BAB III METODE PENELITIAN

Download Purwokerto” merupakan jenis penelitian observasional analitik, yaitu penelitian ... Rumus besar sampel untuk penelitian analitik numerik ti...

0 downloads 894 Views 203KB Size
14

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian mengenai “Identifikasi Permasalahan Dosis dan Terapi Obat pada Pasien Anak Demam Berdarah Dengue (DBD) Rawat Inap Pengguna Askes dan Non-askes di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto” merupakan jenis penelitian observasional analitik, yaitu penelitian diarahkan untuk menjelaskan suatu keadaan atau situasi. Untuk rancangan penelitian menggunakan rancangan penelitian cross sectional, yaitu suatu penelitian dimana variabel-variabel yang termasuk faktor resiko dan variabel-variabel yang termasuk efek diobservasi sekaligus pada waktu yang sama (Notoatmodjo, 2005). Rancangan (desain) penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut : Pasien DBD

Askes

Permasalahan dosis dan terapi +

Non-askes

Permasalahan dosis dan terapi -

Permasalahan dosis dan terapi +

Permasalahan dosis dan terapi -

Gambar 1. Skema Rancangan Penelitian Cross Sectional

Langkah-langkah penelitian cross sectional adalah sebagai berikut: 1.

Mengindentifikasi variabel-variabel penelitian dan mengindentifikasi faktor resiko dan faktor efek.

2.

Menetapkan subjek penelitian.

14

15

3.

Melakukan observasi

atau pengukuran variabel-variabel

yang

merupakan faktor resiko dan efek sekaligus berdasarkan keadaan variabel pada saat itu (pengumpulan data). 4.

Melakukan analisis korelasi dangan cara membandingkan proporsi antar

kelompok-kelompok

hasil

observasi

(pengukuran)

(Notoatmodjo, 2005).

B. Variabel Penelitian Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, atau ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang sesuatu konsep pengertian tertentu. Variabel-variabel penelitian yang akan diteliti dapat diklasifikasikan sebagai berikut: 1.

Variabel Independen, disebut juga variabel bebas, yaitu variabel yang menjadi sebab timbulnya atau berubahnya variabel dependen (variabel tergantung).

Jadi

variabel

independen

adalah

variabel

yang

mempengaruhi. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel independen adalah pengguna Askes dan Non-askes. 2.

Variabel Dependen, disebut juga variabel terikat, yaitu variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Dalam

penelitian

ini

yang menjadi

variabel

dependen

adalah

permasalahan dosis dan terapi obat.

C. Definisi Variabel Operasional 1.

Pasien adalah pasien pengguna Askes dan Non-askes dengan diagnosis utama DBD di instalasi rawat inap RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto.

2.

Rekam medik adalah catatan yang berisi gambaran umum pasien, yang akan dibahas dalam penelitian ini meliputi jenis kelamin, umur, lama perawatan, kondisi saat pulang, dan klasifikasi DBD.

3.

Data rekam medik pasien yang diambil sebagai sampel adalah data rekam medik pasien rawat inap tahun 2008-2011.

16

4.

Peneliti tidak melakukan cross check kepada pasien, penulis resep, ataupun pembuat resep karena informasi yang diperoleh hanya berdasarkan data yang tertulis pada rekam medik pasien (data sekuder).

5.

Pasien Askes adalah pasien yang menggunakan program asuransi kesehatan dari pemerintah yang diberikan kepada PNS, penerima pensiun, veteran serta perintis kemerdekaan beserta keluarganya dan berlaku nasional (Askes).

3.

Pasien Non-askes adalah pasien yang bukan merupakan peserta wajib Askes atau keluarganya.

6.

Permasalahan dosis dapat berupa dosis terlalu rendah atau dosis terlalu tinggi yang disesuaikan dengan berat badan pasien.

7.

Dosis berlebih adalah pemakaian dosis di atas nilai batas dosis lazim yang digunakan.

8.

Dosis terlalu rendah adalah pemakaian dosis di bawah nilai atau batas dosis lazim yang digunakan.

9.

Perhitungan dosis anak didasarkan pada berat badan pasien anak dan menggunakan hukum Clark.

10. Permasalahan terapi obat dapat berupa membutuhkan terapi obat tambahan atau tidak membutuhkan terapi obat. 11. Membutuhkan terapi obat tambahan adalah pasien yang diagnosisnya telah ditegakkan dan membutuhkan terapi obat tetapi tidak diresepkan. 12. Tidak membutuhkan terapi obat adalah pemberian obat tanpa adanya indikasi penyakit dan adanya duplikasi penggunaan obat. 13. Penentuan permasalahan terapi didasarkan pada hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan uji laboratorium yang tercantum dalam rekam medik pasien.

17

D. Bahan dan Alat Penelitian 1.

Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien anak DBD rawat inap pengguna Askes dan Non-askes di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto.

2.

Sampel Pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan purposive sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiono, 2007). Data yang diambil adalah data rekam medik pasien DBD rawat inap di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi sebagai berikut : a.

Kriteria inklusi : 1) Pasien DBD anak yang dirawat inap di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto. 2) Pasien DBD pengguna Askes dan Non-askes. 3) Pasien berusia < 12 tahun.

b.

Kriteria eksklusi : 1) Pasien DBD dengan penyakit penyerta. 2) Data status pasien yang tidak lengkap, hilang, dan tidak jelas terbaca. Besar sampel dihitung dengan menggunakan rumus besar sampel

untuk penelitian analitik numerik tidak berpasangan (Dahlan, 2006). Rumus besar sampel untuk penelitian analitik numerik tidak berpasangan adalah :



= deviat baku alpha



= deviat baku beta

S

= simpangan baku gabungan

X1 – X2

= selisih rerata minimal yang dianggap bermakna

18

Parameter yang berasal dari kepustakaan adalah S (simpangan baku gabungan), sedangkan yang ditetapkan peneliti adalah Zα, Zβ dan X1– X2. Dalam penelitian analitik, yang dimaksud dengan simpang baku adalah simpang baku gabungan dari kelompok yang dibandingkan. Simpang baku gabungan ini diperoleh dengan rumus berikut :

S

= simpangan baku gabungan

s1

= simpangan baku kelompok 1 pada penelitian sebelumnya

n1 = besar sampel kelompok 1 pada penelitian sebelumnya s2

= simpangan baku kelompok 2 pada penelitian sebelumnya

n2 = besar sampel kelompok 2 pada penelitian sebelumnya Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan Armien et al. pada tahun 2008, diperoleh nilai mean±SD pada kelompok 1 adalah 2,9±2,7 dengan jumlah sampel 23 pasien, dan nilai mean±SD pada kelompok 2 adalah 3,8±2,2 dengan jumlah sampel 107 pasien (Armien et al., 2007). Maka diperoleh simpangan baku gabungan adalah sebagai berikut :

Setelah diperoleh nilai simpangan baku gabungan selanjutnya dihitung besar sampel sebagai berikut :

Sampel minimal yang harus diambil untuk masing-masing kelompok pasien DBD anak pengguna Askes dan Non-askes adalah 137 pasien.

19

E. Cara Penelitian 1.

Tahap persiapan Sebelum memulai penelitian, terlebih dahulu mengurus surat ijin penelitian yang diajukan kepada fakultas dan ditanda tangani oleh Dekan Fakultas Farmasi. Surat ijin tersebut kemudian disampaikan kepada direktur RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto, untuk mendapatkan ijin penelitian yang kemudian disampaikan ke bagian rekam medik sebagai prosedur resmi untuk melakukan penelitian di instalasi rawat inap RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto.

2. Tahap penelusuran dan pengambilan data Setelah mendapat ijin penelitian, selanjutnya dilakukan tahap penelusuran data di bagian pendaftaran pasien rawat inap di instalasi rawat inap RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto meliputi : a.

Melakukan observasi laporan dari bagian kartu status pasien secara retrospektif.

b.

Memilih kasus dengan diagnosis DBD.

c.

Mencatat data rekam medik pasien pada lembar pengumpulan data.

d.

Pengisian ke lembar pengumpulan data. Data yang diambil meliputi nama, umur, jenis kelamin, nomor rekam medik, obat (macam obat, dosis, cara pemberian, dan frekuensi obat yang diberikan), dan gejala/keluhan pasien.

F. Analisis Hasil Data yang telah diperoleh kemudian dianalisis secara manual dan dilanjutkan dengan program aplikasi komputer SPSS. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis bivariat. Analisis bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi. Pada penelitian ini, analisis bivariat digunakan untuk ada tidaknya pengaruh pembiayaan terhadap angka kejadian permasalahan dosis dan terapi. Teknik analisis bivariat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:

20

1. Uji T tidak berpasangan Digunakan untuk menganalisis karakteristik umur pasien, karena umur pasien termasuk data numerik. Sebelum dilakukan uji T tidak berpasangan, data yang telah diinput kemudian diuji normalitas terlebih dahulu, untuk mengetahui data berdistribusi atau tidak. Data dikatakan berdistribusi normal jika perolehan nilai P > 0,05. Jika data berdistribusi normal dilakukan uji T tidak berpasangan, tetapi jika data tidak berdistribusi normal dilakukan transformasi data. Data yang telah ditransformasi kemudian dilakukan uji normalitas kembali untuk mengetahui data hasil transformasi berdistribusi normal atau tidak. Jika data hasil transformasi berdistribusi normal dilakukan uji T tidak berpasangan, tetapi jika tidak berdistribusi normal digunakan uji Mann-Whitney (Dahlan, 2010). Apabila diperoleh P-value < 0,05 maka ada perbedaan yang bermakna antara dua variabel yang dianalisis. Apabila diperoleh P-value > 0,05 maka tidak ada perbedaan yang bermakna antara dua variabel yang dianalisis (Dahlan, 2010). 2. Uji Chi-square Digunakan untuk menganalisis data kategorik. Dalam penelitian ini yang berupa data kategorik meliputi jenis kelamin, derajat DBD, lama perawatan, kondisi pulang, permasalahan dosis, dan permasalahan terapi. Digunakan teknik analisis Chi-square jika data yang dianalisis memenuhi syarat uji Chi-square. Data dikatakan memenuhi uji Chi-square jika nilai expected yang diperoleh lebih besar dari 5 dengan jumlah maksimal 50%. Jika data tidak memenuhi syarat untuk diuji dengan menggunakan Chi-square, maka digunakan uji alternatif yaitu uji Fisher untuk jenis tabel 2x2 dan uji Kolmogorof-Smirnov untuk jenis tabel 2xK (Dahlan, 2010).

21

Uji Fisher digunakan sebagai uji alternatif jika data jenis kelamin dan lama perawatan tidak memenuhi syarat untuk dilakukan uji Chi-square. Uji Kolmogorof-Smirnov digunakan jika data derajat DBD, kondisi pulang, jumlah permasalahan dosis dan terapi tidak memenuhi syarat untuk dilakukkan uji Chi-square (Dahlan, 2010). Apabila diperoleh P-value < 0,05 maka ada perbedaan yang bermakna antara dua variabel yang dianalisis. Apabila diperoleh P-value > 0,05 maka tidak ada perbedaan yang bermakna antara dua variabel yang dianalisis (Dahlan, 2010).