dituntut mengetahui perkembangan yang ada dalam perusahaan untuk mengamankan investasi yang telah dilakukan. Ketidakmampuan untuk membaca sinyal-sinyal kesulitan usaha akan mengakibatkan kerugian dalam investasi yang telah dilakukan. Untuk mengatasi hal tersebut investor harus bisa mendeteksi kemungkinan kesulitan keuangan adalah sinyal dari dalam perusahaan yang berupa indikator kesulitan keuangan (Darsono dan Ashari, 2010:101). Berbagai analisis dikembangkan untuk memprediksi awal kebangkrutan perusahaan. Analisis yang banyak digunakan adalah analisis diskriminan Altman dimana analisis ini mengacu rasio-rasio keuangan perusahaan. Rasio menggambarkan suatu hubungan atau pertimbangan antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain, dan dengan menggunakan alat analisis berupa rasio ini akan dapat menjelaskan atau memberi gambaran kepada analisis tentang baik buruknya keadaan atau posisi keuangan suatu perusahaan terutama angka rasio itu di banding rasio pembanding yang digunakan sebagai standar (Munawir, 2012: 64), sedangkan yang digunakan dalam analisis ini yaitu laporan neraca dan laporan laba rugi. Dari laporan keuangan perusahaan dapat diperoleh informasi tentang posisi keuangan, kinerja perusahaan, aliran kas perusahaan, dan informasi lain yang berkaitan dengan laporan keuangan. Oleh karena itu, analisis laporan keuangan sangat dibutuhkan untuk memahami informasi laporan keuangan. Setiap perusahaan dapat terancam mengalami kesulitan keuangan tidak terkecuali pada perusahaan yang memproduksi beberapa kebutuhan masyarakat. Terjadinya likuidasi atau kesulitan keuangan pada sejumlah perusahaan tentu saja akan menimbulkan beberapa permasalahan yang berkaitan dengan pemilik maupun karyawan yang harus kehilangan pekerjaannya. Resiko kesulitan keuangan bagi perusahaan sebenarnya dapat dilihat dan diukur melalui laporan keuangan,

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 2 (2013)

3

dengan cara melakukan analisis rasio terhadap laporan keuangan yang dikeluarkan oleh perusahaan yang bersangkutan. Analisis rasio merupakan alat yang sangat penting untuk mengetahui posisi keuangan perusahaan serta hasil-hasil yang telah dicapai sehubungan dengan pemilihan strategi perusahaan yang telah dilaksanakan. Laporan keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan merupakan salah satu sumber informasi mengenai posisi keuangan perusahaan, kinerja serta perubahan posisi keuangan yang sangat berguna untuk mendukung pengambilan keputusan yang tepat. Analisis laporan keuangan tidak hanya digunakan untuk menunjukkan keberhasilan manajemen mengelola perusahaan jangka pendek dengan menekankan pada satu aspek saja yaitu keuangan. Untuk mengatasi kelemahan ini maka dapat dipergunakan alat analisis yang menghubungkan beberapa rasio sekaligus untuk menilai kondisi keuangan perusahaan. Analisis ini dikenal dengan nama analisis Z-Score. Model Altman (Z-Score) merupakan salah satu model analisis multivariate yang berfungsi untuk memprediksi kebangkrutan perusahaan dengan tingkat ketepatan dan keakuratan yang relatif dapat dipercaya. Model Z-Score merupakan skor yang ditentukan dari hitungan standar dikalikan rasio-rasio keuangan yang akan menunjukkan tingkat kemungkinan kebangkrutan perusahaan. Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah penelitian adalah: “Bagaimana menganalisis financial distress dengan Z-score pada perusahaan pulp and paper yang listing di Bursa Efek Indonesia?”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui financial distress berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan Z-Score pada perusahaan Pulp and Paper yang listing di Bursa Efek Indonesia. TINJAUAN TEORETIS Laporan Keuangan Laporan keuangan adalah laporan yang menyajikan informasi yang digunakan pada pihak-pihak yang berkepentingan dari aktivitas ekonomi perusahaan. Menurut Munawir (2012:2) laporan keuangan adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut. Sedangkan Baridwan (2008:17) laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan, merupakan suatu ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan Laporan keuangan memiliki tujuan masing-masing sesuai dengan kebijakan perusahaan dan harus diterapkan sesuai prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku. Pernyataan tersebut didukung pendapat oleh Harahap (2011:133), menggambarkan tujuan laporan keuangan dibagi menjadi dua, yaitu: (1) Tujuan umum untuk menyajikan laporan posisi keuangan, hasil usaha, dan perubahan posisi keuangan secara wajar sesuai prinsip akuntansi yang diterima; (2) Tujuan khusus untuk memberi informasi tentang kekayaan, kewajiban, kekayaan bersih, proyeksi laba, perubahaan kekayaan dan kewajiban, serta informasi yang relevan. Menurut pernyataan PSAK No. 1 yang menyatakan bahwa tujuan laporan keuangan untuk tujuan umum adalah memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja, dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam rangka membuat keputusan-keputusan ekonomi serta menunjukkan pertanggung jawaban (stewardship) manajemen atas penggunaan sumber-sumber daya yang dipercayakan kepada mereka (Ikatan Akuntansi Indonesia, 2009:9). Hanafi dan Halim (2007:31) tujuan umum pelaporan keuangan adalah member informasi yang bermanfaat bagi investor,

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 2 (2013)

4

kreditur, dan pemakai lainnya, sekarang atau masa yang akan datang (potensial) untuk membuat keputusan investasi, pemberian kredit, dan keputusan lainnya yang serupa yang rasional. Komponen Laporan Keuangan Laporan keuangan yang disusun oleh manajemen perusahaan menurut Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) (2009:13) terdiri dari: (1) Neraca (Balance Sheet); (2) Laporan laba rugi (Income statement); (3) Laporan arus kas (Cash flow statement); (4) Laporan perubahan ekuitas (Statement of charge in equity); (5) Catatan atas laporan Keuangan (Notes to financial statement) Analisis Laporan Keuangan Menganalisis laporan keuangan berarti menggali lebih banyak informasi yang dikandung suatu laporan keuangan. Pengertian analisis laporan keuangan menurut Harahap (2011:190): Menguraikan pos-pos laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil dan melihat hubungannya yang bersifat signifikan atau yang mempunyai makna antara satu dengan yang lain baik antara data kuantitatif maupun data non-kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting dalam proses menghasilkan keputusan yang tepat. Informasi yang ada pada laporan keuangan hanyalah informasi yang berupa angka-angka yang merupakan rekaman dari transaksi yang terjadi selama satu periode. Alat analitis yang digunakan biasanya adalah analisis laporan keuangan yang berupa rasio-rasio laporan keuangan (Darsono dan Ashari, 2010:62). Hasil dari analisis laporan keuangan pada akhirnya akan bisa menghilangkan situasi duga menduga, ketidakpastian, pertimbangan pribadi, dan lain sebagainya. Sehingga akan memperkuat keyakinan kita pada informasi yang ada sehingga keputusan yang diambil akan lebih tepat. Menurut Bernstein (dalam Prastowo, 2006:52) menjelaskan bahwa analisis laporan keuangan merupakan suatu proses yang penuh pertimbangan dalam rangka membantu mengevaluasi posisi keuangan dan hasil operasi perusahaan pada masa sekarang dan masa lalu, dengan tujuan utama untuk menentukan estimasi dan prediksi yang paling mungkin mengenai kondisi dan kinerja perusahaan pada masa mendatang. Sedangkan menurut Bactiar dan Nurwahyu (2008:3) analisis laporan keuangan adalah aplikasi dari alat dan teknik analitis untuk laporan keuangan bertujuan umum dan data data yang berkaitan untuk menghasilkan estimasi dan kesimpulan yang bermanfaat dalam analisis bisnis. Harahap (2008:190) analisis laporan keuangan berarti, mengurangi pos-pos laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih dan melihat hubungan yang bersifat signifikan atau mempunyai makna antara satu dengan yang lain baik antara data kualitatif maupun data non kualitatif dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting dalam proses menghasilkan keputusan yang tepat. Kesulitan Keuangan (Financial Distress) Menurut Munawir (2012:289) secara garis besar penyebab kesulitan keuangan biasa dibagi menjadi dua yaitu faktor internal perusahaan maupun eksternal baik yang bersifat khusus yang berkaitan langsung dengan perusahaan maupun yang bersifat umum. Faktor internal yang bisa menyebabkan kesulitan keuangan (financial distress): (1) Manajemen yang tidak efisien akan mengakibatkan kerugian terus menerus yang pada akhirnya menyebabkan perusahaan tidak mampu membayar kewajibannya; (2) Pemborosan

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 2 (2013)

5

dalam alokasi biaya, kurangnya keterampilan, dan keahlian manajemen; (3) Modal yang dimiliki dengan jumlah utang-piutang yang dimiliki. Utang yang terlalu besar akan mengakibatkan biaya bunga yang besar sehingga memperkecil laba bahkan bisa mengakibatkan kerugian; (4) Piutang yang terlalu besar juga akan merugikan karena aset yang menganggur terlalu banyak sehingga tidak menghasilkan pendapatan pemegang saham atau investor. Menurut Darsono dan Ashari (2010:103-104) faktor eksternal adalah perubahan dalam keinginan pelanggan yang tidak diantisipasi oleh perusahaan yang mengakibatkan pelanggan lari sehingga terjadi penurunan dalam pendapatan. Kesulitan bahan baku karena supplier tidak dapat memasok lagi kebutuhan bahan baku yang digunakan untuk produksi. Terlalu banyak piutang yang diberikan kepada debitur dalam jangka waktu pengembalian yang lama akan mengakibatkan banyak aset yang menganggur yang tidak memberikan penghasilan sehingga mengakibatkan kerugian yang besar bagi perusahaan. Hubungan yang tidak harmonis dengan kreditur juga bisa berakibat fatal terhadap kelangsungan hidup perusahaan. Persaingan bisnis yang semakin ketat menuntut perusahaan agar selalu memperbaiki diri sehingga bisa bersaing dengan perusahaan lain dalam memenuhi kebutuhan pelanggan. Alat-alat dan Teknik Analisis Laporan Keuangan Banyak alat dan teknik yang digunakan oleh analis laporan keuangan untuk mengubah data keuangan menjadi format yang memudahkan evaluasi tentang kondisi keuangan perusahaan dan kinerjanya dari waktu ke waktu dan perbandingan dengan kompetitor dalam industri. Teknik analis yang digunakan adalah analisis rasio dan analisis persentase yang memungkinkan untuk mengidentifikasi, mengkaji, dan merangkum hubungan-hubungan yang signifikan dari data keuangan perusahaan. Menurut Harahap (2011:20) teknik analisis laporan keuangan dapat digunakan dengan berbagai metode antara lain: 1) Metode Komparatif; 2) Laporan keuangan bentuk Commond Size; 3) Metode Index Time Series; 4) Analisis rasio; 5) Teknik analisis lain seperti: (a) Analisis sumber dan penggunaan dana, (b) Analisis Break Even, (c) Analisis gross profit; (d) Dupont analysis; dan 6) Model Analisis seperti: (a) Z-score pediction model, b) Net cash flow prediction model, (c) Take over prediction model. Financial Distress Financial distress merupakan suatu situasi dimana aliran kas operasi sebuah perusahaan tidak cukup memuaskan kewajiban-kewajiban yang sekarang (seperti perdagangan kredit atau pengeluaran bunga) dan perusahaan dipaksa untuk melakukan tindakan korektif (Sjahrial, 2007:453) Financial distress mungkin membawa suatu perusahaan untuk menggagalkan suatu kontrak dan itu mungkin melibatkan restrukturisasi diantara perusahaan, para krediturnya, dan para investor ekuitasnya. Definisi financial distress dapat diperluas dengan kaitannya dengan kebangkrutan. Kebangkrutan yang didefinisikan dalam balck’s law dirictionary sebagai berikut: ”ketidak mampuan untuk membayar utang seseorang:suatu kondisi yang demikian dari aktiva dan kewajiban seorang perempuan atau laki-laki dimana yang terdahulu yang telah membuat dengan segera tersedia tidak cukup untuk membuang nya lebih lanjut (Sjahrial, 2007:453). Istilah kesulitan keuangan (financial distress) digunakan untuk mencerminkan adanya permasalahan dengan likuiditas yang tidak dapat dijawab atau diatasi tanpa harus melakukan perubahan skala operasi atau restrukturisasi perusahaan. Pengelolaan kesulitan

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 2 (2013)

6

keuangan jangka pendek (tidak mampu membayar kewajiban keuangan pada saat jatuh temponya) yang tidak tepat maka akan menimbulkan permasalahan yang lebih besar yaitu menjadi tidak solvable (jumlah utang lebih besar dari pada jumlah aktiva) dan akhirnya mengalami kebangkrutan (Munawir, 2012:291). Financial distress terjadi sebelum kebangkrutan. Model financial distress perlu untuk dikembangkan, karena dengan mengetahui kondisi financial distress perusahaan sejak dini diharapkan dapatdilakukan tindakan-tindakan untuk mengantisipasi kondisi yang mengarah pada kebangkrutan.

Kebangkrutan dan Kegagalan Kebangkrutan adalah kesulitan likuiditas yang sangat parah sehingga perusahaan tidak mampu menjalankan operasi dengan baik. Kebangkrutan biasanya diartikan sebagai kegagalan perusahaan dalam menjalankan operasi perusahaan untuk menghasilkan laba. Kebangkrutan juga sering disebut likuidasi perusahaan atau penutupan perusahaan atau insolvabilitas. Alimiansyah dan Padji (dalam Iflaha, 2008:33) bahwa kebangkrutan dapat diartikan sebagai pernyataan keadaan yang menunjukkan jalannya usaha yang sangat kritis (genting) dan akhirnya jatuh pailit atau bangkrut. Kebangkrutan usaha telah diartikan dengan berbagai cara untuk memperoleh yang jelas tentang masalah keuangan yang dihadapi oleh suatu perusahaan. Namun kata-kata yang sering dijumpai dalam literatur berkaitan dengan kebangkrutan adalah failure, insolvency. Meskipun kata-kata tersebut terkadang disamakan tetapi sebenarnya mempunyai perbedaan. Kebangkrutan sebagai kegagalan didefinisikan dalam beberapa arti (Martin et al. dalam Indah, 2005) adalah: (1) Kegagalan dalam arti ekonomi berarti bahwa perusahaan kehilangan uang atau pendapatan perusahaan tidak mampu menutup biaya sendiri, ini berarti bahwa tingkat labanya lebih kecil dari kewajiban. Kegagalan terjadi bila arus kas sebenarnya dari perusahaan tersebut jauh dibawah arus kas yang diharapkan; (2). Kegagalan keuangan (financial failure) Kegagalan keuangan bisa diartikan sebagai insolvensi. Insolvensi atas dasar arus kas ada dua bentuk: (a) Insolvensi teknis (tehnical insolvency); (b) Insolvensi dalam pengertian kebangkrutan. Menurut Munawir (2012:289) secara garis besar penyebab kesulitan keuangan biasa dibagi menjadi dua yaitu faktor internal perusahaan maupun eksternal baik yang bersifat khusus yang berkaitan langsung dengan perusahaan maupun yang bersifat umum. Faktor internal yang bisa menyebabkan kesulitan keuangan (financial distress) perusahaan meliputi: (a) Manajemen yang tidak efisien akan mengakibatkan kerugian terus menerus yang pada akhirnya menyebabkan perusahaan tidak mampu membayar kewajibannya; (b) Pemborosan dalam alokasi biaya, kurangnya keterampilan, dan keahlian manajemen; (c) Modal yang dimiliki dengan jumlah utang-piutang yang dimiliki; (d) Utang yang terlalu besar akan mengakibatkan biaya bunga yang besar sehingga memperkecil laba bahkan bisa mengakibatkan kerugian; (e) Piutang yang terlalu besar juga akan merugikan karena aset yang menganggur terlalu banyak sehingga tidak menghasilkan pendapatan pemegang saham atau investor. Secara garis besar penyebab kebangkrutan bisa dibagi menjadi dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari bagian internal manajemen perusahaan. Sedangkan faktor eksternal bisa berasal dari faktor luar yang berhubungan langsung dengan operasi perusahaan atau faktor perekonomian secara makro (Darsono dan Ashari, 2010:102).

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 2 (2013)

7

Analisis Model Altman Z-score Analisis Model Altman Z-score adalah analisis yang dirancang untuk membantu memprediksi laporan keuangan, yaitu untuk mengungkapkan kekuatan dan kelemahan relatif suatu perusahaan menunjukkan apakah posisi keuangan membaik atau memburuk demi kelangsungan usaha perusahaan jadi analisis z-score lebih cocok digunakan skala operasi perusahaan non bank (Darsono dan Ashari, 2010:110). Menurut Munawir (2012:309) bahwa analisis model Z-Score Altman memiliki berbagai macam model, yaitu: (1) Z score Original (Zo) digunakan untuk perusahaan publik memiliki prediksi 94 % setahun sebelum kebangkrutan dan dua tahun setelah kebangkrutan Rumus Z Score Altman Original (Zo): Zo = 1,2.X1 + 1,4.X2 + 3,3.X3 + 0,6.X4 + 1,0.X5; (2) Z score untuk perusahaan tertutup maupun perusahaan go publik tetapi pada variabel X4 direvisi menjadi nilai buku dari nilai pasar modal saham dan total hutang . Rumus Z Score Altman revisi (Za): Za = 0,717.X1 +

0,847.X2 + 3,10.X3 + 0,42.X4 + 0,998.X5 Kelima rasio inilah yang akan digunakan dalam menganalisa laporan keuangan sebuah perusahaan untuk kemudian mendeteksi kemungkinan terjadinya kesulitan keuangan pada perusahaan tersebut. Uraian masing-masing variabel tersebut adalah sebagai berikut: 1. Modal kerja terhadap total harta (working capital to total assets) digunakan untuk mengukur likuiditas aset perusahaan relatif terhadap total kapitalisasinya atau untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek. Rumus working capital to total assets (X1)

Working capital total assets 

Current Ratio - Current Liabilitie s Total Assets

2. Laba ditahan terhadap total harta (retained earnings to total assets) digunakan untuk mengukur keuntungan secara kumulatif. Rasio ini mengukur akumulasi laba selama perusahaan beroperasi. Rumus retained earning to total assets (X2)

Retained earnings to total assets 

Retained Earnings Total Assets

3. Pendapatan sebelum pajak dan bunga terhadap total harta (earnings before interest and taxes to total assets) digunakan untuk mengukur produktivitas yang sebenarnya dari aset perusahaan. Rasio tersebut mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari aset yang digunakan. Rumus earnings before interest and taxes to total assets (X3)

EBIT to total assets 

Earnings Before Income Taxes Total Assets

4. Nilai pasar ekuitas terhadap nilai buku dari hutang (market value equity to book value of total debt) digunakan untuk mengukur seberapa banyak aset perusahaan dapat turun nilainya sebelum jumlah hutang lebih besar daripada asetnya dan perusahaan menjadi pailit. Rumus market value equity to book value of total debt (X4)

MVE to BVTD 

Market Value Equity Book Value of Total Debt

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 2 (2013)

8

Pedoman pengambilan model Z-Score mengalami perkembangan dengan mengganti nilai pasar, Altman kemudian menggunakan nilai buku saham biasa dan saham preferen sebagai salah satu komponen dari X4

BVE to BVTD 

Book Value Equity Book Value of Total Debt

5. Penjualan terhadap total harta (sales to total assets) digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen dalam menghadapi kondisi persaingan. Rumus sales to total assets (X5)

Total assets turnover 

Sales Total Assets

Nilai kritis ditemukan sebagai 1,2. Hal tersebut berarti jika suatu perusahaan mempunyai nilai Z di atas 1,2 maka perusahaan diperkirakan tidak mengalami kebangkrutan, dan sebaliknya. Model tersebut kemudian bisa digunakan baik untuk perusahaan yang go public maupun yang tidak go-public. Perbandingan nilai skor Z kritis dan skor daerah rawan dengan model yang baru bisa dilihat pada tabel 1 berikut ini : Tabel 1 Titik Cut-off Model Z-Score Klasifikasi Tidak bangkrut JIka Bangkrut jika Z< Daerah rawan

Dengan nilai pasar 2,99 1,81 1,81-2,99

Dengan nilai buku 2,90 1,20 1,20-2,90

Sumber : Hanafi (2011:657)

Penelitian Terdahulu. Purwanti (2005) meneliti “Analisis Rasio Keuangan Dalam Memprediksi Kondisi Keuangan Financial Distress Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta”. Hasil penelitian menyimpulkan tidak ada rasio keuangan lain yang dapat digunakan sebagai alat untuk memprediksi kondisi financial distress perusahaan selain rasio-rasio keuangan yang digunakan dalam model altman. Kartikawati (2008) meneliti “Analisis Z-Score Dalam Mengukur Kinerja Keuangan Untuk Memprediksi Kebangkrutan Pada Tujuh Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta”. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi yang dapat digunakan untuk mengetahui posisi keuangan perusahaan, kinerja serta membantu dalam pengambilan keputusan yang tepat. Metode penelitian yang digunakan adalah dengan menggunakan metode Altman Z-Score. Kesimpulan dari skripsi ini adalah PT. Gudang Garam Tbk dan PT. Kimia Farma Tbk berada pada kondisi sehat, PT. Kalbe Farma Tbk berada pada kondisi sehat namun sempat berada pada kondisi bangkrut dan gray area. PT. Indofood Sukses Makmur Tbk berada pada kondisi gray area. PT Ultra Jaya Milk Tbk berada pada kondisi gray area dan sempat dikatakan bangkrut. PT. Indocement Tunggal Prakarsa Tbk berada pada kondisi gray area dan sempat dikatakan bangkrut. PT. Mayora Indah Tbk mempunyai kondisi keuangan yang naik turun. Secara metodologi penggunaan metode Altman Z-Score dapat mengidentifikasi keadaan suatu perusahaan.

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 2 (2013)

9

Iflaha (2008) meneliti “Analisis Financial Distress Dengan Metode Z-Score Untuk Memprediksi Kebangkrutan Perusahaan”. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa rata-rata rasio working capital to total assets sebesar 0,101, retained earning to total assets sebesar 0,214, earning before interest and taxes to total assets sebesar 0,045, market value of equity to book value of debt sebesar 0,969 dan rata-rata rasio sales to total assets sebesar 2,103. Pada analisis Z-Score terdapat empat perushaan yang berada pada kategori sehat, satu perusahaan yang berada di grea area namun pada akhirnya bangkrut, empat perusahaan berada pada kategori bangkrut. Pada analisis trend tidak terdapat satupun perusahaan yang mengalami trend naik dan menurun, sehingga seluruh perusahaan mengalami trend fluktuatif. Rerangka Pemikiran Berdasarkan tinjauan teoretis serta permasalahan telah dikemukan, berikut ini digambarkan model (bagan) rerangka analisis Z-Score untuk mengetahui potensi kebangkrutan pada perusahaan Pulp and Paper. Rerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan dalam suatu bagan seperti yang tersaji pada gambar 1 berikut ini: Industri Pulp and Paper

Analisis Altman Z-Score Za = 0,717 X1 + 0,847 X2 + 3,107 X3 + 0,42 X4 + 0,998 X5

Kesulitan Keuangan

Tidak Sehat

Tidak Kesulitan Keuangan

Waspada

Sehat

Kesimpulan Gambar 1 Rerangka Pemikiran METODE PENELITIAN Jenis Penelitian dan Gambaran dari Populasi (Objek) Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan studi yang bersifat deskriptif. “Penelitian deskriptif yaitu prosedur pemecahan masalah yang diselidiki, dengan menggunakan atau melukiskan keadaan obyek penelitian pada masa sekarang, berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau bagaimana adanya dengan berbentuk kata-kata Bungin (2008:6).

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 2 (2013)

10

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2012:119). Populasi dalam penelitian ini adalah semua perusahaan pulp and paper yang listed di Bursa Efek Indonesia terdiri dari PT FSW Tbk, PT S. Tbk, PT SAIP Tbk, PT TPL Tbk, PT PKTK Tbk, PT IKPP Tbk, PT AN Tbk, dan PT KBRI Tbk. Teknik Pengambilan Sampel Dalam penelitian ini teknik pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel dengan kriteria-kriteria atau pertimbanganpertimbangan tertentu yang telah ditetapkan oleh peneliti terhadap obyek yang akan diteliti (Sugiyono, 2012:126). Adapun kriteria-kriteria dalam pengambilan sampel dalam penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut: (1) Saham perusahaan pulp and paper yang aktif diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2011-2012; (2) Laporan keuangan perusahaan pulp and paper tersedia di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2011-2012. Tabel 2 Sampel Perusahaan Pulp and Paper yang Listing di Bursa Efek Indonesia No 1 2 3 4 5 6 7

Inisial Perusahaan PT. FSW, Tbk PT. S, Tbk PT. SAIP, Tbk PT. TPL, Tbk PT. PKTK, Tbk PT. IKPP, Tbk PT. AN, Tbk

Sumber: Bursa Efek Indonesia Pojok STIESIA Surabaya

Teknik Pengumpulan Data Dalam rangka mendapat data dan informasi untuk penyusunan penelitian, teknik pengumpulan data melalui sumber data sekunder, yaitu teknik pengumpulan data dengan cara memanfaatkan laporan keuangan perusahaan pulp and paper di Bursa Efek Indonesia Pojok STIESIA Surabaya dari tahun 2011–2012. Satuan Kajian 1. Kebangkrutan Kebangkrutan dapat diartikan sebagai pernyataan keadaan yang menunjukkan jalannya usaha yang sangat kritis (genting) dan akhirnya jatuh pailit atau bangkrut atau dapat diartikan sebagai ketidakmampuan perusahaan untuk membayar kewajiban keuangannya pada saat jatuh tempo yang menyabkan perusahaan mengalami kebangkrutan atau menyebabkan terjadinya perjanjian khusus dengan para kreditur untuk mengurangi atau menghapus utangnya (Munawir, 2012:288) 2. Metode Z-Score Altman z-score model yaitu untuk mengungkapkan kekuatan dan kelemahan relatif suatu perusahaan menunjukkan apakah posisi keuangan membaik atau memburuk demi kelangsungan usaha perusahaan tetapi pada variabel X4 direvisi menjadi nilai buku dari

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 2 (2013)

11

nilai pasar modal saham dan total hutang. Rumus Z Score Altman revisi (Za) untuk perusahaan yang go public:

Za = 0,717.X1 + 0,847.X2 + 3,107.X3 + 0,42.X4 + 0,998.X5 3. Perusahaan pulp and paper Perusahaan pulp and paper adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang usaha industri kertas dan industri terkait dengan bidang tersebut. Perusahaan pulp and paper yang dipilih adalah perusahaan yang telah listing di Bursa Efek Indonesia atau sudah go public karena data-data yang diperoleh akan lebih akurat. Teknik Analisis Data Teknik analisis data adalah metode yang digunakan untuk menganalisis data dalam rangka memecahkan masalah. Dalam menganalisis data, peneliti menggunakan metode deskriptif kualitatif, yaitu dengan mengumpulkan, mengolah dan menginterprestasikan data yang diperoleh sehingga memberikan keterangan yang benar dan lengkap yaitu dengan cara: 1. Melakukan perhitungan terhadap rasio keuangan pada masing-masing perusahaan. Rasio keuangan tersebut adalah: X1 = Modal kerja/total aktiva (%) dengan rumus:

Working capital total assets 

Current Ratio - Current Liabilitie s Total Assets

X 2 = Laba ditahan/ Total aktiva (%) dengan rumus:

Retained earnings to total assets 

Retained Earnings Total Assets

X3 = Laba sebelum bunga dan pajak / total aktiva (%)

EBIT to total assets 

Earning Before Interest and Taxes Total Assets

X4 = Nilai pasar dari modal/ nilai buku utang (%) dengan rumus:

MVE to BVTD 

Market Value Equity Book Value of Total Debt

X5 = Penjualan/total aktiva (%) dengan rumus:

Total assets turnover  2.

3.

4.

Sales Total Assets

Menghitung Z-Score masing-masing perusahaan yang dijadikan obyek penelitian dengan rumus Hanafi (2011 :657): Za = 0,717.X1 + 0,847.X2 + 3,107.X3 + 0,42.X4 + 0,998.X5 Melakukan klasifikasi perusahaan berdasarkan titik cut off model Altman dengan kriteria sebagi berikut: a. Z < 1,81 = Perusahaan dalam kondisi bangkrut b. 1,81 < Z < 2,99 = Perusahaan dalam kondisi rawan bangkrut c. Z > 2,99 = Perusahaan dalam kondisi sehat Membuat kesimpulan dengan berdasarkan titik cut off model Altman yang merupakan kesimpulan dari penelitian ini.

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 2 (2013)

12

ANALISIS DAN PEMBAHASAN Perhitungan Metode Altman Z-Score Analisis kebangkrutan dilakukan untuk memperoleh peringatan awal kebangkrutan. Semakin awal tanda-tanda kebangkrutan tersebut, semakin baik bagi pihak manajemen karena pihak manajemen bisa melakukan perbaikan-perbaikan. Dalam memprediksi kebangkrutan perusahaan perlu memasukkann rasio-rasio keuangan kedalam model Altman yang dapat menentukan besarnya kemungkinan kebangkrutan. Penerapan analisis metode Altman Z-Score pada 7 perusahaan pulp and paper yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2011 sampai 2012 beserta hasil perhitungan nilai variabel X1 sampai X5 dan Z-Score pada masing-masing perusahaan. Nilai dari masing-masing variabel yang terdiri dari modal kerja/total aktiva (X1), laba ditahan/total aktiva (X2), laba sebelum pajak/total aktiva (X3), nilai pasar modal/nilai buku utang (X4), dan penjualan/total aktiva (X5). Berdasarkan laporan keuangan perusahaan pulp and paper yang diperoleh dari Galeri Investasi Bursa Efek Indonesia STIESIA Surabaya, maka dapat diketahui financial distress dari masing-masing perusahaan pulp and paper dengan menghitung nilai variabel X1 sampai X5 dengan penjelasan sebagai berikut: Tabel 3 Perhitungan Z-Score PT FSW Tbk (dalam Rupiah) Keterangan Aset Lancar Kewajiban Lancar Modal Kerja Saldo Laba Beban Bunga Laba Rugi Sebelum Pajak Ebit Total Aset Penjualan Bersih Nilai Buku Hutang Nilai Buku Saham X1 X2 X3 X4 X5 Z

2012 Rp 1,680,952,250,957 Rp 2,879,319,498,802 Rp(1,198,367,247,845) Rp 564,484,795,423 Rp 50,177,853,115 Rp 11,029,481,502 Rp (572,675,117,805) Rp 5,578,334,207,456 Rp 3,987,782,936,544 Rp 3,771,344,290,709 Rp 1,238,944,393,500 (0.215) 0.101 (0.103) 0.329 0.715 0.459

Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp

2011 1,137,863,058,240 861,199,320,481 276,663,737,759 559,192,332,553 179,439,034,432 182,076,423,484 1,197,371,528,228 4,936,093,736,569 4,123,728,086,965 3,134,396,282,692 1,238,944,393,500 0.056 0.113 0.243 0.395 0.835 1.881

Sumber: Galeri Investasi Bursa Efek Indonesia STIESIA Surabaya (diolah)

Berdasarkan Tabel 3 kondisi keuangan PT FSW Tbk menunjukkan penurunan dari tahun 2011-2012 dimana, nilai Z-Score tahun 2010 sebesar 1,881, tahun 2011 menunjukkan penurunan menjadi 0,459. Rata-rata Z-Score PT FSW Tbk selama tahun 2010-2011 adalah

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 2 (2013)

13

0,585 dengan demikian kondisi keuangan masuk kategori tidak sehat. Adanya penurunan nilai Z-Score pada PT FSW Tbk dikarenakan adanya penurunan modal kerja yang terdapat pada perusahaan, sedangkan kewajiban lancar menunjukkan peningkatan. Tabel 4 Perhitungan Z-Score PT S Tbk (dalam Rupiah) Keterangan Aset Lancar Kewajiban Lancar Modal Kerja Saldo Laba Beban Bunga Laba Rugi Sebelum Pajak Ebit Total Aset Penjualan Bersih Nilai Buku Hutang Nilai Buku Saham X1 X2 X3 X4 X5 Z

2012 2011 Rp 482,596,835,881 Rp 371,564,331,873 Rp 182,354,489,018 Rp 304,846,562,444 Rp 300,242,346,863 Rp 66,717,769,429 Rp 182,001,777,713 Rp 154,045,100,092 Rp 47,300,718,124 Rp 43,067,152,253 Rp 53,663,026,543 Rp 44,417,304,471 Rp 583,207,869,243 Rp 308,247,326,245 Rp 1,664,353,264,549 Rp 1,551,777,407,073 Rp 1,274,793,105,314 Rp 1,189,507,920,704 Rp 884,860,701,242 Rp 800,315,824,231 Rp 596,818,663,200 Rp 596,818,663,200 0.180 0.043 0.109 0.099 0.350 0.199 0.674 0.746 0.766 0.767 2.350 1.803 Tabel 5 Sumber: Galeri Investasi Bursa Efek Indonesia STIESIA Surabaya (diolah) Berdasarkan Tabel 4 kondisi keuangan PT S Tbk menunjukkan peningkatan dari tahun 2011-2012 dimana, nilai Z score tahun 2011 sebesar 1,803 menunjukkan peningkatan menjadi 2,350 tahun 2012. Rata-rata Z-Score PT S Tbk selama tahun 2011-2012 adalah 2,076, dengan demikian kondisi keuangan masuk kategori sehat.

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 2 (2013)

14

Tabel 5 Perhitungan Z-Score PT SAIP Tbk (dalam Rupiah) Keterangan Aset Lancar Kewajiban Lancar Modal Kerja Saldo Laba Beban Bunga Laba Rugi Sebelum Pajak Ebit Total Aset Penjualan Bersih Nilai Buku Hutang Nilai Buku Saham X1 X2 X3 X4 X5 Z

2012 Rp 174,304,356,538 Rp 205,119,015,588 Rp (30,814,659,050) Rp (2,323,513,113,207) Rp 2,804,586,446 Rp (123,394,838,206) Rp (2,474,918,024,017) Rp 1,975,958,750,400 Rp 245,840,318,623 Rp 696,824,557,751 Rp 3,599,826,466,025 (0.016) (1.176) (1.253) 5.166 0.124 (2.597)

2011 Rp 170,280,979,659 Rp 57,013,644,168 Rp 113,267,335,491 Rp (2,160,693,470,643) Rp 2,818,608,326 Rp 248,901,636,605 Rp (1,795,705,890,221) Rp 2,067,405,320,348 Rp 357,120,210,416 Rp 625,451,485,135 Rp 3,599,826,466,025 0.055 (1.045) (0.869) 5.756 0.173 (0.950)

Sumber: Galeri Investasi Bursa Efek Indonesia STIESIA Surabaya (diolah)

Berdasarkan Tabel 5 kondisi keuangan PT SAIP Tbk menunjukkan penurunan dari tahun 2011-2012dimana, nilai Z score tahun 2010 sebesar (0,950), tahun 2011 menunjukkan peningkatan juga negative menjadi (2,597). Rata-rata Z-Score PT SAIP Tbk selama Tahun 2011-2012 adalah -1,773, dengan demikian kondisi keuangan masuk kategori tidak sehat.

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 2 (2013)

15

Tabel 6 Perhitungan Z-Score PT TPL Tbk (dalam Ribuan Rupiah) Keterangan Aset Lancar Kewajiban Lancar Modal Kerja Saldo Laba Beban Bunga Laba Rugi Sebelum Pajak Ebit Total Aset Penjualan Bersih Nilai Buku Hutang Nilai Buku Saham X1 X2 X3 X4 X5 Z

2012 Rp 48,010 Rp 65,930 Rp (17,920) Rp (567,722) Rp 2,922 Rp (4,035) Rp (586,755) Rp 314,695 Rp 108,146 Rp 125,779 Rp 334,361 (0.057) (1.804) (1.865) 2.658 0.344 (5.892)

Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp 0.028 (1.762) (1.723) 2.365 0.285 (5.539)

2011 61,987 53,019 8,968 (564,594) 2,759 521 (552,346) 320,506 91,189 141,369 334,355

Sumber: Galeri Investasi Bursa Efek Indonesia STIESIA Surabaya (diolah)

Berdasarkan Tabel 6 kondisi keuangan PT TPL Tbk menunjukkan peningkatan dari tahun 2011-2012 dimana, nilai Z-score tahun 2010 sebesar (5,539), tahun 2011 menunjukkan peningkatan menjadi (5,892). Rata-rata Z-Score PT TPL Tbk selama Tahun 2011-2012 adalah (5,720) dengan demikian kondisi keuangan masuk kategori tidak sehat.

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 2 (2013)

16

Tabel 7 Perhitungan Z-Score PT PKTK Tbk (dalam Ribuan Rupiah) Keterangan Aset Lancar Kewajiban Lancar Modal Kerja Saldo Laba Beban Bunga Laba Rugi Sebelum Pajak Ebit Total Aset Penjualan Bersih Nilai Buku Hutang Nilai Buku Saham X1 X2 X3 X4 X5 Z

2011 Rp 327,815,305 Rp 46,152,721 Rp 281,662,584 Rp 248,089,835 Rp 121,607 Rp 67,194,615 Rp 597,068,641 Rp 365,815,749 Rp 268,414,285 Rp 18,302,522 Rp 52,016,000 0.770 0.678 1.632 2.842 0.734 8.106

2010 Rp 271,268,159 Rp 28,732,816 Rp 242,535,343 Rp 205,957,887 Rp 224,215 Rp 50,270,400 Rp 498,987,845 Rp 303,899,974 Rp 207,832,622 Rp 12,720,601 Rp 52,016,000 0.798 0.678 1.642 4.089 0.684 8.631

Sumber: Galeri Investasi Bursa Efek Indonesia STIESIA Surabaya (diolah)

Berdasarkan tabel 7 kondisi keuangan PT PKTK Tbk menunjukkan peningkatan dari tahun 2011-2012 dimana, nilai Z score tahun 2011 sebesar 8.631 menunjukkan penurunan menjadi 8,106. Adanya penurunan Z-Score pada tahun 2012 dikarenakan kewajiban lancar dan nilai buku hutang menunjukkan peningkatan yang cukup besar. Rata-rata Z-Score PT PKTK Tbk selama tahun 2011-2012 adalah 8,230, dengan demikian kondisi keuangan masuk kategori sehat.

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 2 (2013)

17

Tabel 8 Perhitungan Z-Score PT IKPP Tbk (Dalam Rupiah) Keterangan Aset Lancar Kewajiban Lancar Modal Kerja Saldo Laba Beban Bunga Laba Rugi Sebelum Pajak Ebit Total Aset Penjualan Bersih Nilai Buku Hutang Nilai Buku Saham X1 X2 X3 X4 X5 Z

2012 Rp 371,050,395 Rp 319,184,194 Rp 51,866,201 Rp 57,188,042 Rp 34,515,092 Rp 16,747,155 Rp 160,316,490 Rp 561,840,337 Rp 621,233,560 Rp 350,354,905 Rp 130,726,250 0.092 0.102 0.285 0.373 1.106 2.288

2011 Rp 354,570,030 Rp 345,396,207 Rp 9,173,823 Rp 44,864,970 Rp 32,994,415 Rp 16,721,865 Rp 103,755,073 Rp 570,360,266 Rp 586,317,697 Rp 375,532,688 Rp 130,726,250 0.016 0.079 0.182 0.348 1.028 1.806

Sumber: Galeri Investasi Bursa Efek Indonesia STIESIA Surabaya (diolah)

Berdasarkan Tabel 8 kondisi keuangan PT. IKPP Tbk menunjukkan peningkatan dari tahun 2011-2012 dimana, nilai Z score tahun 2011 sebesar 1,806, tahun 2012 menunjukkan peningkatan menjadi 2,288. Rata-rata Z-Score PT IKPP Tbk selama tahun 2011-2012 adalah 2,047, dengan demikian kondisi keuangan masuk kategori sehat.

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 2 (2013)

18

Tabel 9 Perhitungan Z-Score PT. AN Tbk (dalam Rupiah) Keterangan Aset Lancar Kewajiban Lancar Modal Kerja Saldo Laba Beban Bunga Laba Rugi Sebelum Pajak Ebit Total Aset Penjualan Bersih Nilai Buku Hutang Nilai Buku Saham X1 X2 X3 X4 X5 Z

2012 Rp 653,979,251 Rp 431,883,936 Rp 222,095,315 Rp 82,814,239 Rp 5,453,293 Rp (19,870,330) Rp 290,492,517 Rp 921,277,510 Rp 1,264,409,623 Rp 418,165,581 Rp 359,624,206 0.241 0.090 0.315 0.860 1.372 2.946

2011 Rp 801,272,202 Rp 390,661,454 Rp 410,610,748 Rp 127,310,981 Rp 6,959,224 Rp 93,648,189 Rp 638,529,142 Rp 917,662,004 Rp 1,361,898,489 Rp 359,020,275 Rp 359,624,206 0.447 0.139 0.696 1.002 1.484 4.485

Sumber: Galeri Investasi Bursa Efek Indonesia STIESIA Surabaya (diolah)

Berdasarkan Tabel 9 kondisi keuangan PT. AN Tbk menunjukkan penurunan dari tahun 2011-2012 dimana, nilai Z score tahun 2011 sebesar 4,485, pada tahun 2012 menunjukkan penurunan menjadi 2,946. Adanya penurunan Z-Score selama tahun 20112012 dikarenakan asset lancar, modal kerja, saldo laba, serta ebit menunjukkan penurunan. Rata-rata Z-Score PT. AN Tbk selama tahun 2011-2012 adalah 3,715, dengan demikian kondisi keuangan masuk kategori sehat. Analisis Financial Distress Berdasarkan hasil perhitungan serta analisis terhadap kinerja keuangan perusahaan pulp and paper yang go public di Bursa Efek Indonesia yang digunakan sampel dalam penelitian maka dapat diketahui kondisi perusahaan sehat dan perusahaan yang mengalami financial distress dengan menggunakan metode Altman Z score dapat diketahui dari hasil perhitungan di bawah ini. 1. PT. FSW Tbk Z = 0,717 (-0,079) + 0,847 (0,1107) + 3,10(0,070) + 0,42 (0,362) + 0,99 (0,775) = 1,170 2. PT. S Tbk Z = 0,717 (0,111) + 0,847 (0,104) + 3,10(0,274) + 0,42(0,710) + 0,99(0,766) = 2,073 3. PT. SAIP Tbk Z = 0,717 (0,019) + 0,847 (-1,110) + 3,10(-1,061) + 0,42(5,461) + 0,99(0,148) = -1,775

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 2 (2013)

19

4. PT. TPL Tbk Z = 0,717 (-0,014) + 0,847 (-1,783) + 3,10(-1,794) + 0,42(2,511) + 0,99(0,314) = -5,716 5. PT. PKTK Tbk Z = 0,717 (0,784) + 0,847 (0,667) + 3,10(1,637) + 0,42(3,465) + 0,99(0,709) = 8,359 6. PT. IKPP Tbk Z = 0,717 (0,054) + 0,847 (0,090) + 3,10(0,233) + 0,42(0,360) + 0,99(1,067) = 2,044 7. PT. AN Tbk Z = 0,717 (0,344) + 0,847 (0,114) + 3,10(0,505) + 0,42(0,931) + 0,99(1,428) = 3,713 Berdasarkan berdasarkan perhitungan tersebut dapat diketahui kondisi perusahaan pulp and paper yang mempunyai kinerja keuangan yang baik maupun kinerja keuangan yang buruk serta memiliki kebangkrutan dengan dikelompokkan menjadi 3 kriteria sebagai berikut (Hanafi, 2011:657): 1) Jika Z > 2,99 maka tidak ada tendensi akan kesulitan keuangan memberikan penilaian bahwa perusahaan dalam keadaan sangat sehat sehingga kemungkinan kesulitan keuangan kecil terjadi; 2) Jika Z 1,81-2,99 maka perusahaan berada kondisi waspada. pada kondisi ini, perusahaan mengalami keadaan perusahaan menuju kesulitan keuangan sehingga manajemen perusahaan mengambil langkah pencegahan selanjutnya demi kelangsungan usaha perusahaan; 3) Jika Z < 1,81 maka perusahaan mengalami kesulitan keuangan (financial distress). pada kondisi ini, perusahaan mengalami masalah risiko keuangan tinggi yang harus ditangani manajemen perusahaan secara tepat untuk mengambil keputusan selanjutnya kelangsungan usaha perusahaan. Dari kriteria tersebut di atas maka dapat diketahui kondisi keuangan perusahaan pulp and paper dengan penjelasan sebagai berikut: 1) Perusahaan yang memiliki nilai Z > 2,99 antara lain: PT PKTK Tbk dengan nilai Z prediksi 2013 sebesar 8,359 dan PT AN Tbk dengan nilai Z prediksi 2013 sebesar 3,713, sehingga dua perusahaan pulp and paper tersebut dapat dikatakan sehat karena nilai Z > 2,99. Kedua perusahaan pulp and paper tersebut mempunyai kinerja keuangan yang baik selama periode penelitian, manajemen tidak mengalami kesulitan keuangan sehingga perusahaan bisa dikategorikan tidak mengalami financial distress; 2) PT PKTK Tbk dan PT AN Tbk memiliki kinerja yang baik karena modal kerja terhadap total aktiva kedua perusahaan tersebut cenderung mengalami peningkatan sehingga perusahaan dalam keadaan likuid, dimana perusahaan memiliki hutang lancar yang lebih kecil dari aktiva lancar selama 2 tahun berturut-turut. Perusahaan dengan rasio likuiditas yang tinggi menunjukkan tingginya kemampuan perusahaan tersebut dalam memenuhi hutang jangka pendeknya. Terkait dengan tingkat profitabilitas kedua perusahaan tersebut dilihat dari besarnya pendapatan sebelum pajak dan bunga terhadap total aktiva menunjukkan peningkatan setiap tahunnya, sehingga perusahaan dalam keadaan likuid. Tingkat aktivitas kedua perusahaan dapat dilihat dari besarnya nilai penjualan terhadap total aktiva perusahaan selama 2 tahun menunjukkan peningkatan, dengan demikian kedua perusahaan pulp and paper mampu menciptakan penjualan yang cukup untuk urusan investasi yang dimilikinya; 3) Perusahaan yang memiliki nilai Z 1,202,99 diantaranya PT FSW dengan nilai Z prediksi tahun 2013 sebesar 1,170, diikuti PT S Tbk dengan nilai Z prediksi tahun 2013 sebesar 2,073 dan PT IKPP dengan nilai Z prediksi tahun 2013 sebesar 2,044 dengan demikian ketiga perusahaan pulp and paper dalam keadaan waspada. Ketiga perusahaan tersebut mempunyai kinerja keuangan yang kurang baik

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 2 (2013)

20

selama periode penelitian, hal ini bisa diketahui dari nilai Z-Score yang berada didaerah rawan bangkrut dan daerah bangkrut atau dapat dikatakan perusahaan masuk dalam kategori waspada. Perusahaan pulp and paper yang masuk kategori waspada dikarenakan menurunnya modal kerja sedangkan kewajiban lancar menunjukkan peningkatan. Penyebab nilai Z-Score rendah ini bisa dilihat dari modal kerja yang diperoleh, antara jumlah aktiva lancar dengan utang lancar tidak terjadi keseimbangan sehingga menyebabkan modal kerja yang diperoleh bernilai negative. Jumlah modal kerja yang dimiliki oleh perusahaan ini menjadi perhatian para kreditor jangka pendek, karena angka ini menunjukkan jumlah aktiva yang dibelanjai dari sumber dana jangka panjang, yang tidak memerlukan pembayaran kembali dalam jangka pendek, semakin kecil nilai modal kerja ini, berarti makin kecil tingkat proteksi kreditor jangka pendek dan makin kecil kepastian bahwa hutang jangka pendek akan dilunasi tepat waktu. rasio likuiditas yang rendah menunjukkan kecilnya kemampuan perusahaan tersebut dalam memenuhi hutang jangka pendeknya, sehingga kemungkinan perusahaan akan kesulitan dalam memenuhi hutang jangka pendeknya. Pada dasarnya penyebab kebangkrutan suatu perusahaan adalah tidak seimbangnya antara jumlah modal perusahaan dengan jumlah utang-piutangnya. Utang yang terlalu besar dapat mengakibatkan beban bunga yang besar dan memberatkan perusahaan. Namun piutang yang terlalu besarpun akan merugikan perusahaam, karena modal kerja yang tertanam pada piutang terlau besar akan mengakibatkan berkurangnya likuiditas perusahaan atau bahkan mengalami kesulitan keuangan; 4). Perusahaan yang memiliki nilai Z < 1,20 diantaranya adalah PT TPL Tbk dengan nilai Z prediksi tahun 2013 sebesar -5,716 dan PT SAIP Tbk dengan nilai Z prediksi tahun 2013 sebesar -1,775, kedua perusahaan tersebut termasuk perusahaan yang tidak sehat (financial distress) karena memiliki kinerja keuangan yang buruk dan memiliki resiko mengalami kebangkrutan cukup besar. Kedua perusahaan pulp and paper yang masuk kategori tidak sehat (financial distress) adalah PT TPL Tbk dan PT SAIP Tbk karena antara jumlah modal dan hutang yang dimiliki tidak seimbang sehingga perusahaan mengalami kerugian, selain itu pendapatan yang diperoleh juga tidak seimbang dengan biaya yang harus dikeluarkan oleh manajemen, sehingga dapat mempengaruhi tingkat likuidtas. Terkait tingkat profitabilitas tidak efisien (biaya yang besar dengan pendapatan yang tidak memadai sehingga perusahaan mengalami kerugian terus menerus). Kerugian yang terus menerus mengindikasikan adanya kesulitan keuangan dan menjurus pada kebangkrutan. Pada kondisi ini, perusahaan mengalami masalah risiko keuangan tinggi yang harus ditangani manajemen perusahaan secara tepat untuk mengambil keputusan lebih lanjut agar kelangsungan usaha perusahaan dapat terjaga. Penyebab kebangkrutan pada perusahaan-perusahaan tersebut adalah antara jumlah modal dan hutang yang dimiliki tidak seimbang sehingga perusahaan mengalami kerugian, selain itu pendapatan yang diperoleh juga tidak seimbang dengan biaya yang harus dikeluarkan oleh manajemen, sedangkan salah satu penyebab kebangkrutan suatu perusahaan adalah karena adanya manajemen yang tidak baik, tidak efisien (biaya yang besar dengan pendapatan yang tidak memadai sehingga perusahaan mengalami kerugian terus menerus). Kerugian yang terus menerus mengindikasikan adanya kesulitan keuangan dan menjurus pada kebangkrutan. Untuk itu Informasi kebangkrutan suatu perusahaan sangat dibutuhkan atau diperlukan banyak pihak yang tujuan utamanya untuk mengambil keputusan bagi para manajemennya masing-masing. Oleh sebab itu jika perusahaan sudah mengalami kebangkrutan dan sudah dinyatakan oleh pengadilan maka perusahaan yang bersangkutan wajib mengumumkan kebangkrutannya, dengan tujuan agar pihak-pihak

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 2 (2013)

21

yang berhubungan dengan perusahaan segera mangambil sehubungan dengan kebangkrutan (Hanafi dan Halim, 2007:261).

tindakan penyesuaian

Simpulan dan Saran Simpulan Perusahaan yang memiliki nilai Z > 2,99 antara lain: PT PKTK Tbk dengan nilai Z prediksi 2013 sebesar 8,359 dan PT AN Tbk dengan nilai Z prediksi 2013 sebesar 3,713, sehingga dua perusahaan pulp and paper tersebut dapat dikatakan sehat karena modal kerja terhadap total aktiva kedua perusahaan tersebut cenderung mengalami peningkatan, tingkat profitabilitas perusahaan mengalami peningkatan serta tingkat aktivitas juga menunjukkan peningkatan. Perusahaan yang memiliki nilai Z 1,20-2,99 diantaranya PT FSW dengan nilai Z prediksi tahun 2013 sebesar 1,170, diikuti PT S Tbk dengan nilai Z prediksi tahun 2013 sebesar 2,073 dan PT IKPP dengan nilai Z prediksi tahun 2013 sebesar 2,044 dengan demikian ketiga perusahaan pulp and paper dalam keadaan waspada. Perusahaan yang memiliki nilai Z < 1,20 diantaranya adalah PT TPL Tbk dengan nilai Z prediksi tahun 2013 sebesar -5,716 dan PT SAIP Tbk dengan nilai Z prediksi tahun 2013 sebesar -1,775, kedua perusahaan tersebut termasuk perusahaan yang tidak sehat (financial distress) karena antara jumlah modal dan hutang yang dimiliki tidak seimbang sehingga perusahaan mengalami kerugian, selain itu pendapatan yang diperoleh juga tidak seimbang dengan biaya yang harus dikeluarkan oleh manajemen, sehingga dapat mempengaruhi tingkat likuidtas. Keterbatasan Penelitian Periode prediksi dalam penelitian ini hanya terbatas untuk dua tahun prediksi. Penelitian ini hanya fokus pada satu jenis sampel perusahaan saja yaitu perusahaan pulp and paper. Pada penelitian selanjutnya dapat ditambahkan juga jenis perusahaan yang lain sehingga dapat lebih bervariasi. Namun harus diperhatikan mengenai perbedaan karakter tiap jenis perusahaan tersebut. Saran Bagi perusahaan. Hasil analisis nilai Z-Score menunjukkan bahwa pada perusahaan pulp and paper terdapat perusahaan yang mengalami ancaman kebangkrutan, oleh karena itu pihak manajemen perusahaan harus segera mengambil tindakan korektif atau pencegahan jika telah diketahui tingkat kesehatan keuangan perusahaan semakin menurun dan menunjukkan gejala kegagalan bisnis atau kebangkrutan, yang dapat dilihat perkembangan nilai Z Score dari tahun ketahun, selain itu bagi perusahaan pulp and paper sebaiknnya memperhatikan kondisi makro di Indonesia seperti keamanan, politik sehingga performance perusahaan dapat ditingkatkan. Bagi investor. Dalam melakukan keputusan investasi, investor harus benar-benar selektif. Perusahaan dengan nilai Z-Score yang rendah dan tidak menunjukkan perbaikan kinerja selama dua tahun berturut-turut sebaiknya dihindari karena potensi kebangkrutan cukup besar. Bagi peneliti selanjutnya. Untuk mengetahui dan menganalisis terhadap kondisi kebangkrutan perusahaan disarankan pada peneliti selajutnya, sebaiknya tidak menggunakan satu jenis analisis. Pemakaian beberapa model analisis dapat digunakan

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 2 (2013)

22

sebagai bahan perbandingan agar analisis yang dilakukan benar-benar akurat karena setiap model analisis memiliki kelemahan dan kelebihan. DAFTAR PUSTAKA Bactiar, M. dan Nurwahyu. 2008. Manajemen Keuangan (Finance Manajement). Cetakan Kedua. Galila Indonesia. Bogor. Baridwan, Z. 2008. Intermediate Accounting. Edisi Delapan. BPFE. Yogyakarta. Bungin, B. 2008. Penelitian Kualitatif Komunikasi Ekonomi. Penerbit Kencana Prenada Media Group. Yogyakarta. Darsono dan Ashari. 2010. Pedoman Praktis Memahami Laporan Keuangan. Penerbit Andi. Yogyakarta. Hanafi, M.M. 2011. Manajemen Keuangan. Edisi satu. Cetakan keempat. BPFE. Yogyakarta. Hanafi, M.M. dan A. Halim. 2007. Analisis Laporan Keuangan. Edisi Revisi. AMP YKPN. Yogyakarta. Harahap, S.S. 2008. Analisis Kritis atas Laporan Keuangan. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. __________. 2011. Analisis Kritis atas Laporan Keuangan. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta Iflaha, D.A. 2008. Analisis Financial Distress Dengan Metode Z-Score Untuk Memprediksi Kebangkrutan Perusahaan (Studi Pada Perusahaan Restoran, Hotel Dan Pariwisata yang Listing di Bursa Efek Indonesia Periode 2003-2007). Skripsi. Fakultas Ekonomi. Universitas Islam Negeri. Malang. Ikatan Akuntan Indonesia. 2009. Standar Akuntansi Keuangan. Salemba Empat. Jakarta. Indah, S. 2005. Analisis Penggunaan Z-Score Altman untuk Menilai Potensi Kebangkrutan Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta Periode 1995-2002. Skripsi. Universitas Sebelas Maret. Surakarta. Kartikawati, S. 2008. Analisis Z-Score Dalam Mengukur Kinerja Keuangan Untuk Memprediksi Kebangkrutan Pada Tujuh Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Penelitian. Universitas Gunadarma. Jakarta. Munawir, S. 2012. Analisa Laporan Keuangan. Cetakan Kelima. Penerbit PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Prastowo, D. 2006. Analisis Laporan Keuangan Konsep dan Aplikasi. Edisi Kedua. UPP AMP YKPN. Yogyakarta. Purwanti, Y. 2005. Analisis Rasio Keuangan Dalam Memprediksi Kondisi Keuangan Financial Distress Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Jakarta. Skripsi. Fakultas Ekonomi-Universitas Islam Indonesia. Yogyakarta. Sjahrial, D. 2007. Manajemen Keuangan Lanjutan. Mitra Wacana Media. Jakarta. Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kombinasi. Penerbit Alfabeta. Bandung.