BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Teori belajar yang mendukung penelitian Keberhasilan pendidikan di tentutkan oleh proses pembelajaran. Jika belajar merupakan usaha dari individu untuk memperoleh perubahan pada dirinya, maka pembelajaran merupakan usaha mengorganisasikan lingkungan belajar sehingga memungkinkan siswa melakukan kegiatan belajar untuk mencapai tujuannya. Merujuk pada UU nomor 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 20 bahwa “Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.” Jadi dalam suatu proses pembelajaran berlangsung interaksi dua arah antara pendidik dan peserta didik Dalam
penelitian
ini
menggunakan
teori
belajar
kognitif
dan
kontruktivisme. Teori belajar kognitif berpendapat bahwa belajar merupakan proses internal yang mencakup ingatan, pengolahan informasi,emosi dan aspekaspek kejiwaan lainnya. Dalam praktek pembelajaran, teori koginitif antara lain tampak dalam rumusan-rumusan seperti ”Tahap-Tahap perkembangan” yang dikemukakan oleh Piaget,belajar penemuan oleh Bruner,dan belajar bermakna oleh Ausubel. Sedangkan teori kontruktivisme sendiri dikemukakan oleh vigotsky dengan peniktikberatan kontruktivisme sosial dan Piaget tentang kontruktivisme individu. a.
Teori Piaget 1) Teori Kognitif Teori dari Jean Piaget termasuk kedalam teori perkembangan kognitif atau teori perkembangan intelektual. Teori ini disebut pula dengan teori perkembangan mental.Teori ini berkenaan dengan kesiapan mental anak dalam belajar yang dikemas kedalam tahapantahapan perkembangan intelektual dari kecil hingga dewasa. Menurut Piaget perkembangan kognitif merupakan proses genetik, yakni proses yang didasarkan pada mekanisme biologis. Teori ini sejalan dengan
9
10
teori psikogenetis yang artinya pengetahuan sebagai hasil belajar , berasal dari dalam individu. Setiap anak mampu mengembangkan kemampuan berpikirnya menurut tahapan yang teratur, sehingga akan memunculkan suatu skema kognitif yang keberhasilan tiap tahapnya bergantung dari tahap-tahap sebelumnya. Menurut Piaget dalam Schunk (2012: 331) dikemukakan bahwa perkembangan kognitif bergantung pada empat faktor yakni pertumbuhan
biologis,
pengalaman
dengan
lingkungan
fisik,
pengalaman dengan lingkungan sosial dan ekuilibrasi. Dari keempat faktor tersebut berujung pada faktor ekuilibrasi sebagai faktor penentu. Ekuilibrasi mengacu pada dorongan biologis untuk menciptakan sebuah kondisi keseimbangan atau ekuilibrium optimal antara struktur-struktur kognitif dengan lingkungan. Menurut Piaget dalam Suyono dan Harianto (2011: 83) dikemukakan secara garis besar skema yang digunakan anak untuk memahami dunianya dibagi menjadi empat periode utama yakni : 1) Tahap sensori motor (0-2 Tahun) merupakan tahapan awal kognitif dimana tingkat intelegensi anak lebih didasarkan pada tidakan inderawi anak terhadap lingkungannya 2) Tahap Pra operasional (2-7 Tahun) ini adalah tahap dimana kecenderungan anak mengandalkan dirinya pada persepsinya mengenai realitas, sehingga kecenderungan egosentris cukup besar 3) Tahap operasional konkret (7-11 Tahun) adalah tahapan dimana anak sudah mampu berfikir secara logis yang bersifat reversibel, artinya dapat dimengerti dalam dua arah. 4) Tahap operasional formal (11 keatas) tahap ini merupakan tahap terakhir dari perkembangan kognitif menurut Piaget dimana anak sudah dapat berpikir logis dan abstrak mengenai ide-ide tertentu. Struktur kognitif meningkat sesuai dengan perkembangan usianya dan akan menjadi semakin kompleks seiring dengan bertambahnya usia.
Lebih jauh lagi Piaget berpendapat bahwa
11
perkembangan koginif anak bergantung pada seberapa jauh mereka aktif memanipulasi dan berinteraksi dengan lingkungannya. Hal ini berkaitan erat dengan prinsip kontruktivisme dimana teori ini berpendapat bahwa suatu pengetahuan tidak dapat ditransfer begitu saja dari pemikiran guru kepada siswa. Dengan demikian siswa harus aktif secara mental membangun stuktur pengetahuannya sendiri berdasarkan kematangan kognitif yang dimilikinya. Kaitan teori belajar Piaget dengan penelitian ini adalah dalam penelitian ini sampel yang digunakan adalah siswa kelas XI SMA yang berumur rata-rata anatara 17-18 Tahun, yang mana pada tahap ini siswa mengalami tahapan perkembangan intelektual operasi formal yang memungkinkan siswa dapat mengikuti pola pembelajaran inkuiri. Menurut Flavell (1963) dalam Dahar (2011: 139) mengemukakan : Beberapa karakteristik dari perkembangan pada tahap ini yaitu, (1) Siswa sudah mampu berpikir adolensi yaitu “hipotesisdeduktif”yang berarti dapat merumuskan alternatif hipotesis dalam menanggapi masalah dan mencek data terhadap setiap hipotesis untuk membuat keputusan yang layak. Tetapi siswa belum mempunyai kemampuan untuk menerima atau menolak hipotesis, (2) Siswa sudah mampu berfikir proporsional yaitu berpikir yang tidak hanya terbatas pada peristiwa-peristiwa yang konkret saja, (3) siswa mampu berfikir kombinatorial yaitu berpikir yang meliputi semua kombinasi bendabenda, gagasan-gagasan atau proposisi-proposisi termasuk berpikir abstrak dan konkret dengan menggunakan pola berpikir kemungkinan. Jadi anak pada tahap ini sudah memiliki model berpikir ilmiah dengan
tipe
hipotethic-deductif
dan
inductif
dengan
menarik
kesimpulan, menafsirkan dan mengembangkan hipotesis. Sejalan dengan hal tersebut, maka seorang siswa akan mengawali penyelesaian masalah secara teoritis. Kemudian siswa akan mengajukan beberapa kemungkinan-kemungkinan melalui hipotesis yang tertuang dalam pemikirannya.Pada
dasarnya
pengajuan
hipotesis
menggunakan
carabererpikir induktif disamping deduktif, oleh karena itu dari proses analisis siswa, siswa dapat membuat strategi penyelesaiain masalah.
12
2) Teori Kontruktivis Piaget, selain dengan teori kognitifnya juga merupakan tokoh pelopor teori kontruktivis. Piaget yang dikenal sebagai kontruktivis pertama menjelaskan pengetahuan dibangun dalam pemikiran anak melalai asimilasi dan akomodasi (Dahar,2011: 135). Asimilasi mengacu pada penyesuaiain realita eksternal dengan strutur kognitif yang telah ada. Sedangkan akomodasi adalah mengubah struktur-struktur internal untuk memberikan konsistensi dengan realitas eksternal (Schunk 2012: 331). Menurut
Piaget
dalam
Sukiman
(2008:
61)
proses
pengkontruksian pengetahuan berlangsung melalui proses asimilasi dan akomodasi.
Asimilasi
adalah
proses
dimana
seseorang
mengintegrasikan persepsi, konsep ataupun pengalaman baru kedalam struktur atau skema yang sudah ada dalam pikirannya. Proses asimilasi tidak menyebabkan perubahan / pergantian struktur/skema yang telah ada, melainkan mengembangkannya. Proses ini akan terus berjalan pada setiap orang dengan proporsi pengembangan yang berbeda pada setiap individunya. Sedangkan akomodasi adalah proses : (1) Membentuk struktur / skema baru yang dapat cocok dengan rangsangan baru atau (2) Memodifikasi struktur atau skema yang ada sehingga cocok dengan rangsangan itu. Proses tersebut terjadi karena seorang individu tidak dapat mengasimilasikan pengalaman yang baru dengan skema yang telah ia punyai. Oleh karena itu diperlukan pembentukan skema baru atau modifikasi skema yang telah ada sehingga cocok dengan pengalaman baru yang ia dapatkan. Menurut Piaget, manusia memiliki struktur pengetahuan dalam otaknya, seperti sebuah kotak-kotak yang memiliki makna yang berbeda-beda. Pengalaman yang sama bagi seseorang akan dimaknai berbeda oleh masing-masing individu dan disimpan dalam kotak yang berbeda. Setiap pengalaman baru akan dihubungkan dengan kotakkotak atau struktur pengetahuan dalam otak manusia. Oleh karena itu,
13
pada saat manusia belajar menurut Piaget, sebenarnya telah terjadi dua proses dalam dirinya, yaitu proses organisasi informasi dan adaptasi (Cahyo, 2013: 37). Kaitan teori kontruktivis Piaget dengan penelitian ini adalah dalam penggunaan model inkuiri terbimbing dan inkuiri bebas siswa dituntut aktif untuk membangun pengetahuannya berdasarkan struktur pengetahuan dalam otaknya yang dimaknai secara berbeda pada setiap individu sehingga dapat mengembangkan kemampuan berpikirnya. b. Teori Bruner Dasar dari teori Bruner adalah ungkapan Piaget yang menyatakan bahwa anak harus berperan secara aktif saat berada dikelas. Dalam memandang proses belajar, Bruner menekankan bahwa belajar bermakna hanya dapat terjadi melalui belajar penemuan. Pengetahuan yang diperoleh melalui belajar penemuan akan bertahan lebih lama
dan memiliki efek
transfer yang lebih baik. Belajar penemuan dapat meningkatkan penalaran dan kemampuan berfikir secara bebas dan melatih keterampilan-keterampilan kognitif untuk menemukan dan memecahkan masalah. Bruner , dengan teori Discovery Learningnya merumuskan bahwa guru harus memberikan keleluasaan kepada siswa untuk menjadi pemecah masalah (problem solver)sehingga memungkinkan mereka mempelajari konsep-konsep di dalam bahasa mereka sendiri (Suyono &Hariyanto, 2011: 88). Menurut Bruner dalam Dahar (2011: 79) menyatakan bahwa “Belajar penemuan sesuai dengan pengetahuan secara aktif oleh manusia, dan dengan sendirinya menghasilkan hasil yang lebih baik. Berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang menyertainya, menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna”. Jika seseorang mempelajari suatu pengetahuan perlu melalui tahapan-tahapan tertentu agar pengetahuan tersebut dapat diinternalisasi dalam pemikiran individu. Menurut Bruner dalam Suyono dan Hariyanto (2011 : 89) seiring dengan pertumbuhan kognitif proses internalisasi pembelajar melalui tiga tahapan yakni :
14
1) Enaktif adalah tahapan dimana seseorang belajar melalui respon atau aksi secara langsung terhadap suatu objek. Jadi pada tahapan ini seseorang mengetahui
suatu
aspek
dari
kenyataan
melalui
tindakan
atau
menggunakan keterampilan dan pengetahuan motorik 2) Ikonik adalah tahapan dimana pembelajaran terjadi melalui penggunaan model-model,
gambar-gambar
dan
visualisasi
verbal
yang
menggambarkan kegiatan konkret. Dalam tahap ini kegiatan penyajian dilakukan pada pikiran internal dimana pengetahuan disajikan melalui serangakaian gambar atau grafik. 3) Simbolik adalah tahapan dimana siswa sudah mampu menggambarkan kapasitas berpikir dalam istilah-istilah yang abstrak. Pada tahap ini siswa dituntut untuk mampu menggeneralisasikan simbol-simbol terhadap suatu pengetahuan yang bersifat abstrak. Tujaun pokok pendidikan menurut Bruner adalah bahwa guru harus memandu para siswanya sehingga mereka dapat membangun basis pengetahuannya sendiri dan bukan karena kegiatan hafalan atau proses transfer pengetahuan secara dangkal. Kaitan teori belajar Bruner dengan penelitian ini adalah pada teori Bruner menyimpulkan bahwa pembelajaran yang baik adalah pembelajaran melalui penemuan sendiri dimana siswa dapat berperan aktif dalam membangun pengetahuannya melalui suatu proses penemuan. Dalam penelitian ini menggunakan model inkuiri yang mengaktifkan siswa untuk menemukan konsep sendiri. c.
Teori Ausubel Dikatakan bahwa pengetahuan diorganisasikan dalam ingatan
individu dalam struktur hirarkies. Hal ini berarti pengetahuan yang lebih umum, inklusif dan absktrak membawahi pengetahuan yang lebih spesifik dak konkret. Demikian juga bahwa pengetahuan yang bersifat umum dan abstrak akan menjadi landasan bagi pengetahuan baru yang bersifat lebih spesifik dan rinci gagasan mengenai cara mengurutkan materi pelajaran dari
15
umum ke khusus dari keseluruhan ke rinci,sering disebut sebagai subsumtive sequence menjadikan belajar lebih bermakna bagi siswa. David Paul Ausubel,seorang ahli psikologi pendidikan membedakan antara belajar menemukan dan belajar menerima. Pada belajar menerima siswa hanya menerima apa yang disajikan oleh guru yang sifatnya lebih pada hafalan, tetapi pada belajar menemukan, konsep ditemukan oleh siswa sehingga ia membangun pengetahuannya sendiri yang bukan sekedar bersifat hafalan.Ausubel dalam Dahar (2011: 95) mengemukakan bahwa “ belajar bermakna merupakan suatu proses mengaitkan informasi baru pada konsepkonsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif seseorang. Dengan berlangsunganya belajar, dihasilkan perubahan-perubahan dalam sel-sel otak, terutama sel-sel yang telah menyimpan informasi yang mirip dengan informasi yang telah dipelajari.” Struktur kognitif meliputi fakta-fakta, konsep-konsep dan generalisasi-generalisasi yang telah dipelajari dan diingat siswa. Faktor utama yang mempengaruhi belajar menurut Ausubel adalah struktur kognitif yang ada, stabilitas dan kejelasan pengetahuan dalam suatu bidang studi dan waktu tertentu. Selain teori belajar bermaknanya, Ausubel juga mengembangkan advance organizer. Advance organizer adalah suatu perangkat atau pembelajaran
mental
yang
bertujuan
membantu
siswa
didalam
mengintegrasikan pengetahuan baru dengan pengetahuan terdahulu (Suyono & Hariyanto, 2011:101). Advance organizer menyiapkan struktur kognitif pembelajar jika terjadi pengalaman belajar perangkat ini mengaktifkan skema yang relevan sehingga informasi baru lebih mudah di sumsumsikan kedalam struktur kognitif siswa. Untuk itu, pengetahuan guru terhadap isi pembelajaran harus sangat baik, dengan demikian ia akan mampu ia akan mampu menemukan informasi yang sangat abstrak, umum dan inklusif yang mewadahi apa yang akan diajarkan Kaitan teori belajar dengan ini penelitian ini adalah pada teori belajar Ausubel adalah mengenai advance organizer yang mengatakan bahwa pengetahuan
yang siswa dapatkan saat
ini
merupakan hasil
dari
16
pengintegrasian pengetahuan sebelumnya. Pada materi termokimia berisi tentang beberapa persamaan, kekuatan ikatan
dan hitungan kimia. Oleh
karena itu, sebelum memasuki materi ini siswa harus memahami terlebih dahulu materi persamaan reaksi kimia, stokiometri dan ikatan kimia. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Ausubel mengenai advance organizer-nya. d. Teori Vigotsky Teori kontruktivisme adalah teori yang didesain berdasarkan konsep yang digali sendiri oleh seorang individu. Belajar menurut kontruktivisme adalah suatu proses mengasimilasi dan mengaitkan pengalaman atau pelajaran yang dipelajari dengan kemampuan awal yang sudah dimiliki individu itu sendiri. Prinsip dasar dari kontruktivisme yang harus dipegang oleh pengajar adalah bahwa siswa lebih baik belajar dengan berbuat (learning by doing) daripada belajar dengan mengamati. Salah satu penganut teori kontruktivisme adalah Lev Semycinovich Vigotsky , seorang ilmuan asal Rusia. Vigotsky menitikberatkan interaksi dari faktor-faktor
interpersonal, kultural-historis, dan individual sebagai
kunci dari perkembangan. Interaksi dengan orang-orang di lingkuangn sekitar menstimulasi proses-proses perkembangan dan mendorong pertumbuhan kognitif. Menurut Vigotski dalam Schunk (2012: 339) aspek-apek kulturalhistoris dari vigotsky menonjolkan pemikiran bahwa pembelajaran dan perkembangan tidak dapat dipisahkan dari konteksnya. Hal ini bermaksud bahwa cara siswa berinteraksi dengan orang-orang, lingkungan serta objekobjek disekitarnya dapat mengubah dan menentukan cara berpikir mereka sehingga sekolah bukan hanya sebuah struktur fisik, melainkan sebuah institusi yang berupaya mendukung proses perolehan informasi dalam segala bentuk yang berkaitan dengan proses interaksi sebagai bentuk pembelajaran. Interaksi sosial dapat mengubah dan menstransformasi pengalamanpengalaman belajar.
17
Vigotsky
mencari pengetian bagaimana anak-anak berkembang
melalui proses belajar, dimana fungsi-fungsi kognitif masih dalam proses pematangan. Vigotsky membedakan antara aktual development dan potensial development pada anak. Aktual development adalah kemampuan seorang anak melakukan sesuatu tindakan tanpa adanya bantuan dari orang dewasa atau guru sedangkan potensial development adalah kemampuan seorang anak melakukan sesuatu dan memecahkan masalah dibawah petunjuk orang dewasa atau dengan kerjasama dengan teman sebayanya. Secara Formal Vigotsky dalam Suyanto & Hariyanto (2011: 114) mengatakan bahwa “ jarak antara tigkat perkembangan aktual yang ditentukan melalui pemecahan masalah
yang
dapat
diselesaikan
secara
individu
dengan
tingkat
pengembangan potensial,yang ditentukan melalui memecahan masalah dibawah bimbingan orang dewasa atau dengan berkolaborasi dengan teman sebaya “. Menurut teori Vigotsky Zona yang berada diantara kedua zona diatas adalah zona yang disebut sebgai zona perkembangan proksial (Zone Proxial Development) dimana antara apakah anak dapat melakukan sesuatu tanpa bantuan dan apakah seorang anak dapat melakukan sesuatu dengan bimbingan
dari
orang
dewasa
maupun
kerjasama
dari
teman
sebayanya.Maksud dari ZPD adalah menitikberatkan ZPD pada interaksi sosial akan dapat memudahkan perkembangan anak. Ide penting dalam teori pembelajaran sosial Vigotsky adalah Scaffolding, yaitu memberikan sejumlah bantuan kepada anak pada tahap awal pembelajaran, kemudian menguranginya dan memberi kesempatan kepada anak untuk mengambil alih tanggungjawab saat mereka mampu. Menurut Meece dalam Schunk (2012: 341) Beberapa point penting dalam teori yang dikemukakan oleh Vigotsky antara lain : 1) Interaksi-interaksi sosial itu penting : pengetahuan dibangun diantara dua orang atau lebih 2) Pengaturan diri dikembangkan melalui internalisasi (mengembangkan sebuah representasi internal) dari tindakan-tindakan dan operasi-operasi mental yang terjadi dalam interaksi-interaksi sosial
18
3) Perkembangan manusia terjadi melalui alat-alat kultural melalui transmisi alat-alat kultural 4) Bahasa adalah alat kultural yang sangat penting 5) Zona perkembangan proksimal (ZPD) adalah perbedaan antara apa yang dilakukansendiri oleh anak-anak dan antara apa yang dapat dilakukan dengan bantuan orang lain. Interaksi ini mendukung perkembangan kognitif Pada penelitian ini menggunakan model inkuiri terbimbing dan inkuiri bebas termodifikasi yang memungkinkan siswa membangun pengetahuannya sendiri melalui interaksi sosial, sehingga teori kontrutivis dari Vigotsky memiliki kolerasi yang relevan. Anak dilibatkan dalam pembelajaran aktif dengan guru sebagai fasilitator yang memberikan fungsi „guiding‟. Dengan mempertimbangkan pula fungsi teman sebaya yang mendukung kemampuan kolaborasi untuk perkembangan kognitif anak. Dari keempat tokoh yang beraliran kognitif dan kontruktivis dapat peneliti simpulkan bahwa secara umum pandangan yang sama yakni mementingkan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses belajar. Teori ini memiliki kolerasi dengan model pembelajaran yang akan digunakan dalam penelitian yakni model inkuiri tembimbing dan inkuiri bebas termodifikasi yang mengedepankan peran siswa sebagai objek utama pembelajaran 2. Model Pembelajaran Model pembelajaran merupakan rencana kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar (Sumantri & Permana,2001: 37). Tujuan pembelajaran akan tercapai manakala pemilihan Model pembelajaran dilakukan secara tepat oleh pendidik dengan mempertimbangkan karakteristik siswa, media belajar, fasilitas sekolah dan kemampuan dasar intelektual siswa yang diajar. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan siswa SMA 1 sebagai objek penelitian dimana kualitas siswanya adalah rata-rata keatas. Dengan input yang
19
cukup bagus penggunaan model yang menuntut eksplorasi dan keaktifan siswa dapat menunjang proses pembangunan pengetahuan siswa dengan lebih baik. Diharapkan, materi yang didapat akan dipahami dengan lebih mendalam sampai dengan kemampuan analisis untuk meningkatkan keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa. Model inkuiri diketahui sebagai salah satu model yang menuntut keaktifan siswa untuk membangun konsep pembelajarannya sendiri dengan cara penyelidikan. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan model inkuiri sebagai Model pembelajaran yang digunakan. a.
Model Pembelajaran Inkuiri Inkuiri berasal dari bahasa inggris inkuiri yang dapat diartikan
sebagai proses bertanya dan mencari tahu jawaban terhadap pertanyaan ilmiah yang diajukan. Pertanyaan ilmiah ini biasanya mengarah pada proses penyelidikan terhadap objek pertanyan. Menurut Schmidt dalam Amri dan Ahmadi (2012: 85) inkuiri dikatakan sebagai suatu proses untuk memperoleh dan mendapatkan informasi dengan melakukan observasi dan atau eksperimen untuk mencari jawaban atau memecahkan masalah dengan menggunakan kemampuan berpikir kritis dan logis. Sedangkan Menurut W. Gulo dalam Putra (2013: 86 ) , inkuiri diartikan sebagai rangkaiain kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis dan analitis sehingga dapat merumuskan sendiri penemuannya. Secara
umum
proses
kegiatan
inkuiri
meliputi
kegiatan
observasi,merumuskan pertanyaan yang relevan,mengevaluasi buku dan sumber-sumber informasi lain secara kritis, merencanakan penyelidikan atau investigasi, mereview apa yang telah diketahui, melaksanakan percobaan dengan menggunakan media untuk memperoleh data, menganalisis, dan menginterpretasi data, serta membuat prediksi dan mengkomunikasikan hasilnya. (Depdibud dalam Amri & Ahmadi , 2012: 86) Ciri utama pada pembelajaran inkuiri adalah guru tidak semata-mata memberikan materi pelajaran dalam bentuk yang sudah jadi. Menurut Sanjaya
20
(2009: 196) ada beberapa hal yang menjadi ciri utama dalam strategi pembelajaran inkuiri antara lain : 1)
Model pembelajaran inkuiri menekankan pada aktivitas siswa untuk menemukan dan merumuskan penyelesaian masalah yang ia hadapi secara maksimal
2)
Aktivitas siswa diarahkan untuk menemukan sendiri jawaban, konsep dan prinsip dari masalah yang dipertanyakan
3)
Siswa diarahkan untuk mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis, kritis dan analisis serta mengembangkan kemampuan intelektualnya sebagai proses mental Dengan demikian dalam Model atau strategi pembelajaran inkuiri
siswa tidak hanya dituntut agar menguasai materi pelajaran, akan tetapi bagaimana mereka dapat menggunakan potensi yang dimilikinya. Dalam proses pembelajaran, model inkuiri terbagi menjadi 3 macam, yakni model inkuiri terbimbing, model inkuiri bebas dan model inkuiri bebas termodifikasi. Pada penelitian ini akan digunakan proses pembelajaran menggunakan model inkuiri terbimbing dan inkuiri bebas termodifikasi. Proses pembelajaran dengan model inkuiri terbimbing, siswa diarahkan pada proses berpikir dan memecahkan masalah dengan cara problem solving. Artinya, siswa dihadapkan pada permasalahan yang belum diketahui jawabannya. Untuk memperoleh jawaban tersebut perlu diperoleh melalui suatu percobaan, observasi mapupun studi pustaka hingga ditemukan hasilnya berupa konsep, ide Dan jawaban permasalahan. Sedangkan pada proses pembelajaran menggunakan inkuiri bebas termodifikasi siswa diberi permasalahan terlebih dahulu, selanjutnya siswa diberikan kesempatan yang luas untuk mengeksplorasi ide-ide untuk menemukan jawaban permasalahan b. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing 1) Pengertian Salah satu pengembangan inkuiri pada diri siswa melalui pengkajian science dapat dilukiskan dengan kegiatan inkuiri terbimbing atau guided inkuiri. Menurut Herdian dalam Putra (2013 : 96 ) inkuiri
21
terbimbing
adalah
model
inkuiri
yang
digunakan
saat
guru
membimbing siswa melakukan kegiatan dengan memberi pertanyaan awal dan mengarahkan kepada suatu diskusi. Guru juga mempunyai peran aktif dalam menentukan permasalahan dan tahap-tahap penyelesaiainya. Model inkuiri terbimbing digunakan bagi siswa yang kurang berpengalaman belajar dengan model inkuiri. Pada dasarnya, selama proses belajar, siswa akan memperoleh pedoman sesuai yang diperlukan. Pada tahap awal, guru banyak memberikan bimbingan, kemudian tahap-tahap berikutnya bimbingan tersebut dikurangi sesuai dengan kebutuhan agar terbentuk karakter yang mandiri. Dalam model inkuiri terbimbing, guru menyajikan bimbingan atau petunjuk yang cukup luas kepada siswa, sebagian besar perencanaan dibuat oleh guru. Petunjuk tersebut biasanya tertuang dalam bentuk-bentuk pertanyaan yang bersifat menuntun. Dalam pelaksanaannya guru masih dapat membantu siswa agar dapat menyimpulkan kajian yang tengah mereka pelajari. Beberapa hal yang perlu diperhatikan guru dalam pembelajaran menggunakan model inkuiri terbimbing adalah pertanyaan problema yang akan dirumuskan, alat atau media yang membantu siswa dalam menyelesaikan masaah dan juga diskusi yang mengarahkan cara berpikir siswa menuju poinpoin inti konsep materi yang dipelajari. Jadi, Inkuiri terbimbing merupakan suatau kegiatan belajar dimana dalam pemilihan masalah ditentukan oleh guru, tetapi dalam penemuan konsep tetap ditemukan oleh siswa dengan cara guru memberikan pertanyaan dan arahan yang mengarah kepada konsep atau permasalahan yang hendak ditentukan penyelesaiaiannya. Dari
Uraian
diatas
dapat
disimpulkan
bahwa,
dalam
pembelajaran menggunakan model inkuiri terbimbing peran guru adalah sebagai : (1) Fasilitator, (2) Pemberi arahan, (3) Pemberi bimbingan kepada peserta didik dalam menemukan, merancang serta menyimpulkan dan menganalisis data.
22
Langkah-langkah inkuiri terbimbing menurut Joyce dan Weils (2000: 179 ) adalah : 1) Guru menyajikan situasi polemik dan menjelaskan prosedur inkuiri kepada para siswa 2) Pengumpulandata dan verivikasi mengenai suatu peristiwa yang mereka lihat dan alami 3) Pengumpulan data eksperimen para siswa diperkenalkan dengan elemen baru kedalam situasi yang berbeda 4) Memformulasikan penjelasan 5) menganalisa proses inkuiri 2) Kelemahan dan Kelebihan Model inkuiri terbimbing memiliki bebrapa kelebihan, antara lain : (1) Hasil belajar inkuiri terbimbing mempunyai efek transfer yang sangat baik, agar pengetahuan lebih tahan lama untuk diingat atau mudah diingat, (2) Dapat membangkitkan keingintahuan siswa, memberi motivasi untuk bekerja terus sampai menemukan jawabanjawaban yang sesuai, (3) melatih kemampuan berpikir kritis dan kreatif serta tingkat analisis yang lebih mendalam, (4) Siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran sehingga memberikan kepuasan intrinsik Adapun kelemahan dari model inkuiri terbimbing antara lain : (1) Tidak efisien,khusunya untuk mengajar siswa dalam jumlah besar (2) Sulit diterapkan pada siswa ataupun guru yang terbiasa menggunakan cara belajar konvensional (3) Ada kemungkinan hanya beberapa siswa yang pandai saja yang terlibat secara aktif dalam penyelidikan, sedangkan yang lain pasif (4) Sulit mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa c.
Model Pembelajaran Inkuiri Bebas Termodifikasi 1) Pengertian Model inkuiri bebas termodifikasi merupan titik tengah antara Model inkuiri terbimbing dan inkuiri bebas. Permasalahan yang akan dijadikan sebagai topik tetap diberikan sesuai dengan pedoman
23
kurikulum. Menurut Herdian dalam Putra (2013: 99) model inkuiri bebas termodifikasi masalah tetap diberikan oleh guru kepada siswa, siswa tidak dapat menentukan topik yang akan mereka selidiki sendiri, akan tetapi guru lebih membatasi pemberian bimbingannya agar siswa berupaya lebih mandiri. Jadi, model pembelajaran inkuiri bebas termodifikasi merupakan suatu kegiatan inkuiri bebas, tetapi dalam penemuan masalahnya diberikan oleh guru. Model ini pada prinsipnya hampir sama dengan model inkuiri bebas, akan tetapi guru menyiapkan masalah dan siswa diundang untuk memecahkan
rumusan
masalah
tersebut
melalui
cara,
pengamatan,eksplorasi ataupun prosedur penelitian untuk memperoleh jawaban. Dalam penggunaaan prosedur penelitian, siswa merencanakan garis besar prosedur penelitian atau membuat langkah-langkah untuk menyelesaikan masalah, sedangkan guru hanya menyampaikan masalah dan menyediakan media yang diperlukan siswa untuk pemecahan masalah. Siswa dimotivasi untuk memecahkan masalah dalam sebuah kerja kelompok ataupun perorangan. Peran guru dalam pembelajaran menggunakan model inkuiri bebas termodifikasi adalah sebagai evaluator dan fasilitator yang bertugas memberikan bimbingan bila diperlukan untuk menjamin agar kerja siswa lebih terarah. 2) Kebihan dan Kelemahan Model inkuiri bebas termodifikasi memiliki beberapa kelebihan, antara lain : (1) Membantu perkembangan berfikir siswa terutama dalam proses menentukan relevansi berbagai macam keterangan, (2) Siswa memperoleh penemuan tentang konsep dasar dan ide-ide yang baik , (3) Siswa terdorong untuk berpikir secara bebas dan terbuka sehingga akan memberikan kepuasan, (4) Siswa termotivasi untuk bekerja atas prakarsanya sendiri. Adapun Kelemahan dari model ini, antara lain : (1) Waktu yang diperlukan untuk menemukan suatu konsep relatif lebih lama, sehingga memungkinkan melebihi waktu yang sudah ditentukan kurikulum ,(2)
24
Siswa yang memiliki kemampuan berpikir lambat bisa kebingungan dalam berpikir secara luas, (3) Kebebasan yang diberikan kepada siswa tidak selamanya bisa dimanfaatkan secara optimal, (4) Siswa yang memiliki kesadaran dan usaha yang rendah kurang termotivasi dalam mengumpulkan
data
dan
keterangan
sehingga
hasilnya
kurang
memuaskan d. Langkah-langkah Pembelajaran InkuiriBebas Termodifikasi dan Inkuiri Terbimbing Adapun
langkah-langkah
pembelajaranmodel
Inkuiri
Bebas
Termodifikasi dapat dijabarkan sebagai berikut: Tabel 2.1 Langkah-langkah Pembelajaran Model Inkuiri Inkuiri Bebas Termodifikasi Berdasarkan Kegiatan Guru& Siswa No 1
2
3
4
5
Fase Perumusan Masalah
Kegiatan Guru Kegiatan Peserta didik Guru menyajikan beberapa - Peserta didik mengamati fenomena berkaitan dengan fenomena berkaitan dengan topik permasalahan yang topik permasalalahan yang akan akan dipelajari yang sudah dipelajari yang sudah dituliskan dituliskan didalam LKS didalam LKS - Guru memgarahkan peserta - Peserta didik dibantu oleh guru didik untuk merumuskan merumuskan topik topik permasalahan yang permasalahan yang akan di akan diselidiki pada setiap selidiki pertemuan Penyusunan Mengintruksikan pada peserta Peserta didik membuat dugaan Hipotesis didik untuk membuat dugaan sementara berdasarkan sementara dari permasalahan permasalahan yang sudah yang sudah dirumuskan secara dirumuskan secara mandiri mandiri Perancangan - Mengintruksikan peserta - Peserta didik meracang penyelidikan didik untuk menentukan langkah-langkah penyelidikan langkah-langkah yang sesuai dengan hipotesis penyelidikan yang sesuai dengan hipotesis Pelaksanaan Mendampingi peserta didik Peserta didik melakukan penyelidikan dalam melaksanakan penyelidikan dengan cara penyelidikan percobaan, pengamatan, tinjauan pustaka, pengukuran dan pengambilan data Pengumpulan - Mengintruksikan peserta - Peserta didik mengumpulkan data dan didik untuk mengumpulkan dan mencatat informasi yang Analisis data (informasi) hasil didapatkan dari hasil percobaan penyelidikan yang relevan - Peserta didik mengolah dan dengan jawaban dari topik menganalisis data yang telah permasalahan yang sudah diperoleh untuk diintegrasikan dirumuskan kedalam sebuah penjabaran yang lugas dan jelas - Mngintruksi peserta didik untuk menganalisis data - Peserta didik menulis laporan -
25
Lanjutan Tabel 2.1 yang sudah di peroleh menjadi deskripsi hasil yang valid - mengintruksikankan peserta didik untuk membuat laporan tertulis dari hasil analisis data Penyimpulkan Membimbing peserta didik hasil untuk membuat kesimpulan penyelidikan sesuai dengan hasil percobaan dan analisis data
6
hasil analisis data yang telah diperoleh
Peserta didik membuat kesimpulan yang sesuai dengan hasil percobaan dan analisis data
Sedangkan langkah-langkah pembelajaran Inkuiri Terbimbing dapat dilihat pada Tabel 2.2 Tabel 2.2 Langkah-langkah Pembelajaran Model Inkuiri Terbimbing Berdasarkan Kegiatan Guru &Siswa No 1
2
3
4
5
Fase Perumusan Masalah
Kegiatan Guru Guru memberikan stimulus berupa analogi sederhana yang berkaitan pada poin permasalahan yang tertuang didalam LKS - Guru membimbing peserta didik untuk merumuskan topik permasalahan yang akan diselidiki pada setiap pertemuan Penyusunan Memberikan waktu pada Hipotesis peserta didik untuk berpendapat dalam membuat dugaan sementara dari permasalahan yang sudah dirumuskan Perancangan - Mengintruksikankan peserta penyelidikan didik untuk menentukan langkah-langkah penyelidikan yang sesuai dengan hipotesis - Membimbing peserta didik untuk mengurutkan tahaptahap penyelidikan Pelaksanaan Membimbing peserta didik penyelidikan untuk mendapatkan informasi dari hasil percobaan, pengamatan, tinjauan pustaka, pengukuran dan pengambilan data Pengumpulan - Membimbing peserta didik data dan untuk mengumpulkan data Analisis (informasi) hasil penyelidikan yang relevan dengan jawaban dari topik permasalahan yang sudah
-
-
Kegiatan Peserta didik Peserta didik mengamati petunjuk contoh analogi sederhana yang berkaitan dengan poin permasalahan yang ada di LKS Peserta didik dibantu oleh guru merumuskan topik permasalahan yang akan di selidiki Peserta didik membuat dugaan sementara berdasarkan permasalahan yang sudah dirumuskan
-
Peserta didik meracang langkah-langkah penyelidikan yang sesuai dengan hipotesis
Peserta didik melakukan penyelidikan dengan cara percobaan, pengamatan, tinjauan pustaka, pengukuran dan pengambilan data -
-
Peserta didik mengumpulkan dan mencatat informasi yang didapatkan dari hasil percobaan Peserta didik mengolah dan menganalisis data yang telah
26
Lanjutan Tabel 2.2 dirumuskan diperoleh untuk diintegrasikan kedalam Mengintruksikankan pada sebuah penjabaran yang peserta didik untuk lugas dan jelas menganalisis data yang sudah di peroleh menjadi - Peserta didik menulis laporan deskripsi hasil yang valid hasil analisis data yang telah diperoleh - Mengintruksikankan peserta didik untuk membuat laporan tertulis dari hasil analisis data Penyimpulkan Membimbing peserta didik Peserta didik membuat hasil untuk membuat kesimpulan kesimpulan yang sesuai dengan penyelidikan sesuai dengan hasil percobaan hasil percobaan dan analisis dan analisis data data -
6
Eggen & Kauchack dalam wahyuningtyas & azizah (2013) ; Orlich, et al(2002) Dari langkah-langkah yang telah dijabarkan diatas maka dapat disimpulkan bahwa dalam model inkuiri terbimbing guru sebagai fasilitator yang memberikan bimbingan penuh kepada penyelidikan siswa, akan tetapi pada model inkuiri bebas termodifikasi guru berperan sebagai narasumber yang memberikan arahan jika diperlukan sehingga kemandirian siswa lebih dituntut pada model ini. 3. Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (HOTS) Dewasa ini topik mengengai „Kemampuan berpikir Siswa‟ telah menjadi fokus penelitian dan program pendidikan. Beberapa dari para peneliti memiliki berbagai definisi sendiri tentang berpikir ataupun kemampuan berpikir. Leou et al dalam Miri, David & Uri (2007: 335) berpendapat jika beberapa diantaranya mengungkapkan kecenderungan bahwa kemampuan berpikir dipandang sebagai kemampuan kognitif siswa dalam memecahkan suatu masalah, sedangkan pendapat lain mengacu pada keterampilan atau kemampuan lain yang mendukung disamping ranah kognitif Menurut Resnick (1987), berpikir tingkat tinggi adalah kemampuan berpikir
non-algoritmik, kompleks, sering menghasilkan beberapa solusi,
melibatkan penilaian dan interpretasi, melibatkan penerapan beberapa kriteria, sering melibatkan ketidakpastian, melibatkan pengaturan diri dari proses berpikir, melibatkan makna dan menemukan struktur yang berbeda secara nyata, dan penuh dengan usaha. Menurut Lavonen dan Meisalo (1998), berpikir kreatif ,berpikir kritis, dan mampu memecahkan masalah , termasuk keterampilan berpikir tingkat
27
tinggi. Menurut Zohar dan Dori (2003), berpikir tingkat tinggi meliputi membangun
argumen,
mengajukan
pertanyaan
penelitian,
membuat
perbandingan, pemecahan secara non-algorithmik masalah yang kompleks, menangani
kontroversi,
mengidentifikasi
asumsi
tersembunyi,maupun
keterampilan penyelidikan ilmiah secara klasik (Aksela, 2005: 48-50 ). Menurut King,Goodson dan Rohani (2004:1-2) meliputi berpikir berpikir kritis,logis,reflektif, metakognitif, dam kreatif. Semuanya diaktifkan yang tidak familiar, tidak tentu, penuh pertanyaan atau dilema. Aplikasi sukses dari hasil kemampuan dalam menjelaskan, memutuskan, menampilkan dan membuat produk yang valid dalam hal pengetahuan dan pengalaman yang ada dan mendorong untuk terus tumbuh dalam kemampuan intelektual. Tetapi dari berbagai perbedaan definisi mengenai kemampuan berpikir, keterampilan berpikir dibagi menjadi dua yakni keterampilan berpikir tingkat tinggi dan keterampilan berpikir tingkat rendah . Sehubungan dengan
teori konstruktivis
dan
implementasinya di sekolah, berpikir tingkat tinggi dapat dilihat sebagai strategi, sedangkan kritis, sistemik, dan berpikir kreatif adalah taktik dari kegiatan pembelajaran yang diperlukan untuk mencapai tujuan yang diwacanakan (Miri, David & Uri, 2007: 335). Keterampilan berpikir tingkat tinggi (High Order Thinking Skill) didasarkan pada keterampilan berpikir tingkat rendah (Low Order Thinking Skill) seperti diskriminasi dan aplikasi sederhana, juga strategi kognitif yang terkait dengan pengetahuan sebelumnya dari isi mata pelajaran. Sedangkan kategori berpikir tingkat tinggi menurut Brookhart (2010: 14-15) meliputi beberapa aspek yaitu : 1)
Analisis, evaluasi, kreasi (the “top end” of Bloom‟s taxonomy).
2)
logika yang beralasan atau Penalaran yang logis
3)
Berpikir kritis
4)
Kreatifitas Taksonomi kognitif menurut Brookhart (2010: 40-41) merupakan skema
terorganisir untuk mengklasifikasikan target pembelajaran dalam bermacammacam level yang kompleks. Menurut Bloom et al (1956) Cognitive Domain,
28
adalahtaksonomi yang banyak dipelajari. Meskipun sudah lama, taksonomi Bloom masih digunakan dalam banyak kurikulum dan bahan ajar. Taksonomi ini mengklasifikasikan performa koginitif kedalam 6 judul utama yang disusun dari yang mudah hingga kompleks. Taksonomi tersebut meliputi pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analis, sintesis dan evaluasi. Pada tahun 2001 Anderson dan Krathwol mempublikasikan revisi dari taksonomi Bloom. Perbedaan utama dari revisi taksonomi yang ada ialah memiliki dua dimensi , dimensi proses kognitif dan pengetahuan. Dimensi pengetahuan diklasifikasikan kedalam fakta,konsep,prosedur dan metakognitif. Dimensi Proses Kognitif terlihat hampir sama seperti taksonomi Bloom sebelum direvisi kecuali pada dua kategori tingkat terakhir yang ditukar, sehingga revisi taksonomi Bloom dapat dijabarkan sebagai berikut : 1)
Mengingat (Remember) termasuk mengungkapkan kembali (recall) dari suatu fakta atau konsep
2)
Memahami (Understand) termasuk dasar pengertian, menegerti dan mengingat teori baru untuk membangun pengetahuannya sendiri.Proses dalam kategori ini termasuk menginterpretasikan, memberikan contoh, mengklasifikasikan, merangkum, menyimpulkan, membandingakan dan menjelaskan
3)
Menerapkan
(apply)
artinya
untuk
melaksanakan
atau
mengimplementasikan prosedur untuk memecahkan masalah 4)
Menganalisi (Analyze) artinya untuk membagi informasi kedalam bagianbagiannya , menentukan apakah setiap bagian terhadap bagian yang lain dan secara keseluruhan. Prosesnya termasuk membedakan, mengorganisasikan dan menghubungkan
5)
Mengevaluasi (Evaluate) artinya membuat keputusan dari tujuan yang ditentukan yang telah ditentukan berdasarkan kriteria. Prosesnya termasuk memeriksa dan mengkritisi
6)
Mencipta (Create) artinya menempatkan berbagai elemen berbeda untuk membentuk suatu kesatuan yang baru atau mengorganisasi ulang elemen
29
yang ada untuk membentuk struktur yang baru. Prosesnya adalah menghasilkan, merencanakan dan memproduksi. Dalam penelitian ini mengadaptasi indikator penilaian untuk mengukur Keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa yang dikemukakan oleh Susan M. Brookhart antara lain: a.
Penilaian Analisis, Evaluasi dan Mencipta (Taksonomi Bloom) Untuk mengukur keterampilan berpikir tingkat tinggi digunakan tiga
level teratas dari taksonomi Bloom yang telah direvisi Anderson, yaitu menganalisis, mengevaluasi dan mencipta. Tujuan penggunaan dari taksonomi
kognitif
adalah
untuk
membantu
siswa
mentransfer
pengetahuannya pada situasi baru. Tujuan penilaiain dari analisis, evaluasi dan mencipta adalah untuk mendapakan informasi tentang cara siswa menggunakan pengetahuan dan keterampilannya dalam situasi baru. Ada tiga Format (Pilihan Ganda, Essay atau Constructed Respond dan penampilan) yang dapat digunakan untuk penilaian sumatif dan formatif. 1) Penilaiain Analisis Untuk menilai kualitas pemikiran siswa seperti memecah informasi ke bagian-bagian dan alasan yang berkaitan dengan informasi, pertanyaan atau tugas harus meminta siswa untuk menemukan atau menggambarkan bagian-bagian dan mencari tahu kolerasi dari setiap hubungan tersebut. Pertanyaan level analisis menampilkan materi siswa, kemudian mengajukan pertanyaan atau masalah yang membutuhkan jawaban berbeda dan mengorganisasikan bagian-bagian tersebut kedalam beberapa
cara
yang
masuk
akal.
Menjelaskan
alasan
yang
digunakanuntuk menghubungkan antara bagian yang satu dengan yang lainnya,
juga
merupakan
bagian
dari
penilaiain
analisis
(Brookhart,2010:42) 2) Penilaian Evaluasi Untuk penilaiain evaluasi dibutuhkan item atau tugas yang dapat mengukur bagaimana siswa menilai suatu materi atau Model yang ia harapkan. Jenis evaluasi ini dapat dikatakan sebagai bentuk kesimpulan
30
jikadidukung bukti dan alasan yang logis. Untuk menilai bagaimana siswa dapat melakukan evaluasi, berikan mereka beberapa materi, kemudian
meminta
mereka
untuk
menilai
beberapa
tujuan
(Brookhart,2010:42) 3) Penilaian Mencipta Untuk menilai apakah siswa dapat "mencipta" dalam taksonomi Bloom berarti menilai apakah mereka dapat menempatkan sesuatu yang berbeda menjadi suatu kesatuan yang mengorganisasikan kembali hal yang ada untuk membuat sesuatu yang baru. Berikan siswa dengan suatu tugas atau permasalahan untuk dipecahkan, dimana permasalahan tersebut memiliki beberapa alternatif cara pemecahan masalah, merencanakan cara untuk mencapai tujuan tertentu, atau menciptakan suatu kreasi baru. Berdasarkan taksonomi bloom yang belum direvisi Ranah mencipta dalam yang kita diskusikan disebut ranah sintesis , akan tetapi pengertiannya tupang tindih dengan kreatifitas. (Brookhart,2010: 55). b. Penilaiain Logika dan Penalaran Menurut Brookhart (2010:62-81) Penalaran dibutuhkan untuk menganalisis, mengevaluasi dan menciptakan. Pada umumnya, keterampilan penalaran mencakup beberapa kategori termasuk didalamnya adalah menyatakan fakta, atau menyatakan suatu kebenaran apakah sesuai dengan alasan atau permasalahan yang ada atau menyatakan dua atau lebih hal yang konsisten. Ada dua keterampilan dasar dalam penalaran , antara lain : 1) Deduksi Deduksi artinya menalar dari suatu yang prinsip ke hal yang umum. Dalam deduksi dimulai dengan premis ( dasar dari sebuah argumen) dan kemudian menggunakan penalaran (alasan) untuk diselesaikan dengan kesimpulan. Jika kesimpulan tidak mengikuti premis, mungkin kesimpulan tidak Valid 2) Induksi
31
Induksi adalah penalaran dari hal umum ke hal yang prinsip. Contohnya seperti
mengusulkan
sebuah
hipotesis
berdasarkan
teori
jangkauannya masih luas, kemudian merancang eksperimen
yang untuk
menguji hipotesis tersebut. Hasilnya dianalisis dan diinterpretasikan apakah sesuai atau tidak sesuai dengan hipotesis. Untuk penilaiain penalaran didahului dengan pemberian subjek materi sebagai pengantar, kemudian tanyakan sesuatu kepada siswa untuk menalar materi tersebut. Untuk menilai siswa telah membuat kesimpulan deduktif, berikan mereka pertanyaan yang dianggap benar,atau pertanyaan yang secara logika benar dan kesimpulan yang salah, kemudian tanyakan pendapat mereka mengenai hal tersebut. Untuk penilaiain induktif berikan skenario dan beberapa informasi kepada mereka,kemudian tanyakan pendapat mereka tentang kesimpulan yang didapat berdasarkan informasi disertai argumen yang memperkuat kesimpulan mereka. c.
Penilaian Berpikir kritis Salah satu jenis dari keterampilan berpikir tingkat tinggi adalah
berpikir kritis, dalam arti menerapkan keputusan yang bijak dalam suatu situasi. Norris dan Ennis dalam Brookhart (2010: 84-86 ) mendefinisikan berpikir kritis adalah berpikir dengan penuh alasan yang logis dan reflektif yang difokuskan untuk memutuskan apa yang diyakini atau hendak dilakukan. Untuk menilai siswa menggunakan penilaian keputusan yang kritis, berikan mereka skenario seperti pernyataan, iklan atau bentuk informasi lainnya. Kemudian berikan pertanyaan kepada mereka untuk membuat tulisan singkat dari keputusan atau penialaian yang kritis. Jenis dari penilaian disini termasuk mengevaluasi kredibilitas dari suatu sumber informasi tersebut, mengidentifikasi asumsi implisit,dan mengidentifikasi Model retoris dan persuatif. d. Penilaiain Kreativitas dan berpikir kreatif Kreativitas menurut Brookhart (2010: 124-141) dalam kasus ini adalah menempatkan sesuatu secara bersama dalam cara yang baru, mengamati sesuatu yang mungkin hilang, menyusun sesuatu yang berharga,
32
dan menggunakan perumpamaan yang tidak biasa untuk menghasilkan sesuatu yang menarik. Bagian yang menarik dari kreativitas adalah ketika siswa mampu menemukan permasalahan dengan cara yang baru (Thinking outside of box). Untuk menilai pemikiran kreatif siswa, tugas yang diberikan harusmemenuhi kriteria : 1) Mengharuskan siswa memproduksi ide-ide baru atau produk baru, atau mengharuskan siswa mengenali ide yang ada dengan cara baru. Untuk melakukannya, sandingkan dua konten atau teks yang berbeda. 2) Memberikan pilihan pada siswa (yang dapat mengkreasikan ide mereka sendiri) dalam materi yang berhubungan dengan target pembelajaran yang akan dinilai 3) Evaluasi hasil kerja siswa dengan kriteria yang coba diraih oleh siswa, jika perlu disertai kriteria konvensional untuk kerja nyata dan disiplin. Dari aspek keterampilan berpikir tingkat tinggi yang telah diuraikan diatas,bisa ditarik kesimpulan yang dapat digunakan sebagai indikator keterampilan berpikir tingkat tinggi : a. Menggunakan keterampilan berpikir kritis b. Menggunakan keterampilan berpikir logis yang beralasan untuk memecahkan suatu masalah c. Menggunakan keterampilan analisis d. Menggunakan keterampilan Evaluasi e. Menggunakan keterampilan menciptakan atau berkreasi (kreatif) 4. Penilaian Hasil Belajar Tujuan penilaian hasil belajar adalah untuk melihat keefektifan dan efisiensi proses pembelajaran dalam mencapai tujuan pengajaran atau tingkah laku siswa Seperti yang telah dituliskan dalam Permendikbud Nomor 104 bahwa pedoman penilalian berdasarkan kurikulum 2013 menggunakan acuan kriteria yang merupakan penilaian kemajuan peserta didik dibandingkan dengan kriteria capaian kompetensi yang ditetapkan. Acuan kriteria menggunakan modus untuk sikap, rerata untuk pengetahuan, dan capaian optimum untuk keterampilan.
33
Sementara itu Lingkup Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik mencakup kompetensi sikap (spiritual dan sosial), pengetahuan, dan keterampilan. Dalam penelitian ini penilaian hasil belajar hanya dibatsi pada aspek sikap dan keterampilan yang dapat dijabarkan sebagai berikut : a.
Sikap ( spiritual dan sosial) Penilaian dapat dilakukan dengan cara observasi,angket penilaiain
diri, penilaian teman sebaya dan jurnal guru . Instrumen yang digunakan antara lain daftar cek atau skala penilaian yang disertai rubrik serta hasilnya dihitung berdasarkan rubrik, yang hasilnya akan dihitung berdasarkan modus Nilai ketuntasan kompetensi sikap dituangkan dalam bentuk predikat, yakni predikat Sangat Baik (SB), Baik (B), Cukup (C), dan Kurang (K). Ketuntasan Belajar untuk sikap (KD pada KI-1 dan KI-2) ditetapkan dengan predikat Baik (B). b. Keterampilan Sama halnya dengan ranah pengetahuan penilaian pada ranah keterampilan juga dibagi menjadi dua yakni dimensi abstrak dan dimensi konkret. Penilaiain kompetensi keterampilan dapat dilakukan dengan menggunakan unjuk kerja atau praktikum yang isntrumennya dapat menggunakan daftar cek atau skala penilaiain, projek yang penilaiainnya dilakukan mulai dari perencanaan , pelaksanaan sampai pelaporan, produk yang penilaiannya dilakukan melalui tahap persiapan, pembuatan produk dan penilaiain, portofolio dan tertulis. Penilaiain kompetensi keterampilan hasilnya akan dihitung berdasarkan capaiain optimum. c.
Nilai Ketuntasan Nilai ketuntasan kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan
dituangkan dalam bentuk angka dan huruf, yakni sebagai berikut Tabel 2.3 Nilai Ketuntasan Belajar Nilai Ketuntasan Sikap Modus
Predikat
4,00
Sangat Baik
Pengetahuan Rerata 3,85 – 4,00
Keterampilan Capaiain Huruf Huruf Optimum A 3,85 – 4,00 A
34
(SB) Lanjutan Tabel 2.3 3,00 Baik (B)
2,00
Cukup (C)
1,00
Kurang (K)
3,51 – 3,84 3,18 – 3,50 2,85 – 3,17 2,51 – 2,84 2,18 – 2,50 1,85 – 2,17 1,51 – 1,84 1,18 – 1,50 1,00 – 1,17
A3,51 – 3,84 AB+ 3,18 – 3,50 B+ B 2,85 – 3,17 B B2,51 – 2,84 BC+ 2,18 – 2,50 C+ C 1,85 – 2,17 C C1,51 – 1,84 CD+ 1,18 – 1,50 D+ D 1,00 – 1,17 D (Sumber : Permendikbud 104)
Ketuntasan Belajar untuk untuk keterampilan ditetapkan dengan capaian optimum 2,67. Dengan kriteria penialain hasil belajar yang telah dijabarkan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa diakatakan baik manakala sudah memenuhi standar ketuntasan belajar. 5. Materi Termokimia Termokimia adalah salah satu materi yang ada dalam ilmu kimia. Materi termokimia sangat lekat hubungannya dengan kehidupan kita sehari-hari seperti mengenai perpindahan panas, bagaimana panas berpindah dari sistem ke lingkungan maupun sebaliknya, kalor bahan bakar yang biasa kita gunakan dan beberapa teori mengenai besarnya perubahan entalpi. Jika siswa mengetahui konsep termokimia dengan benar, maka banyak manfaat yang dapat diperoleh. Materi termokimia diajarkan pada tingkat SMA yaitu dikelas XI semester 1. Termokimia adalah bagian dari ilmu kimia yang mempelajari hubungan antara kalor (energi panas) dengan reaksi kimia atau proses-proses yang berhubunngan dengan reaksi kimia. Dalam praktiknya, termokia lebih banyak berhubungan dengan pengukuran kalor yang menyertai reaksi kimia atau prosesproses yang berhubungan dengan perubahan struktur zat, misalnya perubahan wujud atau perubahan struktur kristal. Dalam mempelajari termokimia, kita akan mengenal beberapa istilah yang ada dalam termokinia, antara lain energi dan entalpi, penentuan perubahan entalpi dan energi ikatan. a.
Sistem dan Lingkungan Sistem adalah segala sesuatu yang dipelajari perubahan energinya,
sedangkan lingkungan adalah segala yang berada di sekeliling sistem. Dalam
35
ilmu kimia, sistem adalah sejumlah zat yang bereaksi, sedangkan lingkungan adalah segala sesuatu di luar zat-zat tersebut misalnya tabung reaksi b. Reaksi Eksoterm dan Endoterm Energi yang terkandung di dalam suatu sistem atau zat disebut entalpi (H). Entalpi merupakan sifat ekstensif dari materi maka bergantung pada jumlah mol zat. Entalpi suatu sistem tidak dapat diukur, yang dapat diukur adalah perubahan entalpi yang menyertai perubahan zat, karena itu kita dapat menentukan entalpi yang dilepaskan atau diserap pada saat terjadi reaksi. Perubahan energi pada suatu reaksi yang berlangsung pada tekanan tetap disebut perubahan entalpi. Perubahan entalpi dinyatakan dengan lambang ∆H, dengan satuan Joule dan kilo Joule. Berdasarkan perubahan entalpi, dikenal dua macam reaksi yaitu reaksi eksoterm dan reaksi endoterm. 1) Reaksi eksoterm Panas dihasilkan dari zat-zat bereaksi yang merupakan sistem kemudian dilepaskan ke lingkungan. Reaksi ini termasuk reaksi eksoterm. Pada reaksi eksoterm energi panas atau kalor berpindah dari sistem ke lingkungan. Entalpi sistem sebelum reaksi lebih besar daripada sesudah reaksi atau Hpereaksi> Hhasil reaksi Perubahan entalpi sistem menjadi lebih kecil dari 0 atau ∆H = –. Penulisan persamaan termokimianya yaitu: CaCO3(s) + H2O(l) → Ca(OH)2(aq) + CO2(g) ∆H = –97,37 kJ 2) Reaksi Endoterm Reaksi endoterm kebalikan dari reaksi eksoterm. Pada reaksi endoterm sistem menyerap panas dari lingkungan. Entalpi sistem sesudah reaksi lebih besar daripada sebelum reaksi: Hpereaksi< Hhasil
reaksi.
Perubahan entalpi sistem menjadi lebih besar dari 0 atau ∆H = +. Untuk mengubah CaCO3(s) menjadi batu gamping (CaO) dan gas CO2 diperlukan energi panas. Persamaan termokimianya: CaCO3(s) → CaO(s) + CO2(g)
∆H = +178,3 kJ
Reaksi endoterm ada juga yang berlangsung spontan, sistem dengan sendirinya menyerap kalor dari lingkungan. Pada proses ini akan
36
terjadi penurunan suhu lingkungan, jadi kalau kita pegang wadah sistem akan terasa dingin. Secara umum, perubahan entalpi dalam reaksi kimia dapat diungkapkan dalam bentuk diagram pada gambar 2.1 A + B → C + kalor (reaksi eksoterm) C + kalor → A + B (reaksi endoterm)
. Gambar 2.1 Reaksi eksoterm dan endoterm Pada Gambar 2.1, tanda panah menunjukkan arah reaksi. Pada reaksi eksoterm, selisih entalpi berharga negatif sebab entalpi hasil reaksi (C) lebih rendah daripada entalpi pereaksi (A+B). Adapun pada reaksi endoterm, perubahan entalpi berharga positif sebab entalpi produk (A+B) lebih besar daripada entalpi pereaksi (C).(Siti Kalsum et al, 2009) c.
Persamaan Termokimia Persamaan
termokimia
merupakan
persamaan
reaksi
yang
menunjukan perubahan entalpi dalam reaksi. Pada penuliasan persamaaan termokimia disertakan pula jumlah mol zat yang berekasi,dan wujud zat yang terlibat dalam reaksi (padat, cair, gas). Persamaan termokimia memberikan informasi tentang suatu reaksi mengenai jumlah mol reaktan dan produk serta jumlah energi yang terlibat di dalamnya. Penulisan besarnya entalpi reaksi dalam persamaan reaksidilakukan dengan menuliskan simbol perubahan entalpi (∆H)dibelakang persamaan reaksi. Misal : A(s) + B(aq) →C(aq)
∆H° = +X kJ
d. Pengertian energi dan entalpi Energi dalam (U) adalah total energi kinetik (Ek) dan energi potensial (Ep) yang ada didalam sistem . Oleh karena itu energi dalam dapat dirumuskan sebagai U = Ek+ Ep
37
Besar energi kinetik dan energi potensial pada sebuah sistem tidak dapat diukur sehingga besar energi dalam dari suatu sistem juga dapat ditentukan , yang dapat ditentukan adalah besarperubahan energi dalam suatu sistem. ∆U = q + w Energi dalam yang di simpan dalam suatu sistem tidak dapat diketahui dengan pasti yang dapat diketahui adalah besarnya perubahan energi dari suatu sistem jika sistem tersebut mengalami suatu perubahan. Jika sistem mengalami perubahan pada tekanan tetap, besarnya perubahan kalor disebut dengan perubahan entalpi. Jika suatu reaksi berlangsung pada tekanan tetap , perubahan entalpinya sama dengan kalor yang harus dipindahkan dari sistem ke lingkungan atau sebaliknya. ∆U = qp Entalpi merupakan suatu fungsi keadaan . Oleh karena itu nilai perubahan entalpi tidak bergantung pada bagaimana proses perubahan itu terjadi atau jalannya reaksi. e.
Jenis-Jenis Perubahan Entalphi Standar Perubahan entalpi standar (∆H°) merupakan perubahan entalpi yang
diukur pada keadaan standar (suhu 298,15 K dan tekanan 1 atm). Ada beberapa jenis perubahan entalpi standar 1) Perubahan entalpi pembentukan standar (∆H°f) Perubahan entalpi pembentukan standar (∆H°f) atau kalor pembentukan standar adalah perubahan entalpi jika 1 mol senyawa terbentuk dari unsur-unsurnya pada kondisi standar 2) Perubahan entalpi pembakaran standar (∆H°C) Perubahan entalpi pembakaran standar (∆H°C) adalah perubahan entalpi jika 1 mol suatu zat terbakar sempurna pada kondisi standar. 3) Perubahan entalpi pengatoman unsur standar (∆H°at ) Perubahan entalpi pengatoman standar (∆H°at ) atau atomisasi unsur adalah perubahan entalpi jika 1 mol berbentuk gas terbentuk dari
38
unsur dalam bentuk fisik pada kondisi standar. Pada reaksi pengatoman akan memiliki ∆H° yang positif (endoterm). 4) Perubahan entalpi pengatoman senyawa standar (∆H°at) Entalpi pengatoman standar suatu senyawa adalah perubahan entalpi jika 1 mol senyawa diubah menjadi atomatom dalam bentuk gas dalam keadaan standar 5) Perubahan entalpi pelarutan standar (∆H°l) Perubahan entalpi pelarutan standar (∆H°l) adalah perubahan entalpi apabila 1 mol senyawa diubah menjadi larutannya pada keadaan standar 6) Perubahan entalpi peleburan standar (∆H°fus) Perubahan entalpi peleburan standar (∆H°fus) adalah perubahan entalpi pada peleburan 1 mol zat padat menjadi zat cair pada titik leburnya dan tekanan standar. 7) Perubahan entalpi penguapan standar (∆H°vap) Perubahan entalpi penguapan standar (∆H°vap) merupakan perubahan entalpi pada penguapan 1 mol zat cair menjadi gas pada titik didihnya dan tekanan standar (Crys fajar Partana & Antuni Wiyarsih , 2009). f.
Menentukan ∆H reaksi dengan eksperimen Perubahan entalpi dapat ditentukan melalui percobaan dengan
mengukur perubahan kalor selama reaksi berlangsung. Alat yang digunakan adalah kalorimeter. Prinsip utama dalam perhitungan entalpi berdasarkan percobaan menggunakan Asas Black yang berbunyi kalor yang diserap akan sama dengan kalor yang dilepas selama reaksi berlangsung. Rumus persamaannya : Q = m c ∆T atau Q = C ∆T Dimana , Q = Perubahan kalor (Joule) m = Massa (gram) c = Massa Jenis (Joule/gram) C = Kapasitas kalorimeter ∆T = Perubahan suhu (K)
39
Untuk reaksi yang melibatkan gas kalorimeter yang digunakan disebut kalorimeter boom (Suwandi, Subiyanto, Th Eka widiasih : 2009).
g.
Menentukan ∆H reaksi dengan Hukum Hess Tidak sema perubahan eltalphi dapat ditentukan dengan cara
eksperimen. Pada tahun 1840, ahli Kimia Jerman, Gerrmain Henry Hess, memanipulasi persamaan termokimia untuk menghitung entalpi dalam sebuah hukum yang disebut hukum Hess atau hukum penjumlahan kalor. Ia menyatakan bahwa “Jika suatu reaksi berlangsung dalam dua tahap reaksi atau lebih, maka perubahan entalpi untuk reaksi tersebut sama dengan jumlah perubahan entalpi dari semua tahapan”.Hukum Hess juga berbunyi “Entalpi reaksi tidak tergantung pada jalan reaksi melainkan tergantung pada hasil akhir reaksi”. Hukum Hess ini dapat digunakan untuk menentukan kalor reaksi yang tidak dapat diketahui secara langsung. Beberapa prinsip perhitungan persamaan termokimia menurut hukum Hess yang harus diperhatikan adalah 1) Jika suatu persamaan reaksi harus dibalik, maka ubah tanda ∆H. Contoh, Reaksi : H2(g) + O2(g) → H2O2(l)
∆H =–187,8 kJ
Dibalik: H2O2(l) → H2(g) + O2(g) ∆H = +187,8 kJ 2) Jika pada penjumlahan reaksi ada zat yang muncul di kedua ruas persamaan dengan fase zat sama, maka zat tersebut dapat dihilangkan. Contoh H2(g) + ½ O2(g) → H2O(g) ∆H = +241,80 kJ H2O(l) → H2(g) + ½ O2(g) ∆H = –285,85 kJ H2O(l) → H2O(g)
∆H = –44,05 kJ
secara umum ∆H reaksi dapat ditentukan dengan rumus ΔH°reaksi = ΣΔH°f (produk) – ΣΔH°f (pereaksi) dengan Σ menyatakan jumlah macam zat yang terlibat dalam reaksi. (Crys fajar Partana & Antuni Wiyarsih , 2009) h. Menentukan ∆H reaksi dengan energi Ikat
40
Energi ikatan atau energi dissosiasi merupakan energi yang diperlukan untuk memutuskan 1 mol ikatan molekul gas menjadi atomatomnya dalam fase gas. Energi ikat dapat dihitung dengan cara:
1) Energi Ikatan Rata-Rata Pada molekul diatom, energi ikatan disebut juga energi disosiasi, dilambangkan dengan D (dissociation). Energi ikatan didefinisikan sebagai jumlah energi yang diperlukan untuk memutuskan ikatan 1 mol suatu molekul dalam wujud gas. Contoh: H2(g) → 2 H(g)
DH–H = 436 kJ mol–1
Pada molekul beratom banyak, energi untuk memutuskan semua ikatan dalam molekul berwujud gas menjadi atom-atom netral berwujud gas dinamakan energi atomisasi. Besarnya energi atomisasi sama dengan jumlah semua energi ikatan dalam molekul. Ikatan yang diputuskan berasal dari molekul yang sama dan juga atom yang sama, tetapi karena lingkungan kimianya tidak sama, besarnya energi yang diperlukan menjadi berbeda. Oleh karena ikatan yang diputuskan dari atom-atom yang sama dan nilai energi ikatan tidak berbeda jauh maka nilai energi ikatan dirata-ratakan sehingga disebut energi ikatan rata-rata. Tabel 2.4 Energi ikatan rata-rata (kJ/mol) Atom-atom yang berikatan Jenis Ikatan H C N O S F Cl Br I Tunggal H 432 C 413 346 N 386 305 167 O 459 358 201 142 S 363 272 – – 226 F 465 485 283 190 284 155 Cl 428 327 313 218 255 249 240 Br 362 285 – 201 217 249 216 190 – I 295 213 – 201 278 208 175 149 Rangkap C 602 Dua N 615 418 O 799 607 494 532 S
41
Rangkap C tiga N
835 887
942
2) Menggunakan Data Energi Ikatan Nilai energi ikatan rata-rata dapat digunakan untuk menghitung perubahan entalpi suatu reaksi. Menurut Dalton, reaksi kimia tiada lain berupa penataan ulang atom-atom. Artinya, dalam reaksi kimia terjadi pemutusan ikatan (pada pereaksi) dan pembentukan kembali ikatan (pada hasil reaksi). Untuk memutuskan ikatan diperlukan energi. Sebaliknya, untuk membentuk ikatan dilepaskan energi. Selisih energi pemutusan dan pembentukan ikatan menyatakan perubahan entalpi reaksi tersebut, yang dirumuskan sebagai berikut. ΔHreaksi =ΣD(pemutusan ikatan) – ΣD(pembentukan ikatan) Dengan Σ menyatakan jumlah ikatan yang terlibat, D menyatakan energi ikatan rata-rata per mol ikatan. i. Kalor Pembakaran Bensin, minyak tanah, solar, dan LPG merupakan bahan bakar yang banyak digunakan, sebab dari proses pembakarannya menghasikan energi yang cukup besar. Selain bahan bakar dari minyak bumi telah dipikirkan pula bahan bakar alternatif sebab minyak bumi termasuk sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui. Bahan bakar alternatif misalnya alkohol dan gas hidrogen. Kalor pembakaran adalah kalor yang dibebaskan apabila 1 mol bahan bakar terbakar dengan sempurna dalam oksigen berlebihan. Contoh: CH4(g) + 2 O2(g) → CO2(g) + 2 H2O(l) C3H8(g) + 5 O2(g) → 3 CO2(g) + 4 H2O(l)
∆H = -889 kJ ∆H = -1364 kJ
Selain energi panas, pembakaran ada juga yang menghasilkan energi bunyi dan energi cahaya, seperti kembang api dan petasan Tabel 2.5 Harga kalor pembakaran beberapa bahan bakar Bahan Bakar Metana
Kalor Pembakaran kJ/mol 889
42
Propana Metanol Etanol Bensin Minyak Tanah
2217 725 1364 5464 8072
(Setiabudi dan Sunarya,2009) B. Penelitian Yang Relevan Sebagai bahan pendukung penilitian ini, maka perlu dikemukakan penilitian-penilitian terdahulu yang ada hubungannya dengan penelitian yang akan dilakukan agar dapat memberikan gambaran yang jelas. 1.
Septa Krisdiyanto (2010) dalam penelitiannya yang berjudul “ Pembelajaran Biologi Berbasis Masalah Melalui Model Proyek dan Inkuiri ditinjau dari Kreativitas dan Sikap Ilmiah Siswa”. Hasil penelitian menunjukan bahwa penerapan pada kelas X-4 SMA Muhammadiyah 1 Ponorogo berpengaruh lebih baik pada hasil belajar siswa pada materi Limbah dan Daur Ulang daripada Model proyek pada kelas X-3 SMA Muhammdiyah 1 Ponorogo, karena siswa dapat berpikir kritis dan positif. Relevansi penelitian yang dilakukan dengan penelitian oleh Septa Krisdiyanto
adalah
penggunaan
Model
inkuiri
dalam
proses
pembelajaran. Pada penelitian ini pula mengukur aspek kreativitas yang merupakan salah satu komponen dari Keterampilan Berpikir Tingkat tinggi yang akan diteliti. 2.
Esti Untari (2010) dalam penelitiannya yang berjudul “Pembelajaran Biologi Berbasis Masalah Melalui Model inkuiri terbimbing dan Inkuiri Bebas
Termodifikasi
ditinjau
Kemandirian Belajar” .
dari
Kemampuan
Memori
dan
Hasil penelitian menunjukan bahwa
Pembelajaran biologi pada materi pencemaran lingkungan di kelas XI SMA N 1 Surakarta menggunakan Model inkuiri terbimbing lebih efektif dibandingkan dengan Model inkuiri bebas termodifikasi karena siswa cenderung lebih aktif dan terara, berpikir secara bebas, dan terbuka
43
sehingga dapat memberikan kepuasan pada dirinya sendiri. Sedangkan pada inkuiri bebas termodifikasi hnya siswa yang pandai yang lebih aktif. Relevansi penelitian yang dilakukan dengan penelitian oleh Esti Untari adalah penggunaan Model inkuiri terbimbing dan inkuiri bebas termodifikasi dalam proses pembelajaran siswa SMA kelas XI SMA N 1 Surakarta . 3.
Yoranda Meinita Dwi Putri, I Wayan Dasna, dan Oktavia Sulistina dalam jurnal penelitian yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Guided Inquiri) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar dan Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi (High Order Thinking Skill) Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Malang Pada Pokok Bahasan Hidrokarbon” menyebutkan bahwahasil belajar siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing berbeda secara signifikan dengan siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran konvensional. Hasil belajar kognitif dan afektif siswa yang dibelajarkan dengan model inkuiri terbimbing lebih baik daripada model konvensional. Kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa yang dibelajarkan dengan model inkuiri terbimbing lebih tinggi dari model konvensional. Relevansi penelitian yang dilakukan dengan penelitian oleh Yoranda Meinita Dwi Putri, I Wayan Dasna, dan Oktavia adalah penggunaan Model inkuiri terbimbing dalam proses pembelajaran dan sama-sama mengukur Keterampilan Berpikir Tingkat tinggi siswa SMA kela XI
4.
Bakke M Matthew dan Igharo O Kenneth dalam jurnal internasional “A Study on the Effects of Guided Inkuiri Teaching Method on Students Achievment in Logic”menyebutkan bahwa siswa diajarkan menggunakan Model pengajaran inkuiri terbimbing lebih baik daripada yang diajarkan menggunakan masing-masing (ekspositori / kuliah) model konvensional dalam hal prestasi kognitif dalam hal logika. Hal ini didukung fakta bahwa pada pembelajaran inkuiri terbimbing sebelumnya disediakan dengan berbagai instruksi dan kegiatan. Ini bisa memberi mereka
44
kesempatan untuk mengerjakan proses investigasi belajar (yaitu berpikir kritis dan kemampuan kreatif) melalui interaksi dengan bahan dan anggota kelas Relevansi penelitian yang dilakukan dengan penelitian oleh Bakke M Matthew dan Igharo O Kenneth adalah penggunaan Model inkuiri terbimbing dalam proses pembelajaran. Pada penelitian ini pula mengukur aspek kemampuan logika yang merupakan salah satu komponen dari Keterampilan Berpikir Tingkat tinggi yang akan diteliti. 5.
Asri Widowati dalam jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan yang berjudul
“Peningkatan
kemampuan
Divergen
Thinking
dengan
menerapkan Modified Free Inkuiri dalam Pembelajaran Sains” menyebutkan bahwa pemebelajaran Modifeied Free Inquiri atau inkuiri bebas termodifikasi dapat meningkatkan kemampuan divergen thinking dibuktikan dengan peningkatan hasil tes siswa yang dilakuakn sebelum dan sesudah tindakan. Relevansi penelitian yang dilakukan dengan penelitian oleh Asri Widowati Kenneth adalah penggunaan Model inkuiri bebas termodifikasi dalam proses pembelajaran untuk mengukur kompleksitas siswa dalam berfikir. C. Kerangka Berfikir Berdasarkan teori-teori yang telah dikemukakan diats, dibuatlah pemikiran yang merangkaikan teori-teori tersebut sekaligus dapat menghasilkan jawaban sementara dari permasalahan yang dikemukakan. Adapun kerangka berpikir dalam penelitian ini adalah : 1.
Perbedaan Pengaruh penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing dan inkuiri bebas termodifikasi terhadap keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa Pembelajaran adalah kegiatan yang direncanakan guru sehingga terjadi
interaksi antara guru,siswa dan lingkungannya yang membantu siswa untuk mempelajari materi baru sehingga akan diperoleh kapabilitas terhadap materi tersebut.
45
Dalam memandang proses belajar, Bruner menekankan bahwa belajar bermakna hanya dapat terjadi melalui belajar penemuan. Pengetahuan yang diperoleh melalui belajar penemuan akan bertahan lebih lama dan memiliki efek transfer yang lebih baik. Jadi pengetahuan yang diperoleh melalui pencarian aktif akan dapat bertahan lama dalam ingatan siswa, mudah diaplikasikan pada situasi baru,
dan
akan
meningkatkan
motivasi
serta
penalaran
siswa
dalam
menyelesaikan masalah. Penerapan teori ini erat kaitannya dengan model pembelajaran Inkuiri yang berbasis pada penyelidikan dimana siswa dituntut aktif dalam menemukan konsepnya sendiri. Salah satu materi dalam pembelajaran Kimia kelas XI adalah Termokimia. Materi ini merupakan materi yang cukup kompleks karena memiliki banyak konsep yang bersifat abstrak terdiri dari konsep-konsep yang menuntut kemampuan berpikir tingkat tinggi, banyak menggunakan aplikasi matematis dan dapat diamati melalui percobaan untuk lebih meningkatkan pemahman konsep siswa. Pada materi termokimia berisi tentang beberapa persamaan, kekuatan ikatan dan hitungan kimia, oleh karena itu sebelum memasuki materi ini, siswa diharuskan telah memiliki kemampuan pengintegrasian yang baik dengan materi sebelumnya. Fakta tersebut memiliki kolerasi erat dengan teori dari Ausubel tentang advance organizer-nya. Penelitian ini menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing dan inkuiri bebas termodifikasi dengan melalui tahap-tahap yang melatih siswa untuk berpikir kritis, analitis, evaluatif, logis dan kreatif. Pembelajaran yang digunakan pada model inkuiri terbimbing dan inkuiri bebas termodifikasi ini bersifat konstruktivisme individu dan sosial. Jean Piaget dalam teori konstruktivisme individu menyatakan bahwa manusia memiliki struktur pengetahuan dalam otaknya yang memiliki pandangan makna berbeda dari masing-masing individu. Setiap pengalaman baru akan dihubungkan dengan struktur pengetahuan dalam otak manusia sehingga dapat dikatakan bahwa setiap manusia memiliki cara untuk membangun pengetahuannya sendiri. Sedangkan Vygotsky menekankan interaksi sosial dengan orang lain akan memacu pengkonstruksian ide-ide dan perkembangan intelektual, pada pembelajaran inkuiri terbimbing dan inkuiri bebas termodifikasi diperlukan interaksi sosial yang
46
kuat di dalam kelompok sehingga dapat membantu perkembangan kognitif siswa melalui teman sebaya. Dengan melatih siswa untuk aktif dalam membangun pengetahuannya dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, analitis, evaluatif, logis dan kreatif. 2.
perbedaanpengaruhpenerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing dan inkuiri bebas termodifikasi terhadap hasil belajar yang meliputi respon sikap dan keterampilan siswa Materi termokimia adalah materi yang kompleks, dalam pembelajaran
dapat dibuktikan dengan eksperimen. Keterampilan merupakan kemampuan untuk menggunakan akal, fikiran, ide dan kreatifitas dalam mengerjakan, mengubah ataupun membuat sesuatu menjadi lebih bermakna sehingga menghasilkan sebuah nilai dari hasil pekerjaan tersebut. Siswa terampil akan merasa tertantang untuk membuktikan konsep melalui praktikum atau dengan kreasi mereka sendiri. Bruner menyatakan bahwa belajar penemuan sesuai dengan pencarian aktif manusia untuk menemukan hasil yang lebih baik, melalui pembelajaran inkuiri terbimbing dan inkuiri bebas termodifikasi siswa akan membangun pengetahuannya
sendiri
melalui
pembelajaran
berbasis
penyelidikan
di
laboratorium, sehingga siswa akan terampil dalam cara kerja laboratorium, mencari pengetahuan berdasarkan fakta-fakta, analisis data bahkan merancang eksperimennya sendiri. Pembelajaran dengan pola yang demikian memerlukan keterampilan tinggi dalam prosesnya. Menurut Vigotsky interaksi sosial memegang peran penting bagi seorang individu
untuk
mengembangkan
kemampuan
intelektualnya.
Vigotsky
membedakan antara actual development dan potential development pada anak. actual development adalah kemampuan seorang anak melakukan sesuatu tindakan tanpa adanya bantuan dari orang dewasa atau guru sedangkan potential development adalah kemampuan seorang anak melakukan sesuatu dan memecahkan masalah dibawah petunjuk orang dewasa atau dengan kerjasama dengan teman sebayanya. Dalam penelitian ini menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing dan inkuiri bebas termodifikasi dengan menggunakan dua prinsip yang memiliki kolerasi dengan vigotsky yakni menempatkan peran guru
47
sebagai fasilitator atau dengan kerjasama antar teman sebaya dan melatih keterampilan individu tanpa bantuan dari orang lain. Ide penting dalam teori pembelajaran sosial Vigotsky adalah Scaffolding, yaitu memberikan sejumlah bantuan kepada anak pada tahap awal pembelajaran, kemudian menguranginya dan memberi kesempatan kepada anak untuk mengambil alih tanggungjawab sehingga menumbuhkan sikap terampil dalam diri siswa dan sikap kerjasama yang baik. Sikap adalah suatu kecenderungan atau
kesediaan seseorang baik
berupa perasaan, pikiran dan tingkah laku untuk bertindak dengan cara tertentu terhadap suatu objek atau situasi tertentu.Menurut teori Piaget, siswa SMA yang berumur antara 16-18 tahun berada pada tahap operasi formal dimana siswa sudah mampu berfikir secara adolensi untuk menyikapi setiap tindakan,tanggungjawab yang ia miki serta resiko dalam setiap resiko yang ia ambil. Dalam kurikulum 2103 penekanan istilah belajar tidak hanya berbatas pada ranah pengetahuan siswa sebagai evaluatif akhir melainkan juga pada keberjalanan proses yang mengedepankan dua aspek lainnya yakni sikap dan keterampilan. Kemampuan terampil siswa yang tinggi ditunjang dengan sikap yang baik berhubungan signifikan dnegan perolehan hasil belajar yang lebih baik. D. Hipotesis 1.
Adapengaruhpenerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing dan inkuiri bebas termodifikasi terhadap keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa SMA N 1 Sukoharjo
2.
Ada pengaruhpenerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing dan inkuiri bebas termodifikasi terhadap hasil belajar yang meliputi respon sikap dan keterampilan siswa SMA N 1 Sukoharjo