1
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Proses morfologis dalam suatu bahasa secara umum dibagi menjadi dua yaitu
proses infleksional dan derivasional dimana pembedanya terdapat pada identitas leksikal kata setelah mengalami proses morfologis (Matthews, 1991:54). Verhaar (2012:117-118) menjelaskan pengertian identitas leksikal berupa kategori kelas kata beserta maknanya. Berikut adalah beberapa kata yang mengalami proses morfologis. a) Perubahan kata dari pencil menjadi pencils b) Perubahan kata dari structure menjadi structurize Mengacu kepada dua contoh diatas, baik contoh (a) maupun contoh (b) keduanya mengalami proses morfologis. Pada contoh (a) penambahan sufiks {-s} pada kata ‘pencil’ tidak mengubah identitas leksikal kata tersebut tetapi hanya mengalami pluralisasi yaitu dari kata benda tunggal menjadi kata benda jamak. Kategori kelas kata pada contoh ‘pencil’ menjadi ‘pencils’ tetap sebagai kata benda dan makna yang ditimbulkan juga tidak berubah. Proses ini disebut proses infleksional. Hal ini berbeda pada contoh (b), karena kata ‘structure’ yang mempunyai kelas kata sebagai kata benda, setelah mengalami proses morfologis
2
(penambahan sufiks {–ize}) terjadi perubahan kategori kelas kata yaitu dari kata benda menjadi kata kerja dan makna yang ditimbulkan juga berbeda. Proses ini disebut proses derivasional karena terdapat perubahan identitas leksikal kata. Di dalam bahasa Inggris, terdapat banyak sufiks derivatif diantaranya adalah {–ize}, {-full}, {-ness}, {-able}, {-ity}, {-ify} dan lain-lain. Sufiks-sufiks derivatif tersebut mempunyai fungsi masing-masing dalam proses afiksasi derivatif. Kata-kata hasil bentukan dari proses ini disebut Derived Word (kata yang berderivasi) (Fromkin et al, 2009:88). Terdapat proses derivasional yang tidak mensyaratkan perubahan kelas kata. Misalnya, kata ‘lurah’ yang mempunyai kelas kata sebagai kata benda berubah menjadi ‘kelurahan’ yang juga beridentitas kata benda. Bentukan tersebut tetap digolongkan sebagai pembentukan kata (derivasi) dikarenakan adanya perubahan makna (Katamba, 1993:54). Kata ‘lurah’ yang berarti kepala pemerintahan yang mengepalai kelurahan merupakan kata benda yang merujuk kepada orang bernyawa (animate), sedangkan kata ‘kelurahan’ yang juga berkategori kata benda bermakna daerah bagian yang dikepalai oleh seorang lurah, merupakan kata benda yang merujuk pada tempat atau wilayah yang tak bernyawa (inanimate). Terkait dengan penelitian ini, penulis mengangkat fenomena derivasi di dalam dua bahasa yaitu bahasa Inggris dan bahasa Indonesia. Bahasa Inggris dipilih karena penulis mempunyai latar belakang Pendidikan Bahasa Inggris jadi terdapat suatu keinginan untuk mengembangkan keilmuan dalam bidang kebahasaan khususnya
3
morfologi bahasa Inggris. Kajian ini perlu dilakukan untuk mengetahui kesamaan dan untuk mengetahui kekhasan dari tiap bahasa yang dikaji. Kajian ini merupakan kajian lintas bahasa yang bermanfaat dalam bidang pengajaran dan penerjemahan. Bahasa Indonesia dipilih sebagai pembanding karena bahasa Indonesia merupakan bahasa kedua peneliti setelah bahasa Jawa. Selain itu, dikarenakan pekerjaan peneliti berhubungan dengan pengajaran bahasa Inggris dan bahasa Indonesia, sehingga peneliti seringkali mendapat pertanyaan dari peserta didik mengenai kedua bahasa tersebut. Alasan berikutnya adalah kedua bahasa objek penelitian dipilih karena terdapat beberapa kesamaan dan perbedaan yang ditemukan diantara kedua bahasa ini, khususnya dalam pembentukan leksem baru dengan proses morfologis. Misalnya pada contoh berikut ini: Tabel 1.1: Contoh kata bersufiks {-ize} dan padanannya bahasa Inggris
bahasa Indonesia
Kata Dasar
Kata Kerja
Kata Dasar
Kata Kerja
category
categorize
kategori
mengkategorikan
stigma
stigmatize
noda
menodai
satire
satirize
sindiran
menyindir
theory
theorize
teori
berteori
4
Di dalam tabel diatas, dua kolom sebelah kiri menunjukkan pembentukan kata kerja bersufiks {-ize} dalam bahasa Inggris, sedangkan dua kolom di sebelah kanan adalah padanan kata bentukan tersebut dalam bahasa Indonesia. Pada kata category setelah dilekati sufiks {-ize} berubah menjadi categorize. Didalam proses tersebut terdapat proses morfofonemis yaitu dari /ˈkæt.ə.gri/ menjadi /ˈkæt.ə.g ə r.aɪz/, fonem /i/ berubah menjadi /ai/. Proses ini juga terjadi pada contoh theory /ˈθɪə.ri/ menjadi theorize /ˈθɪə.raɪz/. Pada kedua contoh kata tersebut bisa dilihat bahwa sufiks {-ize} mempunyai padanan {me-kan}’mengkategorikan’ dan {ber-}’berteori’. Pada contoh stigma menjadi stigmatize terdapat proses yaitu penambahan fonem /t/. Hal ini dikarenakan kata stigma berakhiran fonem vokal sehingga ketika dilekati oleh sufiks {-ize} membutuhkan tambahan fonem konsonan /t/. Padanan sufiks {-ize} pada kata stigma ‘noda’ adalah afiks {me-i}, sedangkan pada kata satirize mempunyai padanan {me-}. Terdapatnya keberagaman padanan sufiks menyebabkan pembelajar bahasa Inggris mengalami kesulitan ketika mempelajari sikata dasar morfologi bahasa Indonesia karena kata yang berasal dari satu sufiks {-ize} berpadanan dengan beberapa prefiks dan afiks kombinasi. Sufiks pembentuk kata kerja di dalam bahasa Inggris selanjutnya yaitu sufiks {-ify}. Pembentukan dan padanannya dalam bahasa Indonesia bisa dilihat dalam contoh pada tabel dibawah.
5
Tabel 1.2: Contoh kata bersufiks {-ify} dan padanannya bahasa Inggris
bahasa Indonesia
Kata Dasar
Kata Kerja
Kata Dasar
Kata Kerja
beauty
beautify
kecantikan
mempercantik
example
exemplify
contoh
mencontohkan
solid
solidify
keras
mengeras
Kondisi yang hampir sama ditunjukkan oleh sufiks {-ify} dan padanannya dalam bahasa Indonesia. Sufiks {-ify} mempunyai beberapa padanan yaitu sufiks {memper-}, {me-kan}, dan {me-}. Padanan-padanan yang ada membuat para pembelajar bahasa khususnya morfologi mengalami kesulitan dalam memahami konsep pembentukan kata kerja dalam bahasa Indonesia. Hal ini dikarenakan sufiks padanan mempunyai kecenderungan pembentukan yang tidak teratur. Kondisi yang sama juga ditunjukkan oleh sufiks pembentuk kata kerja yang lain yaitu {-ate}. Kata kerja yang berasal dari pembentukan kata dasar + sufiks {-ate} adalah sebagai berikut. Tabel 1.3: Contoh kata bersufiks {-ate} dan padananya bahasa Inggris Kata Dasar
Kata Kerja
bahasa Indonesia Kata Dasar
Kata Kerja
6
formula
formulate
rumus
merumuskan
alien
alienate
makhluk asing
mengasingkan
fume
fumigate
asap
mengasapi
saliva
salivate
air liur
berliur
hyphenate
hyphen
garis hubung
menghubungkan (dengan garis hubung)
Sedikit berbeda dengan sufiks-sufiks pembentuk kata kerja sebelumnya seperti sufiks {-ize} dan {-ify} yang mempunyai padanan berupa afiks, sufiks {-ate} pada kata ‘hyphenate’ yang didalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi ‘menghubungkan dengan garis hubung’. Data tersebut menunjukkan tiadanya afiks padanan sehingga muncul kata tambahan untuk memadankan didalam bahasa Indonesia. Penambahan kata ‘menghubungkan dengan’ diperlukan agar esensi makna kata ‘hyphenate’ tidak hilang ketika dipadankan. Meskipun kondisi tersebut tidak banyak, tetapi pembentukan padanan tersebut diatas layak untuk dideskripsikan lebih lanjut. Sufiks pembentuk kata kerja yang terakhir yang akan menjadi bahasan dalam penelitian ini adalah sufiks {-en}. Beberapa kata bentukan dari sufiks {-en} dapat dicermati pada tabel dibawah.
7
Tabel 1.4: Contoh kata bersufiks {-en} dan padanannya bahasa Inggris
bahasa Indonesia
Kata Dasar
Kata Kerja
Kata Dasar
Kata Kerja
tough
toughen
kuat
menguatkan
sweet
sweeten
manis
mempermanis
threat
threaten
ancaman
mengancam
fright
frighten
takut
menakuti
Meskipun pembentukan padanan dalam bahasa Indonesia hanya berupa prefiks seperti pada kata ‘threaten’, serta afiks kombinasi seperti pada kata ‘toughen’ ‘sweeten’ dan ‘frighten’, kondisi ini harus dibahas lebih dalam dikarenakan beragamnya padanan sufiks {-en} dalam bahasa Indonesia. Alasan-alasan tersebut diatas menjadi dasar bagi penulis untuk membahas sufiks-sufiks pembentuk kata kerja dalam bahasa Inggris dan mencari padanan dalam bahasa Indonesia, mengingat kata kerja merupakan bagian yang penting jika seseorang akan membuat sebuah kalimat. Kondisi yang berbeda jika pembelajar bahasa asing ingin mempelajari pembentukan ‘adverb of manner’ ‘kata keterangan cara’ dan mencari padanan dalam bahasa Indonesia. Perhatikan kata-kata dalam tabel berikut.
8
Tabel 1.5: Contoh kata keterangan cara bersufiks {-ly} dan padanannya bahasa Inggris
bahasa Indonesia
Kata Dasar
Kata Kerja
Kata Dasar
Kata Bentukan
soft
softly
lembut
dengan lembut
loud
loudly
keras
dengan keras
Dalam tabel diatas perubahan kata dasar menjadi kata bentukan yang berupa kata keterangan cara baik pada contoh ‘soft’ ataupun ‘loud’, jika dicari padanannya dalam bahasa Indonesia akan dengan mudah diidentifikasi karena sufiks {-ly} berpotensi mempunyai arti ‘dengan’. Kondisi ini memudahkan pembelajar bahasa asing dalam mempelajari konsep padanan sufiks {-ly} didalam bahasa Indonesia. Sebaliknya, kondisi yang sangat berbeda ditunjukkan oleh sufiks-sufiks pembentuk kata kerja dalam penelitian ini karena padanan bentukan menunjukkan keberagaman. Berdasarkan pemaparan diatas, penulis merasa bahwa penelitian sufiks {–ize}, {–ify}, {-ate} dan {–en} dalam bahasa Inggris dan mencari padanannya dalam bahasa Indonesia akan menjadi suatu hal yang sangat menarik jika dikaji. Bahasa Indonesia digunakan sebagai bahasa padanan karena berdasarkan deskripsi diatas dapat disimpulkan sementara bahwa perwujudan padanan begitu beragam.
9
1.2
Rumusan Masalah Rumusan masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.
Bagaimana distribusi sufiks {–ize}, {–ify}, {–ate} dan {–en} dalam bahasa Inggris?
2.
Bagaimana padanan sufiks {–ize}, {–ify}, {–ate} dan {–en} dalam bahasa Indonesia?
3.
Bagaimana persamaan dan perbedaan antara sufiks {–ize}, {–ify}, {–ate} dan {–en} dalam bahasa Inggris dan padanannya dalam bahasa Indonesia?
1.3
Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mendeskripsikan distribusi sufiks {–ize}, {–ify}, {–ate} dan {–en} dalam bahasa Inggris. 2. Mendeskripsikan padanan sufiks {–ize, {–ify}, {–ate} dan {–en} dalam bahasa Indonesia. 3. Mendeskripsikan persamaan dan perbedaan antara sufiks {–ize}, {–ify}, {–ate} dan {–en} dalam bahasa Inggris dan padanannya dalam bahasa Indonesia.
10
1.4
Manfaat Penelitian Penelitian ini mendeskripsikan mengenai sufiks {–ize}, {–ify}, {–ate} dan {–
en} dalam bahasa Inggris dan padanannya dalam bahasa Indonesia. Manfaat hasil penelitian adalah sebagai berikut: 1. Manfaat teoretis yaitu menambah dan memperkaya kajian padanan khususnya mengenai morfologi sufiks {–ize}, {–ify}, {–ate} dan {–en} dalam bahasa Inggris dan padanannya dalam bahasa Indonesia. 2. Manfaat praktis yaitu membantu penutur asing dan pembelajar bahasa dalam mempelajari sikata dasar morfologi bahasa Indonesia khususnya sufiks {–ize}, {–ify}, {–ate} dan {–en} dan padanannya dalam bahasa Indonesia, serta membantu para pembelajar bahasa Inggris untuk memudahkan dalam mempelajari arti dan konsep sufiks pembentuk kata kerja dalam bahasa Inggris.
1.5
Tinjauan Pustaka Terdapat beberapa penelitian mengenai proses derivasional yang berkaitan
dengan topik penelitian penulis, diantaranya adalah: Denistia (2012), memaparkan dalam penelitiannya bahwa akhiran {–er} dan {–ist} memiliki makna saat dilekati kata kerja, kata sifat, dan kata benda. Sedangkan akhiran {–ian} memiliki makna saat dilekati kata benda dan kata sifat. Alomorf dari akhiran {–ian} adalah /–ian/ dan
11
/–ean/. Pembentukan agen dalam bahasa Indonesia sebagai padanan sufiks {–er}, {-ist}, {-ian} dalam bahasa Inggris terdiri dari proses afiksasi yang mencakup prefiksasi dan sufiksasi dalam proses komposisi. Sebagian besar padanan bahasa Indonesia untuk sufiks {–er} mencakup prefiksasi berkata dasar verba dan komposisi nomina + nomina. Sebagian besar padanan bahasa Indonesia untuk sufiks {–ist} dan {–ian} dalam bahasa Inggris mencakup prefiksasi berkata dasar verba, sufiksasi asing –is dan komposisi nomina + nomina. Klasifikasi analisis kontrastif pembentukan agen menunjukkan bahwa sufiks {–er} sebagian besar mengalami fenomena konvergen dalam padanannya dengan bahasa Indonesia. Sebagian besar data menunjukkan bahwa sufiks {–ist} mengalami fenomena tiadanya perbedaan dalam padanannya dengan bahasa Indonesia. Kesimpulan lainnya adalah sebagian besar data menunjukkan bahwa sufiks {–ian} mengalami fenomena tiadanya persamaan dan padanannya dalam bahasa Indonesia. Denistia (2012) membahas mengenai sufiks pembentuk pelaku, sedangkan penelitian ini akan membahas mengenai sufiks yang berhubungan dengan pembentukan kata kerja yang meliputi sufiks {–ize}, {–ify}, {–ate} dan {–en}. Sudartini (2009) menjelaskan dalam penelitiannya bahwa (1) proses afiksasi derivasional pembentukan kata benda dalam bahasa Inggris melibatkan dua bentuk dasar yakni kata kerja dan kata sifat serta menggunakan afiks-afiks derivasional meliputi {–ation}, {-ee}, {-ure}, {-al}, {-y}, {-er}, {-or}, {-ant/-ent}, {-ment}, {-ance/ence}, {-ness}, {-ity}, {-dom}, {-ist}, {-th}, dan {–ism}, (2) analisis pada buku teks
12
bahasa inggris menunjukkan adanya frekuensi kemunculan yang tinggi pada beberapa afiks diantaranya afiks {–ation}, {-er}, {-ment}, {-ance}, dan {–ity}, adanya proses morfofonemik dan makna penambahan afiks, (3) permasalahan yang muncul dalam afiks derivasional pembentukan kata benda meliputi dua hal yakni yang terkait dengan afiks dan bentuk dasar yang digunakan. Permasalahan yang terkait dengan penggunaan afiks adalah variasi bentuk pada affiks yang digunakan, perubahan pada bentuk dasar, afiks derivasioanal yang memiliki jenis makna, afiks yang memiliki makna berbeda dengan bentuk dasarnya, afiks yang bisa digunakan untuk membentuk kata benda dari bentuk dasar yang lain, afiks derivasional yang sama dengan afiks infleksional, dan afiks yang memiliki frekuensi penggunaan yang tinggi. Permasalahan yang terkait dengan bentuk dasar yang digunaan meliputi: bentuk dasar yang mirip dengan kata benda turunan hasil proses afiksasi dan bentuk dasar yang bisa digunakan untuk afiks yang berbeda. Dalam hal ini penelitian Sudartini (2009) membahas proses afiksasi derivasional pembentukan kata benda tanpa memadankan dengan bahasa Indonesia, sedangkan penulis akan banyak membahas proses afiksasi pembentukan kata kerja dengan memadankan dengan bahasa Indonesia. Irmawati (2012) menulis penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk perubahan morfofonemis akibat proses afiksasi dalam bahasa Inggris, mendeskripsikan jenis perubahan morfofonemis akibat proses afiksasi dalam bahasa Inggris, dan mendekripsikan kaidah perubahan morfofonemis akibat proses afiksasi dalam bahasa Inggris. Penelitian tersebut menghasilkan beberapa kesimpulan yaitu
13
afiks-afiks tersebut menyebabkan perubahan morfofonemis jika dilekatkan pada morfem dasar diantaranya
(1) afiks-afiks
pembentuk kata benda seperti
{– (ic(a(i(t(ion)}, {-ity}, {-y}, dan {–ance/-ence} (2) afiks-afiks pembentuk kata sifat seperti {–un}, {-im}, {-in}, {-il}, {-ir}, {-ous}, {-ical}, {-able/-ible}, {-al}, {-ive}, {-ic}, dan {-ful}, dan (3) afiks-afiks pembentuk kata kerja seperti {re-}, {-un}, {-(i)fy}, {-ize}, {-ed}, {-s}, dan {–ate}. Irmawati (2012) membahas mengenai proses morfofonemis yang timbul dari proses afiksasi secara keseluruhan mulai dari afiks pembentuk kata benda, kata kerja, dan kata sifat. Hal ini berbeda dengan penelitian ini yang akan fokus terhadap afiks pembentuk kata kerja dan mencari padanannya dalam bahasa Indonesia yang mencakup padanan secara morfologis dan semantik. Nafisah (2012) yang hasil penelitiannya menunjukkan bahwa (1) afiks derivasional yang digunakan untuk membentuk kata sifat yaitu berupa prefiks dan sufiks, afiks yang berupa prefiks adalah {a-}, {in-}, {-un}. Afiks yang digunakan untuk membentuk kata sifat yang berupa sufiks adalah {–able}, {-al}, {-an}, {-ant}, {-ary}, {-ate}, {-ed}, {-en}, {-ful}, {-ic}, {-ing}, {-ish}, {-ive}, {-less}, {-like}, {-ly}, {-ous}, {-y} dengan beberapa bentuk variasi yang terbentuk. Adapun kaidah-kaidah yang terjadi dalam proses pembentukan kata sifat yaitu pemunculan fonem, perubahan fonem, dan penggandaan fonem, (2) makna afiks derivasional secara garis besar adalah menyatakan negasi, kemampuan, perilaku, kualitas, karakteristik, relasi/hubungan (3) bentuk dasar yang diimbuhi oleh afiks-afiks derivasional dalam membentuk kata sifat dapat dilekatkan tidak hanya pada satu jenis kata saja, bentuk
14
dasar yang dilekati dapat berupa kata turunan/bentukan. Berbeda dengan penelitian Nafisah (2012) yang membahas mengenai afiks pembentuk kata sifat dalam segi morfologis dan semantis, penelitian ini akan mengulas pembentukan kata kerja dari proses derivasional dengan kajian padanan. Dari beberapa tinjauan pustaka yang telah dilakukan, penulis belum menemukan kajian yang membahas mengenai sufiks pembentuk kata kerja {–ize}, {–ify}, {–ate} dan {–en} dalam bahasa Inggris dan padanannya dalam bahasa Indonesia. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk mendeskripsikan mengenai afiks derivasional pembentuk kata kerja dalam bahasa Inggris baik dalam segi morfologis dan semantis dengan mencari padanannya dalam bahasa Indonesia.
1.6
Landasan Teori Sebagai ilmu empiris, linguistik mempunyai teori dan metode tersendiri dalam
proses penelitiannya. Teori yang digunakan dalam penelitian ini meliputi, morfologi dan pembentukan kata, morfem, afiksasi, derivasi, dan analisis kontrastif. 1.6.1 Morfologi dan Pembentukan Kata Matthews (1991:1) menjelaskan bahwa morfologi adalah cabang dari ilmu linguistik yang membahas mengenai proses pembentukan kata. Verhaar (2012:97) menambahkan bahwa morfologi adalah cabang ilmu linguistik yang mempelajari susunan bagian-bagian kata secara gramatikal. Morfologi sebagai ilmu yang
15
mempelajari tentang pembentukan kata terbagi menjadi dua bagian besar yaitu morfologi infleksional dan morfologi derivasional. Bauer (1983) (dalam Ermanto. 2008:41) mendeskripsikan tahapan pembentukan kata.
Infleksi
Morfologi
Pemertahanan Kelas Kata Derivasi Word Formation
Pengubahan Kelas Kata Pemajemukan
Skema Pembentukan Kata menurut Bauer (1983) Dalam bagan diatas dapat dijelaskan terdapat dua bagian dalam morfologi yaitu morfologi yang infleksional dan morfologi pembentukan kata (word formation). Morfologi infleksional menghasilkan beberapa variasi bentuk dari leksem yang sama disebabkan oleh tuntutan sintaksis, sedangkan proses pembentukan kata menghasilkan derivasi dan pemajemukan. Derivasi merupakan pembentukan kata yang menghasilkan leksem baru dari sebuah leksem dasar. Misalkan sufiks {–ful} dalam bahasa Inggris jika dilekatkan terhadap kata benda ‘beauty’ yang kata bentukan menjadi ‘beautiful’. Selain memperlihatkan perubahan kelas kata, perubahan makna juga menandai proses ini. Selajutnya proses derivasi yang mempertahankan kelas kata misalnya ‘camat’ menjadi ‘kecamatan’, yang keduanya mengacu kepada kelas kata yang sama yaitu kata benda. Jenis lainnya
16
adalah pembentukan kata dengan pemajemukan yang terbagi jenisnya berdasarkan kelas kata komponen pembentuknya. 1.6.2 Morfem Dalam pengkajian morfologi, morfem menjadi hal yang penting untuk diketahui.
Mulyono (2013:5) menjelaskan bahwa morfem adalah bentukan
linguistik yang paling kecil, yang tidak terdiri atas bentukan-bentukan yang lebih kecil yang mengandung arti. Penjelasan tersebut mempunyai persamaan dengan pernyataan Verhaar (2012:97-98) yang menulis rumusan morfem sebagai bentuk satuan lingual terkecil yang mempunyai makna. Berdasarkan penjelasan tersebut bisa diambil kesimpulan bahwa morfem dapat berupa kata pokok, preposisi, kata ganti tunjuk, proses reduplikasi, kata keterangan, dan afiks karena kata-kata tersebut tidak bisa dibagi lagi menjadi bentukan-bentukan linguistik yang paling kecil. Bentukan-bentukan berupa morfem yang jumlahnya sangat banyak itu dapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok yaitu morfem bebas dan morfem terikat. Morfem bebas merupakan morfem yang dalam tuturan sehari-hari dapat berdiri sendiri atau morfem yang potensial dapat berdiri sendiri dalam tuturan biasa. Dalam kalimat biasa, morfem bebas bisa mendukung fungsi sintaksis secara mandiri, sebagai subjek, predikat, objek, pelengkap atau keterangan. Kehadiran morfem jenis ini tidak terikat kepada morfem lain. Misalnya kata ‘ibu’, ‘kerja’, ‘di’, dan ‘pasar’ sedangkan morfem terikat adalah morfem yang kehadirannya dalam tuturan biasa selalu melekatkan diri terhadap morfem lain untuk membentuk sebuah kata.
17
1.6.3 Afiksasi Chaer
(2012:177)
mendefinisikan
proses
morfologi
sebagai
proses
pembentukan kata dari sebuah bentuk dasar dengan penambahan imbuhan (dalam proses afiksasi), pengulangan (dalam proses reduplikasi), penggabungan (dalam proses komposisi), pemendekan (akronimisasi), dan pengubahan status (dalam proses konversi). Kridalaksana (2009:28-31) dalam pemaparannya membagi afiks menjadi sembilan macam yaitu (1) prefiks (2) infiks (3) sufiks (4) simulfiks (5) konfiks (6) suprafiks (7) kombinasi afiks (8) interfiks, dan (9) transfiks. Penjelasannya adalah sebagai berikut: (1) Prefiks adalah afiks yang terletak di muka bentuk dasar seperti {me-}, {ter-}, {ber-}, dan{per-} (2) Infiks adalah afiks yang disisipkan di tengah bentuk dasar seperti {-el-}, {-em-}, {-er-}, dan {-in-} (3) Sufiks adalah afiks yang terletak dibelakang bentuk dasar seperti {-an}, {-i}, dan {-kan} (4) Simulfiks adalah afiks yang dileburkan secara segmental pada bagian awal bentuk dasar seperti nyambel, nyikut, dan ngebut. (5) Konfiks adalah afiks yang sekaligus hadir didepan dan dibelakang bentuk dasar yang mempunyai makna gramatikal. Konfiks biasa disebut dengan morfem terbagi karena harus hadir serentak pada bentuk dasar. Contoh konfiks adalah {ke-/-an}{per-/-an},dan{ber-/-an}
18
(6) Suprafiks adalah afiks yang dihubungkan dengan ciri-ciri suprasegmental seperti nada pada beberapa bahasa misalkan pada bahasa Mandarin yang mempunyai empat nada, yang kesemuanya berpotensi membedakan makna. (7) Kombinasi afiks atau gabungan afiks adalah kombinasi dari dua afiks atau lebih yang bergabung dengan dasar. Masing-masing afiks tetap membawa makna gramatikal tersendiri. Afiks ini muncul bersama pada dasar dengan urutan pelekatan yang berlainan seperti gabungan afiks {me-} dan {-kan} pada kata mengidolakan. (8) Interfiks adalah jrnis infiks yang muncul diantara dua unsure. Dalam bahasa Indonesia interfiks terdapat pada kata-kata bentukan baru, misalnya interfiks –n- dan –o- pada gabungan Indonesia dan logi menjadi Indonesianologi. (9) Transfiks adalah jenis infiks yang menyebabkan dasar menjadi terbagi. Bentuk ini terdapat dalam bahasa-bahasa Afro-Asiatika, antara lain dalam bahasa Arab, misalnya akar ktb dapat diberi transfiks a-a, a-I, dan sebagainya. 1.6.4 Derivasi Secara teoretis akhiran derivasional memiliki fungsi mengubah kelas kata atau arti pada sebuah kata dasar atau kata yang dilekatinya. Fromkin dan Rodman (1993:48-49) menyebutnya sebagai morfem derivasional. Hal ini dikarenakan jika morfem tersebut bergabung dengan kata yang dilekatinya akan terjadi proses
19
pembentukan kata baru yang mempunyai kelas kata yang berbeda sebelum proses derivasi. Fromkin dan Rodman juga menjelaskan bahwa morfem derivasional mempunyai potensi untuk merubah kelas kata dan makna. 1.6.5 Analisis Padanan Penelitian dengan mencari padanan merupakan salah satu penelitian yang bertujuan untuk mengkaji perbedaan dan persamaan antara dua bahasa atau lebih untuk mencari kategori tertentu yang ada atau tidak ada dalam suatu bahasa sehingga kemiripan dan perbedaan bahasa-bahasa tersebut dapat dilihat. (Lado, 1957:1). Parera (1997:111) mengungkapkan bahwa data bahasa yang akan dibandingkan sebaiknya data bahasa yang telah dstandarkan, data bahasa yg berkaidah atau telah dikaidahkan, serta data bahasa pertama dan kedua sebaiknya terlepas dari konteks atau dekontestualisasi. Ellis (1985:25) menyebutkan empat tahapan yang harus diikuti dalam melakukan padanan antara dua bahasa atau lebih, yaitu: a. Deskripsi yaitu mendeskripsikan scara formal kedua bahasa yang akan diperbandingkan. b. Seleksi yaitu pemilihan terhadap butir tertentu misalnya kata kerja bantu yang diketahui melalui analisis kesalahan untuk melihat kesulitan, butir tersebut dipilih sebagai perbandingan.
20
c. Perbandingan yaitu mnengidentifikasi persamaan dan perbedaan pada setiap area dari kedua bahasa yang diperbandingkan. d. Prediksi yaitu mengidentifikasi area mana saja yg mungkin menyebabkan kesalahan. Ellis (1985:25) menambahkan, melalui perbandingan tersebut terdapat beberapa hal yang dapat diungkapkan antara lain: a. Tiadanya perbedaan yaitu struktur atau aspek tertentu dari kedua bahasa tidak berbeda sama sekali. b. Fenomena konvergen yaitu dua butir yang ada dalam bahasa yg satu menjadi satu butir dalam bahasa yang lain. c. Fenomena ketiadaanyaitu butir atau sikata dasar yg ada di dalam bahasa yg satu menjadi tidak ada dalam bahasa yg lain. d. Perbedaan distribusi yaitu butir atau kata dasar pada bahasa yang satu memiliki distribusi yg berbeda dengan butir atau sikata dasar yg sama pada bahasa yang lain. e. Tiadanya persamaan yaitu struktur atau aspek tertentu pada bahasa yang satu tidak memiliki kesamaan dengan bahasa lain. f. Fenomena divergen yaitu satu butir bahasa yang satu menjdi dua dua butir pada bahasa yang lain.
21
Secara keseluruhan uraian mengenai deksriptif padanan bertujuan untuk memperoleh persamaan dan perbedaan sikata dasar atau struktur dua bahasa yang dipadankan.
1.7
Metode Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif yang dilakukan melalui proses
penyediaan data, tahap analisis data, dan tahap sistematika penyajian hasil analisis data. Linguistik deskriptif yaitu meneliti dan memerikan sikata dasar bahasa berdasarkan data. Penelitian akan terbagi menjadi tiga tahap yaitu tahap penyediaan data, tahap analisis data, dan tahap penyajian hasil analisis data. 1.7.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan metode simak yaitu menyimak penggunaan bahasa dengan menggunakan teknik catat. Teknik catat adalah teknik menjaring data dengan hasil penyimakan data pada kartu data (Kesuma, 2007:45). Penyediaan data dilakukan dengan teknik pustaka yaitu teknik yang menggunakan sumber-sumber tertulis untuk memperoleh data (Subroto, 2012:47). 1.7.2 Sumber Data Data penelitian ini adalah setiap kata bersufiks {-ize}, {–ify}, {–ate} dan {–en} dan padanannya dalam bahasa Indonesia. Pengumpulan data menggunakan Oxford Advance Learner’s Dictionary (2010) dan untuk mencari padanannya dalam bahasa Indonesia, penulis menggunakan kamus Inggris-Indonesia (2008) karangan John
22
Echols dan Hasan Shadily, serta Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) untuk mengecek penggunaan dalam ragam yang sudah distandarkan. Dua kamus tersebut dipergunakan karena kamus-kamus tersebut dilengkapi dengan cara pengucapan kata, makna kata, dan penggunaan kata-kata didalam sebuah kalimat. Kamus John Echols dan Hasan Shadily digunakan sebagai panduan untuk mencari padanan kata bersufiks {-ize}, {–ify}, {–ate} dan {–en} dalam bahasa Indonesia. 1.7.3 Analisis Data Setelah data terkumpul, peneliti memiliki data dalam bentuk proses pembentukan. Proses tersebut diklasifikasikan berdasarkan jenisnya yang termasuk dalam proses afikasi {–ize}. {–ify}, {–ate} dan {–en}. Pengklasifikasian tersebut berdasarkan kelas kata pembentuknya. Kemudian dicari padanannya dalam bahasa Indonesia. Analisis data menggunakan metode padan translasional (Sudaryanto, 1993:13-15). Metode ini digunakan untuk mengidentifikasi satuan kebahasaan suatu bahasa berdasarkan satuan kebahasaan yang lain, yaitu padanan sufiks {–ize}, {–ify}, {–ate} dan {–en} dalam bahasa Indonesia. Metode penyajian hasil analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode penyajian formal dan informal (Sudaryanto, 1993:145). Penyajian informal adalah bentuk penyajian dengan menggunakan rumusan kata-kata biasa yang digunakan untuk merumuskan hasil penelitian. Akan ada beberapa klasifikasi kata dalam sikata dasaratika penyajian data tesis. Cara pengklasifikasian pertama adalah dengan mendata berdasarkan lingkungan kebahasaan. Penggolongan selanjutnya adalah berdasarkan kelas kata atau kategori dasarnya (kata benda, kata sifat, dan lain-
23
lain). Setelah penggolongan tersebut peneliti menggolongkan berdasarkan makna sufiks yang ditimbulkan. Semua langkah tersebut disajikan dalam bentuk tabel-tabel seperti tabel dibawah NO
bahasa Inggris
bahasa Indonesia
Kata Dasar
Kata Kerja
Kata Dasar
Kata Kerja
1.
equal
equalize
sama
menyamakan
2.
amalgam
amalgamate
campuran
mencampur
3.
legal
legalize
sah
mengesahkan
NO
1.
Kata Kerja
Kata Kerja
(bahasa Inggris)
(bahasa Indonesia)
activate
mengaktifkan
Makna
membuat menjadi aktif/hidup
2.
subsidize
mensubsidi
memberi subsidi
3.
beautify
mempercantik
membuat menjadi lebih cantik
Setelah data disajikan dalam bentuk tabel, deskripsi mengenai hal-hal yang yang timbul seperti adanya proses morfologis beserta keterangan lainnya akan dibahas dalam bentuk deskripsi. Setelah membahas distribusi sufiks-sufiks tersebut dalam bahasa Inggris dan padanannya dalam bahasa Indonesia, langkah selanjutnya
24
adalah mencari persamaan dan perbedaan antara sufiks-sufiks pembentuk kata kerja dalam bahasa Inggris tersebut dan padanannya dalam bahasa Indonesia.
1.8
Sistematika Penyajian Penelitian mengenai topik ini disajikan dalam lima bab, dengan perincian
sebagai berikut. Bab I pendahuluan yang meliputi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah, tinjauan pustaka, landasan teori (morfologi dan pembentukan kata, morfem, afiksasi, derivasi, analisis kontrastif), metode penelitian (pengumpulan data, sumber data, dan metode analisis data), serta sikata dasaratika penyajian. Bab II memerikan distribusi sufiks {–ize}, {–ify}, {–ate} dan {–en} dalam bahasa Inggris. Bab III mendeskripsikan padanan sufiks {–ize}, {–ify}, {–ate} dan {–en} dalam bahasa Indonesia. Bab IV akan mendeskripsikan persamaan dan perbedaan kata berimbuhan bersufiks {–ize}, {–ify}, {–ate} dan {–en} dalam bahasa Inggris dan padanannya dalam bahasa Indonesia. Bab V berisi kesimpulan hasil penelitian yang ditemukan berdasarkan rumusan masalah serta saran-saran untuk penelitan selanjutnya.