ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. T DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI : HARGA DIRI RENDAH AKIBAT SCIZOFRENIA DI RUANG TANJUNG RUMAH SAKIT UMUM KOTA BANJAR
KARYA TULIS ILMIAH Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat dalam Menyelesaikan Pendidikan Program Diploma III Keperawatan Di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Ciamis
Disusun oleh : ADE SUSANTI NIM : 13DP277001
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH CIAMIS PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN 2016
STIKES MUHAMMADIYAH CIAMIS PRODI D-III KEPERAWATAN Ciamis, Juni 2016 Ade Susanti : 1301277001 ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. T DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI : HARGA DIRI RENDAH AKIBAT SCIZOFRENIA DI RUANG TANJUNG RUMAH SAKIT UMUM KOTA BANJAR TANGGAL 15 – 16JUNI 2016 IV Bab, 86 Halaman, 6 Tabel, 2 Gambar INTISARI Karya tulis ini berjudul asuhan keperawatan pada Ny. T dengan gangguan konsep diri : harga diri rendah di Ruang Tanjung RSU Kota Banjar. Latar belakang Karya Tulis ini yaitu angka kejadian gangguan jiwa di Indonesia mencapai 1 juta jiwa pasien gangguan jiwa berat dan 19 juta pasien gangguan jiwa ringan. 1.740.000 orang saat ini mengalami gangguan mental emosional. Tujuan penulisan ini mampu melakukan asuhan keperawatan yang komprehensif meliputi aspek bio-psiko-sosio-spiritual melalui pendekatan proses keperawatan pada klien dengan gangguan konsep diri : harga diri rendah. Metode yang digunakan dalam karya tulis ilmiah ini adalah metode telaahan yang meliputi observasi, wawancara,studi literatur, dan studi dokumentasi. Teori yang mendasari Karya Tulis ini adalah gangguan konsep diri : harga diri rendah. Masalah keperawatan yang muncul dalam pengkajian adalah gangguan konsep diri : harga diri rendah, gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran, isolasi sosial dan defisit perawatan diri : berhias. Asuhan keperawatan ini meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaaksanaan dan evaluasi. Pada klien dengan gangguan konsep diri : harga diri rendah tindakan yang dilakukan adalah membina hubungan saling percaya antara klien dengan perawat, mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki, menilai kemampuan yang dapat digunakan, menetapkan atau memilih kegiatan sesuai kemampuan dan merencanakan kegiatan yang sudah dilatih. Asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan konsep diri : harga diri rendah, memerlukan pendekatan yang komprehensif dan keterlibatan petugas kesehatan dengan cara membina hubungan meningkatkan hasil yang dicapai klien. Untuk ilmu keperawatan sebaiknya dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap klien perlu diperhatikan catatan pengkajian yang sistematis untuk perawat
Kata kunci Daftar Pustaka
: Askep, Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah : 11 Buah (2002 – 2012) i
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Proses keperawatan pada klien dengan masalah kesehatan jiwa merupakan tantangan yang unik karena masalah keperawatan jiwa mungkin tidak dapat dilihat langsung, seperti pada masalah kesehatan fisik yang memperlihatkan berbagai macam gejala dan disebabkan oleh berbagai hal (Erlinafsiah, 2010). Penelitian World Health Organization (WHO) atau Badan Kesehatan Dunia 2014 itu menunjukkan hampir 3/4 beban global penyakit
neuropsikiatrik
didapati
berpenghasilan
rendah
dan
menengah ke bawah. WHO memperkirakan tidak kurang dari 450 juta penderita mengalami gangguan mental, sekitar 10% orang dewasa mengalami gangguan jiwa saat ini, 25% diperkirakan akan mengalami gangguan jiwa pada usia tertentu. Gangguan jiwa yang mencapai 13%, kemungkinan akan berkembang 25% pada tahun 2030, menurut survey saat ini gangguan jiwa ditemukan sebanyak 450 juta orang di dunia terdiri dari 150 juta depresi, 90 juta gangguan penggunaan zat dan alkohol, 38 juta epilepsi, 25 juta skizofrenia, serta hampir 1 juta melakukan bunuh diri setiap tahun. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2014 menyebutkan terdapat 1 juta jiwa pasien gangguan jiwa berat dan 19 juta pasien gangguan jiwa ringan di Indonesia. “Dimana gangguan jiwa berat artinya 1
2
penderita mengalami gangguan dalam fungsi sosial dengan orang lain, serta dalam hal fungsi kerja sehingga tidak produktif”menurut Dr Tun Kurniasih Bastaman, KPD Spesialis Kedokteran jiwa Indonesia. Gangguan jiwa ringan yangg sebenarnya banyak terjadi, namun sering di anggap masalah sepele adalah phobia. Prevalensi
ganguan
mental
mosional
seperti
gangguan
kecemasaan dan depresi tercatat sebesar 11,6 % dari 150 juta populasi orang dewasa di Indonesia, berdasarkan data Departemen Kesehatan (Depkes), ada 1,74 juta orang mengalami gangguan mental emosional. Sedangkan 4% dari jumlah tersebut terlambat berobat dan tidak tertangani akibat kurangnya layanan untuk penyakit kejiwaan ini. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat menunjukan jumlah penderita gangguan jiwa di Jawa Barat melonjak tajam. Pada tahun 2014
tercatat
296.943
orang yang mengalaminya
sedangkan
berdasarkan hasil pendataan tim Dinkes Jabar pada 2015, jumlah penderita gangguan jiwa mencapai 465.975 orang. Terus
meningkatnya
kasus
jiwa
dikarenakan
semakin
kompleknya masalah kehidupan yang bermacam-macam diantaranya masalah ekonomi, makanan seperti Allah SWT berfirman dalam surat al-Baqorohayat 155
َ لل َمءْ َْم لءََ لباشوْ َم ِ َ َمَْ َب لعم ش َم َب شنلل ْع َُْل ُا ْل َب لنْ َْ لمن َْم لءَْشمبْ َم َب لنوُ ْل َب ل …ََن ْ ءْن َل َاء َب َ َنع ْا ْ َم َع رُ ْاءْو
3
Artinya:”Dan
sungguhnya
akan
Kami
berikan
cobaan
kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orangorang yang sabar”.Dari ayat diatas kita dapat menyimpulkan bahwa Alloh SWT akan memberikan ujian dan cobaan kepada setiap hambaNya dengan berbagai macam bentuk diantaranya dengan rasa takut, gelisah hatinya, kelaparan, serta ke kurangan makanan dan kematian. Dalam menghadapi ujian dan cobaan tersebut manusia dianjurkan untuk bersabar. Berdasarkan catatan yang penulis dapatkan dari Dinas Kesehatan Kota Banjar penderita gangguan jiwa pada tahun 2014 tercata tada 156 kasus. Rincian dari kasus tersebut diantaranya Mental Organik sebanyak 19 kasus dan 179 kasus skizoprenia. Dan dari bulan januari-juni 2016 tercatat dari tiap-tiap puskesmas yang berada di Kota Banjar, 19 kasus yang sudah tercatat dan 191 kasus melakukan pengobatan secara berkala. Berdasarkan catatan dan pelaporan di Ruang Tanjung Rumah Sakit Umum Kota Banjar yang dirawat inap dalam periode tahun 2014 sampai dengan Mei 2016 dapat dilihat pada tabel 1.1 di bawah ini.
4
Tabel 1.1 DaftarPenderitaGangguanJiwa di RSU Kota Banjar PeriodeJanuari 2014-Juni 2016
TAHUN 2014 2015 Juni 2016 1 Skizofrenia 48 63 31 2 Depresi 18 32 16 3 Retardasi Mental 0 0 2 Jumlah 66 95 49 Sumber :CatatanRekamMedik RSU Kota Banjar No
Diagnosa
Jumlah 111 66 2 179
Dari tabel 1.1 dapat dilihat bahwa klien penderita gangguan jiwa di RSU Kota Banjar dari tahun 2014 sampai bulan Januari-Juni 2016 mengalami peningkatan sebesar 57% pertahun. menurut Maramis (2005) gejala skizofrenia terdiri dari gejala primer muncul kelainan atau gangguan afek, emosi, kemauan dan gangguan psikomotor yang kelainannya tersebut terakumulasi dalam gangguan konsep diri: harga diri rendah. Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri sendiri atau kemampuan diri. Adanya hilang percaya diri, merasa gagal karena tidak mampu mencapai keinginan sesuai ideal diri (Keliat, 1998 dalam Yosep 2009 ). Dampak dari harga diri rendah dapat terganggu dalam pemenuhan kebutuhan dasar, diantaranya kebutuhan bersosialisasi dengan lingkungan. Jika masalah tersebut tidak segera diatasi akan menimbulkan
datangnya
masalah
lainnya.
Oleh
karena
untuk
5
mengatasi resiko tersebut diperlukan asuhan keperawatan yang bermutu berdasarkan hasil kajian ilmiah dengan menggunakan metode komunikasi
terapetik.
hubungan
interpersonal
pengalaman
belajar
Dimana
komunikasi
dimana
bersama
perawat
serta
terapetik
merupakan
klien
memperoleh
memperbaiki
pengalaman
emosional klien. Selain pendekatan asuhan keperawatan jiwa, untuk masalah kejiwaan tersebut Allah telah berfirman dalam Q.S. Al - Imran ayat 164 :
Artinya: Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orangorang yang beriman ketika Allah mengutus di antara mereka seorang rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka
ayat-ayat
mengajarkan
Allah,
kepada
membersihkan
mereka
al-kitab
(jiwa) dan
mereka,
dan
al-hikmah.
Dan
sesungguhnya sebelum (keadaan nabi) itu, mereka adalah benarbenar dalam kesesatan yang nyata (Q.S. Al-Imran: 164). Penjelasan ayat: Di dalam ayat ini. Alloh memberithukan kepada semua umat Rosululloh SAW. Bahwa diutusnya seorang nabi dari kalangan manusia kepada mereka adalah satu karunia yang sangat besar dan
6
tak pernah tertandingi oleh kenikmatan apapun. Rosul yang diutus kepada manuia itu mempunyai beberapa tugas. Diantaranya adalah: a. Membacakan ayat-ayat Alloh. b. Mensucikan dari beragai dosa dengan mengajak mereka untuk selalu berbuat dan berhenti melakukan maksiat. c. Mengajarkan Al-Qur’an dan Hadist. Dengan adanya Rosul, manusia yang dulunya tersesat, memiliki faham yang salah, melakukan perbuatan-perbuatan asusila, mereka lantas mendapat pencerahan dan petunjuk kebenaran. Mereka mendapat cahaya hidayah, dimana sebelumnya mereka ada dalam kegelapan yang nyata. Mereka lantas tahu mana yang benar dan mana yang salah, mana yang haq mana yang bathil. Karena ajaran islam yang dibawa oleh Rosululloh SAW. Telah mampu mengubah kebiasaan buruk mereka dari segala bentuk kejahiliyyahan.
Berdasarkan uraian di atas dibuatlah Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan pada NY. T dengan Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah Di Ruang Tanjung BLUD Rumah Sakit Umum Kota Banjar” dengan harapan dapat membuat asuhan keperawatan yang lebih baik dan komprehensif. B. Tujuan Penulisan 1. TujuanUmum Memberikan asuhan keperawatan secara komprehensif meliputi aspek
bio-psiko-sosio-spiritual
dengan
pendekatan
proses
7
keperawatan pada klien dengan Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah. Dimana klien bisa melakukan dan memahapi apa itu biopsiko-sosio-spiritual. Berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan dengan menggunakan pola pikir ilmiah, sehingga klien dapat hidup mandiri. 2. Tujuan Khusus a. Dapat melakukan pengkajian fisik, psikologis, social ldan spiritual sehingga dihasilkan masalah keperawatan. b. Dapat menentukan diagnosa keperawatan sesuai dengan prioritas masalah klien dengan Harga Diri Rendah. c. Dapat menyusun rencana tindakan keperawatan kepada klien denganHarga Diri Rendah. d. Dapat melaksanakan tindakan keperawatan pada klien dengan rencana tindakan keperawatan. e. Dapat melakukan evaluasi asuhan keperawatan pada klien denganHarga Diri Rendah. C. MetodeTelaahan Metode telaahan yang digunakan dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini adalah metode studi kasus dengan pendekatan proses keperawatan. Adapun teknik pengumpulan yang penulis gunakan adalah sebagai berikut : 1. Observasi Data yang dikumpulkan diperoleh dengan mengamati secara langsung perilaku dan keadaan klien untuk memperoleh data
8
objektif tentang masalah kesehatan keperawatan penyakit klien, perjalanan
penyakit,
respon
emosional
klien
pada
saat
diwawancara. 2. Wawancara Pengumpulan data dengan melakukan Tanya jawab langsung kepada klien atau keluarga mengenai riwayat penyakit klien, perjalanan penyakit, respon emosional klien pada saat wawancara. 3. Studi Literatur Melalui bahan-bahan kajian atau buku untuk mendapatkan teori-teori yang dihubungkan dengan masalah sesuai dengan yang dihadapi pada klien dengan Harga Diri Rendah. 4. Studi Dokumentasi Pengumpulan data dengan mempelajari data khusus klien dengan catatan-catatan yang berhubungan dengan klien yaitu Harga Diri Rendah. D. Sistematika Penulisan Dalam penyusunan karyatulis ini
penulis menggunakan
sistematika penulisan sebagai berikut : BAB I:PENDAHULUAN, terdiri dari latar belakang masalah, tujuan penulisan, metode telaah dan sistematika penulisan. BAB II:TINJAUAN TEORITIS, terdiridari Skizofrenia mencakup definisi, etiologi, gejala, jenis factor predisposisi dan factor presipitasi skizofrenia, serta mencakup tentang definisi Harga Diri Rendah, tanda dan gejala, karakteristik perilaku, rentang respon sosial, etiologi,
9
dampak gangguan Harga Diri Rendah akibat skizofrenia terhadap kebutuhan
dasar
manusia
dan
asuhan
keperawatan
meliputi
pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. BAB III :TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN, berisi laporan pelaksanaan asuhan keperawatan dengan system dokumentasi proses keperawatan yang meliputi pengkajian yang di dalamnya berisi pengumpulan
data,
analisa
data
dan
diagnose
keperawatan
dilanjutkan dengan proses keperawatan dengan perencanaan dan catatan
perkembangan,
sedangkan
pembahasan
mencakup
pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. BAB IV: KESIMPULAN
DAN
REKOMENDASI,
berisi
tentang
kesimpulan yang ditarik dari pembahasan kondisi nyata di lapangan sedangkan rekomendasi berisi tentang solusi dan saran tentang penyelesaian masalah yang muncul.
49
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Dasar Teori 1. Skizofrenia a. Pengertian Skizofrenia adalah gangguan yang terjadi pada fungsi otak.Menurut Andreasen (2008) dalam Broken Brain, The Biological in Psychiartry, bukti-bukti terkini tentang serangan skizofrenia merupakan suatu hal yang melibatkan banyak sekali faktor.Factor-faktor itu meliputi perubahan struktur fisik otak, perubahan struktur kimia otak, dan factor genetik.
(Yosep,
Keperawatan Jiwa, 2011:211) Skizofrenia merupakan bentuk psikosa yang sering dijumpai dimana-mana sejak dahulu kala. Meskipun demikian pengetahuan kita tentang sebab-musabab dan patogennya sangat kurang. (Maramis,2004). Skizofrenia adalah suatu bentuk psikosa fungsional dengan gangguan utama pada proses fikir serta disharmoni (kerekatan perpecahan) antara proses fikir afek atau emosi kemauan dan psikomotor disertai distorsi kenyataan, terutama karena
halusinasi,
asosiasi
inkoherensi. (Direja,2011). 10
terbagi-bagi
sehingga
timbul
11
b. Etiologi 1) Keturunan Telah dibuktikan dengan penelitian bahwa angka kesakitan bagi saudara tiri 0,9-1,8 %, bagi saudara kandung 7-15 %, bagi anak dengan salah satu orang tua yang menderita Skizofrenia 40-68 %, kembar 2 telur 2-15 % dan kembar satu telur 61-86 % (Maramis, 2005 : 215). 2) Endokrin Teori ini dikemukakan berhubung dengan sering timbulnya Skizofrenia pada waktu pubertas, waktu kehamilan atau puerperium dan waktu klimakterium., tetapi teori ini tidak dapat dibuktikan. 3) Metabolisme Teori ini didasarkan karena penderita Skizofrenia tampak pucat, tidak sehat, ujung extremitas agak sianosis, nafsu makan berkurang dan berat badan menurun serta pada penderita dengan stupor katatonik konsumsi zat asam menurun. Hipotesa ini
masih
dalam
pembuktian
dengan
pemberian
obat
halusinogenik. 4) Susunan saraf pusat Penyebab Skizofrenia diarahkan pada kelainan Sistem Syaraf Pusat yaitu pada diensefalon atau kortek otak, tetapi kelainan patologis yang ditemukan mungkin disebabkan oleh
12
perubahan postmortem atau merupakan artefakt pada waktu membuat sediaan. 5) Teori Adolf Meyer : Skizofrenia tidak disebabkan oleh penyakit badaniah sebab hingga sekarang tidak dapat ditemukan kelainan patologis anatomis atau fisiologis yang khas pada SSP tetapi Meyer mengakui bahwa suatu suatu konstitusi yang inferior atau penyakit badaniah dapat mempengaruhi timbulnya Skizofrenia. Menurut Meyer Skizofrenia merupakan suatu reaksi yang salah, suatu maladaptasi, sehingga timbul disorganisasi kepribadian dan lama kelamaan orang tersebut menjauhkan diri dari kenyataan (otisme). 6) Teori Sigmund Freud Skizofrenia terdapat a. kelemahan ego, yang dapat timbul karena penyebab psikogenik ataupun somatik. b. superego dikesampingkan sehingga tidak bertenaga lagi dan yang berkuasa serta terjadi suatu regresi ke fase narsisisme dan. c. kehilangaan kapasitas untuk pemindahan (transference) sehingga terapi psikoanalitik tidak mungkin.
13
7) Eugen Bleuler Penggunaan istilah Skizofrenia menonjolkan gejala utama penyakit ini yaitu jiwa yang terpecah belah, adanya keretakan atau disharmoni antara proses berfikir, perasaan dan perbuatan. Bleuler membagi gejala Skizofrenia menjadi 2 kelompok yaitu gejala primer (gaangguan proses pikiran, gangguan emosi, gangguan kemauan dan otisme) gejala sekunder (waham, halusinasi dan gejala katatonik atau gangguan psikomotorik yang lain). 8) Teori lain Skizofrenia sebagai suatu sindroma yang dapat disebabkan oleh
bermacam-macam
sebab
antara
lain
keturunan,
pendidikan yang salah, maladaptasi, tekanan jiwa, penyakit badaniah seperti luwes otak, arterosklerosis otak dan penyakit lain yang belum diketahui. 9) Ringkasan Sampai Skizofrenia. mempunyai
sekarang
belum
diketahui
dasar
penyebab
Dapat
dikatakan
bahwa
faktor
keturunan
pengaruh.
Faktor
yang
mempercepat,
yang
menjadikan manifest atau faktor pencetus (precipitating factors) seperti penyakit badaniah atau stress psikologis, biasanya tidak menyebabkan Skizofrenia, walaupun pengaruhnyaa terhadap
14
suatu penyakit Skizofrenia yang sudah ada tidak dapat disangkal. (Maramis, 2005: 218). c. Tanda dan gejala skizofrenia Secara umum gejala serangan skizofrenia dibagi menjadi 2 yaitu gejala positif dan gejala negatif (Yosep.2010). 1) Gejala positif selalu terjadi saat rangsangan terlalu kuat dan otak tidak mampu
menginterpretasikan
dan
merespon
pesan
atau
rangsangan yang datang. Kegagalan berfikir mengarah kepada masalah dimana klien skizofrenia tidak mampu memproses dan mengatur fikirannya. Kebanyakan klien tidak mampu memahami hubungan antara kenyataan Halusinasi dan logika. 2) Gejala negatif Klien skizofrenia kehilangan motivasi dan apatis berarti kehilangan energi dan minat dalam hidup yang membuat klien menjadi orang yang malas. Karena klien skizofrenia hanya memiliki energi yang sedikit, mereka tidak bisa melakukan halhal yang lain selain tidur dan makan. d. Jenis-Jenis Skizofrenia Pembagian skizofrenia dalam beberapa jenis berdasarkan gejala utama diantaranya : Maramis ( 2005 : 222-228 )
15
1) Skizofrenia Simplek Sering timbul pertama kali pada usia pubertas, gejala utama berupa
kedangkalan
emosi
dan
kemunduran
kemauan.
Gangguan proses berfikir sukar ditemukan, waham dan halusinasi jarang didapat, jenis ini timbulnya perlahan-lahan. 2) Skizofrenia Hebefrenia Permulaannya perlahan-lahan atau subakut dan sering timbul pada masa remaja atau antara 15-25 tahun. Gejala yang menyolok ialah gangguan proses berfikir, gangguan kemauaan dan
adaanya
depersenalisasi
atau
double
personality.
Gangguan psikomotor seperti mannerism, neologisme atau perilaku
kekanak-kanakan
sering
terdapat,
waham
dan
halusinasi banyak sekali. 3) Skizofrenia Katatonia Timbulnya pertama kali umur 15-30 tahun dan biasanya akut serta sering didahului oleh stress emosional. Mungkin terjadi gaduh gelisah katatonik atau stupor katatonik. 4) Skizofrenia Paranoid Gejala yang menyolok ialah waham primer, disertai dengan waham-waham sekunder dan halusinasi. Dengan pemeriksaan yang teliti ternyata adanya gangguan proses berfikir, gangguan afek emosi dan kemauan.
16
5) Episode Skizofrenia akut Gejala Skizofrenia timbul mendadak sekali dan pasien seperti
dalam
keadaan
mimpi.
Kesadarannya
mungkin
berkabut. Dalam keadaan ini timbul perasaan seakan-akan dunia luar maupun dirinya sendiri berubah, semuanya seakanakan mempunyai suatu arti yang khusus baginya. 6) Skizofrenia Residual Keadaan Skizofrenia dengan gejala primernya Bleuler, tetapi tidak jelas adanya gejala-gejala sekunder. Keadaan ini timbul sesudah beberapa kali serangan Skizofrenia. 7) Skizofrenia Skizo Afektif Disamping gejala Skizofrenia terdapat menonjol secara bersamaaan juga gejala-gejal depresi (skizo depresif) atau gejala mania (psiko-manik). Jenis ini cenderung untuk menjadi sembuh tanpa efek, tetapi mungkin juga timbul serangan lagi. e. Faktor Predisposisi dan Presipitasi 1) Faktor predisposisi a. Biologis Penelitian
pencitraan
otak
sudah
menunjukkan
keterlibatan otak yang lebih luas dalam perkembangan skizofrenia. Lesi pada daerah frontal, temporal dan limbik berhubungan dengan perilaku psikotik. ( Gail W, Stuart, 2007 : 247 – 248 )
17
b. Psikologis Teori psikodinamika untuk terjadinya respon neurobiologik yang maladaptif belum didukung oleh penelitian. Sayangnya, teori psikologik terdahulu menyalahkan keluarga sebagai penyebab gangguan ini. Sehingga menimbulkan kurangnya rasa percaya keluarga terhadap tenaga kesehatan jiwa professional. c. Sosial Budaya Stress yang menumpuk dapat menunjang terhadap awitan skizofrenia dan gangguan psikotik lain tetapi tidak diyakini sebagai penyebab utama gangguan. 2) Faktor Presipitasi a) Biologis Stress
biologis
yang
berhubungan
dengan
respon
neurobiologik yang maladaptif termasuk : (1) Gangguan dalam putaran umpan balik otak yang mengatur proses informasi (2) Abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi ransangan ( Gail W. Stuart, 2007 : 248 )
18
b) Pemicu Gejala Pemicu merupakan precursor dan stimuli yang sering menimbulkan episode baru suatu penyakit. c) Stress Lingkungan Secara biologis menetapkan ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi dengan stressor lingkungan untuk menentukan gangguan perilaku. 2. Konsep Diri a.
Pengertian Konsep diri adalah cara individu dalam melihat pribadinya
secara utuh, menyangkut fisik, emosi intelektual, sosial dan spiritual (Sunaryo, 2004). Konsep diri merupakan semua ide, pikiran, kepercayaan dan pendirian yang diketahui individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain (Stuart, 2007) Dari kedua pengertian konsep diri di atas dapat penulis simpulkan bahwa konsep diri adalah cara individu memandang dirinya dan mempengaruhi hubungan, baik fisik, intelektual, sosial maupun spiritual. Menurut (Sunaryo, 2004) komponen-komponen konsep diri adalah sebagai berikut: 1)
Gambaran
diri,
merupakan
sikap
individu
tubuhnyabaik secara sadar maupun tidak sadar.
terhadap
19
2) Ideal diri, merupakan persepsi individu tentang perilakunya disesuaikan dengan standar pribadi yang terkait dengan cita - cita, harapan dan keinginan, tipe orang yang diidam idamkan dan nilai yang ingin dicapai. 3) Harga diri, merupakan penilaian individu terhadaphasil yang dicapai, dengan cara menganalisis seberapa jauh perilaku individu tersebut sesuai dengan ideal diri. 4) Peran diri, merupakan pola perilaku,sikap, nilai dan aspirasi yang
diharapkan
individu
berdasarkan
posisinya
di
masyarakat. 5) Identitas diri, kesadaran akan diri pribadi yang bersumber dari pengamatan dan penilaian, sebagai sintesis semua aspek konsep diri dan menjadi satu kesatuan yang utuh. b. Harga Diri Rendah a. Pengertian Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri sendiri atau kemampuan diri. Adanya hilang percaya diri, merasa gagal karena tidak mampu mencapai keinginan sesuai ideal diri (Keliat, 1998 dalam Yosep 2009 ). Tingkat harga diri seseorang berada dalam rentang tinggi sampai rendah. Individu yang memiliki harga diri tinggi
20
menghadapi lingkungan secara aktif dan mampu beradaptasi secara efektif untuk berubah serta cenderung merasa aman. Individu yang memiliki harga diri rendah melihat lingkungan dengan cara negatif dan menganggap sebagai ancaman (Barbara Koizer, 2003). Dari pengertian di atas, dapat penulis simpulkan bahwa harga diri rendah adalah perasaan negatif terhadap diri sendiri sejauh mana individu menilai dirinya sebagai orang yang tidak memiliki kemampuan. a. Psikodinamika 1) Rentang Respon Konsep Diri Adapuntentang respon konsep diri dapat dilihat pada gambarberikut ini:
Respon Adaptif
Respon Maladaptif
Konsep diri Positif Aktualisasi Diri
kekacauan identitas Harga Diri Rendah
Konsep diri positif
Kekacauan identitas
Gambar 2.1 Rentang Respon Konsep Diri (Stuart, 2007)
Depersonalisasi
21
Respon adaptif terhadap konsep diri meliputi: a) Aktualisasi diri Pernyataan diri tentang konsep diri yang positif dengan latar belakang pengalaman nyata yang sukses dan dapat diterima individu dapat mengekspresikan kemampuan yang dimilikinya. b) Konsep diri Positif Apabila individu mempunyai pengalaman positif dalam beraktualisasi diri dan menyadari hal-hal positif maupun yang negatif dari dirinya.Individu dapat mengidentifikasi kemampuan dan kelemahannya secara jujur dan dalam menilai suatu masalah individu berfikir secara positif dan realistis. Sedangkan respon maladaptif dari konsep diri meliputi: a) Harga diri rendah adalah individu cenderung untuk menilai dirinya negativ dan merasa lebih rendah dari orang lain. b) Kekacauan identitas. Suatu
kegagalan
identifikasi
masa
individu
mengintegrasikan
kanak-kanak
kendala
berbagai
kepribadian
psikososial dewasa yang harmonis. c) Depersonalisasi Perasaan yang tidak realitas dan asing terhadap diri sendiri yang berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta tidak dapat membedakan dirinya dengan orang lain.
22
Keadaan transisi antara respon adaptif dan maladaptif dari rentang responkonsep diri adalah harga diri rendah. 1) Proses Terjadinya Harga Diri Rendah Harga diri rendah diakibatkan oleh rendahnya cita-cita seseorang, hal ini mengakibatkan berkurangnya tantangan dalam
mencapai
mengakibatkan
upaya
tujuan,tantanngan yang
yang
rendah,selanjutnya
rendah hal
ini
menyebabkan penampilan seseorang tidak optimal, Harga diri merupakan suatu penilaian terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisa seberapa jauh perilaku memenuhi ideal diri, Tinggi rendahnya harga diri seseorang tergantung sejauhmana pencapaian tujuan (ideal diri) apabila semua yang ditetapkan gagal untuk dicapai maka individu akan cenderung memiliki harga diri rendah (Yosep, 2009). Pada masa kecil sering disalahkan, jarang diberi pujian atas keberhasilannya. Pada saat remaja keberadaannya kurang dihargai, tidak diberi kesempatan dan dan tidak terima. Sering gagal baik di sekolah, pekerjaan, ataupun pergaulan. Lingkungan cenderung mengucilkan dan menuntut lebih dari kemampuan. (Rumah SakitJiwa Propinsi Jawa Barat, 2011) 2) Tanda dan Gejala Adapun
menurut
Yosep
(2009),
perilaku
berhubungan dengan harga diri rendah diantaranya:
yang
23
1) Mengejek dan mengkritik diri 2) Merasa bersalah dan khawatir, menghukum atau menolak diri sendiri 3) Mengalami gejala fisik, misalkan: tekanan darah tinggi 4) Menunda keputusan 5) Sulit bergaul 6) Menghindari kesenangan yang memberikan rasa puas 7) Menarik diri dari realitas, cemas, panic, cemburu, curiga, halusinasi 8) Merusak diri: harga diri rendah menyokong klien untuk mengakhiri hidupnya 9) Perasaan tidak mampu 10) Pandangan hidup yang pesimitis 11) Tidak menerima pujian 12) Penurunan produktivitas 13) Penolakan terhadap kemampuan diri 14) Kurang memperhatikan perawatan diri 15) Berpakaian tidak rapi 16) Penurunan selera makan 17) Tidak berani menatap lawan bicara 18) Lebih banyak menunduk dan bicara lambat dengan nada suara lemah 19) Gangguan hubungan sosial
24
20) Percaya diri kurang 3) Faktor Predisposisi Berbagai faktor menunjang terjadinya perubahan dalam konsep
diri
seseorang.
Menurut
Stuart
(2007)
faktor
predisposisi ini dapat dibagi sebagai berikut: 1) Faktor yang mempengaruhi harga diri meliputi penolakan orang tua, harapan orang tua yang tidak realistis, kegagalan yang berulang, kurang mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain, dan ideal diri yang tidak realistis. 2) Faktor yang mempengaruhi performa peran meliputi stereotif peran gender, tuntutan peran kerja, dan harapan peran budaya 3) Faktor
yang
mempengaruhi
identitas
pribadi
meliputi
ketidakpercayaan orang tua, tekanan dari kelompok teman sebaya, dan perubahan struktur sosial. 4) Faktor Presipitasi Faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah biasanya adalah kehilangan bagian tubuh, perubahan penampilan/bentuk tubuh, kegagalan atau produktivitas yang menurun. Secara umum gangguan konsep diri harga diri rendah ini dapat terjadi secara situasional atau kronik.Secara situasional misalnya karena trauma yang muncul tiba-tiba, sedangkan yang kronik
25
biasanya dirasakan klien sebelum sakit atau sebelum dirawat klien sudah memiliki pikiran negatif dan meningkat saat dirawat (Yosep 2009). 5) Mekanisme Koping Mekanisme koping termasuk pertahanan koping jangka pendek dan jangka panjang untuk melindungi diri sendiri dalam menghadapi persepsi diri yang menyakitkan. 1)Pertahanan jangka pendek mencakup sebagai berikut : a) Aktivitas yang memberikan pelarian sementara dari krisis identitas diri (misal : konser musik, kerja keras, menonton TV secara obsesif). b) Aktivitas yang memberikan identitas pengganti sementara (misal : ikut serta dalam klub, sosial, politik, kelompok gerakan atau geng). c) Aktivitas
yang
sementara
menguatkan/meningkatkan
perasaan dari yang tidak menentu(misal : olahraga yang kompetetif). d) Aktivitas yang merupakan upaya, jangka pendek untuk membuat identitas di luar dari hidup yang tidak bermakna saat ini (misal : penyalahgunaan obat).
26
2) Pertahanan jangka panjang menyangkut sebagai berikut : a) Penutupan identitas prematur yang diinginkan oleh orang terdekat tanpa memperhatikan keinginan aspirasi/potensi diri sendiri. b) Identitas negatif Asumsi identitas yang tidak sesuai dengan nilai dan harapan yang diterima masyarakat (Stuart dan Sundeen, 2007). 6) Dampak gangguan Harga Diri Rendah terhadap Kebutuhan Dasar Manusia Menurut Abraham Maslow kebutuhan dasar manusia meliputi 5 kebutuhan yaitu : kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman dan keselamatan, kebutuhan untuk dicintai dan rasa saling memiliki, kebutuhan harga diri dan kebutuhan aktualisasi diri (Maramis, 2004). Dengan menggunakan pendekatan tersebut penulis menghubungkan antara perilaku klien dengan gangguan harga diri rendah akibat skizofrenia terhadap kebutuhan dasar manusia : 1) Kebutuhan Fisiologis Klien dengan konsep diri harga diri rendah biasanya selalu menyalahkan dan menghukum diri sendiri, merasa gagal dan cenderung merusak diri baik secara langsung maupun tidak
27
langsung. Salah satu cara merusak diri secara tidak langsung dengan timbulnya kurang nafsu makan. Dampak yang timbul adalah gangguan pemenuhan nutrisi. Persepsi terhadap diri yang menurun dapat menimbulkan kecemasan dan takut terhadap lingkungan. Hal ini dapat menyebabkan kegelisahan dan sulit tidur. Dampak yang timbul adalah gangguan pemenuhan istirahat tidur. 2) Kebutuhan rasa aman Individu dengan harga diri rendah melihat lingkungan dengan cara nagatif dan menganggap sebagai ancaman. Adanya kegagalan dalam mengaktualisasikan diri pada klien yang menarik diri disebabkan perasaan tidak berharga, tidak dihargai dan tidak mampu sehingga klien cenderung mengalami penurunan minat merawat diri apabila melakukan aktivitas sehari-hari. Individu dengan harga diri rendah dapat beresiko terjadinya isolasi
sosial.
Menarik
diri
merupakan
percobaan
untuk
menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain. Adanya perasaan asing dan tidak dipedulikan membuat individu sulit mempercayai orang lain termasuk kepercayaan terhadap terganggu.
Tuhan
YME
sehingga
kebutuhan
spiritualnya
28
3) Kebutuhan akan rasa cinta Perasaan tidak berharga dan tidak percaya diri menyebabkan klien mengalami kesulitan dalam menjalin hubungan interpersonal, termasuk hubungan hubungan mencintai dan dicintai orang lain 4) Kebutuhan Harga diri Perasaan rendah diri atau harga diri rapuh banyak ditemui pada klien harga diri rendah. B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah Untuk meningkatkan kualitas praktek keperawatan khususnya dalammemberikan asuhan keperawatan, maka perawat memerlukan metode ilmiah yang dinamakan proses keperawatan : Proses keperawatan merupakan suatu metoda sistematis dan ilmiah yang digunakan perawat untuk memenuhi kebutuhanklien dalam mencapai atau mempertahankan keadaan biologis, psikologis, sosial dan spiritual yang optimal. Peoses keperawatan mempunyai ciri dinamis, siklik, saling bergantung, luwes dan terbuka. (Depkes RI, 2002). Asuhan Keperawatan Gangguan Konsep Diri Harga Diri Rendah meliputi pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. 1. Pengkajian
Pengkajian
merupakan
tahap
awal
dan
dasar
dari
proseskeperawatan, Tahap pengkajian terdiri dari pengumpulan
29
data, Analisa, dan perumusan diagnosa keperawatan (Keliat, 2006). Data yang dikumpulkan meliputi data biologis, psikologis, dan spiritual yang diuraikan sebagai berikut : a. Pengumpulan data Tujuan dari pengumpulan data adalah menilai status kesehatan dan kemungkinan adanya masalah keperawatan yang memerlukan intervensi dari perawat. Data yang dikumpulkan bisa berupa data objektif, yaitu data yang didapat secara nyata dan melalui observasi atau pemeriksaan langsung oleh perawat.Sedangkan data subjektif yaitu data yang disampaikan secara lisan oleh klien dan keluarganya. Data ini didapatkan melalui wawancara perawat kepada klien dan keluarganya (Keliat, 2006).Pengumpulan data ini meliputi : 1) Identifikasi klien Identitas penanggung jawab meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, agama, hubungan dengan klien dan alamat (Keliat, 2006) 2) Identitas penanggung jawab Identitas klien meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, agama, pekerjaan, status marital, suku bangsa, alamat, nomor medrek, ruang rawat, tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian dan diagnosa medis (Keliat, 2006).
30
3) Alasan Masuk Tanya kepada klien/ keluarga/ pihak yang berkaitan dan tuliskan hasilnya, apa yang menyebabkan klien datang ke rumah sakit? Apa yang sudah dilakukan klien/ keluarga sebelum atau di rumah untuk mengatasi masalah ini dan bagaimana hasilnya? (Azizah : 2011) 4) Faktor predisposisi Berbagai faktor menunjang terjadinya perubahan dalam konsep diri seseorang (Stuart, 2007). a) Riwayat gangguan Jiwa Kaji
apakah
klien
mempunyai
riwayat
gangguan
jiwa
sebelumnya, kapan mulai terjadi, gejalanya bagaimana, dan pengobatan apa yang sudah dilakukan (Keliat, 2006 ) b) Pengobatan Apabila klien mengalami gangguan jiwa, tanyakan bagaimana hasil pengobatan sebelumnya. Apakah dia dapat beradaptasi di masyarakat tanpa gejala-gejala gangguan jiwa berarti berhasil, apakah dapat beradaptasi tapi masuh ada gejala-gejala sisa berarti kurang berhasil, apabila tidak ada kemajuan atau gejala-gejala bertambah atau menetap berarti tidak berhasil (Keliat : 2006) c) Aniaya Tanyakan kepada klien apakah klien pernah melakukan, mengalami,
atau
menyaksikan
penganiayaan
fisik,
seksual,
31
penolakan dari lingkungan, kekerasan dalam keluarga, dan tindakan kriminal. (Keliat : 2006). d) Anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa Tanyakan kepada klien dan keluarga apakah ada keluarga yang mengalami gangguan jiwa yang sama dengan klien dan apa saja pengobatan yang sudah dilakukan (Keliat, 2006). e) Pengalaman masa lalu yang kurang menyenangkan Pengalaman yang kurang menyenangkan pada masa lalu seperti kehilangan orang yang dicintai, kehilangna pekerjaan serta tidak tercapainya ideal diri merupakan streesor psikologik bagi klien yang dapat mengakibatkan gangguan jiwa (Keliat, 2006). 5). PengkajianFisik a) Tanda – tanda vital Ukur dan observasi tanda-tanda vital : tekanan darah, nadi, suhu, pernafasan klien (Keliat, 2006). b) Ukuran Ukur tinggi badan dan berat badan klien(Keliat, 2006). 6).Pengkajian psikososial a) Genogram Buat
genogram
minimal
tiga
generasi
yang
menggambarkan klien dan keluarga, contohnya (keliat, 2006)
dapat
32
Gambar 3.1 Genogram Keterangan : : Laki-laki : Perempuan : Klien : Tinggal Serumah : Laki meninggal : Perempuan meninggal : Orang terdekat : Garis Pernikahan : Garis Keturunan
b) Penjelasan Jelaskan klien tinggal dengan siapa dan apa hubungannya. Jelaskan masalah yang terkait dengan pola asuh keluarga terhadap
33
klien dan anggota keluarga lainnya, pola komunikasi, pola pengambilan keputusan, dan faktor herediter (Azizah : 2011) c) Konsep diri (1)Gambaran diri Pasien mempunyai persepsi buruk tentang tubuhnya karena pasien tidak memiliki kepercayaan diri (2) Identitas diri Biasanya pasien tidak berdaya dan rendah diri terhadap jenis kelamin yang ia miliki, sehingga tidak mempunyai status yang dibanggakan. (3) Peran Biasanya ketegangan
pasien peran
mengalami dan
merasa
penurunan tidak
produktifitas,
mampu
dalam
melaksanakan tugas. (4) Ideal diri Tanyakan tentang harapan terhadap tubuh, posisi, status, tugas/peran. Harapan klien terhadap lingkungan (keluarga, sekolah, tempat kerja, masyarakat), harapan klien terhadap penyakitnya. (Keliat : 2006) (5) Harga diri Pasien mengejek dan mengkritik diri sendiri, menurunkan martabat, menolak kemampuan yang nyata yang dimiliki dan perasaan dirinya lebih penting (Keliat : 2006)
34
d) Hubungan sosial (1) Pasien tidak mempunyai orang yang berarti untuk mengadu atau meminta dukungan. (2) Pasien merasa berada di lingkungan yang mengancam. (3) Keluarga kurang memberikan penghargaan kepada pasien. (4) Pasien sulit berinteraksi karena berperilaku kejam dan mengeksploitasi orang lain. e)
Spiritual (1) Falsafah hidup Pasien merasa perjalanan hidupnya penuh dengan ancaman, tujuan hidup biasanya jelas, kepercayaannya terhadap sakit serta dengan penyembuhannya. (2) Konsep ketuhanan dan praktek keagamaan Pasien mengakui adanya Tuhan tetapi kurang yakin terhadap Tuhan, putus asa karena Tuhan tidak memberikan sesuatu yang diharapkan dan tidak mau menjalankan kegiatan keagamaan.
7). Status mental a). Penampilan Penampilan diri tidak rapih, tidak sesuai karena klien kurang minat
untuk melakukan
perawatan
diri(Keliat,
1998
:
49).
Kemunduran dalam tingkat kebersihan dan kerapian dapat merupakan tanda adanya depresi atau skizofrenia. Bila seorang
35
wanita yang mempunyai ketakutan seksual mungkin berpakaian netral, tetapi bila wanita berpakaian, bersolek, dan berperilaku seakan-akan hendak membangkitkan rangsangan seksual maka adanya kemungkinan histeria. Bau badan karena tidak mandi merupakan tanda dini suatu gangguan jiwa (Maramis, 2009). b). Pembicaraan Kliendengan frekuensi lambat, tertahan, volume suara rendah, sedikit bicara, inkoheren dan bloking (Yosep, 2009). c). Aktivitas motorik Tegang, lambat, gelisah dan terjadi penurunan aktifitas interaksi (Yosep, 2009) d). Alam perasaan Klien biasanya merasa tidak mampu dan pandangan hidup yang pesimis (Yosep, 2009). e). Afek Afek klien biasanya tumpul yaitu klien mampu berespon bila ada stimulus emosi yang bereaksi (Yosep, 2009). f). Interaksi selama wawancara Biasanya kurangkooperatif dan mudah tersinggung (Yosep, 2009). g). Persepsi Klien mengalami halusinasi dengar/lihat yang mengancam atau memberi perintah. (Keliat : 2006).
36
h). Proses pikir Data diperoleh dari observasi ketika wawancara tentang sirkumstansial (pembicaraan yang berbelit-belit, tetapi sampai pada tujuan pembicaraan). Tangensial (pembicaraan yang berbelit-belit, tetapi tidak sampai pada tujuan pembicaraan). Kehilangan asosiasi (pembicaraan tidak memiliki hubungan antara satu kalimat dan kalimat lainnya, serta klien tidak menyadarinya). Flight of ideas (pembicaraan yang meloncat dari satu topik ke topik lain, masih ada hubungan yang tidak logis dan tidak sampai pada tujuan). Blocking (pembicaraan terhenti secara tiba-tiba tanpa gangguan eksternal kemudian dilanjutkan kembali). Perseverasi (pembicaraan yang diulang berkali-kali). Jelaskan apa yang dilakukan klien ketika wawancara. Masalah keperawatan sesuai dengan data. (Keliat : 2006) i). Isi pikir Merasa bersalah dan khawatir, menghukum atau menolak diri sendiri,mengejek dan mengkritik diri sendiri (Yosep, 2009) j). Tingkat kesadaran Data tentang bingung (tanpak bingung dan kacau) dan sedasi (klien mengatakan bahwa ia merasa melayang-layang antara sadar atau tidak sadar) diperoleh melallui wawancara dan observasi, stupor (gangguan motorik seperti kekakuan, gerakan yang diulangualang,
anggota
tubuh
kliendalam
sikap
canggung
yang
37
dippertahankan dalam waktu lama, tetapi klien menyadari semua yang terjadi dilingkungannya) diperoleh melalui observasi, orientasi waktu,tempat, dan orang cukup jelas diperoleh melalui wawancara, jelaskan data objektifdan subjektif yang terkait dengan hal-hal di atas. Masalah keperawatan sesuai dengan data. Jelaskan apa yang dilakukan klien saat wawancara(Keliat, 2006) k). Memori Kliendenganharga
diri
rendah,
umumnya
tidak
terdapat
gangguan pada memorinya, baik memori jangka pendek ataupun jangka panjang.(Keliat, 2006) l). Tingkat konsetrasi dan berhitung Tingkat konsentrasi terganggu dan mudah beralih atau tidak mampu mempertahankan konsentrasi dalam waktu lama, karena merasa cemas. Dan biasaya tidak mengalami gangguan dalam berhitung. (Keliat : 2006) m). Kemampuan menilai Gangguan kemampaun penilaian ringan (dapat mengambil keputusan yang sederhana dengan bantuan orang lain, contohnya : berikan kesempatan pada klien untuk memilih mandi dahulu sebelum makan atau makan dahulu sebelum mandi. Jika diberi penjelasaan,
klien
dapat
mengambil
keputusan),
gangguan
penilaian bermakna (tidak mampu mengambil keputusan walaupun dibantu orang lain. Contoh : berikan kesempatan pada klien untuk
38
mandi dahulu sebelum makan atau makan dahulu sebelum mandi, setelah diberikan penjelasan klien masih tidak mampu mengambil keputusan), jelaskan sesuai data terkait. Masalah keperawatan sesuai dengan data. (Keliat : 2006) n). Daya tilik diri Klientidak tahu alasan di bawa ke RS dan tidak menyadari mempunyai gangguan jiwa (Keliat, 2006). 8). Perencanaanklienpulang Kaji persiapan pulang pasien dari mulai kemandirian pasien dalam memenuhi kebutuhannya sehari-hari. Persiapan pulang atau rencana pulang bertujuan untuk: a) Menyiapkan pasien dan keluarga secara fisik, psikologi, dan sosial. b) Meningkatkan kemandirian pasien dan keluarga. c) Melaksanakan rentang perawatan antara rumah sakit dan masyarakat. d) Menyelenggarakan proses pulang yang bertahap Pada semua gangguan jiwa peran serta keperawatan keluarga dalam perencanaan pasien pulang sangat penting. Setelah pasien pulang dari rumah sakit maka dikaji mengenai: (1)
Makan
(2)
Eliminasi (BAB dan BAK)
(3)
Mandi
39
(4)
Berpakaian
(5)
Istirahat dan tidur
(6)
Penggunaan obat
(7)
Pemeliharaan kesehatan
(8)
Aktifitas didalam rumah
(9)
Aktifitas diluar rumah
(10) Mekanisme koping (11) Masalah psikososial dan lingkungan (12) Terapi Terapi pada gangguan konsep diri : harga diri rendah biasanya mendapatkan obat psikofarmaka yang ditujukan pada gangguan
fungsi
neurotransmiter,
sehingga
gejala-gejala
klinisnya dapat dihilangkan. Jenis obat psikofarmaka dibagi dalam dua golongan, yaitu golongan generasi pertama (typical) dan golongan generasi kedua(atypical) ( Hawari. D, 2002). Dari berbagai jenis obat tersebut efek samping yang sering dijumpai meskipun relatif kecil daan jarang adalah gejala ekstra-piramidal, misalnya kedua tangan gemetaran, kekakuan alat gerak, otot leher kaku.Untuk penawarnya dapat diberikan Tryhexyphenidyl HCL, Benzhexol, Levodapa. b. Analisa data Pengelompokan data adalah pengelompokan data-data klien ataukeadaan
tertentu
dimana
klien
mengalami
permasalahan
40
kesehatan atau keperawatan berdasarkan kriteria permasalahannya (Fitria, 2009). 1) Data subjektif a) Mengungkapkan dirinya merasa tidak berguna b) Mengungkapkan dirinya merasa tidak mampu c) Mengungkapkan dirinya tidak semangat untuk beraktivitas atau bekerja d) Mengungkapkan dirinya malas melakukan perawatan diri (mandi, berhias, makan atau toileting). 2) Data objektif Menurut fitria, (2009). a) Mengkritik diri sendiri b) Perasaan tidak mampu c) Pandangan hidup yang pesimistis d) Tidak menerima pujian e) Penurunan produktivitas f) Penolakan terhadap kemampuan diri g) Kurang memperhatikan perawatan diri h) Berpakaian tidak rapi i) Berkurang selera makan j) Tidak berani menatap lawan bicara k) Lebih banyak menunduk l) Bicara lambat dengan nada lemah
41
2. Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan masalah keperawatan klien yang mencakup baik respon adaptif ataupun maladaptif serta stressor yang menunjang (Stuart, Sundeen, 2004). Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan gangguan konsep diri : harga diri rendah yaitu: a. Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah b. Defisit perawatan diri : personal hygiene c. Gangguan Sensori Persepsi: Halusinasi d. Isolasi Sosial e. Risiko Perilaku Kekerasan.
3. Rencana tindakan keperawatan Perencanaan adalah penentukan apa yang akan dilakukan untuk membantu klien memenuhi kebutuhannya dan mengatasi ataumengurangi masalah keperawatan yang telah ditentukan. Rencana asuhan keperawatan gangguan konsep diri : harga diri rendah yaitu terdapat pada tabel 2.1 di bawah ini:
49
Tabel 2.1 Rencana Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah Diagnosa No Keperawat Tujuan an 1 2 3 1 Gangguan Pasien dapat : Konsep Diri a.Membina hubungan saling : Harga Diri percaya antara Rendah klien dengan (HDR) perawat b. engidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki. c. Menilai kemampuan yang dapat digunakan. d.Menetapkan atau memilih kegiatan sesuai kemampuan. e. Merencanakan
Perencanaan Kriteria Evaluasi
Intervensi
Rasional
4 Setelah 1 - 3 kali pertemuan klien mampu : 1. Membina hubungan saling percaya antara M klien dengan perawat, mengidentifikasi kemampuan aspek positif yang dimiliki, memiliki kemampuan yang dapat digunakan, memilih kegiatan yang sesuai kemampuan, melakukan kegiatan yang
5
6
SP I (Tanggal...) 1. Bina hubungan saling percaya 1. Memberikan rasa antara klien dengan perawat kepercayaan dari klien 2. Identifikasi kemampuan positif terhadap perawat yang dimiliki. a. Diskusikan bahwa klien 2. Memberikan masih memiliki sejumlah kesempatan pada klien kemampuan dan aspek untuk menilai positif seperti melakukan kemampuan positif pekerjaan rumah. yang dimiliki b. Beri pujian yang realistis 3. Memberikan semangat atau nyata dan hindarkan pada klien agar klien penilaian yang negatif setiap tahu bahwa kegiatan itu kali bertemu dengan klien. berguna 4. Memotivasi klien agar 3. Nilai kemampuan yang dapat dapat meneruskan digunakan pada saat ini. kegiatan yang telah di a. Diskusikan dengan klien lakukan kemampuan yang masih 5. Membantu klien agar
42
42
43
kegiatan yang sudah dilatih.
sudah di pilih dan merencanakan kegiatan yang sudah dilatih.
dapat digunakan pada saat klien percaya diri akan ini. kemampuannya b. Bantu kilen menyebutkan 6. Menambah rasa kemampuan dan memberi percaya klien terhadap penguatan pada perawat kemampuan diri yang 7. Membantu agar pasien diungkapkan klien. mempunyai jadwal c. Perlihatkan respon yang kegiatan yang akan kondusif dan jadilah dilakukan pendengar yang aktif. 8. Untuk memandirikan klien secara bertahap 4. Pilih kemampuan yang akan juga memberikan dilatih. contoh pada klien a. Diskusikan dengan klien tentang pelaksanaan beberapa aktifitas yang yang akan dilakukan dapat dilakukan dan dipilih oleh klien. sebagai kegiatan yang akan 9. Memilih kegiatan klien klien lakukan sehari-hari. mana yang terlebih b. Bantu klien menetapkan dahulu dilakukan aktifitas mana yang dapat 10. Agar klien melakukan klien lakukan secara kegiatan klien sesuai mandiri. dengan aturannya o Aktivitas yang 11. Memotivasi keberanian memerlukan bantuan pada klien dalam minimal dari keluarga. kegiatan yang dilatih o Aktivitas apa saja yang 12. Agar klien terpenuhi
43
44
perlu bantuan penuh dari dalam kegiatannya keluarga dan lingkungan 13. Mengembangkan terdekat klien. kegiatan yang o Susun bersama klien dilakukan klien. aktivitas/kegiatan sehari- 14. Agar klien dapat hari klien. menentukan kegiatan 5. Nilai kemampuan pertama yang yang telah mampu klien telah dilatih. lakukan a. Diskusikan dengan klien 15. Agar klien dapat untuk menetapkan urutan menyalurkan keluhan kegiatan yang dipilih klien yang dirasakan yang akan dilakukan. b. Bersama klien, dan keluarga, memperagakan beberapa kegiatan yang akan dilakukan klien. c. Berikan dukungan dan pujian yang nyata sesuai kemajuan yang diperlihatkan klien. 6. Masukan dalam jadwal latihan klien. a. Berikan kesempatan klien untuk mencoba kegiatan. b. Beri pujian atas aktivitas atau kegiatan yang dapat
44
45
dilakukan klien tiap hari. c. Tingkatkan kegiatan sesuai toleransi dan perubahan d. setiap hari. e. Susun daftar aktivitas yang sudah dilatih bersama klien dan keluarga. f. Berikan kesempatan mengungkapkan perasaannya setelah pelaksanaan kegiatan. g. Yakinkan keluarga bahwa keluarga mendukung setiap aktivitas yang akan dilakukan klien.
2
Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah (HDR)
Setelah 3 kali SP II (Tanggal...) pertemuan, klien 1. Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1. Agar klien dapat mampu : I) mengingat terus 1. Menyebutkan kegiatan yang telah kegiatan yang dilakukan dan dapat sudah dilakukan melaksanakan. 2. Mampu 2. Pilih kemampuan kedua yang 2. Untuk mengembangkan
45
46
menyebutkan serta memilih kemampuan yang dimiliki
dapat dilakukan. kemampuan klien. 3. Latih kemampuan yang sudah 3. Agar klien dapat dipilih klien. mempraktekan dengan baik. 4. Masukan kedalam jadwal 4. Dapat dijadikan acuan kegiatan klien. oleh klien. SP. III (Tanggal...) 1. Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1. Untuk mengetahui 1 dan SP 2) kegiatan yang lalu, apakah sudah dilakukan. 2. Menentukan kegiatan 2. Pilih kemampuan ketiga yang selanjutkan dapat dilakukan. klien terbisaa 3. Masukan dalam jadwal kegiatan 3. Agar melakukan kegiatan klien. sesuai jadwal SP 1 Keluarga : 1. Identifiksi masalah yang 1. Memberikan dirasakan dalam merawat klien kesempatan pada keluarga dalam merawat klien dengan harga diri 2. Jelaskan terjadinya HDR rendah. 2. Agar keluarga dapat mengetahui proses terjadinya harga diri 3. Jelaskan cara merawat klien rendah
46
47
3. Agar keluarga mampu menjelaskan cara merawat klien dengan 4. Bermain peran dalam merawat harga diri rendah klien HDR 4. Agar keluarga dapat berperandalam merawat 5. Susun RTL keluarga/jadwal klien harga diri rendah keluarga untuk merawat klien 5. Keluarga dapat mengetahui jadwal kegiatan klien SP 2 Keluarga : 1. Evaluasi kemampuan SP 1 1. Untuk mengetahui kegiatan yang telah dilakukan SP 1. 2. Latih keluarga langsung ke klien 2. Agar keluarga dapat melatih langsung ke klien cara mengatasi 3. Susun RTL keluarga/jadwal harga diri rendah keluarga untuk merawat klien 3.1.Keluarga dapat mengetahui jadwal kegiata klien SP 3 Keluarga : 1. Evaluasi kemampuan keluarga 1. Untuk mengetahui kemampuan keluarga dalam merawat klien
47
48
2. Evaluasi kemampuan klien
3. RTL keluarga - Follow up Rujukan
dengan harga diri rendah 2. Untuk mengetahui kemempuan klien dalam melakukan aktifitas 3. Agar keluarga dapat membawa klien berobat di poli Psikiatri 2.
Sumber : (Yosep, Keperawatan Jiwa, 2011 :223-225)
48
49
4. Implementasi Implementasi merupakan bentuk operasional dari informasi pada perencanaan.Secara garis besar implementasi tindakan keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan keperawatan. Sebelum melaksanakan tindakan yang sudah dilaksanakan, perawat perlu memeriksa dengan singkat apakah rencana sesuai dan diperlukan, penyesuaian dengan kondisi klien untuk saat ini. Tindakan yang dilakukan bertujuan untuk membantu individu dalam memenuhi kebutuhannya yang tidak dapat dipenuhi olehnya dan memberi
pengaruh/membantu
mengatasi
permasalahan
yang
di
hadapinya (Keliat, 2006). SP 1 Pasien
: Mendiskusikan kemampuan dan aspek positif
yang dimiliki klien, membantu klien menilai kemampuan kemampuan yang masih dapat digunakan, membantu klien memilih menetapkan kemampuan yang akan dilatih, melatih kemampuan yang sudah dipilih dan menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang dilatih dalam rencana harian. SP 2 Pasien
: Melatih pasien melakukan kegiatan lain yang
sesuai dengan kemampuan pasien. SP 3 Pasien : Melatih pasien melakukan kegiatan lain yang sesuai dengan kemampuan pasien.
49
50
SP 1 Keluarga : Mendiskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien di rumah, menjelaskan tentang pengertian, tanda dan gejala harga diri rendah, menjelaskancara merawat pasien dengan harga diri rendah, mendemonstrasikan cara merawat pasien dengan harga diri rendah dan memberikan kesempatan kepada keluarga untuk mempraktekan cara merawat. SP 2 Keluarga : Melatih keluarga mempraktekan cara merawat pasien dengan melatih harga diri rendah langsung kepada pasien. 5. Evaluasi Evaluasi merupakan proses berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan keperawatan pada klien. Evaluasi dilakukan terus menerus pada respons klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan. Evaluasi proses atau pormatif dilakukan setiap selesai melakukan tindakan. Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan SOAP sebagai pola pikirnya. S :Respons subjektif klien terhadap intervensi keperawatan yang telah dilaksanakan. O : Respons objektifklien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan
51
A : Analisa ulang data sujektif dan objektif untuk menyimpulkan apakah masalah masih tetap atau muncul masalah baru atau ada data yang kontradikdif dengan masalah yangada. P : Perencanaan atau tindak lanjut berdasar hasil analisa pada rensponklien (Keliat, 2006). Dilaksanakan suatu penilaian terhadap asuhan keperawatan yang telah diberikan atau dilaksanakan dengan berpegang teguh pada tujuan yang ingin dicapai. Pada bagian ini ditentukan apakah perencanaan sudah tercapai atau belum, dapat juga tercapai sebagian atau timbul masalah baru. Tujuan dari evaluasi antara lain: a. Untuk menentukan perkembangan kesehatan klien. b. Untuk menilai efektifitas, efisiensi, dam produktifitas dari tindakan keperawatan yang telah diberikan. c. Untuk menilai pelaksanaan asuhan keperawatan. d. Mendapatkan umpan balik. e. Sebagai
tanggung
jawab
dan
tanggung
gugat
dalam
pelaksanaan pelayanan keperawatan. Dalam melakukan proses evaluasi, ada beberapa kegiatan yang harus diikuti oleh perawat, antara lain: a. Mengkaji ulang tujuan klien dan kriteria hasil yang telah ditetapkan.
52
b. Mengumpulkan data yang berhubungan dengan hasil yang diharapkan. c. Mengukur pencapaian tujuan. d. Mencatat keputusan atau hasil pengukuran pencapaian tujuan. e. Melakukan revisi atau modifikasi terhadap rencana keperawatan bila perlu. Adapun ukuran pencapaian tujuan pada tahap evaluasi meliputi: a. Masalah teratasi; jika klien menunjukan perubahan sesuai dengan tujuan dan kriteria hasilyang telah ditetapkan. b. Masalah sebagian teratasi; jika klien menunjukan perubahan sebagian dari kriteria hasil yang telah ditetapkan. c. Masalah tidak teratasi; jika klien tidak menunjukan perubahan dan kemajuan sama sekali yang sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil yang telah ditetapkan dan atau bahkan timbul masalah/ diagnosa keperawatan baru. Untuk penentuan masalah teratasi, teratasi sebagian, atau tidak teratasi adalah dengan cara membandingkan antara SOAP dengan tujuan dan kriteria hasil yang telah ditetapkan.
DAFTAR PUSTAKA Departemen Agama RI 2009 . Al-Qur’an Terjemah. Cibiru Bandung.
Azizah,L.M. 2011. Keperawatan Jiwa, Aplikasi Praktek Klinik. Graha Ilmu : Yogyakarta. Barbara, K. (2004). Fundamental of Nursing. Seventh Edition. Vol 2. Jakarta : EGC Fitria, N. (2009). Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika. Hawari, D. 2002. Pendekatan Holistik Pada Gangguan Jiwa. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia : Jakarta. Keliat, B. A. 2006. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC. Kumpulan Materi Keperawatan Jiwa. 2011. Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat. Maramis W.F. 2009. Ilmu Kesehatan Jiwa. Airlangga University Press : Surabaya. Stuart, W.G. (2007). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Alih Bahasa : Ramona P. Kapoh. S.Kep & Egi Komara Yudha, Skep. (Edisi Kelima). Jakarta : EGC.
Sunaryo, (2004). Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta : EGC. UU
No 36 tahun 2009, diambil pada 04 Juli 2012 dari www.depkes.go.id/.../ UU_No._36_Th_2009_ttg_Kesehatan.pdf
Yosep, I. (2011). Keperawatan Jiwa. Bandung : PT. Refika Aditama.