BAB II TUNJAUAN TEORI A. PENGERTIAN

Penyebab dari menarik diri adalah harga diri rendah yaitu perasaan negative terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai...

50 downloads 608 Views 81KB Size
BAB II TUNJAUAN TEORI

A. PENGERTIAN Menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain (Rawlins, 1993) Menarik diri merupakan suatu keadaan dimana seseorang menemukan kesulitan dalam membina hubungan secara terbuka dengan orang lain. Isolasi sosial merupakan keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang karena orang lain dianggap menyatakan sikap negatif dan mengancam dirinya (Townsend, M.C, 1998 : 52) Penarikan diri atau withdrawal merupakan suatu tindakan melepaskan diri baik perhatian ataupun minatnya terhadap lingkungan sosial secara langsung yang bersifat sementara atau menetap (Depkes RI, 2000) Menarik diri adalah keadaan dimana seseorang menemukan kesulitan dalam membina hubungan dan menghindari interaksi dengan orang lain secara langsung yang dapat bersifat sementara atau menetap.

1

B. RENTANG RESPON SOSIAL RENTANG RESPON SOSIAL

RESPON ADAPTIF -

Menyendiri

-

otonomi

-

bekerjasama

-

sendiri

RESPON

(loneliness)

MALADAPTIVE

-

Menarik diri

-

Menipulasi

-

Tergantung

-

Impulsive

-

narcisisisme

(dependen)

(mutualisme -

Merasa

saling ketergantungan (interdependent) (Townsend M.C,1998) Berdasarkan bagan di atas dapat dilihat rentang respon sosial dari respon adaptif sampai dengan maladaptif berupa depersonalisasi: 1. Menyendiri

(Solitude) merupakan respon yang dibutuhkan seseorang

untuk merenungkan apa yang telah dilakukan di lingkungan sosialnya dan suatu cara mengevaluasi diri untuk menentukan langkah selanjutnya. 2. Otonomi merupakan kemampuan individu untuk menentukan dan menyampaikan ide-ide pikiran, perasaan dalam hubungan social. 3. Bekerjasama (mutualisme) adalah suatu kondisi dalam hubungan interpersonal dimana individu tersebut mampu untuk saling memberi dan menerima. 4. Saling tergantung (interdependen) adalah suatu kondisi saling tergantung antara individu dengan orang lain dalam membina hubungan interpersonal. 2

5. Menarik diri merupakan suatu keadaan dimana seseorang menemukan kesulitan dalam membina hubungan secara terbuka dengan orang lain. 6. Tergantung (depanden) terjadi bila seseorang gagal mengembangkan rasa percaya iri atau kemampuan untuk berfungsi secara sukses. 7. Manipulasi merupakan gagguan hubungan social yang terdapat pada individu yang menganggap orang lain sebagai obyek. Individu tersebut tidak dapat membina hubungan social secara mendalam. 8. Curiga terjadi bila seseorang gagal mengembangkan rasa percaya dengan orang lain. Kecurigaan dan ketidakpercayaan diperlihatkan dengan tandatanda cemburu, iri hati, dan berhati-hati. Perasaan individu ditandai dengan humor yang kurang dan individu merasa bangga dengan sikapnya yang dingin dan tanpa emosi. (Townsend M.C,1998)

C. PENYEBAB Penyebab dari menarik diri adalah harga diri rendah yaitu perasaan negative terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan yang ditandai dengan adanya perasaan malu terhadap diri sendiri, rasa bersalah terhadap diri sendiri, gangguan hubungan sosial, merendahkan martabat, percaya diri kurang dan juga dapat mencederai diri (Carpenito, L.J,2007)

3

1. Faktor predisposisi Beberapa faktor predisposisi (pendukung) terjadi gangguan hubungan sosial yaitu : a. Faktor perkembangan Kemampuan membina hubungan yang sehat tergantung dari pengalaman selama proses tumbuh kembang. Setiap tahap tumbuh kembang memiliki tugas yang harus dilalui individu dengan sukses, karena apabila tugas perkembangan ini tidak dapat dipenuhi akan menghambat masa perkembangan selanjutnya. Kurangnya stimulasi, kasih sayang, perhatian, dan kehangatan dari orang tua atau pengasuh akan memberikan rasa tidak aman yang dapat menghambat terbentuknya rasa tidak percaya. b. Faktor biologis Genetik merupakan salah satu faktor pendukung gangguan jiwa. Kelainan struktur otak, seperti atropi, pembesaran ventrikel, penurunan berat dan volume otak serta perubahan limbik diduga dapat menyebabkan skizofrenia. c. Faktor sosial budaya Faktor sosial budaya dapat menjadi pendukung terjadinya gangguan dalam membina hubungan dengan orang lain, misalnya anggota keluarga yang tidak produktif diasingkan iri orang lain atau lingkungan sosialnya. (Keliat,B.A,1996) 4

2. Stressor Presipitasi a. Stressor sosial budaya Stressor sosial budaya dapat menyebabkan terjadinya gangguan dalam membina hubungan dengan orang lain, misalnya anggota keluarga yang labil yang dirawat di rumah sakit. b. Stressor psikologis Tingkat kecemasan yang berat akan menyebabkan menurunnya kemampuan individu untuk berhubungan dengan orang lain. Intensitas kecemasan yang ekstrim dan memanjang disertai terbatasnya kemampuan individu untuk mengatasi masalah diyakini akan menimbulkan berbagai masalah gangguan berhubungan (menarik diri). (Stuart & Sundeen,1998) D. TANDA DAN GEJALA Menurut Stuart dan Sundeen (1998), perilaku pasien dengan menarik diri ditunjukkan dengan tanda-tanda berikut ini : kurang spontan, apatis atau acuh tak acuh terhadap lingkungan, ekspresi wajah kurang berseri, afek tumpul, tidak merawat dan memperhatikan kebersihan diri. Selain itu pasien menarik diri selalu menyendiri, tidak sadar dengan lingkungan sekitar,aktifitas menurun, kurang energi, harga diri rendah dan posisi janin pada saat tidur. (Stuart & Sundeen,1995)

5

E. MEKANISME KOPING Mekanisme koping digunakan klien sebagai usaha mengatasi kecemasan yang merupakan suatu kesepian nyata yang mengancam dirinya. Kecemasan koping yang sering igunakan adalah regresi, represi dan isolasi. (Stuart & Sundeen,1993)

F. MASALAH KEPERAWATAN 1. Resiko gangguan sensorik persepsi : halusinasi a. Data objektif Berbicara dan tertawa sendiri, tersenyum, bersikap seperti mendengar atau melihat sesuatu, berhenti bicara ditengah kalimat untuk mendengarkan sesuatu, disorientasi, menggerakkan bibir tanpa suara, diam dan asyik sendiri. b. Data subjektif Mendengar suatu bunyi yang tidak berhubungan dengan stimulus nyata, melihat gambaran tanpa ada stimulus yang nyata, mencium bau tanpa stimulus, takut pada suara atau bunyi atau gambaran yang didengar, ingin memukul atau melempar barang. 2. Isolasi sosial : menarik diri a. Data objektif Apatis, ekspresi sedih, efek tumpul, menyendiri, berdiam diri di kamar, banyak diam, kontak mata kurang (menunduk), mendak berhubungan dengan orang lain, perawatan diri kurang, posisi menekur. 6

b. Data subjektif Sukar didapat jika klien menolak komunikasi, kadang hanya dijawab dengan singkat, ya atau tidak. 3. Harga diri rendah a. Data objektif : Pasien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif tindakan, ingin mencederai diri. b. Data subjektif Pasien mengatakan : saya tidak bisa, tidak mampu, bodoh atau tidak tahu apa-apa, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri. (Townsend,1998)

G. POHON MASALAH Resiko gangguan persepsi sensorik : halusinasi

Isolasi sosial : menarik diri rendah

Core problem

Gangguan konsep diri : harga diri rendah

(Stuart & Sundeen,2001)

7

H. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Isolasi sosial : menarik diri 2. Gangguan konsep diri : harga diri rendah 3. Resiko gangguan sensorik persepsi : halusinasi (Townsend,1998)

8

PSIKOPATOLOGI Etiologi -

Konflik Stress psikologik Hubungan antar manusia yang mengecewakan Ketidakseimbangan neurotransmiter Faktor genetik Skizofrenia

Gejala positif

Persepsi pikiran untuk perilaku yang tidak biasa secara menonjol

Defusi

Gejala negatif

Pikiran dan pembicaraan kacau Perilaku katatonik

Bicara senyum sendiri Tidak dapat membedakan nyata dan tidak nyata

Kurangnya dorongan untuk beraktivitas

Afek Datar

Tidak mampu mengekspresikan emosi pada wajah & perilaku

Alogia Halusinasi : Dengar

Perasaan malu terhadap diri sendiri Mengkritik diri

Resiko Perilaku Kekerasan

Akibat

Harga Diri Rendah

Kurangnya keterampilan berhubungan sosial

Penyebab

Pre okupasi dengan pikiran sendiri Apatis

Kurang spontan

Menarik diri

Core problem

9

I. INTERVENSI Tgl

No Dx

Dx keperawatan

Perencanaan Tujuan

Isolasi social

Criteria Evaluasi

Intervensi

1.

1.1. Bina hubungan saling percaya

Pasien dapat berinteraksi dengan orang lain 1.

Pasien dapat membina

Setelah 1 x interaksi pasien

hubungan saling

menunjukkan tanda-tanda percaya

percaya.

kepada / terhadap perawat :

a.

Beri salam setiap berinteraksi.

a.

Wajah cerah, tersenyum

b.

Perkenalkan nama, nama

b.

Mau berkenalan

panggilan perawat dan tujuan

c.

Ada kontak mata

perawat berkenalan

d.

Bersedia menceritakan perasaan

e.

Bersedia mengungkapkan masalah

dengan :

c.

Tanyakan dan panggil nama kesukaan pasien

d.

Tunjukkan sikap jujur dan menepati janji setiap kali berinteraksi

e.

Tanyakan perasaan pasien dan masalah yang dihadapi pasien

f.

Buat kontak interaksi yang jelas

g.

Dengarkan dengan penuh perhatian ekspresi perasaan pasien

10

2.

Pasien mampu

2.

Setelah 2 x interaksi pasien dapat

2.1. Tanyakan pada pasien tentang :

menyebutkan penyebab

menyebutkan minimal satu penyebab

a.

menarik diri

menarik diri :

Orang yang tinggal serumah atau sekamar pasien

a.

Diri sendiri

b.

Orang lain

pasien dirumah atau ruang

c.

Lingkungan

perawatan

b.

c.

Orang yang paling dekat dengan

Apa yang membuat pasien dekat dengan orang tersebut

d.

Orang yang tidak dekat dengan pasien dirumah atau diruang perawatan

e.

Apa yang membuat pasien tidak dekat dengan tersebut

f.

Upaya yang sudah dilakukan agar dekat dengan orang lain

2.2. Diskusikan dengan pasien penyebab menarik diri atau tidak mau bergaul dengan orang lain 2.3. Beri pujian terhadap kemampuan pasien mengungkapkan perasaan 3.

Pasien mampu menyebutkan

3.

Setelah 3 x interaksi dengan pasien

3.1. Tanyakan pada pasien tentang :

dapat menyebutkan keuntungan

a.

Manfaat hubungan sosial

11

keuntungan

berhubungan sosial, misalnya :

b.

berhubungan sosial dan

a.

Banyak teman

3.2. Diskusikan bersama pasien

kerugian menarik diri

b.

Tidak kesepian

tentang manfaat berhubungan

c.

Bisa diskusi

sosial dan kerugian menarik diri

d.

Saling menolong

Dan kerugian menarik diri mialnya : a. Sendiri

Kerugian menarik diri

3.3. Beri pujian terhadap kemampuan pasien mengungkapkan perasaannya.

b. Kesepian c. Tidak bisa diskusi 4.

pasien dapat

4.

Setelah 4 x interaksi pasien dapat

melaksanakan hubungan

melaksanakan hubungan social secara

social secara bertahap

bertahap dengan :

4.1. Observasi perilaku pasien saat berhubungan sosial 4.2. Beri motivasi dan bantu pasien

a.

Perawat

untuk berkenalan atau

b.

Perawat lain

berkomunikasi dengan

c.

Pasien lain

a. Perawat lain

d.

Kelompok

b. Pasien lain c. Kelompok 4.3. Libatkan pasien dalam terapi aktivitas kelompok sosialisasi 4.4. Diskusikan jadwal harian yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kemampuan pasien

12

bersosialisasi 4.5. Beri motivasi pasien untuk melakukan kegiatan sesuai dengan jadwal yang telah dibuat 4.6. Beri pujian terhadap kemampuan pasien memperluas pergaulannya melalui aktivitas yang dilaksanakan 5.

pasien mampu

5.

Setelah 5 x interaksi pasien dapat

5.1. Diskusikan dengan pasien tentang

menjelaskan

menjelaskan perasaannya setelah

perasaannya setelah berhubungan

perasaannya setelah

berhubungan sosial dengan :

sosial dengan :

berhubungan sosial

a.

Orang lain

a. Orang lain

b.

Kelompok

b. Kelompok 5.2. Beri pujian terhadap kemampuan pasien mengungkapkan perasaannya.

6.

pasien mendapat

6.1. Setelah 6 x pertemuan keluarga dapat

6.1. Diskusikan pentingnya peran

dukungan keluarga

menjelaskan tentang :

serta keluarga sebagai pendukung

dalam memperluas

a.

Pengertian menarik diri

untuk mengatasi prilaku menarik

hubungan sosial

b.

Tanda dan gejala menarik diri

diri.

c.

Penyebab dan akibat menarik diri

6.2. Diskusikan potensi keluarga

13

d.

Cara merawat pasien menarik diri

untuk membantu pasien

6.2. Setelah 6 x pertemuan keluarga dapat

mengatasi perilaku menarik diri

mempraktekkan cara merawat pasien

6.3. Jelaskan pada keluarga tentang :

menarik diri.

a.

Pengertian menarik diri

b.

Tanda dan gejala menarik diri

c.

Penyebab dan akibat menarik diri

d.

Cara merawat pasien menarik diri

6.4. Latih keluarga cara merawat pasien menarik diri. 6.5. Tanyakan perasaan keluarga setelah mencoba cara yang dilatihkan 6.6. Beri motivasi keluarga agar membantu pasien untuk bersosialisasi 6.7. Beri pujian kepada keluarga atas keterlibatannya merawat pasien dirumah sakit

14

7.

pasien dapat

7.1. Setelah 7 x interaksi pasien

7.1. Diskusikan dengan pasien tentang

memanfaatkan obat

menyebutkan :

manfaat dan kerugian tidak

dengan baik

a.

manfaat minum obat

minum obat, nama, warna, dosis,

b.

kerugian tidak minum obat

cara, efek terapi dan efek samping

c.

nama, warna, dosis, efek terapi dan

penggunaan obat

efek samping obat 7.2. Setelah 7 x interaksi pasien mendemontrasikan penggunaan obat dengan benar 7.3. Setelah 7 x interaksi pasien

7.2. Pantau pasien saat penggunaan obat 7.3. Beri pujian jika pasien menggunakan obat dengan benar 7.4. Diskusikan akibat berhenti

menyebutkan akibat berhenti minum

minum obat tanpa konsultasi

obat tanpa konsultasi dokter.

dokter 7.5. Anjurkan pasien untuk konsultasi kepada dokter atau perawat jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

15

J. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan Dx 1 : Isolasi Sosial : menarik Diri Pasien : Sp 1p : 1. Mengidentifikai penyebab isolasi sosial pasien 2. Mengidentifikasi keuntungan berinteraksi dengan orang lain 3. Mengidentifikasi kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain 4. Melatih pasien berkenalan dengan satu orang 5. Membimbing pasien memasukkan ke dalam jadwal kegiatan harian Sp 2p : 1. Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya 2. Melatih pasien berkenalan dengan dua orang atau lebih 3. Membimbing pasien memasukkan ke dalam jadwal kegiatan harian Sp 3p : 1. Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya 2. Melatih pasien berinteraksi dalam kelompok 3. Membimbing pasien memasukkan ke dalam jadwal kegiatan harian Keluarga Sp 1k : 1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien 2. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala isolasi sosial yang dialami pasien beserta proses terjadinya 3. Menjelaskan cara – cara merawat pasien isolasi sosial 16

Dx 2 :Perubahan Persepsi Sensori : Halusinasi Dengar Pasien Sp 1p : 1. Mengidentifikasi jenis halusinasi pasien 2. Mngidentifikasi isi halusinasi pasien 3. Mengidentifikasi waktu halusinasi pasien 4. Mengidentifikasi frekuensi halusinasi pasien 5. Mengidentifikasi situasi yang menimbulkan halusinasi 6. Mengidentifikasikan respons pasien terhadap halusinasi 7. Melatih pasien cara kontrol halusinasi dengan menghardik 8. Membiming pasien memasukkan ke dalam jadwal kegiatan harian Sp 2p : 1. Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya 2. Melatih pasien cara kontrol halusinasi dengan berbincang dengan orang lain 3. Membimbing pasien memasukkan ke dalam jadwal kegiatan harian Sp 3p : 1. Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya 2. Melatih pasien cara kontrol halusinasi dengan kegiatan (yang biasa dilakukan pasien) 3. Membimbing pasien memasukkan ke dalam jadwal kegiatan harian Sp 4p : 1. Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya

17

2. Menjelakan cara kontrol halusinasi dengan minum obat (prinsip 5 benar minum obat) 3. Membimbing pasien memasukkan ke dalam jadwal kegiatan harian Keluarga Sp 1k : 1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien 2. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala halusinasi, dan jenis halusinasi yang dialami pasien beserta proses terjadinya 3. Menjelaskan cara – cara merawat pasien halusinasi Sp 2k : 1. Melatih keluarga mempraktekan cara merawat pasien dengan halusinasi 2. Melatih keluarga melakukan cara merwaty langsung kepada pasien halusinasi Sp 3k : 1. Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas dirumah termasuk minum obat (discharge planing) 2. Menjelaskan follow up pasien setelah pulang Sp 2k : 1. Melatih keluarga mempraktekan cara merawat pasien dengan isolasi sosial 2. Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada pasien isolasi sosial

Sp 3k :

18

1. Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas dirumah termasuk minum obat ( discharge planing) 2. Menjelaskan follow up pasien setelah pulang

Dx 3 :Harga Diri Rendah Pasien Sp 1p : 1. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien 2. Membantu pasien menilai kemampuan pasien yang masih dapat digunakan 3. Membantu pasien memilih kegiatan yang akan dilatih sesuai dengan kemampuan klien 4. Melatih pasien kegiatan yang dipilih sesuai kemampuan 5. Membimbing pasien memasukkan ke dalam jadwal kegiatan harian Sp 2p : 1. Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya 2. Melatih kegiatan kedua (atau selanjutnya) yang dipilih sesuai kemampuan 3. Membimbing pasien memasukkan ke dalam jadwal kegiatan harian Keluarga Sp 1k : 1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien 2. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala harga diri rendah yang dialami pasien beserta proses terjadinya 3. Menjelaskan cara – cara merawat pasien harga diri rendah 19

Sp 2k : 1. Melatih keluarga mempraktekan cara merawat pasien dengan isolasi sosial 2. Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada pasien isolasi sosial Sp 3k : 1. Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas dirumah termasuk minum obat (discharge planing) 2. Menjelaskan follow up pasien setelah pulang

20