Bahan Semimar Hasil Departemen Kimia
BENTONIT TERPILAR TiO2 SEBAGAI KATALIS PEMBUATAN HIDROGEN DALAM PELARUT AIR PADA HIDROGENASI GLUKOSA MENJADI SORBITOL DENGAN KATALIS NIKEL
OLEH
ROSIDA MARHUSARI 040802011
DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009
Rosida Marhusari : Bentonit Terpilar TiO2 Sebagai Katalis Pembuatan Hidrogen Dalam Pelarut Air Pada Hidrogenasi Glukosa Menjadi Sorbitol Dengan Katalis Nikel, 2009. USU Repository © 2009
BENTONIT TERPILAR TiO2 SEBAGAI KATALIS PEMBUATAN HIDROGEN DALAM PELARUT AIR PADA HIDROGENASI GLUKOSA MENJADI SORBITOL DENGAN KATALIS NIKEL
SKRIPSI
Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Sains
ROSIDA MARHUSARI NIM. 040802011
DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009 Rosida Marhusari : Bentonit Terpilar TiO2 Sebagai Katalis Pembuatan Hidrogen Dalam Pelarut Air Pada Hidrogenasi Glukosa Menjadi Sorbitol Dengan Katalis Nikel, 2009. USU Repository © 2009
PERSETUJUAN
Judul
Kategori Nama Nomor Induk Mahasiswa Program Studi Departemen Fakultas
: BENTONIT TERPILAR TiO2 SEBAGAI KATALIS PEMBUATAN HIDROGEN DALAM PELARUT AIR PADA HIDROGENASI GLUKOSA MENJADI SORBITOL DENGAN KATALIS NIKEL : SKRIPSI : ROSIDA MARHUSARI : 040802011 : SARJANA (S1) KIMIA : KIMIA : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Disetujui di Medan, februari 2009
Komisi Pembimbing
:
Pembimbing II,
Pembimbing I,
Andriayani, S.Pd, M.Si NIP. 132.240.153
Dr. Minto Supeno, MS NIP. 131.689.799
Disetujui oleh Departemen Kimia FMIPA USU Ketua,
Dr.Rumondang Bulan, MS NIP.131 459 466
Rosida Marhusari : Bentonit Terpilar TiO2 Sebagai Katalis Pembuatan Hidrogen Dalam Pelarut Air Pada Hidrogenasi Glukosa Menjadi Sorbitol Dengan Katalis Nikel, 2009. USU Repository © 2009
PERNYATAAN
BENTONIT TERPILAR TiO2 SEBAGAI KATALIS PEMBUATAN HIDROGEN DALAM PELARUT AIR PADA HIDROGENASI GLUKOSA MENJADI SORBITOL DENGAN KATALIS NIKEL
SKRIPSI
Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.
Medan, Februari 2009
ROSIDA MARHUSARI 040802011
Rosida Marhusari : Bentonit Terpilar TiO2 Sebagai Katalis Pembuatan Hidrogen Dalam Pelarut Air Pada Hidrogenasi Glukosa Menjadi Sorbitol Dengan Katalis Nikel, 2009. USU Repository © 2009
PENGHARGAAN
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan kasih setia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini. Dengan rasa hormat penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Minto Supeno M.S. selaku dosen pembimbing I serta Ibu Andriayani , SPd,M.Si selaku dosen pembimbing II yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan saran kepada penulis selama melakukan penelitian dan penyusunan skripsi ini hingga selesai, dan kepada Bapak Prof. Dr. Seri Bima Sembiring selaku ketua bidang Anorganik dan kepala laboratorium yang telah memberikan saran dan masukan kepada penulis. Terima kasih kepada Ibu Dr. Rumondang Bulan, MS dan Bapak Drs. Firman Sebayang, MS selaku ketua dan sekretaris Departemen Kimia FMIPA-USU Medan dan seluruh staff dan dosen FMIPA-USU Medan yang telah membimbing penulis selama perkuliahan terutama kepada Ibu Saur Lumbanraja MSi selaku dosen wali yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan selama penulis mengikuti kuliah di Departemen Kimia FMIPA USU Medan. Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada asisten laboratorium Kimia Anorganik : K’Dasma SSi, K’Sepri, K’Lasma, B’Boy SSi, B’Ariston SSi, Julianto, Alexon, Catherine, Gullit, dan Elisa khususnya kepada sahabatku Vera dan Mangisi.Juga kepada seluruh asisten Kimia Analitik , asisten Kimia Organik dan Juga kepada Asisten Puslit. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman seperjuangan stambuk 2004: Eve, Reva, Hisar, Jasmer,Yohanna dan GMKI komisariat FMIPA USU yang telah memberikan dukungan dan semangat kepada penulis. Akhirnya, penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada Bapak tersayang St.R. Manullang, Mama terkasih N. Sihombing serta adik-adikku tersayang Elita, Lena, Lian, dan Rizal juga kepada Bou Narta yang selalu memberi semangat dan dukungan doa kepada penulis. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna karena keterbatasan penulis. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penelitian dan kemajuan ilmu pengetahuan.
Rosida Marhusari : Bentonit Terpilar TiO2 Sebagai Katalis Pembuatan Hidrogen Dalam Pelarut Air Pada Hidrogenasi Glukosa Menjadi Sorbitol Dengan Katalis Nikel, 2009. USU Repository © 2009
ABSTRAK
Reaksi hidrogenasi glukosa dalam pelarut air terjadi melalui dua tahap. Pertama, reduksi air menjadi gas hidrogen dan gas oksigen oleh katalis bentonit terpilar TiO2. Tahap kedua, hidrogen yang dihasilkan digunakan untuk mereduksi glukosa menjadi sorbitol dengan logam nikel sebagai katalis dan direaksikan dalam media transparan selama 30 hari di bawah sinar UV matahari. Zat hasil reaksi dikarakterisasi dengan menggunakan spektroskopi FT-IR dan 1H-NMR.
Rosida Marhusari : Bentonit Terpilar TiO2 Sebagai Katalis Pembuatan Hidrogen Dalam Pelarut Air Pada Hidrogenasi Glukosa Menjadi Sorbitol Dengan Katalis Nikel, 2009. USU Repository © 2009
TiO2 PILLARED BENTONITE AS CATALYST OF HYDROGEN PREPARATION IN WATER AT GLUCOSE HYDROGENATION TO SORBITOL USED NICKEL CATALYST
ABSTRACT
Glucose hydrogenation using water at solvent was happened through two step. First, water was reduced to hydrogen and oxygen gases by TiO2 pillared bentonite. Second, hydrogen that produced was used to reduce glucose into sorbitol. The reaction was prepared in transpharan medium for 30 days along under UV from sunlight. The products of reaction was characterized using FT-IR and 1H-NMR spectroscopy.
Rosida Marhusari : Bentonit Terpilar TiO2 Sebagai Katalis Pembuatan Hidrogen Dalam Pelarut Air Pada Hidrogenasi Glukosa Menjadi Sorbitol Dengan Katalis Nikel, 2009. USU Repository © 2009
DAFTAR ISI
Persetujuan
Halaman ii
Pernyataan
iiii
Penghargaan
iv
Abstrak
v
Abstract
vi
Daftar Isi
vii
Daftar Gambar
ix
Daftar Lampiran
x
BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1
1.2. Permasalahan
3
1.3. Tujuan Penelitian
3
1.4. Manfaat Penelitian
4
1.5. Lokasi Penelitian
4
1.6. Metodologi Penelitian
4
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Glukosa 2.1.1. Glukosa Sebagai Gula Pereduksi
5 7
2.2. Sorbitol
8
2.3. Hidrogenasi
9
2.4. Bentonit
11
2.4.1. Proses Terjadinya Bentonit di Alam
12
2.4.2. Komposisi Bentonit
13
2.4.3. Aplikasi Lempung Terpilar
14
2.5. Fotokatalisis Oleh TiO2
15
2.6. Katalis
16
Rosida Marhusari : Bentonit Terpilar TiO2 Sebagai Katalis Pembuatan Hidrogen Dalam Pelarut Air Pada Hidrogenasi Glukosa Menjadi Sorbitol Dengan Katalis Nikel, 2009. USU Repository © 2009
2.6.1. Katalis Homogen
17
2.6.2. Katalis Heterogen
17
2.7.Nikel
18
BAB 3. METODE PENELITIAN 3.1. Alat
19
3.2. Bahan
20
3.3. Prosedur Penelitian
20
3.3.1. Pembuatan bentonit Terpilar TiO2
20
1. Aktivasi Bentonit
20
2. Pembuatan Bentonit Terpilar TiO2
21
3. Pengetsaan Bentonit Terpilar TiO2
21
3.3.2. Pengujian Gas Hidrogen Dari Air Menggunakan Bentonit Terpilar TiO2
21
3.3.3. Hidrogenasi Glukosa
21
3.3.4. Uji Kadar Glukosa Dengan Pereaksi Fehling
22
3.4. Bagan Penelitian 3.4.1. Pembuatan bentonit Terpilar TiO2
23
1. Aktivasi Bentonit
23
2. Pembuatan Bentonit Terpilar TiO2
24
3. Pengetsaan Bentonit Terpilar TiO2
25
3.4.2. Pengujian Gas Hidrogen Dari Air Menggunakan Bentonit Terpilar TiO2
26
3.4.3. Hidrogenasi Glukosa
27
3.4.4. Uji Kadar Glukosa Dengan Pereaksi Fehling
28
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil
29
4.1.1.Pengujian Bentonit Terpilar TiO2 Sebagai
29
Katalis Pembuatan Hidrogen 4.1.2. Hidrogenasi Glukosa 4.2. Pembahasan
29 29
Rosida Marhusari : Bentonit Terpilar TiO2 Sebagai Katalis Pembuatan Hidrogen Dalam Pelarut Air Pada Hidrogenasi Glukosa Menjadi Sorbitol Dengan Katalis Nikel, 2009. USU Repository © 2009
4.2.1. Bentonit Terpilar TiO2 Sebagai Katalis Pembuatan Hidrogen
29
4.2.2. Hidrogenasi Glukosa dengan Katalis Nikel
30
4.2.3. Spektrum FT-IR Sorbitol
32
4.2.4. Spektrum 1H-NMR Sorbitol
33
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan
36
5.2. Saran
36
DAFTAR PUSTAKA
38
LAMPIRAN
Rosida Marhusari : Bentonit Terpilar TiO2 Sebagai Katalis Pembuatan Hidrogen Dalam Pelarut Air Pada Hidrogenasi Glukosa Menjadi Sorbitol Dengan Katalis Nikel, 2009. USU Repository © 2009
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 4.1. Bentonit Terpilar TiO2 Sebagai Katalis Pembuatan Hidrogen
28
Gambar 4.2. Spektrum FT-IR Sorbitol
31
Gambar 4.3. Spektrum 1H-NMR Sorbitol
32
Rosida Marhusari : Bentonit Terpilar TiO2 Sebagai Katalis Pembuatan Hidrogen Dalam Pelarut Air Pada Hidrogenasi Glukosa Menjadi Sorbitol Dengan Katalis Nikel, 2009. USU Repository © 2009
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Mineral lempung merupakan salah satu kekayaan alam Indonesia yang berlimpah dan belum dimanfaatkan secara optimal. Tanah lempung secara geologis adalah mineral alam dari keluarga silikat yang berbentuk kristal dengan struktur berlapis (Karna, 2002). Bentonit merupakan salah satu jenis lempung yang banyak terdapat di beberapa wilayah Indonesia diantaranya terdapat di sebagian besar daerah Nusa Tenggara, Sulawesi, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, Sumatera Selatan, Jambi dan Sumatera Utara (Soedjoko, 1987).
Bentonit mempunyai kemampuan daya koloid yang kuat, bila bercampur dengan air maka dapat mengembang. Prinsip mengubah permukaan dan pori-pori bentonit adalah dengan melarutkan logam-logam yang terdapat pada pori-pori menjadi lebih luas. Metode lain untuk memperluas pori adalah dengan cara pemilaran, dalam hal ini pori-pori bentonit yang mengandung logam Na dan K diinterkalasi dengan kation logam yang diameternya lebih besar sehingga pori-pori tersebut mengembang, selanjutnya dikalsinasi pada suhu 300- 500ºC. Logam-logam akan membentuk oksida yang berikatan dengan antar lapis, menghasilkan bentonit terpilar. Melalui teknik ini porositas bentonit akan menjadi besar, oksida-oksida logam sebagai agen pemilar dapat digunakan untuk katalis (Supeno, M dan Sembiring, S, 2007). Rosida Marhusari : Bentonit Terpilar TiO2 Sebagai Katalis Pembuatan Hidrogen Dalam Pelarut Air Pada Hidrogenasi Glukosa Menjadi Sorbitol Dengan Katalis Nikel, 2009. USU Repository © 2009
Pada tahun 2005, Damaris Sihotang telah berhasil membuat bentonit terpilar TiO2 dimana didapatkan peningkatan jarak antar lapis pada bentonit terpilar TiO2 tersebut sebesar 0,7389 ºA. Jarak antar lapis pada bentonit sebelum dilakukan pemilaran yaitu 14,9167 ºA, sementara jarak antar lapis pada bentonit terpilar TiO2 setelah dilakukan pemilaran yaitu 15,6556 ºA (Sihotang, 2005).
Pada tahun 2007 Minto Supeno telah berhasil membuat bentonit terpilar TiO2 sebagai katalis pembuatan hidrogen, dimana aktivitas titania di dalam bentonit akan menurunkan energi aktivasi dari molekul air sehingga cahaya ultraviolet matahari akan menjadikan molekul hidrogen dan oksigen aktif. Akibat penyinaran ultraviolet, ikatan hidrogen dari air melakukan interaksi dengan oksida logam TiO2 dan hidrogen dari molekul air akan berinteraksi dengan silika. Cahaya ultraviolet masuk ke poripori bentonit oleh SiO2 dan cahaya ultraviolet diubah menjadi gelombang pendek sehingga molekul oksigen dan hidrogen putus. Dari pengujian dihasilkan gas total sebanyak 78,5% menggunakan bentonit terpilar yang dietsa, sedangkan yang menggunakan bentonit terpilar TiO2 dihasilkan gas sebanyak 60,4% (Supeno, M dan Sembiring, S, 2007).
Gugus aldehida dari aldosa dapat mengalami reduksi dengan adanya hidrogen dan katalis atau suatu hidrida logam menjadi polialkohol yang disebut alditol. Produk hasil reduksi d-glukosa disebut d-glusitol atau sorbitol (Fessenden, 1998).
O H HO H H
C C C C
H OH H OH
C OH CH2OH
D-Glukosa
H2 Katalis Ni
H HO H H
CH2OH C OH C H C OH C OH CH2OH
D-Glusitol(Sorbitol)
Rosida Marhusari : Bentonit Terpilar TiO2 Sebagai Katalis Pembuatan Hidrogen Dalam Pelarut Air Pada Hidrogenasi Glukosa Menjadi Sorbitol Dengan Katalis Nikel, 2009. USU Repository © 2009
Beberapa peneliti pendahulu telah melakukan hidrogenasi glukosa menjadi sorbitol dengan kondisi dan katalis yang berbeda diantaranya; Schimpf (tahun 2002) telah melakukan hidrogenasi glukosa dengan kondisi reaksi: glukosa 50 % pada suhu 353 K, tekanan 4 MPa dengan menggunakan katalis nikel. Tahun 2006, Claus menggunakan katalis Ni/SiO2 dengan larutan glukosa 20 % pada suhu 393 K dengan tekanan 120 bar. Tahun 2007, Welasih juga telah menghidrogenasi glukosa dengan katalis nikel pada suhu 95-105 oC dan tekanan 60 Bar. Dari penelitian dihasilkan sorbitol sebesar 0,5963 g ( g sorbitol/ g glukosa awal ).
Hidrogenasi glukosa merupakan industri yang sangat baik dikembangkan karena sorbitol merupakan poliol yang digunakan sebagai aditif pada makanan, obatobatan dan kosmetik.(Hexing, 1999). Secara kimiawi, sorbitol lamban diserap oleh metabolisme tubuh, sehingga ketika digunakan kenaikan glukosa darah dan respon insulin yang berhubungan dengan proses pencernaan glukosa terkurangi. Sorbitol sebagai pengganti gula dapat bermanfaat dalam menyediakan berbagai variasi produk rendah kalori dan rendah gula serta memberikan pilihan yang bebas yang lebih luas bagi penderita diabetes(Dermawan, 2005).
Berdasarkan uraian diatas, maka
peneliti tertarik untuk meghidrogenasi
glukosa menjadi sorbitol tanpa tekanan tinggi dengan adanya bentonit terpilar TiO2 sebagai penghasil gas hidrogen dalam pelarut air dan dengan menggunakan sinar UV matahari.
1.2. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang diatas, maka permasalahan yang mungkin terjadi adalah apakah hidrogen yang dihasilkan bentonit terpilar TiO2 dalam pelarut air dengan adanya sinar UV matahari, dapat digunakan untuk menghidrogenasi glukosa menjadi sorbitol dengan adanya katalis nikel dan tanpa tekanan tinggi.
Rosida Marhusari : Bentonit Terpilar TiO2 Sebagai Katalis Pembuatan Hidrogen Dalam Pelarut Air Pada Hidrogenasi Glukosa Menjadi Sorbitol Dengan Katalis Nikel, 2009. USU Repository © 2009
1.3. Tujuan Penelitian
Untuk memanfaatkan bentonit terpilar TiO2 sebagai penghasil gas hidrogen dalam pelarut air sehingga dapat digunakan pada hidrogenasi glukosa menjadi sorbitol.
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil
penelitian
diharapkan
dapat
memberikan
informasi
ilmiah
terhadap
perkembangan ilmu kimia terutama pemanfaatan bentonit dalam bidang kimia.
1.5. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di laboratorium kimia Anorganik FMIPA-USU Medan, Karakterisasi spektroskopi FT-IR dilakukan di laboratorium Bea Cukai Medan dan 1
H-NMR dilakukan di laboratorium kimia organik FMIPA-UGM Yogyakarta.
1.6. Metodologi Penelitian
Penelitian ini dilakukan melalui eksperimen laboratorium, dimana bahan-bahan yang digunakan adalah bentonit, glukosa, katalis nikel, akuadest. Reaksi dilakukan dalam wadah transparan dengan mereaksikan glukosa dengan gas hidrogen yang dihasilkan oleh bentonit terpilar TiO2 dalam pelarut air dengan dengan adanya sinar UV dari matahari dan juga menggunakan katalis nikel, dimana produk yang diperoleh dikarakterisasi dengan spektroskopi FT-IR dan 1H-NMR.
Rosida Marhusari : Bentonit Terpilar TiO2 Sebagai Katalis Pembuatan Hidrogen Dalam Pelarut Air Pada Hidrogenasi Glukosa Menjadi Sorbitol Dengan Katalis Nikel, 2009. USU Repository © 2009
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Glukosa
Glukosa merupakan salah satu karbohidrat yang paling banyak terdapat di alam. Glukosa juga sering disebut dengan gula anggur, gula darah, dan penting dalam proses biologi. Glukosa dapat dijumpai dalam buah-buahan masak terutama anggur. Banyak karbohidrat lain seperti maltosa, sukrosa, pati, dan sellulosa apabila dihidrolisis akan menghasilkan glukosa. Glukosa memiliki gugus aldehid dan juga hidroksil yang dapat berinteraksi intramolekuler untuk menghasilkan hemiasetal siklik (Fessenden, 1998).
Rantai D-glukosa dapat ditata sehingga gugus hidroksil pada C-5 dapat mendekati karbon aldehida ( C-1 ).
Rosida Marhusari : Bentonit Terpilar TiO2 Sebagai Katalis Pembuatan Hidrogen Dalam Pelarut Air Pada Hidrogenasi Glukosa Menjadi Sorbitol Dengan Katalis Nikel, 2009. USU Repository © 2009
H HO
4
H
6
HOH2C 5 3
HO
OH H
H H
H 13
1
OH H
HOH2C
HO
O
HO
H
OH
6
O
C H
OH H
α
α-D-glukosa td 146°C, [α] + 112° (bentuk hemiasetal siklik)
D-Glukosa (bentuk aldehida asiklik)
H HO
4
6
HOH2C 5 3
HO
β
O
H
H 2
13
1
OH H
OH
H
β-D-glukosa td 150°C, [α] + 19° (bentuk hemiasetal siklik)
Pada glukosa berbentuk aldehida asiklik, C-1 adalah akiral tetapi karbon ini menjadi kiral pada struktur siklik. Karena itu terdapat dua kemungkinan hemiasetal yang merupakan pusat kiral tersebut dinamakan karbon anomerik. Dua monosakarida yang hanya berbeda pusat anomeriknya dinamakan anomer-anomer. Anomer-anomer dibagi menjadi α dan β, bergantung pada kedudukan hidroksil. Bagi monosakarida deret D, jika gugus OH terletak dibawah maka dinamakan isomer α, dan jika gugus OH diatas dinamakan isomer β. Dalam D-glukosa bentuk siklik, gugus hidroksi pada karbon anomerik berkedudukan aksial untuk anomer α dan ekuatorial untuk anomer β (Hart,1996).
Aldehida C-1 pada glukosa rantai terbuka dapat bereaksi dengan gugus hidroksil C-5 membentuk hemiasetal intramolekul. Gula cincin enam yang dihasilkan disebut piranosa karena mirip dengan piran.
Rosida Marhusari : Bentonit Terpilar TiO2 Sebagai Katalis Pembuatan Hidrogen Dalam Pelarut Air Pada Hidrogenasi Glukosa Menjadi Sorbitol Dengan Katalis Nikel, 2009. USU Repository © 2009
H
O C
CH2OH H
C
OH
HO
C
H
H
C
OH
H C
H
C
OH
OH
C
CH2OH
OH H
H OH
H
C
CH
C
H C
O
H
OH
C
O
H OH
H
C
C
H
OH
OH C H
CH2OH D-Glukosa (bentuk rantai terbuka)
a-D-glukopiranosa
Konformasi piranosa dari glukosa lebih disukai adalah bentuk kursi. Pada konformasi ini ada dua konformasi yaitu 4C1 ( atom C-4 berada pada posisi atas dari kursi dan atom C-1 berada pada bawah) dan 1C4 ( atom C1 berada pada posisi atas dari kursi dan atom C-4 berada pada posisi bawah). Konformasi 4C1 memiliki stabilitas yang tingi secara termodinamika karena gugus OH khususnya CH2OH berada pada posisi equatorial, sedangkan α-D-glukopiranosa kurang stabil karena salah satu gugus OH berada pada posisi aksial (Belitz dan Grosh, 1987).
2.1.1. Glukosa Sebagai Gula Pereduksi
Monosakarida dan beberapa disakarida mempunyai sifat dapat mereduksi, terutama dalam suasana basa. Sifat sebagai reduktor ini dapat digunakan untuk keperluan identifikasi karbohidrat maupun analisis kuantitatif. Sifat mereduksi ini disebabkan oleh adanya gugus aldehida dan keton bebas dalam molekul karbohidrat. Sifat ini tampak pada reaksi reduksi ion-ion logam seperti ion Cu2+ dan Ag+ yang terdapat pada reaksi-reaksi tertentu. Beberapa contoh diberikan :
Pereaksi Fehling Pereaksi ini dapat direduksi selain oleh karbohidrat yang mempunyai sifat mereduksi. Pereaksi Fehling terdiri dari dua larutan yaitu Fehling A dan Fehling B. Fehling A adalah larutan CuSO4 alam air, sedangkan larutan B adalah K-Na tartarat dan NaOH dalam air. Dengan larutan glukosa 1 % pereaksi fehling menghasilkan endapan merah Rosida Marhusari : Bentonit Terpilar TiO2 Sebagai Katalis Pembuatan Hidrogen Dalam Pelarut Air Pada Hidrogenasi Glukosa Menjadi Sorbitol Dengan Katalis Nikel, 2009. USU Repository © 2009
bata, sedangkan apabila digunakan larutan glukosa 0,1 % endapan yang terjadi berwarna hijau kekuningan.
Pereaksi Benedict Larutan ini berupa larutan kuprisulfat, natrium karbonat dan natrium sulfat. Glukosa dapat mereduksi kuprisulfat menjadi ion Cu+ yang kemudian mengendap sebagai Cu2O. Adanya natrium karbonat dan natrium sitrat membuat pereaksi Benedict bersifat basa lemah. Endapan yang terbentuk dapat berwarna hijau, kuning, merah bata. Warna endapan ini diperoleh berdasarkan konsentrasi larutan karbohidrat yang diperiksa (Poedjadi, 1994).
Beberapa metode kimia untuk penentuan monosakarida dan oligosakarida dipisahkan berdasarkan banyaknya agen pereduksi yang dapat bereaksi dengan senyawa lain untuk diendapkan atau membentuk warna secara kuantitatif. Konsentrasi dari karbohidrat dapat ditentukan dengan metode gravimetri, spektrofotometri dan titrasi volumetri. a. Metode titrasi Metode Lane-Eynon adalah metode titrasi (volumetri) untuk penentuan gula pereduksi. Penentuan gula reduksi dengan metode ini didasarkan atas pengukuran standar yang dibutuhkan untuk mereduksi pereaksi tembaga basa yang diketahui volumenya. Titik akhir titrasi ditunjukkan dengan hilangnya warna indikator metilen biru. Titik akhir titrasi merupakan jumlah yang dibutuhkan untuk mereduksi semua tembaga (Apriyantono, 1989).
2.2.Sorbitol
Sorbitol atau D-sorbitol atau D-glucitol adalah suatu gugus alkohol dengan rumus kimia C6H14O6. Sorbitol ditemukan pada cerry, pir, apel dan alga. Pada industri, sorbitol dihasilkan melalui hidrogenasi glukosa pada tekanan tinggi. Dalam tubuh manusia 1 g sorbitol menghasilkan 3.994 kalori yang sebanding dengan 3.940 kalori dari 1 g gula tebu ( Merc Index, 2001 ). Sifat-sifat dari sorbitol adalah (Lewis, 1987) : Rosida Marhusari : Bentonit Terpilar TiO2 Sebagai Katalis Pembuatan Hidrogen Dalam Pelarut Air Pada Hidrogenasi Glukosa Menjadi Sorbitol Dengan Katalis Nikel, 2009. USU Repository © 2009
-
berwarna putih
-
bersifat higroskopis
-
manis
-
densitas 1.47
-
titik lebur 93 ( metastabil ), 97,5 ( stabil )
-
larut dalam air, gliserol, aseton, dan propilen glikol
-
sedikit larut dalam metanol, etanol, asam asetat, phenol, asetamida dan tidak larut dalam pelarut organik lain.
Secara kimiawi sorbitol sangat tidak reaktif dan stabil. Sorbitol dapat berada pada suhu tinggi dan tidak mengalami pencoklatan, sehingga pada produksi kue berwarna segar, tidak ada penmpilan warna coklatnya. Juga berkombinasi baik dengan ramuan makanan lain seperti gula, jelly, lemak sayuran dan protein (Dermawan, 2005)
Sorbitol disintesis secara komersial melalui hidrogenasi glukosa dangan menggunakan katalis nikel pada tekanan tinggi. Katalis pendukung yang dimasukkan adalah garam magnesium, nikel phosfat dan besi. Katalis heterogen lain yang digunakan untuk menghidrogenasi glukosa adalah kobalt, paladium, platinum, dan ruthenium. Reduksi glukosa menjadi sorbitol juga dapat terjadi dengan menggunakan ruthenium diklorotriphenil pospin sebagai katalis homogen, dan lebih disukai dengan kehadiran asam kuat seperti HCl. Untuk membentuk sorbital, glukosa biasanya dihidrogenasi pada pH 4-8 ( Kick,1975).
2.3. Hidrogenasi
Suatu reaksi yang memungkinkan terjadinya reaksi senyawa organik adalah hidrogenasi katalitik, yaitu reaksi suatu senyawa dengan hidrogen dengan adanya suatu katalis. Reaksi hidrogenasi katalitik biasanya dilakukan dengan pengadukan ataupun pengocokan larutan senyawa yang akan direduksi dengan suatu katalis heterogen dibawah tekanan atmosfer gas hidogen.
Rosida Marhusari : Bentonit Terpilar TiO2 Sebagai Katalis Pembuatan Hidrogen Dalam Pelarut Air Pada Hidrogenasi Glukosa Menjadi Sorbitol Dengan Katalis Nikel, 2009. USU Repository © 2009
Produk hasil reaksi biasanya diisolasi dengan penyaringan katalis diikuti dengan penguapan pelarut. Pemilihan pelarut, suhu reaksi dan tekanan gas hidrogen untuk suatu hidrogenasi tergantung pada katalis yang dipilih. Umumnya katalis hidrogenasi dibagi dua kelompok, yaitu katalis nikel yang umumnya digunakan pada tekanan dan suhu rendah (1-4 atm atau 0-60 psi, 0-100 oC); dan kelompok katalis yang kurang aktif dan umumnya digunakan pada tekanan dan suhu tinggi ( 100-300 atm atau 1500-4500 psi, 25-300 oC ), (House, H. O, 1972). Beberapa contoh reaksi hidrogenasi sebagai berikut :
a. Hidrogenasi alkena
H
H H
H +
C C H
H
H
Pt, Pd, Ni atau Rh
H
C C H H
H Etilen
H
Hidrogen
Etana
Ikatan dalam produk lebih kuat daripada ikatan dari reaktan, dua ikatan σ C-H dari alkana dibentuk dari pemutusan ikatan σ H-H dan bagian ikatan π dari ikatan rangkap alkena. Dengan demikian secara keseluruhan reaksi tersebut merupakan reaksi eksotermik ( Robert, F, 2002 ).
B. Hidrogenasi aldehida dan keton
Gugus karbonil dalam senyawa aldehida dan keton dapat mengalami reaksi hidrogenasi katalitik. Katalis yang digunakan delam mereduksi ikatan rangkap karbon-karbon dan ikatan rangkap tiga yang juga berguna dalam reaksi adisi hidrogen terhadap gugus karbonil adalah platinum, palladium, dan nikel.
Rosida Marhusari : Bentonit Terpilar TiO2 Sebagai Katalis Pembuatan Hidrogen Dalam Pelarut Air Pada Hidrogenasi Glukosa Menjadi Sorbitol Dengan Katalis Nikel, 2009. USU Repository © 2009
O
Pt H
C
+
H2
CH2OH
benzaldehida
O
Benzil alkohol
+
H2
sikloheksanon
CuCrO2
OH
sikloheksanol
Dalam reaksi adisi CuCr2O4 ( Copper chromite ) secara khusus sangat berperan sebagai katalis dalam reaksi hidrogenasi pada gugus karbonil yang polar. Hal ini diperkirakan karena gugus karbonil yang bersifat polar dapat diserap pada permukaan oksida logam (Wingrove, 1981).
Tanpa katalis, penambahan hidrogen terhadap senyawa yang akan direduksi adalah sangat lambat. Kecepatan hidrogenasi meningkat dengan adanya serbuk katalis logam. Platinum adalah katalis hidrogenasi yang paling sering digunakan disamping palladium, nikel dan rhodium. Penambahan hidrogen yang dikatalisis dengan logam pada umumnya meningkat pada suhu kamar dan senyawa alkana yang dihasilkan yieldnya tinggi biasanya sebagai produk tunggal ( Robert, F, 2002).
2.4. Bentonit
Bentonit adalah istilah pada lempung yang mengandung monmorilonit dalam dunia perdagangan. Nama rumus umum dinyatakan sebagai Al2O3.4SiO2 + xH2O.
Rosida Marhusari : Bentonit Terpilar TiO2 Sebagai Katalis Pembuatan Hidrogen Dalam Pelarut Air Pada Hidrogenasi Glukosa Menjadi Sorbitol Dengan Katalis Nikel, 2009. USU Repository © 2009
(a) Model Struktur Monmorilonit Menurut Edelman dan Favajee, dan (b) Model Struktur Menurut Hofmann dan Endell ( Tan, 1982 )
Berdasarkan tipenya, bentonit dibagi menjadi dua yaitu: 1. Na-bentonit Na bentonit memiliki daya mengembang hingga delapan kali apabila dicelupkan ke dalam air, dan tetap terdispersi beberapa waktu di dalam air. Dalam keadaan kering berwarna putih atau kream, pada keadaan basah dan terkena sinar matahari akan berwarna mengkilap. Suspensi koloidal mempunyai pH: 8,5-9,8.
2. Ca-bentonit Tipe bentonit ini kurang mengembang apabila dicelupkan kedalam air, tetapi secara alami
setelah diaktifkan mempunyai sifat yang menghisap yang baik. Suspensi
koloidal mempunyai pH: 4-7. Dalam keadaan kering berwarna abu-abu, biru, kuning, merah, coklat.
Na-bentonit dimanfaatkan sebagai bahan perekat, pengisi, lumpu bor, sesuai sifatnya mampu membentuk suspensi kental setelah bercampur dengan air. Sedangkan Ca-bentonit banyak dipakai sebagai bahan penyerap. Dengan penambahan zat kimia pada kondisi tertentu, Ca-bentonit dapat dimanfaatkan sebagai bahan lumpur bor setelah melalui pertukaran ion, sehingga terjadi perubahan menjadi Na-bentonit dan
Rosida Marhusari : Bentonit Terpilar TiO2 Sebagai Katalis Pembuatan Hidrogen Dalam Pelarut Air Pada Hidrogenasi Glukosa Menjadi Sorbitol Dengan Katalis Nikel, 2009. USU Repository © 2009
diharapkan menjadi peningkatan sifat reologi dari suspensi mineral tersebut (Http://www.Tekmira.Esdm.go.id/data/Bentonit).
2.4.1. Proses Terjadinya Bentonit di Alam
Secara umum, asal mula terjadinya endapan bentonit ada 4, yaitu : 1. Terjadi karena proses pelapukan batuan Faktor utama yang menyebabkan pelapukan batuan adalah komposisi kimiawi mineral batuan induk, dan kelarutannya dalam air. Mineral-mineral utama dalam pembentukan bentonit adalah plagioklas, kalium-feldspar, biotit, muskovit, serta sedikit kandungan senyawa alumina dan ferromagnesia. Secara umum, faktor yang mempengaruhi pelapukan batuan ini adalah iklim, jenis batuan, relief, dan tumbuh-tumbuhan yang berada di atas batuan tersebut.
Pembentukan bentonit sebagai hasil pelapukan batuan dapat juga disebabkan oleh adanya reaksi antara ion-ion hidrogen yang terdapat di dalam air, dan di dalam tanah dengan persenyawaan silikat yang terdapat di dalam air, dan di dalam tanah dengan persenyawaan silikat yang terdapat di dalam batuan.
2. Terjadi karena proses hidrotermal di alam Proses hidrotermal mempengaruhi alterasi yang sangat lemah, sehingga mineralmineral yang kaya akan magnesium, seperti biotit cenderung membentuk mineral klorit. Kehadiran unsur-unsur logam alkali dan alkali tanah ( kecuali kalium ), mineral mika, ferromagnesia, feldspar, dan plagioklas pada umumnya akan membentuk monmorilonit, terutama disebabkan karena adanya unsur magnesium.
Larutan hidrothermal merupakan larutan yang bersifat asam dengan kandungan klorida, sulfur, karbon dioksida, dan silika. Larutan alkali ini selanjutnya akan terbawa keluar dan bersifat basa, dan akan tetap bertahan selama unsur alkali tanah tetap terbentuk sebagai akibat penguraian batuan asal dan adanya unsur alkali tanah akan membentuk bentonit.
Rosida Marhusari : Bentonit Terpilar TiO2 Sebagai Katalis Pembuatan Hidrogen Dalam Pelarut Air Pada Hidrogenasi Glukosa Menjadi Sorbitol Dengan Katalis Nikel, 2009. USU Repository © 2009
3. Terjadi karena proses transformasi Proses transformasi (pengubahan) abu vulkanis yang mempunyai komposisi gelas akan menjadi mineral lempung (mengalami devitrifikasi secara perlahan-lahan) yang lebih sempurna, terutama pada daerah danau, lautan, dan cekungan sedimentasi. Transformasi dari gunung berapi yang sempurna akan terjadi apabila debu gunung berapi diendapkan dalam cekungan seperti danau dan air. Bentonit yang terjadi akibat proses transformasi pada umumnya bercampur dengan sedimen laut lainnya yang berasal dari daratan, seperti batu pasir dan danau.
4. Terjadi karena proses pengendapan batuan Proses pengendapan bentonit secara kimawi dapat terjadi sebagai endapan sedimen dalam suasana basa (alkali), dan terbentuk pada cekungan sedimen yang bersifat basa, dimana unsur pembentuknya antara lain: karbonat, silika, fosfat, dan unsur lainnya yang bersenyawa dengan unsur aluminium dan magnesium (Proyek Kerja Dinas Pertambangan Sumatera Utara 2000/2001,2001).
2.4.2. Komposisi Bentonit
Berdasarkan hasil analisis terhadap sampel bentonit yang diambil langsung dilapangan, diperoleh komposisi bentonit adalah sebagai berikut: Komposisi
Persen (%)
Kalsium oksida (CaO)
0,23
Magnesium oksida (MgO)
0,98
Aluminium oksida (Al2O3)
13,45
Ferri oksida (Fe2O3)
2,18
Silika ( SiO2)
74,9
Kalium oksida (K2O)
1,72
Air (H2O)
4
2.4.3. Aplikasi Lempung Terpilar
Rosida Marhusari : Bentonit Terpilar TiO2 Sebagai Katalis Pembuatan Hidrogen Dalam Pelarut Air Pada Hidrogenasi Glukosa Menjadi Sorbitol Dengan Katalis Nikel, 2009. USU Repository © 2009
Aplikasi utama dari lempung terpilar adalah pada bidang katalitik dan adsorpsi. Sifat keasaman lempung terpilar sangat penting dalam mengontrol reaksi katalitik. Lempung terpilar menunjukkan sifat keasaman Lewis dan juga Bronsted-Lowry. Pilar yang terdapat pada lempung terpilar adalah sumber utama untuk sifat keasaman Lewis, sementara gugus hidroksida (OH) yang terdapat pada lempung terpilar tersebut menyumbangkan sifat keasaman Bronsted-Lowry. Pada lempung terpilar yang mengandung kation Al3+ yang tersubstitusi untuk Si4+ dalam lapisan T (T-layer ), Al3+ bertindak sebagai asam lewis. Namun ketika hidrasi terjadi dalam lempung terpilar Al3+ diubah kebentuk Al terkoordinasi oktahedral oleh keasaman Bronsted.
Beberapa reaksi yang dikatalisis oleh asam yang terkadung dalam lempung terpilar adalah: Cumene Cracking dilakukan sebagai reaksi pengujian terhadap keasaman Bronsted-Lowry. Oligomerisasi poli-propilen dikatalisis oleh bagian asam Lewis pada montmorilonit terpilar-Al (Al-pillared Montmorilonite). Pada reaksi disproporsionasi terhadap trimetil benzena yang mungkin akan menghasilkan durene (1,2,4,5-tetrametil benzena), bagian asam lewis pada lempung terpilar mengkatalisis reaksi ini, sementara dalam reaksi isomerisasi trimetil benzena (reaksi samping), bagian asam Bronsted-Lowry pada lempung terpilar juga ikut berperan.
Pada proses pemisahan gas N2 dan O2 dari udara yang dilakukan melalui destilasi kriogenik dan melalui adsorpsi tekanan putar, penggunaan lempung terpilar juga menarik yaitu sebagai penyaring molekul karbon dan lempung terpilar ini digunakan sebagai adsorben dalam teknik PSA (Pressure Swing Adsorption). Kapasitas dan selektifitas terhadap komponen-komponen udara ini adalah sifat lempung terpilar yang sangat berguna dalam aplikasi adsorpsi gas (Supeno,M dan Sembiring, S, 2007)
2.5. Fotokatalisis oleh Titania ( TiO2) Titanium dioksida mempunyai pita valensi yang terisi penuh dan pita konduksi yang kosong. Celah pita pada TiO2 sekitar 3,2 eV, dimana energi foton dari cahaya memiliki panjang gelombang 400 nm, di luar daerah visibel mendekati ultraviolet. Bagian ultraviolet dari cahaya matahari dapat mengeksitasi elektron dari pita valensi Rosida Marhusari : Bentonit Terpilar TiO2 Sebagai Katalis Pembuatan Hidrogen Dalam Pelarut Air Pada Hidrogenasi Glukosa Menjadi Sorbitol Dengan Katalis Nikel, 2009. USU Repository © 2009
TiO2 kedalam pita konduksi dan meninggalkan lubang positif pita valensi. Dengan cara ini, TiO2 dengan adanya sinar matahari dapat menyediakan elektron yang berenergi tinggi dari pita konduksi. Energi pasangan elektron donor 3,2 eV (309 kJ/mol ) lebih dari cukup untuk menguraikan air menjadi hidrogen dan oksigen (Wilson, 1997).
Fotokatalisis yang didukung oleh alumina mampu mereduksi air untuk menghasilkan hidrogen. Adanya interaksi kimia antara katalis dan alumina akan meningkatkan aktivitas katalis sehingga mengakibatkan interaksi yang kuat. Campuran semikonduktor (CdS-ZnS)-TiO2 dapat juga didukung oleh MgO, CaO, γ-Al2O3, SiO2, dan modifikasi MgO dan CaO (Gilbret, 2001). 2.6.Katalis
Katalis didefinisikan sebagai suatu yang mengakibatkan reaksi lebih cepat mencapai kesetmbangan. Katalis tidak akan mengubah nilai tetapan kesetimbangan. Beberapa katalis mengalaminya dengan membentuk reaksi untuk mencapai kompleks teraktifkan yang sama dengan bila tanpa adanya katalis. Namun kebanyakan katalis tampaknya memberikan suatu mekanisme yang berbeda. Hidrogenasi olefin merupakan contoh dimana kedua katalis heterogen dan homogen dapat dipergunakan secara efektif.Reaksi tanpa katalis berjalan lambat kecuali dengan suhu yang sangat tinggi yang menyebabkan timbulnya kesulitan lain seperti kesulitan mengatur suhu yang lebih tinggi dan terjadi reaksi lain yang tidak dikehendaki (Cotton dan Wilkinson, 1989)
Semua katalisator mempunyai sifat yang sama, yaitu : a. Katalisator tidak berubah selama reaksi berlangsung, namun ada kemungkinan katalisator ikut dalam reaksi tetapi setelah reaksi berakhir, katalisator tersebut diperoleh kembali. b. Katalisator
tidak
mempengaruhi
letak
kesetimbangan,
juga
tidak
mempengaruhi besarnya tetapan kesetimbangan, sebab semua reaksi berakhir dengan kesetimbangan. Rosida Marhusari : Bentonit Terpilar TiO2 Sebagai Katalis Pembuatan Hidrogen Dalam Pelarut Air Pada Hidrogenasi Glukosa Menjadi Sorbitol Dengan Katalis Nikel, 2009. USU Repository © 2009
c. Katalisator tidak dapat mengawali suatu reaksi, reaksi yang dikatalisir harus sudah berjalan walaupun sangat lambat. d. Katalisator yang diperlukan untuk mempercepat reaksi biasanya hanya sedikit namun pada umumnya jumlah katalisator juga mempengaruhi kecepatan reaksi (Sukardjo, 1990).
Berdasarkan sifat campuran reaksi maka katalis dapat dibagi menjadi 2 jenis yaitu katalis homogen dan katalis heterogen. Jika katalis dan reaktan-reaktan berada pada fasa yang sama disebut katalis homogen dan bila katalis berada pada fasa yang berbeda dari reaktannya dikatakan sebagai katalis heterogen.
2.6.1. Katalis Homogen
Katalis homogen merupakan katalis yang fasanya sama dengan larutannya. Katalis homogen biasanya berupa molekul atau ion yang terbentuk dalam komleks yang teraktivasi dengan harga ∆G yang berkurang (Heslop, 1961).
Keuntungan dari katalis homogen adalah kespesifikannya dan tidak dibutuhkannya suhu dan tekanan yang tinggi dalam reaksi. Kerugian dari katalis homogen ini adalah sulitnya katalis ini untuk dipisahkan dari produknya. Katalis dapat terdegradasi dan harganya relatif tinggi
2.6.2. Katalis Heterogen
Katalis heterogen adalah katalis yang dapat berlangsung lebih dari satu fasa. Biasanya reaktan dan produk terdapat dalam padat gas atau cairan, sedangkan katalis yang digunakan dalam bentuk padatan. Reaksi katalitik terjadi pada permukaan katalis. Katalis heterogen memiliki keuntungan dibandingkan katalis homogen khususnya dalam pemisahannya karena produk yang terlarut dalam medium reaksi dapat dipisahkan dari katalisnya dengan menyaringnya (Leach. B. E, 1983). Persyaratan utama dalam katalisis heterogen adalah bahwa pereaksi fase gas atau larutan diadsorpsi kepermukaan katalis. Tidak semua permukaan atom memiliki Rosida Marhusari : Bentonit Terpilar TiO2 Sebagai Katalis Pembuatan Hidrogen Dalam Pelarut Air Pada Hidrogenasi Glukosa Menjadi Sorbitol Dengan Katalis Nikel, 2009. USU Repository © 2009
tingkat efektifitas yang sama sebagai katalis bagian yang efektif tersebut disebut sebagai sisi aktif katalis. Pada dasarnya, katalisis heterogen mencakup : 1. Reaktan akan terjerap (adsorpsi) pada permukaan aktif katalis 2. Terjadi interaksi pada sepanjang permukaan katalis atau terjadi pelemahan ikatan dari molekul yang terjerap. 3. Setelah reaksi terjadi molekul hasil reaksi (produk) dilepas dari permukaan katalis. Oleh karena itu, suatu katalis perlu memiliki kemampuan menjerap dan melepaskan yang baik ( http://www.b3.menlh.go.id/3r/article.php ). Tahap-tahap ini dapat dijelaskan dalam proses hidrogenasi katalitik berikut:
Keterangan : Tahap-tahap katalisis oleh nikel pada reaksi C2H4
C2H4 kedua
molekul diadsorbsi oleh gaya tarik yang lemah. Aktivasi berlangsung ketika elektronelektron yang terikat pada molekul tertata ulang untuk membentuk ikatan dengan atom-atom logam. Kelanjutan reaksi dari aktivasi atom, molekul C2H6 yang teradsorpsi lemah akan melepaskan diri dari permukaan. 2.7. Nikel Rosida Marhusari : Bentonit Terpilar TiO2 Sebagai Katalis Pembuatan Hidrogen Dalam Pelarut Air Pada Hidrogenasi Glukosa Menjadi Sorbitol Dengan Katalis Nikel, 2009. USU Repository © 2009
Nikel menyerap sejumlah hidrogen bila dipisahkan secara halus dan bentuk khusus dan digunakan untuk reduksi katalitik (Cotton dan Wilkinson, 1989). Logam nikel dipergunakan secara luas sebagai katalis untuk hidrogenasi atau pembekuan minyak yang merupakan bahan dasar yang digunakan dalam pembuatan sabun dan produkproduk makanan; untuk pembuatan hidrogen dari gas alam atau gas buangan yang dihasilkan dari pemurnian dan pemecahan minyak bumi; untuk meningkatkan tenaga mesin melalui hidrogenasi pemecahan batu bara atau minyak damar; untuk pemisahan karbon monoksida dan hidrogen. Proses yang menggunakan nikel dalam jumlah besar sebagai katalis adalah hidrogenasi dari minyak, seperti biji kapas, biji rami, kacang kedelei, biji tumbuhan, ikan paus, ikan gembung dan anjing laut. Hal ini ditetapkan sebagai salah satu cara yang efektif untuk menghilangkan bau amis ikan dari minyak ikan, dan kemudian minyak ini dijernihkan sehingga dapat digunakan untuk komsumsi. Katalis pada proses batch dibagi menjadi dua bagian, yaitu yang dikenal dengan
proses
kering
dan
proses
basah
(Johnstone
dan
Johnstone,
1961 ).
Satu bentuk yang istimewa dari nikel yang dikenal adalah Raney nikel. Nikel ini diproduksi secara komersial sebagai suatu campuran nikel-aluminium, yang dididihkan
dengan
natrium
hidroksida
yang
pekat
untuk
menghilangkan
aluminiumnya. Perlakuan ini akan menghasilkan suatu residu nikel hitam yang halus yang bersifat piroforik. Nikel ini sangat penting sebagai katalis untuk hidrogenasi, yaitu hidrogenasi minyak tumbuhan yang tidak jenuh. Nikel halus ini merupakan suatu katalis yang sangat aktif dan secara berkala digunakan hidrogenasi minyak biji kapas, minyak rami dan senyawa organik lainnya yang tidak jenuh (Soine dan Wilson, 1961).
BAB 3
Rosida Marhusari : Bentonit Terpilar TiO2 Sebagai Katalis Pembuatan Hidrogen Dalam Pelarut Air Pada Hidrogenasi Glukosa Menjadi Sorbitol Dengan Katalis Nikel, 2009. USU Repository © 2009
METODE PENELITIAN
3.1. Alat-alat Nama Alat
Ukuran
Neraca analitik digital
Merek Mettler PM 2000
Ayakan
100 mesh
Gelas Beaker
250 ml
Pyrex
Gelas Erlenmeyer
250 ml
Pyrex
Hot plate stirer
PMC Series 502
Tanur
o
1000 C
Fisher
Termometer
200 oC
Fisher
Gelas ukur
100 ml
Pyrex
Pompa vakum
Wech duo_seal
Pengaduk magnet Pipa kapiler Alu dan Lumpang Manometer
Marienfeld GE-676
Labu
50
Pyrex
Pendingin liebig
24/29
Quicfit
Buret
Pyrex
Rosida Marhusari : Bentonit Terpilar TiO2 Sebagai Katalis Pembuatan Hidrogen Dalam Pelarut Air Pada Hidrogenasi Glukosa Menjadi Sorbitol Dengan Katalis Nikel, 2009. USU Repository © 2009
3.2. Bahan-bahan
Nama Bahan
Spesifikasi
Merek
TiCl4
99 %
P.a. E’Merck
H2SO4
98 %
P.a. E’Merck
HNO3(p)
65 %
P.a. E’Merck
CH3COOH(glasial)
98 %
P.a. E’Merck
Bentonit
Akuadest
NaCl
P.a. E’Merck
AgNO3
P.a. E’Merck
Glukosa
P.a. E’Merck
Katalis Nikel
Perusahaan Oleokimia
NaOH
P.a. E’Merck
Metanol
P.a. E’Merck
Kalium Natrium Tartarat
P.a. E’Merck
Metilen biru
P.a. E’Merck
BaCl2
P.a. E’Merck
3.3. Prosedur Penelitian 3.3.1.Pembuatan Bentonit Terpilar TiO2 1. Aktivasi Bentonit
Bentonit 100 mesh sebanyak 100 g direndam dalam 250 ml NaCl 1M selama 1minggu dimana setiap 2 hari larutan NaCl diganti dengan yang baru, kemudian direndam dengan NaCl jenuh selama 24 jam. Setelah disaring, residu dicuci dengan akuades lalu dikeringkan dalam oven kemudian dihaluskan dan diayak 100 mesh. Hasil ayakan dimasukkan kedalam 250 ml H2SO4 1M, didiamkan selama 24 jam kemudian disaring lalu residu dicuci dengan akuades. Residu dikeringkan lalu dihaluskan dan diayak 100 mesh. Rosida Marhusari : Bentonit Terpilar TiO2 Sebagai Katalis Pembuatan Hidrogen Dalam Pelarut Air Pada Hidrogenasi Glukosa Menjadi Sorbitol Dengan Katalis Nikel, 2009. USU Repository © 2009
2. Pembuatan Bentonit Terpilar TiO2 Bentonit yang telah diaktivasi dimasukkan ke dalam 500 ml akuades lalu ditambahkan 20 ml TiCl4 0,82 M sedikit demi sedikit sambil diaduk dengan pengaduk magnit selama 2 jam, disaring, kemudian residu dicuci dengan akuades. Residu dikeringkan, dihaluskan dan diayak 100 mesh kemudian ditanur pada suhu 350 oC.
3. Pengetsaan Bentonit Terpilar TiO2 Bentonit yang telah ditanur, diambil sebanyak 5 g dan dimasukkan kedalam wadah plastik. Selanjutnya ditambahkan larutan pengetsa: ( 3 ml HF(p) + 5 ml HNO3(p) + 3 ml CH3COOH(glacial) ), diaduk dengan pengaduk plastik selama 10 menit, kemudian residu dipisahkan dengan cara dekantasi lalu dinetralkan pH-nya dengan akuades kemudian dipisahkan. Residu yang diperoleh ditanur pada suhu 350oC selama 3 jam.
3.3.2. Pengujian Gas Hidrogen dan Oksigen dari Air
Ditimbang bentonit terpilar TiO2 sebanyak 4 g, lalu dimasukkan dalam labu yang didalamnya telah diisi akuades sebanyak 10 ml dan diaduk selama 10-15 menit. Dihubungkan labu dengan termometer dan pipa cabang tiga yang terhubung dengan manometer. Selanjutnya disinari dengan ultraviolet dari matahari dan diamati perubahan yang ada pada manometer.
3.3.3. Hidrogenasi Gukosa
Kedalam wadah botol transparan dimasukkan 2,5 g glukosa, 0,1 g serbuk nikel, 1 g bentonit terpilar TiO2 dan 20 ml akuades kemudian ditutup hingga rapat. Diaduk dengan pegaduk magnit dan dibiarkan dibawah sinar UV matahari selama 30 hari. Kemudian disaring, diukur pHnya dan diuji kualitatif dengan pereaksi Tollens dan pereaksi Fehling. Setelah itu filtrat diuapkan lalu divakum hingga terbentuk kristal.Diuji titik lebur kristal kemudian dikarakterisasi FTIR , dan 1H-NMR. Rosida Marhusari : Bentonit Terpilar TiO2 Sebagai Katalis Pembuatan Hidrogen Dalam Pelarut Air Pada Hidrogenasi Glukosa Menjadi Sorbitol Dengan Katalis Nikel, 2009. USU Repository © 2009
3.3.4. Uji Kadar Glukosa Dengan Pereaksi Fehling
Dipipet 10 ml larutan Fehling dan dimasukkan ke dalam gelas erlenmeyer 250 ml lalu ditambahkan 3 tetes indikator metilen biru 0,2 % kemudian dipanaskan sampai mendidih. Setelah itu dititrasi dengan 1 g produk hidrogenasi glukosa yang telah diencerkan dalam labu takar 100 ml sampai warna indikator metilen biru hilang, lalu dicatat volume titrasi yang terpakai. Dilakukan hal yang sama sebanyak 3 kali.
Rosida Marhusari : Bentonit Terpilar TiO2 Sebagai Katalis Pembuatan Hidrogen Dalam Pelarut Air Pada Hidrogenasi Glukosa Menjadi Sorbitol Dengan Katalis Nikel, 2009. USU Repository © 2009
3.4. Bagan Penelitian
3.4.1. Pembuatan Bentonit Terpilar TiO2 1. Aktivasi Bentonit
Bentonit 100 mesh direndam dalam NaCl 1 M selama seminggu disaring
Filtrat
Residu direndam dalam NaCl jenuh selama 24 jam disaring
Residu
Filtrat dicuci dengan akuades dikeringkan dihaluskan dan diayak 100 mesh direndam dalam H2SO4 1 M selama 24 jam disaring
Filtrat
Residu dicuci dengan akuades dikeringkan dihaluskan dan diayak 100 mesh Bentonit teraktivasi
Rosida Marhusari : Bentonit Terpilar TiO2 Sebagai Katalis Pembuatan Hidrogen Dalam Pelarut Air Pada Hidrogenasi Glukosa Menjadi Sorbitol Dengan Katalis Nikel, 2009. USU Repository © 2009
2. Pembuatan Bentonit Terpilar TiO2
Bentonit teraktivasi akuades TiCl4 0,82 M disaring
filtrat
residu dicuci dengan akuades dikeringkan dihaluskan dan diayak 100 mesh ditanur pada suhu 350oC
Bentonit terpilar
Rosida Marhusari : Bentonit Terpilar TiO2 Sebagai Katalis Pembuatan Hidrogen Dalam Pelarut Air Pada Hidrogenasi Glukosa Menjadi Sorbitol Dengan Katalis Nikel, 2009. USU Repository © 2009
3. Pengetsaan Bentonit Terpilar TiO2 Bentonit terpilar dimasukkan ke dalam wadah plastik larutan pengetsa (HF(p) : HNO3(p) : CH3COOH(glasial) = 3 : 5 : 3 didekantasi
Residu
Filtrat dinetralkan pH dengan akuades disaring
filtrat
residu ditanur pada suhu 350oC selama 3 jam Produk
Rosida Marhusari : Bentonit Terpilar TiO2 Sebagai Katalis Pembuatan Hidrogen Dalam Pelarut Air Pada Hidrogenasi Glukosa Menjadi Sorbitol Dengan Katalis Nikel, 2009. USU Repository © 2009
3.3.3. Pengujian Gas Hidrogen dan Oksigen dari Air
Bentonit terpilar TiO2 dimasukkan dalam labu akuades diaduk
campuran dihubungkan dengan termometer dan pipa cabang tiga yang terhubung dengan manometer disinari dengan matahari diamati perubahan manometer
Hasil
Rosida Marhusari : Bentonit Terpilar TiO2 Sebagai Katalis Pembuatan Hidrogen Dalam Pelarut Air Pada Hidrogenasi Glukosa Menjadi Sorbitol Dengan Katalis Nikel, 2009. USU Repository © 2009
3.4.2 Hidrogenasi Gukosa
Glukosa dimasukkan dalam wadah transparan bentonit terpilar TiO2 akuades pengaduk magnet Campuran reaksi
disaring
Filtrat
Residu diuapkan
Residu divakum Produk diuji dengan pereaksi Tollens diuji dengan pereaksi Fehling
Ukur titik lebur, analisa FT-IR dan 1H-NMR
Rosida Marhusari : Bentonit Terpilar TiO2 Sebagai Katalis Pembuatan Hidrogen Dalam Pelarut Air Pada Hidrogenasi Glukosa Menjadi Sorbitol Dengan Katalis Nikel, 2009. USU Repository © 2009
3.4.3. Uji Glukosa Dengan Pereaksi Fehling
10 ml larutan Fehling dimasukkan ke dalam gelas erlenmeyer 250 ml ditambahkan 3 tetes indicator metilen biru 0,2 % dipanaskan sampai mendidih dititrasi dengan 1 g produk hidrogenasi glukosa yang telah diencerkan dalam labu takar 100 ml dicatat volume titrasi yang terpakai Hasil
Rosida Marhusari : Bentonit Terpilar TiO2 Sebagai Katalis Pembuatan Hidrogen Dalam Pelarut Air Pada Hidrogenasi Glukosa Menjadi Sorbitol Dengan Katalis Nikel, 2009. USU Repository © 2009
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil 4.1.1.Pengujian Bentonit Terpilar TiO2 Sebagai Katalis Pembuatan Hidrogen Pengujian gas hidrogen yang terbentuk dari air menggunakan katalis bentonit terpilar TiO2 adalah dengan penyinaran matahari secara langsung. Akibat penyinaran UV matahari, terjadi gelembung-gelembung gas dari dasar labu menuju ke atas dan semakin banyak sehingga menggeser tekanan manometer. Gas yang dihasilkan diuji dengan mengalirkan gas pada lidi yang sedang menyala sehingga terjadi letupan letupan kecil dan juga pada serbuk oksida logam CuO membara yang mengakibatkan terbentuknya uap air pada dinding pipa uji. Hal ini menunjukkan adanya gas hidrogen.
4.1.2. Hidrogenasi Glukosa
Reaksi hidrogenasi antara glukosa ( 2,5 g ; 0,014 mol ) dengan hidrogen yang dihasilkan oleh bentonit terpilar TiO2 dalam pelarut air berlangsung dengan adanya penyinaran UV matahari selama 30 hari serta menggunakan katalis nikel sebanyak 0,1g menghasilkan senyawa sorbitol sebanyak 66,8 % dengan titik lebur 94 oC.
4.2. Pembahasan 4.2.1. Bentonit Terpilar TiO2 Sebagai Katalis Pembuatan Hidrogen
Rosida Marhusari : Bentonit Terpilar TiO2 Sebagai Katalis Pembuatan Hidrogen Dalam Pelarut Air Pada Hidrogenasi Glukosa Menjadi Sorbitol Dengan Katalis Nikel, 2009. USU Repository © 2009
Bentonit terpilar TiO2 dapat digunakan sebagai katalis pembuatan hidrogen disebabkan oleh TiO2 yang merupakan material sensitif terhadap cahaya dimana aktivitas titania di dalam bentonit akan menurunkan energi aktivasi dari molekul air.
Gambar 4.1. Bentonit Terpilar TiO2 Sebagai Katalis Pembuatan Hidrogen
Akibat penyinaran UV dari matahari, ikatan ikatan hidrogen dari air akan terlepas lalu oksigen dari molekul air melakukan interaksi dengan oksida logam TiO2 dan hidrogen dari molekul air akan berinteraksi dengan silika. Interaksi ini dapat menurunkan energi aktivasi molekul air sehingga molekul hidrogen dan oksigen putus (Supeno, M dan Sembiring, S, 2007).
4.2.2. Hidrogenasi Glukosa Dengan Katalis Nikel Bentonit Terpilar TiO2 Hidrogenasi glukosa ( 2,5 g; 0,014 mol ) dengan gas hidrogen yang dihasilkan oleh bentonit terpilar TiO2 dalam pelarut air dan dengan katalis nikel menghasilkan sorbitol.
Rosida Marhusari : Bentonit Terpilar TiO2 Sebagai Katalis Pembuatan Hidrogen Dalam Pelarut Air Pada Hidrogenasi Glukosa Menjadi Sorbitol Dengan Katalis Nikel, 2009. USU Repository © 2009
O CH2OH O
C
H
H
C OH
OH
H
C
C
C H
H2O
C
H
H HO H
OH H OH
H
OH CH2OH
OH
OH H Glukosa ( siklik )
CH2OH H2 Katalis Ni
H HO H
OH H OH
H
OH CH2OH
Glukosa terbuka
Glusitol (Sorbitol)
Adanya pelarut air pada glukosa akan meyebabkan terbukanya bentuk siklik glukosa ( Belitz dan Grosch, 1987 ). Gugus aldehida pada glukosa akan mengalami hidrogenasi dengan adanya katalis nikel sehingga terbentuk sorbitol. Untuk mengetahui apakah glukosa telah mengalami hidrogenasi maka dilakukan uji kualitatif dengan pereaksi Tollens. Penambahan pereaksi Tollens pada senyawa aldehida akan menghasilkan cermin perak. Namun penambahan pereaksi Tollens
pada produk tidak lagi menghasilkan cermin perak. Pembuktian juga
dilakukan dengan menggunakan pereaksi Fehling melalui metode Lane Eynon yaitu metode titrasi (volumetri) untuk penentuan gula reduksi. Dalam hal ini glukosa merupakan gula reduksi karena memiliki gugus aldehida. Kadar gula reduksi dapat diperoleh dengan menggunakan rumus: Fk x 100 x Fp Kadar gula reduksi (%)= T Dimana: Fk= Faktor koreksi analisis gula reduksi (dari tabel Lane Eynon) Fp= Faktor pengenceran (P=1/Fp) T= Volume sampel yang terpakai 52 x 100 x 0,01 Maka kadar gula reduksi=
=1,26 % 41,1
Volume titrasi dapat dilihat pada lampiran 5
Rosida Marhusari : Bentonit Terpilar TiO2 Sebagai Katalis Pembuatan Hidrogen Dalam Pelarut Air Pada Hidrogenasi Glukosa Menjadi Sorbitol Dengan Katalis Nikel, 2009. USU Repository © 2009
Dari hasil pengujian, diperoleh kadar gula reduksi yang sangat sedikit yaitu 1,26 %, Hal ini karena hampir semua glukosa telah terhidrogenasi menjadi sorbitol yang diperkuat dengan titik lebur produk yaitu 94 oC (mendekati titik lebur sorbitol).
Pada katalisis bentonit terpilar TiO2 terhadap air dihasilkan gas hidrogen dan oksigen. Oksigen yang dihasilkan kemungkinan dapat mengoksidasi glukosa menjadi asam glukonat. Untuk mengetahui apakah terbentuk asam glukonat maka dilakukan penggaraman terhadap produk. Namun setelah digaramkan tidak terbentuk endapan coklat yang merupakan warna dari asam glukonat. Dengan demikian kemungkinan glukosa untuk teroksidasi sangat kecil karena katalis yang digunakan adalah katalis nikel yang sesuai untuk katalis hidrogenasi.
4.2.1.1 Spektrum FT-IR Sorbitol
Spektrum FT-IR dari produk (KBr) (gambar 4.2) menunjukkan pita serapan pada 3391,2 cm-1, 2935 cm-1, 1646,02 cm-1, 1047,39 cm-1. Serapan pada daerah bilangan gelombang 3391,2 cm-1 menunjukkan adanya vibrasi streching uluran O-H yang melebar dari gugus OH alkohol primer dan alkohol sekunder. Adanya gugus OH didukung oleh tekuk gugus OH pada bidang didukung pada bilangan gelombang 1416,07 cm-1. Serapan pada daerah 2935,7 cm-1 menunjukkan adanya gugus CH dan CH2. Getaran-getaran uluran C-O dalam alkohol menghasilkan pita di daerah 1416 cm-1 dan 1047,39 cm-1.
Rosida Marhusari : Bentonit Terpilar TiO2 Sebagai Katalis Pembuatan Hidrogen Dalam Pelarut Air Pada Hidrogenasi Glukosa Menjadi Sorbitol Dengan Katalis Nikel, 2009. USU Repository © 2009
Gambar 4.2. Spektrum FT-IR Sorbitol (KBr)
Dari perbandingan data spektrum FT-IR glukosa (lampiran 1) dan spektrum FT-IR produk (gambar 4.2), maka pada spektrum produk tidak lagi terdapat bilangan gelombang 1150-1085 cm-1 sebagai puncak serapan gugus C-O-C yang menunjukkan bentuk siklik glukosa (Siverstein, 1981). Pada kedua spektrum juga menunjukkan perbedaan yang nyata antara spektrum produk dengan spektrum glukosa. 4.2.1.2. Spektrum 1H-NMR Sorbitol Spektrum 1H-NMR sorbitol dibandingkan dengan glukosa sebagai berikut: Spektrum 1H-NMR sorbitol (gambar 4.3) dalam pelarut DMSO menunjukkan puncakpuncak pada pergeseran kimia pada daerah δ 3,4-3,8 ppm dan δ 4,4 ppm. Pergeseran Rosida Marhusari : Bentonit Terpilar TiO2 Sebagai Katalis Pembuatan Hidrogen Dalam Pelarut Air Pada Hidrogenasi Glukosa Menjadi Sorbitol Dengan Katalis Nikel, 2009. USU Repository © 2009
kimia δ 3,4-3,8 ppm menunjukkan proton yang terikat pada atom C1, C2, C3, C4, C5, dan C6, sedangkan pergeseran kimia pada δ 4,4 ppm disebabkan adanya proton pada gugus hidroksil. Daerah pergeseran kimia hidroksi sangat bervariasi yaitu δ 2,0-4,0 ppm; δ 3,5-5,5 ppm, dan δ 6,1 ppm. Hal ini timbul karena posisi sinyal OH tergantung pada kondisi seperti pelarut yang digunakan, konsentrasi, dan kemurnian alkohol serta ada tidaknya air dalam pelarut atau sampel.
Gambar 4.3. Spektrum 1H-NMR Sorbitol (DMSO) Pada spektrum 1H-NMR dari glukosa ( gambar 4.5 ) terlihat adanya pergeseran kimia pada δ 3,4-3,9 ppm yang menunjukkan adanya proton C-H yang terikat pada atom C2, C3, C4, C5, C6 pada δ 4,7 ppm menunjukkan proton pada –OH, sedangkan pergeseran kimia pada daerah δ 5,2 ppm menunjukkan proton C-H yang terikat pada atom C1. Rosida Marhusari : Bentonit Terpilar TiO2 Sebagai Katalis Pembuatan Hidrogen Dalam Pelarut Air Pada Hidrogenasi Glukosa Menjadi Sorbitol Dengan Katalis Nikel, 2009. USU Repository © 2009
Dari hasil perbandingan data 1H-NMR glukosa dan produk menunjukkan bahwa pada produk tidak lagi terdapat puncak yang diakibatkan karena adanya proton pada atom C1 dari glukosa yang tidak terhidrogenasi. Spektrum
1
H-NMR sorbitol yang
dihasilkan juga dapat dibandingkan dengan 1H-NMR sorbitol yng diperoleh dari standar (Lampiran 4), sehingga dapat disimpulkan bahwa sorbitol telah terbentuk.
Rosida Marhusari : Bentonit Terpilar TiO2 Sebagai Katalis Pembuatan Hidrogen Dalam Pelarut Air Pada Hidrogenasi Glukosa Menjadi Sorbitol Dengan Katalis Nikel, 2009. USU Repository © 2009
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
-
Bentonit terpilar TiO2 dapat digunakan sebagi katalis pembuatan gas hidrogen dan oksigen dari dengan adanya cahaya UV dari matahari.
-
Gas hidrogen yang dihasilkan oleh bentonit terpilar TiO2 dalam pelarut air dapat digunakan untuk menghidrogenasi glukosa menjadi sorbitol dengan menggunakan katalis nikel dan berlangsung dengan adanya penyinaran UV dari matahari selama 30 hari dan menghasilkan sorbitol sebanyak 66,8 %.
5.2. Saran
Dari penelitin yang dilakukan memerlukan waktu yang cukup lama. Oleh karena itu perlu dilakukan untuk penelitian selanjutnya dengan mengganti sinar UV matahari dengan lampu UV
Rosida Marhusari : Bentonit Terpilar TiO2 Sebagai Katalis Pembuatan Hidrogen Dalam Pelarut Air Pada Hidrogenasi Glukosa Menjadi Sorbitol Dengan Katalis Nikel, 2009. USU Repository © 2009
DAFTAR PUSTAKA
Apriyantono, A., Fardiaz, D. 1989. Analisa Budidaya Pangan, Bogor: Penerbit ITB. Belitz, H. D. dan Grosch. 1987. Food Chemistry. Jerman: Springer Verlag. Bieman, K. 1983. Tables Of Spectral Data For Structure Determination Of Organic Compaunds. Second Edition. German: Springer- Verlag Heidelberg. Clauss, P at al. 2006. Ni/SiO2 Catalysts Prepared With Ethylendiamine Nickel Precursor: Influence Of The Pretreatment On The Catalytic Properties In Glucose Hydrogenation. Esevier B.V. All Righths Reserved. Applied Catalysis A; General (318 ) 45-53. Cotton, F. A Dan Wilkinson, G. 1989. Kimia Anorganik Dasar. Jakarta: UI Press. Dermawan, A. 2005. Sorbitol Pemanis Untuk Penderita Diabetes. Http: //ksni. go. id//article. Diakses tanggal 20 Desember 2008. Fessenden, R. J dan Fessenden, J, 1998. Kimia Organik. Alih Bahasa Dadyani Pudjaatmaka. Edisi Ketia. Jilid 2. Jakarta: Erlangga. Gilbert, N. S. 2001. Photochemistry: A Review Of Chemical Literature. Royal Society Of Chemistry. Hart, H. 1996. Kimia Organik. Jakarta: Erlangga. Heslop, R. B, Robinson, P. L. 1961. Inorganic Chemistry. N. Elsevier Publishing Company. Holtzclaw, H. F Dan Robinson W. R. 1988. College Chemistry With Qualitative Analysis. Eight Edition. USA: D. C. Heat And Company. House, H. O. 1972. Modern Synthetic Reaction. Second Edition. London: The Benjamin/ Cumming Publishing Company. Johnstone, S. J. dan Johnstone, M. G. 1961. Minerals For The Chemical And Allied Industries. Second Edition. New York: John Wiley And Sons, Inc.
Rosida Marhusari : Bentonit Terpilar TiO2 Sebagai Katalis Pembuatan Hidrogen Dalam Pelarut Air Pada Hidrogenasi Glukosa Menjadi Sorbitol Dengan Katalis Nikel, 2009. USU Repository © 2009
Karna, W dan Tahir, I. 2002. Sintesis Lempung Terpilar Cr2O3 Dan Pemanfaatannya Sebagai Inang Senyawa p-Nitroanilin. Yogyakarta: Gajah Mada University. Kementerian Negara Lingkungan Hidup . Katalis Dan Pengolahan Spent Katalis. http: //b3/menlh. go. id/3r/article. php. Diakses tanggal 17 Januari 2009. Kick, O. 1975. Encyclopedia Of Chemical Technology. Fourth Edition. Volume 25. John Wiley And Sons: USA Leach, B. E. 1983. Applied Industrial Catalysis. Volume 2. New York: Acadaemic Press. Li, Hexing. 1999. Glucosa Hydrogenation To Sorbitol Over Skeletal Ni-P Amorphous Alloy Catalyst ( Raney Ni-P ). Journal Of Catalysts. 257-260. Loise, C. H.1987. Catalyst Design. New York: John Wiley And Sons, Inc. Poedjadi, A. 1994. Dasar Dasar Bokimia. Jakarta: UI Press. Proyek Kerja Dinas Pertambangan Daerah Sumatera Utara. 1999/2000. Pengukuran Pencadangan Wilayah Pertambangan Bahan galian Golongan C Komoditi Bentonit Di Desa Tapus Kecamatan Saipor Dolok Hole Kabupaten Tapanuli Selatan Medan. Pusat Penelitian Dan Pengembangan Teknologi Mineral. Bentonit. http: //www. Tekmira. Esdm. Go. Id. Diakses tanggal 20 Januari 2009. Robert, C., Francis, A. 2002. Organic Chemistry.New York: McGraw Hill Companies. Sihotang, D. 2005. Study Pembuatan Bentonit Terpilar TiO2. Skripsi Jurusan Kimia.Medan. Silverstein, R. M, Bassler, G. C. 1981. Spectrometric Identification
Of Organic
Compounds. Fourth Edition. USA: John Wiley And Sons. Smith., Maryadele. J., Heckelman. 2001. The Merck Index: An Encyclopedia Of Chemical, Drugs, And Biological. Thirteen Edition. USA: Merck and Co, Inc. Soedjoko, T. S. 1987 .Penelitian Pemanfaatan Bentonit Di Indonesia. Bull PPTM, 15-24. Soine, T. O. dan Wilson, C. O. 1961. Rogers Inorganic Pharmaceutical Chemistry. Seventh Edition. USA: Lea And Foreger. Sukardjo. 1990. Kimia Anorganik. Catatan Kedua. Jakarta: Rineka Cipta.
Rosida Marhusari : Bentonit Terpilar TiO2 Sebagai Katalis Pembuatan Hidrogen Dalam Pelarut Air Pada Hidrogenasi Glukosa Menjadi Sorbitol Dengan Katalis Nikel, 2009. USU Repository © 2009
Supeno, M dan Sembiring, S. B. 2007. Bentonit Terpilar Sebagai Material Katalis/ Co-Katalis Pembuatan Gas Hidrogen Dan Oksigen. Disertasi. Medan: FMIPA USU. Suwiran, C., Barus., T.1997. Sintesis Sorbitol Heksaasetat Melalui Reaksi Asetilasi Antara Sorbitol Dengan Asetat Anhidrida. Skripsi Jurusan Kimia FMIPA USU. Medan Tan, K. H. 1977. Thermal Analysis Of Soil In Mineral And Soil Environment. Soil Sci, Inc. Madison Wis 865-884. Welasih, T. 2003. Hidrogenasi Glukosa Menjadi Sorbitol Menggunakan Katalis Nikel Dalam Reakstor Berpengaduk Dan Bertekanan Tinggi. Surabaya: ITS Digital Library. Wilson, T. 1997. Inorganic Chemistry: A Industrial And Environmental Perspective. Academic Press. Wingrove, Robert. 1981. Organic Chemistry . New york: Harper And Row Publishier.
Rosida Marhusari : Bentonit Terpilar TiO2 Sebagai Katalis Pembuatan Hidrogen Dalam Pelarut Air Pada Hidrogenasi Glukosa Menjadi Sorbitol Dengan Katalis Nikel, 2009. USU Repository © 2009
Lampiran 1. Spektrum FT-IR Glukosa (KBr pellet)
Rosida Marhusari : Bentonit Terpilar TiO2 Sebagai Katalis Pembuatan Hidrogen Dalam Pelarut Air Pada Hidrogenasi Glukosa Menjadi Sorbitol Dengan Katalis Nikel, 2009. USU Repository © 2009
Lampiran 2. Spektrum 1H-NMR Glukosa (D2O)
Rosida Marhusari : Bentonit Terpilar TiO2 Sebagai Katalis Pembuatan Hidrogen Dalam Pelarut Air Pada Hidrogenasi Glukosa Menjadi Sorbitol Dengan Katalis Nikel, 2009. USU Repository © 2009
Lampiran 3. Spektrum FT-IR Sorbitol Standar ( KBr )
Rosida Marhusari : Bentonit Terpilar TiO2 Sebagai Katalis Pembuatan Hidrogen Dalam Pelarut Air Pada Hidrogenasi Glukosa Menjadi Sorbitol Dengan Katalis Nikel, 2009. USU Repository © 2009
Lampiran 4.Spektrum 1H-NMR Sorbitol Standar (D2O) Rosida Marhusari : Bentonit Terpilar TiO2 Sebagai Katalis Pembuatan Hidrogen Dalam Pelarut Air Pada Hidrogenasi Glukosa Menjadi Sorbitol Dengan Katalis Nikel, 2009. USU Repository © 2009
Rosida Marhusari : Bentonit Terpilar TiO2 Sebagai Katalis Pembuatan Hidrogen Dalam Pelarut Air Pada Hidrogenasi Glukosa Menjadi Sorbitol Dengan Katalis Nikel, 2009. USU Repository © 2009
Lampiran 5. Data Hasil Pengukuran Volume Titrasi Pada Penentuan Gula Reduksi
No
Volume larutan Fehling
Volume larutan produk
Faktor Koreksi
(ml)
( ml)
(Fk)
1
10
41,3
52
2
10
40,9
52
3
10
41.1
52
Rosida Marhusari : Bentonit Terpilar TiO2 Sebagai Katalis Pembuatan Hidrogen Dalam Pelarut Air Pada Hidrogenasi Glukosa Menjadi Sorbitol Dengan Katalis Nikel, 2009. USU Repository © 2009
Lampiran 6. Foto SEM Na-Bentonit
Rosida Marhusari : Bentonit Terpilar TiO2 Sebagai Katalis Pembuatan Hidrogen Dalam Pelarut Air Pada Hidrogenasi Glukosa Menjadi Sorbitol Dengan Katalis Nikel, 2009. USU Repository © 2009
Lampiran 7. Foto SEM Bentonit Terpilar TiO2
Rosida Marhusari : Bentonit Terpilar TiO2 Sebagai Katalis Pembuatan Hidrogen Dalam Pelarut Air Pada Hidrogenasi Glukosa Menjadi Sorbitol Dengan Katalis Nikel, 2009. USU Repository © 2009
Rosida Marhusari : Bentonit Terpilar TiO2 Sebagai Katalis Pembuatan Hidrogen Dalam Pelarut Air Pada Hidrogenasi Glukosa Menjadi Sorbitol Dengan Katalis Nikel, 2009. USU Repository © 2009