BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori 1. Konsep Kehamilan Masa kehamilan di mulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya kehamilan normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari pertama haid terakhir. Kehamilan di bagi dalam 3 triwulan yaitu triwulan pertama di mulai dari konsepsi sampai 3 bulan, triwulan ke dua dari bulan ke empat sampai bulan ke 7, triwulan ketiga dari bulan ke 7 sampai 9 bulan (Saifuddin, 2008). Kehamilan matur (cukup bulan) berlangsung kira-kira 40 minggu (280 hari) dan tidak lebih dari 43 minggu (300 hari). Kehamilan yang berlangsung antara 28 dan 36 minggu disebut kehamilan prematur, sedangkan bila lebih dari 43 minggu disebut kehamilan postmatur (Mansjoer, 2001). Menurut usia kehamilan, kehamilan dibagi menjadi: a. Kehamilan trimester pertama: 0-14 minggu b. Kehamilan trimester kedua: 14-28 minggu c. Kehamilan trimester ketiga: 28-42 minggu
7
Kehamilan sebagai keadaan fisiologis dapat diikuti proses patologis yang mengancam keadaan ibu dan janin. Tenaga kesehatan harus dapat mengenal perubahan yang mungkin terjadi sehingga kelainan yang ada, dapat dikenal lebih dini. Tujuan pemeriksaan antenatal adalah menyiapkan fisik dan mental ibu serta menyelamatkan ibu dan anak dalam kehamilan, persalinan, dan masa nifas agar sehat dan normal setelah ibu melahirkan (Mansjoer, 2001). 2. Paritas Paritas adalah jumlah janin dengan berat badan lebih dari atau sama dengan 500 gram yang pernah dilahirkan, hidup maupun mati. Bila berat badan tak diketahui maka dipakai umur kehamilan, yaitu 24 minggu (Siswosudarmo, 2008). Penggolongan paritas bagi ibu yang masih hamil atau pernah hamil berdasarkan jumlahnya menurut Perdinakes-WHOJPHIEGO yaitu: a. Primigravida Adalah wanita hamil untuk pertama kalinya b. Multigravida Adalah wanita yang pernah hamil beberapa kali, di mana kehamilan tersebut tidak lebih dari 5 kali. c. Grandemultigravida Adalah wanita yang pernah hamil lebih dari 5 kali.
Menurut sumber lain jenis paritas bagi ibu yang sudah partus antara lain yaitu: a. Nullipara adalah wanita yang belum pernah melahirkan bayi yang mampu hidup (Siswosudarmo, 2008). b. Primipara adalah wanita yang pernah 1 kali melahirkan bayi yang telah mencapai tahap mampu hidup (Siswosudarmo, 2008). c. Multipara adalah wanita yang telah melahirkan 2 janin viabel atau lebih (Siswosudarmo, 2008). d. Grandemultipara adalah wanita yang telah melahirkan bayi 6 kali atau lebih (Mochtar, 1998). Grandemultipara adalah wanita yang telah melahirkan 5 orang anak atau lebih (Padjadjaran, FK., 1983). e. Great Grandemultipara adalah seorang wanita yang telah melahirkan bayi yang sudah viable 10 kali atau lebih (Wiknjosastro, 2002). 3. Asuhan Antenatal (Antenatal Care) Pengertian Antenatal Care adalah suatu program yang terencana berupa observasi, edukasi dan penanganan medik pada ibu hamil, untuk memperoleh suatu proses kahamilan dan persiapan persalinan yang aman dan memuaskan (Mudlilah, 2009). Tujuan antenatal antara lain (Saifuddin, 2008): a. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi.
b. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, dan sosial ibu dan bayi. c. Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin terjadi selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan. d. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin. e. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI eksklusif. f. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal. Dari tujuan tersebut, tujuan kunjungan antenatal pada kunjungan pertama adalah (Mufdillah,2009): a. Menentukan diagnosis ada atau tidaknya kehamilan b. Menentukan usia kehamilan dan perkiraan persalinan c. Menentukan status kesehatan ibu dan janin. d. Menentukan kehamilan normal atau abnormal serta ada atau tidaknya faktor risiko kehamilan e. Menentukan rencana pemeriksaan atau penatalaksanaan selanjutnya. 4. Kebijakan Pemerintah Tentang Standar Pelayanan Antenatal Menurut Mufdlilah (2009) menyatakan bahwa standar pelayanan antenatal yang berkualitas dtetapkan oleh Departemen Kesehatan RI yaitu memberikan pelayanan kepada ibu hamil minimal 4 kali, yaitu 1 kali pada
trimester I, 1 kali pada trimester II, dan 2 kali pada trimester III untuk memantau keadaan ibu dan janin dengan seksama, sehingga dapat mendeteksi secara dini dan dapat memberikan intervensi secara tepat. Menurut Saifuddin (2008) pelayanan/asuhan antenatal hanya dapat di berikan oleh tenaga kesehatan profesional dan tidak dapat di berikan oleh dukun bayi. Untuk itu perlu kebijakan teknis untuk ibu hamil secara keseluruhan yang bertujuan untuk mengurangi resiko dan komplikasi kehamilan secara dini. Kebijakan teknis itu dapat meliputi komponenkomponen sebagai berikut : a. Mengupayakan kehamilan yang sehat b. Melakukan deteksi dini komplikasi, melakukan penatalaksanaan awal serta rujukan bila diperlukan. c. Persiapan persalinan yang bersih dan aman d. Perencanaan antisipasi dan persiapan dini untuk melakukan rujukan jika terjadi komplikasi. Dalam memberikan pelayanan tersebut telah diberikan pelayanan atau asuhan standar minimal ”7T” yaitu a. Timbang berat badan ibu hamil dan pengukuran lingkar lengan atas (LLA) secara teratur mempunyai arti klinis penting, karena ada hubungan erat antara pertambahan berat badan selama kehamilan dengan berat badan lahir anak. Pertambahan berat badan ibu selama kehamilan dapat digunakan sebagai indikator pertumbuhan janin dalam rahim. Pertambahan yang optimal adalah kira-kira 20% dari
berat badan ibu sebelum hamil, jika berat badan tidak bertambah, lingkar lengan atas <23,5 cm menunjukkan ibu mengalami kurang gizi (Mufdlilah, 2009). b. Pengukuran Tekanan darah dan penimbangan
berat badan harus
dilakukan secara rutin dengan tujuan untuk melakukan deteksi dini terhadap terjadinya tiga gejala preeklamsi. Apabila pada kehamilan triwulan III terjadi kenaikan berat badan lebih dari 1 kg, dalam waktu 1 minggu kemungkinan disebabkan terjadinya oedema, apabila kenaikan tekanan darah dan tekanan diastolik yang mencapai >140/90 mmHg atau mengalami kenaikan 15 mmHg dalam 2 kali pengukuran dengan jarak 1 jam. ibu hamil dikatakan dalam keadaan preeklamsi mempunyai 2 dari 3 gejala preeklamsi. Apabila preeklamsi tidak dapat diatasi, maka akan berlanjut menjadi eklamsi. Eklamsi merupakan salah satu penyebab kematian maternal yang seharusnya dapat dicegah atau deteksi secara dini, melalui monitoring kenaikan tekanan darah dan kenaikan berat badan yang berlebihan (Mufdlilah, 2009). c. Mengukur Tinggi fundus uteri dilakukan secara rutin dengan tujuan mendeteksi secara dini terhadap berat badan janin. Indikator pertumbuhan berat janin intrauterin, tinggi fundus uteri dapat juga mendeteksi secara dini terhadap terjadinya molahidatidosa, janin ganda atau hidramnion di mana ketiganya dapat mempengaruhi terjadinya kematian maternal (Mufdlilah, 2009).
d. Pemberian imunisasi tetanus toxoid (TT) lengkap kepada ibu hamil sebanyak 2 kali dengan jarak minimal 4 minggu, diharapkan dapat menghindari terjadinya tetanus neonatorum dan tetanus pada ibu bersalin dan nifas (Mufdlilah, 2009). e. Pemberian Tablet zat besi, 90 tablet selama 3 bulan kehamilan, diminum setiap hari, ingatkan ibu hamil tidak minum dengan teh dan kopi, suami atau keluarga hendaknya selalu dilibatkan selama ibu mengkonsumsi zat besi, untuk meyakinkan betul-betul diminum (Mufdlilah, 2009). f. Tes laboratorium (rutin dan khusus) Pemeriksaan laboratorium rutin mencakup pemeriksaan hemoglobin, protein urine, gula darah, dan hepatitis B. Pemeriksaan khusus dilakukan didaerah prevalensi tinggi dan atau kelompok perilaku berisiko dilakukan terhadap HIV, sifilis, malaria, tuberkulosis, cacingan dan thalasemia (Machfoeds, 2009). g. Temu wicara (Konseling) Pelayanan antenatal ini hanya dapat diberikan oleh tenaga kesehatan dan tidak dapat dilakukan oleh dukun bayi. Disini untuk memberikan penyuluhan tentang perawatan hamil, perawatan payudara, gizi ibu hamil, tanda-tanda bahaya pada kehamilan dan tanda-tanda pada janin sehingga ibu dan keluarga dapat segera mengambil keputusan dalam perawatan selanjutunya dan mendengarkan keluhan yang disampaikan oleh ibu dengan penuh minat (Machfoeds, 2009; Mufdlilah, 2009).
Menurut Saifuddin (2008) jadwal kunjungan antenatal tersebut yaitu: a) Kunjungan I (KI): Sebelum umur kehamilan 16 minggu. Menurut Pedoman Pemantauan Kesejahteraan Ibu dan Anak (PWS KIA, 1998) Kunjungan I ibu hamil dibedakan menjadi 2, yaitu: 1) Kunjungan I (K1) Akses K1 akses Ialah kunjungan ibu hamil baru (pertama kali periksa kehamilan) tanpa memandang umur kehamilan atau lebih dari 16 minggu. Contoh: Ibu hamil 20 minggu yang datang untuk ANC pertama kalinya. 2) Kunjungan I (K1) Murni K1 murni ialah kunjungan ibu hamil baru (pertama kali periksa kehamilan) pada umur kehamilan 4-16 minggu. Dilakukan untuk (Saifuddin dkk, 2008): a) Penapisan dan pengobatan anemia b) Perencanaan persalinan c) Pengenalan komplikasi akan kehamilan dan pengobatannya. d) Pemberian imunisasi TT-1 e) Pemeriksaan Laboratorium 1) Darah : Hb, Golongan darah, VDRL, HbSAg, GDS. 2) Urine : Urine reduksi, Urine protein f) Pemberian tablet tambah darah (Fe): 90 hari F segera setelah masa mual hilang.
b) Kunjungan II (K2) : (24-28 minggu) c) Kunjungan III (32 minggu), dilakukan untuk: 1) Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatannya 2) Penapisan pre eklamsi, gemelli, infeksi alat reproduksi dan perkemihan. 3) Mengulang perencanaan persalinan. 4) Pemberian imunisasi TT-II d) Kunjungan IV (K4) : Umur kehamilan 36 minggu sampai akhir, dilakukan untuk: 1) Sama seperti kegiatan kunjungan II dan III 2) Mengenali adanya kelainan letak dan presentasi, 3) Memantapkan rencana persalinan, 4) Mengenali tanda-tanda persalinan. 5) Cek kembali Hb dan pemeriksaan lain jika ada indikasi. 5. Strategi Pelayanan Antenatal Dalam pengelolaan kesehatan ibu, khususnya dalam operasional pelayanan antenatal, terutama dalam meningkatkan cakupan K1 murni diperlukan perencanan yang baik, antara lain (Depkes RI, 1994): a. Pendataan sasaran Sasaran pelayanan antenatal adalah ibu hamil yang ada di suatu wilayah kerja, dapat diperoleh dengan pendataan langsung secara aktif oleh petugas Puskesmas bekerja sama dengan kader kesehatan, dukun bayi dan pamong setempat.
b. Pencatatan data ibu hamil dalam register kohort ibu c. Penentuan target cakupan pelayanan antenatal Cakupan pelayanan antenatal ialah persentase ibu hamil yang telah mendapat pemeriksaan kehamilannya oleh tenaga kesehatan. Dengan target cakupan ANC yang tinggi dan dengan tingkat mutu pelayanan yang baik, diharapkan ibu hamil di wilayah kerja (Puskesmas) dapat terlindung dari bahaya kesakitan dan kematian. d. Pelaksanaan pelayanan antenatal. Untuk memperkuat cakupan ANC di masyarakat, kegiatan ini perlu diintegrasikan dan dikoordinasikan dengan kegiatan lain seperti: 1) Kegiatan puskesmas keliling 2) Kegiatan tim KB keliling 3) Kegiatan perawatan kesehatan masyarakat 4) Kegiatan upaya gizi keluarga 5) Kegiatan posyandu 6. Konsep Pengetahuan a. Pengertian Pengetahuan adalah merupakan hasil ”tahu” dan ini terjadi setelah orang mengadakan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terhadap objek terjadi melalui panca indra manusia yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba dengan sendiri. Pada waktu pengindraan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian persepsi terhadap objek.
Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2005). Menurut teori World Health Organization (WHO) salah satu bentuk objek kesehatan dapat dijabarkan oleh pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman sendiri. 1) Tingkat Pengetahuan Pengetahuan yang tercakup didalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu (Notoadmodjo, 2003): a) Tahu (Know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu ”tahu” ini adalah merupakan tingkat pengetahuan yang paling rencah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari yaitu menyebutkan, menguraikan, mengidentifikasi, menyatakan dan sebagainya. b) Memahami (Comprehension) Memahami suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang
objek
yang
diketahui
dan
di
mana
dapat
menginterprestasikan secara benar. Orang yang paham terhadap objek atau materi terus dapat menjelaskan, menyebutkan, menyimpulkan, dan meramalkan terhadap objek yang dipelajari.
c) Aplikasi (Application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi ataupun kondisi sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukumhukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. d) Analisis (Analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menyatakan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen tetapi masih di dalam struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. e) Sintesis (Syntesis) Sintesis yang dimaksud menunjukkan pada suatu kemampuan untuk melaksanakan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi yang ada. f) Evaluasi (Evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.
b. Cara Memperoleh Pengetahuan Cara memperoleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2005): 1) Cara kuno untuk memperoleh pengetahuan a) Cara coba salah (Trial and Error) Metode ini telah digunakan orang dalam waktu yang cukup lama untuk memecahkan berbagai masalah. Bahkan sampai sekarang pun metode ini masih sering dipergunakan. Metode ini telah banyak
jasanya,
terutama
dalam
meletakkan
dasar-dasar
menemukan teori-teori dalam berbagai cabang ilmu pengetahuan. Disamping itu, pengalaman yang diperoleh melalui penggunaan metode ini banyak membantu perkembangan berpikir dan kebudayaan manusia ke arah yang lebih sempuna. b) Cara kekuasaan atau otoritas Sumber pengetahuan cara ini dapat berupa pimpinan masyarakat baik formal atau informal, ahli agama, pemegang pemerintah, dan berbagai prinsip orang lain yang menerima mempunyai yang dikemukakan oleh orang yang mempunyai otoritas, tanpa menguji terlebih dahulu atau membuktikan kebenarannya baik berdasarkan fakta empiris maupun penalaran sendiri. c) Berdasarkan pengalaman pribadi Hal ini dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi masa lalu.
2) Cara modern dalam memperoleh pengetahuan Cara baru atau cara modern dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih sistematis, logis, dan ilmiah. Cara ini disebut ”metode penelitian ilmiah”, atau lebih populer disebut metodologi penelitian. c. Sumber – sumber pengetahuan Menurut Istiarti (2000) pengetahuan seseorang biasanya diperoleh dari pengalaman yang berasal dari berbagai macam sumber, misalnya media massa, media elektronik, buku petunjuk, petugas kesehatan, media poster, kerabat dekat dan sebagainya. Sedangkan menurut Notoatmodjo (2003) sumber pengetahuan dapat berupa pemimpin – pemimpin masyarakat baik formal maupun informal, ahli agama, pemegang pemerintahan dan sebagainya. d. Menurut Notoatmodjo (2003) faktor yang mempengaruhi pengetahuan yaitu : 1) Pendidikan Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh dalam memberi respon terhadap sesuatu yang datang dari luar. Orang yang berpendidikan tinggi akan memberikan respon yang lebih rasional terhadap informasi yang datang dan akan berpikir sejauh mana keuntungan yang mungkin akan mereka peroleh dari gagasan tersebut. Suami yang berpendidikan tentu akan lebih banyak memberikan respon emosi, karena ada tanggapan bahwa hal yang baru akan
memberikan perubahan terhadap apa yang mereka lakukan di masa lalu. Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju kearah suatu cita – cita tertentu. Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup, terutama dalam memotivasi sikap berperan serta dalam perkembangan kesehatan. Semakin tinggi tingkat kesehatan seseorang makin menerima informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. 2) Paparan media massa Melalui berbagai media baik cetak maupun elektronik berbagai informasi dapat diterima masyarakat, sehingga seseorang yang lebih sering terpapar media massa (TV, radio, majalah, pamflet, dan lain lain) akan memperoleh informasi yang lebih banyak dibandingkan dengan orang yang tidak pernah terpapar informasi media. Ini berarti paparan media massa mempengaruhi tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang. 3) Ekonomi Dalam memenuhi kebutuhan pokok (primer) maupun kebutuhan sekunder, keluarga dengan status ekonomi baik akan lebih mudah tercukupi dibandingkan keluarga dengan status ekonomi rendah. Hal ini akan mempengaruhi pemenuhan kebutuhan sekunder. Jadi dapat disimpulkan bahwa ekonomi dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang tentang berbagai hal.
4) Hubungan sosial Manusia adalah makhluk sosial dimana dalam kehidupan saling berinteraksi antara satu dengan yang lain. Individu yang dapat berinteraksi secara continue akan lebih besar terpapar informasi. Sementara faktor hubungan sosial juga mempengaruhi kemampuan individu sebagai komunikasi untuk menerima pesan menurut model komunikasi
media
dengan
demikian
hubungan
sosial
dapat
mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang tentang suatu hal. 5) Pengalaman Pengalaman seorang individu tentang berbagai hal biasa di peroleh dari lingkungan kehidupan dalam proses perkembangannya, misalnya sering mengikuti kegiatan. Kegiatan yang mendidik misalnya seminar organisasi dapat memperluas jangkauan pengalamannya, karena dari berbagai kegiatan tersebut informasi tentang suatu hal dapat diperoleh. 7. Perilaku Kesehatan a. Pengertian Perilaku kesehatan adalah respon seseorang terhadap stimulus atau obyek yang berkaitan dengan sehat-sakit, penyakit, dan faktor-faktor yang
mempengaruhi
sehat-sakit
(kesehatan)
seperti
lingkungan,
makanan, minuman dan pelayanan kesehatan (Notoatmodjo, 2003).
Perilaku ini dibagi menjadi 3 tingkat yang merupakan aspek perilaku dalam pelayanan antenatal (Notoatmodjo, 2005) : 1) Pengetahuan, yaitu hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya. 2) Sikap, yaitu respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu. 3) Tindakan atau praktik, yaitu kecenderungan untuk bertindak (praktik) terhadap situasi dan atau rangsangan dari luar. Perilaku kesehatan
dapat dirumuskan semua aktivitas atau
kegiatan seseorang, baik yang dapat diamati maupun yang tidak dapat diamati, yang berkaitan dengan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan. Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau objek. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka (Notoatmodjo, 2003). Sikap dan perilaku merupakan dua dimensi dalam diri individu yang berdiri sendiri, terpisah, dan berbeda. Mengetahui sikap tidak berarti dapat memprediksi perilaku (Azwar, 2009). Perilaku itu terbentuk di dalam diri seseorang dari dua faktor utama yakni: stimulus merupakan faktor dari luar diri seseorang tersebut (faktor eksternal), dan respon merupakan faktor dari dalam diri orang yang bersangkutan (faktor internal). Faktor eksternal atau stimulus adalah
faktor lingkungan, baik lingkungan fisik, maupun non fisik dalam bentuk sosial, budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya. Dari penelitianpenelitian yang ada faktor eksternal yang paling besar perannya dalam membentuk perilaku manusia adalah faktor sosial dan budaya, di mana seseorang tersebut berada. Sedangkan faktor internal yang menentukan seseorang itu merespons stimulus dari luar adalah: perhatian, pengamatan, persepsi, motivasi, fantasi, sugesti, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2005). Sikap individu memegang peranan dalam menentukan perilaku seseorang di lingkungannya. Selain itu, ada beberapa faktor yang ikut berpengaruh, antara lain hakikat stimulus, latar belakang pengalaman individu, motivasi, status kepribadian, dan sebagainya (Azwar, 2009). b. Model Perubahan Perilaku Menurut Green perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor utama, yaitu (Notoatmodjo, 2005): 1) Faktor Predisposisi (Predisposing Factors) Yaitu faktor-faktor yang mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang, antara lain pengetahuan, sikap, kepercayaan atau keyakinan, nilai-nilai tradisi dan sebagainya. a) Pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil ”tahu” dan ini terjadi setelah orang mengadakan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terhadap objek terjadi melalui panca indra manusia
yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba dengan sendiri.
Pada
waktu
pengindraan
sampai
menghasilkan
pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2005). b) Sikap Sikap adalah penilaian (bisa berupa pendapat) seseorang terhadap stimulus atau objek (dalam hal ini adalah masalah kesehatan, termasuk penyakit). Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek, proses selanjutnya akan menilai atau bersikap terhadap stimulus atau objek kesehatan tersebut (Notoatmodjo, 2003). c) Kepercayaan atau keyakinan Dalam bidang kesehatan perilaku seseorang sangat di pengaruhi oleh kepercayaan orang tersebut terhadap kesehatan. Kepercayaan yang dimaksud meliputi manfaat yang akan didapat, hambatan yang ada, kerugian, dan kepercayaan bahwa seseorang dapat terserang penyakit (Istiarti, 2000). 2) Faktor Pemungkin (Enabling factors) Yaitu faktor-faktor yang memungkinkan atau yang memfasilitasi perilaku atau tindakan. Yang dimaksud faktor pemungkin adalah fasilitas untuk terjadinya perilaku kesehatan atau tersedia tidaknya fasilitas kesehatan yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. Misalnya Puskesmas, Posyandu, Rumah sakit, dan sebagainya.
3) Faktor Penguat (Reinforsing Factors) Yaitu faktor-faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku. Kadang-kadang, meskipun seseorang tahu dan mampu untuk berperilaku sehat, tetapi tidak melakukannya. Untuk berperilaku sehat memerlukan contoh dari para tokoh masyarakat. Misalnya seorang ibu hamil tahu manfaat periksa hamil, dan di dekat rumahnya ada Polindes, dekat dengan bidan, tetapi ia tidak mau melakukan periksa hamil, karena ibu lurah dan ibu-ibu tokoh lain tidak pernah periksa hamil, namun anaknya tetap sehat.
B. Kerangka Teori Faktor Predisposisi: • Pengetahuan • Paritas • Sikap • Keyakinan • Kepercayaan • Nilai-nilai Kunjungan KI
Faktor pemungkin:
Murni
• Fasilitas/sarana kesehatan Faktor Pendukung: • Tokoh Masyarakat
Gambar 2.1 Kerangka Teori Sumber: Modifikasi Istiarti, 2000 dan Notoatmodjo, 2005 C. Kerangka Konsep Variabel Independen Pengetahuan ibu hamil
Paritas Gambar 2.2 Kerangka Konsep
Variabel Dependen
Kunjungan K1 murni
D.
Hipotesis Hipotesis adalah asumsi atau dugaan mengenai sesuatu hal yang dibuat untuk menjelaskan hal tersebut yang sering dituntut untuk melakukan pengecekannya (Riwidikdo, 2008). Hipotesis dalam penelitian ini yaitu: 1. Ada hubungan antara pengetahuan ibu hamil dengan kunjungan K1 murni 2. Ada hubungan antara paritas ibu dengan kunjungan K1 murni.