BEBAN KERJA DAN PERILAKU ALTRUISTIK PADA PEGAWAI

Download Abstrak. Penelitian ini mengungkap hubungan antara beban kerja pegawai puskesmas Gedongtengen di Kota Yogya dengan perilaku altruistik mere...

0 downloads 482 Views 106KB Size
BEBAN KERJA DAN PERILAKU ALTRUISTIK PADA PEGAWAI PUSKESMAS S. Dimas Aryo Krisworo, Galuh Setia Winahyu Sekolah Tinggi Psikologi Yogyakarta Email: [email protected]

Abstrak Penelitian ini mengungkap hubungan antara beban kerja pegawai puskesmas Gedongtengen di Kota Yogya dengan perilaku altruistik mereka.Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan negatif antara beban kerja dengan perilaku altruistik pada pegawai puskesmas Gedongtengen Kota Yogyakarta.Subyek penelitian adalah pegawai puskesmas Gedongtengen Kota Yogyakarta.Metode analisa data menggunakan program komputer SPSS 13.0.Hasil analisa data menunjukkan bahwa koefisien korelasi adalah -0,710 dengan signifikansi 0,000. Hasil analisa statistik menunjukkan signifikansi <0,05 maka hipotesis diterima yang artinya terdapat hubungan negatif antara beban kerja dengan perilaku altruistik pegawai puskesmas Gedongtengen Kota Yogayakarta. Kata Kunci : Beban Kerja, Perilaku Altruistik PENDAHULUAN Puskesmas merupakan penanggungjawab dalam penyelenggara upaya kesehatan tingkat pertama. Puskesmas sebagai unit pelaksana pembangunan kesehatan di wilayah kecamatan merupakan lini terdepan pelayanan kesehatan dalam mewujudkan visi Indonesia sehat.Keberhasilan ini sangat dipengaruhi oleh penataan dan pengelolaan sumberdaya manusia dalam melaksanakan tugas pokok puskesmas (Husain dkk, 2006). Keberhasilan puskesmas dalam menjalankan program layanan kesehatan ditentukan oleh sumber daya manusia yang seimbang antara tenaga pengobatan di satu pihak dengan tenaga promotif dan preventif di lain pihak (Husain dkk, 2006).

Masalah utama dari pengelolaan sumber daya manusia di puskesmas adalah tidak ratanya distribusi pegawai di puskesmas, serta adanya over staffing dan under staffing pada pegawai profesional dan teknis di puskesmas. Idealnya adalah pekerjaan fungsional dan struktural tidak dilakukan pegawai yang sama, dengan kata lain pegawai struktural tidak merangkap pekerjaan pegawai fungsional (Husain dkk, 2006). Peraturan Pemerintah tentang Pelayanan Publik di bidang kesehatan menyatakan bahwa puskesmas adalah penyelenggara layanan kesehatan yang terdepan.Akses layanan kesehatan yang paling cepat, mudah dan murah menjadi tujuan utama pendirian puskesmas di seluruh pelosok wilayah negara Indonesia.

1

Keberhasilan puskesmas dalam memberikan pelayanan kesehatan untuk masyarakat sangat bergantung dari penyediaan sarana dan prasarana serta pengelolaan sumber daya manusia yang tepat (Paruntu dkk, 2015). Penelitian tentang kebutuhan dan distribusi tenaga puskesmas oleh Lukman (2005) menunjukkan bahwa karena kesenjangan antara kebutuhan dan distribusi tenaga puskesmas memunculkan beban kerja yang berlebih di beberapa tempat pusat layanan kesehatan (Puskesmas) di Indonesia.Dalam penelitian ini juga menyebutkan bahwa beban kerja yang berlebih dapat memunculkan berbagai macam dampak bagi pelaksanaan pelayanan kesehatan di puskesmas. Perilaku atau tindakan altruistik merupakan bentuk perilaku sosial yang ditujukan untuk kebaikan orang lain. Pernyataan ini seperti diungkap oleh Walstern dan Piliavin (Huffman dkk, 1997) perilaku altruistik adalah perilaku menolong atau perilaku prososial yang timbul bukan karena adanya tekanan atau kewajiban, melainkan tindakan tersebut bersifat suka rela dan tidak berdasarkan norma–norma tertentu, tindakan tersebut juga dapat merugikan penolong, karena meminta pengorbanan waktu, usaha, uang dan tidak ada imbalan atau pun reward dari semua tindakan tersebut. Altruisme atau altruistik pertama kali diperkenalkan oleh Auguste Comte pada abad ke-19.Menurutnya, altruisme adalah perilaku menolong tanpa mementingkan diri sendiri. Artikel Altruisme dan Filantropis oleh Auguste Comte yang menunjukkan bahwa altruisme

sebagai kewajiban yang ditujukan pada kebaikan orang lain. Altruisme kemudian menjadi sebuah pemahaman atau etika emas dalam konteks sosial (Johnson, 1994).Borrong (2006) kemudian yang mengenalkan tindakan atau perilaku altruistik sebagai bentuk dari altruisme. Paparan diatas dapat kita simpulkan bahwa perilaku altruistik adalah seluruh tindakan atau perilaku yang dilakukan untuk kebaikan atau manfaat orang lain tanpa adanya harapan akan imbalan baik dalam bentuk apapun. Aspek-aspek Perilaku Altruistik Baron dan Byrne(2005) menyatakan bahwa aspek penyusun altruistik adalah: a. Empati Empati termasuk kemampuan untuk merasakan keadaan emosional orang lain, merasa simpatik, dan mencoba menyelesaikan masalah, serta mengambil persepektif orang lain. Altruistik memunculkan empati yang lebih tinggi dalam diri individu. b. Mempercayai dunia yang adil Individu yang menolong mempersepsikan dunia dimana ia tinggal sebagai tempat yang adil dan percaya bahwa tingkah laku yang baik diberi imbalan dan tingkah laku yang buruk akan mendapat hukuman. Kepercayaan ini mengarah pada kesimpulan bahwa menolong orang yang membutuhkan adalah hal yang tepat untuk dilakukan dan adanya pengharapan bahwa orang yang menolong akan mendapatkan sesuatu dari melakukan hal yang baik. c. Tanggung jawab sosial Individu yang selalu menolong percaya bahwa setiap orang

2

bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik saat orang lain membutuhkan pertolongan. d. Internal Locus of control Individu yang menolong mempunyai internal locus of control, individu tersebut percaya bahwa mereka dapat memilih untuk bertingkah laku yang memaksimalkan hasil akhir yang baik dan meminimalkan kemungkinan buruk. Individu yang cenderung tidak melakukan pertolongan memiliki external locus of control, karena mereka percaya bahwa apa yang terjadi di sekitar tidak relevan, ada untung dan rugi, takdir, serta faktor – faktor tidak terkontrol lainnya. Beban kerja menurut definisi yang dijabarkan oleh Gopher dan Doncin (Munandar, 2001) adalah suatu konsep yang timbul akibat adanya keterbatasan kapasitas dalam memproses informasi.Saat menghadapi suatu tugas, individu diharapkan dapat menyelesaikan tugas tersebut dalam tingkat tertentu.Apabila keterbatasan yang dimiliki individu tersebut menghambat tercapainya hasil kerja pada tingkatan tertentu, maka ada kesenjangan antara tingkat kemampuan yang diharapkan dan tingkat kapasitas yang dimiliki. Munandar (2001) juga menyatakan bahwa beban kerja yang terlalu sedikit dan dijalankan dalam waktu yang lama akan mengakibatkan kecemasan, depresi, stres, dan ketidakpuasan kerja. Sebaliknya jika beban kerja yang harus dilaksanakan terlalu berat dan tidak sesuai dengan kapasitas kemampuan pekerja, maka akan mengakibatkan stres yang hebat pada

pekerja tersebut. Para pekerja akan merasa tidak puas terhadap pekerjaan dan hasil kerjanya, dan dapat memunculkan sikap kerja yang tidak sesuai dengan kode etik pekerjaannya. Oleh sebab itu sangat penting untuk menentukan dan merencanakan beban kerja sebuah pekerjaan melalui analisa dan rancang bangun pekerjaan Penjelasan diatas dapat kita simpulkan bahwa beban kerja adalah persepsi subyektif atau jumlah pekerjaan pekerja yang mencerminkan penilaian kapasitas individu untuk memenuhi tuntutan pekerjaan atau tugas. Aspek –aspek Beban Kerja Wickens (2000) mendefinisikan beban kerja melalui 3 aspek beban kerja, yaitu sebagai berikut : a. Penuhnya waktu kerja (time load) Penuhnya waktu yang dibutuhkan untuk melakukan pekerjaan meliputi jarangnya waktu senggang, bertumpuknya kegiatan yang berdekatan, dan target kerja yang tinggi dalam waktu singkat. b. Tingginya usaha mental (mental effort) Tingginya usaha mental yang dilakukan untuk melakukan pekerjaan tersebut meliputi kompleksitas pekerjaan, konsentrasi tinggi, dan tugas – tugas yang sukar diprediksi. c. Tingginya stres kerja (stress load) Tingginya stres yang muncul karena pekerjaan yang dilakukan, meliputi konflik, resiko, tuntutan akan kontrol diri, dan perasaan tidak aman dan terganggu

3

Hubungan Beban Kerja dan Perilaku Altruistik Perilaku altruistik adalah perilaku yang memperlihatkan bagaimana seseorang melakukan suatu perbuatan demi keuntungan orang lain, tanpa memikirkan imbalan (Baron & Byrne, 2005). Perilaku altruistik pada hakikatnya mengandung kewajiban moral dan kesadaran moral (Arifin, 2015).Dengan kata lain ada kerelaan melayani demi kepentingan orang lain (Sears dkk, 2009). Perilaku demikian sejalan dengan harapan masyarakat dalam mendapat pelayanan kesehatan di puskesmas.Perubahan dari mental penguasa menjadi pelayan masyarakat bagi para aparat birokrasi, perubahan perilaku yang mengutamakan kepentingan masyarakat diatas kepentingan pribadi atau golongan (Husain, 2006). Pembenahan sumber daya manusia di puskesmas mendorong perubahan sikap dan perilaku pegawai puskesmas dari aparat pemerintah penguasa menjadi aparat pemerintah pelayan publik. Keseimbangan dalam pekerjaan fungsional dan struktural akan membawa suatu perubahan sikap dan mental yang akan memunculkan sebuah kebaikan, dalam hal ini tidak hanya perbaikan sistem pelayan namun juga sebuah perubahan mental sikap dan perilaku yang menuju sebuah lembaga pelayanan kesehatan yang lebih baik, lebih altruis dan tidak egoistis (Harjosusanto,2014).Pegawai puskesmas sebagai pelayan publik dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya tidak dapat dikatakan

melakukan perilaku altruistik.Namun kewajiban moral dan kesadaran moral saat melayani masyarakat melampui tugas dan kewajibannya sebagai pegawai pelayan publik dengan memberikan pelayanan yang sebaik mungkin, dapat dikatakan sebagai sebuah perilaku atau tindakan altruis (Arifin, 2015). Puskesmas adalah salah satu bentuk pelayanan publik di bidang kesehatan di Indonesia.Puskesmas merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan masyarakat yang didirikan pemerintah hingga ke seluruh pelosok wilayah Negara Republik Indonesia. Pelayanan kesehatan masyarakat akan ditangani oleh puskesmas saat pertama kali masyarakat membutuhkan layanan kesehatan. Masyarakat akan selalu mengharapkan layanan kesehatan yang baik dari puskesmas. Layanan kesehatan berupa perawatan medis atau penyediaan obat diharapkan dapat selalu diakses melalui puskesmas, baik masyarakat di pedesaan maupun di perkotaan. Puskesmas sebagai layanan publik juga harus menerapkan asasasas pelayanan publik seperti terkandung dalam Undang-undang no.25 Tahun 2009 (DepHukHAM R.I., 2009)tentang Pelayanan Publik yaitu kepentingan umum, kepastian hukum, kesamaan hak, keseimbangan hak dan kewajiban dan keprofesionalan serta layanan publik yang partisipatif, tidak diskriminatif, terbuka, akuntabel. Layanan publik juga harus tepat waktu, cepat, mudah, terjangkau dan memiliki fasilitas atau perlakuan khusus bagi kelompok masyarakat yang rentan.

4

Dalam PerMenKes no. 75 tahun 2014 (Depkes R.I., 2014) juga tercatum bahwa pegawai puskesmas adalah pelayan publik dan pelaksana layanan dan kebijakan publik.Pegawai puskesmas dan tenaga medis lainnya diharapkan dapat memberikan layanan publik di bidang kesehatan kepada masyarakat dengan baik dan prima.Harapan ini tentunya juga datang dari masyarakat umum sebagai pengguna layanan dan anggota masyarakat. Tenaga medis sebagai pelaksana layanan publik bidang kesehatan diharapkan dapat memiliki perilaku altruistik dalam menjalankan tugasnya.Hal ini berkaitan dengan penerapan asas – asas pelayanan publik dalam UU No.25 Tahun 2009 (DepHukHAM R.I., 2009) tentang Pelayanan Publik.Kepedulian dan empati tenaga medis dan pegawai puskesmas lainnya diharapkan oleh masyarakat saat mengakses layanan kesehatan di puskesmas. Ketidak pahaman masyarakat akan prosedur layanan atau pengambilan obat membutuhkan kepedulian dan perhatian dari pegawai puskesmas. Kondisi ini yang menuntun peneliti untuk melihat sejauh mana hubungan antara beban kerja dengan perilaku altruistik pegawai puskesmas di puskesmas Gedongtengen Kota Yogyakarta. Paparan mulai dari latar belakang masalah, tujuan penelitian sampai dengan penjelasan teori diatas menuntun penulis untuk menyusun sebuah hipotesis yaitu, ada hubungan negatif antara beban kerja dengan perilaku altruistik pada pegawai puskesmas Gedongtegen kota Yogyakarta. Beban kerja semakin tinggi maka perilaku altruistik

pegawai akan semakin rendah begitu juga bila beban kerja semakin rendah maka perilaku altruistik akan semakin tinggi. METODOLOGI PENELITIAN Perilaku Altruistik adalah tindakan atau perilaku yang dilakukan untuk kebaikan atau manfaat orang lain tanpa adanya harapan akan imbalan dalam bentuk apapun (Baron dan Byrne, 2005).Aspek penyusun perilaku altruistik (BarondanByrne, 2005) adalah: a. Empati Empati termasuk kemampuan untuk merasakan keadaan emosional orang lain, merasa simpatik, dan mencoba menyelesaikan masalah, serta mengambil persepektif orang lain. b. Mempercayai Dunia yang Adil Individu yang menolong mempersepsikan dunia dimana ia tinggal sebagai tempat yang adil dan percaya bahwa tingkah laku yang baik diberi imbalan dan tingkah laku yang buruk akan mendapat hukuman. c. Tanggung Jawab Sosial Individu yang selalu menolong percaya bahwa setiap orang bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik saat orang lain membutuhkan pertolongan. d. Internal Locus of Control Individu yang menolong mempunyai internal locus of control, individu tersebut percaya bahwa mereka dapat memilih untuk bertingkah laku yang memaksimalkan hasil akhir yang

5

baik dan meminimalkan kemungkinan buruk. e. Egosentrisme rendah Individu yang menolong tidak punya maksud menjadi egosentris dan tidak mementingkan kepentingan dirinya sendiri. Beban kerja adalah persepsi subyektif yang mencerminkan penilaian kapasitas individu untuk memenuhi tuntutan pekerjaan atau tugas (Wickens, 2000). Aspek yang mengindikasikan beban kerja (Wickens, 2000), yaitu : a. Penuhnya waktu kerja (time load) b. Tingginya usaha mental ( mental effort ) c. Tingginya stres kerja (stress load) Subyek Penelitian Pada penelitian ini subyek yang akan diambil adalah para pegawai puskesmas Gedongtengen di Kota Yogyakarta. Peneliti akan mengambil sampel sebanyak 30 orang pegawai. Karakter subyek penelitian adalah pegawai puskesmas Gedongtengen di Kota Yogyakarta laki–laki dan perempuan yang berhadapan langsung dengan pasien dalam pelaksanaan layanan kesehatan di puskesmas. Metode Pengumpulan Data Penelitian akan menggunakan metode pengumpulan data quota sampling, yaitu pemilihan subyek sebagai sampel penelitian dalam jumlah tertentu dan dianggap merefleksikan populasi. Subyek penelitian adalah pegawai puskesmas Gedongtenngen di Kota Yogyakarta. Data dikumpulkan dari subyek dengan menggunakan skala dengan respon tingkat kesesuaian.Pernyataan

dalam aitem di setiap skala yang digunakan dalam penelitian ini menggambarkan bentuk tindakan atau perilaku di tempat kerja yang sesuai dengan diri pegawai puskesmas pada saat melakukan tugas dan pekerjaannya di puskesmas.Skala yang digunakan dalam pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan skala perilaku altruistik dan skala beban kerja.Bentuk skala yang digunakan dalam penelitian ini skala langsung, yaitu skala yang diisi langsung oleh subyek.Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah hasil modifikasi dari penelitian sebelumnya. Skala Perilaku Altruistik akan menggunakan skala hasil modifikasi dari skala yang digunakan oleh Pujiyanti, A. (2012) dan Skala Beban Kerja akan menggunakan skala hasil modifikasi dari skala yang digunakan oleh Febodelafika (2012). Pola dasar pengukuran skala perilaku altruistik ini menggunakan model Likert. Butir-butir skala dibuat dengan pilihan majemuk, dengan setiap butir berisi pernyataan dengan empat pilihan jawaban, yaitu Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), dan Sangat Tidak Sesuai (STS). Pengukuran skala beban kerja juga menggunakan model Likert. Butir – butir skala dibuat dengan empat pilihan jawaban. Setiap pernyataan akan berisi empat pilihan jawaban yaitu, Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), dan Sangat Tidak Sesuai (STS). Skoring kedua skala untuk setiap aitem favorabel dengan jawaban Sangat Sesuai (SS) mendapat skor empat (4), jawaban Sesuai (S) mendapat skor tiga (3), jawaban Tidak Sesuai (TS) mendapat skor dua

6

(2) dan jawaban Sangat Tidak Sesuai (STS) mendapat skor satu (1). Skoring kedua skala untuk setiap aitem unfavorabel dengan jawaban Sangat Sesuai (SS) mendapat skor satu (1), jawaban Sesuai (S) mendapat skor dua (2), jawaban Tidak Sesuai (TS) mendapat skor tiga (3) dan jawaban Sangat Tidak Sesuai (STS) mendapat skor empat (4). Metode Analisa Data Penelitian ini akan menggunakan analisa data dengan metode statistik. Validitas hipotesis diperoleh dengan mengkorelasikan skor yang didapatkan tiap butir dengan nilai total yang didapatnya. Nilai korelasi dari tiap pernyataan yang ada didapat dengan menggunakan teknik korelasi product moment dari Pearson (Nazir, 1988).Uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas Beban Kerja (X) dengan variabel tergantung Perilaku Altruistik (Y). Analisa Data 1. Data Deskriptif a. Rerata Hipotesis dan Rerata empiris Penelitian ini akan mengungkap hubungan antara dua variabel yaitu beban kerja dan perilaku altruistik pada pegawai puskesmas di Kota Yogyakarta. Peneliti telah menyebar Skala Beban Kerja dan Skala Perilaku Altruistik pada subyek penelitian di Puskesmas Gedongtengen, dan seluruh data penelitian telah terkumpul. Peneliti selanjutnya melakukan analisa data penelitian. Berdasarkan data yang terkumpul dari proses penelitian diperoleh skor empirik dan

perhitungan skor hipotetik dari variabel perilaku altruistik dan beban kerja. HASIL PENELITIAN Uji Hipotesis Pada penelitian ini peneliti menggunakan analisis statistik product moment pearson dan telah dikemukakan bahwa hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan negatif antara beban kerja dengan perilaku altruistik pada pegawai puskesmas di kota Yogyakarta. Untuk melakukan pengujian hipotesis tersebut, maka dilakukan analisis daya dengan menggunakan uji korelasi product moment pearson dengan menggunakan bantuan program komputer Statistical Program for Social Science (SPSS) 13.0 for Windows. Hasil analisis yang diperoleh adalah sebagai berikut: Tabel Hasil Uji Korelasi Variabel Beban Kerja

Perason Correlation Sig (2-tailed) N

Periaku Altruistik -0,710 0,000 30

Pada tabel korelasi, diperoleh harga koefisien korelasi sebesar 0,710 dengan signifikansi 0,000, berdasarkan data tersebut di atas maka dapat dilakukan pengujian hipotesis dengan membandingkan taraf signifikansi (p-value) dengan galatnya. 1. Jika signifikansi > 0,05, maka H0 diterima 2. Jika signifikansi < 0,05, maka Ha diterima

7

Dalam hal ini dapat dilihat bahwa koefisien korelasi adalah -0,710 dengan signifikansi 0,000. Hasil signifikansi <0,05 maka Ha diterima yang artinya terdapat hubungan antara beban kerja dengan perilaku altruistik pegawai puskesmas di Kota Yogayakarta. Hasil yang didapat pada perhitungan ini adalah -0,710 yang artinya terdapat hubungan negatif yang signifikan antara beban kerja dengan perilaku altruistik pegawai puskesmas di Kota Yogayakarta. Hubungan kedua variabel tersebut berbanding terbalik, yakni semakin tinggi beban kerja maka akan semakin rendahnya perilaku altruistik pegawai puskesmas di Kota Yogyakarta. Begitupun sebaliknya, semakin rendah beban kerja maka akan semakin tingginya perilaku alturistik. Menurut Sugiyono (2008) dikatakan korelasi kuat antara 0,600 – 0,799, maka dalam penelitian ini hubungan antara beban kerja dengan perilaku alturistik dalam kategori yang kuat. PEMBAHASAN Penelitian ini menunjukkan hasil bahwa hipotesis yang diajukan oleh peneliti diterima.Hasil penelitian menunjukan adanya hubungan negatif antara beban kerja dengan perilaku altruistik pada pegawai puskemas di Kota Yogyakarta.Ini berarti bahwa rendahnya perilaku altruistik pada pegawai Puskemas di Kota Yogyakarta disebabkan oleh tingginya beban kerja yang diterima. Hal ini ditunjukan oleh hasil analisis koefisien pada korelasi antara beban kerja dengan perilaku altruistik yang menunjukan angka korelasi r=0,710

dan sig=0,000 (p<0,05). Dengan demikian hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini dapat diterima.Hal ini berarti bahwa ada hubungan antara beban kerja dengan perilaku altruistik.Semakin tinggi beban kerja yang diterima, semakin rendah perilaku altruistik.Sebaliknya, semakin rendah beban kerja yang diterima maka semakin tinggi perilaku altruistiik pada pegawai Puskemas di Kota Yogyakarta. KESIMPULAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara variabel beban kerja dengan variabel perilaku altruistik.Hasil uji korelasi menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang negatif antara beban kerja dengan perilaku altruistik pada pegawai puskesmas di Kota Yogyakarta. Hasil pembahasan di bab sebelumnya juga menunjukkan bahwa hipotesis awal yang diajukan di awal penelitian terbukti. Ini berarti bahwa rendahnya perilaku altruistik pada pegawai Puskemas di Kota Yogyakarta disebabkan oleh tingginya beban kerja yang diterima.Semakin tinggi beban kerja maka akan semakin rendahnya perilaku altruistik pegawai puskesmas di Kota Yogyakarta. Begitupun sebaliknya, semakin rendah beban kerja maka akan semakin tinggi perilaku alturistik pegawai puskesmas di Kota Yogyakarta. Penelitian ini juga menemukan bukti bahwa dalam kondisi beban kerja dalam kategori sedang dan tinggi tidak membuat pegawai puskesmas lalai dalam melakukan pelayanan kesehatan bagi

8

masyarakat. Hal ini terbukti dengan tidak adanya subyek penelitian yang masuk dalam kategori rendah dalam perilaku altruistik. Kondisi ini menunjukkan bahwa wacana yang dicanangkan oleh presiden Jokowi dalam melakukan revolusi mental aparat pemerintah sejalan dengan kondisi di lapangan. Peneliti sadar bahwa dalam penelitian ini masih banyak kelemahan dan kekurangan dalam penelitian ini.Penyebaran skala dan pengisian skala tidak dilakukan langsung oleh peneliti namun dipercayakan pada staf administrasi puskesmas.Hal ini dapat berakibat pada kurangnya pengisian skala dengan baik sehingga tidak dapat diproses lebih lanjut.Peneliti juga menyadari bahwa ada kemungkinan pengisian yang saling mencontoh diantara subyek penelitian karena tidak adanya pengawasan langsung dari peneliti. Hasil penelitian dan pembahasan serta kesimpulan diatas menuntun peneliti untuk mengajukan beberapa saran sebagai berikut : 1. Bagi Pegawai Puskesmas dan Puskesmas Data empirik penelitian ini dapat menjadi acuan atau pertimbangan untuk melakukan pembenahan dan pengelolaan sumber daya manusia di puskesmaspuskesmas lain di Kota Yogyakarta. Bagi puskesmas sarannya adalah pengaturan papan petunjuk informasi untuk pasien yang menerangkan alur pendaftaran, cara mendapatkan surat rujukan dan layanan kesehatan lainnya dapat ditata sedemikian rupa agar pasien dapat melihat dengan jelas dan memahami secara mudah dalam rangka memudahkan pasien

dalam mengakses layanan kesehatan di puskesmas tanpa bergantung hanya pada keterangan dari pegawai puskesmas. 2. Bagi Peneliti selanjutnya Saran bagi peneliti selanjutnya yang tertarik dengan tema yang sama adalah dengan menambah data penelitian berupa data observasi dan wawancara. Data observasi dan wawancara bisa dilakukan kepada pegawai puskesmas.Pengambilan data penelitian dan analisanya dapat menggunakan pendekatan kualitatif. Sehingga faktor – faktor yang berpengaruh dalam perilaku altruistik dapat digali lebih jauh. Saran berikutnya, bagi penelitian dengan tema yang serupa adalah subyek penelitian dapat berasal dari model dan jenis puskesmas yang sama, sehingga hasil penelitian dapat mewakili populasi yang tepat. Karakter subyek penelitian akan lebih baik jika serupa dalam hal jenis layanan, usia dan jenis pegawai. DAFTAR PUSTAKA Arifin, B.S., 2015. Psikologi Sosial. Bandung: C.V. Pustaka Setia Azwar, Saifuddin. 2004. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Baron, R.A. & Byrne D., 2005.Psikologi Sosial. Jakarta: Penerbit Erlangga Borrong, Robert. 2006. Etika Bumi Baru. Jakarta: Penerbit Gunung Mulia

9

Febodelafika (2012).Hubungan Antara Beban Kerja Dengan Stres Kerja pada Karyawan Pabrik Konveksi “X”. Yogyakarta: Skripsi (tidak diterbitkan) Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia, Harjosusanto, Yustinus. (2014). Renungan Natal dan Revolusi Mental. Jakarta: Harian Kompas Tahun 2014 edisi 24 Desember Huffman, Karen., Vernoy, Mark., Vernoy, Judith., 1997. Psychology In Action FourthEdition. Canada: John Wiley & Sons, Inc. Husain, I., Hasanbasri, M., Soetjipto, Helly P., 2006.Kualitas dan Kuantitas Tenaga Kesehatan Puskesmas Studi Distribusi Desa-Kota dan Regional:Analisa Data SAKERTI 2000. Yogyakarta: Publikasi Ilmiah Magister Kebijakan dan Manajemen Pelayanan Kesehatan Universitas Gajah Mada Johnson, D.P., 1994. Teori Sosiologi: Klasik dan Modern. Jakarta: Gramedia PustakaUtama. Lukman, K., Kebutuhan Tenaga Kabupaten Yogyakarta: Universitas Yogykarta

2005. Analisis dan Distribusi Puskesmas di Aceh Besar. Publikasi Ilmiah Gajah Mada

Munandar, Ashar Sunyoto. 2001. Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia Nazir, M. 1988. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia Paruntu, Benhard R.L., Rattu, A.J.M., Tilaar, C.R., 2015. Perencanaan Kebutuhan Sumber Daya Manusia di Puskesmas Kabupaten Minahasa. Manado: Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado Pujiyanti, Agustin (2012). Kontribusi Empati Terhadap Perilaku Altruisme pada Siswa Siswi SMA Negeri 1 Setu Bekasi. Jakarta: Skripsi (tidak diterbitkan) Fakultas Psikologi Universitas Gunadharma Republik Indonesia. 2009. Undangundang Republik Indonesia No. 25 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Publik. Jakarta: Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Republik Indonesia. 2014. Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.75/MenKes/SK/I/2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Sears, David O., Peplau, Letitia Anne., Taylor, Shelley E. 2012. Psikologi Sosial Edisi Kedua

10

Belas. Indonesia: Penerbit Kencana Prenada Media Group Sugiyono. 2006. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Penerbit CV.Alfabeta Wickens. 2000. Engineering Psychology and Human Performance. New Jersey U.S: Prentice Hal

11