BAB II. TINJAUAN PUSTAKA II.1. Kedaruratan Psikiatri

timbul halusinasi penglihatan terutama pada drom otak organik yang sin akut atau halusinasi pendengaran terutama pada Skizofrenia...

16 downloads 468 Views 482KB Size
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Kedaruratan Psikiatri Kedaruratan psikiatri adalah sub bagian dari psikiatri yang mengalami gangguan alam pikiran, perasaan, atau perilaku yang membutuhkan intervensi terapeutik segera. yang disebabkan oleh berbagai keadaan seperti bertambahnya tindak kekerasan, perubahan perilaku dan jiwa akibat penyakit organik, serta epidemik dari gangguan penggunaan zat seperti alkoholisma. 8-11 Pada

kedaruratan

psikiatri,

prioritas

yang

utama

diberikan

pengobatan pada pasien agitasi yang dapat menimbulkan insiden pada pasien dan melukai petugas yang menimbulkan ketidaknyamanan secara psikologis terhadap pasien. Secara klinis agitasi dapat dijumpai berupa pembicaraan yang berlebihan dan abnormal atau penyerangan fisik, perilaku motorik tertentu, kemarahan yang memuncak daan gangguan fungsi pada pasien. 12 Pasien psikotik sering dirujuk ke bagian darurat oleh seseorang yang lain. Tingkah laku yang tidak dapat ditoleransi pada masyarakat, seperti tindak kekerasan, agresi, agitasi, dan tingkah laku yang kacau atau yang tidak sesuai, biasanya akan melibatkan pihak penegak hukum ataupun layanan darurat medis. Keluarga dari pasien psikotik membawa pasien ke layanan kedaruratan karena tindakan agresif, atau mereka

Universitas Sumatera Utara

melaporkan bahwa pasien berhenti makan, tidak tidur, berperilaku aneh, atau mereka tidak mampu lagi mengurus diri. 13

II.2. Penyerangan Keadaan gaduh-gelisah dapat dimasukkan ke dalam golongan kedaruratan psikiatrik, bukan karena frekuensinya yang cukup tinggi; akan tetapi karena keadaan ini berbahaya, baik bagi pasien sendiri maupun bagi lingkungannya, termasuk orang-orang dan benda-benda. 14 Keadaan gaduh-gelisah biasanya timbul akut atau subakut. Gejala utama adalah gangguan psikomotorik yang sangat meningkat. Orang itu banyak sekali berbicara, berjalan mondar-mandir, tidak jarang ia berlarilari dan meloncat-loncat bila keadaan itu berat. Gerakan tangan dan kaki serta mimik dan suaranya cepat dan hebat. Mukanya kelihatan bingung, marah-marah atau takut. Ekspresi ini mencerminkan adanya gangguan afek-emosi dan proses berpikir yang tidak realistik lagi. Jalan pikiran biasanya cepat dan sering terdapat waham curiga. Tidak jarang juga timbul halusinasi penglihatan terutama pada sindrom otak organik yang akut atau halusinasi pendengaran terutama pada Skizofrenia.14-15 Karena gangguan berpikir ini, serta waham curiga dan halusinasi lebih-lebih bila halusinasi ini menakutkan, maka pasien menjadi sangat bingung, gelisah dan gaduh. Ia bersikap bermusuhan dan mungkin menjadi berbahaya bagi dirinya sendiri dan/atau lingkungannya. Ia dapat melukai diri sendiri atau mengalami kecelakaan maut dalam kegelisahaan

Universitas Sumatera Utara

yang hebat itu. Jika waham curiganya keras atau halusinasinya sangat menakutkan, maka ia dapat menyerang orang lain atau merusak barangbarang di sekitarnya.16 Ancaman perilaku untuk membunuh atau menyerang sering dijumpai pada unit psikiatri. Faktor yang meningkatkan kemungkinan adanya perilaku menyerang termasuk agitasi, psikosis terutama adanya waham paranoid dan halusinasi perintah, riwayat adanya tindak kekerasan di masa lalu, adanya stress masa kini, intoksikasi obat atau alkohol, gejala abstinensia dari alkohol dan hipnotika-sedatif, dan Gangguan Organik memberikan indikasi akan terjadinya tindak kekerasan saat ini. 17 Penyerangan adalah masalah yang muncul pada darurat psikiatri, sekitar 40 persen pasien dibawa oleh polisi. 18

II.3. Kekerasan Kekerasan merupakan agresi fisik yang dilakukan oleh satu orang kepada orang lain. Jika ditujukan pada diri sendiri, kekerasan disebut sebagai mutilasi diri atau perilaku bunuh diri.

17

Kekerasan dapat

disebabkan oleh suatu kisaran luas gangguan psikiatrik, tetapi juga dapat terjadi pada orang normal yang tidak dapat menghadapi stress hidup dengan cara yang tidak terlalu berat. Seperti yang telah disebutkan di atas, kekerasan dan ancaman kekerasan sering ditemui di lingkungan kegawat daruratan psikiatri.

16,19

Universitas Sumatera Utara

Pada pasien dapat timbul perilaku kekerasan bila mengalami halusinasi

seperti

ketakutan

atau

ketika

halusinasi

memerintahkannya untuk melakukan tindakan tertentu.

tersebut

20

Kondisi psikiatrik yang banyak terkait dengan tindak kekerasan termasuk gangguan psikotik seperti skizofrenia dan mania terutama bila pasien paranoid atau sedang mengalami halusinasi perintah, intoksikasi alkohol dan obat lain, sindrom putus alkohol dan hipnotika-sedatif, furor (kegelisahan) katatonik, depresif agitatif, gangguan kepribadian yang ditandai oleh amarah dan pengendalian impuls yang buruk contoh gangguan kepribadian ambang dan anti sosial, dan gangguan organik terutama yang mengenai lobus temporal dan frontal. Faktor risiko lain untuk tindak kekerasan termasuk ungkapan yang mengarah ke tindak kekerasan itu, adanya rencana kearah tindak kekerasan, terdapatnya alat atau senjata untuk tindak kekerasan, jenis kelamin laki-laki, umur muda 15-24 tahun, status ekonomi rendah, sistem penunjang sosial buruk, riwayat

tindak

kekerasan

sebelumnya,

tindak

antisosial

lainnya,

pengendalian impuls yang kurang, riwayat usaha percobaan bunuh diri, dan stressor yang baru saja terjadi. Faktor tambahan lainnya yang penting termasuk riwayat penganiayaan masa anak, adanya riwayat trias masa kanak yang penting seperti suka mengompol, bermain api dan membakar, serta kekejaman terhadap hewan, riwayat tindak pidana; mengendarai kendaraan ugal-ugalan, serta riwayat tindak kekerasan keluarga. 8

Universitas Sumatera Utara

II.4. Pergi Tanpa Tujuan Pengembara (wandering) yaitu orang yang mengadakan perjalanan kemana-mana dengan tidak mempunyai tujuan tertentu.

21

Mengembara dapat terjadi dalam beberapa kategori termasuk: 1. Pasien yang berusaha untuk keluar 2. Pasien yang suka membongkar barang-barang rongsokan 3. Pasien yang terus-terusan menjelajahi rumah atau tempat-tempat lain 4. Pasien yang berkunjung Keluarga atau tim pengobatan harus berhati-hati mencatat tipe pengembara, frekwensi, durasi dari waktu ke waktu seperti gangguan lain yang berhubungan dengan episodenya. Keluarga maupun tim pengobatan harus membuat catatan yang masing-masing harus mencatat jenis informasi pada catatan medik untuk mengetahui gambaran perkembangan tingkah laku pasien. Pilihan pengobatan untuk tingkah laku pengembara pada dasarnya adalah melihat gambaran klinis dan penyebab dari aktifitas yang mengganggu. Walaupun pada beberapa pasien pengobatan terbaiknya dengan antipsikotik namun sebagian besar penyebabnya membutuhkan terapi perilaku. Pasien yang berusaha untuk melarikan diri dari fasilitas yang telah disediakan kemungkinan pasien tersebut sedang bingung atau psikotik. Pasien psikotik mengalami halusinasi, namun dapat juga mengalami dan menunjukkan agitasi. Pasien agitasi, depresi, akan

Universitas Sumatera Utara

berkembang menjadi ansietas sebagai akibat dari depresinya. Pasien sering kelihatan menderita dan mungkin berteriak atau menjerit. 22-23

II.5. Rekam Medik Rekam medik adalah keterangan baik yang tertulis maupun terekam tentang identitas, anamnese, pemeriksaan fisik, laboratorium, diagnosa segala pelayanan dan tindakan medik yang diberikan kepada pasien, dan pengobatan baik yang rawat inap, rawat jalan maupun yang terdapat pelayanan gawat darurat.

24

Di rumah sakit didapati 6 jenis rekam medik berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 269/MENKES/PER/III/2008 yaitu; 25  Rekam medik untuk pasien rawat jalan  Rekam medik untuk pasien rawat inap  Rekam medik untuk pasien gawat darurat  Rekam medik untuk pasien dalam keadaan bencana  Rekam medik untuk pelayanan dokter spesialis atau dokter gigi spesialiss  Pelayanan yang diberikan dalam ambulans atau pengobatan massal Untuk pasien rawat jalan, termasuk pasien gawat darurat, rekam medik mempunyai informasi pasien antara lain: a. Identitas dan formulir perizinan (lembar hak kuasa)

Universitas Sumatera Utara

b. Riwayat penyakit (anamnesa) tentang  Keluhan utama  Riwayat sekarang  Riwayat penyakit yang pernah diderita  Riwayat keluarga tentang penyakit yang mungkin diturunkan c. Laporan pemeriksaan fisik, termasuk pemeriksaan laboratorium, foto rontgen, scanning, MRI dan lain-lain. d. Diagnosa dan atau diagnosis banding e. Instruksi diagnostik dan terapeutik dengan tanda tangan pejabat kesehatan yang berwenang Untuk rawat inap, memuat informasi yang sama dengan yang tedapat dalam rawat jalan, dengan tambahan:  Persetujuan tindakan medik  Catatan konsultasi  Catatan perawatan dan tenaga kesehatan lainnya  Catatan observasi klinik dan hasil pengobatan II.5.1. Resume akhir dan evaluasi pengobatan Rekam medik psikiatri atau rekam kesehatan jiwa dikenal sebagai rekam kesehatan perilaku (behavioral health record). Di dalamnya terdapat data diagnostik dan penilaian terhadap informasi psikologi dan pelayanan psikiatri. Data yang terdapat di dalamnya meliputi diagnosis waktu masuk, alasan pasien masuk rawatan dan nama-nama yang membuat keputusan agar pasien dirawat. Selain itu rencana tujuan

Universitas Sumatera Utara

perawatan (goal oriented) juga harus ditegakkan. Informasi yang diperoleh dari keluarga dan lingkungan juga harus disertakan dalam rekaman. Persyaratan lain seperti evaluasi psikiatri termasuk riwayat masa lalu, status kejiwaan, riwayat penyakitbsekarang, kecerdasan dan fungsi memori. Catatan perkembangan juga garus mencatat setidaknya setiap minggu selama dua bulan pertama dan setidaknya sekali sebulan. Harus dibuat ringkasan riwayat pulang (resume) diakhir perawatan. Perlu perhatian khusus terhadap upaya penahanan pasien gaduh gelisah yang membahayakan dirinya sehingga bila perlu dilakukan fiksasi dan isolasi maupun penggunaan terapi lain misalnya electroconvulsive therapy. Perhatian akan kerahasiaan harus benar-benar ditegakkan dalam menangani berkas rekam medik jiwa. 26

Universitas Sumatera Utara