AWAL EKSISTENSI KOMIK INDONESIA, SEBAGAI PRODUK

Download Komik Indonesia merupakan hasil budaya, komik merupakan alat komunikasi ... komik juga diliengkapi dengan teks yang ditampilkan sebagai dia...

0 downloads 397 Views 2MB Size
1

AWAL EKSISTENSI KOMIK INDONESIA, SEBAGAI PRODUK BUDAYA NASIONAL

Didiek Rahmanadji Jurusan Seni dan Desain Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang

Abstrak : Komik Indonesia merupakan hasil budaya, komik merupakan alat komunikasi massa yang menggabungkan konsepsi khayalan dan pandangan tentang kehidupan nyata yang dianggap sesuai dengan masyarakat luas. Komik menyuguhkan dunia gambar secara melimpah. Rangkaian gambar yang disusun untuk menggambarkan suatu cerita. Selain gambar, sebagian dari komik juga diliengkapi dengan teks yang ditampilkan sebagai dialog maupun sekedar keterangan gambar. Awal keberadaan komik Indonesia banyak dipengaruhi dari Barat dan Cina, dan segera digantikan oleh periode kepribadian bangsa. Kata Kunci : Komik, gambar, cerita

Abstract : Indonesian comic is the result of culture, cimic are mass communication tool that combines the conception of fantasy and real live view of what is considered in accordance with the broader community. Comic presents a picture of the world in abudance. Series of picture drawn to illustrate a story. Beside images, some of the comic also equipped with text that is displayed as dialogue or just a caption. Indonesia early comic presence heavily influenced from West and China and was immediately replaced by period of national indentity. Keyword: Comics, drawings, stories bernilai tanda atau untuk memenuhi Para ahli teori komik cenderung menganggap komik sebagai salah satu bentuk akhir dari hasrat manusia untuk menceritakan

pengalamanya

melalui

gambar dan tanda. Penggunaan grafis sebelum tulisan, yang mungkin sekedar

kepuasan estetis, merupakan pengganti kata-kata dan pengisahan lisan. Dinding pada gua Lascaux, belum mengandung sandi

yang

membentuknya

menjadi

bahasa, tetapi sudah menunjukkan sebuah ―pesan‖

sebagai

upaya

komunikasi

nonverbal yang paling kuno. Tentu saja

2

agak

terburu-buru

jika

kita

keseharian

dan

kehidupan

spiritual

menganggapnya sebagai bentuk arkais dari

bertumpang tindih, peziarah tiba di teras

komik, istilah yang diperuntukkan suatu

teratas. Teras ini bentuknya melingkar dan

genre yang sedang diusahakan untuk

tidak

didefinisikan

Namun

peziarah telah mencapai tahap tertinggi. Di

setidaknya kita dapat berbicara tentang

sini manusia mencapai kesempurnaan,

kisah dalam gambar seperti juga yang

setelah bebas dari hawa nafsu dan lepas

dapat ditemukan pada jambangan Yunani,

dari urusan duniawi.

secara

jelas.

relief di pintu katedral, atau permadani Bayeux. Pada abad pertengahan, di dunia Nasrani, gambar dalam tulisan, relief, kaca patri digunakan sebagai titik tolak katakata

atau

penopang

pemikiran

dan

perenugan (Zaini, Hasan: 1989,12).

ber-relief,

Di

menunjukkan

Prambanan,

bahwa

Ramayana

digunakan untuk mengajar umat. Relief yang menggambarkan kisah kepahlawanan dari India itu memang termashur. Para pemahat

mengungkapkan

lakon-lakon

pertempuran Rama melawan Rahwana,

Di Indonesia, candi Borobudur

inkarnasi dan kejahatan, ke dalam adegan-

sering kali dibandingkan dengan buku batu

adegan yang sangat hidup. Rama sedang

yang disebut

Abad

mengejar kidang kencana, perkelahian dua

Pertengahan. Borobudur sebelas seri bas-

saudara Subali dan Sugriwa, dan tentara

relief,

kera

yang

sebagai

katedral

mencakup

sekitar

1460

pimpinan

Hanoman

sedang

adegan. Adegan-adegan dalam relief ini

membangun dermaga untuk menyeberangi

digunakan

selat yang memisahkan Alengka dari

untuk

membimbing

para

peziarah melakukan perenungan. Dengan

daratan.

mendengarkan

seorang penceramah yang melukiskan

pengunjung

penjelasan dapat

pendeta,

dengan

pengelihatan

cara

kisah perjalanan, urutan relief itu tidak

membebaskan diri dari hukum karma dan

mengandung kisah. Gambar hanya sebagai

menghindari siklus reinkarnasi. Kemudian,

acuan dan patokan bagi kesinambungan

di sepanjang empat selasar ber-stupa

cerita.

tampak

relief

Buddha

Gautama

menuju

nirwana.

dunia

bentuk,

bersinggungan

memahami

Sama

kehidupan

dan

ajaran

menunjukkan Setelah

mengarungi

tempat

dengan

jalan

ajaran,

dagelan tempat

Ramayana

dan

Mahabarata

merupakan epos besar yang berasal dari mitologi India dan diperkaya oleh unsurunsur lokal. Epos itu merupakan dasar peradaban Jawa yang sangat dipengaruhi

3

oleh budaya Hindu, budaya Islam, dan

dewasa ini hampir punah karena tidak

lama kemudian budaya barat. Misalnya,

seorang

lakon di dalam wayang menggali unsur-

petunjukan

unsurnya dari sumber mite keagamaan dan

tertera di atas enam gulungan kain dan

legenda Jawa sebelum Islamisasi (Winata,

masing-masing

Yus: 1993,23).

(Zaini,

Di Surakarta bagian selatan, di pesisir Samudera Hindia, tepatnya didekat Pacitan, sebuah desa bernama Gedompol masih menyimpan beberapa gulungan wayang beber yang menceritakan legenda Djaka Kembang Kuning (lihat gambar 1). Gambar-gambar pada gulungan kain itu merupakan kisah yang dinarasikan oleh dalang. Bentuk pengisahan ini mungkin lebih tua daripada wayang kulit, namun

pun

mengetahui

wayang

Gedompol,

berisi

Hasan:

adanya yang

empat

gambar

1989,18).

Dalam

pertunjukkan wayang beber, dalang duduk menghadap

ke

penonton,

kemudian

membuka gulungan satu per satu sesuai dengan

jalan cerita.

mengiringi

Musik

penceritaan

gamelan

dalang.

Sama

seperti pada bas-relief Prambanan atau iler-iler di Bali, gambar hanya melukiskan adegan-adegan tertentu, kemudian dalang menghubungkannya

menjadi

sebuah

cerita.

Gambar 1: Wayang Beber, “Legenda Djaka Kembang Kuning” Dalam wayang kulit, rangkaian adegan

dan

dukungan

dari

setidaknya sentral kepada gambar. Dalam

animasi

bahasa Perancis, wayang kulit sering

memberi tempat yang istimewa atau

diterjemahkan dengan theatre d’ombers.

4

Kata theatre sebenarnya tidak cocok

maknanya begitu rumit. Dalang harus

karena mengandung makna bahwa para

memiliki bakat dalam berbagai bidang:

pemeran begerak dalam tiga dimensi

seni drama,seni suara, musik, pencitraan,

ruang.

selain

dan animasi. Adapun citranya, selain tokoh

memanfaatkan kata-kata, juga mimic dan

yang sekian banyak itu, juga ada beberapa

gerak tubuh. Hal ini menunjukkan bahwa

jenis binatang, beberapa kelengkapan—

theatre mengacu langsung pada kenyataan.

khususnya senjata—dan sebuah boneka

Pada wayang kulit, hanya dalang – sesuai

besar

Para

dengan

pemeran

artinya

―bermain‖

berujar,

‗pengatur‘

selama



yang

berbentuk

gunungan

daun

yang

yang

digunakan

disebut sebagai

pertunjukkan

lambang dunia. Dalang dapat mengatur

berlangsung, atau lebih tepat upacara,

tampilan citra dengan mengatur intensitas

karena wayang kulit berkaitan dengan

cahaya yang berasal dari blencong. Ia

urusan religius. Dalang membuat berbagai

dapat menjauhkan atau mendekatkkan

citra dengan bantuan boneka pipih yang

boneka ke sumber cahaya itu, sehingga

terbuat dari kulit yang telah diukir, dan

dapat menghadirkan para tokoh protagonis

layar putih segi empat (kelir) sebagai

secara

pembatas ruang. Citra ini terlihat sebagai

kemiskinan unsure visual itu, dalang harus

bayangan –mirip wayang Cina— oleh

menjelaskan situasi cerita dan merangsang

penonton yang berada di balik layar.

imajinasi penonton. Dalam citra yang

Lakonnya dipilah-pilah seperti scenario

kabur itu, perhatian penonton terarah pada

film, dan berlangsung dalam bentuk

tokoh-tokoh

rentetan cerita. Dalang mempersiapkan

dikenalnya, baik fisik, pakaian, maupun

banyak tokoh untuk dipentaskan sesuai

atribut dan senjatanya. Ciri dan sifat setiap

dengan kebutuhan cerita (beberapa di

tokoh

antaranya

Ia

lambang yang cukup rumit, sementara

mereka,

dalang memberi suara dan ungkapan-

sering

mengimprovisasi

ditampilkan). suara

jelas.

Untuk

yang

digambarkan

sudah

melalui

sangat

lambang-

menggerakkan lengan dan tangan mereka

ungkapan

yang bersendi, serta memindahkan mereka

dikenali.penonton akan segera tahu siapa

sambil member petunjuk kepada gamelan

tokoh yang sedang berbicara dangan

yang menyertai

melihat bayangan tangan yang bergerak.

[tukang

cerita],

pementasan. dan

Recitant

montreur

de

Hubungan

khas

mengimbangi

antara

yang

para

tokoh

mudah

juga

marionnettes [pemain marionette] tidak

dicitrakan melalui sandi dua dimensi,

dapat dipadankan dengan dalang yang

golongan baik ditempatkan di sebelah

5

kanan dalang, dan bawahan selalu berada

masa kini, ada wayang beber dan wayang

lebih rendah daripada atasan. Jadi, citra itu

kulit yang menampilkan tipe penceritaan

sendiri cukup ―terbaca‖ tetapi tetap tidak

dengan

sekaya gambar. Bakat animator dalanglah

dianggap

yang membuat mereka hidup. Wayang

(Siswoyo, Ricky: 1988). Dapat diamati

menjadi mirip komik, terutama, seperti

bahwa ketika para seniman Indonesia

halnya wayang di Bali, ketika kecepatan

sudah mampu membuat komik, dan ingin

pementasan merupakan salah satu unsure

memproduksi

penting bagi keberhasilan pertunjukan.

menghadapi

Sejarah komik Indonesia dapat ditelusuri sampai ke masa prasejarah. Bukti pertama terdapat pada monumenmonumen keagamaan yang terbuat dari

sarana

gambar

yang

dapat

cikal

bakal

komik

sebagai

komik produksi

asli

untuk

Amerika

yang

mendominasi, mereka kembali ke wayang bukan sekedar untuk menggali tema melainkan

untuk

menggali

teknik

dramatisasi dan konvensi pencitraan.

batu itu. Kemudian, lebih dekat dengan PERKEMBANGAN

KOMIK

DI

kabar berbahasa Melayu pun turut memuat

INDONESIA a. Pengaruh Barat dan Cina (1931-1954) Media

massa

adalah

sarana

penyebarluasan yang ampuh, contohnya seperti yang terjadi di Amerika Serikat. Di negeri itu komik dilahirkan dan dibesarkan oleh media massa. Di Hindia Belanda, komik mulai muncul dalam media massa sebelum

massa barbahasa Belanda, beberapa surat

Perang

Dunia

II.

Harian

berbahasa Belanda, De java Bode (1938), memuat komik karya Clinge Doorenbos yang berjudul Flippie Flink dalam rubrik anak-anak. Kemudian, De Orient adalah migguan yang pertama kalinya yang memuat komik petualangan Flash Gordon yang termashur itu. Di samping media

komik Barat. ―Komik Timur‖ berhasil muncul berkat surat kabar besar Sin Po, sebuah media komunikasi Cina peranakan yang berbahasa Melayu. Di koran inilah komik humor dimuat. Pada 1930, surat kabar itu setiap minggunya memuat komik strip yang menceritakan berbagai petualangan tokoh jenaka, karya komikus muda Kho Wang Gie. Kemudian pada awal 1931, tokoh gendut Put On untuk pertama kalinya muncul, dan segera akrab dengan pembaca. Put On yang muncul setiap hari Jum‘at atau Sabtu itu adalah hasil sederet percobaan yang dilakukan oleh juru gambar untuk memperoleh tokoh jenaka

6

itu. Namanya yang mirip denagn nama

Dortji,‖pacarnya‖

Cina itu sebenarnya berasal dari permainan

sempat mendengar deklarsi cintanya (lihat

anak-anak, yang dalam bahasa Inggrisnya

gambar 2). Put On digambarkan sebagi si

disebut put on. Tokoh lain di sekitarnya

gendut yang baik hati tetapi bodoh, yang

adalah ibunya (Nee) dan kedua adik laki-

sok pintar namun selalu gagal. Put On

laki (Si Tong dan Si Peng), tetangga, dan

adalah pemuda yang bernasib seperti Si

para sahabatnya (Si A Liuk, Si On Tek,

Lebai Malang yang selalu sial (sweesiao),

dan sebagainya), serta gadis-gadis cantik

walaupun nasibnya buruk ia selalu tampil

yang sering kali membuat Put On salah

menyenangkan.

tingkah.

Ada

juga

tokoh

yang

tidak

pernah

Si

Gambar 2: Tokoh Put On dan Si Dortji Juru

gambarnya

ingin

(ia ingin menjadi sukarelawan ketika

menggambarkannya sebagai seorang Cina

Indonesia berjuang merebut Irian Barat).

yang rendah hati, Atau sebagai tokoh yang

Namun ia juga sering menjadi korban dari

mewakili rakyat kecil di ibu kota. Ia

berbagai peraturan yang simpang siur.

berbicara dengan dialeg Jakarta, dan hidupnya sederhana. Di musim kemarau Ia mengangkut air, atau apabila hujan turun Ia

terbangun

di

tengah

air

yang

menggenangi kamarnya. Put On betulbetul ditampilkan sebagai warga yang baik

Dapat dipahami bila tokoh ini sangat

popular,

walaupun

ia

sering

ditampilkan dengan citra yang begitu karikatural dan kikuk atau dalam dagelan yang berat. Ini berlangsung lama hingga surat kabar Sin Po dilarang terbit (1931-

7

1960).

Kemudian

Warta

Bhakti

Yogyakarta, selain memuat Pak leloer

melanjutkan untuk membuat komik strip.

(1942),

Put On berhasil menghibur masyarakat

termashur, Roro Mendoet. Legenda yang

Jakarta,

namanya

juru gambarnya B. Margono ini, tidak ada

digunakan untuk menjuluki orang gendut

kaitannya dengan kekaisaran matahari

dan bodoh. Kho Wang Gie sang penulis

terbit.

sampai-sampai

berhasil mengisi satu halaman penuh saja di Pantja Warna, Majalah bulanan dan kelompok Sin Po, hanya dengan mulai membuat lima panel dalam Sin Po. Kemudian kelompok media ― ―Melayu Tiong

Hoa‖.

Keng

Po,

mencoba

mengorbitkan seorang tokoh yang serupa, Si Tolol, dalam mingguan Star Magazine (1939-1942). Setelah perang, mingguan baru, Star Weekly, juga memunculkan seorang tokoh lain yang bernama Oh Koen. Namun, tokoh-tokoh itu tidak pernah berhasil melebihi kepopuleran Put On.

juga

Selama setelah

memuat

legenda

tahun-tahun

proklamasi

Indonesia,

berbagai

membebani

republik

yang

pertama

kemerdekaan ancaman ini

yang

menghambat

media massa untuk menata diri. Salah satu ancaman itu berupa kesulitan mendapat kertas. Keadaan ini sama sekali tindak menguntungkan bagi penebitan komik. Kendati demikian, pada awal 50‘-an, salah seorang yang dianggap sebagai pelopor komik di Indonesia, Abdulsalam, terus memasok komiknya setiap minggu ke harian Kedaulatan Rakjat yang terbit di Yogyakarta.

Komiknya

itu

berkisah

Meskipun komik Indonesia lahir

tentang kepahlawanan orang-orang yang

cukup dini, dengan seri yang mengesankan

telah membebaskan kota itu dari Belanda

itu, namun sebenarnya baru tumbuh pada

(Kisah

awal perang dunia. Di Solo, mingguan

pemberotakan

Ratu

arketipe

Timur

memuat

legenda

kuno,

Pendudukan

Jogja)

Pangeran

pahlawan

dan

Diponegoro,

patriotis

yang

Mentjari Puteri Hidjau, yang digambar

mengawali kisah kepahlawanan bangsa

oleh Nasrun A.S. Komik itu adalah satu-

muda yang berhasil menang melawan

satunya yang pernah dibuatnya.

kolonialisme. Kemudian harian Pikiran

Pada masa pendudukan Jepang, pers dibrangus dan dimanfaatkan untuk keperluan propaganda Asia Timur Raya. Misalnya

harian

Sinar

matahari

di

Rakjat di Bandung menerbitkan kembali seri itu, dan menjadi satu-satunya media yang memuat kisah kepahlawanan.

8

Berbagai upaya itu tidak berhasil

Hazard, karya Frank Robbins, dan lain-

menahan serbuan komik Amerika dalam

lain. Komik tersebut dimuat sama dengan

media masa Indonesia. Sindikat besar

bentuk aslinya dengan subjudul Indonesia,

distributor komik, seperti King Feature

tetapi mungkin supaya tidak kosong, panel

Syndicate, tidak menyia-nyiakan pasar

yang aslinya tidak berteks itu diberi

yang luas ini. Salah satunya, Tarzan hadir

penjelasan oleh penerjemah (lihat gambar

di Keng Po sejak 1947. Terutama sejak

3). Komik strip yang muncul di harian atau

1952, banyak keluarga Indonesia mulai

di suplemen minggunya segera diterbitkan

mengenal tokoh-tokoh yang pernah lama

kembali dalam bentuk album. Itulah komik

sekali memukau masyarakat Amerika,

buku

seperti Rip Kirby, karya Alex Raymond,

diterbitkan oleh Gapura dan Keng Po di

Phantom, karya Wilson Mc Coy, Johny

Jakarta, serta oleh Perfectas di Malang.

yang

pertama,

dan

banyak

Gambar 3: Panel asli berteks asing dan diberi pejelasan oleh penerjemah Untuk Tarzan,

atau

mengimbangi

Djin Koei (Hsueh Jen-Kuei). Sie Djin Koei

juga

untuk

adalah seorang jenderal dan pendekar yang

pembaca,

yang

hidup pada masa kaisar Toay Cung (627-

sebagian besar keturunan Cina, mingguan

649) dari wangsa Tang (lihat gambar 4).

kelompok

Weekly,

Komik tersebut hanya disisipkan diantara

menyajikan petualangan legendaries Sie

produksi komik yang hamper seluruhnya

memuaskan

mungkin

pengaruh

selera

Keng

Po,

Star

9

dari

Barat,

namun

telah

Pada 1954, terjadi perubahan arah

membekas di benak pembacanya. Komik

yang ganda. Komikus Indonesia segera

itu patut dikutip di sini karena selain mutu

berkarya

gambar Siauw Tik Kwie yang tinggi, juga

komik

karena tokoh itu berhasil mengalahkan

mentransposisi dengan meng-Indonesiakan

kepopuleran Flash Gordon dan superhero

tokoh-tokoh

lainnya. Itu sebagai salah satu bukti bahwa

disesuaikan dengan lingkungan. Namun di

pengaruh

tanpa

sisi lain, karena komikus mau dibayar

kelemahan, dan dunia Asia (dalam hal ini

rendah, banyak pula yang membuat cerita

Cina, dan Indonesia) mampu menjadi

lepas mencapai tiga puluh halaman. Sejak

sumber ilham bagi komikus. Sie Djin Koei

saat itulah komik dikenal luas dan menjadi

dapat dikatakan mempelopori komik silat

produksi

yang populer sekitar tahun 1968.

pekembangan komik strip dalam media

Barat

komik ini

bukannya

setelah melihat Amerika.

yang

utama

keberhasilan

Mereka

popular

Indonesia,

massa dapat dikatakan berhenti.

Gambar 4: Cuplikan serial “Sie Djin Koei”

mencoba

untuk

dan

10

Komikus

Indonesia

mulanya

sekarang

dianggap

dan

memang

menyulih teks asli di dalam panel ke dalam

sepatutnya

sebagai

teks Indonesia –terkadang terjemahan

Indonesia.

Komikus

harafiah--, kemudian di antara mereka

menghormatinya. Selain Kosasih, ada pula

mulai ada menjiplak komik-komik terbitan

komikus Johnlo. Dia melahirkan Puteri

King Feature Syndicate. Tokoh-tokoh

Bintang dan Garuda Putih. Kedua tokoh

imitasi

mulai

itu memburu Mr. Setan, spesialis penculik

bermunculan, misalnya Sri Asih. Komik

ahli fisika yang bekerja di laboraturium

yang diterbitkan sejak tahun 1954, oleh

atom Washington. Di dalam komik itu

penerbit

itu

diceritakan, Mr. Setan menghadapi lawan

petualangan

yang terlalu tangguh ketika ingin menculik

dari

hero

melodi

Amerika

di

Bandung

melukiskan

melukiskan

perempuan

super

–mirip

―bapak‖

komik

muda

sangat

dengan

Prof. Mulyono, yang tidak lain adalah

Superman— dan dianggap sebagai komik

Garuda Putih. Kedigjayaan Puteri Bintang

Indonesia yang pertama. Walaupun Sri

dan Garuda Putih itu serupa dengan

Asih bukan komik pertama yang lahir di

Superman,

Indonesia, tetapi tetap dapat dijadikan

menumpas kejahatan (Puteri Bintang,

patokan bagi awal pertumbuhan komik di

lihat gambar 5).

mereka

Indonesia. Adapun komikusnya, Kosasih,

Gambar 5: Puteri Bintang dan Garuda Putih

selalu

berhasil

11

Kemudian

kisah

kepahlawanan

pesawat2 terbang rata2 model pantjargas

Kapten Komet (karya Kong Ong). Kisah

mengarungi

ini serupa dengan Flash Gordon, dan

(pendahuluan pada komik Kapten Komet,

terjadi di luar planet kita. “Indonesia

terbitan Casso, Bandung). Komik ini

dalam tahun 1975 (…) Di mana-mana

berkisah, Indonesia memiliki kekuatan

rakyat telah mengetjap kelezatan arti

yang tidak kalah dengan kekuatan negara-

kemerdekaan (…) sekolah-sekolah tinggi

negara lain dalam usaha menaklukkan

untuk mendidik manusia Indonesia yang

ruang

tjerdas berdiri dimana-mana (…) rata-

termashur

rata tidak ada lagi orang yang buta huruf

Kapten

(…)

memimpin ekspedisi ke Saturnus (lihat

Kapal2

dagang

Indonesia

mendjeladjah seluruh lautan, begitu pula

seluruh

angkasa. adalah Komet.

Tokoh

angkasa…”

yang

astronot Dia

paling

Indonesia,

dipilih

untuk

gambar 6).

Gambar 6: Cuplikan dari komik Kapten Komet

Dalam Popo lain lagi. Komik ini

dalam suasana yang sangat dikenal oleh

berkisah tentang permusauhan abadi antara

anak-anak Indonesia, dan bukan dunia

tikus dan kucing. Permusuhan berlangsung

Mickey yang berteknologi maju. Tokohnya

12

menggunakan

lentera

minyak

tanah

gambar

7)

untuk

mengusir

musuh.

sebagai penerang, ibunya berkain kebaya.

Bahaya yang mengancam memang besar,

Begitu masyarakat tikus diancam oleh

tetapi berkat kerja sama semua penduduk,

musuh

desa itu kembali tenang dan tentram.

bebuyutannya,

kepala

desa

mendapat persetujuan dari penduduk (lihat

Gambar 7: Cuplikan dari komik “Popo” Sejak akhir abad yang lalu, di

membatasinya, yaitu dengan mencipta

Amerika Serikat telah berkembang suatu

pahlawan Indonesia berdasarkan model

sarana pengisahan yang tidak hanya sangat

Amerika. Sri Asih, Kapten Komet, Popo

berpotensi untuk ―dijual‖, tetapi juga

adalah

membawa suasana baru. Di Negara baru,

transposisi itu. Komik-komik lain pun

seperti Indonesia, semula ada godaan

bermunculan. Di balik tokoh-tokoh Kapten

untuk mereproduksi komik yang sukses,

Komet, Kapten Tjahjono, Siti Gahara,

namun kemudian muncul usaha untuk

mudah sekali ditemukan figur Flash

beberapa

contoh

dari

usaha

13

Gordon. Para ―jagoan‖ itu selalu berhasil

sedikit perubahan pada tampilan, tokoh-

memenangkan perlombaan berbahaya di

tokoh tersebut dengan mudah terjun dalam

ruang angkasa, atau di alam yang asing

berbagai petualangan di luar lingkungan

dan penuh misteri. Di alam itu nalar tidak

pencakar langit New York.

berfungsi

dan nilai-nilai kemanusiaan

tidak dihargai. Tekad dan keberanian fisik adalah unsure paling penting bagi orang yang ingin memasuki realitas itu. Keadaan ini menunjukkan bahwa model Amerika dapat di terima di seluruh dunia, dan menjadi landasan dan acuan bagi produksi nasional. Kendati demikian, para komikus Indonesia selalu menggali sumber asli untuk mencipta fiksi. Tarzan misalnya, ia adalah arketipe manusia hewan yang hidup di hutan belantara sebagai raja fauna dan manusia

primitive.

Di

Sumatra,

Kalimantan, atau Irian selalu ada Tarzan Indonesia, laki-laki dan perempuan yang bernama Djantaka atau Sri Rimba, Roban atau Nina. Mereka bertugas melindungi alam dan melestarikan bentuk aslinya. Selama dua puluh tahun Indonesia

Pengaruh Barat lebih luas lagi. Kisah-kisah Isakandar Agung, Robinson Crusoe, Marco Polo dikenal oleh anakanak Indonesia melalui komik. Alice di Negeri

Ajaib

Andersen

akrab

Kesusastraan

dan sebagainya). Seringkali keinginan untuk

mendidiklah

yang

memanfaatkan

kekuatan dan kesaktian mereka untuk membela keadilan, seperti Kit Karson dan

yang

mendorong

pemilihan tokoh dan tema susastra. Bagi penerbit atau bagi penanggung jawab penerbitan buku anak, ada semacam kesepakatan bahwa ―kebudayaan Barat‖ dapat mengajarkan banyak hal melalui

Ricky:1988,16)

hukum

stok

Selam Rahasia Nautilus dari Jules Verne,

tokoh penegak

memiliki

Notre Dame dari Victor Hugo; Kapal

sebagai

detektif

Eropa

anak-anak.

Taras Bulba dari Gogol; Si Bongkok dari

tokoh jagoan dari Amerika Barat. Tokohsebagai

dengan

Macbeth yang disadur dari Shakespeare;

komiknya

biasanya

dongeng-dongeng

pahlawan dan tema yang khas (Hamlet dan

memproduksi komik, muncul juga tokoh-

itu

dan

b.

yang ―karya

dapat

dikategorikan

sastra‖

(Siswoyo,

Kembali ke Sumber “Kebudayaan

Nasional” (1954-1960)

Eddy:1988,32).

Para pendidik menentang komik

Anak-anak juga sempat berkenalan dengan

yang berasal dari Barat, bahkan produk

para tokoh ciptaan Walt Disney. Dengan

imitasinya

Mandrake

(Suhardy,

(Sri

Asih).

Mereka

juga

14

mengkritik komik bukan hanya dari segi

Sukarno, berusaha membebaskan diri dari

bentuknya yang dianggap tidak mendidik,

pengaruh

melainkan juga dari segi gagasannya yang

menegaskan

berbahaya. Pada 1954, para pendidik itu

Mahabharata dan Ramayana yang telah

sempat

hidup

berpikir

penerbitan

untuk

komik

menghentikan

untuk

nilai-nilai

Barat

kepribadian

berabad-abad

di

dengan

nasionalnya.

Indonesia,

selamanya.

merupakan cerminan sejati dari gagasan

Namun, beberapa penerbit seperti Melodi

dan mentalitas Jawa dan Sunda, sehingga

di Bandung, atau Keng Po di Jakarta

mampu menjawab tuntutan tersebut. Tari,

bereaksi dengan memberikan orientasi

drama, wayang kulit atau wayang golek

baru kepada komik Indonesia. Mereka

mengisahkan dua epos yang berasal dari

mengerti bahwa komik harus menggali

India. Sejak itu, muncul komik jenis baru

dari sumber ―kebudayaan nasional‖, dan

yang disebut ―komik wayang‖. Terbitan

memberikan

pertama muncuk antara tahun 1954 dan

sumbangan

bagi

pembangunan kepribadian bangsa untuk

1955,

mempertahankan kelangsungan hidupnya.

(terbitan Keng Po), Raden Palasara, karya

Perkembangan tersebut merupakan akibat

Johnlo, seri panjang Mahabharata, karya

dari suatu pergerakan yang lebih besar

Kosasih (lihat gambar 8) muncul dengan

yang menyentuh segala bidang kreasi seni.

jilid-jilid

Setelah

(Kulsum, Umi:2007,14).

Indonesa

memperoleh

dengan

Lahirnya

pertamanya

kemerdekaan politis, di bawah komando

Gambar 8: “Mahabharata”, karya Kosasih

Gatotkaca

terbitan

Melodi

15

Masyarakat

menyambut

hangat

disaingi oleh penerbit lain. Ada beberapa

kehadiran komik wayang, sehingga para

penerbit yang mengikuti jejaknya, yang

pendidik yang masih menentang komik

tersebar di Bandung (tahun 1958, ada

tidak punya lagi alasan untuk melontarkan

enam penerbit), Jakarta, dan Surabaya.

kritik. Para pendidik pun puas dengan terbitnya majalah anak-anak Tjhahaja. Majalah ini lebih banyak memuat cerita bergambar dan diterbitkan setiap tengah bulan oleh penerbit Melodi. Penerbit itu sebenarnya

vertujuan

menghapus

prasangka orang terhadap komik, dan berharap majalah itu dijadikan sebagai alat bantu

pendidikan

di

sekolah

rakyat

[sekarang sekolah dasar], sehingga anak dapat memperkaya wawasan sambil tetap menghargai

warisan

budaya.

Selain

Tjahaja, ada majalah Aladin. Majalah itu menghadirkan tokoh-tokoh dongeng yang lebih dikenal oleh anak-anak kecil, seperti nelayan Pak Katung, atau Bawang Merah. Kembali

tanpa

menyebutkan

komik wayang sebagai produksi nasional terbesar. Hingga

awal tahun ‘60-an,

banyak komikus yang mendapat ilham dari repertoar

klasik

wayang

purwa.

Sedangkan bagi komikus yang meniru dalang, mereka menciptakan kisah sendiri dan hanya mempertahankan unsur-unsur dasar yang sifatnya konvensional, seperti tokoh-tokoh utama dari mitologi dan gambar yang sekali pandang dikenali sebagai wayang. Setelah tahun 1960, minat orang pada komik wayang mulai menurun, sehingga pada tahun 1968 penerbit terakhir terpaksa menunda selama tiga bulan seluruhnya

Keberhasilannya mengakibatkan komik

merupakan

cetak

Walaupun

Amerika

dan

demikian, komik wayang sudah diakui

menempatkan pengaruh Barat di tempat

sebagai bagian karya budaya populer,

kedua. Pada 1956, Bandung menjadi pusat

karena itu tetap mendapat tempat di

produksi komik. Penerbit Melodi telah

perpustakaan anak dan di rak-rak toko

menyasar dengan tepat

buku besar. Memang dewasa ini komik

diabaikan

tempat berlimpah

wayang.

Indonesia

yang hamper

pasokan

komik

komik

produksinya

menduduki

pada

Kita tidak mungkin membahas

orang

dan berhasil

pertama. dari

Berkat

wayang mengalami pasang surut, tetapi

kelompok

cukup banyak peluang yang terbuka

kerjanya, dan Kosasih sebagai komikus utamanya,

Melodi

tidak

ulang.

perlu

takut

baginya.

16

Dunia pewayangan begitu luas

Komikus yang lain bahkan menempatkan

sehingga setiap orang dapat mengambil

mereka pada dunia masa kini, dengan

manfaat darinya sesuai dengan tingkat

mengubah Gareng, Petruk dan Bagong

kemampuan

Implikasi

menjadi les trois mousquetaires yang

filsafat dari suatu lakon dapat dirasakan

mengundang tawa dan Semar menjadi

oleh cendekiawan Jawa, para penganut

d‘Artagnan. Tokoh-tokoh tersebut menjadi

kebatinan mulai meminati dunia mistik,

pusat produksi komik. Mereka dikawinkan

atau kaum wanita meneladani Srikandi dan

dan diberi anak yang mirip dengan

Sumbadra, para istri Arjuna. Demikian

mereka, baik fisik maupun sifatnya yang

pula anak-anak, mereka selain menyukai

kadang lugu, namun kadang pula licik.

adegan perang juga sangat menggemari

Seperti juga wayang, komik dagelan

dagelan

pelayan

mendapat tempat istimewa di kalangan

pangeran dalam wayang. Dalam komik

pembaca (lihat gambar 9). Memang

wayang, dagelan mendapat tempat yang

keberhasilan komik dagelan di kalangan

penting. Segera setelah komik wayang

anak-anak tidak selamanya terletak pada

lahir, beberapa komikus memisahkan para

kualitas humornya, namun terutama karena

punakawan

isi yang mengacu pada dunia wayang.

dan

minatnya.

punakawan,

menceritakan

dari

para

junjungannya petualangan

untuk mereka.

Gambar 9: Komik dagelan “Petruk-Gareng”

17

Komik wayang tidak membatasi diri

pada

repetoar

(Ramayana

wayang

atau

purwa

Dengan gaya yang sengat mirip dengan

pengkomikan

wayang

purwa,

Mahabharata).

komik klasik dengan leluasa menggali dari

Kesusastraan Jawa kuno dan tradisi lisan

sumbernya. Kisah Pandji dimanfaatkan

juga merupakan repetoar luas berbagai

seluasnya (Tjandra Kirana, Raden Pandji

corak. Dari sudut pandang sejarah, corak-

Kudawanengpati, Pandji Wulung). Raden

corak itu dapat diklasifikasikan secara

Widjaja, Hajam Wuruk, dan Pitaloka,

kronologis. Berbagai kisah legenda, atau

Berdirinja

semi-legenda dari Jawa itu dimanfaatkan

kemegahan imperium Majapahit. Para

dalam berbagai bentuk karya seni yang

komikus tidak kesulitan memnentukan

muncul

relative

tokoh utama dalam babad yang mereka

mutakhir: wayang golek, wayang kelitik,

susun. (Damar wulan, Menak Djingga,

wayang topeng, ketoprak, sendaratari, dan

Ken Arok). Komik klasik ini hamper tidak

sebagainya.

ada

pada

zaman

Misalnya mengambil

yang

wayang

topik

dengan komik wayang

sehingga sering dirancukan orang. Kisah mengenai wayang sudah

Wayang ini bercerita tentang pangeran

tidak lagi memuaskan para pembaca.

legendaris dari kerajaan Kuripan. Pangeran

Apalgi pembaca sudah mengenal dengan

ini

baik budaya negerinya. Akhirnya komikus

mengalami

ketika mencari istrinya seorang

putri

kisah

bedanya

mengingatkan

Panji.

terus-menerus

cerita

gedog

Madjapahit,

cobaan

yang hilang,

memanfaatkan

legenda

sebagai

Ketoprak

bahan komik mereka, seperti legenda

memasukkan dalam repetoarnya lakon-

Sunda (Lutung Kasarung, Sangkuriang),

lakon yang berlangsung pada zaman

legenda Jawa (Nji Rara Kidul, Lara

kerajaan Kediri, imperium Majapahit atau

Djonggrang), dan bagian timur (Sedjarah

kesultanan

Kisah-kisah

Lahirnya Rejog, Banyuwangi). Kemudian

legendaries yang diwarnai sejarah itu,

Bawang Putih dan Bawang Merah, Andi-

banyak yang ditranskripsi ke dalam bahasa

Andi Lumut, Djoko Tingkir dan masih

Indonesia modern, terutama oleh penerbit

banyak

Balai Pustaka. Kisah-kisah itu disebut

dikomikkan untuk anak-anak. Selain Jawa,

babad,

ada

yang

Kediri.

mulai

Mataram.

berbeda

(Winata, Yus:1993,22).

dari

dongeng

lagi

Madura,

tokoh

Bali,

dongeng

Sumbawa,

Jawa

dan

Kalimantan turut menyemarakkan dunia komik.

18

Gambar 10: Komik Legenda terbatas

KESIMPULAN Sebagaimana negeri-negeri Barat,

(seperti

pada

kasus

komik

wayang).

Indonesia mempunyai produk nasional.

Komik

menyuguhkan

dunia

Namun berkembang secara sangat khas,

gambar secara berlimpah, gambar yang

terpisah dari kalangan pers dan berbagai

tidak ada kaitannya dengan simbolisme

lingkaran seni. Syarat-syarat penciptaan

ataupun

maupun kondisi penciptaannya tidaklah

dipengaruhi agama. Perhatian besar yang

sama. Walaupun semua lapisan pembaca

diberikan

potensial belum dijelajahi, tetapi pasar

merupakan ciri khas dari suatu zaman dan

yang sangat luas masih terbuka untuk

figurasi realis yang dimungkinkan dalam

komik.

komik pasti berkaitan dengan munculnya

dari

stilisasi

seni

harian

kepada

gambar

nilai-nilai

budaya.

materialisame dibandingkan dengan masa

komik

merupakan alat komunikasi massa yang

lebih

yang

Komik merupakan faktor penting Bagaimanapun,

yang

kuno

mementingkan

lalu.

menggabungkan konsepsi khayalan dan

Perkembangan komik belum begitu

pandangan tentang kehidupan nyata yang

lama

dianggap sesuai dengan masyarakat luas.

kesimpulan

Cerita

lagi

demikian, penulis telah melihat berbagai

ditentukan suatu kelompok masyarakat

perubahan besar pada komik Indonesia

yang

disampaikan

tidak

sehingga yang

belum

dapat

penting.

ditarik

Walaupun

19

sejak

kemerdekaannya.

Periode

yang

ditandai oleh pengaruh besar dari Barat dan Cina tidak lama; segera digantikan oleh periode pemantapan ―kepribadian bangsa‖,

suatu

hasrat

murni

yang

Wardhana, Adi. 1990. Komik Tempo Dulu. Jakarta: Surya Jaya. Winata, Yus. 1993. Komik Hiburan. Jakarta: Eres Press.

mendorong komikus kembali ke wayang

Zaini,

dan legenda daerah. Saat Indonesia telah

Produk Budaya. Jakarta: Ekspress.

menemukan jati diri budayanya, negeri ini memilih jalan yang benar-benar maju, yaitu komik bernuansa kehidupan seharihari.

DAFTAR RUJUKAN Istanto, Freddy. 2000. Gambar sebagai Alat Komunikasi Visual. Nirmana, Volume II Kulsum, Umi. 2007. Wayang dalam Komik Kosasih. Kompas, 11 Juni (hlm. 37) Riyadi, Rachmat. 1988. Komik, Komentar Merakyat yang Santun. Tabloid Monitor, No. 114 Siswoyo, Ricky. 1988. Cara Mambaca Komik. Jakarta: Ekspres. Suhardy, Eddy. 1988. Komik Impor, Suka Tak Suka. Majalah Jakarta-Jakarta, Mei.

Hasan.

1989.

Komik

Sebagai