BAB II LANDASAN TEORI 2.1 MANAJEMEN LOGISTIK 2.1.1 PENGERTIAN

Download 2.1.1 Pengertian Manajemen Logistik. Secara historis dalam logistik atau distribusi fisik ini tercangkup dua kegiatan ... Manajemen Logisti...

0 downloads 469 Views 446KB Size
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Logistik 2.1.1 Pengertian Manajemen Logistik Secara historis dalam logistik atau distribusi fisik ini tercangkup dua kegiatan utama yaitu pengangkutan dan penyimpanan. Biasanya, kegiatan pengangkutan dan penyimpanan dipandang sebagai kegiatan yang terpisah. Menurut Swastha (1990:321) pengangkutan adalah pemindahan barang melalui suatu jalan atau jalur yang mengambil tempat di antara lembaga-lembaga saluran atau antara lembaga saluran dengan konsumen. Sedangkan, penyimpanan atau penggudangan merupakan pengamanan barang-barang selama dibutuhkan. Manajemen logistik merupakan aliran barang secara baik, efektif dan efisien mulai dari pengiriman barang dari pemasok atau supplier ke toko, penyimpanan yang baik di dalam gudang, pendistribusiannya hingga barang tersebut sampai kepada konsumen untuk dikonsumsi, selain itu juga di dalam manajemen logistik memiliki jasa pelayanan serta informasi mengenai produk yang dimilikinya di dalam penjualan barang. Manajemen Logistik merupakan suatu tanggungjawab untuk membuat dan mengatur sistem guna mengatasi aliran bahan baku dan barang jadi (Swasta, 1990:322).

9

The Council of Logistic Management (1998) mendefinisikan Manajemen Logistik merupakan bagian dari proses Supply Chain yang berfungsi untuk merencanakan, melaksanakan dan mengendalikan keefisienan dan keefektifan aliran dan penyimpanan barang, pelayanan dan informasi terkait dari titik permulaan (point of origin) hingga titik konsumsi (point of consumption) dalam tujuannya untuk memenuhi kebutuhan para pelanggan. Menurut Swasta (1990) manajemen logistik mempunyai tugas lain yaitu dengan menentukan macam sistem logistik yang dipakai, memilih logistik privat atau logistik agen, memilih jenis alat angkutan umum, mendisain organisasi logistik, menentukan logistik mix menentukan operasi gudang, menentukan operasi gudang. Menurut Bowesox (2002:13) manajemen Logistik adalah unik karena ia nerupakan satu aktivitas perusahaan yang tertua tetapi juga termuda. Aktivitas logistik (lokasi fasilitas, transportasi, inventarisasi, komunikasi, dan pengurusan dan penyimpanan) telah dilaksanakan orang semenjak awal spesilisasi komersil. Pendapat Ballou (2004) mengenai definisi dari logistik adalah “Logistic or Supply Chain is a collection funtional activities (transportation, inventory, control, etc.) which are repeated many times throughout the chanel through which raw materials are converted into finished products and consumer value is added.”

10

Logistik atau Supply Chain adalah kegiatan pengumpulan fungsional (transportasi, persediaan, kontrol, dll) yang diulang berkalikali di seluruh chanel di mana bahan baku diubah menjadi produk jadi dan nilai konsumen ditambahkan. Logistik merupakan suatu bagian yang integral dalam kegiatan saluran. Adapun tugas umum dari manajemen logistik adalah mengadakan keseimbangan antara biaya dan penghasilan untuk mencapai laba tertentu (Swastha,1990:322) Logistik merupakan suatu istilah yang dipinjam dari militer yang menjelaskan suatu proses secara strategik mengelola aliran efisien dan penyimpanan sejumlah bahan mentah, persediaan dalam proses, dan persediaan barang jadi dari titik asal sampai ke titik konsumsi ( Daniel, 2001:31) Menurut Bowersox (2002:13) logistik merupakan proses pengelolaan yang strategis terhadap pemindahan dan penyimpanan barang, suku cadang dan barang jadi dari para suplaier, di antara fasilitas-fasilitas perusahaan dan kepada para langganan. Menurut Simamora (2000:730) distribusi fisik atau logitik ini melibatkan perencanaan, penerapan dan pengendalian arus fisik bahanbahan baku dan barang jadi dari titik asal ke titik konsumen untuk memenuhi kebutuhan pelanggan pada keuntungan tertentu.

11

2.1.2 Sektor Logistik ASEAN Logistik meliputi beragam subsektor yang bisa dikelompokan ke tiga kelompok (US International Trade Commission 2005) (Hollweg and Wong,2009) : a.

Manajemen transportasi dan jasa konsultasi supply chain, yang termasuk

di

dalamnya

desain

jaringan

(network

design),

pengembangan strategi distribusi, penyimpanan, pergudangan, penanganan kargo, jasa agensi transportasi dan perantara kepabeanan. b.

Jasa yang terkait dengan freight logistics services, termasuk subsector maritim, inland waterways, udara, kereta api, dan jasa transportasi jalan raya.

c.

Jasa termasuk sejumlah input lainnya atau nilai tambah, termasuk jasa perdagangan ritel dan pemasok besar, jasa pengepakan, real state, dan jasa konsultasi manajemen

12

Struktur pajak tidak langsung

Investasi infrastruktur transportasi

Peningkatan permintaan jasa 3PL

Tenaga kerja berkualitas

Penggerak pertumbuhan

Pengakuan manajemen logistik sebagai tool

Globalisasi sistem manufaktur

Gambar 2.1 Sektor Logistik-Penggerak Pertumbuhan Sumber: Deloitte,2009 (dalam buku Kesiapan Indonesia Menuju Pasar Tunggal dan Basis Produksi ASEAN:2015)

Sektor

Logistik

berperan

penting

dalam

upaya

untuk

menciptakan industri dan perekonomian yang kompetitif. Sektor logistik juga berperan penting dalam upaya menggerakan perekonomian secara umum sebagaimana dijelaskan dalam Gambar 2.1 yang menjelaskan peranan sektor logistik dalam menggerakan pertumbuhan ekonomi. Jalur pertumbuhan dari sektor logistik ini bisa melalui berbagai

saluran,

seperti

investasi

infrastuktur

transportasi,

globalization sistem pengolahan, tenaga kerja yang berkualitas, dan tumbuhnya perusahaan third party logistic (3PL). Biaya logistik merupakan fungsi langsung dari infrastruktur transportasi suatu negara dan profesionalisme dalam memberikan jasa logistik (Deloitte, 2009) Pengiriman yang efisien pada jasa logistik ditunjukan dengan kemampuan memindahkan atau mentransfer barang dan jasa secara

13

cepat, bisa diandalkan, dan harga yang murah. Ketersediaan jaringan transportasi lokal, nasional, dan internasional mempengaruhi biaya transportasi dan kemudahan penggerakan barang. Jaringan logistik atau transportasi menentukantingkat konektivitas antara importor dan eksportir pada waktu yang tepat dan harga yang murah (Hanouz and Geiger, 2010) Pada tahun 2004, negara ASEAN setuju untuk menentukan sektor prioritas dalam The ASEAN Framework Agreement for the Integration of Priority Sectors sebagai upaya untuk meliberalisasi sektor tersebut. Dibulan Agustus 2007, ASEAN menambahkan logistik sebagai salah satu sektor prioritas dan menyetujui ASEAN Sectoral Integration Protocol for Logistics Services Sector. Dalam hubungannya dengan liberalisasi sektor logistik, ASEAN’s Logistics Protocol mencangkup empat komponen pokok yaitu: a.

Kepabeanan atau fasilitas transportasi dengan komponen utamanya adalah adopsi standar internasional yang dibentuk oleh WTO dan WCO.

b.

Peningkatan kemampuan penyedia jasa logistik melalui berbagai fasilitas perdagnagan dan logistik juga asistensi kepada penyedia jasa logistik di ASEAN, termasuk di dalamnya dukungan terhadap usaha kecil dan menengah dan pembentukan jaringan di antara sesama penyedia jasa logistik di ASEAN.

c.

Pengembangan sumber daya manusia untuk petugas logistik dan

14

kepabeanan dan termasuk sektor swasta; d.

Infrastruktur dan investasi, dengan pembangunan koridor logistik transportasi ASEAN.

2.1.3 Proses Logistik menurut Saluran Menurut Revzan (dalam buku Manajemen Pemasaran Modern, 1990:285) mengatakan bahwa saluran merupakan suatu jalur yang dilalui oleh arus barang-barang dari produsen ke perantara akhirnya sampai pada pemakai. Menurut

Walters

(dalam

buku

Manajemen

Pemasaran

Modern,1990:286) mengatakan bahwa saluran merupakan sekelompok pedagang dan agen perusahaan yang mengkombinasikan antara pemindahan fisik dan nama dari suatu produk untuk menciptakan kegunaan bagi pasar tertentu. Menurut American Marketing Assosiation saluran merupakan suatu struktur unit organisasi dalam perusahaan dan luar perusahaan yang terdiri atas agen,dealer, pedagang besar, dan pengecer, melalui mana suatu produk atau jasa dipasarkan. Saluran logistik terdiri dari sejumlah perusahaan independen yang bersama-sama menyerahkan produk dan berbagai material ke lokasi yang tepat pada waktu yang tepat. Sejumlah fungsi harus dilaksanakan secara bersama-sama oleh anggota saluran ini dalam proses logistik tersebut.

15

Arus logistik dalam suatu saluran adalah ibarat mekanisme gigi kunci inggris. Gerakan fisik yang paling ekonomis adalah gerakan satu arah yang menuju kepada lokasi terakhir nasabah. Menurut Simamora (2000:731) dari sudut distribusi fisik atau logistik, layanan pelanggan adalah kemampuan sistem saluran untuk memuaskan kebutuhan pelanggan, pemakai industrial, atau perantara saluran (seperti para pengecer) dalam hal-hal: a) Waktu siklus pesanan, yang mengacu kepada seberapa lama perusahaan menerima, memproses, dan menhirimkan sebuah pesanan. b) Keteladanan,

yang

berkaitan

dengan

konsistensi/keandalan

pengiriman. Hal ini kemungkinan merupakan elemen yang paling penting dari layanan distribusi-terutama bagi perusahaan yang menerapkan sistem tepat waktu. c) Komunikasi yang terjadi diantara pembeli dan penjual, yang memungkinkan kedua belah pihak memecahkan masalah pada tahap yang sangat dini. d) Kemudahan,

berarti

bahwa

sistem

cukup

luwes

untuk

mengakomodasikan kebutuhan khusus dari pelanggan yang berbeda.

16

Saluran logistik yang paling umum adalah kombinasi antara logistik sendiri dan logistik umum dengan jalur sebagai berikut:

Produsen

Gudang umum

Gudang sendiri

Alat angkut umum

Alat angkut sendiri

Pedagang besar dan pengecer

Gambar 2.2 Metode Pengkombinasian Logistik

Menurut

Irawan

(1990:323)Manajer

logistik

mempunyai

beberapa pilihan untuk mengadakan kombinasi antara pengangkutan dan penyimpanan dalam saluran pemasaran. Gambar 2.2 menunjukan suatu gambaran tentang pilihan tersebut. Dalam hal ini terdapat tiga macam pilihan yakni: a. Memindahkan barang-barang seluruhnya dengan alat sendiri. b. Menggunakan agen untuk melaksanakan kegiatan logistik. c. Menggunakan beberapa kombinasi antara logistik umum ddan logistik sendiri.

17

2.1.4 Komponen-komponen sistem logistik Berjalannya kegiatan logistik tentu saja didukung oleh komponen-komponen yang ada dalam sistem logistik tersebut. Menurut Bowersox(2002:63) di dalam sistem logistik terdapat komponenkomponen yang antara lain terdiri dari: a)

Struktur lokasi fasilitas Jaringan fasilitas suatu perusahaan merupakan serangkaian lokasi ke mana dan melalui mana material dan produk diangkut. Untuk tujuan perencanaan, fasilitas-fasilitas tersebut meliputi pabrik, gudang, dan toko pengecer. Jika digunakan jasa khusus dari perusahaan pengangkutan atau gudang, maka fasilitas ini merupakan bagian terpenting dari jaringan kerja tersebut.

b)

Transportasi Kecepatan

pelayanan

transport

adalah

waktu

yang

dibutuhkan untuk menyelesaikan pengangkutan. Kecepatan itu berkaitan dengan transport yang mampu memberikan pelayanan yang lebih cepat dan tarif tinggi, selain itu berkaitan pada lebih cepat pelayanan maka lebih pendek waktu produksi barangnya. c)

Persediaan Pengadaan material dilaksanakan dalam sistem logistik untuk alasan yang berbeda dengan pengadaan produk jadi. Dengan pentahapan

waktu

MRP,

tuijuan

yang

terpenting

adalah

18

mempertahankan kontinuitas jadwal produksi dengan komitmen yang minimum pengadaan persedian. d) Komunikasi Komunikasi adalah kegiatan yang tidak boleh diabaikan dalam sistem logistik. Kecepatan arus informasi itu juga berkaitan langsung

dengan

integrasi

dari

fasilitas,

transportasi

dan

persediaan. Semakin efisien desain sistem logistik suatu perusahaan maka akan semakin peka terhadap gangguan dalam arus informasi. e)

Penanganan (handling) dan penyimpanan. Dalam arti luas, penanganan dan penyimpanan ini meliputi pergerakan atau movement, pengepakan, dan containerization (pengemasan). Jadi semakin sedikit produk ditangani maka semakin terbatas atau efisien arus total fisiknya. Jika diintegrasikan secara efektif maka handling dapat mengurangi masalah dengan kecepatan dan kemudahan melalui sistem tersebut. Dalam konteks yang strategis, fokus pusat pada logistik adalah

komitmen pada persediaan. Produk dan material dipandang sebagai kombinasi dari kegunaan bentuk, waktu, tempat dan pemilikan. Jika sebuah perusahaan tidak secara konsisten memenuhi kebutuhan waktu dan tempat, maka ia tidak secara efisien dicapai, sehingga laba dan pengembalian atas investasi akan dibahayakan.

19

2.2 Manajemen Produksi 2.2.1 Pengertian Produksi Produksi adalah salah satu faktor penting dalam kegiatan suatu perusahaan yang berhubungan untuk menciptakan atau menghasilkan barang atau jasa. Pengertian produksi atau operasi dapat lebih luas dan jelas dari beberapa definisi yang dikemukakan oleh beberapa ahli: Menurut Assauri dalam bukunya “Manajemen Produksi dan Operasi” (2004:10) mengemukakan bahwa pengertian produksi dan operasi dalam arti luas sebagai suatu kegiatan yang mentransformasikan masukan (input) menjadi hasil keluaran (output) tercakup semua kegiatan yang menghasilkan barang dan jasa serta kegiatan lain yang mendukung atau menunjang usaha untuk menghasilkan produk tersebut. Pengertian produksi menurut Prawirosentono dalam bukunya yang berjudul “Manajemen Operasi” (2001:1)mengatakan bahwa produksi adalah proses kegiatan yang mengubah bahan baku menjadi barang lain yang mempunyai nilai tambah lebih tinggi. Sedangkan menurut Jay dan Renderdalam bukunya “Operations and Productivity” (2001:4)mengatakan bahwa:Productions is the creation of goods and services”. Berdasarkan definisi-definisi di atas dapat dijelaskan bahwa pengertian

produksi

atau

operasi

adalah

suatu

kegiatan

mentransformasikan input menjadi outputtermasuk segala kegiatan

20

menghasilkan barang dan jasa serta kegiatan lainnya yang mendukung dengan menggunakan sumber daya yang dimiliki 2.2.2 Tugas dan Fungsi Manajemen Produksi Menurut

Taylor

(1990)

manajemen

produksi

semakin

berkembang dan memiliki 4 tugas yaitu meliputi: a.

Pengembangan terhadap ilmu pengetahuan bagi masing-masing unsur dari kerja untuk mengganti metode kerja yang telah dipraktekan.

b.

Seleksi secara ilmiah, latihan dan pengembangan para pekerja untuk membagikan kesempatan para pekerja untuk memilih spesilisasinya yang paling tepat bagi dirinya.

c.

Pengembangan terhadap semangat dan mental para pekerja dengan pendekatan antara pekerja dan manajer untuk menuimbulkan suasana kerja yang baik.

d.

Pembagian kerja dan tanggung jawab yang seimbang terhadap semua pekerja maupun manajer. Bidang ini merupakan pembagian kerja antara pekerja dan manajer yang merupakan bagian yang penting di dalam perencanaan dan pengawasan. Menurut Gitosudarmo (1976:13) di dalam manajemen produksi

terdapat fungsi pengawasan yang meliputi: a.

Supervisi yang menjamin agar kegiatan dilaksanakan dengan baik.

b.

Pembandingan berusaha mengecek apakah hasil kerja sesuai dengan yang dikehendaki.

21

c.

Koreksi berusaha menghilangkan kesulitan atau penyimpangan baik daripada pekerjaan maupun merubah rencana yang dipandang

2.3 Strategi Saluran Distribusi 2.3.1 Fungsi-fungsi saluran distribusi Saluran distribusi adalah jaringan organisasi yang melakukan fungsi-fungsi yang menghubungkan rodusen dengan pengguna akhir. Saluran distribusi terdiri dari berbagai lembaga atau badan yang saling tergantung dan saling berhubungan, yang berfungsi sebagai suatu sistem atau jaringan, yang bersama-sama berusaha menghasilkan dan mendistribusikan sebuah produk ke pengguna akhir (Cravens:28). Untuk

menyampaikan

produk-produk

dari

produsen

ke

pengguna akhir diperlukan beberapa fungsi. Fungsi-fungsi saluran distribusi diantaranya terdiri dari : 1.

Transportasi. Transportasi menghilangkan jarak di antara pembeli dan penjual. Ini dilakukan dengan fungsi distribusi fisik.

2.

Pemrosesan dan penyimpanan barang. Ini menyangkut pemecahan jumlah yang besar menjadi pesanan individual,sambil tetap menjaga persediaan dan mengumpulkan pesanan untuk dikirimkan.

3.

Periklanan dan promosi penjualan. Mengkomunikasikan ketersediaan, tempat,dan ciri-ciri produk.

4.

Penetapan harga.

22

Menetepakan basis pertukaran diantara penjual dan pembeli. 5.

Pengurangan resiko Dilakukan melalui mekanisme seperti asuransi, kebijakan retur yang kemungkinan terjual di masa depan.

6.

Komunikasi Mencangkup kontak penjualan langsung, pesanan tertulis dan konfirmasi, dan arus informasi antara penjual dan pembelian.

2.4 Efisiensi dan Efektifitas 2.4.1 Pengertian Efisiensi Efisiensi dan efektivitas merupakan 2 macam kriteria yang biasa digunakan untuk menentukan prestasi suatu pusat pertanggungjawaban. Menurut Dearden yang di terjemahkan oleh agus Maulana dalam

bukunya

yang

berjudul

“Sistem

Pengendalian

Manajemen”,pengertian efisiensi adalah kemampuan suatu unit usaha untuk mencapai tujuan yang diinginkan, efisiensi selalu dikaitkan dengan tujuan organisasi yang harus dicapai oleh perusahaan(Maulana, 1992:46). Dalam kamus besar (1995:250) pengertian efisiensi adalah kemampuan menjalankan tugas dengan baik dan tepat (dengan tidak membuang-buang waktu,tenaga dan biaya). Pengertian efisiensi itu sendiri telah didefinisikan oleh banyak pakar ekonomi dan manajemen, diantara adalah pengertian Efisiensi menurut Hasibuan(1994:07) yaitu perbandingan terbaik antara input

23

(masukan ) dan output (hasil), antara keuntungan dengan biaya (antara hasil pelaksanaan dengan sumber yang digunakan), seperti halnya juga hasil optimal yang dicapai dengan penggunaan sumber yang terbatas. Sedangkan menurut Supriyono (1997:35) dalam bukunya yang berjudul “Akuntansi Manajemen II” mendefinisikan efisiensi adalah juka suatu unit dapat bekerja dengan baik, sehingga dapat mencapai hasil atau tujuan yang diharapkan. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa efisiensi merupakan kemampuan perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya untuk memperoleh hasil tertentu dengan menggunakan masukan (input yang serendah-rendahnya) untuk menghasilkan suatu keluaran (output), dan juga merupakan kemampuan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan dengan benar. Suatu pusat pertanggungjawaban dikatakan efisiensi jika pusat pertanggungjawaban tersebut : a.

Menggunakan sumber, atau biaya atau masukan lebih kecil untuk menghasilkan keluaran dalam jumlah yang sama.

b.

Mengguanakan sumber, atau biaya, atau masukan yang sama untuk menghasilkan keluaran dalam jumlah yang lebih besar.

24

2.4.2 Perbandingan Efisiensi dari Segi Usaha dan Segi Hasil Efisiensi adalah suatu asas dasar tentang perbandingan terbaik antara suatu usaha dengan hasilnya (Gie, 2000:171). Perbandingan itu dapat dilihat dari dua segi, yaitu: a. Segi Usaha. Suatu kegiatan dapat dikatakan efisien kalau sesuatu hasil tertentu tercapai dengan usaha yang sekecil-kecilnya. Pengertian usaha dapat dikembalikan pada lima unsur yang dapat juga disebut sumber-sumber kerja, yaitu pikiran, tenaga, waktu, ruang, dan benda (termasuk uang).

B Usaha Lebih Kecil

Hasil Tertentu

C Usaha Terkecil Gambar 2.3 Efisiensi Kerja dari Segi Usaha Sumber: Gie,2000 (dalam buku Manajemen Perkantoran Efektif, Efisien dan Profesional)

Usaha huruf C adalah yang efisien karena memberikan perbandingan yang terbaik dilihat dari sudut usaha, yaitu paling sedikit mengeluarkan lima sumber kerja untuk mencapai hasil tertentu yang diharapkan.

25

b. Segi Hasil. Suatu kegiatan dapat disebut efisien kalau dengan suatu usaha tertentu memberikan hasil yang sebanyak-banyaknya, baik mengenai mutunya ataupun jumlah satuan hasil itu

A Hasil Tertentu

Usaha Tertentu

B Hasil Lebih Besar

C Hasil Terbesar Gambar 2.4 Efisiensi Kerja dari Segi Hasil Sumber: Gie,2000 (dalam buku Manajemen Perkantoran Efektif, Efisien dan Profesional)

Hasil huruf C adalah yang efisien karena menunjukan perbandingan yang terbaik ditinjau dari sudut hasil yang paling besar mengenai jumlah atau mutunya. 2.4.3 Pencapaian Efisiensi Kerja Sedarmayanti (2001:114) menyatakan bahwa efisiensi kerja dapat tercapai apabila: a.

Berhasil Guna atau Efektif.

26

Yaitu untuk menyatakan bahwa kegiatan telah dilaksanakan dengan tepat artinya target tercapai sesuai waktu yang ditetapkan. b.

Ekonomis. Dalam usaha mencapai efektifitas yang termaksud, maka biaya tenaga kerja, material, peralatan, waktu, ruangan dan lain-lainya, telah dipergunakan dengan setepat-tepatnya.

c.

Pelaksanaan Kerja dapat Dipertanggungjawabkan. Yaitu untuk membuktikan bahwa dalam pelaksanaan kerja, sumber-sumber telah dimanfaatkan dengan setepat-tepatnya dan dilaksankan dengan penuh tanggung jawab sesuai dengan yang ditetapkan.

d.

Pembagian Kerja Nyata. Yakni berdasarkan pemikiran bahwa tidak mungkin manusia seorang diri mengerjakan segala macam pekerjaan dengan baik, sebab bagaimanapun juga kemauan setiap orang pasti terbatas (real and factual distribution of work/DW). Oleh sebab itu harus ada pembagian kerja yang nyata yaitu benar-benar berdasarkan beban kerja (volume of work/VW). Ukuran kemampuan kerja dan waktu yang tersedia.

e.

Rasionalitas Wewenang dan Tanggung Jawab. Artinya jangan sampai terjadi seseorang mempunyai wewenang yang lebih besar dan tanggung jawabnya. Wewenang harus sama dan seimbang dengan tanggung jawabnya.

27

f.

Prosedur Kerja Praktis, Bekerja, dan dapat dilaksanakan . Yaitu pelaksanaan kerja yang dapat dipertanggungjawabkan serta pelayanan kerja yang memuaskan tersebut haruslah merupakan kegiatan operasional yang dapat dilaksanakan dengan lancar. Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa

efisiensi kerja akan tercapai apabila berhasil guna atau efektif, ekonomis,

pelaksanaan

kerjanya

dapat

dipertanggungjawabkan,

terdapat pembagian kerja yang nyata, rasionalitas wewenang dan tanggung jawab, terdapat keseimbangan, serta terdapat prosedur yang praktis yang dapat dipahami oleh seluruh pegawai lingkungan kantor. 2.4.4 Pengertian Efektifitas. Menurut

Mahmudi

(2005:92)

mendefinisikan

efektifitas

merupakan hubungan antara output dengan tujuan, semakin besar kontribusi

(sumbangan)

output

terhadap

pencapaian

tujuan,

makasemakin efektif organisasi, program atau kegiatan Efektivitas berfokus pada outcome (hasil), program, atau kegiatan yang dinilai efektif apabila output yang dihasilkan dapat memenuhi tujuan yang diharapkan atau dikatakan spending wisely. Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka efektivitas adalah menggambarkan seluruh siklus input, proses dan output yang mengacu pada hasil guna daripada suatu organisasi, program atau kegiatan yang menyatakan sejauhmana tujuan (kualitas, kuantitas, dan waktu) telah dicapai, serta ukuran berhasil tidaknya suatu organisasi

28

mencapai tujuannya dan mencapai target-targetnya. Hal ini berarti, bahwa pengertian efektivitas yang dipentingkan adalah semata-mata hasil atau tujuan yang dikehendaki. Menurut pendapat Markus Zahnd dalam bukunya Perancangan Kota Secara Terpadu mendefinisikan efektivitas dan efisiensi, sebagai berikut: “Efektivitas yaitu berfokus pada akibatnya, pengaruhnya atau efeknya,sedangkan efisiensi berarti tepat atau sesuai untuk mengerjakan sesuatudengan tidak membuang-buang waktu, tenaga dan biaya”.(Zahnd, 2006:200-2001) Berdasarkan penjelasan di atas, bahwa efektivitas lebih memfokuskan pada akibat atau pengaruh sedangkan efisiensi menekankan pada ketepatan mengenai sumber daya, yaitu mencakup anggaran, waktu, tenaga, alat dan cara supaya dalam pelaksanaannya tepat waktu. Lebih lanjut menurut Agung Kurniawan dalam bukunya Transformasi Pelayanan Publik mendefinisikan efektivitas, sebagai berikut: “Efektivitas adalah kemampuan melaksanakan tugas, fungsi (operasi kegiatan program atau misi) daripada suatu organisasi atau sejenisnya yang tidak adanya tekanan atau ketegangan diantara pelaksanaannya”.(Kurniawan, 2005:109). Sehubungan dengan hal-hal yang dikemukakan di atas, maka secara singkat pengertian daripada efisiensi dan efektivitas adalah, efisiensi berarti melakukan atau mengerjakan sesuatu secara benar, , sedangkan efektivitas melakukan atau mengerjakan sesuatu tepat pada sasaran. Tingkat efektivitas itu sendiri dapat ditentukan oleh

29

terintegrasinya sasaran dan kegiatan organisasi secara menyeluruh, kemampuan

adaptasi

dari

organisasi

terhadap

perubahan

lingkungannya. Mengaju pada penjelasan diatas, maka untuk mencapai tujuan organisasi secara efektif perlu adanya harmonisasi kemampuan sumberdaya dengan menggunakan sarana yang lain sehingga sasaran yang akan dacapai menjadi jelas.Pencapaian sasaran tersebut dapat dikatakan efektif apabila adanya keharmonisan. Setiap pekerjaan pegawai dalam organisasi sangat sangat menentukan bagi pencapaian hasil kegiatan seperti yang telah direncanakan terlebih dahulu. Untuk itu faktor keefektifannya banyak mempengaruhi kepada kemampuan aparatur dan organisasi dalam melaksanakan tugas dan kewenangannya. Tingkat pencapaian tujuan aparatur dalam suatu organisasi dikatakan efektif apabila pencapaian itu sesuai dengan tujuan organisasi dan memberikan hasil yang bermanfaat.

30

2.4.5 Ukuran Efektifitas Menurut pendapat Gibson Ivancevich Donnelly dalam bukunya Prilaki, Struktur, Proses (1996:34) menyebutkan bahwa ukuran efektivitas organisasi, sebagai berikut : a.

Produksi adalah merupakan kemampuan organisasi untuk memproduksi jumlah dan mutu output sesuai dengan permintaan lingkungan.

b.

Efesiensi adalah merupakan perbandingan (ratio) antara output dengan input.

c.

Kepuasaan adalah merupakan ukuran untuk menunjukan tingkat dimana organisasi dapat memenuhi kebutuhan masyarakat.

d.

Keunggulan adalah tingkat dimana korganisasi dapat dan benarbenar tanggap terhadap perubahan internal dan eksternal.

e.

Pengembangan

adalah

merupakan

mengukur

kemampuan

organisasi untuk meningkatkan kapasitasnya dalam menghadapi tuntutan masyarakat. Sehubungan dengan hal-hal yang dikemukakan di atas, maka ukuran

efektivitas

organisasi

merupakan

suatu

standar

akan

terpenuhinya mengenai sasaran dan tujuan yang akan dicapai serta menunjukan pada tingkat sejauh mana organisasi, program/kegiatan melaksanakan fungsi-fungsinya secara optimal. Membahas masalah ukuran efektivitas memang sangat bervariasi tergantung dari sudut terpenuhinya beberapa kriteria akhir.

31

2.4.6 Pendekatan Efektivitas Gibson (2000:38) mengungkapkan tiga pendekatan mengenai efektivitas yaitu: a.

Pendekatan Tujuan Pendekatan tujuan efektivitas

untuk mendefinisikan dan mengevaluasi

merupakan

pendekatan

tertua

dan

paling luas

digunakan. Menurut pendekatan ini, keberadaan organisasi dimaksudkan untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Pendekatan tujuan menekankan peranan sentral dari pencapaian tujuan sebagai kriteria untuk menilai efektifitas serta mempunyai pengaruh kuat atas pengembangan teori dan praktik manajemen dan perilaku organisasi,

tetapi

sulit

memahami

bagaimana

bagaimana

melakukannya. Alternatif terhadap pendekatan tujuan ini adalah teori sistem. b.

Pendekatan Teori Sistem Teori ini menekankan pada pertahanan elemen dasar masukan proses pengeluaran dan mengadaptasi terhadap lingkungan yang lebih luas yang menopang organisasi.

c.

Pendekatan Multiple Constituency Pendekatan ini adalah perspektif yang menekankan pentingnya hubungan relatif diantara kepentingan kelompok individual suatu organisasi.

Dengan

pendekatan

yang

memungkinkan

32

mengkombinasikan tujuan pendekatan sistem guna memperoleh pendekatan yang lebih tepat bagi efektifitas organisasi. Robbins (1994:54) mengungkapkan juga mengenai pendekatan dalam efektivitas organisasi: a. Pendekatan pencapaian tujuan (goal attainment approach). Pendekatan ini memandang bahwa keefektifan organisasi dapat dilihat dari pencapaian tujuannya (ends) daripada caranya (means). Kriteria

pendekatan

memaksimalkan

laba,

yang

populer

memenangkan

digunakan persaingan

adalah dan

lain

sebaginya. Metode manajemen yang terkait dengan pendekatan ini dekenal dengan Manajemen By Objectives (MBO) yaiutu falsafah manajemen yang menilai keefektifan organisasi dan anggotanya dengan cara menilai seberapa jauh mereka mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. b. Pendekatan sistem. Pendekatan

ini

menekankan

bahwa

untuk

meningkatkan

kelangsungan hidup organisasi, maka perlu diperhatikan adalah sumber daya manusianya, mempertahankan diri secara internal dan memperbaiki struktur organisasi dan pemanfaatan teknologi agar dapat berintegrasi dengan lingkungan yang darinya organisasi tersebut memerlukan dukungan terus menerus bagi kelangsungan hidupnya.

33

c.Pendekatan konstituensi-strategis. Pendekatan ini menekankan pada pemenuhan tuntutan konstituensi itu di dalam lingkungan yang darinya orang tersebut memerlukan dukungan yang terus menerus bagi kelangsungan hidupnya. d. Pendekatan nilai-nilai bersaing. Pendekatan ini mencoba mempersatukan ke tiga pendekatan diatas, masing-masing didasarkan atas suatu kelompok nilai. Masingmasing didasarkan atas suatu kelompok nilai. Masing-masing nilai selanjutnya lebih disukai berdasarkan daur hidup di mana organisasi itu berada.

34

BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian menurut Sugiyono dalam buku “Metode Penelitian Kuantatif, Kualitatif, dan R&D” (2012:2) menyatakan bahwa metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan keguanaan tertentu. Suatu penelitian kualitatif dirancang agar hasil penelitiannya memiliki kontribusi terhadap teori dengan ini penelitian kualitatif memiliki keunikan tersendiri sehingga berbeda dengan penelitian kuantitatif. Penelitian ini dilakukan penulis dengan cara pendekatan kualitatif yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata atau lisan dari yang diamati oleh penulis. Metode ini terdiri dari : 3.1 Desain Penelitian Menurut Umar (2005:84-85) desain penelitian merupakan Rencana dan struktur penyelidikan yang dibuat sedemikian rupa agar diperoleh jawaban atas pertanyaan-pertanyaan penelitian. Pada penelitian ini dilakukan secara langsung atau studi kasus terhadap objek yang di teliti dan memfokuskan pada suatu masalah mengenai Strategi Logistik Produk Furniture pada PT Jati Agung Arsitama dalam Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). 3.2 Jenis Data 3.2.1 Jenis Data a) Data Primer

35

Menurut Sugiyono (2012:137) data primer merupakan sumber data yang berlangsung memberikan data kepada pengumpul data. Data primer diperoleh secara langsung oleh penulis pada saat melakukan praktik magang kerja di PT Jati Agung Arsitama. Data tersebut berupa dokumen-dokumen berkaitan dengan ekspor diantaranya adalah : a. Invoice b. Packinglist c. COO d. Bill of Lading e. Certificate of Fumigation f. Nota Pelayanan Ekspor (NPE) g. Profile perusahaan b) Data Sekunder Menurut Sugiyono (2010:193) dalam buku “Metode Penelitian kualitatif dan Kuantitatif’ data sekunder merupakan sumber data yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data. Data pendukung ini penulis peroleh dari bukubuku, jurnal, dan sumber-sumber lain yang berkaitan mengenai manajemen logistik, pemasaran, produktivitas, dan transportasi yang mendukung strategi logistik secara efektif dan efisien dalam menghadapi MEA.

36

3.3 Metode Pengumpulan Data 3.3.1 Wawancara Wawancara dalam penelitian kualitatif sifatnya mendalam. Menurut Nasution (2010:113) dalam bukunya yang berjudul Metode Research menjelaskan bahwa wawancara adalah suatu bentuk komunikasi atau percakapan yang bertujuan untuk memperoleh informasi dalam keadaan saling berhadapan atau melalui telepon. Metode

wawancara

dilakukan

oleh

penulis

pada

saat

melaksanakan praktik magang kerja dengan cara in-depth interview (wawancara mendalam).Menurut Satori dan Komariyah dalam bukunya “Metodologi Penelitian Kualitatif”, In-depth Interview merupakan suatu proses mendapatkan informasi untuk kepentingan penelitian dengan cara dialog antara peneliti sebagai pewawancara dengan informan atau yang memberi informasi dalam konteks observasi partisipasi. In-depth interview dilakukan penulis dengan Kepala HRD, Pihak WAYCO dan bagian distribusi pada PT Jati Agung Arsitama. 3.3.2 Studi Pustaka Menurut Satori dan Komariah (2011:105) dalam bukunya yang berjudul “Metode Penelitian Kualitatif” menjelaskan bahwa studi kepustakaan merupakan pendukung penelitian yang berasal dari pandangan

ahli

dalam

bentuk

yang tertulis

berupa referensi

buku,jurnal,laporan penelitian atau karya ilmiah lainnya. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara mempelajari buku atau

37

referensi yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Teknik ini dapat membantu penulis dalam memecahkan masalah yang terjadi pada PT Jati Agung Arsitama. 3.3.3 Observasi Menurut Satori dan Komariah (2011:105) observasi merupakan pengamatan terhadap suatu objek yang diteliti secara langsung maupun tidak langsung untuk memperoleh data yang harus dikumpulkan dalam penelitian untuk mengetahui keberadan objek, situasi, konteks dan maknanya dalam upaya mengumpulkan data penelitian. Dalam penelitian ini penulis melihat secara langsung mengenai kegiatan yang dilakukan di bagian produksi pada PT Jati Agung Arsitama seperti pemilihan bahan baku, pengovenan kayu, lalu dibagian distribusi

seperti

penyaluran

barang

melalui

pihak

WAYCO,

penyimpanan barang pada saat di gudang dan dibagian proses trasportasi seperti stuffing. 3.4 Teknik Analisis Data 3.4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data merupakan kegiatan yang paling penting dalam analisis data. Penulis mengumpulkan data dengan cara wawancara, studi pustaka dan observasi dari PT Jati Agung Arsitama tentang efektifitas dan efisiensi strategi logistik khususnya distribusi, produksi, dan transportasi dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA).

38

3.4.2 Reduksi Data Reduksi data adalah proses pemilihan dari penyaringan data dari catatan di lapangan dan data yang ada pada PT Jati Agung Arsitama. Penulis memilih data yang dirasa relavan dengan tema yang penulis tulis. Data yang penulis dapatkan antara lain Invoice, Packing List, COO, Bill Of Lading, Sertifikat of Fumigation, Nota Pelayanan Ekspor (NPE), Profil Perusahaan, Daftar Harga Produk. Data-data tersebut ada beberapa data yang tidak penulis sebutkan antara lain adalah data Daftar Harga Produk. 3.4.3 Display Data Display data merupakan kegiatan mendeskripsikan sekumpulan informasi yang memberikan penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penulis menyajikan dalam bentuk teks naratif dan bersifat deskriptif serta penyajiannya yang juga berbentuk tabel dan gambar. 3.4.4 Verivikasi dan Penegasan Kesimpulan Kegiatan

terakhir

ini

berupa

kesimpulan

kegiatan

dan

menentukan makna data yang telah disajikan. Data yang telah dianalisis yaitu data seperti wawancara yang selanjutnya dijelaskan dalam bentuk kata-kata untuk mendeskripsikan fakta yang ada yaitu tentang strategi logistik dalam menghadapi MEA pada PT Jati Agung Arsitama yang berupa jawaban dari pertanyaan penelitian pada bab pendahuluan.

39

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum PT Jati Agung Arsitama 4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan PT Jati Agung Arsitama merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang ekspor yang menjual industri kayu jati atau mebel. PT Jati Agung Arsitama sendiri beralamat di Jalan Raya Grogol No. 52 Sukoharjo Jawa Tengah, Indonesia. Perusahaan ini berdiri pada tanggal 28 Mei 1975 dengan nama CV Jati Agung melalui Akta Notaris No.102 oleh Maria Theresia Budi Santoso S.H. CV Jati Agung dahulunya bergerak sebagai pemborong bangunan (kontraktor) dan industri kayu jati. Seiring perkembangan jaman dengan adanya Undang-Undang pemerintah mengenai badan usaha pada tanggal 14 Agustus 1989 CV Jati Agung mengubah namanya menjadi PT Jati Agung. Karena terdapat persamaan nama dari CV Jati Agung menjadi PT Jati Agung akta tersebut ditolak oleh Departemen Kehakiman. Kemudian PT Jati Agung mengubah namanya menjadi PT Jati Agung Arsitama pada tanggal 15 November 1990 dengan Akta Notaros No.59 oleh Ny. Sri Widiati Adi Sucipto SH. Sebagai salah satu perusahaan yang bergerak di bidang ekspor di kota Sukoharjo. PT Jati Agung dapat menghasilkan produk yang

40

berkualitas tinggi dan berbentuk klasik seperti kayu bangunan, kursi, meja, rak, almari dan lain sebagainya. PT Jati Agung Arsitama dalam membuat produk-produknya selalu mengutamakan kualitas produk yang tinggi karena produk tersebut diekspor ke luar negeri. Untuk menjaga kualitas produknya PT Jati Agung sangat memperhatikan mengenai proses produksi dan tidak boleh dalam keadaan cacat atau russak. Selain itu dalam memberikan pelayanan dan penjualan produk PT Jati Agung Arsitama sangat mengutamakan kepuasan pelanggan atau buyer. 4.1.2 Lokasi Perusahaan PT Jati Agung Arsitama sebagai perusahaan wood-working, furniture dan decorative art berlokasi di : Head Office

: Jalan Kaliwingko No.52, Jawa Tengah-Indonesia. Telp (0271) 636789, Fax (0271) 52989

Factory Showroom : Jalan Raya Grogol Sukoharjo Jawa TengahIndonesia Telp (0271) 621970, Fax (0271) 622584 4.1.3 Struktur Organisasi Logistik PT Jati Agung Arsitama. Berdasarkan keputusan Menteri Kehakiman dan menyesuaikan persaturan Negara maka pemerintah mengeluarkan Akta Notaris No.9 tentang penambahan saham dan struktur organiasai pada tanggal 19 Februari 2000. Struktur organisasi PT Jati Agung Arsitama terdiri dari:

41

Direktur Utama

Wakil Direktur

Devisi

Bagian Bag. Desain

Div.Keuangan Div. Personalia

Bag. Produksi Barang Bag. Finishing

Div. Pengawasan Div. Produksi

Bag. Packing

Div. Pemasaran Div. Penjualan

Bag. Stuffing Bag. Gudang

Div. Ekspor

Gambar 4.1 Strruktur Organisasi PT Jati Agung Arsitama Sumber: PT Jati Agung Arsitama

42

a.

Direktur Utama Direktur Utama adalah orang yang memimpin perusahaan dan bertindak sebagai pembuat keputusan sekaligus bertanggung jawab pada kelangsungan perusahaan.

b.

Wakil Direktur (manajemen representatif) Wakil direktur adalah orang yang bertindak sebagai wakil dari direktur dan mempunyai wewenang mengatur, mengawasi, serta bertanggung jawab atas satuan kerja secara keseluruhan atau semua devisi yang mencangkup semua kegiatan fungsional satuan kerja.

c.

Devisi dan Bagian untuk logistik terdiri dari : 1. Devisi Pengawasan Devisi pengawasan mempunyai tugas menilai kualitas produk dan mengatasi semua keluhan pembeli. 2. Devisi Keuangan: Devisi keuangan bertugas untuk mengelola keuangan dalam perusahaan dan juga membuat laporan keuangan perusahaan. Di PT Jati Agung Arsitama ini devisi keuangan terbagi menjadi dua bagian diantaranya adalah: a.

Devisi Sumber Daya Manusia (SDM) Devisi Sumber Daya Manusia (SDM) mempunyai tugas untuk mempersiapkan pekerjaan calon karyawan baru dan pemilihan calon tenaga kerja baru di perusahaan.

b.

Devisi Pengadaan.

43

Devisi

pengadaan

mempunyai

tugas

melaksanakan

koordinasi dan menyiapkan bahan pembinaan di bidang perencanaan kebutuhan, pengadaan dan distribusi. 3. Devisi Produksi Devisi produksi mempunyai tugas untuk mengawasi dan mengontrol jalannya proses produksi. 4. Devisi Pemasaran Devisi pemasaran mempunyai tugas mengelola kegiatan pemasaran serta memelihara barang hasil produksi yang belum dipasarkan. 5. Bagian Stuffing Bagian Stuffing mempunyai tugas untuk menyiampkan dan memasukan barang ke container yang kemudian di ekspor. 6. Bagian Gudang Bagian gudang mempunyai tugas untuk mengawasi dan menjaga barang-barang yang masih tersimpan dalam gudang. 4.1.4 Produk yang Dihasilkan PT Jati Agung Aristama dalam menghasilkan produk sangat memperhatikan kualitas produk. Kualitas produk tersebut dapat dilihat pada saat memproduksi suatu barang. Dalam memproduksi suatu barang tentu saja bahan baku sangat mempengaruhi buyer dalam memilih produk yang akan dibeli. Faktor lain yang mempengaruhi

44

produk yang akan dihasilkan sehingga dapat berkualitas ialah karyawan dan mesin-mesin yang terdapat di PT Jati Agung Arsitama. PT Jati Agung Arsitama mempunyai karyawan yang ulet dan tentu saja kreatif dalam menghasilkan barang. Dengan kreativitas yang dimiliki karyawan dalam menghasilkan produk dapat menarik buyer dalam membeli produk PT Jati Agung Arsitama. PT Jati Agung Arsitama memiliki tenaga kerja sebanyak 100 orang yang terdiri dari 40 karyawan (Adminitrasi kantor dan pabrik) dan 60 karyawan (Tenaga kerja lapangan pabrik). Mesin-mesin yang terdapat di PT Jati Agung sangat lengkap dalam memproduksi suatu barang. Dengan mesin yang lengkap dapat memudahkan karyawan dalam memproduksi dan tentu saja akan menghasilkan produk yang berkualitas tinggi. Produk-produk yang dihasilkan oleh PT Jati Agung antara lain berupa Slade bad, Bookcase, Plint cabinet, Italian side chair with leather, Vatavia stool, Empire stool, Lazi scroo rottan, Streamer strool, Lazi scrool leather, Coffee table, Coctail console 2 drawer, Sofa table with cabriole leg, dan Television table. 4.1.5 Proses Produksi Proses produksi di PT Jati Agung dilakukan dengan cara, amtara lain: a. Pembelahan kayu dari glondongan menjadi papan sesuai dengan ukuran yang diinginkan.

45

b. Pengovenan papan kayu yang masih basah hingga kayu benarbenar kering, pengovenan ini dilakukan supaya kayu tidak berubah bentuk dan mudah dalam pengerjaannya. c. Pemotongan yaitu pembentukan potongan kayu sesuai dengan ukuran yang telah ditetapkan. d. Perakitan barang yaitu menyambung antara bagian lain sehingga membentuk suatu produk setengah jadi. e. Finishing yaitu penyempurnaan akhir barang yang berkualitas dan siap dikirim. 4.2. Laporan Magang Kerja pada PT Jati Agung Arsitama 4.2.1 Lokasi Magang Kerja Alamat

: Jalan Raya Grogol No.52 Sukoharjo Jawa TengahIndonesia.

Telp

: (0271) 636789 , Fax (0271) 529889.

Email

: [email protected]

4.2.2 Waktu pelaksanaan Pelaksanaan Magang kerja dilakukan selama 4 hari dalam satu minggu selama 2 bulan. Pelaksanaan magang tersebut dilakukan oleh penulis dan kelompok magang mulai tanggal 11 Januari – 11 Maret 2016, dari hari Senin sampai Kamis. Jam kerja pada PT Jati Agung Arsitama pada pukul 10.00 – 16.00 WIB.

46

4.3 Pembahasan 4.3.1 Strategi Logistik pada PT Jati Agung Arsitama dalam Menghadapi MEA. Satu tahun berlalu, Indonesia sudah menjadi pasar bebas bukan hanya untuk perputaran barang dan jasa melainkan juga modal dan tenaga kerja terampil bagi negara-negara ASEAN. Pasalnya Indonesia telah bertekad untuk membentuk komunitas ekonomi bersama sembilan negara di Asia Tenggara. Komunitas ekonomi tersebut diberi nama ASEAN Economic Community (AEC) atau Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Sesuai dengan ASEAN economic community (AEC) blueprint, salah satu poin penting untuk mendukung berjalannya proses MEA ialah jasa logistik. Logistik disini merupakan rantai pasok yang menangani arus barang, transportasi, distribusi, produksi dengan jenis, kualitas, jumlah, waktu, tempat yang dikehendaki konsumen secara efektif dan efisien dari titik awal sampai ke tangan konsumen. Pada umumnya proses logistik ini berawal dari pembelian bahan dasar ataupun barang setengah jadi, yang kemudian diberangkatkan menuju pabrik untuk diolah menjadi barang jadi. Berikut merupakan alur logistik PT Jati Agung Arsitama:

47

Agen PT Jati Agung Arsitama

Raw Material disimpan di pabrik

Buyer

Raw Material

Buyer

Proses Produksi

Shipping Packaging Gambar 4.2 Alur Logistik PT Jati Agung Arsitama Sumber: PT Jati Agung Arsitama

Di dalam pabrik, tentu saja tidak terlepas dari pergerakan bahan baku. Aktivitas di dalam pabrik PT Jati Agung Arsitama dimulai dari penerimaan raw material dari supplier, disimpan dan dilakukan proses produksi pertama, setelah terjadi kesepakatan antara buyer dengan agen lalu agen menghubungi perusahaan untuk melakukan proses produksi tahap kedua sampai bahan jadi. Tentu saja proses produksi tersebut mengambil bahan baku atau raw material dari kayu jati yang telah disimpan pada gudang persediaan barang. Kemudian dilakukan pengetesan, pengepakan dan diberi label. Selanjutnya barang disimpan di gudang lalu siap dikirim ke buyer. Dengan adanya alur logistik tersebut

perusahaan

PT

Jati

Agung

Arsitama

menggunakan

48

pendekatan

Inventory.

Pendekatan

inventory

atau

persediaan

merupakan barang yang disimpan pada perusahaan untuk digunakan atau dijual di masa yang akan datang. PT Jati Agung Arsitama dalam persediaan barang atau inventory menyimpan bahan baku seperti kayu jati besar yang belum diolah. Kayu jati tersebut umumnya dibeli pada supplier yang berasal dari Sulawesi lalu disimpan untuk persediaan produksi barang jika terdapat pemesanan. Di dalam aktivitas logistik ini diperlukan adanya koordinasi perusahaan dalam bidang perencanaan, produksi dan transportasi. Kenyataannya tidaklah mudah untuk mengkoordinasikan aktivitas tersebut. Perusahaan membutuhkan strategi logistik contohnya seperti kemampuan IT untuk mensikronkan agar proses perencanaan, produksi dan transportasi dapat berjalan dengan lancar. Strategi logistik khususnya dalam bidang transportasi dapat diwujudkan dengan adanya koordinator logistik yang disebut juga third party logistics (3PL). 3PL merupakan perusahaan yang menyediakan pelayanan transportasi yang berada di luar perusahaan. Saat ini 3PL memiliki fitur sebagai berikut: 1. Service provider logistik yang terintegrasi. 2. Service provider yang berdasarkan kontrak 3. Konsultan service provider. Saat ini PT Jati Agung Arsitama telah menggunakan fitur 3PL dengan service provider yang terintegrasi. Service provider yang

49

terintegrasi merupakan aktivitas yang berhubungan dengan IT dalam mengontrol aliran barang. Di dalam 3PL ini pemilik barang atau pihak PT

Jati

Agung

Arsitama

memperkerjakan

berbagai

elemen

sumberdaya luar dari rantai supply (supply chain) ke dalam satu 3PL company yang mampu mengelola fungsi pengurusan barang seperti pabean

dan

bea

masuk,

freight

forwarding,

distribusi

dan

penyelesainnya. Dengan adanya 3PL ini PT Jati Agung Arsitama sangat terbantu dalam kegiatan logistik untuk mengontrol aliran barang dengan transportasi yang sudah ditentukan. Dalam mendukung strategi logistik tersebut peran distribusi dan produksi tak kalah penting bagi perusahaan dalam melancarkan kegiatan logistik. Untuk kegiatan ekspor sendiri PT Jati Agung Arsitama menggunakan pihak perantara dalam proses distribusi. Perantara atau penyalur barang pada PT Jati Agung Arsitama adalah dengan menggunakan agen. Dalam proses ekspor terdapat saluran distribusi yang diterapkan oleh perusahaan. Saluran distribusi yang diterapkan oleh PT Jati Agung Arsitama yaitu produsen atau perusahaan PT Jati Agung Arsitama memilih agen sebagai penyalurnya, dengan adanya agen tersebut membantu proses komunikasi antara perusahaan dengan buyer yang berada di luar negeri. Setelah terdapat kesepakatan antara buyer dan agen, agen tersebut menghubungi perusahaan dengan mencantumkan pesanan buyer secara lengkap dengan jumlah, harga, dan alamat pelabuhan

50

(port of destination) yang telah ditentukan oleh konsumen. Setelah perusahaan menyetujui mengenai pesanan tersebut perusahaan menghubungi perantara atau agen untuk menyampaikan produknya kepada konsumen. Agen dari PT Jati Agung Arsitama ini merupakan pihak WAYCO yang memiliki usaha eksporimport di Singapore. Dengan

adanya

persamaan

usaha

tersebut

dapat

membantu

perusahaan PT Jati Agung Arsitama dalam melakukan kegiatan ekspor. Agen ini bukan hanya bekerja sebagai penyalur barang saja namun juga mengawasi barang yang disimpan oleh perusahaan untuk dikirim ke konsumen. Dengan adanya perdagangan bebas atau MEA ini strategi distribusi yang diterapkan oleh agen pada PT Jati Agung Arsitama ialah memilih moda transportasi yang cepat dan berkualitas. Dengan pengiriman yang cepat sampai ke tangan konsumen dan tidak adanya kerusakan barang maka produsen akan tetap mempercayai agen sebagai penyalurnya dan dapat memuaskan konsumen. Pemilihan moda transportasi tersebut tidak lepas oleh faktor infrastruktur dalam mendukung berjalannya perdagangan bebas. Mengingat bahwa infrastruktur yang berada di Indonesia masih kurang efisien dan efektif sehingga diperlukan pembenahan supaya

proses

transportasi

dapat

berjalan

dengan

lancar.

Pembenahan infrastruktur tersebut sudah diwujudkan dengan pembangunan jalan dan pelabuhan. Dalam adanya tindakan

51

pengembangan investasi infrastruktur dan transportasi multimoda dapat mendukung sektor logistik dalam menghadapi pasar bebas atau MEA. Strategi distribusi berikutnya yang diterapkan oleh produsen atau PT Jati Agung Arsitama adalah dengan menyeleksi saluran distribusi lainnya. Jika terjadi kesalahan pada pemilihan saluran maka dapat menghambat bahkan memacetkan proses distribusi. PT Jati Agung Arsitama memilih distributor yang telah lama bekerja sama dengan perusahaan dan tentu saja yang profesional dalam hal distribusi barang, karena jika sampai terdapat kerusakan barang konsumen tidak mau tau dan itu tetap menjadi tanggung jawab dari perusahaan. Strategi distribusi berikutnya adalah mengenai biaya. Untuk memilih distributor faktor biaya juga harus diperhitungkan. Distributor sendiri dapat meringankan kerugian dan memperingan biaya penjualan. Jika distributor mampu meringankan biaya tersebut maka perusahaan akan terus menggunakan perantara dan perusahaan mampu bersaing dengan perusahaan lainnya. Dalam kegiatan logistik ini peran produksi dapat dilakukan oleh PT Jati Agung Arsitama dengan menciptakan produk-produk yang berkualitas dan lebih kreatif. Sampai saat ini tercatat ada 13 produk baru yang dihasilkan oleh PT Jati Agung Arsitama diantaranya adalah Slade bad, Bookcase, Plint cabinet, Italian side chair with leather, Vatavia stool, Empire stool, Lazi scroo rottan,

52

Streamer strool, Lazi scrool leather, Coffee table, Coctail console 2 drawer, Sofa table with cabriole leg, dan Television table. Untuk menghasilkan produk yang berkualitas tersebut tentu saja peran sumber daya manusia sangat berpengaruh dalam proses produksi. Jika dengan kreativitas yang dimiliki tenaga kerja tersebut perusahaan dapat menghasilkan produk yang lebih cepat dengan jenis, kualitas, jumlah, waktu, tempat yang dikehendaki konsumen secara efektif dan efisien, maka buyer dari luar negeri akan lebih tertarik dan mempercayai pada PT Jati Agung Arsitama. Strategi produksi lainnya yang diterapkan oleh PT Jati Agung Arsitama dalam menghadapi perdagangan bebas ini ialah dengan menetapkan produk yang memiliki standar mutu. Dengan adanya standar mutu tersebut tentu saja buyer akan lebih mempercayai perusahaan bahwa produk tersebut berkualitas. Namun hingga saat ini untuk produk mebel dari PT Jati Agung Arsitama sendiri belum mempunyai standar mutu atau ISO. Standar ISO tersebut hanya terdapat pada usaha jenis contraktor saja yang menggunakan ISO 9001 : 2000 No. 83340, mengingat bahwa PT Jati Agung Arsitama bukan hanya memproduksi mebel namun mulanya PT Jati Agung Arsitama juga mempunyai usaha di bidang contractor. Seharusnya perusahaan PT Jati Agung Arsitama menetapkan Strandar ISO 9001:2008 yang terbaru mengenai sebagai sistem pengendali mutu produk di dalam perusahaan

53

tersebut mulai dari tahap awal produksi sampai dikirim ke pelanggan. Dengan adanya pasar bebas yang sedang berlangsung ini PT Jati Agung Arsitama strategi yang akan diterapkan adalah dengan menggunakan standar mutu ISO apalagi perusahaan PT Jati Agung Arsitama ini sudah lama terjun di bidang ekspor-impor tentu saja standar mutu tersebut juga harus diterapkan. 4.3.2 Keefektifan dan Keefisiensi Strategi Logistik pada PT Jati Agung Arsitama Sektor

Logistik

mempunyai

peranan

strategis

dalam

menentukan daya saing ekonomi suatu negara. Dengan adanya strategi distribusi, produksi dan transportasi yang berjalan dengan baik oleh PT Jati Agung Arsitama sangat menentukan tingkat efektifitas dan efisiensi operasional perusahaan. Dengan adanya strategi logistik memilih perusahaan 3PL yang bergerak dibidang transportasi tentu saja perusahaan Jati Agung lebih efektif dan efisien dalam melancarkan proses ekspornya. Apalagi perusahaan tersebut sudah dibantu dengan kecanggihan IT untuk mengontrol arus barang dan disini perusahaan juga bergantung pada transportasi yang dipilih sehingga dapat mengurangi tugas produsen. Untuk kegiatan distribusi yang telah diterangkan diatas peran perantara sangat menentukan keefektifan dan keefisiensi perusahaan. Dengan adanya peran perantara tersebut tentu saja perusahaan

54

mendapatkan beberapa keuntungan yaitu mengurangi tugas produsen (PT Jati Agung Arsitama) dalam kegiatan distribusi untuk mencapai konsumen atau buyer. Disini produsen cukup menghubungi perantara atau agen untuk menyampaikan produknya kepada konsumen. Dengan adanya perantara tersebut dimaksudkan oleh PT Jati Agung Arsitama lebih efektif dan efisien dalam mengirim barang. Selanjutnya,untuk strategi produksi sendiri telah diterangkan juga bahwa PT Jati Agung merekrut tenaga kerja yang bekerja tepat dan cepat dengan jenis, kualitas, jumlah, waktu, tempat yang dikehendaki konsumen. PT Jati Agung Arsitama sendiri memiliki jumlah tenaga kerja sebanyak 60 di bidang lapangan pabrik. Tentu saja dengan adanya jumlah tenaga kerja yang banyak dapat membantu proses produksi sehingga bisa efektif dan efisien. Sebagai contoh bahwa PT Jati Agung Arsitama pernah memproduksi barang sebanyak 83pcs yang akan dikirim ke negara Afrika Selatan, biasanya PT Jati Agung Arsitama dengan orderan tersebut bisa mengerjakannya hingga satu bulan namun dengan adanya tenaga kerja yang banyak dan cepat dalam pengerjaannya PT Jati Agung Arsitama dapat memproduksi barang tersebut kurang dari satu bulan, maka dengan contoh tersebut PT Jati Agung Arsitama lebih efektif dan efisien. Dengan adanya efektifitas dan efisiensi strategi logistik yang dijalankan PT Jati Agung Arsitama, pendekatan efektifitas yang dijalankan perusahaan menurut teori yang ada menggunakan teori

55

pendekatan sistem. Pendekatan ini menekankan bahwa untuk meningkatkan

kelangsungan

hidup

organisasi,

maka

perlu

diperhatikan adanya sumber daya manusianya, mempertahankan diri secara internal dan memperbaiki struktur organisasi dan pemanfaatan teknologi agar dapat berintegrasi dengan lingkungan yang darinya organisasi tersebut memerlukan dukungan terus menerus bagi kelangsungan hidupnya. Untuk perusahaan PT Jati Agung Arsitama sendiri dalam sumber daya manusia atau SDM perusahaan telah merekrut tenaga kerja yang cepat dan kreatif dalam upaya efektifitas produksi. Perusahaan PT Jati Agung Arsitama juga telah mempunyai mesin-mesin

teknologi

yang

canggih

yang

diharapkan

bisa

mengefektifitaskan proses ekspor.

56

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Dari pembahasan mengenai Strategi Logistik PT Jati Agung Arsitama dalam Menghadapi MEA, penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut : 5.1.1 Dalam rangka menghadapi pasar bebas MEA, PT Jati Agung Arsitama telah menetapkan strategi logistik yaitu dengan memperkerjakan berbagai elemen sumberdaya luar dari rantai supply (supply chain) ke dalam satu 3PL company yang mampu mengelola fungsi pengurusan barang. 5.1.2 Dengan adanya strategi yang telah dijalankan oleh PT Jati Agung Arsitama, dapat dinilai bahwa perusahaan tersebut sudah efektif dan efisien dalam logistik khususnya distribusi, produksi dan transportasi. Dengan teori yang ada PT Jati Agung Arsitama menggunakan pendekatan

sistem

untuk

mengetahui

efektifitas

perusahaan.

Pendekatan ini mengacu pada SDM dan teknologi. 5.2 Saran 5.2.1 Perusahaan seharusnya menetapkan standar ISO 9001:2008 sebagai sistem pengendali mutu produk di dalam perusahaan tersebut mulai dari tahap awal produksi sampai dikirim ke pelanggan, sehingga strategi logistik khususnya produksi dapat berjalan dengan baik guna mendukung Masyarakat Ekonomi Asean (MEA).

57

5.2.2 Pemerintah seharusnya lebih mendukung strategi logistik tersebut.. Peran pemerintah tersebut dapat diwujudkan dengan pembenahan infrastruktur di Indonesia sehingga dapat mendukung proses berjalannya Masyarakat Ekonomi Asean (MEA).

58