23
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian Pada penelitian Identifikasi Boraks pada Jajanan Cenil dilakukan dengan 2 metode yaitu pengujian menggunakan kertas kurkumin dan pengujian menggunakan metode uji nyala api. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka didapat hasil identifikasi boraks pada jajanan cenil adalah sebagai berikut : Tabel 4.1. Hasil Penelitian Identifikasi Boraks Dengan Metode Kertas Kurkumin No 1
Sampel
Kertas kurkumin Perubahan warna
Hasil pengamatan
Kontrol positif
menjadi merah
Positif
kecoklatan 2
Tidak ada perubahan Sampel 1
warna kertas
Negatif
kurkumin/kuning 3
Tidak ada perubahan Sampel 2
warna kertas
Negatif
kurkumin/kuning 4
Tidak ada perubahan Sampel 3
warna kertas kurkumin/kuning
23
Negatif
24
Tabel 4. 2. Hasil Penelitian Identifikasi Boraks dengan Metode Uji Nyala Api No
Sampel
Uji nyala api
Hasil pengamatan
1
Kontrol positif
Warna hijau
Positif
2
Sampel 1
3
Sampel 2
4
Sampel 3
warna biru dengan sedikit warna merah warna biru dengan sedikit warna merah warna biru dengan sedikit warna merah
Negatif
Negatif
Negatif
Tabel 4.3. Limit Of Detection (LOD) Boraks pada Jajanan Cenil dengan Metode Kertas Kurkumin No
Konsetrasi Baku Boraks pada Jajanan Cenil
1
1250 ppm
2
1000 ppm
3
750 ppm
4
500 ppm
5
250 ppm
Perubahan Warna Pada Kertas Kurkumin Kertas kurkumin berwarna merah kecoklatan pekat Kertas kurkumin berwarna merah kecoklatan agak pekat Kertas kurkumin berwarna merah kecoklatan muda Kertas kurkumin berwarna merah kecoklatan pudar Tidak terjadi perubahan warna
25
B. Pembahasan Sampel diambil dari pedagang jajanan cenil yang dijual dipasar Besar Kota Palangka Raya tepatnya dilingkungan Jalan Seram dengan Jalan Jawa. Waktu pengambilan Sampel 1, sampel 2, dan sampel 3 diambil pada pagi hari. Untuk identifikasi boraks menggunakan metode kertas kurkumin dilakukan dengan cara menimbang sampel sebanyak 50 gram di dalam cawan porselin. Kemudian sampel dimasukkan ke dalam oven pada suhu 120º C selama 4 jam sampai kering. Setelah kering, sampel ditambahkan dengan kalsium karbonat (CaCO3) sebanyak 10 mL. Sampel kemudian dimasukkan ke dalam tanur listrik bersuhu 550º C selama 6 jam. Dinginkan sampel yang telah menjadi abu dan tambahkan asam klorida (HCl) 10%, lalu celupkan kertas kurkumin. Warna kertas kurkumin berubah menjadi merah kecoklatan. Untuk pengujian pada sampel, sampel 1, sampel 2, dan sampel 3 di potong kecil-kecil terlebih dahulu kemudian ditimbang sebanyak 50 gram di dalam cawan porselin, masing-masing sampel di tambahkan kalsium karbonat (CaCO3) sebanyak 10 mL. Tujuan dari penambahan CaCO3 10 mL adalah untuk membentuk garam-garam boraks yang tidak menguap pada proses pengabuan. Kemudian sampel yang sudah kering dimasukan kedalam tanur hingga menjadi abu. Tujuan dari pengabuan tersebut untuk menghilangkan senyawa-senyawa organik yang ada dalam sampel sehingga tersisa hanya bentuk logam serta garam-garam yang tidak menguap pada suhu tersebut. Abu sampel yang sudah dingin kemudian dilakukan identifikasi boraks yaitu dengan menambahkan HCl 10% sampai pH asam. Tujuan dari penambahan HCl 10% adalah untuk melarutkan garam-garam boraks sisa proses pengabuan serta memberikan suasana asam pada larutan sampel agar lebih mudah dalam mengidentifikasinya, karena jika larutan sampel memiliki pH basa, maka saat pengujian bisa menimbulkan warna merah kecoklatan terhadap sampel karena kurkumin akan bereaksi dengan basa. Pengujian pada baku boraks, warna kertas yang dihasilkan berwarna merah kecoklatan.
26
Hal ini ditunjukkan pada reaksi berikut :
Gambar 4.1. Hasil Reaksi Uji Warna Kertas Kurkumin Dengan adanya asam kuat, asam borat dengan kurkumin membentuk kompleks khelat rosasianin yaitu suatu zat warna merah karmesin (Roth,1988). Analisis boraks pada 3 sampel yaitu sampel 1, sampel 2, dan sampel 3 menggunakan metode kertas kurkumin. Kertas kurkumin yang dicelup pada larutan sampel tidak menunjukkan reaksi perubahan warna menjadi merah bata. Hal ini menunjukkan semua sampel tidak mengandung boraks. Untuk pengujian pada baku asam boraks, uji nyala api yang dihasilkan berwarna hijau pada bagian pinggirnya, kemudian berubah menjadi kuning orange. Identifikasi menggunakan uji nyala api dilakukan dengan cara menimbang sampel sebanyak 10 gram di dalam cawan porselin, kemudian sampel dimasukkan dalam oven sampai kering. Setelah kering, sampel di arangkan dalam tanur. Setelah menjadi arang, sampel ditambah dengan 1 mL asam sulfat pekat (H2SO4) dan 5 mL metanol. Kemudian sampel dalam cawan dibakar. Tujuan penambahan 1 mL asam sulfat pekat (H2SO4) yaitu agar memberi suasana asam pada arang sampel. Jika dinyalakan dengan metanol maka akan menimbulkan nyala api yang pinggirnya hijau. Pengujian pada baku boraks, nyala metilborat B(OCH3)3 (Svehla, 1985). Api yang dihasilkan berwarna biru dengan warna pinggirannya hijau, hal ini terjadi karena terbentuknya reaksi sebagai berikut :
27
H3BO3 + 3CH3OH → B(OCH3)3 ↑ + 3H2O Apabila sampel uji juga memberikan nyala warna biru dengan pinggirannya hijau, maka menunjukkan sampel tersebut positif mengandung boraks (Svehla, 1985). Analisis boraks pada jajanan cenil yang dilakukan pada sampel 1, sampel 2, dan sampel 3. Identifikasi menggunakan uji nyala api dilakukan dengan cara menimbang sampel sebanyak 10 gram di dalam cawan porselin, kemudian sampel dimasukkan dalam oven sampai kering. Setelah kering, sampel di arangkan dalam tanur. Setelah menjadi arang, sampel ditambah dengan 1 mL asam sulfat pekat (H2SO4) dan 5 mL metanol. Kemudian sampel dalam cawan dibakar dan menghasilkan warna nyala api biru kemerahan. Hal ini menunjukkan bahwa sampel tidak teridentifikasi adanya boraks. Pada penelitian ini dilakukan juga penentuan Limit Of Detection (LOD) metode identifikasi boraks dengan kertas kurkumin. Hal ini bertujuan untuk mengetahui konsentrasi terkecil boraks pada sampel yang masih bisa dideteksi dengan metode ini. Proses penentuan LOD dilakukan dengan cara yang sama seperti perlakuan pada sampel. Hasil yang diperoleh dapat dilihat pada tabel 4.3 hal 23. Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa LOD metode identifikasi dengan kartas kurkumin dari 1250 ppm sampai 250 ppm yang bertujuan untuk mengetahui batas deteksi terkecil boraks pada jajanan cenil. Berdasarkan Permenkes No. 033 tahun 2012, bahwa boraks dicantumkan sebagai salah satu bahan berbahaya yang dilarang apabila ditambahkan pada makanan dalam konsentrasi sekecil apapun. Pada penelitian ini semua sampel jajanan cenil yang dijual di Jalan Seram dan di Jalan Jawa Pasar Besar Kota Palangka Raya tidak terdeteksi mengandung boraks. Dengan batas deteksi (LOD) boraks pada jajanan cenil 250 ppm dengan metode kertas kurkumin.