BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Tinjauan Tentang Puskesmas

Tinjauan Tentang Puskesmas ... masalah yang muncul dapat ditentukan diagnosis ... sebagai tenaga kesehatan yang spesifik dalam sistem pelayanan keseha...

20 downloads 900 Views 487KB Size
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1. Tinjauan Tentang Puskesmas 1.1. Pengertian Puskesmas adalah suatu kesatuan organisasi fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga

membina peran serta

masyarakat disamping memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok (DEPKES RI,1991). Dengan kata lain Puskesmas mempunyai wewenang dan tanggung jawab atas pemeliharaan kesehatan masyarakat dalam wilayah kerjanya (Anonim, 1999). Pelayanan kesehatan yang diberikan di puskesmas perawatan meliputi pelayanan kuratif (pengobatan) preventif (pencegahan), promotif (peningkatan) dan rehabilitatif (pemulihan). Adapun kegiatan pokok di puskesmas perawatan umumnya hampir sama dengan puskesmas non perawatan yakni KIA, KB, untuk peningkatan gizi, kesehatan lingkungan dan penyediaan air bersih, pencegahan dan pemberantasan penyakit menular, pengobatan termasuk pelayanan darurat karena kecelakaan, penyuluhan kesehatan masyarakat, usaha kesehatan sekolah, kesehatan olahraga, perawatan kesehatan masyarakat (Anonim, 1999) 1.2. Fungsi Puskesmas Ada 3 fungsi puskesmas yaitu: 1. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan

Universitas Sumatera Utara

Puskesmas selalu berupaya menggerakkan dan memantau penyelengaraan pembangunan lintas sektor termasuk oleh masyarakat dan dunia usaha di wilayah kerjanya, sehingga berwawasan dan mendukung pembangunan kesehatan. Disamping itu puskesmas aktif memantau dan melaporkan dampak kesehatan dari penyelenggaraan setiap program pembangunan kesehatan diwilayah kerjanya. Khusus untuk pembangunan kesehatan upaya yang dilakukan puskemas adalah mengutamakan pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan. 2. Pusat pemberdayaan masyarakat Puskesmas selalu berupaya agar perorangan terutama masyarakat, keluarga, masyarakat termasuk dunia usaha memiliki kesadaran, kemauan dan kemampuan melayani diri sendiri dan masyarakat untuk hidup sehat, berperan aktif dalam memperjuangkan kepentingan kesehatan termasuk sumber pembiayaannya, serta ikut menetapkan, menyelengarakan dan memantau pelaksanaan program kesehatan. Pemberdayaan perorangan, keluarga dan masyarakat ini diselengarakan dengan memperhatikan kondisi dan situasi, khususnya sosial budaya masyarakat setempat.

3. Pusat pelayanan kesehatan strata pertama Puskesmas bertanggungjawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Pelayanan kesehatan tingkat petama yang menjadi tanggung jawab puskesmas meliputi : a. Pelayanan kesehatan perorangan

Universitas Sumatera Utara

Pelayanan kesehatan perorangan adalah pelayanan yang bersifat pribadi (private good) dengan tujuan utama menyembuhkan penyakit dan pemulihan kesehatan

perorangan,

tanpa

mengabaikan

pemeliharaan

kesehatan

dan

pencegahan penyakit. Pelayanan perorangan tersebut adalah rawat jalan dan untuk puskesmas tertentu ditambah dengan rawat inap. b. Pelayanan kesehatan masyarakat Pelayanan kesehatan masyarakat adalah pelayanan yang bersifat publik (publik good) dengan tujuan utama memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan. Pelayanan kesehatan masyarakat tersebut antara lain adalah promosi kesehatan, pemberantasan penyakit, penyehatan lingkungan, perbaikan gizi, peningkatan kesehatan keluarga, keluarga berencana, kesehatan jiwa masyarakat serta berbagai program kersehatan masyarakat lainnya (Trihono, 2005).

1.3. Tujuan Puskesmas Tujuan pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah mendukung tercapainya tujuan pembangunan kesehatan nasional, yakni meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang yang bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas, agar terwujud kesehatan setinggi-tingginya dalam rangka mewujutkan Indonesia Sehat 2010 (Trihono, 2005).

1.4. Visi Puskesmas

Universitas Sumatera Utara

Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas adalah tercapainya Kecamatan Sehat menuju terwujudnya Indonesia Sehat. Kecamatan Sehat adalah gambaran masyarakat kecamatan masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan, yakni masyarakat hidup dalam lingkungan dan perilaku sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Indikator Kecamatan Sehat yang ingin dicapai mencakup 4 indikator utama yakni (1) lingkungan sehat, (2) perilaku sehat, (3) cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu serta, (4) derajat kesehatan penduduk kecamatan. Rumusan visi untuk masing-masing puskesmas harus menagacu pada visi pembangunan kesehatan puskesmas di atas yakni terwujudnya Kecamatan Sehat, yang harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi masyarakat serta wilayah kecamatan setempat (Trihono, 2005).

1.5. Misi Puskesmas Misi puskesmas adalah pembangunan kesehatan yang diselengagarakan oleh puskesmas adalah mendukung tercapainya misi pembangunan kesehatan nasional. Misi tersebut adalah : 1. Menggerakkan pembanguna berwawasan kesehatan diwilayah kerjanya. 2. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat diwilayah kerjanya.

Universitas Sumatera Utara

3. Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan. 4. Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan masyarakat beserta lingkungannya (Trihono, 2005).

1.6 Kegiatan Pokok Puskesmas Berdasarkan Buku Pedoman Kerja Pukesmas yang terbaru, terdapat 18 usaha pokok kesehatan yang dapat dilakukan oleh puskesmas. Namun, pelaksanaannya sangat tergantung pada tenaga kesehatan, sarana dan prasarana, biaya yang tersedia, serta kemampuan manajemen tiap-tiap puskesmas. Kegiatan pokok pukesmas antara lain sebagai berikut : 1. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) a. Pemeliharaan kesehatan ibu hamil; melahirkan dan menyusui; serta bayi,anak balita, dan anak prasekolah. b. Memberikan pendidikan kesehatan tentang makanan guna mencegah gizi buruk. c. Imunisasi. d. Pemberian pendidikan kesehatan tentang perkembangan anak dan cara menstimulusnya e. Pengobatan bagi ibu, bayi, anak balita, serta prasekolah yang menderita bermacam-macam penyakit ringan dan lainnya. 2. Upaya Keluarga Berncana (KB)

Universitas Sumatera Utara

a. Mengadakan kursus Keluarga Berencana untuk para ibu dan calon ibu yang mengunjungi KIA. b. Mengadakan kursus Keluarga Berencana kepada dukun yang bekerja sebagai penggerak Keluarga Berencana. c. Memberikan pedidikan tentang cara pemasangan IUD, cara-cara penggunaan pil, kondom, dan alat kontrasepsi lainnya. 3. Upaya Perbaiakan Gizi a. Mengenali penderita-penderita kekurangan gizi b. Mengembangkan program perbaikan gizi c. Memberikan pendidikan gizi kepada masyarakat. 4. Upaya Kesehatan Lingkungan a. Penyehatan air bersih b. Penyehatan pembuangan kotoran c. Penyehatan lingkungan perumahaan d. Penyehatan limbah e. Pengawasan sanitasi tempat umum f. Penyehatan makanan dan minuman g. Pelaksanaan peraturan perundangan 5. Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular a. Mengumpulkan dan menganalisis data penyakit b. Melaporkan kasus penyakit menular c. Menyelidiki benar tidaknya kasus yang masuk

Universitas Sumatera Utara

d. Melakukan tindakan permulaan untuk mencegahan penyebaran penyakit menular e. Menyembuhkan penderita, sehingga tidak lagi menjadi sumber infeksi f. Pemberian imunisasi g. Pemberantasan vektor h. Pendidikan kesehatan kepada masyarakat. 6. Upaya Pengobatan a. Melaksanakan diagnosis sedini mungkin melalui : •

mendapatkan riwayat penyakit



mengadakan pemeriksaan fisik



mengadakan pemeriksaan laboratorium



membuat diagnosis

b. Melakukan tindakan pengobatan c. Melakukan upaya rujukan. 7. Upaya Penyuluhan Kesehatan Masyarakat a. Kegiatan penyuluhan kesehatan yang dilakukan oleh petugas di klinik, rumah, dan kelompok-kelompok masyarakat. b. Di tingkat puskesmas tidak ada petugas penyuluhan tersendiri, tetapi di tingkat kabupaten terdapat tenaga-tenaga kordinator penyuluhan kesehatan. 8. Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) 9. Kesehatan Olahraga 10. Perawatan Kesehatan Masyarakat 11. Usaha Kesehatan Kerja

Universitas Sumatera Utara

12. Usaha Kesehatan Gigi dan Mulut 13. Usaha Kesehatan Jiwa 14. Kesehatan Mata 15. Laboratorium 16. Pencataatn dan Pelaporan Sistem Informasi Kesehatan 17. Kesehatan Usia Lanjut 18. Pembinaan Obat Tradisional Kegiatan pokok puskesmas bersifat dinamis dan berubah sesuai dengan kondisi masyarakat. Disamping penyelenggaraan usaha-usaha pokok tersebut di atas, puskesmas sewaktu-waktu dapat diminta untuk melaksanakan progarm kesehatan oleh pemerintah pusat, misalnya melaksanakan Pekan Imunisasi Nasional (PIN). Dengan demikian, baik petunjuk pelaksanaan maupun pembekalan oleh pemerintah pusat bersama pemerintah daerah (Mubarak & Chayatin, 2009).

2. Tinjauan Tentang Perawat 2.1. Pengertian perawat Perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan formal dalam bidang keperawatan yang program pendidikannya telah disyahkan oleh pemerintah, sedangkan perawat profesional adalah perawat yang mengikuti pendidikan keperawatan sekurang-kurangnya Diploma III keperawaatan. Keperawatan sebagai profesi terdiri atas komponen disiplin dan praktik (Gartinah.dkk, 1999).

Universitas Sumatera Utara

Karakteristik keperawatan sebagi profesi menurut Gillies (1996) yaitu memiliki ilmu pengetahuan tentang tubuh manusia yang sistemis dan khusus, mengembangkan ilmu pengetahuan tentang tubuh manusia secara konstan melalui penelitian, melaksanakan pendidikan melalui pendidikan tinggi, menerapkan ilmu pengetahuan tentang tubuh manusia dalam pelayanan, berfungsi secara otonomi dalam merumuskan kebijakan dan pengendalian praktek profesional, memberikan pelayanan untuk kesejahteraan masyarakat diatas kepentingan pribadi, berpegang teguh pada tradisi leluhur dan etika profesi serta memberikan kesempatan untuk pertumbuhan profesional dan mendokumentasikan proses perawatan

2.2. Peran dan Fungsi Perawat Berdasarkan Konsorsiun Ilmu Kesehatan (1989), peran perawat terdiri atas : 1. Pemberi Asuhan Keperawatan Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan ini dapat dilakukan perawat dengan mempertahankan keadaan kebutuhan dasar manusia melalui pemberian pelayanan keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan, sehingga masalah

yang

muncul

dapat

ditentukan

diagnosis

keperawatannya,

perencanaannya dan dilaksanakan tindakan yang tepat sesuai dengan tingkat kebutuhan yang dialaminya, kemudian dapat dievaluasi tingkat perkembangannya. Asuhan keperawtan yang diberikan mulai dari awal yang sederhana sampai dengan masalah yang kompleks. 2. Advokat

Universitas Sumatera Utara

Peran dilakukan perawat dalam membantu klien, keluarga dalam mengiterpretasikan berbagai informasi dari pemberi pelayanan atau informasi lain, khususnya dalam pengambilan persetujuan atas tindakan keperawatan yang diberikan kepada klien. Selain itu juga dapat berperan mempertahankan dan melindungi hak-hak klien, yang meliputi hak atas pelayanan yang sebaik-baiknya, hak informasi

tentang penyakitnya, hak atas privasi, hak untuk menentukan

nasibnya sendiri, dan hak menerima ganti rugi akibat kelalaian tindakan. 3. Edukator Peran ini dilakukan dengan membantu klien dalam meningkatkan tingkat pengetahuan kesehatannya, gejala penyakit bahkan tindakan yang diberikan, sehingga terjadi perubahan perilaku dari klien setelah dilakukan pemberian pendidikan kesehatan. 4. Koordinator Peran

ini

dilakukan

dengan

mengarahkan,

merencanakan,

dan

mengorganisasi pelayanan kesehatan dari tim kesehatan, sehingga pemberian pelayanan kesehatan terarah, serta sesuai dengan kebutuhan klien. 5. Kolaborator Peran ini dilakukan karena perawat bekerja melalui tim kesehatan yang terdiri atas dokter, fisioterpis, ahli gizi, radiologi, laboratoriun, dan lain-lain dengan berupaya mengidentifikasi pelayanan kesehatan yang diperlukan, termasuk distribusi atau tukar pendapat dalam penentuan bentuk pelayanan sebelumnya.

Universitas Sumatera Utara

6. Konsultan Peran perawat sebagai konsultan yaitu tempat konsultasi terhadap masalah atas tindakan keperwatan yang tepat untuk diberikan. Peran ini dilakukan atas permintaan klien terhadap informasi tentang tujuan pelayan keperawatan yang diberikan. 7. Pembaharu Peran perawat sebagai pembaharu dapat dilakukan dengan mengadakan perencanaan kerja sama, perubahan yang sistematis, dan terarah sesuai dengan metode pemberian pelayanan keperawatan Berdasarkan hasil lokakarya nasional keperawatan (1983) bahwa peran perawat di bagi menjadi empat yaitu : 1) Perawat sebagai pelaksana pelayanan keperawatan Perawat bertanggung jawab dalam memberikan pelayanan keperawatan dari yang bersifat sederhana sampai yang paling kompeks, secara langsung atau tidak langsung kepada klien sebagai individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. Ini merupakan peran utama dari perawat dimanan perawat dapat memberikan asuhan keperwatan yang profesional, menerapkan ilmu atau teori, prinsip, konsep dan menguji kebenarannya dalam situasi yang nyata, apakah kriteria profesi dapat ditampilkan sesuai dengan harapan penerimaan jasa keperawatan. Masyarakat mengharapkan perawat mempunyai kemampuan khusus untuk menanggulangi masalah-masalah masyarakat. Perawat harus menguasai konsep-konsep dalam lingkup kesehatan dan melatih diri sehingga dapat memiliki kemampuan tersebut.

Universitas Sumatera Utara

Kemampuan ini diperoleh selama masa pendidikan dan dimantapkan saaat menjalankan tugasnya di sarana pelayanan kesehatan (Lokakarya, 1983). 2) Perawat sebagai pengelola pelayanan dan institusi keperawatan Perawat bertanggung jawab dalam hal administrasi keperawatan di masyarakat maupun di dalam institusi dalam mengelola pelayanan keperawatan untuk masyarakat. Perawat juga bekerja sebagai pengelola suatu sekolah atau program pendidikan keperawatan. Sebagai administratif secara umum. Perawat sebagai tenaga kesehatan yang spesifik dalam sistem pelayanan kesehatan tetap bersatu dalam profesi lain dalam pelayanan kesehatan. Setiap tenaga kesehatan adalah anggota potensial dalam kelompoknya dan dapat mengatur, merencanakan, melaksanakan dan menilai tindakan yang diberikan, mengingat perawatan merupakan anggota profesional yang paling lama bertemu dengan klien (Lokakarya, 1983). 3) Perawat sebagai pendidik dalam keperawatan Perawat bertanggung jawab dalam hal pendidikan dan pengajaran ilmu keperawatan kepada klien, tenaga keperawatan maupun tenaga kesehatan lainnya. Salah satu aspek yang perlu diperhatikan dalam keperawatan adalah aspek pendidikan, karena perubahan tingkah laku merupakan salah satu sasaran dari pelayanan keperawatan. Perawat harus bias berperan sebagai pendidik bagi individu, keluarga, kelompok dan masyarakat (Lokakarya, 1983). 4) Perawat sebagai peneliti dan pengembang pelayanan keperawatan Seorang perawat diharapkan dapat menjadi pembaharu (innovator) dalam ilmu keperawatan karena ia memiliki kreatifitas, inisiatif, cepat tanggap terhadap

Universitas Sumatera Utara

rangsangan dari lingkungannya. Kegiatan ini dapat diperoleh melalui kegiatan riset atau penelitian. Penelitian pada hakikatnya adalah melakukan evaluasi, mengukur kemampuan, menilai dan mempertimbangkan sejauh mana efektifitas tindakan yang telah diberikan. Dalam hasil penelitian, perawat dapat mengerakkan orang lain untuk berbuat sesuatu yang baru berdasarkan kebutuhan , perkembangan dan aspirasi individu, keluarga, kelompok atau masyarakat. Oleh karena itu perawat dituntut untuk selalu mengikuti perkembangan, memanfaatkan media massa atau media informasi lain dari berbagai sumber. Selain itu perawat perlu melakukan penelititan dalam rangka : mengembangkan ilmu keperawatan dan meningkatkan praktek profesi keperawatan khususnya pelayanan keperawatan pendidikan keperawatan dan administrasi keperawatan. Perawat juga menunjang pengembangan di bidang kesehatan dengan berperan serta dalam kegiatan penelitian kesehatan (Lokakarya, 1983).

2.3. Tanggung jawab perawat Secara umum perawat mempunyai tanggung jawab dalam memberikan asuhan keperawatan, meningkatkan ilmu pengetahuan dan meningkatkan diri sebagai profesi. Tanggung jawab memberikan asuhan keperawatan kepada pasien mencakup aspek bio-psiko-kultural-spiritual dalam upaya pemenuhan kebutuhan dasarnya dengan menggunakan proses keperawatan yang meliputi : 1. Membantu pasien memperoleh kesehatannya. 2. Membantu pasien yang sehat untuk memelihara kesehatannya. 3. Membantu pasien yang tidak bisa disembuhkan untuk menerima kondisinya.

Universitas Sumatera Utara

4. Membantu pasien yang menghadapi ajal untuk memperlakukan secara manusiawi sesuai martabatnya sampai meninggal.

2.4. Lingkup kewenangan perawat Gartinah,dkk (1999) membagi kewenangan perawat menjadi lima, yaitu : 1. Melaksanakan pengkajian perawat terhadap status bio-psiko-sosio-kultural spiritual pasien. 2. Merumuskan diagnosis keperawatan terkait dengan fenomena dan garapan utama yaitu tidak terepenuhinya kebutuhan dasar pasien. 3. Menyusun rencana tindakan keperawatan. 4. Melaksanakan tindakan keperawatan.

2.5. Tugas Pokok Perawat Puskesmas a. Melaksanakan tugas asuhan keperawatan didalam gedung maupun diluar gedung. b. Berkolaborasi dengan Dokter dalam pelayanan pengobatan pasien baik di Puskesmas induk maupun di pos-pos Puskesling. c. Bertanggung jawab atas kebersihan dan penataan ruang BP/IGD/Poli MTBS. d. Bertanggung jawab atas pemeliharaan dan pengamanan alat medis dan non medis di ruang BP/IGD/MTBS. e. Membantu

kegiatan

lintas

program

antara

lain

dalam

kegiatan

pemberantasan penyalit, UKS, Penyukuhan Kesehatan Masyarakat dan kegiatan lapangan lainnya.

Universitas Sumatera Utara

f. Melaksanakan kegiatan Puskesmas diluar gedung. g. Membantu pelaksanaan kegiatan Posyandu balita dan Posyandu lansia. h. Membantu Kepala Puskesmas dalam membuat perencanaan kegiatan. i. Membantu Kepala Puskesmas dalam membuat laporan kegiatan. j.

Melaksanakan kegiatan pelayanan pos MTBS di Puskesmas.

k. Membantu pelaksanaan pelacakan kelainanmata, jiwa dan tumbuh kembang anak balita (Mubarak & Chayatin, 2009).

3. Tinjauan Tentang Penelitian Kualitatif 3.1. Definisi Penelitian Kualitatif Riset kualitatif adalah pendekatan induktif untuk menentukan atau mengembangkan pengetahuan. Riset ini memerlukan keterlibatan penelitian dalam mengidentifikasi pengertian atau relevansi fenomena tertentu terhadap individu. Analisa dan interpretasi hasil riset dalam metoda ini biasanya tidak tergantung pada kuantitatif pengamatan (Brockopp & Tolsma, 1999). Secara kolektif, strategi riset kualitatif sering disebut sebagai riset naturalistik. Istilah naturalistik

merujuk

pada

kenyataan

bahwa

tipe

riset

ini

sering

mempertimbangkan fenomena studi dalam kehidupan sehari-hari.

3.2. Tujuan Penelitian Kualitatif Tujuan penggunaan metodologi riset kualitatif dapat bervariasi. Hal ini dapat merupakan cara yang berguna, menghasilkan pengetahuan tentang area yang mendapat relatif sedikit usaha riset. Metode ini juga berguna sewaktu

Universitas Sumatera Utara

dicurigai terjadi bias dalam pengetahuan atau teori-teori saat ini, atau pertanyaan riset berhubungan dengan pemahaman dan penggambaran suatu fenomena (Field & Morse, 1985, Morse, 1991 dalam Brockopp & Tolsma, 1999). Riset kualitatif mencoba untuk menggali/eksplorasi, menggambarkan atau mengembangkan pengetahuan bagaimana kenyataan dialami (Brockopp & Tolsma, 1999).

3.3. Tipe Desain Penelitian Kualitatif Menurut Brockopp dan Tolsma (1999) penelitian kualitatif dibedakan menjadi lima jenis yaitu: 1. Fenomenologi Fenomenologi adalah cabang filosofi yang menekankan subjektivitas pengalaman manusia. Sewaktu digunakan sebagai dasar filosofis dalam riset, fenomenologi mengamanatkan bahwa data ilmiah dihasilkan dengan mempelajari informasi yang diharapkan dari peserta riset. Peneliti yang menggunakan pendekatan fenomenologis menaruh perhatian terhadap totalitas pengalaman manusia. Riset fenomenologis mengamanatkan peneliti untuk akrab dengan peserta riset dan lingkungannya (Davis, 1978). Maka akan ada beberapa harapan tentang apa yang akan ditemukan dalam mempelajari peserta dan pengalamannya. Peserta menghasilkan realitas pengalaman tanpa hipotesa atau “firasat” sebelumnya yang ditetapkan untuk mengarahkan apa yang harus ditemukan. Peneliti bertindak sebagai papan tulis yang bersih, bersedia untuk menampung suatu bab baru tentang pengetahuan yang dicari (Omery, 1983 dalam Brockopp & Tolsma, 1999).

Universitas Sumatera Utara

3.4. Menganalisa Data Kualitatif Analisa data kualitatif memerlukan waktu. Hubungan-hubungan sering kali tak terlihat dan memerlukan suatu kesadaran intuitif (berdasarkan intuisi) untuk mengidentifikasikannya. Selain itu, data biasanya sangat besar jumlahnya penelaahan yang jarang cepat menyatakan kekayaan informasi yang dikumpulkan sedikit demi sedikit. Analisa data dalam metodologi kualitatif terdiri dari langkah yang meliputi identifikasi tema-tema, membuktikan tema-tema yang dipilih melalui gambaran data tersebut dan pembahasan dengan para peneliti atau ahliahli dalam bidang tersebut, mengkatagorikan tema-tema (menggunakan kategorikategori yang ada atau kategori-kategori baru), mencatat data yang mendukung kategori-kategori tersebut, dan identifikasi proporsi (Field & Morse, 1985; Polit & Hungler, 1991; Leininger, 1985; Parse, Coyne & Smith,1985 dalam Brockopp & Tolsma, 1999).

3.5. Analisis Isi (Content Analysis) Content Analysis adalah teknik penelitian untuk membuat inferensi-inferensi yang dapat ditiru (replicabel), dan salih data dengan memperhatikan konteksnya. Analisi isi berhubungan dengan komunikasi dan isi komunikasi. Dalam penelitian kualitatif, Analisis isi ditekankan pada bagaimana peneliti melihat kesenjangan isi komunikasi secara kualitatif, pada bagaimana penelti memaknakan isi komunikasi, membaca simbol-simbol, memaknakan isi interaksi simbolik yang terjadi dalam komunikasi (Bungin, 2006). Menurut Hsieh & shanon (2005) Content analysis merupakan metode interpretasi subjektif dari isi data teks

Universitas Sumatera Utara

melalui proses klasifikasi yang sistematis dengan cara pembuatan kode (koding) dan penentuan tema atau pola.

3.6. Validasi Data Kualitatif Menurut Lincoln dan Guba (1985, dalam Polit & Hangler, 1999) mengusulkan pengukuran yang spesifik dalam penelitian kualitatif yaitu: 1. Credibility Suatu langkah dimana peneliti memperbaiki dan mengevaluasi keabsahan dari kesimpulan datanya, mengacu pada data yang benar. Lincoln dan Guba (1985) menjelaskan dua aspek dalam tahap ini, pertama dengan pencarian data yang lebih dipercaya dan yang kedua mendemonstrasikan kebsahan data mengacu pada kejujuran dari teknik penelitian. Peneliti mampu membuat catatan lengkap mereka sendiri yang terbaru dalam penelitian dan dengan pola yang benar. Strategi yang digunakan prolonged engagement (perjanjian panjang), observasi tetap, bertanya dengan teman, trianggulasi, dan pemeriksaan anggota a. Prolonged engagement Seorang peneliti berupaya mengenal partisipan dalam pengumpulan data guna memahami tentang kebudayaan, bahasa, melihat kelompok belajar, dan tidak adanya informasi yang salah. Tahap ini juga membangun kepercayaan antara peneliti dan partisipan (Polit dan Hungler, 1999) b. Persisten Observation Peneliti melakukan pengamatan yang terus menerus, untuk menemukan ciriciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu

Universitas Sumatera Utara

yang sedang diteliti, serta memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci terhadap partisipan. c. Triangulation Peneliti menarik kesimpulan sementara dengan apa yang menjadi tujuan penelitian dengan melihat waktu, orang dan tempat penelitian. Metodenya dengan mewawancara terhadap partisipan yang merupakan masyarakat yang berada diwilah kerja puskesmas Sei Agul dan dokumen yang mendukung. Tujuan akhir dari triangulasi ini yaitu peneliti berusaha keras untuk memilih informasiinformasi yang benar. d. Member check Suatu cara untuk mendapatkan umpan balik dari partisipan mengenai datadata yang telah dikumpulkan dan peneliti melihat kembali reaksi partisipan. Tujuannya yaitu untuk menetapkan kebenaran data kualitatif. 2. Transferability yaitu keyakinan peneliti mengenai sesuatu hendaknya memiliki hubungan yang pasti, dengan cara pengumpulan data deskriptif yang lengkap atau gambaran lengkap tentang perkembangan yang akan diteliti. Peneliti perlu mencari kebenaran tentang data yang digunakan. Maksudnya dalam penentuan sampel dan desain penelitian harus searah. . 3. Dependability Hasil penelitian mengacu pada kekonsistenan peneliti dalam mengumpulkan data, membentuk, dan menggunakan konsep-konsep ketika membuat interpretasi untuk menarik kesimpulan.

Universitas Sumatera Utara

4. Confirmability Hasil penelitian dapat dibuktikan kebenarannya dimana hasil penelitian sesuai dengan data yang dikumpulkan dan dicantumkan dalam laporan lapangan. Hal ini dilakukan dengan membicarakan hasil penelitian dengan orang yang tidak ikut dan tidak berkepentingan dalam penelitian dengan tujuan agar hasil dapat lebih objektif.

Universitas Sumatera Utara